Top Banner
2 DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK Pembimbing : drg. Budi Yuwono, M.Kes Ketua : Fitria Krisnawati (111610101064) Scriber Meja : Dewi Martinda H. (111610101073) Scriber Papan : Deo Agusta R.P. (111610101083)  Anggota : 1. Maharja Jathi P. (111610101027) 2. Ratih Delio (111610101040) 3. Chusna Sekar Wardani (111610101061) 4.  Nugraheni Tri Rahayu (111610101057) 5. Anugerah Nur Yuhyi (111610101063) 6. Sitti Nur Qomariyah (111610101066) 7. Tiara Fortuna B.B. (111610101067) 8. Sheila Dian P. (111610101071) 9. Adinda Martina (111610101072) 10.  Nurbaetty Rochmah (111610101074)
35

Makalah Tutorial Bm Skenario 1

Feb 10, 2018

Download

Documents

dewimartinda
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 1/35

2

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK 

Pembimbing : drg. Budi Yuwono, M.Kes

Ketua : Fitria Krisnawati (111610101064)

Scriber Meja : Dewi Martinda H. (111610101073)

Scriber Papan : Deo Agusta R.P. (111610101083) 

Anggota :

1.  Maharja Jathi P. (111610101027)

2.  Ratih Delio (111610101040)

3.  Chusna Sekar Wardani (111610101061)

4.   Nugraheni Tri Rahayu (111610101057)

5.  Anugerah Nur Yuhyi (111610101063)

6.  Sitti Nur Qomariyah (111610101066)

7.  Tiara Fortuna B.B. (111610101067)

8.  Sheila Dian P. (111610101071)

9.  Adinda Martina (111610101072)

10.  Nurbaetty Rochmah (111610101074)

Page 2: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 2/35

3

KATA PENGANTAR 

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah tutorial skenario 1 pada blok Kuratif dan Rehabilitatif I pada

minggu pertama dengan judul Anestesi lokal dan Eksodonsia. Makalah ini disusun

untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok VI pada skenario pertama. 

Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1.  drg. Budi Yuwono, M.Kes, selaku tutor pembimbing yang telah membimbing

 jalannya diskusi tutorial kelompok VI Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Jember dan yang telah memberi masukan yang membantu, bagi pengembangan

ilmu yang telah didapatkan.

2.  Teman-teman kelompok tutorial VI dan semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi

 perbaikan –  perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga

laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, 6 September 2013

Tim Penyusun

Page 3: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 3/35

4

DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................... 1

Daftar Anggota Kelompok ................................................................................. 2

Kata Pengantar ................................................................................................... 3

Daftar Isi ............................................................................................................. 4

Skenario .............................................................................................................. 5

Mapping .............................................................................................................. 6

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 7

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 7 

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 7 

1.3. Tujuan Masalah .................................................................................. 8 

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 9

BAB 3 PEMBAHASAN .................................................................................... 11

BAB 4 KESIMPULAN ..................................................................................... 44 

Daftar Pustaka .................................................................................................... 58

Page 4: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 4/35

5

Anestesi lokal dan Eksodonsia Skenario 1

Pak Benu umur 45 tahun datang ke RSGM FKG Unej atas rujukan bagian lain

dengan permintaan pencabutan gigi. Data pemeriksaan klinis intra oral terdapat gigi

12, 13 dan 28 dengan kondisi karies profunda perforasi serta gigi 43 dan 48 sisa akar,

masing-masing gigi tersebut diindikasikan untuk dilakukan eksodonsi. Pemeriksaan

vital sign dan kondisi fisik pasien baik.

Page 5: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 5/35

6

MAPPING

EKSODONSIA

Indikasi Kontraindikasi

Tahapan Eksodonsi

Persiapan Teknik Perawatan Eksodonsi

Pembagian

Anestesi Lokal

Sifat Ideal

Page 6: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 6/35

7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari tulang

alveolar, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan

lagi. Pencabutan gigi juga merupakan operasi bedah yang melibatkan

 jaringan bergerak dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi

oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan/disatukan oleh gerakan lidah

dan rahang. Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit

satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan

 pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna

dan tidak terdapat masalah prostetik di masa mendatang.

Untuk menghindari terjadinya rasa sakit pada saat proses pencabutan

hendaknya dilakukan anestesi terlebih dahulu sebelum dilakukan proses pencabutan. Anestesi yang biasa dilakukan pada bidang kedokteran gigi

adalah anestesi lokal. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai eksodonsi

(pencabutan gigi) serta anestesi lokal akan dibahas lebih lanjut dalam

 pembahasan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Anestesi lokal

a. Bagaimana pembagian anestesi lokal?

 b. Apa saja sifat ideal yang harus dimiliki obat anestesi lokal?

c. Apa saja komplikasi yang mungkin timbul akibat anestesi lokal?

d. Bagaimana teknik anestesi lokal?

e. Apa saja bahan anestesi lokal dan bagaimana dosisnya?

