-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu.
Sejak
itu, manusia kecil telah memasuki\\ masa perjuangan hidup yang
salah satunya
menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu
yang
mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak
mencukupi maka
janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan
dalam
kehidupan berikutnya. Sejarah klasik tentang dampak kurang gizi
selama
kehamilan terhadap outcome kehamilan telah banyak
didokumentasikan.
Fenomena the Dutch Famine menunjukkan bahwa bayi-bayi yang
masa
kandungannya (terutama trimester 2 dan 3) jatuh pada saat-saat
paceklik
mempunyai rata-rata berat badan, panjang badan, lingkar kepala,
dan berat
placenta yang lebih rendah dibandingkan bayi-bayi yang masa
kandungannya
tidak terpapar masa paceklik dan hal ini terjadi karena adanya
penurunan
asupan kalori, protein dan zat gizi essential
lainnya(Depkes,2011).
Menurut (Goldon,2005) pertumbuhan janin terhambat-PJT
(Intrauterine growth restriction) diartikan sebagai suatu
kondisi dimana janin
berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri normal pada
usia kehamilan.
Kadang pula istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk
masa kehamilan-
KMK (small for gestational age). Umumnya janin dengan PJT
memiliki
taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki
berat kurang
dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama.
Janin
-
2
dengan PJT pada umumnya akan lahir prematur (37 minggu).
IUFD merupakan kematian janin yang berkaitan dengan ekspulsi
komplet atau
ekstraksi hasil konsepsi dari Ibu, pada durasi yang tidak dapat
diperkirakan di dalam masa
kehamilan, dan merupakan terminasi kehamilan yang tidak
diinduksi Angka insidensi
kematian janin di dunia diperkirakan mencapai rentang 2,14 -
3,82 juta jiwa (Gamella
2008).
BBLR merupakan masalah besar karena memberikan konstribusi
tinggi
terhadap kematian neonatal. Diperkirakan, sebanyak 70% kematian
neonatal
disebabkan oleh BBLR, 76% meninggal pada jam pertama kelahiran
dan lebih
dari 2/3 meninggal pada minggu pertama kehidupan. WHO
mengestimasikan
pada tahun 2003 insiden BBLR di Indonesia sebesar 10,5%, IUGR
19,8%,
kelahiran prematur 18,5% dan kematian bayi 33 per 1.000
kelahiran hidup.
Penelitian ini telah dilakuan di pendahuluan di dua Rumah Sakit
Umum (RSU)
Banjarmasin selama periode 5 tahun terakhir menunjukkan insiden
BBLR yang
bervariasi, RSU Ansyari Saleh 10%-12% dan RSUD Ulin 18%-22%
(Depkes,
2010, Download).
Menurut World Health Organisation (WHO) setiap tahun di
dunia
diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah
(BBLR). Kelahiran
BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum waktunya (prematur),
dan
sebagian oleh karena mengalami gangguan pertumbuhan selama masih
dalam
kandungan (IUGR). Di negara berkembang, BBLR banyak dikaitkan
dengan
tingkat kemiskinan. BBLR merupakan penyumbang utama angka
kematian
-
3
pada neonatus. Menurut perkiraan WHO, terdapat 5 juta kematian
neonatus
setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28
hari
pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98%
kematian
tersebut berasal dari negara berkembang. Secara khusus angka
kematian
neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup.
Dalam laporan
WHO yang dikutip dari State of the worlds mother 2007 (data
tahun 2000-
2003) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh
Bayi
Berat Lahir Rendah karena mengalami gangguan pertumbuhan selama
masih
dalam kandungan (IUGR).
Di negara maju angka prematuritas sesuai kriteria WHO adalah
antara
5 10 %, sedangkan di Indonesia belum jelas, karena masih banyak
bayi lahir
dengan berat badan yang rendah atau BBLR, yaitu sekitar 14 17 %
yang
terbanyak disebabkan karena kurang gizi pada masa kehamilannya
sehingga
lahir dismatur, yaitu berat badan lahir yang tidak sesuai dengan
usia kehamilan,
Kecil Menurut Kahamilan atau (KMK) Angka angka di atas
mencerminkan
baik tidaknya sosial-ekonomi dan menentukan pola demografi di
suatu daerah
atau negara. Di Indonesia, jumlah anak di dalam satu keluarga
dianjurkan
untuk tidak melebihi dua anak untuk menjamin kelangsungan hidup
yang
optimal, fisik, sosial dan mental bagi setiap anak yang
dilahirkan. Untuk itu
secara nasionaldi Indonesia telah sampai pada gerakan keluarga
berencana
yang mandiri (Varney, 2007).
-
4
Di berbagai negara berkembang di dunia, angka kematian janin
semakin bertambah
seiring dengan tingkat kesejahteraan rakyat dan kualitas
pelayanan kesehatan di negara
tersebut.Pelaporan angka insidensi kematian janin juga masih
terbatas dan belum
terdokumentasi dengan baik. Padahal laporan tersebut dapat
menjadi acuan atau rujukan
yang berguna dalam memperbaiki kinerja tenaga kesehatan maternal
yang ada (Ayu
agustin, 2012).
Jenjang pendidikan akademik diploma III merupakan jenjang
pendidikan tinggi. Menurut Notoadmojo (2010) pendidikan
dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan
pola hidup
terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam
pembangunan. Pada
umumnya makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah
menerima
informasi dan semakin luas pengetahuannya.
Pendidikan kebidanan memiliki kurikulum wajib seperti mata
kuliah
Askeb hamil dan Askeb persalinan yang setiap mahasiswi
mempelajari
mengenai kelainan yang terjadi pada ibu hamil dan bayi, dari
hasil studi
pendahuluan yang penulis lakukan dari 10 orang mahasiswi Prodi
D-III
kebidanan STIKes Ubudiyah mengenai IUGR terhadap kejadian IUFD
6
diantaranya tidak mempunyai pengetahuan tentang tentang IUGR
terhadap
kejadian IUFD dan 4 mahasiswa mempunyai pengetahaun tentang
IUGR
terhadap kejadian IUFD.(STIKes Ubudiyah,2013)
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik
untuk
meneliti lebih lanjut mengenai gambaran pengetahuan mahasisiwi
kebidanan
-
5
mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil di
Prodi D-
III Kebidanan STIKes UBudiyah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahannya adalah bagaimanakah gambaran pengetahuan
mahasisiwi
kebidanan mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu
hamil
di Prodi D-III Kebidanan STIKes UBudiyah?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasisiwi kebidanan
mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil
di
Prodi D-III Kebidanan STIKes UBudiyah.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasisiwi
kebidanan
mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil
ditinjau dari informasi.
b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasisiwi
kebidanan
mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil
di tinjau dari pengalaman.
