Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Syarat yang paling utama dan tidak boleh ditinggalkan agar manusia dapat hidup dan
mendekati atau mencapai apa yang dikehendaki seperti diatas, manusia harus mendapatkan
makanan yang teratur, mencukupi dan serba bergizi, karena makanan berfungsi untuk
menghasilkan energy ,mengganti sel-sel yang rusak, untuk pertumbuhan dan menghasilkan zat
pelindung dalam tubuhnya (antara lain dengan cara menjaga keseimbangan cairan tubuh).
Namun demikian dalam pengertian makanan yang bergizi makanan itupun harus cukup pula
mengandung vitamin dan mineral, karena tubuh yang kekurangan vitamin akan mengalami
avitaminosis dengan gejala macam-macam penyakit. Sebaliknya apabila tubuh kelebihan akan
vitamin yang diperlukannya maka tubuh akan mengalami hipertaminosis yang mengakibatkan
kurang baik terhadap tubuh.Avitaminosis maupun Hipervitaminosis sama-sama dapat
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan tubuh, jadi sebaliknya vitamin yang diperlukan
tubuh diusahakan agar tidak kekurangan dan tidak kelebihan vitamin.
Vitamin adalah senyawa kimia yang sangat esensial yang walaupun tersedianya dalam
tubuh dalam jumlah demikian kecil, diperlukan sekali bagi kesehatan dan pertumbuhan tubuh
yang normal.Vitamin berfungsi dalam beberapa tahap reaksi metabolism energi, pertumbuhan ,
dan pemeliharaan tubuh. Pada umumnya sebagai koenzim atau sebagai bagian dari
enzim.Sebagian besar koenzim terdapat dalam bentuk apoenzim yaitu vitamin yang terikat
dengan protein .Hingga sekarang fungsi biokimia beberapa jenis vitamin belum diketahui dengan
pasti. Vitamin digolongkan menjadi 2 bagian yaitu vitamin yang larut air dan vitamin yang larut
lemak. Vitamin yang larut air meliputi tiamin (B1), riboflavin (B2), niasin, asam pantotenat (B5),
piridoksin (B6), biotin, asam folat, vitamin B12 dan asam askorbat (vitamin C). Vitamin larut
lemak meliputi vitamin A,D,E, dan K. Sebagian besar vitamin larut lemak diabsorpsi bersama
lipida lain.Absorpsi membutuhkan cairan empedu dan pancreas. Vitamin larut lemak diangkut
kehati melalui system limfe sebagai bagian dari lipoprotein , disimpan di berbagai jaringan tubuh
dan biasanya tidak dikeluarkan melalui urin.
1
Page 2
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Vitamin
2. Mengetahui klasifikasi dari Vitamin
3. Mengetahui manfaat dari setiap jenis-jenis Vitamin
4. Mengetahui pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C pada cabai
rawit putih
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Vitamin ?
2. Bagaimana klasifikasi dari Vitamin?
3. Bagaimana manfaat dari setiap jenis-jenis Vitamin?
4. Bagaimana pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap kadar vitamin C pada cabai
rawit putih?
2
Page 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Vitamin
Sebelum abad ke dua puluh, karbohidrat, lemak, protein, dan beberapa zat mineral telah
dianggap sebagai zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk fungsi tubuh normal. Akan tetapi
berabad-abad sebelumnya, berbagai pengamatan menduga bahwa senyawa-senyawa organik
lainnya adalah esensial untuk menjaga kesehatan. Sebagai misal telah diketahui selama 300
tahun, bahwa dengan makan buah-buahan dan sayur-sayuran segar ternyata berguna untuk
pencegahan atau pengobatan scorbut (sariawan). Juga telah diakui, bahwa rakhitis dapat
disembuhkan dengan minum minyak ikan. Pengamatan-pengamatan tersebut menimbulkan
dugaan, bahwa ada senyawa-senyawa zat makanan lain diperlukan untuk menjaga kesehatan di
samping karbohidrat, lemak atau protein.
Pada tahun 1912, Funk, seorang sarjana biokimia bangsa Polandia yang bekerja di
London untuk pertama kali memperkenalkan istilah vitamin (amine yang vital) yang kemudian
terkenal dengan nama vitamin (dari bahasa Latin, vital yang berarti hidup), untuk menandakan
kelompok dari senyawa-senyawa organik tersebut.
2.2 Pengertian Vitamin
Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik
amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme,
yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita
yang artinya "hidup" dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki
atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Senyawa ini memiliki sifat
sebagai amine, sehingga arti vitamine adalah amine yang esensial bagi kehidupan. Ketika
sejumlah mikronutrien organik esensial lainnya ditemukan, maka huruf ‘e’ pada kata vitamine
dihilangkan karena tidak semuanya mengandung senyawa amine. Dipandang dari sisi enzimologi
(ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim.
Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang
secara normal. Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan
manfaat kesehatan
3
Page 4
Vitamin adalah salah satu zat yang sangat diperlukan oleh tubuh makhluk hidup,
terutama bagi manusia. Apabila tubuh kekurangan ataupun kelebihan vitamin akan menimbulkan
berbagai masalah bagi tubuh makluk hidup, terutama bagi manusia. Vitamin adalah nutrisi yang
dibutuhkan hanya dalam jumlah miligram atau mikrogram per hari, sehingga sering disebut
mikronutrien. Istilah ini untuk membedakan dengan makronutrien seperti karbohidrat, protein
dan lemak yang dibutuhkan manusia dalam jumlah ratusan gram per hari. Vitamin hanya
dibutuhkan dalam jumlah sedikit karena berfungsi sebagai katalisator dalam metabolisme sel.
