12LO. 1.1. Makroskopik Ginjal Ginjal terletak di posterior abdomen bagian atas Retroperitoneum. Diliputi peritoneum kurang dari 2/3 bagian. Di depan 2 costa terakhir (costa 11 dan 12), dan 3 otot besar m. transversus abdominalis, m. quadratus lumborum, dan m. psoas major. Ukuran 12x6x2 cm Berat 120-150 gram Seperti kacang tanah: extremitas superior, extremitas inferior, margo lateralis, margo medialis (terdapat hilum renale tempat keluar masuk ureter, a.v. renalis, nervus, dan vasa lymphatica. Gambar 1. Retroperitoneal wanita http://www.doereport.com/imagescooked/144W.jpg
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
12LO. 1.1. Makroskopik Ginjal
Ginjal terletak di posterior abdomen bagian atas Retroperitoneum. Diliputi peritoneum kurang dari 2/3 bagian. Di depan 2 costa terakhir (costa 11 dan 12), dan 3 otot besar m. transversus abdominalis,
m. quadratus lumborum, dan m. psoas major. Ukuran 12x6x2 cm Berat 120-150 gram
Seperti kacang tanah: extremitas superior, extremitas inferior, margo lateralis, margo medialis (terdapat hilum renale tempat keluar masuk ureter, a.v. renalis, nervus, dan vasa lymphatica.
Ginjal kiri lebih tinggi setengah vertebra dari ginjal kanan. Terletak di pertengahan V11 – pertengahan VL3. Ginjal kanan terletak mulai tepi atas VT12- tepi atas VL4. Ginjal kanan hanya di depan costa 12.
Ginjal tidak sejajar dengan linea medialis posterior, axisnya miring yaitu cranio lateral ke caudo medial.
Puncaknya terdapat topi glandula suprarenalis. Ginjal kanan berbentuk pyramid, kiri bentuk bulan sabit.
Ginjal diliputi kapsula cribrosa tipis mengkilat, berikatan dengan jaringan di bawahnya disebut fascia renalis.
Fascia renalis terdiri dari lamina anterior dan lamina
posterior. Ke arah kanan dan kiri bersatu membentuk fascia transversa abdominalis membentuk corpus adiposum. Ke cranial setinggi VT11 bersatu membentuk fascia abdominalis untuk melapisi diafragma.
Ginjal mempunyai selubung capsula fibrosa yang langsung
membungkus ginjal dan capsula adipose yang membungkus lemak. Pada penampang lintang ginjal terbagi:1. Pinggir: cortex. Bagian cortex yang masuk ke medulla (columna renales Bertini)2. Tengah: medulla. Bangunan pyramides renales, puncaknya papillae renales dan basisnya
basis pyrimidis. Pada medulla, dari papillae renales ke calices renales minors ke calices renales majores,
selanjutnya ke pelvis renales, ureter, dan vesica urinaria.
Vaskularisasi Ginjal
1. Medulla: dari aorta abdominalis bercabang a. renallis sinistra dan dextra setinggi VL1, masuk melalui hilum renalis menjadi a. segmentalis (a. lobaris), lanjut menjadi a. interlobaris lalu a. arcuate lalu menjadi a. interlobularis terus a aferen dan selanjutnya masuk ke cortex ke dalam glomerulus.
2. Cortex: a. eferen berhubungan dengan v. interlobularis, bermuara ke v. arcuate ke v.
renalis sinistra dan dextra dan selanjutnya ke v. cava inferior, dan berakhir bermuara ke atrium dextra.
Pada hilum renalis, a. renalis bercabang dua menjadi ramus anterior dan posterior. Diantara keduanya membentuk anastomosis yang disebut avascular line (broedel)
Inervasi Ginjal:
Plexus symphaticus renalis Serabut aferen melalui plexus renalis menuju medulla spinalis n. thoracalis X, XI, XII
Pembuluh limfe Ginjal:
Mengikuti v. renalis melalu nl. Aorta lateral, sekitar pangkal a. renalis.
Sintopi ginjal kanan:
1. Depan: flexura coli dextra, colon ascendens, duodenum pars descendens, hepar lobus dextra dan mesocolon transversum.
2. Belakang: m. psoas dextra, m. quadratus lumborum, m. transversus abdominis dextra, n. subcostalis VT12 dextra, n. ileohypogastricus dextra, n. ileoinguinalis VL1 dextra dan costa 12 dextra.
