1 MEMBANGUN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN PELATIHAN MELALUI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI Prof. Richardus Eko Indrajit Sekretaris Badan Standar Nasional Pendidikan Anggota Badan Nasional Ser�fikasi Profesi Anggota Dewan Pendidikan TInggi [email protected]h�p://www.EkoIndrajit.com
59
Embed
MEMBANGUN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN PELATIHAN MELALUI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
MEMBANGUN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN PELATIHAN
MELALUI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
Prof. Richardus Eko Indrajit
Sekretaris Badan Standar Nasional Pendidikan Anggota Badan Nasional Ser�fikasi Profesi
KEBERADAAN SDM YANG KOMPETEN AKAN MAMPU MEMBERIKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF BAGI BANGSA DI TENGAH LINGKUNGAN PERSAINGAN GLOBAL
KOMPETEN berar� “memiliki kualifikasi untuk melakukan proses pekerjaan tertentu”
PENGETAHUAN + KETERAMPILAN + SIKAP KERJA
KEBUTUHAN SDM
Pendidikan Pela�han
Belajar Mandiri Pengalaman
TERDAPAT CUKUP BANYAK CARA BAGI SEORANG INDIVIDU DALAM MENGASAH DAN MENINGKATKAN KOMPETENSI DIRINYA DARI MASA KE MASA
CARA MENGASAH KOMPETENSI
SERTIFIKAT KELULUSAN PENDIDIKAN FORMAL SEBAGAI PENGAKUAN KETUNTASAN STUDI
BERDASARKAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PADA BIDANG ILMU YANG DIPELAJARI
DAN DITEKUNINYA
SERTIFIKAT KOMPETENSI KERJA NASIONAL DARI BNSP
SEBAGAI PENGAKUAN KEPEMILIKAN KOMPETENSI
SESUAI STANDAR INDUSTRI DAN DIAKUI SECARA NASIONAL MAUPUN INTERNASIONAL
SERTIFIKAT KOMPETENSI IJASAH
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN SISTEM SERTIFIKASI NASIONAL MEMBERIKAN JALAN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KOMPETENSI SDM NUSANTARA
PENGAKUAN KEPEMILIKAN KOMPETENSI
SATUAN PENDIDIKAN
formal – non formal -‐ informal
LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI
SERTIFIKAT KOMPETENSI IJASAH
PERLU ADANYA INFRASTRUKTUR INSTITUSI YANG MEMUNGKINKAN DIPADUKANNYA MODEL PENDIDIKAN BERTUJUAN KOMPETENSI SISWA DIDIK
Pengembangan Kompetensi Terpadu
MODEL INTEGRASI
BELAJAR BISA DILAKUKAN MELALUI BERBAGAI CARA DAN PENDEKATAN
FORM
AL
NON-‐FORM
AL
INFO
RMAL
LATIHA
N MAN
DIRI
PENGALAM
AN KERJA
OKU
PASI-‐PRO
FESI
MULTI-‐MODA MENCARI ILMU
KKNI SEBAGAI JEMBATAN PENYETARA KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
LAHIRNYA KKNI
PERUBAHAN LUARAN
PAST NOW
KOMPETENSI SESEORANG UNTUK DAPAT MELAKUKAN TINDAKAN CERDAS, PENUH
TANGGUNG JAWAB SEBAGAI SYARAT UNTUK DIANGGAP MAMPU OLEH MASYARAKAT DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-‐TUGAS DI
BIDANG PEKERJAAN TERTENTU
KEMAMPUAN MINIMAL PENGUASAAN PENGETAHUAN, KETRAMPILAN DAN SIKAP
SESUAI SASARAN KURIKULUM PROGRAM STUDINYA
Penilian oleh Perguruan Tinggi
Penilian oleh Masyarakat/ Stakeholders
ABOUT COMPETENCY
Defini�on #1 A skill performed to a specific standard under specific condi�ons
Defini�on #2 Competencies combine appropriate suppor�ng knowledge and professional a�tude, and they are performed reliably in natural se�ngs without assistance
COMPETENCE-‐BASED MOVEMENT
Mendekatkan dunia pendidikan �nggi dengan dunia nyata (dunia kerja) yang akan dihadapi mahasiswa setelah lulus Fokus pada outcome (outcome-‐based educa�on)
