-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 1 / 50
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
MM.03
Tanggal Pengesahan : 25 Maret 2009
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Ahmad Sibyan Mandala Yosa Widijanto Hartono
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 2 / 50
I. PENGENDALIAN DOKUMEN 1.1. DAFTAR ISI I. PENGENDALIAN
DOKUMEN
1.1. Daftar Isi
.....................................................................................
2 1.2. Daftar Distribusi
...........................................................................
4 1.3. Daftar Perubahan Dokumen
.......................................................... 5
II. PENDAHULUAN 2.1. Profil Perusahaan
.........................................................................
6 2.2. Filosofi Perusahaan
......................................................................
6 2.3. Tujuan Penerapan
........................................................................
6 2.4. Ruang Lingkup Penerapan
............................................................ 6
III. SISTEM JAMINAN HALAL
3.1. Kebijakan Halal
............................................................................
7 3.2. Panduan Halal
..............................................................................
8 3.3. Organisasi Sistem Jaminan Halal
................................................... 8 3.4. Standart
Operating Procedures Halal
............................................. 12 3.5. Acuan Teknis
Pelaksanaan Sistem Jaminan Halal ........................... 12
3.6. Sistem Administrasi
......................................................................
14 3.7. Sistem Dokumentasi
.....................................................................
14 3.8. Sosialisasi Sistem Jaminan Halal
.................................................... 15 3.9.
Pelaksanaan Pelatihan Sistem Jaminan Halal
.................................. 15 3.10. Komunikasi Internal dan
Eksternal ............................................... 16 3.11.
Audit Internal
.............................................................................
16 3.12. Tindakan Perbaikan
....................................................................
19 3.13. Review Manajemen Atas Sistem Jaminan Halal
............................. 19
IV. LAMPIRAN DOKUMEN SISTEM JAMINAN HALAL 4.1. Panduan Halal
..............................................................................
20 4.2. Diagram Alir Penetapan Titik Kritis
................................................ 28 4.2.1.
Identifikasi Titik Kritis Bahan Nabati
...................................... 28 4.2.2. Identifikasi Titik
Kritis Bahan Hewani ..................................... 29
4.2.3. Identifikasi Titik Kritis Produk Mikrobial
................................. 30 4.2.4. Identifikasi TItik
Kritis Bahan Lain ......................................... 31
4.2.5. Identifikasi Titik Kritis Penyimpanan dan Lini Produksi
............ 32 4.2.6. Identifikasi Titik Kritis Distribusi
............................................ 34 4.2.7. Identifikasi
Penetapan Status Bahan ..................................... 35
4.3. Standart Operating Procedure setiap Bagian
.................................. 37 4.4. Formulir Audit Halal
Internal .........................................................
40 4.4.1. Formulir Audit Halal Internal Pada QA/QC
............................. 40 4.4.2. Formulir Audit Halal
Internal Pada Produksi ........................... 41 4.4.3.
Formulir Audit Halal Internal Pada Bagian PD
........................ 42 4.4.4. Formulir Audit Halal Internal
Pada Bagian Gudang ................. 43 4.4.5. Formulir Audit Halal
Internal Pada Bagian Pembelian ............. 45 4.4.6. Formulir
Audit Halal Internal Pada Bagian Distribusi ............... 46 4.5.
Format Laporan Berkala
............................................................... 47
4.6. Format Laporan Ketidaksesuaian
................................................... 48
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 3 / 50
4.7. Notulen Pertemuan Review Manajemen
......................................... 49 4.8. Formulir
Administrasi
....................................................................
50
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 4 / 50
1.2. DAFTAR DISTRIBUSI
Manual Sistem Jaminan Halal (SJH) didistribusikan sebagai
salinan controlled document atau uncontrolled document dan
dinyatakan dengan nomor copy yang diatur sebagai berikut :
No Copy Pihak Penerima Pemegang Lokasi
01 Plant Manager Plant Manager Ruang Plant Manager Dokumen
02 Dept. Produksi Plant 1 Kadep Produksi Plant 1 Kantor Produksi
Plant 1
03 Dept. Produksi Plant 2 Kadep Produksi Plant 2 Kantor Produksi
Plant 2
04 Dept. QAQC Kadep QAQC Kantor QAQC
05 Dept. Formulasi Kadep Formulasi Kantor Formulasi
06 Dept. Teknik Kadep Teknik Kantor Teknik
07 Dept. PPIC Logistik Kadep PPIC Logistik Kantor PPIC
Logistik
08 Dept. HRS Kadep HRS Kantor HRS
09 Dept. PD Kadep PD Kantor PD
10 Dept. PDCA Kadep PDCA Kantor PDCA
11 Dept. FA Kadep FA Kantor FA
12 Dept. Pembelian Kadep Pembelian Kantor Pembelian
13 Pihak Luar Sesuai daftar distribusi Sesuai pemegang
dokumen
14 Koordinator Sistem
Jaminan Halal
Koordinator Sistem
Jaminan Halal
Ruang Koordinator Sistem
Jaminan Halal
15 Head of Manufacturing HoM Kantor HoM
16 Dept. Plant 2 Plus Kadep Plant 2 Plus Kantor Produksi Plant 2
Plus
Hanya salinan terkontrol pada Manual SJH yang menjadi subyek
sistem kontrol
dokumen. Salinan tak terkontrol dari Manual SJH atau yang
berkaitan mungkin didistribusi ke pihak yang berhubungan
berdasarkan permintaan dan harus disetujui oleh Koordinator Sistem
Jaminan Halal. PT. Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit
Gresik tidak wajib memperbaharui pemegang salinan tak terkontrol
dari setiap perubahan pada Manual SJH.
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 5 / 50
1.3. DAFTAR PERUBAHAN DOKUMEN
PERUBAHAN URAIAN
PERUBAHAN PARAF NO TGL. NO. REVISI BAB
BAGIAN HALAMAN 1 2 3 4 5 6
23-Feb-09 23-Feb- 09 23-Feb- 09 25-Feb- 09 25-Feb- 09 25-Feb-
09
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
Daftar Distribusi Acuan Teknis Sosialisasi SJH Pelatihan SJH
Pelaksanaan SJH Review Manajemen
4
14
15
16
18
20
-PDQC diganti QAQC -QA diganti PD Penambahan Acuan Teknis untuk
Formulasi Perubahan metode sosialisasi Penambahan bentuk-bentuk
pelatihan SJH Menambah cakupan audit pelaksanaan SJH Mengubah
review manajemen dari 2 kali setahun menjadi 1 kali setahun
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 6 / 50
II. PENDAHULUAN
2.1. PROFILE PERUSAHAAN
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik beralamat
di Desa Krikilan KM 28 Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik
Propinsi Jawa Timur Telp. 031-8978333 Fax. 031-7507770 dioperasikan
mulai tahun 1997 dengan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Besar
Nomor : 041/403.56/SIUP-B/X/2003. Surat Ijin Mendirikan Bangunan
Nomor : 503.648/410/HK/403.15/2000 dan Nomor : 523 tahun 2003 dan
Nomor : 162 tahun 2005 dan Nomor : 503.03 / 184 /403.64 /2008. PT
Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik, adalah salah
satu divisi Garudafood Group penghasil biskuit yang bermutu tinggi
sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. PT Garudafood
Putra Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik hingga saat ini menghasilkan
produk-produk dari 5 lini produksi sesuai nama jenis produknya,
yaitu Wafer Stick, Wafer Cream, Dip Stick, Cookies, dan Enrobing.
Produk tersebut dipasarkan ke dalam negeri dan luar negeri antara
lain ke kawasan Asia, Amerika Latin, Kanada, dan Timur Tengah.
Tenaga kerja hingga saat ini melebihi 2500 personil.
2.2. FILOSOFI PERUSAHAAN
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit Gresik memiliki
filosofi perusahaan Damai dan Dinamis dengan semangat kerja Sukses
itu Lahir dari Kejujuran, Keuletan, dan Ketekunan yang Diiringi
Doa
2.3. TUJUAN PENERAPAN
Tujuan penerapan SJH di PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi
Biskuit Gresik
adalah menjamin kehalalan produk yang dihasilkan secara
berkesinambungan dan konsisten sesuai dengan Syariat Islam yang
telah ditetapkan berdasarkan fatwa MUI. 2.4. RUANG LINGKUP
PENERAPAN
Ruang lingkup penerapan SJH di PT Garudafood Putra Putri Jaya
Divisi Biskuit
Gresik meliputi Pembelian, Penerimaan Bahan, Lini Produksi,
Penyimpanan Bahan dan Produk, Transportasi dan Distribusi.
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 7 / 50
III. SISTEM JAMINAN HALAL 3.1. KEBIJAKAN HALAL
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 8 / 50
3.2. PANDUAN HALAL
Panduan Halal adalah pedoman PT Garudafood Putra Putri Jaya
Divisi Biskuit dalam
melaksanakan kegiatan untuk menjamin produksi halal. Panduan
Halal yang disusun
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit mencakup :
1. Pengertian halal dan haram
2. Dasar Al Quran/ Hadits dan Fatwa MUI
3. Pohon keputusan untuk identifikasi titik kritis keharaman
bahan dan proses
produksi
4. Tabel hasil identifikasi titik kritis keharaman bahan dan
hasil pencegahannya
5. Tabel hasil identifikasi titik kritis peluang kontaminasi
proses produksi dari
haram/najis dan tindakan pencegahannya
3.3.ORGANISASI SISTEM JAMINAN HALAL
Organisasi SJH merupakan organisasi internal PT Garudafood Putra
Putri Jaya
Divisi Biskuit yang mengelola seluruh fungsi dan aktivitas
manajemen dalam
menghasilkan produk halal. Pelaksanaannya melibatkan seluruh
departemen yang
terkait dengan sistem berproduksi halal, mulai dari tingkat
pengambil kebijakan
tertinggi sampai tingkat pelaksana teknis di lapangan.
