BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangIndonesia berlokasi di wilayah
rawan terhadap berbagai kejadian bahaya alam, yaitu bencana geologi
(gempa, gunung api, longsor, tsunami dan sebagainya) dan hidro
meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan
sebagainya).BAKORNAS PB mencatat antara tahun 2003-2005 telah
terjadi 1.429 kejadian bencana di Indonesia. Sebagian dari kejadian
bencana tersebut (53,3%) merupakan bencana hidrometeorologi. Dari
total bencana hidrometeorologi, yang paling sering terjadi adalah
banjir (34,1 persen dari total kejadian bencana di Indonesia) di
ikuti oleh tanah longsor (16 persen).Kondisi morfologi Indonesia
yaitu relief bentang alam yang sangat bervariasi dan banyaknya
sungai yang mengalir diantaranya, menyebabkan selalu terjadi banjir
di Indonesia pada setiap musim penghujan. Banjir umumnya terjadi di
wilayah Indonesia bagian Barat yang menerima curah hujan lebih
banyak dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian Timur. Faktor
kondisi alam tersebut diperparah oleh meningkatnya jumlah penduduk
yang menjadi faktor pemicu terjadinya Banjir secara tidak langsung.
Tingkah laku manusia yang tidak menjaga kelestarian hutan dengan
melakukan penebangan hutan yang tidak terkontrol juga dapat
menyebabkan peningkatan aliran air permukaan yang tinggi dan tidak
terkendali sehingga terjadi kerusakan lingkungan di daerah satuan
wilayah sungai.Bencana banjir di Indonesia yang terjadi setiap
tahun terbukti menimbulkan dampak pada kehidupan manusia dan
lingkungannya terutama dalam hal korban jiwa dan kerugian materi.
Sebagai contoh pada tahun 2006 banjir bandang di daerah Jember Jawa
Timur telah menyebabkan 92 orang meninggal dan 8.861 orang
mengungsi serta didaerah Trenggalek telah menyebabkan 18 orang
meninggal. Di Manado (Provinsi Sulawesi Utara) juga terjadi
banjirdisertai tanah longsor yang menyebabkan 27 orang meningal
dengan jumlah pengungsi mencapai 30.000 orang. Banjir disertai
tanah longsor juga melanda Sulawesi Selatan pada bulan Juni 2006
dengan korban lebih dari 200 orangmeninggal dan puluhan orang
dinyatakan hilang (data BAKORNAS PB, 23 Juni 2006 dalam RAN
PRB).Melihat jumlah korban dan kerugian yang timbul akibat banjir
tersebut, maka penting bagi kita untuk melakukankesiapan dan
pencegahan terhadap bencana banjir ini. Salah satu yang dapat
dilakukan adalah mengenal bencanabanjir, fenomenanya serta
bagaimana upaya upaya untuk menghadapi bencana banjir.B. Tujuan1.
Tujuan umumUntuk mengetahui manajemen bencana banjir2. Tujuan
khususa. Mengetahui konsep bencana banjirb. Mengetahui
kesiapsiagaan bencana banjir
BAB IIPEMBAHASANA. Bencana Banjir dan PenyebabnyaBanjir
didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya
air yang melebihi kapasitas pembuangan air di suatu wilayah dan
menimbulkan kerugian fisik, sosial dan ekonomi.Sumber-sumber banjir
adalah :1. Curah hujan tinggi, baik di suatu kawasan maupun di hulu
sungai2. Luapan air sungai akibat tingginya curah hujan di hulu
sungai3. Runtuhnya bendungan4. Naiknya air laut (pasang/rob)5.
TsunamiSelain itu, faktor kerentanan di suatu daerah juga akan
mempengaruhiterjadinya banjir. Faktor kerentanan tersebut adalah
sebagai berikut:1. Prediksi yang kurang akurat mengenai volume
banjir.2. Rendahnya kemampuan sistem pembuangan air.3. Turunnya
kapasitas sistem pembuangan air akibat rendahnya kemampuan
pemeliharaan dan operasional.4. Deforestasi.5. Turunnya permukaan
tanah akibat turunnya muka air tanah (land subsidence).6. Perubahan
iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global.
B. Kategori Jenis BanjirKategori atau jenis banjir terbagi
berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya dan berdasarkan
mekanisme terjadinya banjir.1. Berdasarkan lokasi sumber aliran
permukaannya:a. Banjir kiriman (Banjir Bandang): Banjir yang
diakibatkan oleh tingginya curah hujan di daerah hulu sungai.b.
Banjir lokal: Banjir yang terjadi karena volume hujan setempat yang
melebihi kapasitas pembuangan di suatuwilayah.