Bentuk aktif vitamin dalam jaringan hanya terdapat dalam jumlah kecil. Sampai saat ini sudah
diketahui ada 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh manusia dan hewan.
Vitamin dalam arti luas adalah senyawa organik, bukan karbohidrat, lemak maupun
protein, yang memiliki peranan vital uutuk berjalannya fungsi tubuh yang normal, meskipun
dibutuhkan dalam jumlah kecil. Vitamin adalah zat gisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh,
karena berperan mambantu proses metabolisme tubuh yang normal. Beberapa vitamin tidak
dapat dibuat tubuh dalam jumlah cukup, sehingga harus dilengkapi dari bahan pangan, kecuali
vitamin D. Defisiensi vitamin tertentu akan menyebabkan berkembangnya suatu sindrome yang
spesifik untuk tiap-tiap vitamin. Beberapa vitamin tidak diperlukan dalam diet, dikarenakan
vitamin-vitamin tersebut dapat disintesis sendiri dengan bantuan mikroflora usus.
2.3 Klasifikasi Vitamin
Secara klasik, berdasarkan kelarutannya, vitamin digolongkan dalam dua kelompok, yaitu
vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut air meliputi
tiamin (B1), riboflavin (B2), niasin, asam pantotenat (B5), piridoksin (B6), biotin, asam folat,
vitamin B12 dan asam askorbat (vitamin C). Vitamin larut lemak meliputi vitamin A,D,E, dan K.
Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam
jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan
diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan
beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan
lamanya di dalam tubuh. Vitamin yang larut dalam air berbeda dengan vitamin yang larut dalam
lemak, jenis vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya
akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh,
vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh.
4
Page 5
Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh karena hal
inilah, tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus.
Tabel di bawah ini menunjukkan ringkasan jenis vitamin dan peranannya dalam reaksi
enzimatis.
Vitamin Bentuk Koenzim(bentuk aktif)
Jenis reaksi atau proses yang dilangsungkan
Larut dalam airTiaminRiboflavin
Asam nikotinat
Asam pantotenatPiridoksinBiotinAsam folatVitamin B12
Asam askorbat
Larut di dalam lemakVitamin AVitamin DVitamin EVitamin K
Tiamin pirofosfatFlavin mononukleotida, flavin adenin dinukleotidaNikotinamida adenin dinukleotida, nikotin amida adenin dinukleotida fosfatKoenzim APiridoksal fosfatBiositinAsam tetrahidrofolatDioksi adenosil kobalaminTidak diketahui
Retinal1,25-dihidroksikolekalsiferolTidak diketahuiTidak diketahui
Dekarboksilasi asam -ketoReaksi oksidasi-reduksi
Reaksi oksidasi-reduksi
Transfer gugus asilTransfer gugus aminoTransfer CO2
Transfer gugus 1-karbonPemindahan 1,2 hidrogenKofaktor pada reaksi hidroksilasi
Siklus penglihatanRegulasi metabolisme CO2+
Perlindungan lipida membranKofaktor pada reaksi karboksilasi
2.3.1 Vitamin Larut Air
Struktur kimia dari vitamin yang larut dalam air sangat beraneka ragam, tetapi mereka
mempunyai sifat molekul polar, sehingga larut dalam air. Semua vitamin yang larut dalam air,
dapat disintesis oleh tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran berdaun hijau dan
ragi) kecuali vitamin B12. Vitamin C karena ke larutannya dalam air, tidak dapat disimpan lama
dalam bentuk stabil, harus disediakan terus menerus dalam makanan, kecuali vitamin B12, pada
hati manusia dapat disimpan untuk persediaan beberapa tahun. Semua vitamin yang larut dalam
air, kecuali vitamin C, berfungsi sebagai koenzim atau kofaktor dalam reaksi enzimatik.
5
Page 6
2.3.1.1 Tiamin (Vitamin B1)
Tiamin (vitamin B1) diperlukan dalam makanan semua hewan, kecuali hewan memamah
biak. Tiamin dijumpai pada semua tumbuhan, tetapi dalam konsentrasi, tinggi terdapat dalam
padi-padian sebagai molekul bebas, lapisan luar dari biji padi-padian kaya akan tiamin.
Kekurangan tiamin pada diet manusia menyebabkan penyakit beri-beri, suatu penyakit yang
ditandai tidak terkendalinya syarat, paralisis dan kehilangan berat badan. Tiamin pertama kali
diisolasi dan dimurnikan tahun 1926, dan struktur kimianya ditentukan pada awal tahun 1930-an
oleh Robert R. Williams di Amerika Serikat.
Struktur kimia teamin, mengandung, sistem dua cincin yaitu perimidin dan tiazol. Pada
jaringan hewan tiamin terutama terdapat sebagai tiamin pirofosfat atau kimia difosfat (TPP),
yang merupakan bentuk koenzimnya. Bentuk aktif tiamin adalah berupa koenzim tiamin
pirofosfat.