-
6
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Proposal ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
pengetahuan
untuk menambah wawasan penulis tentang gambaran pengetahuan
mahasisiwi kebidanan mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian
IUFD pada ibu hamil di Prodi D-III Kebidanan STIKes
UBudiyah.
2. Bagi tempat penelitian
Proposal ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana
penambah
informasi menjadi masukan dan sebagai pertimbangan untuk
membuat
kebijakan dalam bidang KIA, sehingga kejadian IUGR dapat
diantisipasi sedini mungkin.
3. Bagi institusi
Proposal ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang
gambaran
pengetahuan mahasisiwi kebidanan mengenai IUGR sebagai
penyebab
kejadian IUFD pada ibu hamil di Prodi D-III Kebidanan STIKes
UBudiyah.
4. Bagi Profesi Kebidanan
Pedoman bagi tenaga profesi kebidanan Khususnya bidan agar
dapat
memberikan penyuluhan kepada ibu hamil tentang IUGR sebagai
penyebab kejadian IUFD
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian IUGR
Istilah small gestational age (SGA) dan intrauterine growth
retardation
(IUGR) sering digunakan secara bergantian untuk menunjukkan
pertumbuhan
janin yang buruk, namun ada perbedaan minor secara terminology.
SGA adalah
apabila perkiraan berat janin (EFW) terhadap usia kehamilan
berada dibawah
persentil 10. Dari janin SGA yang didiagnosa (Rahmanurs,
2011).
IUGR mengacu pada pertumbuhan janin yang telah dibatasi oleh
lingkungan gizi yang tidak adekuat di dalam rahim, sehingga
menyebabkan
bayi baru lahir tidak mencapai potensi pertumbuhannya. Bayi ini
kurang
beruntung sebelum mereka memasuki dunia. Meskipun klasifikasi
IUGR masih
didasarkan pada data referensi kurang standar, ada tiga kelompok
yang berbeda
(Rahmanurs, 2011).
Bayi baru lahir di Grup 1 adalah lahir setelah setidaknya usia
kehamilan
37 minggu dan berat badan lahir dari 2.500 gram. Dalam sebagian
besar
populas, ini adalah kelompok terbesar dari bayi baru lahir
dipengaruhi oleh
IUGR. Kelompok 2 bayi yang baru lahir yang prematur dan berat
kurang dari
persentil 10 saat lahir. Bayi yang baru lahir di Grup 3, sebuah
kelompok yang
lebih kecil, berat kurang dari persentil 10 (berada di bawah
kurva), tetapi
mempunyai berat lahir lebih besar dari 2.500 gram (dr.Suryawan
ahmad,2005).
-
8
B. Etiologi
Penyebab terjadinya IUGR terbahagi pada tiga kategori major
yaitu
pengaruh dari maternal, janin dan plasenta(Gomella et al,
2004).
1. Faktor maternal
a. Hipertensi dan penyakit vaskuler (hipertensi gestasional,
autoimun).
b. Diabetes.
c. Infeksi viral dan parasit TORCH (Toxoplasmosis, Rubella,
Citamegallo, Herpes) malaria, infeksi bacterial (penyakit
menular
seksual).
d. Hipoksemia maternal (penyakit pulmonal, penyakit jantung
sianotik,
anemia berat).
e. Toksin medikasi (warfarin), antikonvulsan, agen
antineoplastik).
f. Malformasi uterine atau fibroid.
g. Thrombofilia (sindrom antifosfolipid).
h. Berat badan ibu kurang berat badan pada awal kehamilan,
malnutrisi
kalori- protein atau ibu obesitas (BMI tinggi).
i. Variasi sosiodemografi
j. Merokok dan/atau pemakaian alcohol, dan/atau pemakaian bahan
lain.
k. Wanita dengan pertumbuhan terhambat, mempunyai riwayat
kehamilan IUGR atau mempunyai kakak yang hamil IUGR.
2. Faktor janin
a. Kelainan bawaan (termasuk mereka dengan infeksi
maternal).
-
9
b. Kelainan kromosom ( Sindrom Turner dan Sindrom Down),
kelainan
genetik lainnya yang tidak disebabkan oleh masalah kromosom
adalah
seperti Sindrom Russell-Silver, pertumbuhan tulang skeletal
abnormal
dan beberapa sindrom lain.
c. Sindrom transfusi kembar ke kembar.
d. Gestasi multiple.
3. Faktor plasenta
a. Plasenta infark.
b. Trombosis pada pembuluh darah janin.
c. Gangguan kronis prematur.
d. Vili plasenta oedema.
e. Anomali cord.
C. Patofisiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan janin termasuk
jenis
kelamin yaitu laki-laki lebih berat dari perempuan, paritas
contohnya bayi yang
lahir pertama lebih kecil, etnis tergantung norma-norma yang
berbeda,
ketinggian, ukuran ibu yaitu ibu besar mendapat bayi besar,
jumlah janin yaitu
berat lahir mengecil dengan meningkatkan jumlah janin dan
insulin yaitu faktor
hormonal yang paling penting (Pranoto,2012).
Normal pertumbuhan intrauterin terjadi dalam 3 tahap. Mitosis
cepat
dan konten DNA meningkat (hiperplasia) terjadi selama trimester
pertama
(kehamilan 4-20 minggu). Trimester kedua (umur kehamilan 20-28
minggu)
adalah periode hiperplasia dan hipertropi dengan mitosis menurun
tetapi
-
10
peningkatan ukuran sel. Trimester ketiga (umur kehamilan 28-40
minggu)
adalah periode peningkatan pesat dalam ukuran sel dengan cepat
akumulasi
lemak, otot dan jaringan ikat. Hambatan pertumbuhan selama
trimester
pertama menghasilkan janin yang sel yang berkurang tetapi
berukuran normal,
menyebabkan IUGR simetris. Contohnya termasuk pengekangan
pertumbuhan
melekat genetik, infeksi dan kelainan kromosom bawaan.