2. Berdasarkan mekanisme terjadinya banjir:a. Regular flood:
banjir yang diakibatkan oleh hujan.b. Irregular flood: banjir yang
diakibatkan oleh selain hujan, seperti tsunami, gelombang pasang,
danhancurnya bendungan
C. Bahaya Sekunder BanjirTerjadinya banjir dapat menimbulkan
bahaya lainnya yaitu bahaya sekunder berupa gangguan-gangguan
pada:1. Kesehatan masyarakat Penyakit kulit, demam berdarah,
malaria, influenza, gangguan pencernaan seperti diare dsb
merupakanpenyakit yang umum terjadi pada saat banjir. Hal ini
dikarenakan air bersih untuk berbagai keperluan (minum,memasak,
mandi dan mencuci) sudah tercemar akibat banjir. Selain itu,
genangan air banjir juga menjaditempat berkembang biaknya nyamuk
yang menjadi penyebab timbulnya penyakit demam berdarah dan
malaria.2. Penyediaan air bersihBerbagai bahan dan zat yang membawa
berbagai jenis bakteri, virus, parasit dan bahan penyakit lainya
saatterjadi banjir, dapat mencemari sumur warga dan cadangan air
tanah lainnya. Oleh karenanya sumur warga dancadangan air tanah
yang terkena banjir untuk sementara waktu tidak dapat digunakan.3.
Cadangan panganDi daerah pertanian, banjir dapat menyebabkan
gagalnya panen, rusaknya cadangan pangan di gudang, dankemungkinan
juga rusaknya persediaan benih. Tergenangnya kolam akibat banjir
juga dapat mengakibatkanhilangnya ikan. Selain itu banjir juga
mengakibatkan rusaknya lahan pengembangan dan ketersediaan
pakanternak.
D. Bahaya Kajian BanjirBahaya atau dalam bahasa Inggris Hazard
diartikan sebagai suatu kejadian yang memiliki potensi dapat
menimbulkan kerugian fisik dan ekonomi atau mengancam jiwa manusia
dan kesejahteraannya bila terjadi di suatu lingkungan permukiman,
budidaya atau industri. Kajian bahaya dilakukan untuk menentukan
karakteristik/ciri ciri dari potensi bahaya dan ancaman-ancaman
yang mungkin dihadapi oleh masyarakat. Untuk memahami hal ini, kita
perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan
bahaya.Dalam kajian bahaya banjir misalnya, maka kita perlu
mengidentifikasi hal-hal seperti curah hujan di suatu wilayah,
tinggi permukaan tanah (kondisi topografi) serta kondisi fisik
sungai dan alirannya. Untuk wilayah yang sering dilanda banjir,
maka faktor-faktor yang berhubungan dengan bahaya banjir berikut
ini harus selalu diingat yaitu :1. Frekuensi banjir2. Tinggi
permukaan tanah (topografi)3. Kemampuan tanah untuk menyerap air4.
Bentangan daerah seputar sungai (kontur sekitar sungai)5. Catatan
pasang surut dan gelombang laut serta kondisi geografi (untuk
wilayah pantai/pesisir)
E. Kerentanan dan Kajian KerentanannyaApa itu kerentanan?
Kerentanan atau dalam bahasa Inggris vulnerability merupakan
rangkaian kondisi yangmenentukan apakah suatu bahaya (baik bahaya
alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan dapat menimbulkan
bencana. Banjir menjadi bencana jika terjadi pada kondisi daerah
yang rentan. Oleh karena itu, perludilakukan pula kajian mengenai
kerentanan akan bencana banjir. Kerentanan ini dapat berupa :1.
Fisik seperti permukiman penduduk yang berada di dataran rendah
(topografi rendah); kondisi sungai yangdangkal, berkelok-kelok, dan
sempit; kondisi saluran drainase2. Sosial ekonomi seperti jumlah
dan kepadatan penduduk, mata pencaharian penduduk, dan kondisi
perekonomian
F. Kesiapsiagaan Terhadap Bencana BanjirYang dimaksud dengan
kesiapan/kesiapsiagaan menghadapi banjir adalah kegiatan yang
dilakukan dalam rangka mengantisipasi bencana banjir sehingga
tindakan yang dilakukan pada saat dan setelah terjadi banjir
dilakukan secara tepat dan efektif.Berikut ini adalah contoh upaya
kesiapan/kesiapsiagaan yang biasanya dilakukan oleh pemerintah di
tingkat lokal yaitu:1. Memasang tanda ancaman pada jembatan yang
rendah agar tidak dilalui masyarakat pada saat banjir.2.