Tiamin penafosfat berfungsi sebagai koenzim pada beberapa reaksi penting dalam
metabolis karbohidrat, yang melibatkan pengangkatan atau transfer, gugus aldehida dari molekul
donor menjadi molekul penerima. Pada reaksi tersebut TPP berfungsi sebagai senyawa perantara
yang membawa gugus aldehida yang terikat secara kovalen pada cincin tiazol. Contohnya adalah
reaksi yang dekatalisis oleh enzim perivat dekarboksilase yang merupakan langkah penting
6
+
Tiamin (vitamin B1)
OH
CH3
CH2CH2C
S
H
C
CNCH2
NH3
H2C C CH
N CC
N
O-
O
O-
PO
O
O-
PO
+
CH3
CH2CH2C
S
H
C
CNCH2
NH3
H2C C CH
N CC
N
Tiamin pirofosfat, dalam bentuk koenzimnya
Page 7
dalam permentasi glukosa oleh klamer untuk menghasilkan alkohol pada reaksi dekarboksilasi
piruvat, gugus korboksil dari piruvat dikeluarkan sebagai CO2 dan sisa molekul piruvat yang
kadang-kadang disebut sebagai asetaldehida aktif, secara bersamaan dipindahkan ke posisi C-2
dari cincin taizol (tempat reaktif TPP) yang terikat kuat dengan TPP untuk menghasilkan turunan
hidroksietil. Senyawa antara ini hanya sementara terdapat, karena gugus hidroksielil dilepaskan
dengan cepat dari koenzim untuk menghasilkan asetaldehida bebas.
Reaksi dalam Tahapan
Piruvat + H2O + TPP – E -hidroksietil-TPP-E + HCO3-
-hidroksietil-TPP-E Asetaldehida + TPP-E
TPP juga mempunyai peran sebagai koenzim dari enzim dehidrogenase piruvat dan
dehidrogenase -ketoglutarat yang lebih kompleks. Reaksi ini terjadi pada lintas utama oksidasi
karbohidrat di dalam sel.
2.3.1.2 Riboflavin (Vitamin B2)
Riboflavin atau vitamin B2 terdiri dari D-ributol yang terikat pada cincin isoaloksazin
vitamin ini telah terbukti berperan sebagai faktor pertumbuhan pada tikus. Kini dapat diperoleh
secara komersial dari mikroba tertentu.
7
CH3 C
O
COO + H2O CH3 C
O
H + HCO3-
Dekarboksilase piravat
Page 8
Riboflavin adalah komponen dari dua koenzim yang berhubungan erat yaitu blavin
monomukleotida (FMN) dan flavin adenin dinukleotida (FAD).
FMN dan FAD adalah koenzim dari kelas enzim dehedrogenase yang dikenal sebagai
plano protein atau dehidrogenase plavin yang mengkatalisis reaksi oksidasi reduksi. Pada reaksi-
reaksi yang dikatalisis oleh enzim.enzim ini, cincin iso aloksazin plavin mulektida berfungsi
sebagai pembawa sementara sepasang atom hedrogen yang dipindahkan dari molekul substrat.
8
Page 9
Dehidrogenase suksinat adalah contoh dehidro genase plavin, yang mengandung FAD, yang
mengkatalisis reaksi oksidasi suksinat menjadi fumarat.
Suksinat + E-FAD Fumarat + E-FADH2
Loktat Piruvat
2.3.1.3 Asam Nikotinat dan Nikotinamida
Nikotinamida adalah merupakan bentuk amida dari asam nikotinat. Untuk
menghindarkan salah pengertian dengan alkaloid mikotin dari tembakau maka diberikan mama
alternatif bagi asam nikotinat yaitu niasin untuk penggunaannya secara umum. Kekurangan
niasin menyebabkan penyakit lidah hitam (black tangue) pada ujung dan pellogra (bahasa Itali,
yang berarti kulit kasar) pada manusia, asam nikotinal banyak terdapat pada tumbuhan dan
jaringan hewan, terutama daging. Nikotinamida dapaty disintesis dari triptofan.
Nikotinamida adalah komponen yang merupakan bagian aktif dari dua koenzim, yaitu
nikotinamida adenin dinakleotida (NAD+) dan nikotinamida adenin dinukleotida fosfat (NADP+)
yang dulunya dikenal masing-masing sebagai koenzim I dan koenzim II.
9
FMN
Laktat dehidro genase
Page 10
Koenzim-koenzim ini terdapat dalam bentuk teroksidasi (ditentukan sebagai NAD+ dan
NADP+) dan bentuk tereduksi (NADH dan NADPH). Bagian mikotenamida koenzim ini
berperan sebagai pembawa sementara ion hidrida yang dipindahkan secara enzimatik dari
molekul ensbstrat oleh kerja enzim dehidrogenase tertentu.
Contoh reaksi enximatik tersebut adalah reaksi yang dikatalisasi oleh dehidrogenase
malat, yang menyebabkan dehidrogenasi malat, menghasilkan oksaloasetat dan pada saat aktivasi
asam lemak dalam oksidasi asam lemak. Tahap ini terjadi pada oksidasi karbohidrat. Enzim ini
mengkatalisasi pemindahan dapat balik ion hidrida dari malat ke NAD+ membentuk NADH,
sedangkan atom hidrogen lainnya meninggalkan gugus hidroksil malat dan muncul sebagai ion
H+ bebas.
L-Malat + NAD+ Oksaloksetat + NADH + H+
2.3.1.4 Asam Pantotenat
Kata pan pada asam pantotenat berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti dimana
saja vitamin ini ditemukan pada semua jaringan, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan, dan
juga pada mikrooganisme asam pantotenat tersebar demikian luasnya dalam berbagai bahan
makanan sehingga tidak ada penyakit yang diketahui disebabkan oleh kekurangan vitamin ini.