Struktur organisasi yang terlibat merupakan perwakilan dari
manajemen
puncak, Quality Assurance (QA) dan Quality Control (QC),
produksi, Product
Development (PD), purchasing, formulasi dan gudang. Sistem
manajemen halal
dipimpin oleh seorang koordinator auditor halal internal yang
melakukan koordinasi
dalam menjaga kehalalan produk.
Dalam tata kerjanya auditor halal internal PT Garudafood Putra
Putri Jaya Divisi
Biskuit harus berkomunikasi dengan pihak LP POM MUI sebagai
lembaga sertifikasi
halal.
Struktur manajemen halal PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi
Biskuit dapat
dilihat pada Gambar 3.
Koordinator auditor halal internal mengkoordinasikan semua
bagian dalam
segala hal yang berkaitan dengan produksi halal. Selain itu
koordinator auditor halal
internal melakukan hubungan secara langsung dengan pihak LP POM
MUI untuk
mengkomunikasikan pelaksanaan produksi halal di PT Garudafood
Putra Putri Jaya
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 9 / 50
Divisi Biskuit. Manajemen halal memiliki wewenang dalam
pengambilan keputusan PT.
Garudafood Putra Putri Jaya-Divisi Biskuit yang berkaitan dengan
produksi halal. Bila
suatu saat diperlukan, manajemen halal juga berwenang
menghentikan produksi suatu
produk yang diduga bermasalah dari segi kehalalan.
Struktur Manajemen Halal PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi
Biskuit
Struktur manajemen halal pada prakteknya dilaksanakan oleh
auditor halal
internal yang diketuai oleh seorang koordinator halal internal.
Persyaratan, tugas dan
wewenang auditor halal internal adalah sebagai berikut :
1. Persyaratan Auditor halal internal
a. Karyawan tetap PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi
Biskuit
b. Koordinator Tim Auditor halal internal adalah seorang muslim
yang mengerti
dan menjalankan syariat Islam.
c. Berada dalam lingkup Manajemen Halal.
d. Berasal dari bagian yang terlibat dalam proses produksi
secara umum seperti
bagian QA/QC, PD, Purchasing, Produksi, PD, Formulasi dan
Gudang.
e. Memahami titik kritis keharaman produk, ditinjau dari bahan
maupun proses
produksi secara keseluruhan.
f. Diangkat melalui surat keputusan pimpinan PT Garudafood Putra
Putri Jaya
Divisi Biskuit dan diberi kewenangan penuh untuk melakukan
tindakan yang
diperlukan dalam melaksanakan Sistem Jaminan Halal termasuk
tindakan
perbaikan terhadap kesalahan sampai pada penghentian produksi
atau
penolakan bahan baku, sesuai dengan aturan yang ditetapkan LP
POM MUI.
Plant Manager
Koordinator Auditor Halal Internal LPPOM MUI
QA/QC PD Gudang Purchasing ProduksiFormulasi
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 10 / 50
2. Tugas Tim Auditor halal internal secara umum
a. Menyusun sistem jaminan halal di internal PT Garudafood Putra
Putri Jaya
Divisi Biskuit.
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem jaminan halal di PT
Garudafood Putra
Putri Jaya Divisi Biskuit.
c. Membuat laporan pelaksanaan sistem jaminan halal di PT
Garudafood Putra
Putri Jaya Divisi Biskuit.
d. Melakukan komunikasi dengan pihak LP POM MUI.
Uraian Tugas dan Wewenang Auditor halal internal berdasarkan
fungsi
setiap bagian yang terlibat dalam struktur manajemen halal :
a. Manajemen Puncak
1. Merumuskan kebijakan PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi
Biskuit yang
berkaitan dengan kehalalan produk yang dihasilkan.
2. Memberikan dukungan penuh bagi pelaksanaan sistem jaminan
halal di
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit.
3. Menyediakan fasilitas dan sarana yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan
sistem jaminan halal.
4. Memberikan wewenang kepada koordinator auditor halal internal
untuk
melakukan tindakan tertentu yang dianggap perlu yang
berkaitan
dengan pelaksanaan sistem jaminan halal termasuk tindakan
perbaikan
terhadap kesalahan sampai pada penghentian produksi atau
penolakan
bahan baku, sesuai dengan aturan yang ditetapkan LP POM MUI.
b. Product Development ( PD )
1. Menyusun sistem pembuatan produk baru berdasarkan bahan baku
yang
telah halal.
2. Menyusun sistem perubahan bahan baku dan atau bahan
tambahan
sesuai dengan ketentuan halal.
3. Mencari bahan baku dan atau bahan tambahan sesuai dengan
daftar
bahan yang telah jelas kehalalannya.
4. Melakukan komunikasi dengan auditor halal internal dalam
formulasi dan
pembuatan produk baru.
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 11 / 50
c. Quality Assurance (QA) / Quality Control (QC)
1. Menyusun sistem pengendalian dan monitoring yang dapat
menjamin
konsistensi produksi halal.
2. Melaksanakan monitor sehari-hari terhadap setiap bahan yang
masuk
sesuai dengan sertifikat halal, spesifikasi dan produsennya.
3. Melakukan komunikasi dengan auditor halal internal dalam
setiap
ditemukannya kejanggalan dan ketidakcocokan bahan dengan
dokumen
kehalalan.
d. Purchasing
1. Menyusun sistem pembelian yang dapat menjamin konsistensi
bahan
baku sesuai dengan spesifikasi, sertifikat halal dan
supliernya.
2. Melaksanakan pembelian bahan yang sesuai dengan daftar bahan
yang
telah disetujui auditor halal internal dan disahkan oleh LP POM
MUI.
3. Melakukan komunikasi dengan koordinator auditor halal
internal dalam
pembelian bahan baku baru dan atau suplier baru.
e. Produksi
1. Menyusun sistem produksi yang dapat menjamin terhindar dari
bahan
haram dan najis.
2. Melakukan monitoring sistem produksi yang bersih dan bebas
dari bahan
haram dan najis.
3. Menjalankan kegiatan produksi sesuai dengan matriks formulasi
bahan
yang telah disetujui oleh auditor halal internal dan disahkan
oleh LP
POM MUI.
4. Melakukan komunikasi dengan auditor halal internal dalam hal
proses
produksi halal.
f. Gudang
1. Menyusun sistem administrasi penggudangan yang dapat
menjamin
kemurnian produk dan bahan yang disimpan serta menghindari
terjadinya kontaminasi dari segala sesuatu yang haram dan
najis.
2. Melaksanakan penyimpanan produk dan bahan sesuai dengan
daftar
bahan dan produk yang telah disetujui oleh auditor halal
internal dan
disahkan oleh LP POM MUI.
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 12 / 50
3. Melakukan komunikasi dengan auditor halal internal dalam
sistem keluar
masuknya bahan dari dan ke dalam gudang.
g. Formulasi
1. Menyiapkan bahan baku untuk diproses produksi yang telah
halal.
2. Melakukan komunikasi dengan product development dan
koordinator
auditor alal internal dalam pembuatan dan perubahan formula
untuk
dipastikan bahan baku yang digunakan halal.
3. Menimbang dengan cara dan jumlah yang benar bahan baku yang
telah
halal yang digunakan untuk proses produksi.
3.4. STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) HALAL
Standard Operating Procedures (SOP) adalah suatu perangkat
instruksi yang
dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu.
SOP dibuat agar PT
Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit mempunyai prosedur
baku untuk mencapai
tujuan penerapan SJH yang mengacu kepada kebijakan halal PT
Garudafood Putra
Putri Jaya Divisi Biskuit. SOP dibuat untuk seluruh kegiatan
kunci pada proses produksi
halal. Contoh kegiatan-kegiatan kunci tersebut antara lain
pembelian bahan,
penggunaan bahan baru, penggantian dan penambahan pemasok
baru.
3.5. ACUAN TEKNIS PELAKSANAAN SISTEM JAMINAN HALAL (SJH)
Pelaksanaan SJH dilakukan oleh bidang- bidang yang terkait dalam
struktur
manajemen halal. Dalam pelaksanaannya perlu dibuat acuan teknis
yang berfungsi
sebagai dokumen untuk membantu pekerjaan bidang-bidang terkait
dalam
melaksanakan fungsi kerjanya.
1. Acuan Teknis untuk Bagian Pembelian
a. Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang
telah
disetujui auditor halal internal dan diketahui oleh LP POM
MUI.
b. Daftar Lembaga sertifikasi halal yang telah diakui LP POM
MUI.
c. Kebijakan dari masing-masing lembaga sertifikasi yang terkait
dengan
produk (Sertifikasi per pengiriman, wilayah berlakunya
Sertifikat Halal,
masa berlaku Sertifikat Halal, logo halal pada kemasan dan
lain-lain).
d. SOP penambahan pemasok baru.
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 13 / 50
2. Acuan Teknis untuk Bagian PD
a. Daftar nama bahan, pemasok dan produsen yang telah disetujui
auditor
halal internal dan diketahui oleh LP POM MUI.
b. Kebijakan dari masing-masing lembaga sertifikasi yang terkait
dengan
produk (Sertifikat per pengiriman, wilayah berlakunya
Sertifikat
Halal,masa berlaku Sertifikat Halal, logo halal pada kemasan dan
lain-
lain).
c. Titik kritis bahan
d. SOP penggunaan bahan baru
3. Acuan Teknis untuk Bagian Produksi
a. Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang
telah
disetujui auditor halal internal dan diketahui oleh LP POM
MUI.
b. Formula produk sesuai dengan matriks bahan.
c. SOP produksi halal.