Page 7: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 7/35

8

2.  Eksodonsi

a.  Apa saja indikasi dilakukan eksodonsi?

 b.  Apa saja kontraindikasi dilakukan eksodonsi?

c.  Bagaimana teknik eksodonsi?

d.  Apa saja persiapan alat, pasien dan operator yang harus dilakukan sebelum

tindakan eksodonsi?

e.  Bagaimana perawatan pasca eksodonsi?

1.3 Tujuan masalah

1.  Mampu menjelaskan anestesi lokal :

a.  Pembagian

 b.  Sifat Ideal

c.  Komplikasi

d.  Teknik 

e.  Bahan dan Dosis

2.  Mampu menjelaskan eksodonsi :

a.  Indikasi

 b.  Kontraindikasi

c.  Teknik 

d.  Persiapan Alat, Pasien, dan Operator  

e.  Perawatan pasca eksodonsi 

Page 8: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 8/35

9

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Anestesi Lokal

Anestesi lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila

dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini

 bekerja pada tiap bagian susunan saraf.

2.1.1 Pembagian Anestesi Lokal

Pembagian anestesi lokal berdasarkan area yang teranestesi :

a.   Nerve block, merupakan metode aplikasi anestesi lokal dengan

 penyuntikan cairan anestesi pada atau sekitar batang saraf utama sehingga

mencegah impuls saraf afferent disekitar titik tersebut.

 b.  Field block, merupakan metode anestesi lokal yang dilakukan dengan

memasukkan cairan didaerah cabang saraf terminal yang besar sehingga

area yang teranestesi memblokir semua saraf afferent pada daerah

tersebut.

c.  Local infiltration, larutan anestesi lokal disuntikkan disekitar ujung saraf 

terminal sehingga cairan anestesi terkumpul pada daerah tersebut sehingga

mencegah terjadinya stimulasi dan terbentuknya rasa sakit.

d.  Anestesi topikal, dengan cara mengoleskan larutan anestesi lokal secara

langsung pada bagian permukaan (membrane mukosa, kulit terluka atau

mata) untuk mencegah stimulasi pada ujung ujung saraf bebas pada daerah

tersebut (free nerve endings).

Macam-macam teknik yang digunakan dalam penatalaksanaan anestesi lokal:a.  Infiltrasi

Anestesi dilakukan dengan mendeponirkan cairan anestesi disekitar apeks

gigi yang akan dicabut di sisi bukal pada sulkus, adanya porositas pada

Page 9: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 9/35

10

tulang alveolar menyebabkan cairan anestesi berdifusi menuju saraf pada

apeks gigi. Biasanya menggunakan jarum yang agak pendek.

 b.  Anestesi blok 

Merupakan anestesi dengan cara menginjeksikan cairan anestesi pada

 batang saraf yang biasa digunakan untuk tindakan bedah di rongga mulut.

Anestesi blok yang digunakan biasa dilakukan adalah inferior dental blok,

mental blok, posterior superior dental blok, dan infra orbital blok.

Biasanya anestesi menggunakan jarum lebih panjang ± 3,5 cm.

c.  Teknik-teknik lain

Ada teknik-teknik lain yang digunakan untuk anestesi seperti periodontal

ligament injection, intraosseous injection, dan intrapulpal injection.

(David Wray, dkk. 2003)

2.1.2 Sifat ideal

Anastetik Lokal yang Ideal:

1.  Potensi dan reabilitasnya.

Persyaratan pertama untuk substansi ideal adalah bila substansi

dipergunakan secara tepat dan dalam dosis yang tepat, substansi ini akan

memberikan efek anestesi lokal yang efektif dan konsisten.

2.  Aksi reversible.

Aksi setiap obat yang digunakan untuk mendapat anestesi lokal harus

sudah hilang seluruhnya dalam rentang waktu tertentu.

3.  Keamanan

Semua agen anestesi lokal harus mempunyai rentang batas keamanan yang

luas dari efek samping yang berbahaya yang umumnya disebut sebagai‘toksisitas’. 

4.  Kurang mengiritasi

Page 10: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 10/35

11

Tidak menimbulkan luka atau iritasi pada jaringan karena suntikan agen

anestesi lokal. Karena alas an ini, larutan anestesi lokal harus isotonic dan

mempunyai pH yang sesuai dengan pH jaringan.