Asm pantotenaf yang juga dikenal sebagai vitamin B5, untuk pertama kalinya diisolasi tahun
1938 dari Khamir dan ekstrak hati oleh Roger J. Williams/ bentuk koenzim dari asam
pemtotenat adalah Koenzim A (disingkat KOA atau KOA-SH). Disebut demikian karena
pertama kali dijelaskan sebagai suatu kofaktor untuk reaksi asetilasi enzimatik tertentu.
Koenzim A mengandung gugus toil atau silf hidril (-SH) yang reaktif yang terletak pada bagian
merkaptoetilamin- dari koenzim, tempat gugus asil berikatan secara koralen membentuk tisester
selama pemindahan gugus asil.
10
Dahidrogenase malat
Page 11
Transfer gugus asil :
KoA penting sebagai pembawa atau donor dari gugus asil seperti pada reaksi asam
piruvat menjadi asam sitrat yang merupakan reaksi awal pada siklus asam sitrt, yaitu lintas
utama bagi degradasi oksida tub karbohidrat dan pada reaksi oksidasi asam lemak di dalam sel
aerobik.
2.3.1.5 Piridoksin (Vitamin B6)
Piridoksin atau vitamin B6 terdiri dari tiga senyawa yang berhubungan erat, yaitu
peridoksin, piridoksal dan piridoksamin. Ketiganya tersebar luas di alam baik pada hewan
maupun tumbuhan. Padi-padian termasuk sumber yang sangat kaya vitamin B6.
Bentuk aktif dari vitamin B6 adalah peridoksal fosfat, yang selalu terdapat dalam bentuk
aminopiridoksumin fosfat, yang berfungsi sebagai gugus prostetik sejumlah enzim yang
mengkatalisis reaksi mentabalisme asam amino, transaminasi, dekarboksilasi dan rasemisasi.
Walaupun reaksi-reaksi ini dikatalisis oleh enzim yang berlainan, tetapi koenzimnya sama yaitu
piridoksal fosfat.
11
R C Substrat
KoA
O
HS+R C S KoA
O
Substrat+
Piridoksamin
H
H NH2C
CH2OHHO
H2C
Piridoksal
H
OC
CH2OH
N
HO
H2C
Piridoksin
H
H OHC
CH2OH
N
HO
H2C N
Piridoksamin fosfat, bentuk pemberi gugus amino
O-HO
H2C O
O-
O P
H
H NH2C
CH2OH
NO
O-
O O-P
Piridoksal fosfat, bentuk penerima gugus amino
H
OC
CH2OH
N
HO
H2C
Page 12
Pada gambar transaminasi yang dikatalisis oleh transaminasi atau aminotransferase,
piridoksal fosfat yang terikat kuat, berfungsi sebagai pembawa sementara gugus amino dari
senyawa donor yaitu asam -amino, menuju senyawa penerima gugus amino yaitu asam -keto.
Transaminasi Rasemisasi
12
HO
CH2OH
H3C N
CH2OH HO
CH2OH
H3C N
CH2 O P
O
O
OH
Piridoksal Kinase
PIridoksal Piridoksal fosfat
Page 13
Telah diketahui ada kira-kira 20 macam reaksi asam amino, dimana periodoksal fosfat
terlibat, salah satu diantaranya adalah interkonversi serin dan lesin. Koenzim piridoksal ini
menarik perhatian sebab berikatan dengan lisin pada enzim fosfarilase dalam hewan dan
tumbuhan.
2.3.1.6 Biotin
Biotin untuk pertama kalinya diisolasi pada tahun 1935 oleh Dritz Kogl dan Benno
Jonnis, dari konsentrat hepar sebagai faktor pertumbuhan dari ragi. Pada hewan kebutuhan
biotin di cukupi oleh bakteri usus yang mensintesis vitamin ini kebanyakan usus hewan
membuat cukup biotin untuk memenuhi kebutuhannya. Biotin adalah komponen aktif dari gugus
prostetik biositin, yaitu suatu koenzim yang berperan dalam reaksi enzimatis yang dikatalisis
oleh enzim karboksilase. Contohnya adalah reaksi yang dikatalisis oleh karboksilase piruvat,
yaitu reaksi karboksilasi piruvat menghasilkan oksaloasetat. Biotin berfungsi sebagai pembawa
sementara gugus karboksi (-COO-). Struktur dari biotin yaitu
Biotin dapat ditemukan dalam padi-padian ragi, telur dan limpa. Biotin disebut juga
sebagai anti egg white injury faktor, yaitu faktor yang dapat memperbaiki keadaan definisi yang
dibuat pada hewan percobaan dengan memberikan putih telur yang banyak. Misalnya, tikus
diberi makanan yang mengandung putih telur mentah yang banyak, menyebabkan kerontokan
rambut, radang kulit, dan hilangnya koordinasi otot ini diakibatkan oleh adanya glikoprotein
dalam putih telur yang disebut avidin, yang mengikat biotin dengan sangat kuat sehingga tidak
dapat diserap oleh dinding tesus, sehingga vitamin ini tidak berperan sebagai koenzim.
13
OC
CH2 NHCH
S
NHHC
CH2
Biotin
CH2
CH2
COO-
CH2
CH
Page 14
Avidin + Biotin Avidin biotin
Dengan memasak putih telur, avidin akan menjalani denatrasi sehingga tidak mampu lagi
menyikat biotik. Dengan demikian telur masak tidak pengganggu penyerapan biotin.
