Page 1
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 1/35
2
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
Pembimbing : drg. Budi Yuwono, M.Kes
Ketua : Fitria Krisnawati (111610101064)
Scriber Meja : Dewi Martinda H. (111610101073)
Scriber Papan : Deo Agusta R.P. (111610101083)
Anggota :
1. Maharja Jathi P. (111610101027)
2. Ratih Delio (111610101040)
3. Chusna Sekar Wardani (111610101061)
4. Nugraheni Tri Rahayu (111610101057)
5. Anugerah Nur Yuhyi (111610101063)
6. Sitti Nur Qomariyah (111610101066)
7. Tiara Fortuna B.B. (111610101067)
8. Sheila Dian P. (111610101071)
9. Adinda Martina (111610101072)
10. Nurbaetty Rochmah (111610101074)
Page 2
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 2/35
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tutorial skenario 1 pada blok Kuratif dan Rehabilitatif I pada
minggu pertama dengan judul Anestesi lokal dan Eksodonsia. Makalah ini disusun
untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok VI pada skenario pertama.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. drg. Budi Yuwono, M.Kes, selaku tutor pembimbing yang telah membimbing
jalannya diskusi tutorial kelompok VI Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember dan yang telah memberi masukan yang membantu, bagi pengembangan
ilmu yang telah didapatkan.
2. Teman-teman kelompok tutorial VI dan semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan – perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Jember, 6 September 2013
Tim Penyusun
Page 3
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 3/35
4
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................... 1
Daftar Anggota Kelompok ................................................................................. 2
Kata Pengantar ................................................................................................... 3
Daftar Isi ............................................................................................................. 4
Skenario .............................................................................................................. 5
Mapping .............................................................................................................. 6
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 7
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 7
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 7
1.3. Tujuan Masalah .................................................................................. 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 9
BAB 3 PEMBAHASAN .................................................................................... 11
BAB 4 KESIMPULAN ..................................................................................... 44
Daftar Pustaka .................................................................................................... 58
Page 4
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 4/35
5
Anestesi lokal dan Eksodonsia Skenario 1
Pak Benu umur 45 tahun datang ke RSGM FKG Unej atas rujukan bagian lain
dengan permintaan pencabutan gigi. Data pemeriksaan klinis intra oral terdapat gigi
12, 13 dan 28 dengan kondisi karies profunda perforasi serta gigi 43 dan 48 sisa akar,
masing-masing gigi tersebut diindikasikan untuk dilakukan eksodonsi. Pemeriksaan
vital sign dan kondisi fisik pasien baik.
Page 5
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 5/35
6
MAPPING
EKSODONSIA
Indikasi Kontraindikasi
Tahapan Eksodonsi
Persiapan Teknik Perawatan Eksodonsi
Pembagian
Anestesi Lokal
Sifat Ideal
Page 6
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 6/35
7
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari tulang
alveolar, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan
lagi. Pencabutan gigi juga merupakan operasi bedah yang melibatkan
jaringan bergerak dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi
oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan/disatukan oleh gerakan lidah
dan rahang. Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit
satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan
pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna
dan tidak terdapat masalah prostetik di masa mendatang.
Untuk menghindari terjadinya rasa sakit pada saat proses pencabutan
hendaknya dilakukan anestesi terlebih dahulu sebelum dilakukan proses pencabutan. Anestesi yang biasa dilakukan pada bidang kedokteran gigi
adalah anestesi lokal. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai eksodonsi
(pencabutan gigi) serta anestesi lokal akan dibahas lebih lanjut dalam
pembahasan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Anestesi lokal
a. Bagaimana pembagian anestesi lokal?
b. Apa saja sifat ideal yang harus dimiliki obat anestesi lokal?
c. Apa saja komplikasi yang mungkin timbul akibat anestesi lokal?
d. Bagaimana teknik anestesi lokal?
e. Apa saja bahan anestesi lokal dan bagaimana dosisnya?
Page 7
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 7/35
8
2. Eksodonsi
a. Apa saja indikasi dilakukan eksodonsi?
b. Apa saja kontraindikasi dilakukan eksodonsi?
c. Bagaimana teknik eksodonsi?
d. Apa saja persiapan alat, pasien dan operator yang harus dilakukan sebelum
tindakan eksodonsi?
e. Bagaimana perawatan pasca eksodonsi?
1.3 Tujuan masalah
1. Mampu menjelaskan anestesi lokal :
a. Pembagian
b. Sifat Ideal
c. Komplikasi
d. Teknik
e. Bahan dan Dosis
2. Mampu menjelaskan eksodonsi :
a. Indikasi
b. Kontraindikasi
c. Teknik
d. Persiapan Alat, Pasien, dan Operator
e. Perawatan pasca eksodonsi
Page 8
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 8/35
9
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anestesi Lokal
Anestesi lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila
dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini
bekerja pada tiap bagian susunan saraf.
2.1.1 Pembagian Anestesi Lokal
Pembagian anestesi lokal berdasarkan area yang teranestesi :
a. Nerve block, merupakan metode aplikasi anestesi lokal dengan
penyuntikan cairan anestesi pada atau sekitar batang saraf utama sehingga
mencegah impuls saraf afferent disekitar titik tersebut.
b. Field block, merupakan metode anestesi lokal yang dilakukan dengan
memasukkan cairan didaerah cabang saraf terminal yang besar sehingga
area yang teranestesi memblokir semua saraf afferent pada daerah
tersebut.
c. Local infiltration, larutan anestesi lokal disuntikkan disekitar ujung saraf
terminal sehingga cairan anestesi terkumpul pada daerah tersebut sehingga
mencegah terjadinya stimulasi dan terbentuknya rasa sakit.
d. Anestesi topikal, dengan cara mengoleskan larutan anestesi lokal secara
langsung pada bagian permukaan (membrane mukosa, kulit terluka atau
mata) untuk mencegah stimulasi pada ujung ujung saraf bebas pada daerah
tersebut (free nerve endings).
Macam-macam teknik yang digunakan dalam penatalaksanaan anestesi lokal:a. Infiltrasi
Anestesi dilakukan dengan mendeponirkan cairan anestesi disekitar apeks
gigi yang akan dicabut di sisi bukal pada sulkus, adanya porositas pada
Page 9
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 9/35
10
tulang alveolar menyebabkan cairan anestesi berdifusi menuju saraf pada
apeks gigi. Biasanya menggunakan jarum yang agak pendek.
b. Anestesi blok
Merupakan anestesi dengan cara menginjeksikan cairan anestesi pada
batang saraf yang biasa digunakan untuk tindakan bedah di rongga mulut.
Anestesi blok yang digunakan biasa dilakukan adalah inferior dental blok,
mental blok, posterior superior dental blok, dan infra orbital blok.
Biasanya anestesi menggunakan jarum lebih panjang ± 3,5 cm.
c. Teknik-teknik lain
Ada teknik-teknik lain yang digunakan untuk anestesi seperti periodontal
ligament injection, intraosseous injection, dan intrapulpal injection.
(David Wray, dkk. 2003)
2.1.2 Sifat ideal
Anastetik Lokal yang Ideal:
1. Potensi dan reabilitasnya.
Persyaratan pertama untuk substansi ideal adalah bila substansi
dipergunakan secara tepat dan dalam dosis yang tepat, substansi ini akan
memberikan efek anestesi lokal yang efektif dan konsisten.
2. Aksi reversible.
Aksi setiap obat yang digunakan untuk mendapat anestesi lokal harus
sudah hilang seluruhnya dalam rentang waktu tertentu.
3. Keamanan
Semua agen anestesi lokal harus mempunyai rentang batas keamanan yang
luas dari efek samping yang berbahaya yang umumnya disebut sebagai‘toksisitas’.
4. Kurang mengiritasi
Page 10
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 10/35
11
Tidak menimbulkan luka atau iritasi pada jaringan karena suntikan agen
anestesi lokal. Karena alas an ini, larutan anestesi lokal harus isotonic dan
mempunyai pH yang sesuai dengan pH jaringan.
5. Kecepatan timbulnya efek
Idealnya, suntikan agen tersebut harus diikuti segera dengan timbulnya
efek anastesi lokal.
6. Durasi efek
Lamanya waktu pemulihan dari sensasi harus sama dengan lamanya waktu
yang diperlukan untuk prosedur perawatan gigi.
7. Sterilitas
Karena agen anestesi lokal akan dimasukkan kedalam jaringan, agen harus
dapat disterilkan tanpa menimbulkan perubahan struktur atau sifat.
8. Berdaya tahan lama
9. Penetrasi membran mukosa
Obat harus mempunyai sifat dapat menembus membran mukosa sehingga
anestesi topikal dapat diperoleh dengan mudah.
2.1.3 Komplikasi
Efek Samping terhadap Sistem Tubuh
1. Sistem Kardiovaskular:
a. Depresi automatisasi miokard
b. Depresi kontraktilitas miokard
c. Dilatasi arteriolar
d. Dosis besar dapat menyebabkan disritmia/ kolaps sirkulasi.
2.
Sistem PernapasanRelaksasi otot polos bronkus. Henti napas akibat paralise saraf frenikus,
paralise interkostal atau depresi langsung pusat pengaturan napas.
3. Sistem Saraf Pusat (SSP)
Page 11
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 11/35
12
SSP rentan terhadap toksisitas anastetika lokal, dengan tanda-tanda awal
parestesia lidah, pusing, kepala terasa ringan, tinitus, pandangan kabur,
agitasi, twitching, depresi pernapasan, tidak sadar, konvulsi, koma.
Tambahan adrenalin beresiko kerusakan saraf.