5.  Kecepatan timbulnya efek 

Idealnya, suntikan agen tersebut harus diikuti segera dengan timbulnya

efek anastesi lokal.

6.  Durasi efek 

Lamanya waktu pemulihan dari sensasi harus sama dengan lamanya waktu

yang diperlukan untuk prosedur perawatan gigi.

7.  Sterilitas

Karena agen anestesi lokal akan dimasukkan kedalam jaringan, agen harus

dapat disterilkan tanpa menimbulkan perubahan struktur atau sifat.

8.  Berdaya tahan lama

9.  Penetrasi membran mukosa

Obat harus mempunyai sifat dapat menembus membran mukosa sehingga

anestesi topikal dapat diperoleh dengan mudah.

2.1.3 Komplikasi

Efek Samping terhadap Sistem Tubuh

1.  Sistem Kardiovaskular:

a.  Depresi automatisasi miokard

 b.  Depresi kontraktilitas miokard

c.  Dilatasi arteriolar 

d.  Dosis besar dapat menyebabkan disritmia/ kolaps sirkulasi.

2. 

Sistem PernapasanRelaksasi otot polos bronkus. Henti napas akibat paralise saraf frenikus,

 paralise interkostal atau depresi langsung pusat pengaturan napas.

3.  Sistem Saraf Pusat (SSP)

Page 11: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 11/35

12

SSP rentan terhadap toksisitas anastetika lokal, dengan tanda-tanda awal

 parestesia lidah, pusing, kepala terasa ringan, tinitus, pandangan kabur,

agitasi, twitching, depresi pernapasan, tidak sadar, konvulsi, koma.

Tambahan adrenalin beresiko kerusakan saraf.

4.  Imunologi

Golongan ester menyebabkan reaksi alergi lebih sering, karena merupakan

derivat para-amino-benzoic acid (PABA) yang dikenal sebagai alergen.

5.  Sistem Muskuloskeletal

Bersifat miotoksik (bupivakain > lidokain > prokain). Tambahan adrenalin

 beresiko kerusakan saraf. Regenerasi dalam waktu 3-4 minggu.

2.1.4 Teknik 

a.  Anastesi Lokal pada Rahang Atas

Anastesi lokal dapat dilakukan pada N. maksilaris dan cabangnya.

1)  Lokal infiltrasi (sering digunakan)

  Saraf : cabang terminal/ free nerve ending

  Area teranastesi : terbatas dimana larutan anestesi lokal dilakukan

  Pedoman anatomis : tidak ada pedoman khusus

  Indikasi : bila hanya sebatas mukosa dan jaringan ikat

dibawahnya

  Teknik : jarum diinsersikan dibawah mukosa ke dalam

 jaringan ikat

  Symptom : tidak ada simptom subyektif 

2)  Field block 

  Saraf : cabang saraf terminal besar 

  Area teranastesi : semua area yg diinervasi

  Pedoman anatomi : tergantung area yg diinginkan, pedoman umum :

letak gigi dan akarnya serta periosteum tulang alveolar yg bersangkutan.

Page 12: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 12/35

13

  Indikasi : untuk lokal anestesi satu/dua gigi RA dan

sekitarnya

  Teknik : Paraperiosteal/ supraperiosteal. tehnik ini sering

digunakan karena porositas tulang RA; jarum diinsersikan menembus

membran mukosa dan jaringan ikat dibawahnya sampai menyentuh

 periosteum lalu larutan dideponer 

3)  Blok N. alveolaris superior anterior dan medius (blok N. infra orbital)

  Saraf : cabang saraf terminal besar; n. infra orbitalis, n.

alveolaris superior anterior dan medius, n. palpebra inferior 

  Area teranatesi : gigi insisive, caninus, premolar dan akar mesio

 bukal gigi molar pertama bibir atas , pelupuk mata bawah dan sebagian

hidung

  Pedoman anatomi : infraorbital ridge, infraorbital depression,

supraorbital notch, gigi anterior dan pupil mata

  Indikasi : untuk bedah yg melibatkan gigi insisive, caninus,

 premolar dan akar mesio bukal molar pertama RA

  Teknik : pasien diminta melihat lurus kedepan lalu dipalpasi

 bagian supraorbital dan infraorbital notch, ditarik garis khayal dari orbita

 pupil mata, foramen infraorbitalis, gigi premolar ke-2 dan foramen

mentalis. Jarum diinsersikan di mukolabial fold ± 1,9 mm

  Simptom : Kebas pada bibir atas, kelopak mata bawah dan

sebagian hidung pada satu sisi

4)  Blok N. alveolaris superior posterior 

  Saraf : N. Alveolar Superior Posterior 

  Area : Gigi molar RA kecuali akar mesiobukal molar 

 pertama, periosteum jaringan ikat dan mukosa bukal

  Pedoman anatomi : mukobukal fold, batas anterior dan proc.