Enzim yang memerlukan biotin mengkatalisis penggabungan (karboksilasi) atau
transfer CO2 (transkarboksilasi). Dalam reaksi karboksilasi diperlukan ATP, Mg2+ dan biotin,
sebagai N-karbaksi biotinilklisin yang bertindak sebagai pembawa CO2.
N-karboksibiotinillesin
(N-karboksibiositin)
Dua langkah dalam reaksi karboksilasi
Langkah 1 : Enzbiotin + HCD-3 + ATO ENZ karboksibiotin + ADP + Pi
Langkah 2 : Substrat + ENZ karboksibiotin Substarat terkaboksilasi + enz-biotin
Contoh dari reaksi karboksilasi yang bergantung kepada biotin adalah reaksi yang dikata
lesis oleh karboksidase perivat yang melangsungkan karboksidasi perivat menjadi aksalo aselat
dan karboksidasi propesional KoA menjadi metilmalonil KoA.
ATP + HACO-3 + CH3-C – COO- ADP+ Pi + -COO-CH2 – C – COO-
14
O
N NH
HC CH
H2C CH (CH2)4
COO-
S
-O C
O
C
O
N
H
(CH2)4 C
H
NH+3
OO
Piruvat Oksalo aselat
Page 15
2.3.1.7 Asam Folat
Asam folat pertama kali diisolasi dari daun bayam dan namanya berasal dari bahasa
latin, Bolium = daun, struktur kimia dari asam folat mengandung suatu derivat pteridin, asam p-
amino benzoat dan asam glutamat
Vitamin ini dapat menolong keadaan anemia pada unggas dan berperan sebagai faktor
pertumbuhan untuk berbagai mikroba. Nama lain dari asam folat adalah asam pteroilglutamat,
asam folat sendiri tidak mempunyai aktivitas koenzim, tetapi molekul ini tereduksi secara
enzimatik di dalam jaringan menjadi asam tetrahidropolat (FH4), merupakan bentuk koenzim
aktifnya
Asam folat + HADPH + H+ FH2 + NADP+
FH2 + HADPH + H+ FH2 + NADP+
Asam tetrahidrofolat (FH4) atau TGF berfungsi sebagai pembawa sementara gugus 1-
karbon di dalam sejumlah reaksi enzimatik yang kompleks. Di sini, gusgus metil (-CH3),
metelen (-CH2), metinil (-CH = ), formil (-CHO), atau formino (-CH = NH) dipindahkan dari
satu molekul ke molekul lainnya.
15
Folat reduk
tase
reduktase
dihirofolat
H2N C
N
C
CN
C
OH
N
C
HC
NCH2
N
H
C
C
H
C
H
H
C
H
C
C C
O
N
H
CH
COOH
CH2 CH2 COOH
Asam glutamat2-Amino-4-hidroksi-6-mentil[teridin
Asam p-Amino-benzoat (PABA)
Page 16
3.3.1.8 Vitamin B12 (Sianokobalamin)
Vitamin B12 merupakan vitamin yang memiliki struktur kimia paling komplek
dibandingkan dengan vitamin lainnya. Vitamin B12 tidak dibuat oleh tumbuhan atau hewan,
tetapi dapat dijumpai pada hewan dan mikroorganisme. Vitamin B12 ini hanya dapat disintesis
oleh mikroorganisme 50% vitamin B12 pada orang dewasa dihasilkan oleh bakteri usus.
Menurut H.A Baker, vitamin B12 merupakan bagian dari koenzim B12.
Vitamin B12 bersifat unik diantara semua vitamin lainnya, yaitu molekulnya tidak hanya
mengandung suatu molekul organik yang kompleks, tetapi juga mengandung unsur mikro yang
esensial yaitu kobalt (Co). Vitamin B12 disebut juga sianokobalamin sebab molekulnya
mengandung gugus amino yang berikatan dengan kobalt, kompleks terkoordinasi serupa dengan
sistem cincin porfinin pada heme dan protein heme pada bentuk koenzim vitamin B12 yang
disebut 5 desksiadenosilkobalamin, gugus siono digantikan oleh gugus S;deoksiadenosil. Bentuk
lain dari koenzim B12 adalah metilkobalamin.
Reaksi koenzim B12 yang diketalisis oleh mutase metilaspartat,
Asam glutamat Asam B-metil aspartat
Jenis reaksi yang kedua, koenzim B12 tertindak sebagai pembawa gugusan metil yang
didapat dari N5 metiltetrahidrobolat, terhadap molekul akseptor yang sesaui, dalam suatu reaksi,
gugus metil menduduki posisi, S-deaksi adensil dari koenzim B12, suatu contoh adalah metilasi
dari homosistein untuk menghasilkan metionin
16
HOOC C
H
H
C
H
CHNH2
H
COOH
HOOC C
H
H
C
H
CHNH2
H
COOH
Mutase metil aspartot
Page 17
Homosistenin Metionin
2.3.1.9 Asam Lipoat
Asam lipoat yang juga disebut asam tioktat dekristalisasi tahun 1951 oleh Lester J. Reed
dan Irurin C. Gunsalus dan hewan-hewan. Ketika pertama kali diisolasi asam lipoat diduga
merupakan vitamin B, namun bukti mutakhir menunjukkan bahwa hewan mensintesis sejumlah
kecil asam lipoat yang diperlukan, dan dengan demikian tidak mempunyai kebutuhan diet
terhadap homolekul ini. Sering diklasifikasi. Sebagai vitamin B karena fungsi koenzimatiknya,
dan asam lipoat disebut sebagai suatu vitamin, psenzo.
