MANAJEMEN PENANGANAN KULIT SEGAR DAN PENGOLAHAN KULIT SAMAK DI BALAI PELAYANAN TEKNIS INDUSTRI KULIT DAN LINGKUNGAN INDUSTRI KECIL (BTIK-LIK) MAGETAN PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) Oleh: Hardiyan Achmad K. 135050100111115 Maria A.A. Karlina 135050100111179 Khoiriyah 135050100111273
28
Embed
Manajemen Penerimaan Dan Proses Penyamakan Kulit Di Balai Pelyanan Teknis Industri Kulit Dan Lingkungan Industri Kecil-1(1)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MANAJEMEN PENANGANAN KULIT SEGAR DAN PENGOLAHAN
KULIT SAMAK DI BALAI PELAYANAN TEKNIS INDUSTRI KULIT
DAN LINGKUNGAN INDUSTRI KECIL (BTIK-LIK) MAGETAN
PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)
Oleh:
Hardiyan Achmad K. 135050100111115
Maria A.A. Karlina 135050100111179
Khoiriyah 135050100111273
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
MANAJEMEN PENANGANAN KULIT SEGAR DAN PENGOLAHAN
KULIT SAMAK DI BALAI PELAYANAN TEKNIS INDUSTRI KULIT
daging (fleshing), pembuangan kapur (deliming), pengikisan protein (bating), dan
pengasaman (picking) (PPP UGM, 2011).
a. Perendaman (soaking),merupakan tahap awal proses penyamakan kulit yang
lazim dilakukan. Tujuan proses perendaman adalah untuk menjadikan kondisi
kulit mentah ataupun kulit awetan dalam air agar lebih bersih dan lentur
seperti keadaan pasca pengulitan. Selama proses perendaman terjadi
pengembalian kandungan air kulit yang berkurang saat pengawetan,
pembasahan kembali protein yang telah kering, dan penghilangan bahan
tersegmentasi antar serabut (Susila dkk, 2013).
b. Pengapuran (liming), merupakan proses pembengkakan kulit untuk melepas
sisa daging, menghilangkan epidermis, bulu, dan kelenjar lemak
(Amertaningtyas,2008)
c. Pembuangan daging (fleshing), bertujuan untuk menghilangkan lapisan sub
cutis (Gumilar, 2005). Sisa-sisa daging dan lemak dibuang dengan pisau seset.
akan tetapi jika ada proses pengulitan, lapisan sub cutis yang dibuang maka
tidak perlu dilakukan. Proses ini dimaksudkan untuk menghilangkan sisa
lemak dan daging yang dapat menghambat penetrasi bahan penyamak
kedalam kulit (Purnama, 2001).
d. Pembuangan kapur (delining), bertujuan untuk menghindari timbulnya
endapan kapur yang dapat bereaksi dengan bahan lain pada proses selanjutnya
(Saputra, 2011).
e. Pengikisan protein (bating), penting dilakukan karena salah satu sifat kulit
ditentukan oleh sukses tidaknya proses ini. Tujuan utama adalah
menghilangkan protein non kolagen seperti albumin, globulin, dan lender
dalam kulit agar bahan penyamak mudah masuk kedalam jaringan kulit.
sehingga kulit samak lebih lunak dengan kekuatan yang lebih baik (Prayitno,
2010).
f. Pengasaman (pickling), yaitu perendaman dengan larutan asam dengan tujuan
menghentikan kerja enzim, mencegah tumbuhnya bakteri, menghilangkan
flek-flek kulit, serta menyesuaikan pH kulit terhadap pH bahan penyamak
krom. Bahan-bahan kimia yang bersifat asam dapat digunakan untuk proses
pengasaman tetepi harus memenuhi persyaratan. Asam yang diperlukan terdiri
dari asam kuat yang memiliki keunggulan dalam menghasilkan kulit terbaik.
Asam klorida (HCl) sebagai bahan pengasaman merupakan salah satu jenis
asam kuat sehingga lebih banyak bereaksi dengan zat-zat didalam kulit yang
memudahkan dalam proses penyamakan (Pratiwi dkk, 2015).
