1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti ketrampilan menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.42.1018 adalah setiap bahan atau sediaan dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2008). Penggunaan kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakainya. Misalnya harus sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur, dan jumlah pemakaiannya sehingga tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Sebelum mempergunakan kosmetik, sangatlah penting untuk mengetahui lebih dulu apa yang dimaksud dengan kosmetik, manfaat dan pemakaian yang benar. Maka dari itu perlu penjelasan lebih detail mengenai kosmetik (Djajadisastra, 2005). Sekarang banyak ibu-ibu khususnya ibu hamil yang menggunakan kosmetik. Kendati masih sedikit penelitian mengenai ini tetapi ada beberapa bahan yang biasa ditemukan di dalam produk perawatan kulit dan kosmetik yang diduga bisa mengganggu kesehatan janin. Sebenarnya penggunaan kosmetik ini boleh sepanjang tidak mengandung bahan berbahaya dan tidak
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti
ketrampilan menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.42.1018 adalah setiap
bahan atau sediaan dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh
manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau
gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan,
mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2008).
Penggunaan kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakainya.
Misalnya harus sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu
penggunaan, umur, dan jumlah pemakaiannya sehingga tidak menimbulkan
efek yang tidak diinginkan. Sebelum mempergunakan kosmetik, sangatlah
penting untuk mengetahui lebih dulu apa yang dimaksud dengan kosmetik,
manfaat dan pemakaian yang benar. Maka dari itu perlu penjelasan lebih
detail mengenai kosmetik (Djajadisastra, 2005).
Sekarang banyak ibu-ibu khususnya ibu hamil yang menggunakan
kosmetik. Kendati masih sedikit penelitian mengenai ini tetapi ada beberapa
bahan yang biasa ditemukan di dalam produk perawatan kulit dan kosmetik
yang diduga bisa mengganggu kesehatan janin. Sebenarnya penggunaan
kosmetik ini boleh sepanjang tidak mengandung bahan berbahaya dan tidak
2
merusak kehamilan. Untuk menghindari efek samping dari kosmetik maka
dianjurkan kepada ibu hamil agar sebaiknya mengkonsultasikan terlebih
dahulu hal tersebut kepada spesialis kulit. Sering kali memang kosmetik
berdampak negatif pada kesehatan ibu hamil, masalah yang sering terjadi
adalah tubuh lebih mudah berkeringat mengingat meningkatnya proses
metabolisme pada tubuh. Selain itu, zat pada kosmetik juga dapat
menghambat dan mengganggu perkembangan janin bahkan dapat
menyebabkan keguguran. Itulah bahayanya apabila ibu hamil salah memilih
kosmetik, untuk menghindari hal tersebut, perlu pengetahuan tentang
kandungan-kandungan zat bernahaya yang terdapat pada kosmetik (Fajar,
2012).
Menurut Media Konsumen (2006), belakangan ini jenis kosmetik
yang banyak digunakan oleh ibu hamil adalah produk bleaching cream yang
dikenal sebagai kosmetik pemutih. Produk ini banyak diminati karena
menjanjikan dapat memutihkan atau menghaluskan wajah secara singkat.
Hasil sampling dan pengujian kosmetik tahun 2008 terhadap 10.896 sampel
kosmetik menunjukkan, terdapat 124 sampel (1,24%) tidak memenuhi syarat,
diantaranya produk ilegal atau tidak terdaftar, mengandung bahan-bahan
dilarang terutama Hidroquinon, Merkuri, Asam Retinoat dan Rhodamin B
yang digunakan untuk memutihkan kulit wajah. (Deviana, 2009).