4. Imunologi
Golongan ester menyebabkan reaksi alergi lebih sering, karena merupakan
derivat para-amino-benzoic acid (PABA) yang dikenal sebagai alergen.
5. Sistem Muskuloskeletal
Bersifat miotoksik (bupivakain > lidokain > prokain). Tambahan adrenalin
beresiko kerusakan saraf. Regenerasi dalam waktu 3-4 minggu.
2.1.4 Teknik
a. Anastesi Lokal pada Rahang Atas
Anastesi lokal dapat dilakukan pada N. maksilaris dan cabangnya.
1) Lokal infiltrasi (sering digunakan)
Saraf : cabang terminal/ free nerve ending
Area teranastesi : terbatas dimana larutan anestesi lokal dilakukan
Pedoman anatomis : tidak ada pedoman khusus
Indikasi : bila hanya sebatas mukosa dan jaringan ikat
dibawahnya
Teknik : jarum diinsersikan dibawah mukosa ke dalam
jaringan ikat
Symptom : tidak ada simptom subyektif
2) Field block
Saraf : cabang saraf terminal besar
Area teranastesi : semua area yg diinervasi
Pedoman anatomi : tergantung area yg diinginkan, pedoman umum :
letak gigi dan akarnya serta periosteum tulang alveolar yg bersangkutan.
Page 12
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 12/35
13
Indikasi : untuk lokal anestesi satu/dua gigi RA dan
sekitarnya
Teknik : Paraperiosteal/ supraperiosteal. tehnik ini sering
digunakan karena porositas tulang RA; jarum diinsersikan menembus
membran mukosa dan jaringan ikat dibawahnya sampai menyentuh
periosteum lalu larutan dideponer
3) Blok N. alveolaris superior anterior dan medius (blok N. infra orbital)
Saraf : cabang saraf terminal besar; n. infra orbitalis, n.
alveolaris superior anterior dan medius, n. palpebra inferior
Area teranatesi : gigi insisive, caninus, premolar dan akar mesio
bukal gigi molar pertama bibir atas , pelupuk mata bawah dan sebagian
hidung
Pedoman anatomi : infraorbital ridge, infraorbital depression,
supraorbital notch, gigi anterior dan pupil mata
Indikasi : untuk bedah yg melibatkan gigi insisive, caninus,
premolar dan akar mesio bukal molar pertama RA
Teknik : pasien diminta melihat lurus kedepan lalu dipalpasi
bagian supraorbital dan infraorbital notch, ditarik garis khayal dari orbita
pupil mata, foramen infraorbitalis, gigi premolar ke-2 dan foramen
mentalis. Jarum diinsersikan di mukolabial fold ± 1,9 mm
Simptom : Kebas pada bibir atas, kelopak mata bawah dan
sebagian hidung pada satu sisi
4) Blok N. alveolaris superior posterior
Saraf : N. Alveolar Superior Posterior
Area : Gigi molar RA kecuali akar mesiobukal molar
pertama, periosteum jaringan ikat dan mukosa bukal
Pedoman anatomi : mukobukal fold, batas anterior dan proc.
Coronoideus mandibula, tuberositas maksila
Indikasi : operasi gigi molar RA dan jaringan penyangga
Page 13
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 13/35
14
Teknik : Jari telunjuk meraba mukobukal fold sampai
mencapai proc. Zygomaticus hingga mendapatkan cekungan, jari telunjuk
diputar hingga kuku jari menghadap mukosa dan jari digeser kelateral
membentuk sudut 45o dengan bidang sagital pasien dan pasien diminta
menutup sedikit mulutnya. Jarum diinsersikan ditengah ujung jari paralel
dengan ujung jari lalu dideponir
Symptom : Tidak ada symptom subyektif
5) Blok N. nasopalatina
Saraf : Nervus palatinus yg keluar dari foramen insisivus
Area : bagian anterior palatum durum dan mukosa yg
menutupi sampai daerah
premolar
Pedoman anatomi : gigi insisive pertama RA dan papila insisiva
Indikasi : operasi bagian palatal
Teknik : jarum diinsersikan pada foramen insisivus
Simptom : kebas pada mukosa palatum
6) Blok N. palatina mayor
Saraf : N. palatinus mayor
Area : bag. Posterior palatum durum dan mukosa yg
menutupi sampai daerah premolar pertama RA
pedoman anatomi : molar kedua & ketiga RA, margin gingiva gigi
molar, garis median
palatum, garis berjarak 1 cm dari marginal gingiva kegaris median
palatum
tekhnik : Jarum diinsersikan pada foramen yg terletak di
antara gigi molar ke-2 dan ke-3 RA sejauh 1 cm dari marginal gingiva
bagian palatal.