2.2.2 Proses Penyamakan (Tanning)
Penyamakan kulit bertujuan untuk mengubah sifat kulit yang tidak stabil
menjadi stabil terhadap perlakuan-perlakuan tertentu. seperti adanya reaksi
mikroba, zat kimia, dan perlakuan fisik (PPP UGM, 2011).
Untuk menguji kematangan penyamakan kulit bulu dilakukan boiling test
(uji kerut) yaitu dengan cara mengambil sampel kulit bulu berukuran 2 cm x 2 cm
untuk direbus dan bila bentuknya tidak mengalami perubahan berarti kulit yang
disamak telah matang (Purnama, 2001).
Untuk mengetahui presentasi kematangan kulit samak dapat dihitung
dengan rumus kematangan penyamakan sebagai berikut:
Kematangan penyamakan= luas awal−luas akhirluas awal
x100 %
a. Proses menaikan basisitas (Bayting)
Proses ini bertujuan untuk menaikan pH menjadi basa. Kemikalia yang
dipakai adalah Na2CO3. Dengan naiknya pH menjadi basa maka akan
memudahkan dalam proses selanjutnya (Purnama, 2001).
b. Proses Netralisasi
Proses ini bertujuan untuk menetralkan kulit wet blue dari asam yang
berasal pada proses pengasaman dan asam dari hidrolisa zat penyamak khrom.
Asam-asam yang dinetralisir adalah asam yang terdapat diantara serat-serat
kulit yang belum hilang selama proses pencucian. Apabila asam tersebut tidak
hilang maka akan mempengaruhi proses penyamakan karena akan
mengemulsikan minyak dan pecah dipermukaan kulit. Air yang dipakai adalah
air hangat 45°C ditambah dengan Na2CO3 dan diputar selama 60 menit
(Purnama, 2001).
c. Proses penyamakan ulang
Bertujuan untuk menyempurnakan hasil penyamakan. Dalam penyamakan
ulang dapat dikombinasikan dengan bahan penyamak sintetis seperti Irgitan,
Basintan, dll atau tetap menggunakan khrom (Purnama, 2001).
d. Proses penggemukan (fat liquoring)
Proses ini bertujuan untuk melemaskan serat-serat kulit sehingga menjadi
lembut, untuk memperkecil daya serap air dan juga untuk memberikan kilap
pada bulu, sehingga dalam penilaian organoleptik dapat memberikan hasil
yang baik pada penampilan kulit secara keseluruhannya. Kemikalia yang
dipakai adalah minyak sulfat dan air hangat dengan suhu 45 °C (Purnama,
2001).
e. Proses fiksasi
Proses ini bertujuan untuk menahan minyak yang telah diserap kulit pada
proses penggemukan agar tidak keluar lagi. Kemikalia yang dipakai adalah
asam semut (HCOOH) (Purnama, 2001).
f. Proses pemeraman (aging)
Proses ini bertujuan untuk membiarkan kulit yang telah dimasak berproses
terus untuk pematangan. Caranya adalah kulit yang telah difiksasi diperah
airnya lalu ditiriskan dan dibiarkan selama semalam (Purnama, 2001).
g. Proses perentangan (toggling)
Proses ini merupakan proses tahap terakhir yaitu untuk meregangkan kulit
sampai seregang-regangnya. Caranya adala kulit samak bulu yang setengah
kering diregangkan pada alat peregang secara berulang-ulang sehingga kulit
samak menjadi lemas (Purnama, 2001).
2.2.3 Proses Penyamakan (Finishing)
Proses penyelesaian (finishing) adalah untuk menentukan kualitas hasil
akhir (leather). Terdiri atas beberapa tahapan yang bervariasi sesuai dengan jenis
kulit, bahan penyamak yang digunakan, dan kualitas akhir yang diinginkan.