2. Belakang: m. psoas sinistra, m. quadratus lumborum sinistra, m. transversus abdominis sinistra, n. subcostalis VT12 sin, n. ileohypogastricus sin, n. ileoinguinalis VL1 sin dan costa 11 dan 12 sinistra.
LO. 1.2. Mikroskopik Ginjal
Ginjal berbentuk seperti kacang merah. Di sebelah medial terdapat bagian cekung (hilus), tempat keluar masuknya pembuluh darah. Pada hilus terdapat pelvis. Di bagian dalam hilus berlanjut menjadi ruang besar yaitu sinus renalis yang berisi pembuluh darah dan pelvis serta cabangnya. Di dalam sinus terdapat calyx major dan calyx minor. Setiap calyx minor membungkus papilla renalis yang merupakan ujung pyramid ginjal.
Ginjal dibungkus oleh capsula fibrosa yang tidak melekat erat dengan parenkim dibawahnya. Potongan ginjal, parenkim terlihat berwarna merah di cortex dan lebih terang di medulla. Parenkim mengelilingin sinus renalis. Medulla ginjal disusun oleh pyramid, dasarnya menghadap cortex dan puncaknya menonjol masuk ke dalam lumen calyx minor. Pyramid dibungkus oleh jaringan cortex. Pada sisi pyramid terdapat substantia corticalis disebut columna renalis Bertini yang masuk ke dalam medulla.
Pyramid beserta columna renalis serta jaringan cortex yang berkaitan membentuk lobus ginjal. Dengan demikian ginjal adalah multilobar atau multipyramid yang sesuai dengan lobus ginjal sipada masa fetus.
Ginjal tersusun dari unit individual yang disebut tubulus uriniferus yang terbagi dua yaitu nefron dan ductus coligens. Pangkal nefron berupa kantong buntu disebut capsula Bowman, berbentuk mangkuk berdinding luar pars parietalis dibentuk oleh sel epitel selapis gepeng dan pars visceralis dibentuk oleh pedikel yaitu podosit.
pedikelnya. Antara pedikel terdapat membrane tipit filtration slit membrane. Ke dalam capsula Bowman masuk gulungan kapiler disebut glomerulus. Sel endotel kapiler glomerulus memiiliki pori/fenestra pada sitoplasmanya. Capsula Bowman bersama glomerulus disebut corpus malphigi yang fungsi utamanya adalah filtrasi. Hasil filtrasi disebut ultra filtrate kemudian dialirkan ke sistem tubulus.
Tubulus terbagi 3 bagian yaitu tubulus proksimal, ansa Henle, dan tubulus distal. Tubulus proksimal berfungsi reabsorbsi, ion Na dipompakan kembali ke jaringan interstitial, glukosa, asam amino, dan bahan lain yang masih diperlukan diserap kembali dari ultra filtrate. Dinding tubulus proksimal disusun oleh epitel selapis kuboid dengan inti berbentuk lonjong dan sitoplasma eosinophil, batas antar sel tidak terlihat jelas. Pada permukaan sel terdapat micovili yang menonjol ke lumen sehingga memberikan gambaran “brush border”. Tubulus proksimal mempunyai bagian berkelok (pars contortus) terdapat di cortex dan bagian yang lurus (pars rectus) turun ke medulla menjadi pars descenden (segmen tebal) ansa Henle.
Bagian tipis ansa Henle terletak di medulla, tersusun oleh epitel selapis gepeng, lumennya kecil mirip kapiler. Ansa Henle berbentuk seperti huruf U, pars ascendens dilapisi oleh epitel selapis kuboid (segmen tebal ascendens) dan menjadi bagian dari pars rectus tubulus distal.
Tubulus distal disusun oleh selapis sel kuboid, pada potongan melintang terlihat sel menyusun dinding lebih banyak dan sitoplasma kurang eosinophil disbanding tubulus proksimal, tidak terdapat gambaran brush border. Di cortex tubulus distal berkelok-kelok, mendekati glomerulus, dan kemudian bermuara ke dalam ductus coligens. Sel epitel dinding tubulus distal pada sisi yang dekat ke glomerulus berubah menjadi lebih tinggi dan tersusun lebih rapat, sehingga
disebut macula densa. Ductus coligens dapat dibedakan dengan tubulus, dimana sel epitel dinsing ductus coligens terlihat lebih tinggi, tampak pucat, batas antar sel terlihat tegas dan dinding sel pada apex cenderung menggelembung menonjol ke lumen.