4. Acuan Teknis untuk Bagian QC/QA
a. Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang
telah
disetujui auditor halal internal dan diketahui oleh LP POM
MUI.
b. Kebijakan dari masing-masing lembaga sertifikasi yang terkait
dengan
produk (sertifikat per pengiriman, wilayah berlakunya sertifikat
halal,
masa berlaku sertifikat halal,dan lain-lain).
c. SOP pemeriksaan bahan
5. Acuan Teknis untuk Bagian Pergudangan
a. Daftar bahan meliputi nama bahan, pemasok dan produsen yang
telah
disetujui auditor halal internal dan diketahui oleh LP POM
MUI.
b. Tanda pada kemasan (logo,lot number, nama dan alamat/
lokasi
produksi) yang harus disesuaikan dengan dokumen kehalalan.
c. Prosedur penyimpanan bahan/produk yang menjamin
terhindarnya
bahan/produk dari kontaminasi oleh barang haram dan najis.
d. SOP penerimaan dan penyimpanan bahan
5. Acuan Teknis untuk Bagian Formulasi
a. Daftar nama bahan, pemasok dan produsen yang telah disetujui
auditor
halal internal dan diketahui oleh LP POM MUI.
b. Titik kritis bahan
c. SOP penimbangan bahan
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 14 / 50
3.6. SISTEM ADMINISTRASI PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi
Biskuit harus membuat suatu sistem
administrasi yang dapat ditelusur secara accountable. Sistem
administrasi yang disusun
harus dapat menelusuri penggunaan bahan untuk tiap jenis produk
(per jenis, per
pemasok).
3.7. SISTEM DOKUMENTASI Pelaksanaan SJH di PT Garudafood Putra
Putri Jaya Divisi Biskuit harus
didukung oleh dokumen yang informatif dan dapat mudah diakses
oleh semua pihak
yang terlibat dalam produksi halal termasuk LP POM MUI sebagai
lembaga sertifikasi
halal. Sistem dokumentasi yang harus dimiliki PT Garudafood
Putra Putri Jaya Divisi
Biskuit mencakup:
1. Sub-sistem Dokumentasi Pembelian
2. Sub-sistem Dokumentasi Penggunaan Bahan
3. Sub-sistem Dokumentasi R & D (Formulasi)
4. Sub-sistem Dokumentasi Produksi
5. Sub-sistem Dokumentasi Pergudangan
6. Sub-sistem Dokumentasi Evaluasi dan Monitoring (laporan
berkala)
7. Sub-sistem Dokumentasi Tindakan Perbaikan (jika ada)
Dokumentasi :
Dokumentasi yang diperlukan dalam perencanaan SJH adalah :
1. Panduan halal yang dikeluarkan oleh LP POM MUI
2. Pedoman penetapan titik kritis
3. SOP pembelian bahan
4. SOP pemeriksaan dan penerimaan bahan
5. SOP penggantian dan penambahan pemasok baru
6. SOP penggunaan bahan baru
7. SOP produksi
8. SOP perubahan formula dan pengembangan produk baru
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 15 / 50
3.8. SOSIALISASI SISTEM JAMINAN HALAL Sistem Jaminan Halal yang
telah dibuat oleh PT Garudafood Putra Putri Jaya
Divisi Biskuit harus disosialisasikan ke seluruh bagian PT
Garudafood Putra Putri Jaya
Divisi Biskuit termasuk kepada pihak ketiga (pemasok, makloon)
agar dapat dipahami
oleh seluruh pihak terkait sehingga mempermudah pelaksanaannya.
Metode sosialisasi
yang dilakukan dapat berupa briefing awal kerja, pemasangan
poster, buletin internal
dan komunikasi internal-eksternal PT Garudafood Putra Putri Jaya
Divisi Biskuit.
Dalam melaksanakan komunikasi PT Garudafood Putra Putri
Jaya Divisi Biskuit perlu mendokumentasikan:
1. Prosedur komunikasi internal-eksternal
2. Spanduk
3. Rekaman harian (logbook) komunikasi internal-eksternal
4. Surat-surat keluhan, tanggapan, notulen, berita acara
3.9. PELAKSANAAN PELATIHAN SISTEM JAMINAN HALAL PT Garudafood
Putra Putri Jaya Divisi Biskuit perlu melakukan pelatihan bagi
seluruh jajaran palaksana Sistem Jaminan Halal (SJH). Untuk itu
PT Garudafood Putra
Putri Jaya Divisi Biskuit harus mengidentifikasikan kebutuhan
pelatihan. Pelatihan
harus melibatkan semua personal yang pekerjaannya mempengaruhi
status kehalalan
produk, diserahkan kepada personal yang kompeten sesuai dengan
pendidikan,
pelatihan, dan pengalaman (dalam hal ini di bidang pekerjaan dan
hukum Islam).
Tujuan dari pelatihan adalah :
1. Meningkatkan pemahaman karyawan terhadap hukum-hukum Islam
tentang
pentingnya kehalalan suatu produk.
2. Menjadikan karyawan peduli terhadap kebijakan kehalalan dan
menerapkan di
tingkat operasional.
Bentuk-bentuk pelatihan yang dapat dilakukan:
1. Pelatihan Eksternal
Pelatihan yang diselenggarakan oleh LPPOM MUI
2. Pelatihan Internal
Pelatihan yang diselenggarakan oleh internal PT. Garudafood
Putra-putri Jaya
Divisi Biskuit
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 16 / 50
Hal-hal yang perlu didokumentasikan dalam pelaksanaan
pelatihan SJH adalah :
1.Identifikasi perencanaan dan jadwal pelatihan
2.Laporan pelaksanaan pelatihan (pelaksanaan kualifikasi,
kuisioner, dan evaluasi)
Dalam mendokumentasikan komunikasi PT Garudafood Putra Putri
Jaya Divisi Biskuit perlu mendokumentasikan :
1. Prosedur komunikasi internal-eksternal
2. Spanduk
3. Rekaman harian (logbook) komunikasi internal-eksternal
4. Surat-surat keluhan, tanggapan, notulen, berita acara
3.10. KOMUNIKASI INTERNAL DAN EKSTERNAL PT Garudafood Putra
Putri Jaya Divisi Biskuit dalam melaksanakan Sistem
Jaminan Halal (SJH) perlu melakukan komunikasi dengan berbagai
pihak yang terkait
baik secara internal maupun eksternal. Untuk itu PT Garudafood
Putra Putri Jaya Divisi
Biskuit harus membuat dan melaksanakan prosedur untuk:
1. Melakukan komunikasi internal antara berbagai tingkatan dan
fungsi organisasi
2. Menerima, mendokumentasikan dan menanggapi komunikasi dari
pihak luar
termasuk dengan LPOM MUI
3.11. AUDIT INTERNAL Pemantauan dan evaluasi Sistem Jaminan
Halal (SJH) pelaksanaannya
diwujudkan dalam bentuk audit internal yang bertujuan untuk:
1. Menentukan kesesuaian SJH PT Garudafood Putra Putri Jaya
Divisi Biskuit
dengan standar yang telah ditetapkan oleh LP POM MUI.
2. Menentukan kesesuaian palaksanaan SJH PT Garudafood Putra
Putri Jaya Divisi
Biskuit dengan perencanaannya.
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 17 / 50
3. Mendeteksi penyimpangan yang terjadi serta menentukan
tindakan perbaikan
dan pencegahan.
4. Memastikan bahwa permasalahan yang ditemukan pada audit
sebelumnya telah
diperbaiki sesuai dengan kerangka waktu yang telah
ditetapkan.
5. Menyediakan informasi tentang pelaksanaan SJH kepada
manajemen dan LP
POM MUI.
3.11.1. RUANG LINGKUP AUDIT INTERNAL
1. Dokumentasi Sistem Jaminan Halal
Pemeriksaan kelengkapan dan kesesuaian dokumen-dokumen
pendukung
kehalalan produk yang menyangkut bahan, proses maupun produk di
setiap
bagian yang terkait, seperti : daftar bahan,
spesifikasi,sertifikat halal, formula,
dokumen pembelian bahan, dokumen penggudangan, dan sebagainya.
Hal-hal
yang diperhatikan adalah :
Kelengkapan dokumen Sistem Jaminan Halal Kelengkapan spesifikasi
bahan Kelengkapan, keabsahan dan masa berlaku sertifikat halal
bahan Kecocokan formula dengan daftar bahan halal Kecocokan dokumen
pembelian bahan dengan daftar bahan halal Kelengkapan dan kecocokan
dokumen produksi dengan daftar bahan dan
formula halal
Kelengkapan dan kecocokan dokumen penggudangan dengan daftar
bahan dan daftar produk halal
Uji mamputelusur (traceability) setiap bahan 2. Pelaksanaan
Sistem Jaminan Halal
Audit pelaksanaan Sistem Jaminan Halal dilakukan pada setiap
bagian
yang terkait mulai dari pembelian bahan, penyimpanan bahan,
proses produksi,
penyimpanan produk jadi, transportasi dan pengembangan produk
baru.