Mempersiapkan keperluan darurat selama banjir, seperti peralatan
untuk tindakan penyelamatan, misalnya perahu karet, kendaraan dan
bahan bakarnya; persediaan bahan pokok yang diperlukan pada kondisi
tanggap darurat, seperti makanan pokok, obat-obatan, air bersih,
selimut,peralatan memasak untuk di tempat evakuasi, tempat
evakuasi, dll (ADPC, 2005).3. Melakukan perencanaan untuk melakukan
evakuasi. Hal ini terkait dengan koordinasi antara satu dengan yang
lainnya, siapa melakukan apa pada saat keadaan darurat, serta
bagaimana menyelamatkan diri menuju tempat yang aman (menentukan
jalur evakuasi dan tempat evakuasi) serta melakukan latihan
evakuasi.4. Mengorganisasikan sistem keamanan pada keadaan darurat,
khususnya rumah hunian yang ditinggal mengungsi.Sementara tindakan
kesiapan/kesiapsiagaan yang dapat dilakukan di tingkat masyarakat
(keluarga dan individu) adalah:1. Menempatkan barang barang
elektronik (pemanas air, panel,meteran dan peralatan listrik) serta
barang berharga (ijasah, sertifikat tanah, dll) di tempat yang
tinggi (tidak terjangkau bencana banjir)2. Menyiapkan alamat/no
telp yang penting untuk dihubungi.3. Menyediakan barang-barang
kebutuhan darurat saat memasuki musim penghujan seperti radio, obat
obatan, makanan, minuman, baju hangat dan pakaian, senter, lilin,
selimut, pelampung, ban dalam mobil atau barang-barang yang bisa
mengapung, tali dan korek api.4. Pindahkan barang-barang rumah
tangga seperti furniture ke tempat yang lebih tinggi.5. Menyimpan
surat-surat penting di dalam tempat yang tinggi, kedap air dan
aman
G. Latar Belakang Perlunya Langkah-Langkah KesiapsiagaanSebagai
bagian dari PRB, kegiatan kesiapsiagaan tetap perlu dilakukan
walaupun sudah ada tindakan tindakan Pencegahan dan Mitigasi. Ini
disebabkan karena:1. Efektivitas tindakan Pencegahan dan Mitigasi
baru akan terlihat saat ancaman bahaya benar benar terjadi. Bila
upaya tersebut tidak efektif, misalnya ada variabel dampak yang
belum diperhitungkan maka akan sangat terlambat bila kita tidak
punya rencana untuk kesiapsiagaan. Karena itu dalam hal ini
kesiapsiagaan bisa dikatakan sebagai rencana kontinjensi, sebuah
sikap antisipatif kita terhadap terjadinya ancaman bahaya.2.
Walaupun kita siap dengan tindakan Pencegahan dan Mitigasi, kita
tidak pernah benar benar tahu besaran (magnitude) dari ancaman
bahaya yang akan terjadi. Kita tidak bisa memperkirakan seberapa
kuat, seberapa lama dan seberapa luas ancaman bahaya yang akan
datang berikutnya. Misalnya jika kita tahu bahwa gempa bumi pasti
akan terjadi, dan sudah banyak upaya mitigasi yang kita lakukan,
namun kita tidak akan pernah benar-benar tahu : berapa besar,
berapa lama dan berapa dekat kekuatan gempa bumi berikutnya.3.
Upaya kesiapsiagaan itu memperkuat tindakan pencegahan dan
mitigasi. Karena tindakan kesiapsiagaan berfokus pada KAPASITAS
(lihat kembali rumus Pengurangan Risiko Bencana). Kapasitas ini
termasuk dalam kapasitas untuk menjaga dan melakukan aktivitas
pencegahan dan mitigasi. Misalnya dam penahan longsor atau banjir,
juga saluran air untuk memitigasi banjir, bila kita tidak memiliki
kapasitas untuk merawat dan menjaganya tentu saja tindakan
pencegahan dan mitigasi tidak akan efektif.
H. Mendalami Pengertian Kesiapsiagaan: Siap-Siaga Dan
WaspadaBila dilihat dari istilahnya dan berdasarkan pada jenis,
waktu dan tujuan aktivitasnya, kesiapsiagaan merupakan gabungan
dari dua istilah yang berbeda. Karena itu untuk bisa memahami
Kesiapsiagaan dengan lebih baik lagi, kita dapat mendalami dua
istilah tersebut, yaitu:1. Ke-siap-an (Preparedness)Masa kesiapan
terjadi saat kita menyadari adanya potensi ancaman bahaya sampai
masa tanda-tanda munculnya ancaman bahaya sudah nampak. Lamanya
masa ini berbeda pada tiap ancaman juga tergantung pada jelas
tidaknya tanda tanda munculnya bahaya. Fokus utama pada masa ini
adalah pembuatan Rencana untuk menghadapi Ancaman Bahaya (Bencana).
Ada dua rencana (Plan) yang dibuat pada masa ini, yaitu: Rencana
persiapan untuk menghadapi ancaman bahaya/bencana (PLAN A) Rencana
SAAT ancaman bahaya/bencana terjadi (PLAN B)2. Ke-siaga-an
(Readiness)Kesiagaan adalah masa yang relatif pendek, dimulai
ketika muncul tanda tanda awal akan adanya ancaman bahaya. Pada
masa ini, rencana B (PLAN B) mulai dijalankan dan semua orang
diajak untuk siap sedia melakukan peran yang sudah ditentukan
sebelumnya.