Hambatan
pertumbuhan selama trimester kedua dan ketiga menyebabkan ukuran
sel
mengecil dan berat badan janin dengan efek kurang pada panjang
dan
pertumbuhan kepala yang mengarah ke IUGR asimetris. Dengan
onset
kemudian, contoh termasuk kekurangan atau defisiensi gizi
uteroplasenta
selama trimester 3 (Ayu agustin,2012).
D. Klasifikasi IUGR
1. IUGR Simetrik
Tipe IUGR ini menunjuk pada bayi dengan potensi penurunan
pertumbuhan. Tipe IUGR ini dimulai pada gestasi yang lebih awal,
dan
semua fetus ini menurut perbandingan SGA. Lingkar dada dan
kepala,
panjang dan beratnya semua dibawah 10 persentil untuk usia
kehamilan,
tetapi bayi ini memiliki Indek Ponderal yang normal. Tipe IUGR
simetrik
merupakan akibat dari hambatan pertumbuhan pada awal kehamilan.
Pada
tahapan awal pertumbuhan embrio fetus, ditandai dengan mitosis
pada usia
kehamilan 4 sampai dengan 20 minggu yang disebut fase
hiperplasti.
Apabila ada kondisi patologis selama fase ini akan mengurangi
jumlah sel
untuk bayi. IUGR simetrik terjadi pada 20-30% pada fetus
yang
-
11
mengalami hambatan pertumbuhan. Keadaan ini disebabkan
adanya
hambatan mitosis ketika terjadi infeksi dalam kandungan
(misalnya,
herpes simplek, rubella, cytomegalovirus dan toksoplasma),
kelainan
kromosom, dan kelainan congenital. Harus diingat, bagaimanapun,
fetus
yang simetrik mungkin secara aturan kecil dan menderita tetapi
tidak
semuanya mengalami ketidaknormala (Ayu agustin, 2012).
Secara umum, IUGR simetrik berhubungan dengan prognosisi
yang
tidak baik ; ini berhubungan dengan kondisi phatologis yang
menyebabkannya. Weiner dan Wiliamson menunjukkan,ada tidak
adanya
faktor resiko yang diidentifikasi dari ibu, diperkirakan 25%
beberapa fetus
yang dinilai, hambatan pertumbuhan yang dimulai lebih awal
terjadi pada
aneuploidy. Oleh karena itu, penilaian sample darah pada
umbilical
(Percutaneus Umbillical Blood Sampling), direkomendasikan
untuk
mengetahui Karyotipe abnormal.
2. IUGR Asimetrik
Tipe IUGR asymetrik menunjuk pada hambatan pertumbuhan
pada neonatus dan frekuensi terbanyak berhubungan dengan
isufisiensi
uteroplasental. Tipe IUGR ini merupakan hasil keterlambatan
pertumbuhan Tipe ini dan selalu terjadi sesudah minggu ke 28
dari
kehamilan. Pada akhir trimester II, pertumbuhan fetus normal
ditandai
dengan adanya hipertropi. Pada fase hipertropi, secara cepat
telah terjadi
peningkatan ukuran sel dan pembentukan lemak, otot, tulang dan
jaringan
yang lainnya. Hambatan pertumbuhan fetus yang asimetrik, total
jumlah
-
12
sel mendekati normal, tetapi sel sel tersebut mengalami
penurunan/pengecilan ukuran. Fetus IUGR simetrik memiliki
Indek
Ponderal yang rendah dibandingkan dengan rata rata bawah berat
bayi,
tetapi ukuran lingkar kepala dan panjang lengan adalah normal.
Pada
beberapa kasus asimetrik IUGR, pertumbuhan fetus adalah normal
sampai
dengan akhir Trimester II dan awal Trimeseter III, ketika
pertumbuhan
kepala tetap normal, sedangkan pertumbuhan abdominal lambat
(Brain
Sparring Effect). Tipe asimetrik ini merupakan hasil dari
mekanisme
kompensasi fetus dalam memberikan reaksi terhadap fase
penurunan
perfusi plasenta. Terjadinya pendistribusian ulang dari Fetal
Cardiac
Output, dengan penurunan aliran ke otak, hati, dan adrenal dan
penurunan
cadangan glikogen dan liver mass. Bagaimanapun, isufisiensi
plasenta
adalah merugikan selama akhir kehamilan, pertumbuhan kepala
menjadi
rata, dan ukurannya mungkin menjadi turun pada curve
pertumbuhan
normal. Diperkirakan, 70% - 80% hambatan pada pertumbuhan
fetus
adalah tipe ini. IUGR ini seringkali berhubungan dengan penyakit
ibu
seperti Hipertensi kronis, gangguan ginjal, Diabetes Mellitus
dengan
vaskulopati, dan yang lainnya.
E. Diagnosis
1. Menentukan usia kehamilan.
Menentukan usia kehamilan yang benar adalah penting.
Menstruasi
terakhir, ukuran rahim, time of quickening (gerakan kencang di
perut
yang disebabkan oleh aktivitas janin, yang dirasakan oleh ibu
untuk
-
13
pertama kalinya), dan pengukuran USG awal digunakan untuk
menentukan usia kehamilan (Gomella et al, 2004).
2. Penilaian Janin
a) Diagnosis klinis. Riwayat pasien akan meningkatkan indeks
kecurigaan
mengenai pertumbuhan suboptimal. Estimasi berat secara
manual,
pengukuran tinggi fundus secara serial, dan perkiraan dari ibu
tentang
keaktifan aktifitas janin adalah ukuran klinis sederhana.