Audit pelaksanaan Sistem Jaminan Halal di PT. Garudafood
Putra-Putri
Jaya Divisi Biskuit mencakup:
a. Organisasi Manajemen halal
b. Kelengkapan Dokumen Acuan Teknis Pelaksanaan Sistem Jaminan
Halal
c. Implementasi Dokumen
d. Pelaksanaan Sosialisasi Sistem Jaminan Halal
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 18 / 50
e. Pelatihan Sistem Jaminan Halal
f. Komunikasi internal dan eksternal dalam Pelaksanaan Sistem
Jaminan Halal
g. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Sistem Jaminan Halal
h. Pelaporan Internal dan eksternal Pelaksanaan Sistem Jaminan
Halal
i. Pengambilan bukti berupa form-form atau hal-hal lain tentang
pelaksanaan
Sistem Jaminan Halal di PT. Garudafood Putra-Putri Jaya Divisi
Biskuit Gresik
jika dianggap perlu
3.11.2. PELAKSANAAN AUDIT INTERNAL
1. Waktu Pelaksanaan
Audit Halal internal dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali
setiap enam
bulan atau pada saat terjadi perubahan-perubahan yang
mungkin
mempengaruhi status kehalalan produk seperti : perubahan
manajemen,
kebijakan, formulasi, bahan, proses, maupun keluhan dari
konsumen.
2. Metode Pelaksanaan
Audit Halal internal dapat dilaksanakan secara bersamaan dengan
audit
sistem lain, akan tetapi borang audit halal internal dan
pelaporannya harus
dibuat terpisah dari audit sistem yang lain. Audit dapat
dilakukan dengan
metode :
Wawancara Pengujian dokumen Observasi lapang dan fisik
3. Pelaksana (Auditor)
Audit Halal internal dilakukan oleh Tim Auditor Halal Internal
yang telah
ditetapkan secara resmi oleh pihak manajemen PT Garudafood Putra
Putri Jaya
Divisi Biskuit. Pelaksana audit internal dilakukan oleh Auditor
Halal Internal dari
departemen yang berbeda (cross audit)
4. Pihak yang Diaudit (Auditee)
Pihak auditee adalah seluruh bagian yang terkait dalam proses
produksi
halal seperti :
Bagian pembelian (purchasing) Bagian pengawasan mutu (QA/QC)
Bagian produksi Bagian product develpoment (PD)
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 19 / 50
Bagian formulasi Bagian penggudangan Bagian transportasi
3.11.3. PELAPORAN
Hasil audit dituangkan dalam bentuk laporan yang disampaikan
kepada pihak
manajemen PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit. Hasil
temuan audit
ditindaklanjuti dalam kerangka waktu tertentu tergantung bobot
permasalahan.
Resume hasil audit dilaporkan kepada LP POM MUI setiap enam
bulan sekali
terhitung dari tanggal terbitnya sertifikat.
3.12. TINDAKAN PERBAIKAN Tindakan perbaikan atas pelaksanaan
Sistem Jaminan Halal dilakukan jika pada
saat dilakukan audit halal internal ditemukan ketidaksesuaian
pelaksanaannya.
Tindakan perbaikan harus dilakukan sesegera mungkin, jika temuan
yang didapatkan
berdampak langsung terhadap status kehalalan produk. Semua
bentuk tindakan
perbaikan dilakukan oleh PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi
Biskuit dengan
dibuatkan berita acara serta laporannya dan terdokumentasikan
dengan baik.
3.13. REVIEW MANAJEMEN ATAS SISTEM JAMINAN HALAL
Review manajemen atas Sistem Jaminan Halal secara menyeluruh
dilakukan
minimal 1 kali dalam setahun. Kaji ulang dilakukan karena
berbagai hal, antara lain :
1. Perubahan sistem manajemen PT Garudafood Putra Putri Jaya
Divisi Biskuit
yang mempengaruhi peran sistem jaminan halal secara menyeluruh
atau
sebagian, misalnya peran auditor halal internal
2. Ketidaksesuaian yang sering ditemukan dalam
pelaksanaannya
Kaji ulang manajemen dapat dilakukan dengan melibatkan seluruh
bagian yang terlibat
dalam sistem jaminan halal termasuk manajemen puncak. Pertemuan
kaji ulang
dilaporkan dan dibuatkan rekamannya.
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 20 / 50
IV. LAMPIRAN DOKUMEN
SISTEM JAMINAN HALAL
4.1. PANDUAN HALAL 4.1.1. PENGANTAR
Sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi pangan, status
bahan yang
dulu difatwakan halal, setelah ditemukan adanya hal-hal
meragukan maka bisa
menjadi berubah fatwanya. Oleh karena itu dalam bab ini
disampaikan kedudukan
ketetapan hukum dalam Islam agar dapat diterima mengapa hal
tersebut terjadi.
Untuk memberikan pemahaman tentang pengertian halal haram, dalam
bab ini
disampaikan pula dasar hukum baik dari Quran serta fatwa MUI
terbaru tentang status
bahan.
Kedudukan ketetapan hukum dalam Islam :
1. Al-Quran : hukumnya bersifat tetap, dan sebagiannya masih
bersifat umum,
sehingga memerlukan penjelasan lebih lanjut.
2. Al-Hadits : penjabaran aplikatif dari kaidah-kaidah Quraniyah
yang bersifat
tetap, sekaligus juga penjelasan lebih lanjut terhadap
kaidah-kaidah yang
bersifat umum.
3. Ijma Shahabat : kesepakatan para sahabat Nabi SAW dan ulama
atas
permasalahan yang terjadi, karena meluasnya wilayah dawah
serta
perkembangan kehidupan sosial, dan tidak ada ketentuannya secara
khusus di
dalam AL-Quran dan Al-Hadits. Namun keputusan ijma tentu
didasarkan pada
pemehaman mereka terhadap Al-Quran dan Al-Hadits.
4. Qiyas : metode penentuan hukum secara analogi, yang diambil
berdasarkan
pada kasus yang telah ditentukan Al-Quran dan Al-Hadits.
5. Fatwa : keputusan hukum agama yang dibuat dengan ijtihad
(ulama), atas hal-
hal yang tidak terdapat di dalam Al-Quran dan Al-Hadits,
berdasarkan pada
kaidah-kaidah pengambilan dan penentuan hukum, seperti dengan
metode
qiyas atau ijma.
4.1.2. PENGERTIAN HALAL DAN HARAM
a. Halal adalah boleh. Pada kasus makanan, kebanyakan makanan
termasuk halal
kecuali secara khusus disebutkan dalam Al-Qur'an atau
Hadits.
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 21 / 50
b. Haram adalah sesuatu yang Allah SWT melarang untuk dilakukan
dengan
larangan yang tegas. Setiap orang yang menentangnya akan
berhadapan
dengan siksaan Allah di akhirat. Bahkan terkadang juga terancam
sanksi
syariah di dunia ini.
4.1.3. PRINSIP-PRINSIP TENTANG HUKUM HALAL DAN HARAM
a. Pada dasarnya segala sesuatu halal hukumnya.
b. Penghalalan dan penghargaan hanyalah wewenang Allah SWT
semata.
c. Mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram termasuk
perilaku
syirik terhadap Allah SWT.
d. Sesuatu diharamkan karena ia buruk dan berbahaya
e. Pada sesuatu yang halal sudah terdapat sesuatu yang dengannya
tidak lagi
membutuhkan yang haram
f. Sesuatu yang mengantarkan kepada yang haram maka haram pula
hukumnya.
g. Menyiasati yang haram, haram hukumnya.
h. Niat baik tidak menghapuskan hukum haram
i. Hati-hati terhadap yang subhat agar tidak jatuh ke dalam yang
haram
j. Sesuatu yang haram adalah haram untuk semua
4.1.4. HALAL DAN HARAM BERDASARKAN AL QURAN
a. Al-Baqoroh 168 : Hai sekalian umat manusia makanlah dari apa
yang ada di
bumi ini secara halal dan baik. Dan janganlah kalian ikuti
langkah-langkah syetan. Sesungguhnya ia adalah musuh
yang nyata bagi kalian.
b. Al-Baqoroh 172 173 : Hai orang-orang yang beriman, makanlah
diantara
rezeki baik yang Kami berikan kepada kalian dan
bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya
kalian menyembah. Sesungguhnya Allah hanya
mengharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi,
dan binatang yang disembelih atas nama selain Allah.
Barang siapa dalam keadaan terpaksa, sedangkan ia tidak
berkehendak dan tidak melampaui batas, maka tidaklah
berdosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Pengasih.
c. Al-Anam 145 : Katakanlah, saya tidak mendapat pada apa yang
diwahyukan
kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi yang
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 22 / 50
memakannya, kecuali bangkai, darah yang tercurah,
daging babi karena ia kotor atau binatang yang disembelih
dengan atas nama selain Allah. Barang siapa dalam
keadaan terpaksa sedangkan ia tidak menginginkannya dan
tidak melampaui batas, maka tidaklah berdosa.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Pengasih.
d. Al-Maidah 3 : Diharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging
babi, hewan
yang disembelih dengan atas nama selain Allah, yang
tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan
yang diterkam binatang buas kecuali yang kalian sempat
menyembelihnya. Dan diharamkan pula bagi kalian
binatang yang disembelih di sisi berhala.
e. Al-Maidah 90 91 : Wahai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya
meminum khamir, berjudi, berkorban untuk berhala,
mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji
termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kalian mendapat keberuntungan.
Sesungguhnya syetan itu hendak menimbulkan
permusuhan dan perbencian di antara kalian lantaran
meminum khamir dan berjudi dan menghalangi kalian dari
mengingat Allah dan sholat, maka apakah kalian berhenti
dari mengerjakan pekerjaan itu.
f. Al-Maidah 96 : Dihalalkan untuk kalian binatang buruan laut
dan
makanannya.
g. Al-Araf 157 : Dia menghalalkan kepada mereka segala yang baik
dan
mengharamkan kepada mereka segala yang kotor.