3. Ke-waspada-an (Alertness)Kata ini lebih menunjuk ke sebuah
momen/saat tertentu, yaitu ketika sebuah ancaman bahaya pasti dan
segera terjadi. Pada masa inilah semua hal yang berhubungan dengan
kesiapsiagaan akan diuji, apakah semua berjalan sesuai dengan
rencana ataukah ada hal-hal baru yang muncul dan perlu ditangani
dengan segera. Masa ini tidak bisa direncanakan, karena itu semua
yang terjadi pada masa ini sifatnya sangat darurat. Antisipasi kita
akan datangnya masa inilah yang menentukan rencana kesiapsiagaan
kita.Gambar dibawah ini adalah contoh untuk menjelaskan posisi
ketiga kata diatas. Sebagaimana sebuah dinamit, bila sumbu sudah
dinyalakan (dan tanda peringatan diberikan), maka kita tahu dengan
pasti bahwa suatu saat dinamit akan meledak. Saat inilah kita ada
pada masa kesiapan untuk menuju tempat perlindungan dan menjauh
dari dinamitnya. Saat sumbu tinggal pendek, dan saat hitungan
mundur dimulai, inilah saatnya masuk masa kesiagaan, kita
mengantisipasi ledakan, kita siap-siap dalam posisi berlindung dan
menjauhkan diri dari benda benda yang mungkin melukai kita bila ada
ledakan. Kewaspadaan muncul beberapa saat sebelum dinamit meledak,
pada hitungan mundur terakhir, saat itulah kita akan menutup mata
dan telinga kita sehingga ledakan tidak terlalu berdampak pada
kita.
PREPAREDNESS READINES SALERTNESS
I. Aktivitas Pokok Terkait KesiapsiagaanAktivitas pokok dalam
kesiapsiagaan yang dapat menjadi syarat dan harus ada dalam
kegiatan Kesiapsiagaan dapat dikelompokan dalam 3 kelompok besar
aktivitas sebagai berikut:1. Adanya Rencana Untuk Menghadapi
Bencana/BahayaBaik rencana sebelum terjadi bahaya/bencana maupun
rencana saat terjadinya bahaya). Termasuk aktivitas Kajian Risiko
Bencana (Kajian Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas) yang akan
menjadi dasar pembuatan rencana kesiapsiagaan. Rencana saat
terjadinya bahaya juga meliputi rencana evakuasi, sistem peringatan
dini, manajemen informasi dan komunikasi.2. Adanya Pembagian Peran
Yang Jelas (Koordinasi, Teknis, Support) Untuk Melaksanakan Rencana
Tersebut Baik Untuk Sebelum Maupun Saat Bahaya/Bencana.Termasuk
memastikan bahwa semua orang tahu/mampu mengerjakan tugas yang
lain, sehingga dalam keadaan tertentu bisa saling menggantikan
(sebagai sebuah rencana kontinjensi), misalnya orang yang
bertanggung jawab tidak berada di tempatsaat ancaman bahaya muncul,
atau justru menjadi korban saat bahaya muncul. Dalam hal ini juga
harus dipikirkan support untuk orang-orang yang bertanggung jawab
ini, termasuk di dalamnya support secara psikologis saat ancaman
bahayaterjadi.3. Adanya Upaya Peningkatan Kapasitas Berupa
Pelatihan Dan Simulasi.Melakukan Kajian Kapasitas yang diperlukan
untuk rencana kesiapsiagaan, baikyang sudah dapat dilakukan maupun
belum, juga latihan latihan untuk mencapaikapasitas dan ketrampilan
yang belum dimiliki serta melakukan banyak simulasibahaya. Tanpa
latihan dan simulasi, semua rencana yang telah dibuat tidak
akanberguna, melalui pelatihan dan simulasi yang terus menerus dan
ajeg kapasitasakan meningkat dan mengetahui apa saja yang masih
perlu dan dapat ditingkatkan.Kita juga mungkin akan mendapatkan
masukan baru untuk hal hal yang belumterpikirkan dan
direncanakan.
J. Macam-Macam Aktivitas KesiapsiagaanSecara keseluruhan,
Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dapat dikategorikan dalam
beberapa aspek berupa sembilan aktivitas sebagai berikut (disertai
contoh dengan ilustrasi anak sekolah):1. Pengukuran Awal(Contohnya:
anak mengenali kemampuan dan kesulitan belajarnya, waktu yang tepat
untuk belajar, cara belajar yang efektif). Proses yang dinamis
antara masyarakat dan lembaga yang ada untuk:a. Melakukan
pengukuran awal terhadap Risiko Bencana (bahaya dan kerentanan)b.
Membuat sumber data yang fokus pada bahaya potensial yang mungkin
memberikan pengaruhc. Mengantisipasi kebutuhan yang muncul dan
sumber daya yang tersedia2. Perencanaan(Contohnya: anak memiliki
rencana dan strategi untuk belajar). Merupakan proses untuk:a.
Memperjelas tujuan dan arah aktivitas kesiapsiagaanb.
Mengidentifikasi tugas-tugas maupun tanggungjawab secara lebih
spesifikbaik oleh masyarakat ataupun lembaga dalam situasi
daruratc. Melibatkan organisasi yang ada di masyarakat
(grassroots), LSM, pemerintahanlokal maupun nasional, lembaga donor
yang memiliki komitmenjangka panjang di area yang rentan tersebut3.