Hal ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan di Jepang bahwa
60% wanita Jepang dan 75% perempuan Cina masih menginginkan warna
kulit yang lebih putih/cerah dari warna kulit aslinya, meskipun mereka telah
3
3
memiliki kulit yang putih. Menurut Indarti (2002), mengutip Shannon (1997)
hasil test yang dilakukan di Amerika menggambarkan bahwa 88% ibu hamil
yang berusia >19 tahun ke atas berusaha mempercantik diri dengan
menggunakan kosmetik. Mereka merasa bahwa kosmetik tersebut membuat
mereka lebih cantik dan percaya diri (Purnamawati, 2009).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan ibu hamil
terhadap bahaya kosmetik saat ini masih sangat kecil, hal ini disebabkan
karena ibu hamil tidak pernah melakukan konsultasi kedokter spesialis kulit
berkaitan dengan produk kosmetik yang mereka gunakan. Saat hamil, tidak
ada salahnya bagi para ibu untuk tetap tampil cantik dan menawan. Namun,
dalam hal pemilihan kosmetik saat hamil haruslah hati-hati, mengingat bahan
yang terkandung di dalam kosmetik tersebut apakah berbahaya atau tidak
bagi kehamilan (Fajar, 2012).
Di Provinsi Aceh jumlah ibu hamil yang menggunakan kosmetik
berbahaya meningkat dari tahun ketahun, pada tahun 2010 jumlah ibu hamil
yang menggunakan kosmetik sebanyak 1892 orang, pada tahun 2012
sebanyak 1902 orang. Hal ini disebabkan karena banyak produk-produk
kosmetik yang dijual seperti kosmetik pemutih wajah sudah beredar luas di
Aceh, selain itu bagi ibu hamil yang tidak cocok, maka akan timbul flek
merah dan gatal-gatal dimuka (Dinkes Aceh, 2011).
4
Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya, terhadap 10 orang ibu hamil, 7 orang ibu hamil
cenderung memiliki masalah dengan kulit, terutama kulit wajah seperti
timbulnya hiperpigmentasi atau noda hitam. Hiperpigmentasi timbul karena
adanya berbagai sebab antara lain faktor usia, perawatan yang salah dan
paparan sinar matahari secara langsung.
Berbagai macam merek kosmetika yang beredar dipasaran telah
menarik minat ibu-ibu khususnya ibu hamil di daerah tersebut untuk
menggunakannya, mereka cenderung mencoba-coba dan berharap kulitnya
menjadi putih dan cantik. Kaum ibu-ibu tersebut menggunakan kosmetik
sebagai solusi masalah hiperpigmentasi kulitnya tanpa memperhatikan dan
mempertimbangkan dampak dari kosmetik tersebut. Hal ini bisa disebabkan
oleh banyak faktor, seperti terbatasnya informasi/pengetahuan terhadap
bahaya kosmetik pada masa kehamilan.
Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melihat lebih
lanjut “Pengaruh Pengetahuan, Perilaku Dan Sosial Budaya Terahdap
Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun suatu rumusan
masalah yaitu “Adakah Pengaruh Pengetahuan, Perilaku Dan Sosial Budaya
Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang
Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya”
5
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Pengetahuan, Perilaku Dan Sosial
Budaya Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa
Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui Pengaruh Pengetahuan Terhadap Penggunaan
Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013.
b. Untuk mengetahui Pengaruh Perilaku Terhadap Penggunaan Kosmetik
Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh
Jaya tahun 2013.
c. Untuk Mengetahui Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Penggunaan
Kosmetik Pada Ibu Hamil Di Desa Keutapang Kecamatan Jaya
Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti Lain
Dapat melanjutkan penelitan mengenai Pengaruh Pengetahuan,
Perilaku Dan Sosial Budaya Terhadap Penggunaan Kosmetik Pada Ibu
Hamil dengan lebih baik dan berwawasan luas serta dengan
menambahkan variabel-variabel lain yang berkaitan dengan judul.
6
2. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan informasi kepada pembaca tentang bahaya
kosmetik pada kehamilan.
3. Bagi tenaga kesehatan
Sebagai bahan penyuluhan dalam upaya memberikan stimulasi
terhadap pengetahuan ibu hamil tentang pengaruh bahaya kosmetik pada
kehamilan.
7
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kosmetik
1. Pengertian Kosmetik
Kosmetik sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu.Pada abad
ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk
kecantikan juga untuk kesehatan.Menurut Tranggono sambil mengutip
Jellinek dkk (1970) perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru
dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20 (Djajadisastra, 2005).
Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang
siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku,
bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk
membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan,
melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan
tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit (Retno, 2011).
Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti
ketrampilan menghias, mengatur.Defenisi kosmetik dalam Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.42.1018
adalah setiap bahan atau sediaan dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ
genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk
8
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada
kondisi baik (BPOM RI, 2008).
Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit
diperlukan jenis kosmetik tertentu - bukan hanya obat.Selama kosmetik
tersebut tidak mengandung bahan bahaya yang secara farmakologis aktif
mempengaruhi kulit, penggunaan kosmetik jenis ini menguntungkan dan
bermanfaat untuk kulit itu sendiri. Contoh: preparat antiketombe,,
antiperspirant, deodoran, preparat untuk mempengaruhi warna kulit
(untuk memutihkan atau mencoklatkan kulit), preparat antijerawat,
preparat pengeriting rambut dan lain-lain.
2. Tujuan Penggunaan Kosmetik
Kosmetik saat ini telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak
bisa dianggap sebelah mata lagi. Dan sekarang semakin terasa bahwa
kebutuhan adanya kosmetik yang beraneka bentuk dengan ragam warna
dan keunikan kemasan serta keunggulan dalam memberikan fungsi bagi
konsumen menuntut industri kosmetik untuk semakin terpicu
mengembangkan teknologi yang tidak saja mencakup peruntukkannya
dari kosmetik itu sendiri namun juga kepraktisannya didalam
penggunaannya (Djajadisastra, 2005).
Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern
adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make
up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit
9
9
dan rambut dari kerusakan sinar ultraviolet, polusi dan factor lingkungan
yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu seseorang
lebih menikmati dan menghargai hidup (Djajadisastra, 2005).
Seseorang yang menggunakan produk kosmetik tentulah karena
adanya daya tarik kosmetik yang dibelinya tersebut, misalnya ketertarikan
terhadap fungsi dari kosmetik tersebut, kepraktisan dari pemakaian, dan
dampak yang ditimbulkan oleh pemakaian kosmetik itu. Konsumen
haruslah selektif dalam memilih produk kosmetik sehingga dampak
negatif dari pemakaian kosmetik seperti, kulit wajah menjadi kusam,
pucat, kering, pecah-pecah, dan dampak lain dapat dihindari
(Djajadisastra, 2005).
Penggunaan kosmetik harus disesuaikan dengan aturan pakainya.
Misalnya harus sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu
penggunaan, umur, dan jumlah pemakaiannya sehingga tidak
menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Sebelum mempergunakan
kosmetik, sangatlah penting untuk mengetahui lebih dulu apa yang
dimaksud dengan kosmetik, manfaat dan pemakaian yang benar. Maka
dari itu perlu penjelasan lebih detail mengenai kosmetik (Djajadisastra,
2005).
3. Efek samping kosmetik
Ada berbagai reaksi negatif yang disebabkan oleh kosmetik yang
tidak aman pada kulit maupun system tubuh, antara lain:
10
a. Iritasi: reaksi langsung timbul pada pemakaian pertama kosmetik
karena salah satu atau lebih bahan yang dikandungnya bersifat iritan.
Sejumlah deodorant, kosmetik pemutih kulit (misalnya kosmetik
impor Pearl Creamyang mengandung merkuri) dapat langsung
menimbulkan reaksi iritasi (Tranggono dkk, 2007).
b. Alergi: reaksi negatif pada kulit muncul setelah dipakai beberapa kali,
kadang-kadang setelah bertahun-tahun, karena kosmetik itu
mengandung bahan yang bersifat alergenik bagi seseorang meskipun
tidak bagi yang lain (Tranggono dkk, 2007).
c. Fotosensitisasi: reaksi negative muncul setelah kulit yang ditempeli
kosmetik terkena sinar matahari karena salah satu atau lebih dari
bahan, zat pewarna, zat pewangi yang dikandung oleh zat kosmetik itu
bersifat photosensitizer (Tranggono dkk, 2007).
d. Jerawat (acne): beberapa kosmetik pelembap kulit yang sangat
berminyak dan lengket pada kulit, seperti yang diperuntukkan bagi
kulit kering di iklim dingin, dapat menimbulkan jerawat bila
digunakan pada kulit yang berminyak. Terutama di negara-negara
tropis seperti di Indonesia karena kosmetik demikian cenderung
menyumbat pori-pori kulit bersama kotoran dan bakteri (Tranggono
dkk, 2007).