4.1.5. FATWA MUI UNTUK BAHAN DAN PROSES PRODUKSI
1. Khamr
a. Segala sesuatu yang memabukkan dikategorikan sebagai
khamr.
b. Minuman yang mengandung minimal 1% ethanol, dikategorikan
sebagai
khamr.
c. Minuman yang dikategorikan khamr adalah najis.
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 23 / 50
d. Minuman yang diproduksi dari proses fermentasi yang
mengandung kurang
dari 1% ethanol,tidak dikategorikan khamr tetapi haram untuk
dikonsumsi.
2. Ethanol
a. Ethanol yang diproduksi dari industri bukan khamr hukumnya
tidak najis atau
suci.
b. Penggunaan ethanol yang merupakan senyawa murni yang bukan
berasal
dari industri khamr untuk proses produksi pangan hukumnya:
1. Mubah, apabila dalam hasil produk akhirnya tidak
terdeteksi
2. Haram, apabila dalam hasil produk akhirnya masih
terdeteksi
3. Penggunaan ethanol yang merupakan senyawa murni yang berasal
dari
industri khamr untuk proses produksi industri hukumnya haram
3. Hasil Samping Industri Khamr
a. Fusel oil yang berasal dari hasil samping industri khamr
adalah haram dan
najis
b. Fusel oil yang bukan berasal dari khamr adalah halal dan
suci
c. Komponen yang dipisahkan secara fisik dari fusel oil yang
berasal dari
khamar hukumnya haram
d. Komponen yang dipisahkan secara fisik dari fusel oil yang
berasal dari khamr
dan direaksikan secara kimiawi sehingga berubah menjadi senyawa
baru
hukumnya halal dan suci
e. Cuka yang berasal dari khamr baik terjadi dengan sendirinya
maupun melalui
rekayasa hukumnya halal dan suci
f. Ragi yang dipisahkan dari proses pembuatan khamr setelah
dicuci sehingga
hilang rasa, bau, dan warna khamr-nya, hukumnya halal dan
suci
4. Flavor Yang Menyerupai Produk Haram
Flavor yang menggunakan nama dan mempunyai profil sensori
produk
haram, contohnya flavor rum, flavor babi, dan lain-lain, tidak
bisa disertifikasi
halal serta tidak boleh dikonsumsi walaupun ingredient yang
digunakan adalah
halal.
5. Produk Mikrobial
a. Mikroba yang tumbuh dan berasal dari media pertumbuhan yang
suci dan
halal adalah halal, dan mikroba yang tumbuh dan berasal dari
media
pertumbuhan yang najis dan haram adalah haram
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 24 / 50
b. Produk mikrobial yang langsung dikonsumsi yang menggunakan
bahan-
bahan yang haram dan najis dalam media pertumbuhannya, baik
pada
skala penyegaran, skala pilot plant, dan tahap produksi,
hukumnya haram
c. Produk mikrobial yang digunakan untuk membantu proses
produksi produk
lain yang langsung dikonsumsi dan menggunakan bahan-bahan haram
dan
najis dalam media pertumbuhannya hukumnya haram
d. Produk konsumsi yang menggunakan produk mikrobial harus
ditelusuri
kehalalannya sampai pada tahap proses penyegaran mikroba
6. Penggunaan Alat Bersama
a. Alat bekas dipakai babi/anjing harus dicuci dengan cara
di-sertu (dicuci
dengan air 7x yang salah satunya dengan tanah/debu atau
penggantinya
yang memiliki daya pembersih yang sama).
b. Suatu peralatan tidak boleh digunakan bergantian antara
produk babi dan
non-babi meskipun sudah melalui proses pencucian.
4.1.6. BEBERAPA CONTOH BAHAN KRITIS
1. Daging
Daging yang berasal dari hewan halal dapat menjadi tidak halal
jika disembelih
tanpa mengikuti aturan syariat Islam. Hal-hal yang menjadi titik
kritis proses
penyembelihan adalah sebagai berikut :
a. Penyembelih (harus seorang muslim yang taat dan
melaksanakan
syariat islam sehari-hari)
b. Pemingsanan (tidak menyebabkan hewa mati sebelum
disembelih)
c. Peralatan/pisau (harus tajam)
d. Proses pasca penyembelihan (hewan harus benar-benar mati
sebelum
proses selanjutnya dan darah harus keluar secara tuntas)
Untuk daging impor perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:
1. Harus dilengkapi dengan sertifikat halal dari lembaga yang
diakui LP POM
MUI
2. Harus dilengkapi dengan dokumen pengapalan dan dokumen
lainnya
(contoh: dokumen kesehatan)
3. Harus ada kecocokan antara sertifikat halal dengan dokumen
lain
4. Harus ada kecocokan antara dokumen dengan fisik (kemasan,
label, dan
lain-lain)
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 25 / 50
5. Harus ada kecocokan nomor lot, plant number, tanggal
penyembelihan, dan
sebagainya
2. Bahan Turunan Hewani
Bahan turunan hewani berstatus halal dan suci jika berasal dari
hewan halal
yang disembelih sesuai dengan syariat Islam, bukan berasal dari
darah dan
tidak bercampur dengan bahan haram atau najis. Berikut ini
disampaikan
contoh-contoh bahan turunan hewani/ mungkin berasal dari turunan
hewani:
a. Lemak
b. Protein
c. Gelatin
d. Kolagen
e. Asam lemak dan turunannya (E430-E436)
f. Garam atau ester asam lemak (E470-E495)
g. Gliserol/gliserin (E422)
h. Asam amino (contoh : sistein, fenilalanin, dan
sebagainya)
i. Edible bone phosphate (E521)
j. Di/trikalsium fosfat
k. Tepung plasma darah
l. Konsentrat globulin
m. Fibrinogen
n. Media pertumbuhan mikroba (contoh: blood agar)
o. Hormon (contoh: insulin)
p. Enzim dari pankreas babi/sapi (amilase,lipase, pepsin,
tripsin)
q. Taurin
r. Plasenta
s. Produk susu, turunan susu dan hasil sampingnya yang
diproses
menggunakan enzim (Contoh : keju, whey, laktosa,
kasein/kaseinat)
t. Beberapa vitamin (contoh: vitamin A, B6, D, E)
u. Arang aktif
v. Kuas
3. Bahan Nabati
Bahan nabati pada dasarnya halal, akan tetapi jika diproses
menggunakan bahan tambahan dan penolong yang tidak halal, maka
bahan
tersebut menjadi tidak halal. Oleh karena itu perlu diketahui
alur proses
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 26 / 50
produksi beserta bahan tambahan dan penolong yang digunakan
dalam
memproses suatu bahan nabati. Berikut ini disampaikan beberapa
contoh
bahan nabati yang mungkin menjadi titik kritis :
a. Tepung terigu dapat diperkaya dengan berbagai vitamin antara
lain B1, B2,
asam folat
b. Oleoresin (cabe, rempah-rempah dan lain-lain) dapat
menggunakan
emulsifier (contoh : polysorbate/tween & glyceril monooleat
yang mungkin
berasal dari hewan), supaya larut dalam air
c. Lesitin kedelai mungkin menggunakan enzim fosfolipase dalam
proses
pembuatannya untuk memperbaiki sifat fungsionalnya
d. Hydrolyzed Vegetable Protein (HVP) perlu diperhatikan jika
proses
hidrolisisnya menggunakan enzim
4. Produk Hasil Samping Industri Minuman Berakohol dan
Turunannya
Produk/ bahan hasil samping industri minuman berakohol
beserta
turunannya berstatus haram jika cara memperolehnya hanya
melalui
pemisahan secara fisik dan produk masih memiliki sifat khamr.
Akan tetapi jika
bahan/produk tersebut direaksikan secara kimiawi sehingga
menghasilkan
senyawa baru, maka senyawa baru yang telah mengalami perubahan
kimiawi
statusnya menjadi halal. Beberapa contoh produk hasil samping
industri
minuman berakohol dan turunannya yang merupakan titik kritis
:
a. Cognac Oil (merupakan hasil samping distilasi
cognac/brandy)
b. Fusel Oil (merupakan hasil samping distilled beverages) dan
turunannya
seperti isoamil alkohol, isobutil alkohol, propil alkohol,
gliserol, asetaldehid,
2,3 butanadiol, aseton dan diasetil dan sebagainya.
c. Brewer yeast (merupakan hasil samping industri bir)
d. Tartaric Acid (hasil samping industri wine)
5. Produk Mikrobial
Status produk mikrobial dapat menjadi haram jika termasuk dalam
kategori
berikut :
1. Produk mikrobial yang jelas haram yaitu produk minuman
berakohol
(khamr) beserta produk samping dan turunannya
2. Produk mikrobial yang menggunakan media dari bahan yang haram
pada
media agar, propagasi, dan produksi. Contoh media yang haram
atau
diragukan kehalalannya diantaranya: darah, pepton (produk hasil
hidrolisis
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 27 / 50
bahan berprotein seperti daging, kasein atau gelatin menggunakan
asam
atau enzim)
3. Produk mikrobial yang dalam proses pembuatannya melibatkan
enzim dari
bahan yang haram
4. Produk mikrobial yang dalam proses pembuatannya menggunakan
bahan
penolong yang haram. Contohnya adalah penggunaan anti busa
dalam
kultivasi mikroba yang dapat berupa minyak/lemak babi, gliserol
atau bahan
lainnya
5. Produk mikroba rekombinan yang menggunakan gen yang berasal
dari
bahan yang haram. Contohnya adalah sebagai berikut:
a. Enzim a-amilase dan protease yang dihasilkan oleh
Saccharomyces
cerevisae rekombinan dengan gen dari jaringan hewan
b. Hormon insulin yang dihasilkan oleh E.Coli rekombinan dengan
gen
dari jaringan pankreas babi
c. Hormon pertumbuhan (human growth hormone) yang dihasilkan
oleh E.Coli rekombinan
6. Bahan-bahan Lain
Selain kelompok bahan-bahan di atas, berikut ini adalah
contoh
bahan/kelompok bahan lain yang sering menjadi titik kritis;
1. Aspartam (terbuat dari asam amino fenilalanin dan asam
aspartat)
2. Pewarna alami
3. Flavor
4. Seasoning
5. Bahan pelapis vitamin
6. Bahan pengelmusi dan penstabil
7. Anti busa, dll
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 28 / 50
4.2. DIAGRAM ALIR PENETAPAN TITIK KRITIS
4.2.1. Identifikasi Titik Kritis Bahan Nabati
Catatan :
1. TK : Titik Kritis, Non TK : Tidak Titik Kritis
3. TK dikaji lebih lanjut pada Prosedur Penetapan Status
Bahan
4. Bahan nabati yang diperiksa dalam penetapan titik kritis ini
adalah bahan
nabati yang status awalnya halal, bukan bahan nabati yang sudah
mendapat
status keharaman terlebih dahulu, seperti ganja, kokain,
opium,dll
Bahan Nabati
Pengolahan ?