Rencana Institusional(Contohnya: anak melakukan belajar kelompok,
cari sumber belajar lain, buatwaktu belajar dan berjanji sama orang
tua untuk menepatinya) Koordinasi baik secara vertikal maupun
horizontal antara masyarakat dan lembaga yang akan menghindarkan
pembentukan struktur kelembagaan yang baru dalam kesiapsiagaan
menghadapi bencana, melainkan saling bekerjasama dalam
mengembangkan jaringan dan sistem.a. Mengukur kekuatan dari
komunitas dan struktur yang tersediab. Mencerminkan tangungjawab
terhadap keahlian yang adac. Memperjelas tugas dan tanggungjawab
secara lugas dan sesuai4. Sistem Informasi(Contohnya: selalu
berhubungan dan tukar informasi dengan teman serta menguasai semua
media untuk komunikasi) Mengkoordinasikan peralatan yang dapat
mengumpulkan sekaligus menyebarkan peringatan awal mengenai bencana
dan hasil pengukuran terhadap kerentanan yang ada baik di dalam
lembaga maupun antar organisasi yang terlibat kepada masyarakat
luas.5. Pusat Sumber Daya(Contohnya: mempersiapkan bahan-bahan
belajar, buku-buku dan catatan-catatan sekolah juga kemampuan
mengakses sumber belajar seperti internet atau bertanya pada orang
yang tahu misalnya saudara, orang tua atau guru). Melakukan
antisipasi terhadap bantuan dan pemulihan yang dibutuhkan secara
terbuka dan menggunakan pengaturan yang spesifik. Perjanjian atau
pencatatan tertulis sebaiknya dilakukan untuk memastikan barang dan
jasa yang dibutuhkan memang tersedia, termasuk:a. Dana bantuan
bencanab. Perencanaan dana bencanac. Mekanisme kordinasi peralatan
yang adad. Penyimpanan6. Sistem Peringatan(Contohnya: membuat
jadwal yang jelas untuk belajar sesuai jadwal ujian dan punya
mekanisme yang jelas dengan teman teman untuk saling mengingatkan).
Harus dikembangkan sebuah cara yang efektif dalam menyampaikan
peringatan kepada masyarakat luas meskipun tidak tersedia sistem
komunikasi yang memadai. Sebagai pelengkap, masyarakat
internasional juga harus diberikan peringatan mengenai bahaya yang
akan terjadi yang memungkinkan masuknya bantuan secara
internasional.7. Mekanisme Respon(Contohnya: mengenali respon
terhadap tekanan akan ujian dan bagaimana mengatasinya, misalnya
membuat manajemen stress yang baik). Respon yang akan muncul
terhadap terjadinya bencana akan sangat banyak dan datang dari
daerah yang luas cakupannya sehingga harus dipertimbangkan serta
disesuaikan dengan rencana kesiapsiagaan. Perlu juga
dikomunikasikan kepada masyarakat yang akan terlibat dalam
koordinasi dan berpartisipasi pada saat munculnya bahaya.8.
Pelatihan Dan Pendidikan Terhadap Masyarakat(Contohnya: mengikuti
les tambahan atau belajar tambahan dan bergabung dengan lembaga
bimbingan belajar). Dari berbagai jenis program pengetahuan
mengenai bencana, mereka yang terkena ancaman bencana seharusnya
mempelajari dan mengetahui hal-hal apa saja yang diharapkan dan apa
yang harus dilakukan pada saat bencana tiba. Sebaiknya fasilitator
program pelatihan dan pendidikan sistem peringatan ini juga
mempelajari kebiasaan serta permasalahan yang ada dimasyarakat
setempat serta kemungkinan munculnya perbedaan/pertentangan yang
terjadi dalam penerapan rencana.9. Praktek(Contohnya: selalu
berlatih dengan mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas tugas yang
diberikan oleh guru/dosen). Kegiatan mempraktikkan hal-hal yang
sudah dipersiapkan dalam rencana kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana dibutuhkan untuk menekankan kembali instruksi-instruksi
yang tercakup dalam program, mengidentifikasi kesenjanganyang
mungkin muncul dalam rencana kesiapsiagaan tersebut. Selain itu,
agar didapatkan informasi tambahan yang berhubungan dengan
perbaikan rencana tersebut.
BAB IIIKAJIAN KASUS
Nama DesaBIRU
Jenis AncamanBanjir
Kondisi KeluargaPedagang kecil, tinggal di kampung padat di tepi
sungai,dataran rendah, punya peliharaan 20 ayam petelur,4 sapi
perah dan 2 anjing, akses jalan terbatas,lewat jembatan kecil
diatas sungai, sehingga sedikitterisolir dari mayoritas warga
(terletak di dusun kecil seberang sungai)
Kondisi MasyarakatDesa di dataran rendah, daerah pertanian,
dekat dengansungai besar yang sering meluap saat hujan
deras,mayoritas pedagang dan petani. Ada beberapapeternakan ayam
dan sapi perah di daerah sekitar,akses jalan cukup bagus tapi
sering terputus kalaubanjir, transportasi, listrik dan komunikasi
lancar. Dipusat desa ada pasar desa yang buka seminggu duakali.
Banyak warga yang sudah lanjut usia dan dalamkondisi sakit sakitan,
ada juga beberapa ibu hamil.