Symptom : kebas pada gingiva palatum posterior
Page 14
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 14/35
15
b. Teknik Anastesi Lokal pada Rahang Bawah
1) Blok N. Alveolaris Inferior
Saraf : N.alveolaris inferior dan subdivisi; n. mentalis & n.
insisivus
Area : corpus mandibula dan bagian inferior ramus seluruh
RB, seluruh gigi RB, mukosa dan jaringan di bawahnya anterior dari
molar pertama RB
pedoman anatomi : lipatan mukobukal fold, batas anterior ramus
mandibula, linea obliqua interna, trigonum retromolar, linea obliqua
eksterna, ligamen pterygomandibula
2.1.5 Bahan dan dosis
Beberapa anastetik lokal yang sering digunakan:
1. Kokain
Hanya dijumpai dalam bentuk topikal semprot 4% untuk mukosa jalan
napas atas. Lama kerja 2-30 menit.
2. Prokain (novokain)
Untuk infiltrasi: larutan 0.25-0.5%
Blok Saraf: 1-2%
Dosis 15 mg/ kg BB dan lama kerja 30-60 menit.
3. Kloroprokain (nesakain)
Derivat prokain dengan masa kerja lebih pendek.
4. Lidokain (lignocaine, xylocain, lidonest)
Konsentrasi efektif minimal 0.25%
Infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot cukup baik.
Kerja sekitar 1-1.5 jam tergantung konsentrasi larutan.
Larutan standar 1 atau 1.5% untuk blok perifer
0.25-0.5% + adrenalin 200.000 untuk infiltrasi
0.5% untuk blok sensorik tanpa blok motorik
Page 15
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 15/35
16
1.0% untuk blok motorik dan sensorik
2.0% untuk blok motorik pasien berotot (muskular)
4.0% atau 10% untuk topikal semprot faring-laring (pump spray)
5.0% bentuk jeli untuk dioleskan di pipa trakhea
5.0% lidokain dicampur 5.0% prilokain untuk topikal kulit
5.0% hiperbarik untuk analgesia intratekal (subaraknoid, subdural).
5. Bupivacain (marcain)
Konsentrasi efektif minimal 0.125%.
Mula kerja lebih lambat dibanding lidokain, tetapi lama kerja sampai 8
jam.
Setelah suntikan kaudal, epidural atau infiltrasi, kadar plasma puncak
dicapai dalam 45 menit. Kemudian menurun perlahan-lahan dalam 3-8
jam.
Untuk anastesia spinal 0.5% volum antara 2-4 ml iso atau hiperbarik.
Untuk blok sensorik epidural 0.375% dan pembedahan 0.75%.
Dosis Bupivakain untuk Dewasa
Prosedur Konsentrasi % Volume
Infiltrasi
Blok minor perifer
Blok mayor perifer
Blok interkostal
Blok epidural
Lumbal
Kaudal
Analgesi postop
0.25-0.50
0.25-0.50
0.25-0.50
0.25-0.50
0.5
0.25-0.50
0.5
0.125
5-60 ml
5-30 ml
20-40 ml
3-8 ml
15-20 ml
5-60 ml
4-8 ml/ 4-8 jam
(intermitten)
15 ml/ jam (continue)
Page 16
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 16/35
17
Spinal intratekal 0.5 2-4 ml
6. EMLA (eutetic mixture of local anesthetic)
Campuran emulsi minyak dalam air (krem) antara lidokain dan prilokain
masing-masing 2.5% atau masing-masing 5%. EMLA dioleskan dikulit
intak 1-2 jam sebelum tindakan untuk mengurangi nyeri akibat kanulasi
pada vena atau arteri atau untuk miringotomi pada anak, mencabut bulu
halus atau buang tato. Tidak dianjurkan untuk mukosa atau kulit terluka.
7. Ropivakain (naropin) dan levobupivakain (chirokain)Penggunaannya seperti bupivakain, karena kedua obat tersebut merupakan
isomer bagian kiri dari bupivakain yang dampak sampingnya lebih ringan
dibandingkan bupivakain. Bagian isomer kanan dari bupivakain dampak
sampingnya lebih besar.
Konsentrasi efektif minimal 0.25%.
(Said A. Latief, 2002)
2.2 Eksodonsi
2.2.1 Indikasi
a. Gigi yang sudah karies dan tidak dapat diselamatkan dengan perawatan
apapun.
b. Pulpitis atau gigi dengan pulpa non-vital yang harus dicabut jika
perawatan endodontic tidak dapat dilakukan.
c. Periodontitis apical. Gigi posterior non-vital dengan penyakit periapikal
sering harus dilakukan pencabutan.
d. Penyakit periodontal. Sebagai panduan, kehilangan setengah dari
kedalaman tulang alveolar yang normal atau ekstensi poket kebifurkasi
Page 17
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 17/35
18
akar gigi bagian posterior atau mobilitas yang jelas berarti pencabutan gigi
tidak bias dihindari lagi.
e. Gigi pecah atau patah. Dimana garis pecah setengah mahkota dari akar.
f. Rahang pecah. Jika garis gigi pecah mungkin harus dilakukan pencabutan
untuk mencegah infeksi tulang.