Ketidaktepatan
dan inkonsistensi dapat mencegah keyakinan luas dalam
metode-
metode klinis.
b) Evaluasi Hormonal. Tes hormon itu pada satu waktu populer
untuk
penilaian IUGR tetapi jarang digunakan sekarang. Estriol urin
dan
kadar human placental lactogen cenderung rendah atau menurun
pada
kehamilan dengan IUGR, meskipun terdapat variasi pada
beberapa
individu.
c) Ultrasonografi. Karena keandalannya untuk menentukan usia
kehamilan, kemampuan untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan
janin
dengan pengukuran antropomorfik, dan kemampuan untuk
mendeteksi
anomali janin, oleh karena itu USG merupakan alat untuk
diagnosis
yang diandalkan saat ini. Pengukuran antropomorfik berikut
digunakan
dalam kombinasi untuk memprediksi penurunan pertumbuhan
dengan
tingkat akurasi yang tinggi.
d) Pengukuran kecepatan gelombang dengan menggunakan alat
Doppler
pada sirkulasi ibu dan janin dapat mendeteksi IUGR.
Penurunan
-
14
kecepatan gelombang sirkulasi ibu menunjukkan penurunan
perfusi
arteri uteroplasenta. Kecepatan gelombang yang dideteksi oleh
Fetal
Doppler pada sirkulasi arteri menunjukkan gawat janin kronis,
fetal
distress dan hipoksia. Resiko terbesar untuk IUGR dikaitkan
dengan
tidak adanya aliran diastolik atau aliran balik dalam arteri
umbilikalis
(Gomella,2004).
3. Penilaian pada neonatus.
a) Penurunan berat badan waktu usia kehamilan merupakan metode
paling
ringkas untuk mendiagnosa IUGR. Namun, metode ini cenderung
salah
diagnose secara konstitusional dengan bayi kecil dan bayi yang
ukuran
pertumbuhan proporsional terhambat (Gomella,2004).
b) Tampilan fisik. Apabila bayi tanpa dengan sindrom
malformasi
kongenital dan infeksi, kelompok IUGR ini mempunyai ciri
tampilan
fisik. Bayi-bayi ini umumnya kurus, dengan kulit mengelupas
dan
longgar karena kehilangan tisu subkutan, abdomen skafoid, dan
kepala
besar yang tidak proporsional (Gomella,2004).
c) Kurva Lubchencho mungkin sulit digunakan untuk
memperkirakan
terjadinya IUGR (Varney,2007).
F. Penemuan Klinis
Pada inspeksi pertama pada banyak bayi kecil masa kehamilan,
beberapa karakteristik fisik jelas segera menunjukkan adanya
IUGR. Pada
IUGR asimetrik, salah satu segera terlihat adalah kepala tampak
besar, namun
lingkar kepala sebenarnya normal atau hampir , ini karena dada
dan terutama
-
15
keliling perut yang berkurang. Kepala hanya terlihat besar pada
tubuhnya. Otak
terhindar atau kurang dipengaruhi oleh hambatan intrauterin,
yang mungkin
karena gangguan intrauterine relatif pada akhir kehamilan.
Karena rasio massa
otak dengan massa hati adalah tinggi, hipoglikemia mungkin untuk
timbul pada
bayi tersebut. Lemak pada kulit subkutan menghilang dan kulit
terlihat longgar
longgar dan kering. Meskipun kulit mereka tampak pucat, banyak
dari bayi
IUGR ini mengalami polisitemia; hematokrit vena mereka mungkin
lebih besar
dari 60 (Mochtar,2008).
Pada IUGR asimeterik yang ekstrem, massa otot pada pantat, paha,
dan
pipi juga berkurang. Oleh karena panjang tubuh bayi IUGR ini
tidak berkurang
seperti lemak subkutan, maka bayi ini sering terlihat tipis dan
panjang. Lipatan
kulit longitudinal di paha menunjukkan penurunan berat lemak di
bawah kulit,
sebaliknya dengan lipatan paha horisontal pada bayi yang lebih
besar,
menunjukkan status gizi negara jauh lebih baik. Bayi bermata
lebar, mungkin
karena terjadinya hipoksia kronis saat intrauterin. Perut
terlihat mendatar atau
cekung (skafoid), bukan bulat seperti pada bayi dengan gizi yang
baik. Saat
lahir, umbilikus umumnya tipis, berbeda dengan umbilikus biasa,
yang besar,
abu-abu, berkilau, dan lembab. Oleh karena semua umbilicus akan
terlihat
semakin layu setelah lahir, maka kondisi umbilikus setelah 24
jam usia
kelahiran mempunyai signifikansi diagnostik yang kecil. Rambut
pada kulit
kepala biasanya jarang. Sutura di kepala sering melebar akibat
pertumbuhan
tulang terganggu. Ubun-ubun besar, meskipun ukurannya besar,
teraba lembut
atau cekung, sehingga menyebabkan tekanan intrakranial meningkat
sehingga
-
16
mengakibatkan sutura melebatr. Sebagian besar bayi ini lebih
aktif dari yang
diperkirakan untuk berat lahir rendah. Kekuatan tangisan mereka
mungkin
sangat mengesankan. Seringkali, tanda, ekspresi wajah
terbelalak
dikombinasikan dengan menyodorkan lidah berulang yang
merangsang
gerakan mengisap. Kesan keseluruhan semangat dan baik sering
disalah
artikan, karena kesan ini adalah hasil dari stres yang
disebabkan oleh hipoksia
kronis saat intrauterin. Banyak dari bayi mengalami kejang
setelah 6-18 jam
kemudian, terutama mereka yang ubun-ubun besar keras akibat
adanya edema
otak dari hipoksia intrauterin. Sebaliknya, pada asfiksia
perinatal berat, bayi
mengalami depresi, sehingga terlihat flasid dan lethargi
(Cunningham,2006).
G. Komplikasi
Morbiditas dan mortalitas janin dan bayi meningkat pada IUGR
dan
meningkat tinggi apabila berat lahir bayi kurang dari persentil
5. IUGR pada
saat kelahiran mungkin berhubung kait dengan resiko kesehatan
dimana ini
mungkin akan menetap hingga dewasa (Sarwono,2003).
Terdapat bukti dari asosiasi antara pertumbuhan janin terhambat
dan
tekanan darah, non insulin dependent diabetes , penyakit jantung
koroner, dan
kanker dalam kehidupan dewasa. Hipotesis Barker mengatakan
asal-usul
penyakit dengan gizi kurang selama periode kritis pada awal
kehamilan dan
bayi meningkatan resiko penyakit kronis pada masa dewasa.