Proses finishing akan membentuk sifat-sifat khas pada kulit seperti kelenturan,
kepadatan, dan warna kulit. Proses perataan (setting out) bertujuan untuk
menghilangkan lipatan-lipatan yang terbentuk selama proses sebelumnya dan
mengusahakan terciptanaya luasan kulit yang maksimal. Proses perataan sekaligus
akan mengurangi kadar air kerena kandungan air dalam kulit akan terdorong
keluar (striking out). Beberapa proses lanjutan lainnya adalah pengeringan
(mengurangi kadar air kulit sampai batas standar, biasanya 18-20%), pelembaban
(menaikkan kandungan air bebas dalam kulit untuk persiapan perlakuan proses
lanjutan), pelemasan (melemaskan kulit dan mengembalikan kerutan-kerutan
sehingga luasan kulit menjadi normal kembali), pementangan (untuk menambah
luasan kulit), pengamplasan (untuk menghaluskan permukaan kulit). Sehingga
kulit semakin bias dicat untuk memperindah tampilan kulit (Marcelina dkk, 2013).
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan pada tanggal 26 Juli - 26 Agustus
2016 (1 bulan) dan menyesuaikan jam kerja Balai Pelayanan Teknis Industri Kulit
dan Lingkungan Industri Kecil (BTIK-LIK), Jl. Teuku Umar No.5, Ringinagung,
Kec. Magetan, Kab. Magetan, Jawa Timur.
Apabila waktu yang kami harapankan tidak sesuai dengan kebijakan
perusahaan, maka sepenuhnya kami serahkan kepada pihak instansi terkait,
berkenaan waktu dan posisi penempatan Praktek Kerja Lapang.
3.2 Materi
Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah
Manajemen Penerimaan Kulit Segar Dan Proses Penyamakan Kulit Di Balai
Pelyanan Teknis Industri Kulit Dan Lingkungan Industri Kecil (BTIK-LIK)
Magetan.
3.3 Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan Pratek Kerja Lapang ini adalah Observasi dengan Melakukan pengamatan secara langsung dan sistematis mengenai hal-hal yang berhubungan dengan manajemen pengolahan limbah penyamakan kulit.a. Interview
Mengadakan wawancara dan diskusi dengan instruktur lapangan mengenai semua hal yang berhubungan dengan manajemen pengolahan penyamakan kulit di Balai Pelayanan
Teknis Industri Kulit dan Lingkungan Industri Kecil (BTIK-LIK).
b. Partisipasi aktif Dengan cara melakukan partisipasi aktif yaitu dengan ikut serta dalam
melakukan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan beberapa aspek di Balai
Pelayanan Teknis Industri Kulit dan Lingkungan Industri Kecil (BTIK-LIK).
3.4 Analisis Hasil
Hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yaitu dengan
menggambarkan atau menjelaskan situasi obyek pengamatan dari data-data yang
diperoleh kemudian dianalisa dengan menjabarkan atau menggambarkan segala
aspek yang menjadi obyek dalam Praktek Kerja Lapang untuk kemudian
dibandingkan dengan teori menggunakan studi literature dan didapatkan kajian
teori dengan kenyataan di lapangan. Sehingga akan diperoleh pemecahan terhadap
suatu permasalahan.
3.5 Jadwal Kegiatan
No KegiatanMinggu ke-
1 2 3 4 5
1 Pengenalan lokasi BTIK-LIK Magetan √
2Konsultasi dan Pembimbingan Praktek Kerja
Lapang√ √
3 Praktek Kerja Lapang √ √ √ √
4 Penulisan Laporan dan Evaluasi Kegiatan √ √ √
BAB IV
PENUTUP
Proposal Praktek Kerja Lapang ini kami ajukan sebagai salah satu
syarat untuk pelaksanaan Praktek Kerja Lapang di Balai Pelayanan Teknis
Industri Kulit dan Lingkungan Industri Kecil (BTIK-LIK) Magetan.