g. Untuk perawatan ortodonsi
h. Supernumerary teeth
i. Gigi yang merusak jaringan lunak, jika pengobatan atau terapi lainnya
tidak mecegah trauma atau kerusakan.
j. Salah tempat dan dampaknya. Harus dilakukan pencabutan ketika gigi
menjadi karies, menyebabkan nyeri, atau kerusakan batas gigi.
k. Gigi yang tidak dapat disembuhkan dengan ilmu konservasi
l. Gigi impaksi dan gigi non erupsi (tidak semua gigi impaksi dan non erupsi
dicabut)
m. Gigi utama yang tertahan apabila gigi permanen telah ada dan dalam
posisi normal.
n. Persiapan radioterapi. Sebelum radiasi tumor oral, gigi yang tidak sehat
membutuhkan pencabutan, atau pengangkatan untuk mereduksi paparan
radiasi yang berhubungan dengan osteomelitis.
2.2.2 Kontraindikasi
1. Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut
2. Pendarahan yang tidak diinginkan
3. Alergi pada anastesi local
4. Hipertensi jika pendarahan tidak terkontrol
5. Diabetes yang tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka
6. Gigi yang masih dapat dirawat/dipertahankan dengan perawatan
konservasi, endodontic dan sebagainya.
Page 18
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 18/35
19
2.2.3 Teknik
Teknik ekstraksi untuk gigi rahang atas
1. Gigi incisivus Rahang Atas
Gigi incisivue RA diekstraksi menggunakan upper universal forceps (no.
150) walau pun forceps lain bisa diunakan. Gerakan awal pada ekstraksi
ini harus pelan, konstan dan tegas pada arah labial yang akan memperluas
crestal buccal bone. Setelah itu dilakukan gerakan memutar yang lebih
pelan. Gerakan memutar tersebut harus diminimalisasi pada ekstraksi gigi
insisif lateral terutama jika ada lekukan pada gigi.
2. Gigi kaninus rahang atas
Untuk ekstraksi gigi caninus rahang atas, dianjurkan untuk menggunakan
upper universal forceps (no. 150). Gerakan awal ekstraksi gigi caninus
dilakukan pada aspek buccal dengan tekanan ke arah palatal. Sedikit gaya
berputar pada forceps mungkin berguna untuk memperluas socket
gigi,terutama jika gigi sebelahnya tidak atau telah di ekstraksi. Setelah
gigi terluksasi dengan baik, gigi bisa di cabut dari socket ke arah labial-
incisal dengan labial tractional forceps
Page 19
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 19/35
20
3. Gigi premolar 1 Rahang Atas
Ekstraksi gigi ini dilakukan dengan upper universal forceps (no. 150).
Sebagai alternatif, bisa juga digunakan forceps no. 150A. gigi harus
diluksasi sebanyak mungkin dengan menggunakan elevator lurus. Gaya
berputar harus dihindari pada gigi ini agar tidak terjadi fraktur akar.
Page 20
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 20/35
21
4. Gigi premolar 2 Rahang Atas
Forceps yang direkomendasikan untuk ekstraksi gigi ini adalah forceps
no. 150 atau 150 A. gigi ini memiliki akar yang kuat, sehingga
pergerakan yang kuat bisa diberikan pada ekstraksi gigi ini.
Page 21
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 21/35
22
5. Gigi molar Rahang Atas
Forceps no. 53 R dan 53 L biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi molar
rahang atas. Paruh pada forceps ini memiliki bentuk yang pas pada
bifurkasi buccal. Beberapa dokter gigi memilih untuk menggunakan
forceps no. 89 dan 90 atau yang biasa disebut upper cowhorn forceps.
Kedua forceps tersebit biasa digunakan untuk gigi molar yang memiliki
karies yang besar atau restorasi yang besar. Untuk mengekstraksi gigi
molar ketiga yang sudah erupsi, biasanya menggunakan forceps 210 S
yang bisa dgunakan untuk sebelah kiri atau kanan.Pergerakan dasar ekstraksi gigi molar biasanya menggunakan tekanan
yang kuat buccal dan palatal, akan tetapi gaya yang diberikan pada
buccal lebih besar dibandingkan yang ke arah palatal. Gaya rotational
Page 22
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 22/35
23
tidak digunakan pada ekstraksi gigi ini karena gigi molar rahang atas
memiliki 3 akar.
Teknik ekstraksi gigi Rahang Bawah
Ekstraksi Rahang bawah dianjurkan untuk menggunakan bite block.
Selain itu, tangan operator juga harus selalu menyokong rahang bawah
1.
Gigi anterior rahang bawahLower universal forceps (no. 151) biasanya digunakan untuk ekstraksi
gigi rahang bawah anterior. Pergerakan ekstraksi biasanya dilakukan ke
arah labial dan lingual, dengan menggunakan tekanan yang sama besar.
Gigi dicabut menggunakan tractional forceps pada arah labial-incisal.