Transisi gizi -
yaitu pergeseran pola diet dan gaya hidup yang telah dihasilkan
dari urbanisasi
dan pembangunan ekonomi yang cepat - dapat mempercepat munculnya
awal
undernutrition pada konsekuensi dewasa (Manuaba 2001).
-
17
Dibawah adalah ringkasan konsekuensi pada kejadian IUGR yang
sering terjadi, yaitu;
a) Asfiksia perinatal.
Hipertensi pulmonal persisten. Banyak bayi IUGR mengalami
hipoksia intrauterine yang kronis sehingga mengakibatkan
penebalan
abnormal otot polos pada arteriol kecil di pulmonal. Akhirnya,
aliran darah
pulmonal menurun dan mengakibatkan derajat hipertensi arteri
pulmonat
berubah. Oleh karena inilah bayi IUGR beresiko terjadinya
hipertensi
pulmonal persisten. Penyakit membrane hialin jarang terjadi pada
IUGR
karena bayi ini cenderung mengalami pematangan paru sekunder
akibat
stress intrauterine kronis.
b) Sindrom distress nafas.
Beberapa laporan mengatakan maturasi pulmonal janin
berhubung
kait dengan IUGR, sekunder akibat stress intrauterin kronis.
Aspirasi
mekonium. Terjadi pada 5-15% kelahiran dan biasanya terjadi pada
bayi
pasca panjang dan panjang. IUGR umum pada bayi pasca-panjang
(Gamella, 2004).
c) Hipotermia.
Termoregulasi berkurang pada bayi IUGR karena hilangnya
lemak
subkutan. Bayi IUGR sekunder akibat malnutrisi janin pada
akhir
kehamilan cenderung menjadi kurus kering akibat dari hilangnya
lemak
subkutan. Mereka cenderung lebih mudah hiportermi berbanding
bayi
prematur (Gamella, 2004).
-
18
d) Metabolik
1) Hipoglikemia. Metabolisme karbohidrat serius terganggu, dan
bayi
IUGR sangat rawan untuk terjadi hipoglikemi akibat oleh
hilangnya
simpanan glikogen dan kurangnya kapasitas glukoneogenesis.
Oksidasi
asam lemak bebas dan trigliserida berkurang pada bayi IUGR,
dimana
hal ini membatasi sumber simpanan alternative. Hiperinsulin,
sensitive
berlebihan terhadap insulin, dan defisiensi pelepasan
katekolamin
waktu hipoglikemia menyebabkan abnormal pada mekanisme
hormon
regulasi saat periode hipoglikemi pada bayi IUGR.
2) Hiperglikemia. Bayi dengan kurang berat badan sangat
rendah
mempunyai sekresi insulin yang rendah sehingga menyebabkan
hiperglikemia.
3) Hipokalsemia. Hipokalsemia bisa terjadi pada bayi IUGR
setelah
asfiksia (Gamella, 2004).
e) Gangguan hematologi
Hiperviskositi dan polisitemia mungkin merupakan hasil dari
meningkatnya kadar eritropoietin sekunder akibat janin
hipoksia
berhubung dengan IUGR. Trombositopenia, neutropenia, dan
koagulasi
profil berubah bisa terlihat pada bayi IUGR. Polisitemia
juga
menyumbang terjadinya hipoglikemia dan mengarahkan terjadinya
cedera
serebral. Perubahan imunitas. Bayi IUGR mempunyai kadar IgG
yang
rendah. Tambahan pula, ukuran timus berkurang 50% dan limfosit
darah
periferal juga menurun (Putrimulyarahman,2009).
-
19
H. Pengertian IUFD
Intra uterine fetal deadth (IUFD) atau kematian janin dalam
rahim
adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses
persalinan pada
usia kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram.
Pedarahan
Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan
Obstetri
Patologis, IUFD adalah kematian intrauterin sebelum seluruh
produksi
konsepsi manusia dikeluarkan, ini tidak diakibatkan oleh aborsi
terapeutik atau
kematian janin juga disebut kematian intrauterin dan
mengakibatkan kelahiran
mati (Sarwono,2005).
1. Adapun penyebab IUFD:
a. perdarahan antepartum seperti plasenta previa dan solusio
plasenta
b. pre eklamsi dan eklamsi
c. penyakit kelainan darah
d. penyakit infeksi menular
e. penyakit saluran kencing
f. penyakit endokrin sperti DM dan hipertiroid
g. malnutris
I. Faktor Predisposisi IUFD
1. Faktor ibu (High Risk Mothers)
a. Status social ekonomi yang rendah
b. Tingkat pendidikan ibu yang rendah
c. Umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun
-
20
d. Paritas pertama atau paritas kelima atau lebih
e. Tinggi dan BB ibu tidak proporsional
f. kehamilan di luar perkawinan
g. kehamilan tanpa pengawasan antenatal
h. ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
i. ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak
baik
seperti bayi lahir mati
j. riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
2. Faktor Bayi (High Risk Infants)
a. Bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
b. Bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth
Retardation)
c. Bayi dalam keluarga yang mempunyai problema sosial
3. Faktor yang berhubungan dengan kehamilan
a. Abrupsio plasenta
b. Plasenta previa
c. Preeklamsi / eklamsi
d. Polihidramnion
e. Inkompatibilitas golongan darah
f. Kehamilan lama
g. Kehamilan ganda
h. Infeksi
i. Diabetes
j. Genitourinaria
J. Tanda dan gejala
1. Terhentinya pertumbuhan uterus, atau penurunan TFU
2. Terhentinya pergerakan janin
3. Terhentinya denyut jantung janin
-
21
4. Penurunan atau terhentinya peningkatan berat badan ibu.
5. Perut tidak membesar tapi mengecil dan terasa dingin
6. Terhentinya perubahan payudara.
K. Komplikasi
1. Trauma emosional yg cukup berat terjadi bila wktu antara
kematia janin &
persalinan cukup lama.
2. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah
3. Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung lebih
dari
2minggu.
4. Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak
memvbahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan
terjadinya kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar.
Kematian
janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak
menghasilkan
tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu, pembekuan
intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh
trombosit
terjadilah pembekuan darah yang meluas menjadi Disseminated
intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen
< 100
mg%). Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700
mg%.
Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik
postpartum.
Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati.
L. Penanganan
1. Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok
dan
ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap
ini
bidan berperan sebagai motivator untuk meningkatkan kesiapan
mental
ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada.
2. Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan
dokter
spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen,
maka
bidan seharusnya melakukan rujukan.
-
22
3. Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian
oleh
Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk
menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis kematian in
utero.
Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24
jam sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan.
Maka
sering dilakukan terminasi kehamilan.
4. Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus tidak lebih dari 12
minggu
kehamilan.
Persiapan:
a. Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan darah
baik.
b. Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:pemeriksaan
trombosit, fibrinogen, waktu pembekuan, waktu perdarahan,
dan
waktu protombin.
Tindakan:
a. Kuretasi vakum
b. Kuretase tajam
c. Dilatasi dan kuretasi tajam
d. Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari 12
minggu
sampai 20 minggu
e. Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6
jam
sesudah pemberian pertama.
f. Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya.
g. Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol
atau
pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5%
mulai
20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
Catatan : dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.
1. Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 20 28 minggu
2. Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali
6
jam sesudah pemberian pertama.
3. Pemasangan batang laminaria selama 12 jam.
-
23
4. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai
20
tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
5. Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup
maupun janin mati.
6. Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati.
Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melahirkan
pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu,
dengan sepengetahuan konsulen.
M . Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah
orang
melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan
terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran,
penciuman, rsa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia
diperoleh
melalui mata dan telingan Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo 2007).
Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta
dari
suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai
konstruksi
kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun
lingkungannya.
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan
sementara
orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai
suatu
pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat
mengalami
reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.
-
24
N . Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Seseorang
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung
seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin
tinggi
pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari
media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak
pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat
erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang
dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas
pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah
pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan
formal,
akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Pengetahuan
seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu
aspek
positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan
menentukan
sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek
positif
dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin
positif
terhadap obyek tersebut .
-
25
2) Sumber Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan.
Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa
yang
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi
baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi,
radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam
penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula
pesan-
pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan
landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal
tersebut.
(Notoatmodjo, 2012)
3) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya
suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga
status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. (Adi
2011)
-
26
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang
berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
interaksi timbal
balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh
setiap
individu.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi
masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta
pengalaman
belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan
mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari
keterpaduan
menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata
dalam
bidang kerjanya.(Manulang. 1984)
6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula
daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya
semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan
aktif
dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak
melakukan
-
27
persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia
tua, selain
itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak
waktu
untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan
kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia
ini.
O. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif Memiliki
Beberapa
Tingkatan (Sarwono 2007)
1. Tahu (Know)
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata kerja
untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara
lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
2. Memahami (Comrehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasi
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap
obyek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkancontoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang
dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks
dan situasi yang lain.
-
28
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi
atau suatu obyek ke dalam komponen komponen tetapi masih
dalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
sama
lain.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk
menyusun formasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi
penelitian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian
itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada. Evaluasi meliputi kata
kerja
membandingkan menanggapi penafsiran.
-
29
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
IUFD merupakan faktor kematian janin yang berkaitan dengan
ekspulsi
komplet atau ekstraksi hasil konsepsi dari Ibu, pada durasi yang
tidak dapat
diperkirakan di dalam masa kehamilan, dan merupakan terminasi
kehamilan yang
tidak diinduksi Angka insidensi kematian janin di dunia
diperkirakan mencapai rentang
2,14 - 3,82 juta jiwa (Cousens, 2011).
Karena keterbatasan waktu maka peneliti hanya meneliti
variabel
independen (Bebas) yaitu: informasi, lingkungan dan
pengalaman.variabel
dependen (terikat) yaitu pengetahuan mahasiswa, untuk lebih
jelas
kerangka konsep dapat di gambarkan seperti ini:
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Pengetahuan Mahasiswa
Pengalaman
Sumber Informasi
-
30
A. Definisi Operasional
Tabel 3.1 definisi operasional
N
O
Variabel Definisi
operasional
Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
ukur
Dependen
1 Pengetahua
n
mahasiswa
Tingkat
pengetahuan
mahasiswi tentang
IUGR
Membagikan kuesioner
yang berisi 10
pertanyaan, dengan
kriteria :
Tinggi bila, x <
Rendah bila, x <
Kuesioner
Tinggi
Jika X 10
Rendah
Jika X< 10
Ordinal
Independen
2 Sumber
Informasi
Iformasi yang
didapat mahasiswi
kebidanan terkait
hubungan IUGR
terhadap kejadian
IUFD
Menyebarkan kuesioner
sebanyak 2 pertanyaan
Media cetak bila
responden mendapat
Informasi dari
Koran,Majalah,Selebaran
dan lain-lain
Media elektronik
Tv,Radio,Internet,dan
lain-lain
Kuesioner
Pernah X
10
Tidak
pernah
Jika X< 10
Ordinal
3 Pengalaman
Mahasiswi
melihat kasus
IUGR terhadap
IUFD ditempat
prkatek yang lalu
Menyebarkan kuesioner
sebanyak 7 pertanyaan
dengan kriteria :
Pernah bila, x <
Tidak pernah bila,
x <
Kuesioner Baik
Jika X
10
kurang
Jika X <
10
Ordinal
-
31
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif
dengan
pendekatan cross sectional, yaitu pengumpulan data di lakukan
sekaligus
pada suatu waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2005).
B. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi tingkat III Prodi
D-III
Kebidanan STIKes UBudiyah Banda Aceh yang berjumlah 102
mahasiswi.
2. Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah total sampling
yaitu
mahasiswi STIKes UBudiyah Banda Aceh yang mengetahui IUGR
terhadap kejadian IUFD pada ibu hamil yang berjumlah 102
orang.
Jumlah sampel tersebut di tentukan dengan menggunakan Teori
Slovin.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di STIKes UBudiyah
Banda
Aceh.
-
32
2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September tahun
2013
D. Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.
Data
primer adalah data yang langsung di peroleh dari responden
dengan cara
menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan yang telah di
sediakan dan
selanjutnya oleh responden sesuai dengan petunjuk.
Sedangkan data sekunder adalah data yang di tinjau dari
laporan
kunjungan di Di Prodi D-III Kebidanan STIKes UBudiyah tingkat
III.