KELUARGA2. MASYARAKATPeran SebagaiBapak, pedagang kecilAnggota
Tim Siaga Bencana
Peran SebagaiIbu, jaga warung makan di rumahAktivis PKK
Peran SebagaiKakek, sudah tua dan sakit sakitanAktivis
Pemuda
Peran SebagaiNenek, tua dan sangat rabunPengurus Kelompok
Tani
Peran SebagaiAnak perempuan, SD kelas 5Pemilik Peternakan
A. LEMBAR KERJA 1Perencanaan Kesiapsiagaan Rencana Untuk
Keluarga Nama Desa : BIRUAncaman:BanjirKondisi Keluarga :Pedagang
kecil, tinggal di kampung padat di tepi sungai, dataran rendah,
punya peliharaan 20 ayam petelur, 4 sapi perahdan 2 anjing, akses
jalan terbatas, lewat jembatan kecil di atas sungai, sehingga
sedikit terisolir dari mayoritas warga (terletak di dusun kecil
seberang sungai).
RENCANA YANG AKAN DILAKUKANAPA YANG DIBUTUHKANSIAPA YANG
BERTANGGUNG JAWAB
RencanaKesiapan/Preparedness1) Membuat Early Warning System
dengan menggunakan tiang warna.
2) Membersihkan lingkungan rumah dari sampah
3) Menempatkan barang-barang berharga( ijazah, sertifikat tanah,
dll ) dan barang-barang elektronik di tempat yang tinggi yang sulit
terjangkau oleh banjir.
4) Menyiapkan alamat/no. telp yang penting untuk dihubungi
5) Menyediakan barang-barang keperluan seperti senter, lilin,
baju, makanan, minuman, selimut, baju hangat, pelampung
6) Menyediakan kandang untuk mengamankan ayam agar lebih mudah
dibawa ke tempat evakuasi
7) Latihan berenang
Yang dibutuhkan : Pengetahuan tentang Early Warning System dan
cara pembuatannya Alat : cat, meteran1 cat kaleng
Yang dibutuhkan : Pengetahuan tentang mengelola sampah (mendaur
ulang)
Alat: tempatpembuangansampah, alat-alatkebersihan
Yang dibutuhkan : Alat : Tas khusus untuk menempatkan
barang-barang berharga Meja yang tinggi dan cukup kuat untuk
meletakkan barang-barang elektronik Biaya : -
Yang dibutuhkan : Informasi mengenai pihak mana saja yang dapat
dihubungi untuk dimintai pertolongan pada saat terjadi bencana
Yang dibutuhkan : Biaya :-
Yang dibutuhkan : Biaya : kurang lebih Rp. 1.000.000,
Yang dibutuhkan : -
Yang bertanggungjawab:Bapak
Yang bertanggungjawab : Keluarga
Yang bertanggungjawab:Keluarga
Yang bertanggungjawab: Bapak dan Ibu
Yang bertanggungjawab:Keluarga
Yang bertanggungjawab:Bapak
Yang bertanggungjawab:Bapak, Ibu, Anak
RencanaKesiagaan/ReadinessSaat air sudah mencapai titik darurat,
maka keluarga harus :1) Mempersiapkan atau mengamankan surat dan
barang-barang penting
2) Menggendong kakek untuk diamankan ke tempa tposko
3) Menuntun nenek dan mengikuti bapak ke tempatPosko
4) Mengamankan hewan peliharaan
Yang dibutuhkan :tas khusus
Yang dibutuhkan : -
Yang dibutuhkan : tongkat
Yang dibutuhkan : gerobak dorong
Yang bertanggungjawab:Ibu
Yang bertanggungjawab:Bapak
Yang bertanggungjawab:Anak
Yang bertanggungjawab:Ayah danIbu
B. LEMBAR KERJA 2
Kondisi masyarakat :Desa di dataran rendah, daerah pertanian,
dekat dengan sungai besar yang sering meluap saat hujan deras,
mayoritas pedagang dan petani. Ada beberapa peternakan ayam dan
sapi perah di daerah sekitar, akses jalan cukup bagus tapi sering
terputus kalau banjir, transportasi, listrik dan komunikasi lancar.
Di pusat desa ada pasar desa yang buka seminggu dua kali. Banyak
warga yang sudah lanjut usia dan dalam kondisi sakit-sakitan, ada
juga beberapa ibu hamil.Perencanaan Kesiapsiagaan Rencana Untuk
masyarakat
RENCANA YANG AKAN DILAKUKAN
APA YANG DIBUTUHKANSIAPA YANG BERTANGGUNGGJAWAB
Rencana Kesiapan/Preparedness
1. Membuat tanggul.(tanggul dibuat di area bantaran sungai)
2. Gotong royong membersihkan lingkungan, kerja bakti
dilaksanakan secara rutin seminggu sekali pada hari minggu.