Ada dua bentuk asam lipoat, yang pertama adalah asam lipoat dalam bentuk teroksidasi,
yang merupakan suatu disulfida siklik dan yang kedua adalah asam dihirdokpoat, bentuk
tereduksi dengan dua gugusan sulfhidril pada C-6 dan – 8.
Bentuk koenzim dari asam lipoat, seperti biotin, berikatan secara kovalen melalui suatu
ikatan amida pada gugus amino- suatu residu lisil spesifik dari apoenzim, lipolisin – N- asam
lipoal berfungsi dalam dua dekorboksilasi aksidatil kunci dalam pemanfaatan aerobik
karbohidrat untuk energi dengan menstransfer suatu gugusan asil, yang disumbangkan oleh
tiamin pirofosfat (TPP) kepada KoA-SH.
17
SH
CH2
CH2
HC NH3+
COO-
CH3
S
CH2
HC NH3+
COO-
CH2
FH4
N5 – metil-FH4
Koenzim B12
Page 18
Lipoamid (-N-Lipolisin)
Skema fungsi asam lipoat dalam reaksi transfer gugusan asal :
2.3.1.10 Vitamin C (Asam Askorbat)
Vitamin C atau asam akorbat disintesis dari glukosa pada semua tumbuhan
tingkat tinggi dan kebanyakan hewa, tetapi tidak pada manusia, kera, manurut, burung bulbul,
kelelawar buah India dan ikan tertentu. Vitamin C adalah asam L-askorbat, suatu lakton derivat
gula dari glukosa. Vitamin C sebagai pereduksi yang kuat mudah kehilangan dua atom hidrogen,
menjadi asam L-dehidroaskorbat, yang masig memiliki aktivitas vitamin C. tetapi bila cincin
lakton dihidrolisis untuk menghasulkan asam L-diketogulonat, maka aktivitas vitamin C hilang.
18
H2
CH2C CH
S S
CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2C
O
N C
O
COO
NH+3
Residu lisil
TPP dan
O
C R + C
C
C
SS
Enz Enz TPP + C
C
C
SSH
Enz Enz+ TPP
C R
O
C
C
C
SSH
Enz CoA -SH+
C R
O
C
C
C
SHSH
Enz CoA + S C
O
R
C
C
C
S
TPP dan
S
Masing-masing mewakili tiamin pirofosfat dan lipoamid
Page 19
Atau
Asam L-askorbat
Konfersi dari asam askorbat menjadi dikatogulonat
Fungsi biokimiawi yang spesifik dari vitamin C belum diketahui, vitamin C berfungsi
sebagai kofaktor dalam reaksi hidroksilasi enzimatik residu prolin pada kolagen jaringan
pengikat vertebrata untuk membentuk resedu – 4- hidroksi prolin, yang hanya ditemukan pada
kilagen, dan tidak pada protein hewan lainnya.
19
O
C
C
C
HC
CH
HO
HO
HO
CH2OH
O
O
O OH
CH CH2OH
OH
HO
O
C
C
C
HC
C
HO
HO
HO
CH2OH
O
H
O
C
C
C
HC
CH
O
O
HO
CH2OH
O
-2H
O
C
C
C
HC
CH
O
O
HO
CH2OH
O
OH
+H2O
Asam L-askorbat (Aktif)
Asam L-dehidroaskorbat (Aktif)
L-diketogulonat (tidak aktif)
Page 20
2.3.2 Vitamin yang Larut Dalam Lemak
Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak digolongkan kedalam lipida. Keempat vitamin
yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E, dan K) dibentuk secara biologik dari unit-unit
hidrokarbon S-karbon, yang disebut ispren atau 2-metilbitadiena, yang merupakan unit
pembangunan sejumlah sneyawa alamial minyak / lemak.
Fungsi biokimiawi yang khusus atau koenzim vitamin yang larut dalam lemak masih
belum diketahui secara jelas. Satu sifat yang penting dari vitamin ini adalah, bahwa golongan ini
dapat disimpan dalam jumlah besar di dalam tubuh.
2.3.2.1 Vitamin A
Vitamin A untuk pertama kalinya dikenal sebagai faktor nutrisi esensial oleh Elmer
MeCollum pada tahun 1915 dan kemudian dapat diisolasi dari minyak hati ikan. Vitamin A
diperlukan oleh semua hewan bertingkat tinggi vitamin A hanya terdapat dalam jaringan hewan,
sedangkan pada tumbuhan terdapat sebagai korotensid yang dapat diambil menjadi vitamin A
dalam jaringan kebanyakan hewan.
Struktur vitamin A:
20
Page 21
Ada dua macam bentuk kimia vitamin A yaitu vitamin A1 (retinol), diperloleh dari hati
ikan laut. Bila gugus primer alkohol dari retinol dioksidasi, dihasilkan aldehidretenal. Bentuk
yang lainnya adalah vitamin A2-yang diperoleh dari hati ikan air tawar. Vitamin A2 mempunyai
ikatan rangkap yang jumlahnya satu lebih banyak daripada vitamin A1 vitamin –vitamin ini
adalah alkohol yang mengandung cincin 6 oksiklik, yang mengandung 20 atom karbon, dengan
rantai samping yang terdiri dari dua arut isoprem.
Walaupun vitamin A diketahui berfungsi dalam proses penglihatan, tetapi kemungkinan
mempunyai, peranan metabolik lain, karena semua jaringan dipengaruhi oleh suatu difisiensi :
satu peranan umum diduga dalam transpor itu kalsium melintasi membran tertentu.