E.Instrumen Penelitian
Adapun instrument penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian ini
adalah kuesioner mengenai gambaran pengetahuan mahasisiwi
kebidanan
mengenai IUGR terhadap kejadian IUFD pada ibu hamil dan form
penilaian
antropometri yang disusun berdasarkan telaah kepustakaan.
F.Pengolahan Dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Data dalam penelitian ini akan di olah dengan cara:
a. Editing yaitu melakukan pengecekan kembali semua item
pertnyaan
telah terisi dan melihat apakah ada kekeliruan yang mungkin
dapat
menggangu pengolahan data selanjutnya.
b. Coding yaitu pemberian kode berupa nomor pada lembaran
kuesioner
untuk memudahkan pengolahan data
-
33
c. Transferring yaitu data yang telah di berkan kode di susun
secara
berurutan dari responden pertama sampai responden terkhir
untuk
dimasukan ke dalam tabel sesuai dengan variabel yang telah di
teliti.
d. Tabulating yaitu pengelompokan responden yang telah dibuat
pada tiap-
tiap variabel yang di ukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam
tabel
distribusi frekuensi .
2. Analisa data
a. Analisa univariat
Yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi, adapun rumus
yang
akan dipakai dalam analisis data univariat diantara adalah
(Arikunto,
2006)
Keterangan:
n = jumlah sampel (populasi)
P=
Keterangan:
P= Persentase
f 1= Frekuensi
n = Sampel
-
34
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
STIKes UBudiyah yang berdiri pada tahun 2004. STIKes
UBudiyah
merupakan institusi pendidikan resmi yang telah mendapatkan izin
dari Menteri
Pendidikan Nasional RI berdasarkan SK No.122/D/O/2004. STIKes
UBudiyah
memiliki Akreditas tertinggi di Aceh dan Sumatra Utara untuk
prodi D-III
Kebidanan dengan peringkat B (Baik) dari BAN-PT hingga tahun
2015. STIKes
UBudiyah sampai saat ini terus berkembang dan pada bulan
September 2013 ini
STIKes UBudiyah akan menjadi Universitas UBudiyah Indonesia.
STIKes UBudiyah Banda Aceh berada di Kecamatan Syiah Kuala,
terletak
di antara Desa Alue Naga dan Desa Tibang Banda Aceh. Dengan
beberapa
Jurusan Kesehatan yaitu Jurusan FKM, D-IV, dan D-III Kebidanan
Umum. Salah
satu penelitian yang saya lakukan pada jurusan D-III Akademi
Kebidanan STIKes
UBudiyah Banda Aceh, yaitu penelitian pada tingkat III yang
berjumlah 102
siswi dengan, 52 siswi di kelas IIIA, dan 50 siswi di kelas
IIIB.
Di tinjau dari segi geografisnya STIKes UBudiyah Banda Aceh di
batasi
oleh :
1. Bagian barat berbatasan dengan Desa Tibang.
2. Bagian timur berbatasan dengan sungai Krueng Alue Naga.
3. Bagian selatan berbatasan dengan Hutan Kota.
4. Bagian Utara berbatasan dengan komplek STT IT.
B. Hasil Penelitian
-
35
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kampus
Akademi D-III
Kebidanan STIKes UBudiyah Banda Aceh dilakukan pada tanggal 1
sampai 5
September 2013. Adapun penelitian yang dilakukan pada mahasiswi
tingkat IIIA dan IIIB
dengan total 102 orang mahasiswi tentang Gambaran Pengetahuan
Mahasiswi Kebidanan
Mengenai IUGR (INTRA UTERIN GROWTH RETARTION) Terhadap Kejadian
IUFD
(INTRA UTERIN FETAL DEATH) Pada Ibu Hamil di STIKes UBudiyah
Banda Aceh
didapat hasil sebagai berikut:
1. Analisa Univariat
Penyajian hasil penelitian memberikan gambaran mengenai
distribusi
frekuensi.
a. Sumber Infomasi
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Responden Tentang IUGR
Terhadap
Kejadian IUFD Pada Ibu Hamil Di STIKes UBudiyah Banda Aceh Tahun
2013
No Sumber Informasi f %
1 Pernah 50 49.0
2 Tidak Pernah 52 51.0
Total 102 100
Sumber data primer (di olah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 5.1 di dapatkan hasil, dari 102 responden
sebanyak 52
responden (51,0%) tidak pernah mendapatkan sumber informasi.
b. Pengalaman
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pengalaman Responden Tentang IUGR
Terhadap
Kejadian IUFD Pada Ibu Hamil Di STIKes UBudiyah Banda Aceh Tahun
2013
-
36
No Pengalaman f %
1 Baik 60 58.8
2 Kurang 42 41.2
Total 102 100
Sumber data primer (di olah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 5.2 di dapatkan hasil, dari 102 responden
sebanyak 60
responden (58,8%) memiliki pengalaman yang baik.
c. Pengetahuan
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang IUGR
Terhadap
Kejadian IUFD Pada Ibu Hamil Di STIKes UBudiyah Banda Aceh Tahun
2013
No Pengetahuan f %
1 Tinggi 54 52.9
2 Rendah 48 47.1
Total 102 100
Sumber data primer (di olah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan hasil, dari 102 responden
sebanyak 54
responden (52,9%) memiliki Pengetahuan yang tinggi.
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan pengetahuan dengan sumber informasi mengenai
IUGR
Tabel 5.4
Hubungan Pengetahuan Dengan Sumber Informasi Mengenai IUGR
Di
STIkes UBudiyah Banda Aceh tahun 2013
-
37
Pengetahuan
Informasi
Baik Kurang Total
f % f % F %
Tinggi 22 40,7 32 59,3 54 100
Rendah 28 58,3 20 41,7 48 100
Total 50 49,0 52 51,0 102 100
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa dari 54 responden
yang
pengetahuan tinggi ternyata informasi baik sebanyak 59,3%. Dari
48
responden pengetahuan rendah ternyata 41,7% informasinya
rendah.