e. Intoksikasi: keracunan dapat terjadi secara local maupun sistemik
melalui penghirupan lewat melalui hidung dan hidung, atau
11
11
penyerapan lewat kulit. Terutama jika salah satu atau lebih bahan
yang dikandung kosmetik itu bersifat toksik (Tranggono dkk, 2007).
f. Penyumbatan fisik: penyumbatan oleh bahan-bahan berminyak dan
lengket yang ada dalam kosmetik tertentu, seperti pelembab atau dasar
bedak terhadap pori-pori kulit atau pori-pori kecil pada bagian tubuh
yang lain. Ada dua efek atau pengaruh kosmetik terhadap kulit, yaitu
efek positif dan efek negatif. Tentu saja yang diharapkan adalah efek
positifnya, sedangkan efek negatifnya tidak diinginkan karena dapat
menyebabkan kelainan-kelainan kulit (Tranggono dkk, 2007).
4. Penggolongan Kosmetik
Kosmetik yang beredar di pasaran sekarang ini dibuat dengan
berbagai jenis bahan dasar dan cara pengolahannya. Menurut bahan yang
digunakan dan cara pengolahannya, kosmetik dapat dibagi menjadi 2
golongan besar yaitu kosmetik tradisional dan kosmetik modern.
Kosmetik yang beredar di Indonesia ada dua macam yaitu kosmetik
tradisional dan kosmetik modern (Tranggono dkk, 2007).
a. Kosmetik Tradisional. Kosmetik tradisional adalah kosmetik alamiah
atau kosmetik asli yang dapat dibuat sendiri langsung dari bahan-
bahan segar atau yang telah dikeringkan, buah-buahan dan tanam-
tanaman disekitar kita. Cara tradisional ini merupakan kebiasaan atau
tradisi yang diwariskan turun-temurun dari leluhur atau nenek moyang
kita (Tranggono dkk, 2007).
12
b. Kosmetik Modern. Kosmetik modern adalah kosmetik yang
diproduksi secara pabrik (laboratorium), dimana telah dicampur
dengan zat-zat kimia untuk mengawetkan kosmetik tersebut agar
tahan lama, sehingga tidak cepat rusak (Tranggono dkk, 2007).
B. Bahan Kosmetik Yang Berbahaya Bagi Ibu Hamil
Beberapa jenis kosmetika dari bahan sintesis harus diwaspadai karen a
dapat melewati plasenta dan masuk ke otak janin sehingga mengganggu
perkembangan janin. Berikut ini kandungan zat dalam kosmetik yang harus
dihindari ketika sedang hamil:
1. Benzoil peroksida, ditemukan dalam banyak produk yangdigunakan
untuk mengobati jerawat termasuk kategori C yang sebiknya di hindari.
2. Salicylic acid (BHA atau beta hydroxxy acid), bahan ini dalam produk
yang digunakan untuk anti penuaan dan mengobati jerawat.
3. Retinol A, merupakan bentuk vitamin A yang digunakan mengobati
jerawat dan pengelupasan kulit mati. Dosis tinggi vitamin A terbukti
dapat mengganggu perkembangan bagi.
4. Parabéns, yaitu pengawet yang sangat umum digunakan banyak produk
perawatan kulit. Penelitian klinis menunjukkan adanya hubungan bahan
ini dengan efek buruk pada system reproduksi bayi laki-laki.
5. Assutane,obat jerawat ini beresiko menyebabkan janin lahir cacat yang
serius dan kemungkinan keguguran.
6. Hidrokortison,krip topical ini mengakibatkan janin lahir cacat dan jenis
keracunan.
13
13
7. Dioksana, Ini merupakan bahan bahaya yang tercantum pada setiap
produk perawatan kulit karena merupakan bahan sintetis lain berbabis
minyak bumi. Bahan ini dapat menyebabkan kanker dan pengaruh efek
samping pada perkembangan janin.
8. Cream Hair Removers, kemungkinan bahan ini dapat diserap ke dalam
kulit sehingga harus dihindari selama kehamilan.
Bahaya merkuri (Hg) pada kosmetik adalah dapat mengakibatkan