Coronoideus mandibula, tuberositas maksila

  Indikasi : operasi gigi molar RA dan jaringan penyangga

Page 13: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 13/35

14

  Teknik : Jari telunjuk meraba mukobukal fold sampai

mencapai proc. Zygomaticus hingga mendapatkan cekungan, jari telunjuk 

diputar hingga kuku jari menghadap mukosa dan jari digeser kelateral

membentuk sudut 45o dengan bidang sagital pasien dan pasien diminta

menutup sedikit mulutnya. Jarum diinsersikan ditengah ujung jari paralel

dengan ujung jari lalu dideponir 

  Symptom : Tidak ada symptom subyektif 

5)  Blok N. nasopalatina

  Saraf : Nervus palatinus yg keluar dari foramen insisivus

  Area : bagian anterior palatum durum dan mukosa yg

menutupi sampai daerah

   premolar 

  Pedoman anatomi : gigi insisive pertama RA dan papila insisiva

  Indikasi : operasi bagian palatal

  Teknik : jarum diinsersikan pada foramen insisivus

  Simptom : kebas pada mukosa palatum

6)  Blok N. palatina mayor 

  Saraf : N. palatinus mayor 

  Area : bag. Posterior palatum durum dan mukosa yg

menutupi sampai daerah premolar pertama RA

   pedoman anatomi : molar kedua & ketiga RA, margin gingiva gigi

molar, garis median

   palatum, garis berjarak 1 cm dari marginal gingiva kegaris median

   palatum

  tekhnik : Jarum diinsersikan pada foramen yg terletak di

antara gigi molar ke-2 dan ke-3 RA sejauh 1 cm dari marginal gingiva

 bagian palatal.

  Symptom : kebas pada gingiva palatum posterior 

Page 14: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 14/35

15

 b.  Teknik Anastesi Lokal pada Rahang Bawah

1)  Blok N. Alveolaris Inferior 

  Saraf : N.alveolaris inferior dan subdivisi; n. mentalis & n.

insisivus

  Area : corpus mandibula dan bagian inferior ramus seluruh

RB, seluruh gigi RB, mukosa dan jaringan di bawahnya anterior dari

molar pertama RB

   pedoman anatomi : lipatan mukobukal fold, batas anterior ramus

mandibula, linea obliqua interna, trigonum retromolar, linea obliqua

eksterna, ligamen pterygomandibula

2.1.5 Bahan dan dosis

Beberapa anastetik lokal yang sering digunakan:

1.  Kokain

Hanya dijumpai dalam bentuk topikal semprot 4% untuk mukosa jalan

napas atas. Lama kerja 2-30 menit.

2.  Prokain (novokain)

Untuk infiltrasi: larutan 0.25-0.5%

Blok Saraf: 1-2%

Dosis 15 mg/ kg BB dan lama kerja 30-60 menit.

3.  Kloroprokain (nesakain)

Derivat prokain dengan masa kerja lebih pendek.

4.  Lidokain (lignocaine, xylocain, lidonest)

Konsentrasi efektif minimal 0.25%

Infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot cukup baik.

Kerja sekitar 1-1.5 jam tergantung konsentrasi larutan.

Larutan standar 1 atau 1.5% untuk blok perifer 

0.25-0.5% + adrenalin 200.000 untuk infiltrasi

0.5% untuk blok sensorik tanpa blok motorik 

Page 15: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 15/35

16

1.0% untuk blok motorik dan sensorik 

2.0% untuk blok motorik pasien berotot (muskular)

4.0% atau 10% untuk topikal semprot faring-laring (pump spray)

5.0% bentuk jeli untuk dioleskan di pipa trakhea

5.0% lidokain dicampur 5.0% prilokain untuk topikal kulit

5.0% hiperbarik untuk analgesia intratekal (subaraknoid, subdural).

5.  Bupivacain (marcain)

Konsentrasi efektif minimal 0.125%.

Mula kerja lebih lambat dibanding lidokain, tetapi lama kerja sampai 8

 jam.

Setelah suntikan kaudal, epidural atau infiltrasi, kadar plasma puncak 

dicapai dalam 45 menit. Kemudian menurun perlahan-lahan dalam 3-8

 jam.

Untuk anastesia spinal 0.5% volum antara 2-4 ml iso atau hiperbarik.