Page 23
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 23/35
24
2. Gigi premolar rahang bawah
Pada ekstraksi gigi premolar rahang bawah, biasanya digunakan juga
forceps no. 151. Akan tetapi forceps no. 151A bisa dijadikan alternatif.
Pergerakan awal diarahkan ke aspek buccal lalu kembali ke aspek lingual
dan akhirmya berotasi. Pergerakan rotasi sangat diperlukan pada
ekstraksi gigi ini.
3. Gigi molar Rahang Bawah
Forceps no. 17 biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi ini. Pergerakan
kuat pada arah buccolingual digunakan unutuk memperluas socket gigi
Page 24
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 24/35
25
dan memberikan kemudahan gigi untuk di ekstraksi pada arah
buccoocclusal. Untuk mengekstraksi gigi molar ketiga yang telah erupsi,
biasanya digunakan forceps no. 222
2.2.4 Persiapan Alat, Pasien, dan Operator
a. Alat
Peralatan diagnostik
Alat-alat dasar yang digunakan pada waktu pemeriksaan ialah :
Page 25
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 25/35
26
1) Pinset KG dengan atau tanpa permukaan yang bergores pada ujung
penjepit. Digunkan untuk mengambil atau menjepit kapas atau
tampon.
2) Sonde (dental Probe) lurus dan bengkok digunakan untuk
pemeriksaan kedalam karies dan mengetahui vitalitas gigi.
3) Kaca mulut dalam beberapa ukuran (mm) digunkan untuk melihat
objek di rongga mulut.
4) Eksavator
5) Neirbeken
Peralatan pencabutan gigi
Penggunaan perlatan yang efektif dimulai dengan pemahaman tentang
desainnya. Peralatan cabut dengan desain yang baik mempunyai
keuntungan mekanis untuk melipatgandakan tekanan yang diberikan
sampai mencapai tingkat yang cukup untuk menyelesaikan tugasnya.
Elevator dan tang gigi berfungsi sebagai pengungkit yang menghantarkan
gaya atau tekanan ke gigi yang akan dicabut. Efektivitasnya ditingkatkan
oleh desain bilah elevator yang memungkinkan alat dipegang dengan kuat
dan nyaman selama digunakan. Efisiensi makin meningkat dengan adanya
bilah elevator dan paruh tang yang dapat mencengkeram struktur akar
dengan erat sehingga menghindari selip.
Penggunaan peralatan yang efektif tergantung pada ekonomi gerakan
dan tentu saja ekonomi instrumentasi. Menguasai benar-benar beberapa
jenis alat, lebih baik daripada hanya mengenal samar-samar bermacam-
macam alat.
ELEVATOR
Page 26
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 26/35
27
Jenis Elevator Lurus Elevator Bengkok
Desain Pegangan, tangkai, bilah paralel.Bilah membentuk sudut terhadap
tangkai dan pegangan.
Fungsi
Untuk mengetes anestesi,
memisahkan perlekatan epitel,
ekspansi alveolus, evaluasi
mobilitas, mengungkit ujung
akar dan frakmennya, dan
membantu memotong bagian-
bagian gigi.
Untuk menggeser gigi dan
frakmen akar menjauhi titik
tumpu dari alat ini.
CaraAplikasi
Aplikasi paralel: diinsersikan
pada mesio-gingival
interproksimal, paralel terhadap
akar dengan cekungan bilah
menghadap ke permukaan gigi
yang akan dicabut.Aplikasi vertikal: diinsersikan
pada mesio-gingival
interproksimal tegak lurus
dengan gigi yang akan dicabut,
cekungan bilah menghadap
kearah permukaan gigi.
Diinsersikan sedemikian rupa
sehingga mendapat tumpuan
yang aman, biasanya pada aspek
bukal alveolus. Digunakan
dengan pinch grasp atau sling
grasp. Untuk aplikasinya bisa
juga dibantu dengan pembuatan
lubang kaitan.
Penghan
taran
Tekanan
Aplikasi paralel: pertama
tekanan diarahkan paralel
terhadap sumbu panjang akar.
Tekanan tersebut cenderung
mendilatasi alveolus dan
Tekanan rotasional
mengakibatkan bergesernya gigi
atau frakmen akar menjauhi titik
tumpu alat.
Page 27
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 27/35
28
menggeser mahkota ke oklusal.
Tekanan rotasional akan
menggeser akar kearah bukal.
Aplikasi vertikal: tekanan yang
dihantarkan terutama adalah
rotasional, dorongan dan
ungkitan, keduanya
mengakibatkan pergeseran gigi
kearah disto-oklusal.
Gambar
TANG
Jenis Mandibula Maksila
Desain Paruhnya lebih Paruhnya cenderung
Page 28
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 28/35
29
membentuk sudut
terhadap pegangannya.