Tidak Ya
Non TK Kultivasi Mikrobial ?
Ya Tidak
Fermentasi Khamr ? + Bahan Tambahan ?
YaTidak
TK Haram
Tidak Ya
TK Non TK
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 29 / 50
4.2.2. Identifikasi Titik Kritis Bahan Hewani
Bahan Hewani
Susu, Telur, Ikan Daging dan hasil samping (lemak, tulang,
kulit,dll)
Ada pengolahan ?
Apakah daging dan hasil samping berasal dari Hewan Halal ?
Ya Tidak
TK Non TK
Tidak Ya
Haram Apakah Hewan disembelih sesuai dengan Syariat Islam dan
memiliki SH MUI atau lembaga yang diakui
LP POM MUI ?
Ya Tidak
Tidak boleh digunakan Ada pengolahan lanjutan
Tidak Ya
TK Non TK
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 30 / 50
4.2.3. Identifikasi Titik Kritis Produk Mikrobial
Semua produk mikrobial merupakan titik kritis
Titik kritis terletak pada media, baik media penyegaran hingga
media produksi (bisa nabati atau hewani )
Produk
Mikrobial
TK
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 31 / 50
4.2.4. Identifikasi Titik Kritis Bahan Lain-lain (Tambang,
Sintetik)
Bahan Lain-lain
Bahan Tambang Sintetik Campuran
TK
Non TK Organik Non Organik
TK Apakah mengandung Bahan Penolong ?
Tidak Ya
Non TK TK
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 32 / 50
4.2.5. IDENTIFIKASI TITIK KRITIS PENYIMPANAN DAN LINI
PRODUKSI
Apakah semua produk disertifikasi halal ?
Ya Tidak
Apakah ada peluang kontaminasi bahan-bahan haram dan
najis ?
Ya Tidak
TK 1 Non TK
Apakah produk sejenis non sertifikasi menggunakan merk yang sama
?
Ya Tidak
Tidak dapat disertifikasi
Apakah bahan untuk produk non sertifikasi mengandung babi
atau
hasil sampingnya ?
Tidak dapat disertifikasi
Apakah lini produksi, penyimpanan bahan dan produk untuk produk
disertifikasi dgn
non sertifikasi terpisah ?
Ya Tidak
Non TK
Ya Tidak
Apakah prosedur sanitasi yang dilakukan dpt menghilangkan lemak,
bau, warna,rasa ?
Ya Tidak
Tidak dapat disertifikasi
Apakah ada peluang terkontaminasi bahan-bahan haram/najis ?
Ya Tidak
Non TK TK 2
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 33 / 50
Catatan :
1. LP POM MUI merekomendasikan agar PT Garudafood Putra Putri
Jaya Divisi Biskuit
yang mengajukan sertifikat halal, mensertifikat semua produknya
pada semua
pabrik dan lini produksi yang dimilikinya.
2. PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit harus menjaga
agar produk yang
disertifikasinya tidak tercemar dengan barang haram atau
najis.
3. Jika PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biskuit hanya
mensertifikasi sebagian
produknya, maka produk yang tidak disertifikasi tidak boleh
menggunakan merek
yang sama dengan produk yang disertifikasi, tidak mengandung
babi atau bahan
turunan dari babi.
4. Lini produksi, tempat penyimpanan bahan atau produk yang
disertifikasi dan yang
tidak disertifikasi harus terpisah secara nyata.
5. TK 1 adalah kontaminasi dari lingkungan (hewan piaraan,
burung, cicak, dll) dan
karyawan (katering, makanan, minuman)
6. Untuk TK 1 perlu dilakukan pencegahan dengan cara :
a. Penutupan tempat-tempat terbuka yang memungkinkan terjadinya
kontaminasi
b. Karyawan dilarang untuk membawa makanan dan minuman ke ruang
produksi
7. TK 2 adalah kontaminasi silang dari bahan-bahan yang tidak
disertifikasi (bahan-
bahan haram atau najis selain babi)
8. Untuk TK 2 perlu dilakukan pencegahan malalui pemisahan
secara fisik dan
administrasi antara bahan untuk produk yang disertifikasi halal
dan yang tidak.
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 34 / 50
4.2.6. IDENTIFIKASI TITIK KRITIS DISTRIBUSI
Catatan :
1. Jika distribusi dilakukan oleh pihak ketiga harus dibuat
sistem distribusi yang
bisa menjamin bahwa distribusi dilakukan terpisah antara produk
yang
disertifikasi dan non sertifikasi.
2. TK 1 adalah dimana kondisi produk dalam keadaan curah,
sehingga harus
menggunakan wadah yang dapat mencegah terjadinya kontaminasi
silang.
3. TK 2 dapat dicegah dengan penggunaan kemasan distribusi yang
dapat
mencegah kontaminasi silang.
Apakah semua produk yang didistribusikan bersertifikat halal
?
Tidak Ya
Non TKApakah alat distribusi berbeda ?
Ya Tidak
Non TK Apakah produk non sertifikasi halal mengandung
babi dan hasil sampingnya ?
Ya Tidak
Tidak disertifikasi Ada kemasan ?
Ya Tidak
Apakah kemasan dapat mencegah kontaminasi silang ? TK 1
Ya Tidak
Non TK TK 2
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 35 / 50
4.2.7. IDENTIFIKASI PENETAPAN STATUS BAHAN
Apakah bahan merupakan Produk Impor ?
Ya Tidak
Apakah memiliki SH MUI atau Lembaga Luar Negeri yang diakui
MUI dan masih berlaku ?
Apakah memiliki SH MUI dan masih berlaku ?
Apakah ada kemungkinan mengandung bahan yang
diragukan ? (biasanya bahan hewani atau produk khamr)
Tidak Ya
Tidak Ya
Bahan tidak dapat digunakan
Bahan dapat digunakan
Kajian LP POM MUI
Bermasalah Tidak Bermasalah
Tidak Ya
Sertifikasi Halal
Tidak Halal
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 36 / 50
Catatan :
1. Prosedur ini berlaku untuk semua produsen dan pemasok
2. Keluaran dari prosedur penetapan status bahan adalah daftar
bahan yang dapat
dipakai sebagai acuan untuk auditor halal internal
3. Bahan dalam kategori daftar bahan yang dapat digunakan,
sebelum
diimplementasikan harus disahkan terlebih dahulu oleh LP POM
MUI
4. Bahan dalam kategori daftar bahan yang tidak dapat digunakan
tidak boleh ada di
areal pabrik
5. Bahan yang dapat digunakan harus dilengkapi dokumen pendukung
berupa
spesifikasi bahan, surat rekomendasi atau sertifikat halal dari
LP POM MUI atau
Lembaga Sertifikasi Halal luar negeri yang direkomendasi LP POM
MUI
6. Bahan yang melalui proses kajian LP POM MUI dilengkapi dengan
rekomendasi LP
POM MUI, sedangkan bahan yang melalui sertifikasi halal
dilengkapi dengan
sertifikat halal MUI
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 37 / 50
4.3. STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) HALAL
4.3.1. SOP Penggunaan bahan baru untuk bagian PD
a. Bahan yang dibeli harus mengacv pada daftar bahan yang telah
diketahui oleh
LP POM MUI
b. Pembelian harus dapat menjamin bahwa bahan yang akan dibeli
sesuai dengan
data yang tertera pada sertifikat halal atau dokumen halal (nama
dan kode
bahan, nama perusahaan, nama dan lokasi pabrik)
c. Dokumen pembelian harus terdokumentasi dengan baik dan
lengkap
4.3.2. SOP Pemeriksaan dan Penerimaan Bahan
a. Nama bahan, kode bahan, produsen, nama dan lokasi pabrik
diperiksa
kesesuaiannya dengan daftar bahan yang telah diketahui oleh LP
POM MUI.
b. Bila ada sertifikat halal menghendaki logo khusus, logo
tersebut harus
dipastikan ada pada kemasan bahan.
c. Untuk bahan yang sertifikat halalnya diterbitkan per
pengapalan, perlu
dipastikan bahwa lot number, kuantitas, tanggal produksi, dan
tanggal
kadaluarsa sesuai dengan yang tercantum pada dokumen halal.
d. Bahan yang telah diperiksa dan sesuai dengan kriteria maka
diberi halal pass.
e. Bahan yang disimpan di gudang adalah bahan yang sesuai dengan
daftar
bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI. Apabila ada bahan di
luar daftar
tersebut maka penempatannya harus dipisah dan dipastikan tidak
terjadi
kontaminasi silang.
f. Bahan yang disimpan di gudang harus terbebas dari najis dan
bahan haram.
g. Setiap mutasi (pemasukan dan pengeluaran) bahan dari gudang
harus dicatat
serta dilengkapi dengan kartu stok, nota permintaan barang dan
bukti
penerimaan barang.
4.3.3. SOP Penggantian dan Penambahan Pemasok Baru
a. Jika bahan termasuk kategori kritis,maka diperiksa apakah
pemasok baru telah
memiliki sertifikat halal dari MUI atau dari lembaga yang diakui
oleh LP POM
MUI.
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 38 / 50
b. Bila pemasok tidak memiliki sertifikat halal maka disarankan
untuk mencari
pemasok lain yang telah memiliki sertifikat halal dari MUI atau
dari lembaga
yang telah diketahui oleh LP POM MUI.
c. Bila tidak ditemukan alternatif pemasok baru yang telah
memiliki sertifikat halal
maka perlu dilakukan pemeriksaaan spesifikasi teknis yang
menjelaskan asal
usul bahan (source of origin) dan diagram alir proses pembuatan
bahan
tersebut serta dikonsultasikan kepada LP POM MUI melalui
internal auditor.
d. Harus ada jaminan bahwa bahan yang akan dibeli sesuai dengan
data yang
tertera pada sertifikat halal atau dokumen halal ( nama dan kode
bahan, nama
perusahaan, nama dan lokasi pabrik ).
e. Pemasok diperiksa apakah merupakan produsen langsung atau
penyalur. Bila
pemasok adalah penyalur, maka harus dibuat perjanjian tertulis
dengan pihak
pemasok yang menyatakan bahwa pemasok hanya memasok bahan
dari
produsen yang tertera pada dokumen halal.
f. Rencana penggunaan penggantian pemasok dilaporkan kepada LP
POM MUI
melalui internal auditor.
g. Bahan dari pemasok baru dapat digunakan setelah mendapat
persetujuan oleh
LP POM MUI.
h. Data pemasok yang aktif maupun tidak harus didokumentasikan
dengan baik.
4.3.4. SOP Penggunaan Bahan Baru
a. Bahan baru diperiksa apakah bahan termasuk kategori kritis
dan telah memiliki
sertifikat halal dari MUI atau dari lembaga yang diketahui oleh
LP POM MUI
b. Bila bahan tidak memiliki sertifikat halal disarankan untuk
mencari bahan
alternatif yang sama atau sejenis yang telah memiliki sertifikat
halal dari MUI
atau dari lembaga yang telah diketahui oleh LP POM MUI
c. Bila bahan alternatif yang sama tidak didapatkan, maka perlu
pemeriksaan
spesifikasi teknis yang menjelaskan asal usul bahan (source of
origin) dan
diagram alir proses pembuatan bahan tersebut serta
dikonsultasikan kepada LP
POM MUI melalui internal auditor
d. Rencana penggunaan bahan baru dilaporkan kepada LP POM MUI
melalui
internal auditor
e. Bahan baru dapat digunakan setelah mendapat persetujuan oleh
LP POM MUI
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 39 / 50
4.3.5. SOP Produksi Halal
a. Pembuatan kertas kerja produksi (work sheet) harus mengacu
pada formula
dan matriks bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI.
b. Bahan yang dapat digunakan dalam produksi halal hanya yang
terdapat dalam
daftar bahan yang telah diketahui oleh LP POM MUI dan telah
mendapatkan
halal pass.
c. Bahan dipastikan terbebas dari kontaminasi najis dan bahan
yang haram.
d. Lini produksi dipastikan hanya digunakan untuk bahan yang
halal.
e. Apabila lini produksi juga digunakan untuk bahan yang belum
disertifikasi halal,
maka prosedur pembersihan dipastikan dapat menghilangkan/
menghindari
produk dari kontaminasi silang.
f. Bila ada produk yang tidak disertifikasi mengandung babi,
alat dan lini produksi
dipastikan benar-benar terpisah.
g. Harus dipastikan bahwa di area produksi tidak boleh ada
bahan-bahan atau
barang-barang yang tidak digunakan untuk produksi.
4.3.6. SOP Perubahan Formula dan Pengembangan Produk Baru
a. Prinsip perubahan formula dan pengembangan produk baru
adalah
mengutamakan pada daftar bahan yang telah diketahui LP POM
MUI.
b. Perubahan formula yang menghasilkan produk baru harus
diajukan dalam
proses sertifikasi halal baru.
c. Perubahan formula yang tidak menghasilkan produk baru dan
tidak
menggunakan bahan baru (reformulasi komposisi) tidak perlu
dilaporkan
kepada LP POM MUI.
d. Perubahan formula yang tidak menghasilkan produk baru tetapi
menggunakan
bahan baru ( pengguna bahan alternatif ) harus mengacu kepada
SOP
penggunaan bahan baru.
e. Rencana pembuatan formula baru yang tidak menghasilkan produk
baru
dilaporkan kepada LP POM MUI melalui internal auditor.
f. Formula baru dapat digunakan setelah mendapat persetujuan
oleh LP POM
MUI.
g. Apabila formula baru tidak mendapatkan persetujuan maka
formula baru tidak
dapat digunakan.
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 40 /
4.4. FORMULIR AUDIT HALAL INTERNAL
4.4.1. FORMULIR AUDIT HALAL INTERNAL PADA QA/QC
NO
PERTANYAAN
HASIL AUDIT
YA TIDAK KETERANGAN
1 Apakah bagian QA memiliki daftar bahan yang telah
diketahui LP POM MUI ?
2 Apakah setiap bahan datang selalu diberi tanda status
kehalalannya (halal pass) ?
3 Apakah halal pass bahan atau produk, diberikan oleh QA
setelah mendapatkan persetujuan dari auditor halal
internal?
4 Sebelum mencantumkan halal pass, apakah QA memeriksa
nama produsen, merek, jenis,/kode barang, logo halal, lot
number, dan kuantitas yang tercantum pada labelkemasan
sesuai dengan dokumen pengadaan dan sertifikat halal ?
5 Apakah jawaban no 5 dapat dibuktikan dengan laporan/
rekaman hasil pemeriksaan bahan ?
6 Apakah halal pass hanya diberikan pada bahan atau produk
yang sertifikat halalnya masih berlaku ?
7 Apakah bagian QA menolak bahan yang tidak memperoleh
halal pass ?
8 Apakah pemberian halal pass dikontrol dengan baik dan
tercatat secara sistematis ?
9 Apakah QA selalu berkomunikasi dengan AHI berkaitan
dengan bahan yang tidak bisa mendapatkan halal pass
karena alasan tertentu (sertifikat halal kadaluwarsa, dll) ?
10 Apakah ada teguran tertulis dan/ tindakan pencegahan dari
QA jika didapati praktek yang tidak memenuhi SOP ?
Catatan Khusus Auditor
Menyetujui Yang Membuat
Auditee Bagian QA/QC Auditor Halal Internal
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 41 / 50
4.4.2. FORMULIR AUDIT HALAL INTERNAL PADA PRODUKSI
NO
PERTANYAAN HASIL AUDIT
YA TIDAK KETERANGAN 1 Apakah bagian produksi hanya memproduksi
produk yang
disertifikasi halal oleh MUI ?
2 Apakah ada konsistensi penggunaan bahan baku, bahan tambahan
dan bahan penolong ?
3 Apakah bahan-bahan tersebut tercantum pada daftar bahan halal
yang telah diketahui LP POM MUI ?
4 Bila ada produk yang belum jelas status kehalalannya (tidak
disertifikasi halal), apakah alat produksi yang digunakan berbeda
dengan alat produksi untuk produk yang disertifikasi halal MUI
?
5 Apakah bahan pada produk yang tidak disertifikasi halal
mungkin mengandung babi atau turunannya ?
6 Bila produk yang tidak disertifikasi halal MUI tidak
mengandung babi atau turunannya, apakah prosedur sanitasi peralatan
produksi sesuai dengan ketentuan MUI dan diawasi oleh AHI ?
7 Bila alat produksi antara produk yang tidak disertifikasi
halal dan produk halal terpisah, apakah tempat penyiapan bahan dan
tempat bahan work in process juga terpisah ?
8 Apakah di lingkungan produksi tidak ditemukan bahan haram
walaupun itu milik bagian lain ataupun milik pribadi ?
9 Apakah penyelenggaraan proses produksi didukung oleh sistem
administrasi yang baik ?
10 Apakah semua bahan baku, tambahan, dan penolong tercatat
secara sistematis serta mudah untuk ditelusuri?
11 Apakah proses pengolahan dilakukan sedemikian rupa sehingga
dapat menghindari terkontaminasinya produk dari bahan haram dan/
atau najis ?
12 Apakah Bagian Produksi mempunyai instruksi kerja untuk setiap
tahapan proses ?
Catatan Khusus Auditor
Menyetujui Yang Membuat
Auditee Bagian Produksi Auditor Halal Internal
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 42 / 50
4.4.3. FORMULIR AUDIT HALAL INTERNAL PADA BAGIAN PD
NO
PERTANYAAN
HASIL AUDIT
YA TIDAK KETERANGAN
1 Apakah bagian PD mempunyai bahan yang telah
diketahui oleh LP POM MUI ?
2 Apakah sampel bahan yang diterima Bagian PD selalu
disertai dokumen yang mendukung status kehalalan
bahan ?