Tabel 5.5
Hubungan Pengetahuan Dengan Pengalaman Mengenai IUGR Di
STIkes
UBudiyah Banda Aceh tahun 2013
Pengetahuan
Pengalaman
Baik Kurang Total
f % f % F %
Tinggi 37 68,5 17 31,5 54 100
Rendah 23 47,9 25 52,1 48 100
Total 60 58,8 42 41,2 102 100
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa dari 54
responden
yang pengetahuan tinggi ternyata pengalaman baik sebanyak 68,5%.
Dari
48 responden pengetahuan rendah ternyata 47,9% pengalamannya
rendah.
C. Pembahasan
1. Sumber Informasi Yang Didapatkan Mahasiswi Tentang IUGR
Terhadap
IUFD
-
38
Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 54 responden yang
pengetahuan
tinggi ternyata informasi baik sebanyak 59,3%. Dari 48 responden
pengetahuan
rendah ternyata 41,7% informasinya rendah.
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh adanya informasi dari sumber
media
sebagai sarana komunikasi yang dibaca atau dilihat, baik dari
media cetak maupun
elektronik seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan
lain-lain (Azwar,2003).
Menurut Gordon B.Davis informasi adalah data yang telah
dirposes/diolah ke
dalam bentuk yang sangat berarti untuk penerimanya dan merupakan
nilai yang
sesungguhnya atau dipahami dalam tindakan atau keputusan yang
sekarang atau
nantinya. Informasi mempunyai manfaat dan peranan yang sangat
dominan dalam
suatu organisasi/perusahaan. Tanpa adanya suatu informasi dalam
suatu organisasi,
para manajer tidak dapat bekerja dengan efisien dan efektif.
Tanpa tersedianya
informasi pun para manajer tidak dapat mengambil keputusan
dengan cepat dan
mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Sehingga bisa
dibilang bahwa informasi
merupakan sebuah keterangan yang bermanfaat untuk para pengambil
keputusan
dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan
sebelumnya.
Menurut Siska (2009) dari Universitas Diponegoro, sumber
informasi sangat
berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang, semakin seseorang
sering
mendapatkan informasi, semakin tinggi pengetahuannya.
Menurut asumsi peneliti, sumber informasi dapat diperoleh dari
banyak media
seperti media cetak (buku kuliah, koran, majalah, tabloid dll) ,
atau media elektronik
(TV, internet, radio, dll). Dari 102 mahasiswi tingkat III di
STIKes UBudiyah,
terdapat 84 orang mahasiswi yang mendapatkan informasi tentang
IUGR terhadap
-
39
IUFD, yang diantaranya 43 mahasiswi mendapatkan informasi
melalui media cetak,
dan 41 mahasiswi mendapatkan informasi melalui media
elektronik.
2. Pengalaman Yang Didapatkan Mahasisiwi Tentang IUGR
Terhadap
Kejadian IUFD
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 54 responden
yang
pengetahuan tinggi ternyata pengalaman baik sebanyak 68,5%. Dari
48 responden
pengetahuan rendah ternyata 47,9% pengalamannya rendah.
Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami
(dijalani, dirasai,
ditanggung) ( KBBI, 2005). Pengalaman dapat diartikan juga
sebagai memori
episodic, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa
yang terjadi atau
dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi
sebagai referensi
otobiografi. (Daehler & Bukatko, 1985 dalam Syah, 1003).
Pengalaman merupakan
hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari
harinya.
Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan
pengalaman juga dapat
diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman
serta
pembelajaran manusia. Pengalaman ibu dalam perawatan Luka
Episiotomi juga
merupakan hal yang tidak terlupakan, karena hampir semua ibu
yang merawat luka
bekas episiotomi mengharapkan hal yang terbaik untuk
mempercepat
penyembuhan luka episiotomi.
Menurut Munifatul Maimonah (2009) dari Politeknik Kesehatan
Depkes
Malang, pengalaman juga berpengaruh terhadap pengetahuan
seseorang. Karena
dengan adanya pengalaman, seseorang mendapatkan pembelajaran
yang sangat
berguna.
-
40
Menurut asumsi peneliti, pengalaman mahasiswi, dapat
membantu
mahasiswi mengetahui apa itu IUGR terhadap IUFD, juga dapat
menambah
pengetahuan mahasiswi tentang penanggulangannya.
3. Pengetahuan Mahasiswi Tentang IUGR Terhadap Kejadian IUFD
Berdasarkan hasil yang diteliti didapatkan, dari 102 responden
sebanyak 61
responden (59,8%) memiliki Pengetahuan yang tinggi.
suatu yang spesifik terhadap suatu bahan yang dipelajari atau
rangsangan
yang telah diterima (Notoatmodjo, 2003).
Menurut asumsi Rina Septiani (2010) dari Kebidanan poltekes
Banjarmasin.
Pengetahuan responden tentang IUGR terhadap kejadian IUFD berada
pada ketegori
rendah.
Menurut Asumsi Peneliti, mahasiswi harus memiliki pengetahuan
yang
tinggi tentang IUGR terhadap kejadian IUFD, karena kejadian ini,
akan selalu
mahasiswi dapatkan, baik saat meraka Praktek , maupun saat
mereka sudah menjadi
ahli madya kebidanan nanti.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
-
41
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di STIKes
UBudiyah Banda
Aceh pada 102 orang responden, maka dapat disimpulkan bahwa
:
1. Dari 102 responden sebanyak 84 responden (82,4%) pernah
mendapatkan sumber
informasi.
2. Dari 102 responden sebanyak 59 responden (57,8%) memiliki
pengalaman yang
baik.
3. Dari 102 responden sebanyak 61 responden (59,8%) memiliki
Pengetahuan yang
tinggi.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan pada instansi pendidikan STIKes UBudiyah Banda Aceh
untuk
memberikan pembelajaran yang lebih tentang IUGR terhadap
kejadian IUFD pada
ibu hamil.
2. Bagi Responden
Diharapkan kepada mahasiswi untuk dapat lebih mempelajari dan
menguasai ilmu
tentang IUGR terhadap kejadian IUFD pada ibu hamil.
3. Bagi Peneliti
Pada penulis untuk menambah wawasan dan dapat mengembangkan
kemampuan
berfikir secara objektif dan menjadi bahan untuk penelitian
lebih lanjut mengenai
IUGR terhadap kejadian IUFD pada ibu hamil.