Paruh tang mandibula
selalu simetris. Pegangan
vertikal jika digunakan,
adalah khusus untuk
tang-tang mandibula.
lebih paralel terhadap
pegangannya. Desain
pegangan bayonet hanya
khusus untuk tang rahang
atas. Modifikasi ini
dimaksudkan untuk
membantu menghindari
bibir bawah. Desain
paruh yang asimetris,
kanan dan kiri hanya
terdapat pada tang unutuk
gigi molar atas.
Fungsi
Untuk menghantarkan
tekanan terkontrol pada
gigi, untuk dilatasi
alveolar, luksasi, dan
pencabutan.
Seperti pada tang-tang
mandibula, untuk
menghantarkan tekanan
terkontrol pada gigi,
dilatasi alcveolus, luksasi
dan pencabutan.
Cara Aplikasi
Gaya vertikal yang
diperlukan untuk adaptasi
atau menempatkan tang
diimbangi oleh gaya
berlawanan yang
dikenakan terhadap
mandibula dengan
melakukan sling grasp.
Telapak tangan
Dikenakan pada daerah
servikal gigi yang
dicabut. Adaptasi
diperoleh melalui
kombinasi dari tekanan
mencengkeram dan
apikal. Digunakan
dengan pinch grasp dan
telapak tangan
Page 29
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 29/35
30
menghadap ke bawah. menghadap ke atas.
Penghantaran
Tekanan
Tekanan lateral yang
terdiri dari bukal dan
lingual dihantarkan,
tetapi tekanan lingual
mungkin lebih dominan
pada pencabutan gigi-gigi
molar bawah. Tekanan
paralel, apikal dan
oklusal serta tekanan
rotasional juga digunakan
apabila diperlukan.
Lateral (bukal/ lingual),
paralel (apikal/ oklusal),
dan rotasional.
(Gordon W Pedersen, 1996)
b. Operator dan staff
Dokter gigi merupakan penentu keberhasilan rencana pengontrolan infeksi
di bedah mulut. Tindakan control infeksi secara rutin dibuat untuk
membatasi dan mengurangi kontaminasi silang. Untuk itu, diperlukan
tindakan pencegahan yang dilakukan oleh operator dan staff salah satunya
adalah dengan menggunakan pakaian klinik untuk mencegah adanya darah
maupun saliva mengotori pakaian, mencuci tangan dengan sabun
antiseptic, penggunaan masker, sarung tangan, dan juga kacamata
pelindung (triad barier).c. Pasien
Mendapat riwayat kesehatan dan kesehatan gigi dengan teliti sebelum
melakukan perawatan adalah kewajiban. Selain itu pemeriksaan rongga
Page 30
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 30/35
31
mulut paling tidak mencakup jaringan lunak, gigi, oklusi, dan malposisi
gigi, serta jaringan pendukung dan struktur gigi.
2.2.5 Perawatan pasca eksodonsi
Menurut Laskin (1985) dan Peterson (1998), ada beberapa tindakan pasca operatif
yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut:
a. Istirahat yang cukup, agar dapat membantu proses penyembuhan luka.
b. Pasien dianjurkan untuk tidak makan makanan yang keras terlebih dahulu,
terutama pada hari pertama pasca pencabutan gigi. Makanan juga tidak boleh
terlalu panas. Dan baru boleh makan beberapa jam setelah pencabutan gigi
agar tidak mengganggu terbentuknya blood clot. Dan jangan mengunyah pada
sisi yang baru dicabut.
c. Banyak minum air untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
d. Pasien harus selalu menjaga kebersihan mulutnya, gigi harus disikat secara
rutin, kumur-kumur dengan menggunakan saline solution (1/2 sendok the
garam yang dilarutkan dalam satu gelas air hangat).
e. Untuk mengurangi rasa nyeri pasien boleh mengkonsumsi analgesic. Selain
analgesic, pengaplikasian dingin juga dapat digunakan untuk mengurangi rasa
sakit.
f. Pasien tidak boleh merokok, karena dikhawatirkan terjadi dry socket.
Page 31
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 31/35
32
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan yaitu :
1. Anestesi lokal merupakan obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan
secara lokal pada jaringan saraf.
2. Pembagian anestesi lokal antara lain :
a. Berdasarkan area yang teranestesi : nerve block, field block, local infiltration,
dan anestesi topikal.
b. Berdasarkan teknik pelaksanaan anestesi lokal : infiltrasi, anestesi blok, dan
teknik-teknik lain (seperti periodontal ligament injection, intraosseous
injection, dan intrapulpal injection).