Untuk blok sensorik epidural 0.375% dan pembedahan 0.75%.

Dosis Bupivakain untuk Dewasa

Prosedur Konsentrasi % Volume

Infiltrasi

Blok minor perifer

Blok mayor perifer

Blok interkostal

Blok epidural

Lumbal

Kaudal

Analgesi postop

0.25-0.50

0.25-0.50

0.25-0.50

0.25-0.50

0.5

0.25-0.50

0.5

0.125

5-60 ml

5-30 ml

20-40 ml

3-8 ml

15-20 ml

5-60 ml

4-8 ml/ 4-8 jam

(intermitten)

15 ml/ jam (continue)

Page 16: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 16/35

17

Spinal intratekal 0.5 2-4 ml

6.  EMLA (eutetic mixture of local anesthetic)

Campuran emulsi minyak dalam air (krem) antara lidokain dan prilokain

masing-masing 2.5% atau masing-masing 5%. EMLA dioleskan dikulit

intak 1-2 jam sebelum tindakan untuk mengurangi nyeri akibat kanulasi

 pada vena atau arteri atau untuk miringotomi pada anak, mencabut bulu

halus atau buang tato. Tidak dianjurkan untuk mukosa atau kulit terluka.

7.  Ropivakain (naropin) dan levobupivakain (chirokain)Penggunaannya seperti bupivakain, karena kedua obat tersebut merupakan

isomer bagian kiri dari bupivakain yang dampak sampingnya lebih ringan

dibandingkan bupivakain. Bagian isomer kanan dari bupivakain dampak 

sampingnya lebih besar.

Konsentrasi efektif minimal 0.25%.

(Said A. Latief, 2002)

2.2 Eksodonsi

2.2.1 Indikasi

a.  Gigi yang sudah karies dan tidak dapat diselamatkan dengan perawatan

apapun.

 b.  Pulpitis atau gigi dengan pulpa non-vital yang harus dicabut jika

 perawatan endodontic tidak dapat dilakukan.

c.  Periodontitis apical. Gigi posterior non-vital dengan penyakit periapikal

sering harus dilakukan pencabutan.

d.  Penyakit periodontal. Sebagai panduan, kehilangan setengah dari

kedalaman tulang alveolar yang normal atau ekstensi poket kebifurkasi

Page 17: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 17/35

18

akar gigi bagian posterior atau mobilitas yang jelas berarti pencabutan gigi

tidak bias dihindari lagi.

e.  Gigi pecah atau patah. Dimana garis pecah setengah mahkota dari akar.

f.  Rahang pecah. Jika garis gigi pecah mungkin harus dilakukan pencabutan

untuk mencegah infeksi tulang.

g.  Untuk perawatan ortodonsi

h.  Supernumerary teeth

i.  Gigi yang merusak jaringan lunak, jika pengobatan atau terapi lainnya

tidak mecegah trauma atau kerusakan.

 j.  Salah tempat dan dampaknya. Harus dilakukan pencabutan ketika gigi

menjadi karies, menyebabkan nyeri, atau kerusakan batas gigi.

k.  Gigi yang tidak dapat disembuhkan dengan ilmu konservasi

l.  Gigi impaksi dan gigi non erupsi (tidak semua gigi impaksi dan non erupsi

dicabut)

m.  Gigi utama yang tertahan apabila gigi permanen telah ada dan dalam

 posisi normal.

n.  Persiapan radioterapi. Sebelum radiasi tumor oral, gigi yang tidak sehat

membutuhkan pencabutan, atau pengangkatan untuk mereduksi paparan

radiasi yang berhubungan dengan osteomelitis.

2.2.2 Kontraindikasi 

1. Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut

2. Pendarahan yang tidak diinginkan

3. Alergi pada anastesi local

4. Hipertensi jika pendarahan tidak terkontrol

5. Diabetes yang tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka

6. Gigi yang masih dapat dirawat/dipertahankan dengan perawatan

konservasi, endodontic dan sebagainya.

Page 18: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 18/35

19

2.2.3  Teknik 

Teknik ekstraksi untuk gigi rahang atas

1.  Gigi incisivus Rahang Atas

Gigi incisivue RA diekstraksi menggunakan upper universal forceps (no.

150) walau pun forceps lain bisa diunakan. Gerakan awal pada ekstraksi

ini harus pelan, konstan dan tegas pada arah labial yang akan memperluas

crestal buccal bone. Setelah itu dilakukan gerakan memutar yang lebih

 pelan. Gerakan memutar tersebut harus diminimalisasi pada ekstraksi gigi

insisif lateral terutama jika ada lekukan pada gigi.