Pembuluh darah masuk ke glomerulus melalui arteriole aferen, di dalam capsula Bowman bercabang membentuk glomerulus kemudian menyatu kembali dan keluar sebagai arteriol eferen. Daerah tempat masuknya pembuluh darah ke capsula Bowman disebut polus vascularis, sedangkan daerah tempat capsula Bowman berdambungan dengan tubulus proksimal disebut polus urinarius. Pada polus vascularis, corpus malphigi terdapat struktur khusus yang disebut apparatus jukstaglomerulus yang terdiri dari sel jukstaglomerularis, macula densa, dan sel mesangial extraglomerularis (polkissen).
Di luar glomerulus, tepat sebelum bercabang, sel otot polos dari tunica muscularis dinding arteriol aferen berubah menjadi besar, bulat, dan sitoplasmanya mempunyai granula yang mengandung renin. Sel ini disebuut sel jukstaglomerularis. Berhadapan dengan macula densa, di daerah antara vas aferen dan vas eferen, sel mesangium extraglomerular membentuk bantalan tebal disebut polkissen (polar cushion). Ketiga unsur tersebut berperan dala mengatur tekanan darah melalui sistem renin-angiotensin.
LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Ginjal
Ginjal
Ginjal mengeluarkan kelebihan cairan dan elektrolit cairan ekstraseluler, membersihkan tubuh, dan mengeluarkan sisa metabolic yang toksis juga benda asing.
Fungsi-fungsi ginjal adalah:
1. Mempertahankan keseimbangan cairan tubuh2. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai3. Mengatur jumlah dan konsentrasi ion cairan ekstraseluler4. Mempertahankan volume plasma5. Membantu mempertahankan keseimbangan asam basa6. Mengekskresikan produk akhir metabolism tubuh; urea, asam urat, dan kreatinin7. Mengeluarkan banyak senyawa asing8. Menghasilkan eritropoietin9. Menghasilkan renin10. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktif.
Darah difiltrasi di glomerulus dalam bentuk plasma bebas protein yang tersaring melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsula Bowman (hanya 20%) dengan hasil akhir bernama ultra filtrate. Jumlah normalnya 125 ml/menit atau setara dengan 180 l/hari.
Cairan harus melewati membrane glomerulus yang terdiri dari:
1) Dinding kapiler glomerulus (sel endotel selapis gepeng) yang 100 kali lebih permeabel terhadap air dan zat terlarut.
2) Membrane basal (lapisan gelatinosa aselular) dari kolagen untuk kekuatan strukturalnya dan glikoprotein untuk menghambat filtrasi protein plasma dengan muatan negatif sehingga menolak albumin/protein lain yang bermuatan negatif juga.
3) Kapsul Bowman pars viseralis (podosit) memiliki pedikel yang diantaranya terdapat celah filtrasi.
Tekanan Darah Kapiler Glomerulus
Tekanan yang mendorong plasma di glomerulus menembus membrane. Dilakukan oleh gaya fisik pasif yang sama dengan yang ada di kapiler lainnya. Perbedaannya hanyalah kapiler glomerulus jauh lebih permeabel sehingga keseimbangan gaya menyebabkan seluruh panjang kapiler glomerulus terfiltrasi.
Terdapat 3 gaya fisik pasif:
1) Tekanan darah kapiler glomerulus (55 mmHg): tekanan cairan yang ditimbulkan darah dalam kapiler. Bergantung pada kontraksi jantung dan resistensi aliran darah dari a. aferen dan a. eferen. Tekanan ini bekerja mendorong filtrasi.
2) Tekanan osmotik koloid plasma (30 mmHg): ditimbulkan dari distribusi tidak seimbang protein plasma di kedua sisi membrane karena konsentrasi air di kapsul Bowman lebih tinggi dari kapiler sehingga timbul osmosis air kapsul Bowman untuk menurunkan konsentrasi. Tekanan ini bekerja melawan filtrasi.