2.3.2.2 Vitamin D
Vitamin D atau kalsiteral merupakan turunan steroid. Vitamin D terdapat dalam dua
bentuk, yaitu dalam jaringan hewan terdapat sebagai vitamin D3 atau kalekalsiferal yang selalu
dijumpai dalam minyak hati ikan. Vitamin D3 pada manusia dan hewan dibuat dibawah kulit dari
prekuensor 7-dehidrokolesteral, melalui penyinaran sinar ultraviolet. Bentuk lainnya adalah
vitamin D2 atau ergokalsiferol, produk komersial yang dihasilkan dari radiasi sinar ultra violet
terhadap ergasterol khamir.
Struktur vitamin D:
Kekurangan vitamin D menyebabkan metabolisme kalsium dan fosfat tidak normal,
menyebabkan tumbuhnya penyakit Tulang (ricket), kaki bengkak karena terhambatnya
pertumbuhan tulang. Pada kondisi normal, manusia mampu untuk menghasilkan cukup vitamin
D.
21
CH3
CH3
CHCH3
CHCHCH
CH3
HC
HO
CH3
CH2
Page 22
Fungsi biokimia vitamin D telah dipelajari secara intensif pada tahun-tahun terakhir ini.
Vitamin D3 merupakan prekursor dari 1,25-dihiroksikolekalsoferol, yang dibuat dalam ginjal.
Senyawa ini dianggap sebagai hormon dan didefinisikan sebagai pembawa pesan kimia yang
disintesis oleh satu organ untuk mengatur aktivitas biologi pada jaringan lain. pelacakan dengan
isotop membuktikan bahwa vitamin D menaikkan kecepatan pertumbuhan dan sesopsi mineral
(Ca) dalam tulang, dan juga mempengaruhi pembuangan fosfat dari ginjal.
2.3.2.3 Vitamin E
Vitamin E atau -tokoferol pertama kali diisolasi tahun 1922, sebagai suatu faktor dari
suatu minyak sayuran yang menyebabkan infetilitas pada tikus. Karena keterkaitannya dengan
reproduksi, maka vitamin ini diberinama tokoferol, dari bahasa yunani, tokos. Yang berarti
hamil muda. Vitamin E mengandung cincin aromatik bergugus hidroksil, dengan rantai samping
isoprenoid.
Struktur tokoferol:
Kekurangan vitamin E pada tikus dan hewan lainnya menyebabkan sterilitas
(hemandulan), kelemahan otot dan kulit bersisik. Pada anak sapi terjadi kerusakan jantung, dan
retardasi pertumbuhan pada kelinci. Aktifitas biokimia yang lekas dari vitamin E belum
diketahui, tetapi vitamin ini menghalangi oksidasi non enzimatik pada ikatan rangkap asam
lemak tak jenuh. Karena itu vitamin E dikenal sebagia zat antioksidan. Karena sifat prtektif ini,
maka vitamin E sering ditambahkan pada makanan berminyak komersial untuk mencegah
terjadinya oksidasi, sehingga makanan tidak menjadi tenyik.
22
Unit Isopren
HO
CH3
CH3
CH3
O CH2
CH3CH3CH3
CH2 CH3CHCH2CH2CH2CHCH2CH2CH2CHCH2CH2
Page 23
2.3.2.4 Vitamin K
Vitamin K diberi nama dari bahasa Denmarik, koagulasi oleh penemuannya, Henrik
Dam (Hadial Nobel, 1943) dan sesuai dengan makna kata tersebut, vitamin K diperlukan untuk
pembekuan darah. Vitamin K ditemuakn dalam dua bentuk, yaitu vitamin K1 (filokurnon) yang
ditemukan dalam jaringan tumbuhan temtamo yang berwarna hijau tua yang lainnya adalah
vitamin K2 (manakwiron) yang dihasilkan oleh bakteri dalam usus.
Vitamin K1 (memiliki 4 unit isopren pada rantai sampingnya)
Pada individu yang normal, kekurangan vitamin K adalah sangat jarang akan tetapi
pemakaian antibioltika yang berkepanjangan dapat menyebabkan kekurangan vitamin K, karena
terbunuhnya flora usus. Fungsi biokimia vitamin K adalah diperlukan dalam pembentukan yang
baik protein plasma, protrombin yang diperlukan dalma pembekuan darah. Karena itu
kekurangan vitamin K, menyebabkan terhentinya pembekuan darah.
Dan antagonis vitamin K adalah dikumarol, pertamakali diisolasi dari jerami clover
berjamur dan warfarin, analog sintetik dari vitamin K. kedua zat antagonis ini mencegah
terjadinya pembekuan darah. Warfarin adalah suatu racun tikus, yang apabila dimakan oleh
tikus, dalam suatu periode waktu, menyebabkan kematian dengan menimbulkan pendarahan
dalam.