3. Membuat dan menentukan jalur evakuasi. Dengan membuat peta
wilayah dalam tanggapdarurat bencana
4. Mendata warga untuk dikelompokkan dalam kelompok rentan.
5. Memberikan edukasi pada masyarakat.
6. Membuat early warning system, early warning system berupa
kentongan yang diletakan di pos rondaatau di setiap RT
7. Menyiapkan tempat pengungsian darurat untuk warga dan tempat
yang aman bagi ternak di daerah dataran tinggi
8. Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah agar tidak
dilalui masyarakat saat banjir
9. Mempersiapkan keperluan darurat saat banjir
10. Melakukan perencanaan untuk melakukan evakuasi. Hal ini
terkait dengan koordinasi antara satu dengan yang lainnya, siapa
melakukan apa pada saat keadaan darurat
11. Menempelkan stiker pada setiap rumah yang terdapat ibuhamil,
lansia dan orang sakit agar dievakuasi terlebih dahulu
12. Setiap warga yang memiliki ternak wajib mempunyai kendaraan
(mobil) untuk mengevakuasi ternaknya.
13. Sosialisasi untuk para petani agar tidak bertani saat
memasuki musim penghujan karena dikhawatirkan akan gagal panen
apabila datang banjir.
Rencana Kesiagaan
1. Mengoperasikan early warning system
2. Pemenuhan kebutuhan saat bencana dan pasca bencana.
3. Membuka jalur evakuasi
4. Evakuasi kelompok rentan
5. Sosialisasi bagi para pedagang untuk tidak berdagang ditepi
sungai.
6. Menyediakan dan melengkapi peralatan untuk siaga banjir.
Pasir, batu kali, kayu/bamboo.Biaya yang dibutuhkan : kurang
lebih Rp 500.000,- (sumber dari iuran warga)
- Alat untuk mengeruk sampah di sungai dan alat-alat
kebersihan.- Konsumsi untuk pekerja bakti (sumber dana dari
sukarela warga)
Kendaraan dan alat komunikasi.(kendaraaan milik tim siaga
bencana dan milik warga)
ATK dan kendaraan untuk mendata.
Leaflet (selebaran) yang berisi informasi tentang pencegahan
banjir.
Kayu untuk kentonganbiaya: Rp 50.000/kentongan. Biaya didapat
dari kas RT
Biaya yang dibutuhkan : uang sewa tempat pengungsian Rp
50.000
Bambu untuk membuat plang peringatanBiaya yang dibutuhkan :
membeli bambu Rp 40.000
Seperti peralatan untuk tindakan penyelamatan seperti perahu
karet dan pelampung.
StikerBiaya didapat dari kas ibu PKK
Mobil
Tempat sosialisasi, makanan ringanbiaya didapaat dari kas ibu
PKK
Menggerakan tim siaga bencana
Obat-obatan, makanan, pakaian, tempat evakuasi khusus untuk
lansia dan ibu hamil, selimut, alat-alat untuk evakuasi seperti
perahu karet, dayung
Kendaraan
Mobil operasional yang multi guna siap utk dioperasikan, Handy
Talk (HT), perahu karet
pemuda, kelompok tani
- Kerja bakti dikerjakan oleh seluruh warga (baik pemuda maupun
orang tua).- Konsumsi disiapkan oleh ibu-ibu PKK
Tim siaga bencana
Ibu-ibu PKK
tim siaga bencana
pemuda
tim siaga bencana
Tim siaga bencana
Tim siaga bencana
Tim siaga bencana dan perangkat desa
ibu-ibu PKK
Kelompok pemilk ternak
Ibu-ibu PKK
Ibu PKK dan tim siaga bencana
Tim siaga bencana, pemuda
Tim siaga bencana, pemuda
Tim siaga bencana, pemuda
Tim siaga bencana
Tim siaga bencana
C. LEMBAR KERJA 3Pendalaman Aspek-Aspek Kesiapsiagaan Ancaman
BanjirPengukuran Awal Melakukan analisis ancaman, kerentanan dan
kapasitas Mempelajari sejarah kebencanaan di daerah tersebut
Perencanaan Membuat rencana evakuasi Membuat perencanaan
manajemen posko Pengungsian
Rencana Institusional Membentuk forum koordinasidengan dan antar
institusi pemerintahan daerah, organisasi masyarakat, dinas-dinas
terkait, dan LSM juga bisa dilaksanakan dalam pertemuan ini.
Menyelenggarakan pertemuan berkala secara rutin untuk membahas
pengalaman banjir terakhir dan melakukan perencanaan untuk
menghadapi banjir yang akan datang Saling bertukar informasi
Menyusun Rencana Terpadu
Sistem Informasi Ciptakan sistem informasi yang mudah diakses,
dimengerti dan disebarluaskan. Informasi yang disampaikan harus:
Akurat (accurate) Tepat waktu (timely) Dapat dipercaya (reliable)
Mudahdikomunikasikan (communicable) Kesiapsiagaan harus punya
sistem informasi. untuk bencana lambat, sistem informasi harus
selalu diperbarui untuk deteksi dini. Pada bencana tiba-tiba,
komunikasi dibangun untuk memperkuat prakiraan, deteksi dan
peringatan dini.