3 Dalam memeriksa status kehalalan bahan yang akan
digunakan, apakah bagian PD memeriksa asal-usul
bahan ? ( penentuan bahan sebagai bahan yang kritis
terhadap kehalalan, tidak kritis terhadap kehalalan atau
haram mengikuti diagram penentuan titik kritis bahan )
4 Apakah bagian PD secara periodik memeriksa status
kehalalan bahan yang digunakan untuk PD dan
mengusahakan penggantinya jika ada bahan yang
belum ada sertifikat halalnya ?
5 Apakah dalam mengembangkan formula, Bagian PD
selalu menggunakan bahan-bahan yang jelas status
kehalalannya ?
6 Apakah formula yang telah siap diproduksi selalu
dimintakan persetujuan AHI, sebelum proses sertifikasi
halal Mui ?
Catatan Khusus Auditor
Menyetujui Yang Membuat
Auditee Bagian R & D Auditor Halal Internal
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 43 / 50
4.4.4. FORMULIR AUDIT HALAL INTERNAL PADA BAGIAN GUDANG
NO
PERTANYAAN
HASIL AUDIT
YA TIDAK KETERANGAN
1 Apakah bagian gudang didukung dengan sistem
administrasi yang mudah ditelusuri ?
2 Apakah bagian gudang memegang daftar bahan yan
telah diketahui oleh LP POM MUI ?
3 Apakah semua bahan di gudang merupakan bahan
yang sesuai dengan daftar bahan yang telah diketahui
oleh LP POM MUI ?
4 Jika jawaban no 2 tidak, apakah bahan halal dan non
halal disimpan secara terpisah ?
5 Apakah pemisahan (pertanyaan no 3) dengan cara
menggunakan ruangan berbeda ?
6 Jika jawaban pertanyaan no 4 tidak, apakah
pemisahan dilakukan dengan pemberian sekat yang
jelas ?
7 Jika jawaban no 5 tidak, apakah pemisahan dilakukan
dengan cara menggunakan rak yang berbeda dengan
diberikan tanda-tanda yang jelas ?
8 Jika jawaban no 6 tidak, apakah pemisahannya
dilakukan dengan cara pemisahan dalam palet-palet
yang berbeda tetapi menggunakan rak yang sama
dengan memberikan tanda-tanda yang jelas ?
9 Apakah bahan-bahan untuk produksi, bahan kemasan,
dan non produksi seperti bahan sanitasi, sampel PD,
produk jadi,dll dipisahkan ?
10 Apakah pemisahan (pertanyaan no 8) dengan cara
menggunakan ruangan yang berbeda ?
11 Jika jawaban pertanyaan no 9 tidak, apakah
pemisahan dilakukan dengan pemberian sekat yang
jelas ?
12 Jika jawaban no 10 tidak, apakah pemisahan dilakukan
dengan cara menggunakan rak yang berbeda dengan
diberikan tanda-tanda yang jelas ?
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 44 / 50
13 Jika jawaban no 11 tidak, apakah pemisahannya
dilakukan dengan cara pemisahan dalam palet-palet
yang berbeda tetapi menggunakan rak yang sama
dengan memberikan tanda-tanda yang jelas ?
14 Apakah setiap penggunaan bahan dan produk untuk
keperluan produksi, PD, penjualan atau pengeluaran
dari gudang untuk keperluan lain tercatat jenis dan
jumlah serta peruntukannya ?
15 Apakah setiap pengeluaran bahan untuk produksi halal
memperhatikan tanda halal pass ?
16 Apakah semua bahan di gudang berlabel dengan jelas?
17 Adakah produk yang tidak disertifikasi halal oleh MUI?
18 Jika jawaban no 16 ya, apakah produk yang tidak
disertifikasi halal disimpan secara terpisah dengan
produk yang disertifikasi halal ?
19 Jika jawaban no 17 ya, apakah pemisahan dilakukan
dengan cara menggunakan ruangan yang berbeda ?
20 Jika jawaban pertanyaan no 18 tidak, apakah
pemisahan dilakukan dengan pemberian sekat yang
jelas?
21 Jika jawaban no 19 tidak, apakah pemisahan dilakukan
dengan cara menggunakan rak yang berbeda dengan
diberikan tanda-tanda yang jelas /
22 Jika jawaban no 20 tidak, apakah pemisahannya
dilakukan dengan cara pemisahan dalam palet-pelet
yang berbeda tetapi menggunakan rak yang sama
dengan memberikan tanda-tanda yang jelas ?
Catatan Khusus Auditor
Menyetujui Yang Membuat
Auditee Bagian Gudang Auditor Halal Internal
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 45 / 50
4.4.5. FORMULIR AUDIT HALAL INTERNAL PADA BAGIAN PEMBELIAN
NO
PERTANYAAN
HASIL AUDIT
YA TIDAK KETERANGAN
1 Apakah halal menjadi pertimbangan utama dalam
pengadaan bahan baku, bahan tambahan dan bahan
penolong ?
2 Apakah bagian pengadaan memiliki daftar bahan,
pemasok, dan produsen bahan yang telah diketahui oleh
LP POM MUI ?
3 Apakah untuk perubahan pemasok atau produsen bahan
baru diketahui dan diketahui oleh AHI (berdasarkan hasil
konsultasi dengan LP POM MUI) ?
4 Apakah pengadaan bahan baru oleh bagian pengadaan
terlebih dahulu telah mendapat persetujuan dari QA dan
AHI (berdasarkan hasil konsultasi dengan LP POM MUI) ?
5 Adakah catatan jika terjadi perubahan bahan, pemasok
atau produsen bahan ?
6 Apakah bagian pengadaan memiliki sistem peringatan dini
untuk bahan-bahan yang masa berlaku sertifikat halalnya
hampir habis masa berlakunya?
7 Apakah contoh bahan dari pemasok yang diterima bagian
pengadaan disertai dokumen yang berkaitan dengan
status kehalalannya (sertifikat halal, deskripsi produk,
spesifikasi, alur proses dan asal usul bahan) ?
8 Apakah kegiatan pengadaan didukung dengan sistem
administrasi yang baik? Seperti semua catatan pengadaan
terdokumentasi dengan lengkap, sistematis, rapi dan
mudah ditelusuri ?
Catatan Khusus Auditor
Menyetujui Yang Membuat
Auditee Bagian Pembelian Auditor Halal Internal
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 46 / 50
4.4.6. FORMULIR AUDIT HALAL INTERNAL PADA BAGIAN DISTRIBUSI
NO
PERTANYAAN
HASIL AUDIT
YA TIDAK KETERANGAN
1 Apakah alat transportasi dan distribusi (bahan dan atau
produk jadi) selalu dalam keadaan bersih dan suci dari
najis ?
2 Adakah jaminan bahwa pengangkutan tidak tercampur
dengan bahan atau produk lain atau titipan perusahaan/
orang lain yang tidak jelas kehalalannya ?
3 Untuk alat transportasi dan distribusi sewaan, adakah
seleksi khusus dan persyaratan khusus yang dapat
menjamin produk terhindar dari kemungkinan
terkontaminasi bahan haram atau najis ?
Catatan Khusus Auditor
Menyetujui Yang Membuat
Auditee Bagian Distribusi Auditor Halal Internal
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 47 / 50
4.5. FORMAT LAPORAN BERKALA
1. Resume Laporan Audit Halal Internal yang terdiri dari :
a. Waktu pelaksanaan
b. Auditor
c. Auditee
d. Temuan
e. Tindakan koreksi
2. Resume perubahan-perubahan yang terjadi selama 6 bulan
terakhir yang
mencakup :
a. Perubahan Manajemen PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi
Biskuit yang
mempengaruhi kebijakan halal
b. Perubahan Sistem Jaminan Halal (SOP, dokumen, personil,
dsb)
c. Perubahan lokasi pabrik
d. Perubahan bahan (produsen/pemasok, jenis bahan)
e. Perubahan formula dan pengembanagan produk baru
3. Berita acara tindakan koreksi atas temuan pada audit halal
internal
4. Daftar bahan terakhir beserta dokumen pendukung terbaru
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 48 / 50
4.6. FORMAT LAPORAN KETIDAKSESUAIAN
NO URAIAN KETERANGAN
1 Temuan Ketidaksesuaian Pembuat/pelapor
Sifat
Ketidaksesuaian
(Merubah/tidak
Merubah Status
Kehalalan)
Tanggal Kejadian
Lokasi
2 Analisis Penyebab Proses Kejadian
Penyebab
Pembuat
Disetujui
3 Tindakan Langsung Isi Tindakan
Tanggal
Pelaksanaan
Dibuat
Disetujui
4 Tindakan Perbaikan Isi Tindakan
Tanggal
Pencapaian
Tanggal
Pelaksanaan
Dibuat
Disetujui
5 Tindakan Pencegahan Isi Tindakan
Dibuat
Disetujui
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 49 / 50
4.7. NOTULEN PERTEMUAN TINDAKAN MANAJEMEN
No Topik Rincian Diskusi Kesimpulan Tindak
lanjut
Tanggal
Pencapaian
-
PT Garudafood Putra Putri Jaya Divisi Biscuit
MANUAL
SISTEMJAMINANHALAL
25 Maret 2009 No. Rev 0.2 Page : 50 / 50
4.8. FORMULIR ADMINISTRASI
Formulir administrasi merujuk pada Matriks Bahan Baku, Status
Kehalalan
Bahan Baku, dan Alokasi Produk yang digunakan menyesuaikan pada
produk yang
mendapat sertifikat halal. Contoh form:
MATRIKS BAHAN BAKU, STATUS KEHALALAN BAHAN BAKU, DAN ALOKASI
PRODUK
No Nama Bahan Baku
Kode Bahan Baku
Produsen Supplier Lembaga Sertifikasi
Nomor Sertifikat
Halal
Masa Berlaku
Sertifikat Halal
Alokasi Produk