3. Sifat ideal anastetik lokal antara lain :
a. Potensi dan reabilitasnya
b. Aksi reversible
c. Keamanan
d. Kurang mengiritasi
e. Kecepatan timbulnya efek
f. Durasi efek
g. Sterilitas
h. Berdaya tahan lama
i. Penetrasi membran mukosa
4. Komplikasi yang timbul akibat anestesi lokal, antara lain :
a. Sistem Kardiovaskular : depresi automatisasi miokard, depresi kontraktilitas
miokard, dilatasi arteriolar, dosis besar dapat menyebabkan disritmia/ kolaps
sirkulasi.
b. Sistem Pernapasan : relaksasi otot polos bronkus, henti napas, dll.
c. Sistem Saraf Pusat (SSP) : parestesia lidah, pusing, kepala terasa ringan,
tinitus, dll. serta tambahan adrenalin beresiko kerusakan saraf.
d. Imunologi : reaksi alergi.
Page 32
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 32/35
33
e. Sistem Muskuloskeletal : tambahan adrenalin beresiko kerusakan saraf.
6) Teknik anestesi lokal :
a. Anastesi Lokal pada Rahang Atas
Anastesi lokal dapat dilakukan pada N. maksilaris dan cabangnya.
Lokal infiltrasi (sering digunakan)
Field block
Blok N. alveolaris superior anterior dan medius (blok N. infra orbital)
Blok N. alveolaris superior posterior
Blok N. nasopalatina
Blok N. palatina mayor
b. Teknik Anastesi Lokal pada Rahang Bawah
Blok N. Alveolaris Inferior
7) Bahan dan dosis
Beberapa anastetik lokal yang sering digunakan:
1.
KokainHanya dijumpai dalam bentuk topikal semprot 4% untuk mukosa jalan
napas atas.
2. Prokain (novokain)
Untuk infiltrasi: larutan 0.25-0.5%
Blok Saraf: 1-2%
Dosis 15 mg/ kg BB dan lama kerja 30-60 menit.
3. Kloroprokain (nesakain)
Derivat prokain dengan masa kerja lebih pendek.
4. Lidokain (lignocaine, xylocain, lidonest)
Konsentrasi efektif minimal 0.25%
Infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot cukup baik.
Page 33
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 33/35
34
Kerja sekitar 1-1.5 jam tergantung konsentrasi larutan.
Larutan standar 1 atau 1.5% untuk blok perifer
0.25-0.5% + adrenalin 200.000 untuk infiltrasi
0.5% untuk blok sensorik tanpa blok motorik
1.0% untuk blok motorik dan sensorik
2.0% untuk blok motorik pasien berotot (muskular)
4.0% atau 10% untuk topikal semprot faring-laring (pump spray)
5.0% bentuk jeli untuk dioleskan di pipa trakhea
5.0% lidokain dicampur 5.0% prilokain untuk topikal kulit
5.0% hiperbarik untuk analgesia intratekal (subaraknoid, subdural).
5. Bupivacain (marcain)
Konsentrasi efektif minimal 0.125%.
Mula kerja lebih lambat dibanding lidokain, tetapi lama kerja sampai 8
jam.
Setelah suntikan kaudal, epidural atau infiltrasi, kadar plasma puncak
dicapai dalam 45 menit. Kemudian menurun perlahan-lahan dalam 3-8
jam.
Untuk anastesia spinal 0.5% volum antara 2-4 ml iso atau hiperbarik.
Untuk blok sensorik epidural 0.375% dan pembedahan 0.75%.
6. EMLA (eutetic mixture of local anesthetic)
Campuran emulsi minyak dalam air (krem) antara lidokain dan prilokain
masing-masing 2.5% atau masing-masing 5%. EMLA dioleskan dikulit
intak 1-2 jam sebelum tindakan untuk mengurangi nyeri akibat kanulasi
pada vena atau arteri atau untuk miringotomi pada anak, mencabut bulu
halus atau buang tato. Tidak dianjurkan untuk mukosa atau kulit terluka.
7. Ropivakain (naropin) dan levobupivakain (chirokain)
Penggunaannya seperti bupivakain, karena kedua obat tersebut merupakan
isomer bagian kiri dari bupivakain yang dampak sampingnya lebih ringan
Page 34
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 34/35
35
dibandingkan bupivakain. Bagian isomer kanan dari bupivakain dampak
sampingnya lebih besar.
Konsentrasi efektif minimal 0.25%.
8)
Page 35
7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 35/35
DAFTAR PUSTAKA
Howe, Geoffrey L. 1989. Pencabutan Gigi Geligi. Jakarta : EGC.
Kruger GO. 1974. Textbook of Oral Surgery, 4th
ed. St. Louis: CV Mosby Co.
Laskin DM. 1985. Oral and Maxillofacial Surgery, vol 2.St. Louis: The CV Mosby
Co.
Peterson LJ. 1998. Oral and Maxillofacial Surgery. Philadelphia: Mosby Co.
Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut . Jakarta: EGC.
Starshak TJ, Sanders B. 1980. Preprosthetic Oral and Maxillofacial Surgery.
London: The CV Mosby Co.
Wray, David, dkk. 2003. Textbook of General and Oral Surgery. Philadelphia:
Churchill Livingstone.
Bagian bedah mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. 2006. Buku Teks
Bedah Mulut I.