Outcomes pendidikan
dinyatakan dalam ‘observable
competencies’
Pendekatan pada ‘competence development’
COMPETENCE FEATURES
Focuses on outcome
performance
Integrates a broad range of
related knowledge and skills
objec�ves
Contextualized – related to a
prac�cal task in the field
Drawn from mul�ple domains, including affec�ve and moral dimensions Include professional behaviours relevant to the task Indicates a level of expected ability
COMPETENCE-‐BASED EDUCATION
1. Problem, task, se�ng 2. Iden�fy essen�al competencies for
prac�ce 3. Determine competency components:
objec�ves and performance levels 4. Iden�fy learning ac�vi�es and strategies 5. Develop assessment tools and standards
for competency (Criterion-‐Reference)
SEKILAS KBK KBK dan Otonomi Kampus Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 dan Nomor 045/U/2002 mengamanatkan penyusunan kurikulum pendidikan �nggi yang berbasis kompetensi untuk se�ap program studi oleh kalangan perguruan �nggi yang bersangkutan
Definisi Kompetensi Dalam Kepmendidnas No.045/U/2002 kompetensi diar�kan sebagai “seperangkat �ndakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-‐tugas di bidang pekerjaan tertentu”
Alasan Perubahan Kepmendiknas tsb di atas bertolak dari adanya kri�k masyarakat luas bahwa pendidikan kita umumnya baru mengajarkan pengetahuan (teori), belum mengajarkan kemampuan dan mengembangkan kompetensi dalam ar� sebenarnya
TUJUAN PENDIDIKAN
Pendidikan memang dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan kompetensi sasaran didik untuk mampu berkarya di bidang yang relevan. Orang hidup perlu berkarya, dan untuk berkarya harus memiliki sesuatu kompetensi
Pendidikan harus menghasilkan kemampuan ber�ndak yang benar & cerdas; �ndakan yang produk�f, yang efek�f, yang mampu memecahkan masalah nyata dalam kehidupan Menguasai pengetahuan �dak sama dengan memiliki kompetensi. Kompetensi berkaitan dengan ke-‐mampuan ber�ndak yang cerdas
MENGENAI KOMPETENSI
Kompetensi dapat pula diar�kan sebagai ciri-‐ciri pengetahuan, keterampilan dan kepribadian yang diperlukan untuk mencapai performansi (kinerja) yang �nggi Dalam ilmu pendidikan dikenal adanya 3 (�ga) kawasan tujuan pendidikan yang perlu dicapai melalui kegiatan belajar/ pendidikan, yaitu: cogni�ve, psycho-‐motoric dan affec�ve Pendidikan yang baik adalah yang mencakup ke�ga kawasan tujuan itu, yang menjamin dikuasainya kemampuan ber�ndak cerdas, dan bukan sekedar mengetahui (cogni�ve)
TUGAS PERGURUAN TINGGI
Pendidikan �dak sekedar mengajarkan dan mempelajari pengetahuan, tetapi juga keterampilan dan aspek-‐aspek kepribadian lain Pendidikan �dak untuk sekedar menjadi tahu, tetapi untuk menjadi mampu ber�ndak cerdas Agar bisa mendapat tempat yang terhormat di masyarakat, PT harus berusaha keras agar mampu membekali mahasiswanya dengan kompetensi-‐kompetensi yang relevan untuk se�ap program studi yang diselenggarakan
KOMPETENSI INTI
Menurut SK Mendiknas 045/U/2002, kompetensi in� ditentukan secara nasional oleh organisasi profesi, perguruan �nggi dan masyarakat pengguna Analisis kebutuhan lulusan di tempat kerja: Catatan pribadi Observasi Analisis pekerjaan Cri�cal Incident Technique Expert Judgement Standard -‐ Masalah yang dihadapi bangsa Indonesia -‐ Kondisi makro sosial, poli�k dan ekonomi