3) Tekanan hidrostatik kapsul Bowman (15 mmHg): ditimbulkan oleh cairan di bagian awal tubulus mendorong cairan keluar kapsul Bowman. Tekanan ini bekerja melawan filtrasi.
Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)
Mendorong – melawan = tekanan filtrasi netto
55mmHg – 45 mmHg = 10 mmHg
LFG bergantung pada: tekanan filtrasi netto, luas permukaan glomerulus, dan permeabilitas membrane glomerulus (Kf = koefisien filtrasi).
Rumus LFG: Kf x tekanan filtrasi netto
Jika filtrate dihasilkan pria 180 l/hari maka LFG pria adalah 125 ml/menit. Sedangkan filtrate yang dihasilkan wanita 160 l/hari maka LFG wanita adalah 115 ml/menit.
Kontrol LFG
Terdapat 2 mekanisme control LFG:
1) Otoregulasi: mencegah perubahan spontan LFG (80-180 mmHg) dengan cara mengubah caliber a. aferen. Jika tekanan arteri dan LFG meningkat, maka terjadi kontriksi a. aferen sehingga LFG menjadi normal dan begitu pula jika LFG menurun maka akan terjadi sebaliknya.
2) Kontrol simpatis ekstrinsik: untuk regulasi jangka panjang tekanan darah arteri. Diperantarai sinyal sistem saraf simpatis ke a. aferen. Jika volume plasma menurun sehingga tekanan darah arteri menurun (terdeteksi baroreseptor), maka terjadi reflex saraf ke otak dan jantung (jangka pendek) sehingga terjadi penurunan ekskresi urin dan penurunan LFG (jangka panjang).
2. REABSORPSI TUBULUS
Reabsorpsi (%) Ekskresi (%)Air 99 1
Natrium 99,5 0,5Glukosa 100 0
Urea 50 50Fenol 0 100
Tabel 1. Persentase Reabsorpi dan Ekskresi Bahan-bahan di Ginjal
Sumber: Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Transpor Transepitel
Terdapat 5 tahap transport transepitel:
1) Bahan meninggalkan cairan tubulus dengan melewati membrane luminal sel tubulus.2) Bahan melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi lainnya.3) Bahan melewati membrane basolateral sel tubulus ke cairan interstitium.4) Bahan berdifusi melalui interstitium.5) Bahan menembus dinding kapiler ke plasma darah.
Pompa N-K-ATPase
Natrium direabsorpsi di sepanjang tubulus. Di tubulus proksimal Na+ di reabsorpsi untuk diikuti oleh reabsorpsi glukosa, asam amino, air, klorida, dan urea. Di pars ascenden natrium dan klorida di reabsorpsi dan bagian penting untuk menghasilkan urin berkonsentrasi dan bervolume bervariasi. Di tubulus distal dan duktus koligen natrium di reabsorpsi di bawah kontrol hormon.
Semua itu melibatkan pompa Na-K-ATPase di membrane basolateral sel tubulus.
Aldosteron: mereabsorpsi natrium di tubulus distal berbanding terbaik dengan beban natrium.
Sistem RAA terdiri dari apparatus jukstaglomerulus yang menghasilkan renin untuk merespon adanya penurunan natrium klorida atau volume CES atau tekanan darah, yaitu:
1) Sel granular sebagai baroreseptor intrarenal2) Sel macula densa yang peka NaCl3) Sel granular disarafi saraf simpatis sehingga menurunkan tekanan darah.
Renin mengaktifkan angiotensinogen menjadi angiotensin I, hormone ACE di paru mengaktifkan angiotensin I menjadi angiotensin II, angiotensin II memicu korteks adrenal untuk menghasilkan aldosterone.
Atrial Natriuretic Peptide (ANP)
Hormone yang cara kerjanya melawan sistem RAA dengan membuang natrium dan menurunkan tekanan darah. Hormone ini dihasilkan oleh atrium jantung dan dilepas saat volume plasma dan CES meningkat. Fungsi ANP adalah menghambat secara langsung reabsorpsi natrium di distal, menghambat sekresi renin, dan menghambat aldosteron.
3. SEKRESI TUBULUS
Sekresi H+ untuk mengatur keseimbangan asam basa, berlawanan dengan sekresi K+ yang dikontrol aldosterone. Proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks.Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat.