Top Banner
Indonesia Rp.50.000,- www.marketeers.com www.marketeers.com/radio MAR 2016 BRAND - X IS HUMAN P. 083 Maestro: Businesses to Be More Heart-Centric? Compassion and empathy in leaders a way forward P. 093 Prima: P. 101 Pesona Indonesia: Kesegaran ala Pasuruan Sumber daya alam yang segar menjadi branding Pasuruan menarik wisatawan 10 Destinasi Demi 12 Juta Kementerian Pariwisata menetapkan 10 destinasi prioritas pada tahun 2016 WOW BRAND
6

Marketeers march 2016

Aug 01, 2016

Download

Documents

 
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Marketeers march 2016

Indonesia Rp.50.000,-

WO

W BRA

ND

300

MA

RC

H 2

016

www.marketeers.comwww.marketeers.com/radio

MAR 2016

BRAND-XIS HUMAN

P. 083

Maestro:Businesses to Be More Heart-Centric?Compassion and empathy in leaders a way forward

P. 093

Prima:P. 101

Pesona Indonesia:Kesegaran ala PasuruanSumber daya alam yang segar menjadi branding Pasuruan menarik wisatawan

10 Destinasi Demi 12 JutaKementerian Pariwisata menetapkan 10 destinasi prioritas pada tahun 2016

WOWBRAND

16997801_MARKETEERS ED MART 2016_C-1.pdf 1 2/23/2016 7:22:07 PM

Halo BCA 1500888 / www.bca.co.idBCA terdaftar dan diawasi oleh OJK

16997801_MARKETEERS ED MART 2016_C-1+4.PDF 1 2/24/2016 3:06:24 PM

Page 2: Marketeers march 2016

E E T

028

Meramal Masa Depan Media CetakOleh Saviq Bachdar & Septi Wijayani

Satu-persatu media cetak di dunia dan Indonesia tumbang. Benarkah bahwa industri media telah berakhir? Simak pendapat Youth, Women dan Netizen Indonesia terkait industri media cetak di Indonesia.

edia cetak sebenarnya media ter-tua di antara media lain. Bahkan, media cetak sudah ada sejak za-man Romawi Kuno. Pada zaman kemerdekaan bangsa ini, media cetak punya pengaruh besar dalam menghimpun suara dan aksi ma-syarakat.

Jika harus mundur sepuluh tahun lalu, kita harus berterima kasih kepada semangat reformasi yang membuat kebebasan pers “meledak-ledak” di In-donesia. Bisa dibilang, untuk kawasan Asia Teng-gara, Indonesia memiliki kebebasan pers yang luar biasa. Bahkan, ada yang menilai bahwa UU Pers tahun 1999 terlalu liberal. Sebab, semua orang bo-leh membuat media massanya sendiri.

Seiring berjalannya waktu, media massa malah berada pada titik jenuh kebebasan pers. Media men-jadi lemas karena “kue” iklan tidak lagi sanggup menanggung atau berbagi dengan ratusan media cetak yang masih hidup. Belum lagi media cetak harus melawan dominasi puluhan televisi swasta, baik nasional dan lokal, yang selama ini menguasai pasar belanja iklan di Tanah Air.

Jika kita melihat apa yang terjadi pada dua ta-hun terakhir, sudah banyak media cetak yang ha-

rus pamit. Kita tentu ingat saat Kelompok Kompas Gramedia (KKG) menutup sembilan medianya, baik itu koran, majalah, serta tabloid sejak akhir tahun 2014. Kebanyakan dari media yang tutup itu adalah media berlisensi asing.

Begitu juga dengan harian Sinar Harapan yang harus tutup pada akhir Desember lalu. Hal yang sama juga terjadi pada koran berbahasa Inggris mi-lik Berita Satu Group, Jakarta Globe, yang tutup dan memilih beralih ke digital.

Nasib serupa juga terjadi pada Harian Jurnas Nasional, Bloomberg Businessweek Indonesia, Harian Bola, Reader Digest, serta media-media lokal/daerah, seperti Koran Celebes, Koran Inilah Sulsel, Harian Jambi, dan masih banyak yang nam-paknya segera menyusul.

Bahkan, media besar macam Tempo pun harus menghapus edisi Minggunya demi penghematan. Begitu juga Republika yang memperkecil jumlah halaman korannya.

Data The Nielsen Company, lembaga yang me-mantau industri media merinci jumlah media yang berguguran sepanjang tahun 2015. Dari 117 surat kabar yang dipantau, 16 unit media telah gulung tikar. Sementara untuk majalah dari 170 kini me-nyisakan 132 majalah.

Media yang telah dan terancam tumbang di AS

1. Tribune Co

Surat kabar ini mengalami masalah keuangan dan mengajukan perlindungan pailit pada Desember 2008. Akibat menurunnya pemasukan iklan, Tribune memilih untuk fokus di berita online.

2. Newsweek

Setelah 80 tahun menye-barkan berita di Amerika Serikat, Newsweek meng-akhiri edisi cetaknya pada penghujung akhir tahun 2012. Pihak Newsweek memilih untuk terbit dalam format online, dengan nama Newsweek Global.

16997801_MARKETEERS ED MART 2016_T-028_R1.PDF 1 2/23/2016 10:14:14 PM

Page 3: Marketeers march 2016

E E T

029

567 - Jumlah media cetak di Indonesia (312 media cetak harian, 173 media cetak mingguan dan 82 media cetak bulanan)

(Sumber: Data Dewan Pers tahun 2015)

FACTS Berdasarkan cuitan resmi akun @Kompas-Gramedia pada November 2014 silam, mereka menyebut dua biang keladi yang menjadi faktor sembilan media miliknya ditutup. Pertama, tekan-an dunia digital terhadap bisnis media cetak yang semakin besar. Kedua, persaingan sesama media cetak yang kian ketat.

“Banyak majalah terpuruk, tirasnya tergerus dan perolehan iklannya turun. Kondisi ini juga me-nimpa kelompok majalah Gramedia,” cuit akun @ KompasGramedia.

Online Mematikan OfflineApakah benar masa depan media ada di online?

Kita hanya menunggu waktu untuk membuktikan-nya. Akan tetapi, setidaknya, media cetak di Ameri-ka Serikat sudah mengakui bahwa online telah mengacak-ngacak laju bisnis media cetak.

The New York Times, media cetak dengan oplah terbesar di dunia pun harus mengakui bahwa oplahnya terus terkikis. Kabar terakhir, surat kabar itu harus menyewakan sebagian kantornya agar bisa bertahan hidup. Kini The New York Times juga ikut beralih ke jalur online untuk memperkuat eksistensinya.

The New York Times adalah satu contoh yang

membuktikan bahwa online telah mematikan bisnis cetak. Di ranah regional, Serikat Perusahaan Pers (SPS) menyebut banyak surat kabar di Asia Teng-gara telah mengurangi oplah hingga 20%-30%. Pa-dahal, pada tahun lalu, pertumbuhan oplah media nasional hanya 0,25%.

Selain bersaing dengan media online, tutupnya media cetak juga disebabkan oleh lemahnya per-tumbuhan ekonomi. Hal ini berimbas pada bujet promosi para pengiklan yang semakin terbatas. Sehingga, pengiklan menjadi lebih selektif dalam beriklan.

Menurut Nielsen Advertising Spending Growth 2015, media cetak, seperti koran menguasai 26% dari total belanja iklan tahun lalu atau setara Rp 30,8 triliun. Majalah dan tabloid bahkan lebih kecil lagi, yaitu Rp 1,9 triliun dengan pangsa pasar 3%.

Yang tertinggi dan terus mengalami pertumbu-han tahun ke tahun adalah televisi. Media audiovi-sual ini menguasai 72% pangsa belanja iklan nasi-onal atau senilai Rp 84,7 triliun.

Di tengah gelombang surut media cetak, bagaimana Youth Women Netizen mengonsumsi media saat ini? Apakah mereka masih membaca media cetak? Jika tidak, mengapa? Simak komen-tar ketiga YWN kami berikut ini.

3. Reader’s Digest

Perjuangan perusahaan RDA Holding selama 91 tahun untuk menyebar-kan berita positif melalui majalah Reader’s Digest akhirnya harus berakhir pada pertengahan Februari 2013 lalu.

4. Rocky Mountain News

Pada 27 Februari 2009, surat kabar yang berdiri ta-hun 1859 ini resmi ditutup. Sebelumnya, pada tahun 2008, E.W. Scripps & Co, pemilik harian ini, memilih untuk menjualnya. Namun, tak ada yang membeli.

5. The Washington Post

Jika The New York Times mampu bertahan dengan menyewakan ruang di gedungnya, The Washing-ton Post harus menjual medianya karena masalah finansial.

6. i-D

Majalah gaya hidup dan fesyen terkemuka Amerika Serikat, harus mengurangi edisinya dari dua belas edisi setahun menjadi enam edisi. Demi bertahan hidup, i-D diakuisisi oleh Vice Media Inc yang konsen menggarap pasar online dan aplikasi mobile dari i-D.

16997801_MARKETEERS ED MART 2016_T-029_R1.PDF 1 2/23/2016 10:14:15 PM

Page 4: Marketeers march 2016

036

A I N S T O R Y

WOW Brand 300

Brand-X is Human!Are You In?Oleh Hermawan Kartajaya

16997801_MARKETEERS ED MART 2016_T-036_R1.PDF 1 2/23/2016 10:52:33 PM

Page 5: Marketeers march 2016

037

A I N S T O R Y

WOW Brand 300

GRAPHIC

Grafik 1.ONLINE-Offline, STYLE – Substance, H2H-M2M

Grafik 2.WOW Leadership

Grafik 3.Brand-X is Human

1

2

3

Off-Line

STYLESubstance

ON-LINE

H2H M2M

PHYSICALITY

PQ

IQ

EQ

SQ

INTELLECTUALITY

SOCIABILITY EMOTIONALITY

MORAL ABILITYPERSONABILITY

PROLOG:

ni adalah sebuah pernyataan jelas disusul se-buah pertanyaan tentang kesiapan Anda.

Di The 10th MarkPlus Conference tanggal 10 Desember 2015 di Pacific Place Jakarta, saya mengatakan dengan jelas bahwa ONline (+OFFline), STYLE (with SUBSTANCE) dan H2H (via M2M) are winning keys in In-donesia 2016. (lihat grafik 1)

Artinya, cara untuk bisa sukses pada Marketing di Indonesia 2016 adalah mengombinasikan Online dengan Offline, Style dengan Substance dan meng-gunakan Machine-to-Machine atau IOT/Internet of things untuk mencapai Human-to-Human.

Ujungnya ada di hubungan antar Manusia, di an-tara Marketeer dan Customer-nya.

Karena itulah Brand harus jadi Manusia agar bisa sukses ketika mau berhubungan dengan Customer-nya yang pasti Manusia!

WHY: U want to be a Leader ?Dus, jika ingin menjadi Brand Leader, haruslah

punya Leadership yang kuat.Dan di era Internet yang horisontal, inklusif dan

sosial ini, kami di MarkPlus, Inc. punya model WOW Leadership yang memiliki spirit 3.0

Bukan sebuah Kepemimpinan 1.0 yang berdasar-kan Keturunan. Juga bukan Kepemimpinan 2.0 ber-dasarkan Jabatan. Tapi Kepemimpinan 3.0 yang di-create dari diri sendiri.

Jadi sebuah Brand tidak hanya tergantung pada legenda yang sudah dibangun dalam waktu lama (1.0) atau tergantung pada ‘posisi’ nya di suatu ne-gara atau korporasi (2.0).

Tapi sebuah Brand harus bisa membangun kepe-mimpinannya sendiri! (lihat grafik 2)

Pada dasarnya, ada elemen Physical yang paling kasat mata dan merupakan pintu masuk bagi elemen lain. Lantas elemen Intelektual yang menunjukkan seberapa dalam dan update pengetahuan seseorang dalam sesuatu bidang.

Setelahnya, bagaimana seseorang bisa me-man-age emosi dan pandai berkawan. Akhirnya, yang paling penting adalah bagaimana seseorang bisa ber-perilaku berdasarkan moralitas yang baik dan selalu ingat misi dan visi pribadinya.

WHAT: WOW Leadership for Brand?Ya, kalau sebuah Brand mau punya Brand Lead-

ership, tidak peduli berapa besar market share-nya, jalan pintasnya, ya menggunakan framework di atas.

Dengan demikian, Brand akan benar benar diang-gap Human karena bisa punya kepemimpinan ala manusia. (lihat grafik 3)

Empat syarat yaitu: good-looking, quick-witted, emotional-socially, and personal-morality. Artinya? Sebuah Brand harus simpel tapi cantik dan relevan dengan zaman.

Baik dalam shape, color and content dari sebuah identitas di berbagai aplikasinya. Sebuah Brand juga harus cerdas, updated dan knowledgeable dalam in-dustrinya.

Hal itu harus tampak di conversation di antara

STYLE - Substance

H2H & M2M

PHYSICALITY

INTELLECTUALITY

SOCIABILITY EMOTIONALITY

MORAL ABILITYPERSONABILITY

Good-Looking

Quick-Witted

Emotional-Socially

Personal-Morality

Sumber: Buku WOW Leadership

16997801_MARKETEERS ED MART 2016_T-037_R1.PDF 1 2/23/2016 10:52:33 PM

Page 6: Marketeers march 2016

038

A I N S T O R Y

Brand tersebut dengan customernya. Lantas, sebuah Brand harus bersikap ‘dewasa’ dalam menghadapi segala macam persaingan dan permintaan pelang-gan.

Selain itu, Brand harus bisa berkawan dengan pelanggan dengan penempatan diri secara propor-sional. Akhirnya, sebuah Brand harus punya karak-ter kuat dengan misi maupun visi yang jelas.

Itulah yang disebut WOW Brand Leadership.

HOW: Brand for Good ?Salah satu contoh dari Brand X adalah Tesla. Wa-

laupun baru ada di Amerika Serikat dan bukan Mar-ket Leader, tapi Tesla adalah sebuah Brand 3.0!

Sebuah Brand with WOW Leadership.Sebuah Brand for Good!Jadi mengapa Tesla dikatakan sebagai Brand for

Good? Mari kita coba perhatikan menggunakan kerangka yang telah dibahas sebelumnya.

Physicality: Premium Electric Vehicles with a Gorgeous Design

Aspek Physicality adalah aspek yang langsung dapat terlihat ketika pertama kali berhubungan de-ngan suatu Brand. Biasanya berkaitan erat dengan panca indera manusia dan menjadi salah satu daya tarik utama untuk menarik perhatian pelanggan. Tes-la pun menyadari akan hal ini sehingga dalam setiap produknya dengan tampilan menarik. Pendekatan ini pun diterapkan perusahaan sejak pada tahun 2012 saat Tesla meluncurkan Model S yang merupakan mobil listrik premium pertama di dunia. Sampai dengan saat ini, seri Model S menjadi andalan Tesla dalam memperkenalkan mobil listrik dengan desain yang sangat menarik. (lihat gambar 1)

Tidak berhenti hanya di produk mobil listrik saja, Tesla pun berupaya untuk memberikan solusi untuk berbagai aspek dalam keseharian pelanggan. Sehing-ga mereka juga mengembangkan berbagai produk lainnya yang salah satunya adalah aplikasi Eve for Tesla. Pada dasarnya, aplikasi ini menghubungkan mobil Tesla dengan perangkat lain (M2M). Dengan aplikasi ini, pengemudi dapat mengatur pencahaya-an lampu, mengunci pintu rumah dan garasi, mema-tikan lampu, menyalakan AC begitu meninggalkan rumah. (lihat gambar 2)

Aplikasi ini pun dapat digunakan untuk mendapat-kan informasi seperti cuaca, mengakses email, dan sebagai alat navigasi. Sehingga ada begitu banyak hal yang dapat dilakukan melalui sentuhan jari pada layar dashboard mobil atau smartphone pengemudi kendaraan. Kenyamanan yang dihadirkan aplikasi ini menjadi salah satu daya tarik utama dari Tesla.

Intellectuality: Endless Innovation without Compromise

Nama Tesla diinspirasi dari nama penemu terke-nal: Nikola Tesla. Sehingga, dari pertama kali didiri-kan, Tesla memang bertekad untuk terus melakukan inovasi tiada henti. Tidak hanya teknologi yang memberi kepraktisan kepada pelanggan tetapi teknologi yang benar-benar dapat menjadikan dunia lebih baik lagi. (lihat gambar 3)

Salah satu pengembangan terakhir yang dilakukan

GRAPHIC

1

2

3

WOW Brand 300

Gambar 1.Tesla Model S

Sumber: https://www.tesla-motors.com

Gambar 2.Aplikasi Eve for Tesla

Sumber: https://timedotcom.files.wordpress.com

Gambar 3.Fitur Auto Pilot Tesla

Sumber: http://media4.s-nbcnews.com

16997801_MARKETEERS ED MART 2016_T-038_R1.PDF 1 2/23/2016 10:52:34 PM