2.  Gigi kaninus rahang atas

Untuk ekstraksi gigi caninus rahang atas, dianjurkan untuk menggunakan

upper universal forceps (no. 150). Gerakan awal ekstraksi gigi caninus

dilakukan pada aspek buccal dengan tekanan ke arah palatal. Sedikit gaya

 berputar pada forceps mungkin berguna untuk memperluas socket

gigi,terutama jika gigi sebelahnya tidak atau telah di ekstraksi. Setelah

gigi terluksasi dengan baik, gigi bisa di cabut dari socket ke arah labial-

incisal dengan labial tractional forceps

Page 19: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 19/35

20

3.  Gigi premolar 1 Rahang Atas

Ekstraksi gigi ini dilakukan dengan upper universal forceps (no. 150).

Sebagai alternatif, bisa juga digunakan forceps no. 150A. gigi harus

diluksasi sebanyak mungkin dengan menggunakan elevator lurus. Gaya

 berputar harus dihindari pada gigi ini agar tidak terjadi fraktur akar.

Page 20: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 20/35

21

4.  Gigi premolar 2 Rahang Atas

Forceps yang direkomendasikan untuk ekstraksi gigi ini adalah forceps

no. 150 atau 150 A. gigi ini memiliki akar yang kuat, sehingga

 pergerakan yang kuat bisa diberikan pada ekstraksi gigi ini.

Page 21: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 21/35

22

5.  Gigi molar Rahang Atas

Forceps no. 53 R dan 53 L biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi molar 

rahang atas. Paruh pada forceps ini memiliki bentuk yang pas pada

 bifurkasi buccal. Beberapa dokter gigi memilih untuk menggunakan

forceps no. 89 dan 90 atau yang biasa disebut upper cowhorn forceps.

Kedua forceps tersebit biasa digunakan untuk gigi molar yang memiliki

karies yang besar atau restorasi yang besar. Untuk mengekstraksi gigi

molar ketiga yang sudah erupsi, biasanya menggunakan forceps 210 S

yang bisa dgunakan untuk sebelah kiri atau kanan.Pergerakan dasar ekstraksi gigi molar biasanya menggunakan tekanan

yang kuat buccal dan palatal, akan tetapi gaya yang diberikan pada

 buccal lebih besar dibandingkan yang ke arah palatal. Gaya rotational

Page 22: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 22/35

23

tidak digunakan pada ekstraksi gigi ini karena gigi molar rahang atas

memiliki 3 akar.

Teknik ekstraksi gigi Rahang Bawah

Ekstraksi Rahang bawah dianjurkan untuk menggunakan bite block.

Selain itu, tangan operator juga harus selalu menyokong rahang bawah

1. 

Gigi anterior rahang bawahLower universal forceps (no. 151) biasanya digunakan untuk ekstraksi

gigi rahang bawah anterior. Pergerakan ekstraksi biasanya dilakukan ke

arah labial dan lingual, dengan menggunakan tekanan yang sama besar.

Gigi dicabut menggunakan tractional forceps pada arah labial-incisal.

Page 23: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 23/35

24

2.  Gigi premolar rahang bawah

Pada ekstraksi gigi premolar rahang bawah, biasanya digunakan juga

forceps no. 151. Akan tetapi forceps no. 151A bisa dijadikan alternatif.

Pergerakan awal diarahkan ke aspek buccal lalu kembali ke aspek lingual

dan akhirmya berotasi. Pergerakan rotasi sangat diperlukan pada

ekstraksi gigi ini.

3.  Gigi molar Rahang Bawah

Forceps no. 17 biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi ini. Pergerakan

kuat pada arah buccolingual digunakan unutuk memperluas socket gigi

Page 24: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 24/35

25

dan memberikan kemudahan gigi untuk di ekstraksi pada arah

 buccoocclusal. Untuk mengekstraksi gigi molar ketiga yang telah erupsi,

 biasanya digunakan forceps no. 222

2.2.4  Persiapan Alat, Pasien, dan Operator

a.  Alat

  Peralatan diagnostik 

Alat-alat dasar yang digunakan pada waktu pemeriksaan ialah :

Page 25: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 25/35

26

1)  Pinset KG dengan atau tanpa permukaan yang bergores pada ujung

 penjepit. Digunkan untuk mengambil atau menjepit kapas atau

tampon.

2)  Sonde (dental Probe) lurus dan bengkok digunakan untuk 

 pemeriksaan kedalam karies dan mengetahui vitalitas gigi.

3)  Kaca mulut dalam beberapa ukuran (mm) digunkan untuk melihat

objek di rongga mulut.