DESAIN KURIKULUM Kurikulum pendidikan �nggi harus relevan dengan kehidupan nyata yang penuh dengan masalah, kendala, dan tantangan Pendidikan harus membekali mahasiswa untuk mampu mengatasi semua itu
Model kurikulum ini harus dirancang sendiri oleh kalangan perguruan �nggi, dan pelaksanaan kurikulumnya diadopsi oleh dosen-‐dosen yang bersangkutan Selama ini barangkali yang banyak dibekalkan adalah pengetahuan (ilmu, teori, teknologi, filosofi, dsb) dan kurang aspek yang lain Dan karena itu belum mampu menumbuhkan kemampuan mahasiswa dalam ber�ndak atau kompetensi tertentu
UNESCO PILLARS
Learning to KNOW
Belajar untuk megnetahui
Learning to DO
Belajar untuk dapat melakukan
Learning to BE
Belajar untuk memerankan
Learning to LIVE TOGETHER Belajar hidup bersama, berinteraksi, dan bekerja sama
#
Merupakan ”Rambu-‐rambu untuk menjamin mutu dan kemampuan sesuai dengan program studi yang ditempuh“ Seperangkat rencana dan pengaturan berdasarkan standar pendidikan tentang kemampuan dan sikap serta pengalaman belajar, dan penilaian yang berbasis pada potensi dan kondisi peserta didik
SEKILAS KURIKULUM
#
“Adalah kurikulum yang disusun berdasarkan atas elemen-‐elemen kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa sebagai peserta didik...”
i KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
#
Menyatakan kompetensi secara jelas dari proses pembelajaran;
Proses pembelajaran memberi bekal kepada tercapainya kompetensi dan berfokus pada mahasiswa;
Lebih mengutamakan kesatuan penguasaan ranah kogni�f, psikomotorik dan afek�f;
Proses penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada kemampuan untuk mendemonstrasikan kogni�f, psikomotorik dan afek�f
CIRI-‐CIRI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
KURIKULUM PROGRAM STUDI
KURIKULUM PELENGKAP adalah penciri dari kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya, disusun oleh perguruan �nggi penyelenggara prodi
KURIKULUM INTI merupakan penciri dari kemampuan
utama, yang bersifat:
1. Dasar untuk mencapai kompetensi lulusan;
2. Acuan baku minimal mutu penyelenggaraan Prodi;
3. Berlaku secara nasional dan internasional;
4. Lentur dan akomoda�f terhadap perubahan;
5. Kesepakatan bersama antar PT, masyarakat profesi dan pengguna lulusan.
0
10
20
30 40 50
60
80
90
100
CATATAN mengenai KURIKULUM INTI Kepmendiknas No.045/U/2002 Pasal 4 menyebutkan bahwa kurikulum in� suatu program studi berisikan keterangan/ penjelasan mengenai: 1. Nama program studi; 2. Ciri khas kompetensi utama sebagai pembeda
antara program studi satu dengan lainnya; 3. Fasilitas utama yang diperlukan untuk
penyelenggaraan program studi; 4. Persyaratan akademis dosen; 5. Substansi kajian kompetensi utama yang
dikelompokkan menurut elemen kompetensi; 6. Proses belajar mengajar dan bahan kajian untuk
mencapai elemen-‐elemen kompetensi; 7. Sistem evaluasi berdasarkan kompetensi; 8. Kelompok masyarakat pemrakarsa kurikulum in�.
Penguasaan Ilmu dan Keterampilan jenis/substansi pengetahuan dan keterampilan yg diperlukan
Landasan Kepribadian sifat-‐sifat umum yang telah berhasil dikembangkan pada diri seseorang, seper� teli�, rapi, rajin, disiplin, cermat, sikap mental, minat, dsb.