Pusat Sumber Daya Pemenuhan kebutuhan dasar merupakan sumber
daya yang diperlukan. biasanya: tempat tinggal, obat-obatan,
makanan, sistem komunikasi, pakaian Aturan main mobilisasi sumber
daya (piagam kemanusiaan, do no harm) Inventarisasi semua sumber
daya yang dimiliki oleh Daerah/Sektor Identifikasi sumber daya yang
tersedia dan siap digunakan Identifikasi sumber daya dari luar yang
dapat dimobilisasi untuk keperluan darurat
Sistem Peringatan Sistem peringatan dini harus spesifik atas
setiap jenis ancaman, yang dibangun komunitas untuk membantu dalam
mengambil keputusan mengenai tindakan yang perlu, tepat pada saat
ancaman datang sistem peringatan yang tepat dan komunikatif akan
meyelamatkan banyak jiwa peringatan dini harus:1. Menjangkau
sebanyak mungkin anggota masyarakat2. Tegas, jelas dan tidak
membingungkan3. Bersifat resmi atau disepakati/dipercaya oleh semua
pihak4. Dapat dikelola komunitas agar selalu siaga
Mekanisme Respon Tentukan lokasi penampungan sementara (darurat)
Rencanakan dan umumkan rute-rute evakuasi Tentukan sumberdaya
darurat makanan, air, obat-obatan Tentukan rantai komando Bangun
prosedur komunikasi/koordinasi Melatih personalia untuk menangani
tanggap darurat Lakukan penerangan tentang langkah-langkah tanggap
darurat Menyiapkan Posko Menyiapkan Tim Reaksi Cepat Mempunyai
Prosedur Tetap Menentukan Incident Commander Melakukan upaya
penanganan di luar prosedur rutin
Pelatihan dan Pendidikan Terhadap Masyarakat Pelatihan dan
pendidikan diperlukan untuk menjaga kemampuan masyarakat dan semua
faktor yang terlibat secara teoritis maupun praktis. Melakukan
pendidikan di sekolah-sekolah dan Melakukan pelatihan secara
kontinyu: Manajerial Teknis operasional
Praktek Untuk menguji tingkat kesiapsiagaan, perlu dilakukan uji
lapangan berupa gladi atau simulasi. Praktek simulasi harus
dilakukan secara berkala, agar masyarakat dapat membiasakan
diri.
BAB IVPENUTUPA. Kesimpulan1. Beberapa faktor penyebab banjir
lebih disebabkan oleh kegiatan manusia, antara lain : Pembangunan
perumahan dan komersial di sekitar bantaran sungai menyebabkan
aliran sungai dan kanal terhamba. Misalnya oleh bangunan-bangunan
seperti jembatan atau pipa. Cara pengangkutan dan pengelolaan
sampah yang kurang tepat, dan kebiasaan orang membuan sampah
sembarangan menyebabkan penimbunan sampah di sungai-sungai. Tidak
tertatanya saluran drainase yang berfungsi untuk menyalurkan air
hujan dan mengalirkannya keluar daerah hunian. Kurangnya lahan
hijau untuk menyerap air hujan dan penebangan hutan di Bogor dan
Puncak yang merusak daerah tangkapan hujan. 2. Apabila banjir
terjadi, maka dampak yang timbul akibat banjir yaitu : Dampak fisik
adalah kerusakan pada sarana-sarana umum, kantor-kantor pelayanan
publik yang disebabkan oleh banjir. Dampak sosial mencakup
kematian, risiko kesehatan, trauma mental, menurunnya perekonomian,
terganggunya kegiatan pendidikan (anak-anak tidak dapat pergi ke
sekolah), terganggunya aktifitas kantoor pelayanan publik,
kekurangan makanan, energi, air, dan kebutuhan-kebutuhan dasar
lainnya. Dampak ekonomi mencakup kehilangan materi, gangguan
kegiatan ekonomi (oran tidak dapat pergi kerja, terlambat bekerja,
atau transportasi komoditas terhambat, dan lain-lain). Dampak
lingkungan mencakup pencemaran air (oleh bahan pencemar yang dibawa
oleh banjir atau tumbuhan disekitar sungai yang rusak akibat
terbawa banjir)3. Penanggulangan banjir tentu saja membutuhkan
partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat harus dilakukan
secara terkoordinasi agar dapat terlaksana secara efektif. Sebuah
organisasi masyarakat sebaiknya dibentuk untuk mengambil
tindakan-tinjdakan awal dan mengatur peran serta masyarakat dalam
penanggulangan banjir.
B. Saran Bagi PembacaDiharapkan tugas ini dapat menjadikan
tambahan referensi untuk mempelajari manajemen bencana banjir lebih
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
http://pusdiklat.bnpb.go.id/home/Downloads/modul/BUKU%20BNPB%20bahan%20bacaan%20preview%2001-02-2012.pdfhttp://4cardio.files.wordpress.com/2013/11/kesiapsiagaan-dan-mitigasi-bakornas.ppthttp://geoupn.org/downlot.php?file=7%20konsep%20kesiapsiagaan.pdfwww.pusdiklat.bnpb.go.idwww.bpbd.go.id