Besar harapan kami untuk diterima sesuai disiplin ilmu dan keterampilan yang
ingin kami pelajari. Kami akan berusaha untuk melaksanakan Praktek Kerja
Lapang sesuai dengan aturan yang berlaku di perusahaan, sehingga ada suatu
keuntungan timbal balik antara kami dan pihak perusahaan. Selain itu,
bimbingan dan pengawasan dari pihak perusahaan semoga mampu
menjadikan evaluasi supaya menjadi pribadi yang siap bersaing di dunia kerja
sesuai dengan bidang yang ditekuni saat kuliah. Pada akhir poposal ini, kami
mencantumkan data diri permohonan yang semoga dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, E. Sutrisno, dan W. Oktiawan. 2009. Jurnal Pengurangan Chrom (Cr)
dalam Limbah Cair Industri Kulit pada Proses Tannery Menggunakan
Senyawa Alkali Ca(OH)2, NaOH, dan NaHCO3. JAI Volume 5.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Gumilar, J. 2005. Pengaruh Penggunaan Berbagai Tingkat Asam Sulfat (H2SO4)
pada Proses Pikel terhadap Kualitas Kulit Wet Blue Domba Priangan
Jantan. Jurnal Ilmu Ternak. Vol. 5. No.1.
Hariani, P. Loekitowati, N. Hidayati, dan M. Oktaria. 2009. Jurnal Penurunan
Konsentrasi Cr(VI) dalam Air dengan Koagulan FeSO4. Jurnal Penelitian
Sains Volume 12. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Marcelina, R., Saftriyaningsih, K.A. 2013. Ekplorasi Kulit Sapi dan Ragam Hias
Dayak dengan Teknik Laser Cutting dan Laser Engraving untuk Aksesoris
Fashion. Jurnal Tingkat Sarjana dan Desain. No.1
Mustakin, Widati, A.S., Purnaningtyas, L. 2007. Tingkat Persentasi Tannin pada
Kulit Kelinci Samak Berbulu terhadap Kekuatan Jahit, Kekuatan Sobek
dan Kelemasan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. Vol. 2, No, 1.
Pratiwi, N.D., Sumardianto, Romadbon. 2015. Pengaruh Penggunaan Asam
Klorida (HCl) Sebagai Bahan Pengasaman terhadap Kualitas Kulit Ikan
Nila (Oreochromis niloticus) Samak. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi
Hasil Perikanan. Vol.4, No.2
Prayitno. 2010. Kajian Penerapan Bioteknologi Pengolahan Kulit untuk
Mengurangi Limbah. Majalah Kulit, Karet, dan Plastik. Vol.28, N0 1.
Purnama, R.D. 2001. Teknik Penyamakan Kulit Bulu Kelinci Rex Dengan Bahan
Penyamak Khrom. Temu Teknis Fungsional Non peneliti.
Pusat Pengembangan Pendidikan (PPP) UGM. 2011. Laporan pengembangan
Hibah Pembelajaran e-Lerning.
Saputra, A. 2011. Konsep Pengendalian Mutu dan Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP) dalam Proses Pembuatan Rambak Kulit Sapi.
Laporan Tugas Akhir. Program Studi Diploma III Teknologi Hasil
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Susila, R.J., Kasmudjiastuti, E., Sutyasmi, S. 2013. Penggunaan Enzim Bacillus
megatorium DSM-319 pada Proses Perendaman Penyamakan Kulit Jaket.
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik. Vol. 29, No. 2.
Lampiran
Peserta 1
Nama Lengkap : Hardiyan Achmad K.Jenis Kelamin : Laki-laki NIM : 135050100111115Angkatan : 2013Program Studi : Ilmu PeternakanAgama : Islam Alamat : Jl. Kembang Turi No. 8 C, Jatimulyo, Lowokwaru, MalangEmail/ No.HP : [email protected] / 085648994362
Peserta 2
Nama Lengkap : Maria A.A. KarlinaJenis Kelamin : PerempuanNIM : 135050100111179Angkatan : 2013Program Studi : Ilmu PeternakanAgama : KatolikAlamat : Jl. Sigura-gura Barat No.8, Lowokwaru, MalangEmail/ No.HP : [email protected] / 085230229920
Peserta 3
Nama Lengkap : KhoiriyahJenis Kelamin : PerempuanNIM : 135050100111273Angkatan : 2013Program Studi : Ilmu PeternakanAgama : Islam Alamat : Jl. Sigura-gura Kav. 5, No.29 B, Lowokwaru,