Kemauan Berkarya kemampuan yang dikuasai dengan sangat �nggi, dapat diandalkan, profesional
ELEMEN KOMPETENSI
1
2
3
Sikap dan Perilaku dalam Berkarya Sifat perilaku yang mendukung dalam berkarya, seper� produk�f, efisien, efek�f, jujur, dsb.
4
Pemahaman Kaidah Kehidupan Bermasyarakat kemampuan kerja-‐sama dan pendekatan pada orang lain; dapat menerima keragaman dalam kehidupan bermasyarakat
5
MPK
MKK
MKB
MPB
Mata Kuliah Pengembang Kepribadian Kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi peker� luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan Kelompok bahan kajian dan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan landasan penguasaan ilmu dan keterampilan tertentu
Mata Kuliah Keahlian Berkarya Kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan yang dikuasai
Mata Kuliah Perilaku Berkarya Kelompokbahan kajian dan pelajaran yang bertujuan membentuk sikap dan perilaku yang diperlukan seseorangdalam berkarya menurut �ngkat keahlian berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan yang dikuasai
KELOMPOK MATA KULIAH
MBB
Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat Kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk dapat memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya
JENIS KOMPEENSI
KOMPETENSI UTAMA
KOMPETENSI KHUSUS LAINNYA
KOMPETENSI PENDUKUNG
METODOLOGI PENYUSUNAN KURIKULUM
IDENTIFIKASI PERAN-‐PERAN OKUPASI mengiden�fikasi peran-‐peran apa yang harus dilakukan oleh seorang sarjana yang bekerja pada jabatan di situ
PENGELOMPOKKAN KOMPETENSI menganalisa masing-‐masing peranan: ar�nya agar seseorang dapat memerankan peranan itu dengan baik dia harus memiliki kompetensi atau menguasai kemampuan apa saja
PENENTUAN MATA KULIAH mengelompokkan hasil analisa berdasar sifat yang saling berkaitan, dan se�ap kelompok kemudian diberi nama sebagai mata ajaran atau mata kuliah
PENERAPAN PENGAJARAN BERBASIS KOMPETENSI mengajarkan mata kuliah tersebut melalui proses pengajaran yang mendukung proses pengembangan kompetensi mahasiswa
IDENTIFIKASI LAPANGAN KERJA mengiden�fikasi lapangan kerja atau jenis-‐jenis pekerjaan dan jabatan yang memiliki relevansi yang logis dengan masing-‐masing program studi
Langkah-‐Langkah Dasar Penyusunan Kurikulum
KOMPETENSI DAN KURIKULUM
KOMPETENSI
Tujuan Kurikuler Profil Lulusan
Isi / Bahan Kajian
Metoda Pembelajaran
Evaluasi Hasil Belajar
Market Signal
RE-‐DESAIN KURIKULUM
Evaluasi Hasil Belajar
Metoda Pembelajaran
Distribusi kedlm SKS
Distribusi kedlm SMT
Distribusi kedlm MK
Bahan Ajar Konvensional Bahan Ajar Kompetensi
Kompetensi Lulusan
Profil Lulusan Matakuliah Konvensional
Analisis SWOT Kemampuan Institusi
Tracer Study Need Assessment
Kurikulum Konvensional
Curriculum Mapping
FORMAT KURIKULUM
1. KATA PENGANTAR
2. DAFTAR ISI
A. VISI PROGRAM STUDI
B. MISI PROGRAM STUDI
C. TUJUAN PROGRAM STUDI
D. PROFIL LULUSAN
E. KOMPETENSI LULUSAN
F. STRUKTUR KURIKULUM
1. Pemetaan matakuliah sesuai KEPMEN 232/U/2000 dan KEPMEN 045/U/2002
2. Pemetaan strategi pembelajaran matakuliah
3. Pemetaan semester penyajian matakuliah
G. DOKUMEN GBRP dan KONTRAK PEMBELAJARAN
RENCANA PEMBELAJARAN
FORMAT GBRP
FORMAT SAP
INDONESIA QF (KKNI)
SISTEM INDUSTRI
FUNGSI BISNIS
PETA KOMPETENSI
PEMETAAN KKNI
PENETAPAN KUALIFIKASI
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI sebuah paradigma baru dalam merencanakan dan mengimplementasikannya
KBK atau Kurikulum Berbasis Kompetensi yang diperkenalkan pada tahun 2004 merupakan pengganti paradigma pendidikan dalam hal pengembangan kurikulum yang berbasis isi atau konten. Salah satu sasaran perubahan ini adalah untuk menjembatani agar lulusan pendidikan tinggi dapat langsung diserap pasar kerja (industri) karena telah dianggap kompeten untuk bekerja.