23
CH3CH3
CH2 CCH
O
O
CH3CH3CH3
CH2 CH3CHCH2CH2CH2CHCH2CH2CH2CHCH2CH2
CH3CH3
{CH2 CCH
O
O
CH2 CH2}6H
Page 24
2.3.3 Aplikasi Penetuan Kandungan Vitamin C pada Cabai Rawit dengan Pengaruh
Suhu dan Lama Penyimpanan
2.3.3.1 Latar Belakang Penelitian
Pada buah cabai terkandung beberapa vitamin. Salah satu vitamin dalam buah cabai
adalah vitamin C (asam askorbat). Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang kuat yang dapat
melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker, dan secara khusus mampu meningkatkan daya
serap tubuh atas kalsium (mineral untuk pertumbuhan gigi dan tulang) serta zat besi dari bahan
makanan. Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air dan esensial untuk biosintesis
kolagen. Kandungan vitamin C pada cabai rawit segar dalam 100 gram adalah 70 mg. Cabai
rawit mengandung vitamin C tinggi dan betakaroten (provitamin A). Kandungan vitamin C pada
cabe merah besar lebih tinggi yaitu berada pada kisaran 150-200 mg/100g. Walaupun kandungan
vitamin C pada cabe tersebut cukup tinggi, menurut WHO kebutuhan manusia hanya 45 mg/hari.
2.3.3.2 Metode dan Teknik Pengerjaan Sampel
Penelitian dilakukan di Laboratorium Analitik Universitas Udayana. Sampel cabai rawit
jenis cabai burung atau cabai rawit putih diperoleh dari lahan petani cabai di Jalan Prof. Ida
Bagus Mantra, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali.
Teknik Pengerjaan Sampel Sampel (100 g) dicuci bersih dan dikeringanginkan.
Perlakuan suhu penyimpanan adalah 10ºC, 20ºC, dan 29ºC (suhu kamar) selama 5 hari, 10 hari,
dan 15 hari. Sampel kontrol adalah sampel saat pemetikan (0 hari). Percobaan dilakukan dengan
3 kali ulangan. Kandungan vitamin C dan susut berat dianalisa setiap 5 hari sekali selama 15
hari. Variabel Penelitian.
24
Page 25
2.3.3.3 Variabel Penelitian
Variabel yang diamati adalah kandungan vitamin C buah cabai dan susut beratnya. Cara
penetapan vitamin C sesuai dengan metode Jacobs, dalam Sudarmaji, et al., (1984), dengan
menggunakan larutan yodium sebagai titrasi. Susut Berat Persentase susut berat dapat dihitung
dengan rumus:
Keterangan :
A = berat sebelum penyimpanan (gram)
B = berat sesudah penyimpanan (gram) (Sudaro, 2000).
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan tiga ulangan. Faktor
yang pertama adalah perlakuan suhu penyimpanan yang terdiri dari 3 macam yaitu : T1 : Suhu
penyimpanan pada suhu 10ºC; T2 : Suhu penyimpanan pada suhu 20ºC; T3 : Suhu penyimpanan
pada suhu 29ºC (suhu kamar). Faktor yang kedua adalah lama penyimpanan yangterdiri dari 3
macam yaitu : D1 : Lama penyimpanan selama 5 hari; D2 : Lama penyimpanan selama 10 hari;
D3 : Lama penyimpanan selama 15 hari. Kontrol adalah analisa kandungan vitamin C saat panen
tanpa perlakuan. Data yang diperoleh dianalisa dengan sidik ragam dan perlakuan yang
menunjukkan perbedaan nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan taraf 5%.
Grafik Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kandungan Vitamin C Pada Cabai
Rawit Putih:
25
Page 26
2.3.3.4 Hasil Penelitian
Suhu berpengaruh nyata terhadap kandungan vitamin C pada cabai rawit putih. Semakin
tinggi suhu maka kandungan vitamin C semakin menurun. Sedangkan lama penyimpanan tidak
berpengaruh nyata terhadap kandungan vitamin C tetapi semakin lama penyimpanan kandungan
vitamin C cenderung menurun. Penyimpanan suhu 10 °C selama 5 hari paling baik untuk
mempertahankan kandungan vitamin C cabai (43,5 mg/100 ml). Kandungan vitamin C terendah
terdapat pada penyimpanan suhu 29 °C (suhu kamar) selama 15 hari yaitu 23,6 mg/100 ml.
Setelah penyimpanan susut berat cabai mengalami perubahan.
Suhu dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap susut berat pada cabai rawit
putih. Semakin tinggi suhu dan semakin lama penyimpanan maka susut berat semakin
meningkat. Setelah penyimpanan, susut berat tertinggi yaitu terdapat pada penyimpanan suhu
29°C (suhu kamar) selama 15 hari yaitu 60,5% dan susut berat terendah yaitu 0% (kontrol).
.
26
Page 27
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Vitamin digolongkan menjadi 2 bagian yaitu vitamin yang larut air dan vitamin yang
larut lemak. Vitamin yang larut air meliputi tiamin (B1), riboflavin (B2), niasin, asam pantotenat
(B5), piridoksin (B6), biotin, asam folat, vitamin B12 dan asam askorbat (vitamin C). Vitamin larut
lemak meliputi vitamin A,D,E, dan K.
Masing-masing vitamin dibutuhkan tubuh dalam jumlah terttentu, bila terlalu banyak di
konsumsi akan menimbulkan gejala-gejala merugikan, keadaan demikian disebut
hipervitaminosis. Sebaliknya bila tidak memenuhi kebutuhan akan timbul gejala merugikan, Bila
hanya kadar vitamin dalam darah saja yang turun tetapi belum menunjukkan gejala klinis di
klinis di sebut hipovitaminosis, jika sudah ada gejala klinis disebut avitamonisis.
Suhu berpengaruh nyata terhadap kandungan vitamin C pada cabai rawit putih. Semakin
tinggi suhu maka kandungan vitamin C semakin menurun. Sedangkan lama penyimpanan tidak
berpengaruh nyata terhadap kandungan vitamin C tetapi semakin lama penyimpanan kandungan
vitamin C cenderung menurun.
27