I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kalimat merupakan salah satu kajian bidang sintaksis. Di samping itu, sintaksis juga mengkaji masalah frase dan klausa. Kedua hal terakhir ini tidak bisa dipisahkan pembicaraannya dari kalimat. Oleh karena itu, pada uraian berikut ini akan di kulas terlebih dahulu mengenai masalah sintaksis secara singkat. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan tattein yang berarti ‘menempatkan’. Secara etimologi, sintaksis berarti menempatkan bersama-sam kata-kata atau kelompok kata menjadi kalimat. Di samping uraian tersebut, banyak 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kalimat merupakan salah satu kajian bidang sintaksis. Di samping itu, sintaksis
juga mengkaji masalah frase dan klausa. Kedua hal terakhir ini tidak bisa
dipisahkan pembicaraannya dari kalimat. Oleh karena itu, pada uraian berikut
ini akan di kulas terlebih dahulu mengenai masalah sintaksis secara singkat.
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’
dan tattein yang berarti ‘menempatkan’. Secara etimologi, sintaksis berarti
menempatkan bersama-sam kata-kata atau kelompok kata menjadi kalimat. Di
samping uraian tersebut, banyak pakar memberikan definisi mengenai sintaksis
ini. Ramlan mengatakan bahwa sintaksis adalah cabang ilmu yang
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering tidak peduli dengan fungsi bahasa
dalam kehidupan bermasyarakat maupun berbahasa dan bernegara. Pengajaran
bahasa Indonesia di sekolahpun lebih didominasi oleh pendekatan komunikatif.
Artinya pemakai bahasa mementingkan maksud komunikasi itu, sedangkan
kaidah kebahasaannya dinomorduakan.
Sering kita mendengarkan atau bahkan melontarkan kalimat “kamu udah
paham?” Kalimat ini tidak tepat bila kita pergunakan di suasana resmi.
Kerancuan pemaknaan ini bahasa resmi atau tidak resmi akan merusak tatanan
atau aturan bahasa.
Berdasarkan sifat alamiah yang dimiliki oleh setiap orang, bahasa bersifat
alami dan natural. Artinya setiap orang dapat berbahasa dan bahasa itu didapat
secara alami dari bahasa ibu atau bahasa pertama. Oleh sebab itu masyarakat
1
bahasa kadang meremehkan penggunaan aturan bahasa tersebut.
Pada makalah ini penulis ingin memaparkan kalimat aktif dan pasif bahasa
Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Penulis mempunyai alasan yang sangat
kuat mengapa ingin memaparkan masalah itu. Seperti yang penulis paparkan di
bagian awal masyarakat atau pemakai bahasa sering mengabaikan kaidah
pembentukan kalimat efektif. Masyarakat lebih mementingkan paham dan
mengerti dengan melupakan kaidah yang benar. Pengguna bahasa sebenarnya
tidak hanya mengerti atau memahami saja setiap kalimat yang ditulis atau
ujaran yang disampaikan tetapi juga harus mengetahui kaidah penggunaan
bahasa Indonesia.
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalimat
2
Kalimat merupakan tataran setelah morfologi. Berbicara kalimat sebenarnya
akan lebih tepat jika berbicara atau mengulas tentang klausa. Antara kalimat
dan klausa ada perbedaan yang mendasar. Menurut Kridalaksana (1984 : 83)
kalimat adalah 1. satuan bahasa yang secara relative berdiri sendiri,
mempunyai intonasi final dan secara actual maupun potensial terdiri dari
klausa; 2 klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan
proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang
membentuk satuan yang bebas; jawaban minimal seruan, salam dsb.; 3.
konstruksional gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata
menurut pola yang tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai satuan.
Pengertian kalimat menurut kridalaksana tentang kalimat ini mengindikasikan
bahwa kalimat itu dapat dilisankan dan terdiri dari klausa pembentuknya.
Pengertian ini sama dengan pendapat Tarigan (1989:48) yang mengatakan
bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relative dapat berdiri sendiri
yang mempunyai pola intonasi akhir yang terdiri dari klausa. Tarigan
menyoroti pada aspek intonasi, kemandirian, dan syarat klausa sebagai
pembentuknya. Menurut Alwi at.al. (1998:311) kalimat adalah satuan bahasa
terkecil dalam wujud lisan atau tulis yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Tarigan maupun Kridalaksana tidak menyatakan secara terang bahwa kalimat
dapat berbentuk tertulis maupun lisan. Berdasarkan pengertian dari ketiga ahli
bahasa tersebut dapat penulis simpulkan bahwa kalimat merupakan satuan
bahasa yang terbentuk dari klausa dalam bentuk tulis maupun lisan, dapat
berdiri sendiri, dan mengungkap pikiran yang utuh.
Badudu (1994) mengungkapkan bahwa sebagai sebuah satuan, kalimat
memiliki dimensi bentuk dan dimensi isi. Kalimat harus memenuhi kesatuan
bentuk sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan kesatuan arti kalimat.
Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk sekaligus
3
kesatuan arti. Wujud struktur kalimat adalah rangkaian kata-kata yang disusun
berdasarkan aturan-aturan tata kalimat. Isi suatu kalimat adalah gagasan yang
dibangun oleh rangkaian konsep yg terkandung dalam kata-kata. Jadi, kalimat
(yang baik) selalu memiliki struktur yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di
dalamnya harus menempati posisi yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di
dalamnya harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain.
Kata-kata itu diurutkan menurut aturan tata kalimat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah bagian terkecil dari suatu ujaran
atau teks (wacana) yang disusun menurut sistem bahasa yang bersangkutan
yang secara relatif berdiri sendiri yang dimana memiliki dimensi bentuk dan
dimensi isi.
B. Unsur-unsur Kalimat
1. Subjek
Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek
menentukan kejelasan makna kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat
dapat mengaburkan makna kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat
berfungsi: (1) membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal,
kalimat majemuk (2) memperjelas makna (3) menjadi pokok pikiran (4)
menegeaskan makna (5) memperjelas pikiran ungkapan dan (6) membentuk
kesatuan pikiran.
Contoh subjek dalam kalimat:
• Saya sudah mulai mengantuk
• Malam sudah sangat larut
2. Predikat
Predikat adalah unsur utama dalam suatu kalimat dan merupakan kata atau
kelompok kata yang menerangkan subjek. Umumnya predikat berupa kata
4
kerja atau kata sifat. Keberadaan predikat dalam kalimat berfungsi: (1)
membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat majemuk
(2) menjadi unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang
diungkapkan dan menentukan kejelasan makna kalimat (3) menegaskan
makna (4) membentuk kesatuan pikiran dan (5) sebagai sebutan.
Contoh predikat dalam kalimat:
• Reza menaiki tangga.
• Rini menyanyi dengan merdu.
3. Objek
Objek adalah keterangan predikat. Letak objek umumnya setelah predikat,
tetapi dalam kalimat pasif, objek dapat menduduki fungsi subjek. Objek
berfungsi: (1) membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif
(2) memperjelas makna kalimat dan (3) membentuk kesatuan atau
kelengkapan pikiran.
Contoh objek dalam kalimat:
• Orang itu sedang memotong kambing.
• Ayahku membetulkan pintu kamar mandi
4. Keterangan
Keterangan kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi
pesan-pesan kalimat. Tanpa keterangan, informasi menjadi tidak jelas. Hal
ini dapat dirasakan kehadirannya terutama dalam surat undangan, laporan
penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan
lainnya.
Contoh keterangan dalam kalimat:
• Andi belajar matematika pukul 8 malam
5. Pelengkap
5
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi,
mengkhususkan objek, dan melengkapi kalimat.
Contoh pelengkap dalam kalimat:
Ia menjadi direktur
S P Pel
C. Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif
Ada beberapa jenis kalimat dalam bahasa Indonesia. Tarigan membagi kalimat
dalam tipe-tipe kalimat, yaitu berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang
terdapat pada dasar kalimat, berdasarkan struktur internal klausa utama,
berdasarkan jenis response yang diharapkan, berdasarkan hakikat hubungan
aktorasi, dan berdasarkan ada atau tidaknya unsur negatif pada fasa berba
utama.
Kridalaksana (1987:217) membagi jenis klausa berdasarkan potensinya untuk
menjadi kalimat dan berdasarkan strukturnya. Kalimat aktif-pasif dalam
pandangan dua ahli bahasa ini berbeda berdasarkan penggolongannya. Tarigan
lebih menekankan dasar kalimat aktif-pasif berdasarkan hubungan actor-aksi.
Kridalaksana menentukan kalimat aktif-pasif berdasarkan strukturnya. Pada
buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia kalimat aktif-pasif dibedakan
berdasarkan jenis predikatnya.
Bila ditinjau dari peran fungsi sintaksis, terutama subjeknya, kalimat dapat
dibedakan ke dalam dua jenis, yakni kalimat aktif dan kalimat pasif. Pada
kalimat aktif, subjek (S) berperan sebagai pelaku yang secara aktif melakukan
suatu tindakan yang dikemukakan dalam predikat. Apabila kita berbicara
tentang kalimat aktif, kita tak akan pernah lepas dari bentuk pasif kalimat
tersebut. Disebut kalimat pasif karena subjek pada kalimat tersebut dikenai
tindakan yang dikemukakan melalui predikat. Untuk mengetahui lebih lanjut
6
karakteristik keduanya, dapat Anda perhatikan contoh-contoh berikut.
Adik membaca buku.
Buku dibaca oleh adik.
Buku dibaca adik.
Bila Anda cermati, kalimat (1) adalah kalimat aktif serta kalimat (2) dan (3)
adalah kalimat pasif. Yang berperan sebagai pelaku pada ketiganya adalah
adik. Pada (1) adik berfungsi sebagai S; pada (2) dan (3) adik berfungsi
sebagai objek (O). Dengan demikian, terlihat bahwa pada kalimat aktif, S-nya
berperan sebagai pelaku atau pelakunya berfungsi sebagai S, sedangkan pada
kalimat pasif, pelakunya tidak menduduki S tetapi O. subjek pada kalimat
pasif adalah sesuatu yang dikenai tindakan oleh O. dalam contoh (2) dan (3)
kata buku berfungsi sebagai S yang dikenai tindakan dibaca sebagai P.
Pembahasan kalimat aktif dan kalimat pasif yang berorientasi pada kedudukan
subjek kalimat, memunculkan beberapa bentuk kalimat aktif dan kalimat pasif.
Berikut ini akan ditampilkan table tentang bentuk-bentuk tersebut yang
didasarkan pada Subjek kalimat dan bentuk predikat.