Namun kenyataannya tidaklah demikian. Masih tingginya angka pengangguran lulusan perguruan tinggi mengisyaratkan ada yang salah dalam hal pemahaman dan penerapannya.
Presentasi ini dikembangkan secara khusus untuk mencoba melihat paradigma pendidikan bertujuan kompetensi ini dari sisi yang berbeda, yaitu dari kacamata kebutuhan atau “demand” dari dunia kerja – sebagai pelengkap sekaligus pembanding dari berbagai pemahaman dan penjabaran mengenai kompetensi yang selama ini secara intensif disosialisasikan dan juga dikembangkan dari perspektif penyedia atau “supply”.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia disusun oleh industri dan kementrian teknis melalui serangkaian p r o s e s p e n d e f i n i s i a n k e b u t u h a n h i n g g a penyelenggaraan konvensi yang dihadiri oleh seluruh a s o s i a s i p e m a n g k u kepentingan dan pihak-pihak terkait dan dijadikan sebagai a c u a n o l e h L e m b a g a Sertifikasi Profesi.
Pada dasarnya, terdapat banyak seka l i s tandar kompetensi kerja yang telah dikembangkan oleh industri, baik dalam l ingkungan nasional, regional, maupun internasional yang dapat diadopsi oleh siapapun yang membutuhkannya.
I n t i n y a a d a l a h b a h w a kompetensi harus dapat didefinisikan secara jelas agar dapat disusun strategi pencapa iannya sesua i dengan keinginan.
Teknologi Informasi Contohnya adalah standar kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang IT Auditor (dikeluarkan oleh ISACA dan ITGI), atau IT Project Manager (diperkenalkan oleh PMI dan GWU), atau IT Architect (dikembangkan oleh IASA dan TOGAF), atau Software Engineer (dibuat oleh SEI dan CMU), dan lain sebagainya.
Update
Perbanas melalui Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan (LSPP) bertugas untuk menyusun SKKNI dari seluruh profesi yang dikenal oleh dunia perbankan dan keuangan nasional.
HARUS ADA STANDAR YANG DIACU
Manajemen Perbankan SKKNI
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia disusun oleh industri dan kementrian teknis melalui serangkaian p r o s e s p e n d e f i n i s i a n k e b u t u h a n h i n g g a penyelenggaraan konvensi yang dihadiri oleh seluruh a s o s i a s i p e m a n g k u kepentingan dan pihak-pihak terkait dan dijadikan sebagai a c u a n o l e h L e m b a g a Sertifikasi Profesi.
Pada dasarnya, terdapat banyak seka l i s tandar kompetensi kerja yang telah dikembangkan oleh industri, baik dalam l ingkungan nasional, regional, maupun internasional yang dapat diadopsi oleh siapapun yang membutuhkannya.
I n t i n y a a d a l a h b a h w a kompetensi harus dapat didefinisikan secara jelas agar dapat disusun strategi pencapa iannya sesua i dengan keinginan.
Teknologi Informasi Contohnya adalah standar kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi seorang IT Auditor (dikeluarkan oleh ISACA dan ITGI), atau IT Project Manager (diperkenalkan oleh PMI dan GWU), atau IT Architect (dikembangkan oleh IASA dan TOGAF), atau Software Engineer (dibuat oleh SEI dan CMU), dan lain sebagainya.
Prinsip 1
Perbanas melalui Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan (LSPP) bertugas untuk menyusun SKKNI dari seluruh profesi yang dikenal oleh dunia perbankan dan keuangan nasional.
HARUS MEMAHAMI ANATOMI KOMPETENSI
Kompetensi Kerja Elemen Kompetensi
Bagian terkecil atau atom dari kompetensi disebut atau diistilahkan sebagai “elemen kompetensi”, yaitu sebuah pernyataan kapabilitas yang menggunakan kata kerja performatif agar dapat dengan mudah diukur tingkat pencapaiannya.
Indikator Unjuk Kerja Adalah suatu ukuran yang dipergunakan untuk memastikan ketercapaian kompetensi seorang individu. Indikator ini harus didefinisikan sedemikian rupa sehingga selain mudah dilakukan pengukurannya, juga menggambarkan tingkat kehandalan pencapaian kompetensi seseorang (akurasi dan presisi). Jika kurang akurasi maka dibutuhkan latihan; sementara jika kurang presisi dibutuhkan ‘jam terbang’ yang lebih.
Prinsip 2
Dalam Taksonomi Bloom telah diperkenalkan daftar kata kerja performatif yang dapat dipergunakan untuk mendefinisikan elemen kompetensi yang ingin dicapai dan dapat dipergunakan oleh siapa saja yang membutuhkannya.
Kluster dan Okupasi Kluster merupakan pengelompokkan kompetensi yang diperlukan untuk melakukan fungsi tertentu (jabatan f u n g s i o n a l ) s e m e n t a r a o k u p a s i m e r u p a k a n pengelompokkan kompetensi yang melekat pada sebuah jabatan/profesi struktural tertentu (jabatan struktural).
HARUS MEMIMIKKAN DUNIA KERJA
Lingkungan Kerja Suasana Kelas
Interaksi antara peserta didik dengan dosennya harus sedapat mungkin membawa suasana pada terciptanya sebuah lingkungan yang menyamai dunia kerja dimana di dalamnya terdapat interaksi intensif, diskursus berkualitas, komunikasi kontekstual, dan lain sebagainya.
Model Pembelajaran Dalam konteks ini, metode mengajar belajar konvensional biasanya sudah ditinggalkan – diganti dengan menitikberatkan pada kesempatan siswa untuk mempelajari studi kasus, membangun kerjasama tim, mengikuti kompetisi/simulasi bisnis, memaparkan ide-ide inovatif, mengembangkan ilmu secara mandiri, melaksanakan pembelajaran jarak jauh (e-learning), dan lain sebagainya.
Prinsip 3
Ruang dan suasana kelas maupun laboratorium harus d i k e m b a n g k a n s e d e m i k i a n r u p a s e h i n g g a merepresentasikan lingkungan kerja, sehingga peserta didik dapat memperoleh gambaran apa yang terjadi di dunia nyata. Hal paling mudah dilaksanakan adalah dengan merubahan tatanan kelas, dari yang bersifat teatrikal konvensional menjadi berbagai bentuk seperti yang kerap ditemui di kantor-kantor komersial seperti lingkaran, U-shape, berhadap-hadapan, dan lain-lain.
Tenaga Pendidik
Dosen atau tenaga pendidik harus mengetahui apa yang ada di pikiran seorang direktur, manajer, supervisor, atau praktisi industri dalam menjalankan sebuah kegiatan atau aktivitas pekerjaan di industri yang berkaitan sehingga dapat menjalankan berbagai skenario “role play”.
HARUS MELATIH SISWA HINGGA KOMPETEN
Latihan… Latihan… Prinsip
Setiap individu memiliki kemampuan belajar, memahami, mencerna, menyerap, dan mempraktekkan yang berbeda-beda – sehingga merupakan tantangan bagi dosen untuk membuat masing-masing dari mereka menjadi kompeten dengan tingkat kecepatan yang berbeda-beda.
Teknik Pembelajaran Di sinilah seorang dosen benar-benar dituntut untuk menjadi seorang fasilitator sekaligus pelatih (coach) yang baik, karena harus membuat suatu suasana mengajar-belajar yang mengarah pada tercapainya kompetensi siswa. Dalam hal ini, seorang dosen dapat menghadirkan pihak-pihak lain yang dapat membantu tercapainya kompetensi siswa sesuai dengan bidang yang ditekuni.
Prinsip 4
Untuk menjadikan seseorang menjadi individu yang komepten, yang bersangkutan harus secara aktif melakukan latihan berkali-kali sampai memenuhi indikator unjuk kerja yang ditetapkan – tanpa mengenal usia, waktu, dan biaya.
Di sinilah terdapat paradigma “mahasiswa tidak bisa menunggu” apa yang akan disampaikan dosen, melainkan yang bersangkutan harus secara aktif melakukannya agar bisa mencapai tahapan yang dikatakan sebagai “kompeten” dengan berbagai cara.
Spektrum Nilai Dalam konteks kompetensi tidak dikenal sistem “spektrum nilai” – karena seseorang hanya akan dikategorikan menjadi dua macam, yaitu individu yang KOMPETEN atau yang belum/TIDAK KOMPETEN, sehingga harus diubah metoda penilaian atau evaluasinya.
HARUS MENGGUNAKAN PENDEKATAN TERPADU
Makna Kompetensi Alur Pembelajaran
Bayangkan jika seorang instruktur harus mengajarkan siswa-siswanya agar pandai berenang atau pandai naik sepeda. Pencapaian kompetensi akan sangat lambat dan cenderung mustahil jika dilakukan secara bertahap melalui proses yang bersifat teoritis dahulu baru praktek (sekuensial). Proses baru akan berhasil apabila dilakukan metoda pelatihan yang terintegrasi dimana secara perlahan-lahan instruktur mengajak siswanya untuk langsung masuk ke kolam renang atau mengendarai sepeda untuk belajar melalui perpaduan antara pengetahuan, pengalaman (experience), keterampilan dan eksperimen. Contoh lain adalah jika ingin menanamkan kompetensi kepemimpinan dalam diri seorang peserta didik, maka yang bersangkutan harus pernah mendapatkan kesempatan memimpin sekelompok komunitas secara nyata.
Manajemen Mata Kuliah Dalam konteks ketuntasan pencapaian kompetensi di perguruan tinggi, dapat dilakukan berbagai metode klusterisasi mata kuliah, dimana ada pencapaian kompetensi per-mata kuliah atau per-kelompok mata kuliah atau per-sub mata kuliah atau bahkan per-pertemuan tatap muka.
Prinsip 5
Terjemahan bebas kompetensi adalah “kemampuan seorang individu dalam melakukan suatu tugas pekerjaan tertentu dengan baik”.
Kompetensi bukanlah merupakan “gabungan” eksklusif antara pengetahuan (kognitif), keterampilan (psiko-motorik), dan sikap kerja (afektif) – namun seorang yang kompeten pada bidang tertentu memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang relevan dengan pekerjaan yang digelutinya (inklusif-integratif).
HARUS ADA MEKANISME UJI KOMPETENSI
Uji Kompetensi Bentuk Evaluasi
Setiap peserta uji harus melakukan suatu “performance” atau memperlihatkan keterampilannya dalam melakukan suatu pekerjaan tertentu di hadapan “asesor”.
Asesor yang dimaksud di sini seharusnya bukanlah dosen atau instruktur yang mengajari atau melatih peserta didik yang bersangkutan karena akan terjadi “conflict of interest” melainkan harus dari pihak independen yang menguasai atau tahu benar mengenai kompetensi yang diujikan.
Pada akhirnya, asesor akan memberikan hasil evaluasinya kepada dosen atau perguruan tinggi yang bersangkutan untuk d i te tapkan apakah yang bersangkutan telah dinilai memiliki kompetensi yang diujikan atau tidak.
Manajemen Ujian Agak sulit menjalankan uji kompetensi dimaksud secara masif, karena setiap peserta didik harus diuji secara individu oleh asesor. Oleh karena itulah perlu dilakukan manajemen ujian yang efektif namun efisien bagi seluruh pihak sehingga dapat tercapai terlaksananya proses evaluasi yang diinginkan.
Prinsip 6
Uji kompetensi adalah suatu proses evaluasi pencapaian kompetensi oleh seorang individu dengan melihat apakah yang bersangkutan telah mampu mencapai indikator unjuk kinerja yang telah ditetapkan per masing-masing elemen kompetensi yang diujikan.
Idealnya, uji kompetensi ini dilakukan dalam sebuah lingkungan atau suasana uji yang mendekati situasi sebenarnya dalam dunia industri – paling tidak lingkungannya memiliki komponen-komponen dan aspek yang sama dengan dunia nyata.
HARUS ADA PENGAKUAN KOMPETENSI
Sertifikat Kompetensi Ijazah vs. Sertifikat
Karena ijazah pada hakekatnya merupakan tanda kelulusan, maka sifatnya adalah berlaku seumur hidup. Sementara untuk sertifikat bersifat sementara, karena kompetensi seseorang dapat pudar atau tidak relevan lagi akibat terjadinya perubahan atau dinamika kebutuhan industri – sehingga dokumen ini memiliki usia berlaku (misalnya 2, 3, atau 5 tahun). Untuk memperlihatkan bahwa yang bersangkutan tetap kompeten, maka dapat dilakukan proses re-sertifikasi, uji kompetensi, atau mengikuti program-program pemeliharaan kompetensi yang dirancang khusus oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
Peran Pemerintah dan Industri Standar Nasional Pendidikan disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) untuk menjamin setiap satuan pendidikan memiliki kriteria minimum pencapaian mutu dalam 8 (delapan) aspek, yaitu: kompetensi lulusan, isi/konten, tenaga kependidikan, proses, sarana prasarana, pengelolaan, dan penilaian. Sementara standar kompetensi kerja dikembangkan oleh industri yang bersangkutan dengan kementrian terkait, dan uji sertifikasinya dilakukan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) melalui LSP-LSP yang dibentuknya.
Prinsip 7
Seperti yang tertulis dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, pengakuan telah tuntasnya seorang peserta didik belajar dapat dinyatakan melalui penerbitan dua jenis dokumen, yaitu: ijazah dan/atau sertifikat kompetensi.
Jika seorang peserta didik telah berhasil lulus dari suatu program studi tertentu maka akan memperoleh ijazah sebagai tanda pencapaian “kompetensi lulusan”. Sertifikat kompetensi diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi apabila yang bersangkutan lulus “uji kompetensi” (UU Ketenagakerjaan).
HARUS ADA SKEMA SERTIFIKASI
Skema Sertifikasi Dinamika Kompetensi
Karena sifatnya yang dinamis, setiap perguruan tinggi yang ingin menerapkan KBK harus memiliki skema sertifikasi yang baku diterapkan di industri. Untuk Indonesia dapat mengacu pada skema sertifikasi yang telah dikembangkan oleh BNSP dimana perguruan tinggi berkesempatan menjadi Lembaga Sertifikasi Profesi Tingkat Satu (LSP-1) sejauh memenuhi sejumlah persyaratan yang berlaku, yaitu memiliki 5S: Standar, Skema, Sarana Prasarana, Sumber Daya, dan Surveilans.
Tantangan dan Peluang Dengan demikian paka lulusan perguruan tinggi tidak saja dibekali dengan ijazah, namun juga sejumlah sertifikat kompetensi sebagai bukti bahwa peserta didik telah menempuh program pembelajaran dimaksud dan telah kompeten di bidang yang digelutinya.
Disamping itu, alumni tersebut akan selalu kembali ke kampus apabila perguruan tinggi yang bersangkutan memiliki infrastruktur dan superstruktur untuk pemeliharaan dan pengembangan kompetensi yang bersifat dinamis tersebut, sehingga cita-cita “link and match” antara perguruan tinggi dengan dunia industri dapat tercapai.