4)  Eksavator 

5)   Neirbeken

  Peralatan pencabutan gigi

Penggunaan perlatan yang efektif dimulai dengan pemahaman tentang

desainnya. Peralatan cabut dengan desain yang baik mempunyai

keuntungan mekanis untuk melipatgandakan tekanan yang diberikan

sampai mencapai tingkat yang cukup untuk menyelesaikan tugasnya.

Elevator dan tang gigi berfungsi sebagai pengungkit yang menghantarkan

gaya atau tekanan ke gigi yang akan dicabut. Efektivitasnya ditingkatkan

oleh desain bilah elevator yang memungkinkan alat dipegang dengan kuat

dan nyaman selama digunakan. Efisiensi makin meningkat dengan adanya

 bilah elevator dan paruh tang yang dapat mencengkeram struktur akar 

dengan erat sehingga menghindari selip.

Penggunaan peralatan yang efektif tergantung pada ekonomi gerakan

dan tentu saja ekonomi instrumentasi. Menguasai benar-benar beberapa

 jenis alat, lebih baik daripada hanya mengenal samar-samar bermacam-

macam alat.

ELEVATOR 

Page 26: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 26/35

27

Jenis Elevator Lurus Elevator Bengkok 

Desain Pegangan, tangkai, bilah paralel.Bilah membentuk sudut terhadap

tangkai dan pegangan.

Fungsi

Untuk mengetes anestesi,

memisahkan perlekatan epitel,

ekspansi alveolus, evaluasi

mobilitas, mengungkit ujung

akar dan frakmennya, dan

membantu memotong bagian-

 bagian gigi.

Untuk menggeser gigi dan

frakmen akar menjauhi titik 

tumpu dari alat ini.

CaraAplikasi

Aplikasi paralel: diinsersikan

 pada mesio-gingival

interproksimal, paralel terhadap

akar dengan cekungan bilah

menghadap ke permukaan gigi

yang akan dicabut.Aplikasi vertikal: diinsersikan

 pada mesio-gingival

interproksimal tegak lurus

dengan gigi yang akan dicabut,

cekungan bilah menghadap

kearah permukaan gigi.

Diinsersikan sedemikian rupa

sehingga mendapat tumpuan

yang aman, biasanya pada aspek 

 bukal alveolus. Digunakan

dengan pinch grasp atau sling

grasp. Untuk aplikasinya bisa

 juga dibantu dengan pembuatan

lubang kaitan.

Penghan

taran

Tekanan

Aplikasi paralel: pertama

tekanan diarahkan paralel

terhadap sumbu panjang akar.

Tekanan tersebut cenderung

mendilatasi alveolus dan

Tekanan rotasional

mengakibatkan bergesernya gigi

atau frakmen akar menjauhi titik 

tumpu alat.

Page 27: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 27/35

28

menggeser mahkota ke oklusal.

Tekanan rotasional akan

menggeser akar kearah bukal.

Aplikasi vertikal: tekanan yang

dihantarkan terutama adalah

rotasional, dorongan dan

ungkitan, keduanya

mengakibatkan pergeseran gigi

kearah disto-oklusal.

Gambar 

TANG

Jenis Mandibula Maksila

Desain Paruhnya lebih Paruhnya cenderung

Page 28: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 28/35

29

membentuk sudut

terhadap pegangannya.

Paruh tang mandibula

selalu simetris. Pegangan

vertikal jika digunakan,

adalah khusus untuk 

tang-tang mandibula.

lebih paralel terhadap

 pegangannya. Desain

 pegangan bayonet hanya

khusus untuk tang rahang

atas. Modifikasi ini

dimaksudkan untuk 

membantu menghindari

 bibir bawah. Desain

 paruh yang asimetris,

kanan dan kiri hanya

terdapat pada tang unutuk 

gigi molar atas.

Fungsi

Untuk menghantarkan

tekanan terkontrol pada

gigi, untuk dilatasi

alveolar, luksasi, dan

 pencabutan.

Seperti pada tang-tang

mandibula, untuk 

menghantarkan tekanan

terkontrol pada gigi,

dilatasi alcveolus, luksasi

dan pencabutan.

Cara Aplikasi

Gaya vertikal yang

diperlukan untuk adaptasi

atau menempatkan tang

diimbangi oleh gaya

 berlawanan yang

dikenakan terhadap

mandibula dengan

melakukan sling grasp.

Telapak tangan

Dikenakan pada daerah

servikal gigi yang

dicabut. Adaptasi

diperoleh melalui

kombinasi dari tekanan

mencengkeram dan

apikal. Digunakan

dengan pinch grasp dan

telapak tangan

Page 29: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 29/35

30

menghadap ke bawah. menghadap ke atas.

Penghantaran

Tekanan

Tekanan lateral yang

terdiri dari bukal dan

lingual dihantarkan,

tetapi tekanan lingual

mungkin lebih dominan

 pada pencabutan gigi-gigi

molar bawah. Tekanan

 paralel, apikal dan

oklusal serta tekanan

rotasional juga digunakan

apabila diperlukan.

Lateral (bukal/ lingual),

 paralel (apikal/ oklusal),

dan rotasional.

(Gordon W Pedersen, 1996)

 b.  Operator dan staff 

Dokter gigi merupakan penentu keberhasilan rencana pengontrolan infeksi

di bedah mulut. Tindakan control infeksi secara rutin dibuat untuk 

membatasi dan mengurangi kontaminasi silang. Untuk itu, diperlukan

tindakan pencegahan yang dilakukan oleh operator dan staff salah satunya

adalah dengan menggunakan pakaian klinik untuk mencegah adanya darah

maupun saliva mengotori pakaian, mencuci tangan dengan sabun

antiseptic, penggunaan masker, sarung tangan, dan juga kacamata

 pelindung (triad barier).c.  Pasien

Mendapat riwayat kesehatan dan kesehatan gigi dengan teliti sebelum

melakukan perawatan adalah kewajiban. Selain itu pemeriksaan rongga

Page 30: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 30/35

31

mulut paling tidak mencakup jaringan lunak, gigi, oklusi, dan malposisi

gigi, serta jaringan pendukung dan struktur gigi.

2.2.5  Perawatan pasca eksodonsi

Menurut Laskin (1985) dan Peterson (1998), ada beberapa tindakan pasca operatif 

yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut:

a.  Istirahat yang cukup, agar dapat membantu proses penyembuhan luka.

 b.  Pasien dianjurkan untuk tidak makan makanan yang keras terlebih dahulu,

terutama pada hari pertama pasca pencabutan gigi. Makanan juga tidak boleh

terlalu panas. Dan baru boleh makan beberapa jam setelah pencabutan gigi

agar tidak mengganggu terbentuknya blood clot. Dan jangan mengunyah pada

sisi yang baru dicabut.

c.  Banyak minum air untuk mencegah terjadinya dehidrasi.

d.  Pasien harus selalu menjaga kebersihan mulutnya, gigi harus disikat secara

rutin, kumur-kumur dengan menggunakan saline solution (1/2 sendok the

garam yang dilarutkan dalam satu gelas air hangat).

e.  Untuk mengurangi rasa nyeri pasien boleh mengkonsumsi analgesic. Selain

analgesic, pengaplikasian dingin juga dapat digunakan untuk mengurangi rasa

sakit.

f.  Pasien tidak boleh merokok, karena dikhawatirkan terjadi dry socket.

Page 31: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 31/35

32

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan yaitu :

1.  Anestesi lokal merupakan obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan

secara lokal pada jaringan saraf.

2.  Pembagian anestesi lokal antara lain :

a.  Berdasarkan area yang teranestesi : nerve block, field block, local infiltration,

dan anestesi topikal.

 b.  Berdasarkan teknik pelaksanaan anestesi lokal : infiltrasi, anestesi blok, dan

teknik-teknik lain (seperti periodontal ligament injection, intraosseous

injection, dan intrapulpal injection).

3.  Sifat ideal anastetik lokal antara lain :

a.  Potensi dan reabilitasnya

 b.  Aksi reversible

c.  Keamanan

d.  Kurang mengiritasi

e.  Kecepatan timbulnya efek 

f.  Durasi efek 

g.  Sterilitas

h.  Berdaya tahan lama

i.  Penetrasi membran mukosa

4.  Komplikasi yang timbul akibat anestesi lokal, antara lain :

a.  Sistem Kardiovaskular : depresi automatisasi miokard, depresi kontraktilitas

miokard, dilatasi arteriolar, dosis besar dapat menyebabkan disritmia/ kolaps

sirkulasi.

 b.  Sistem Pernapasan : relaksasi otot polos bronkus, henti napas, dll.

c.  Sistem Saraf Pusat (SSP) : parestesia lidah, pusing, kepala terasa ringan,

tinitus, dll. serta tambahan adrenalin beresiko kerusakan saraf.

d.  Imunologi : reaksi alergi.

Page 32: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 32/35

33

e.  Sistem Muskuloskeletal : tambahan adrenalin beresiko kerusakan saraf.

6)  Teknik anestesi lokal :

a.  Anastesi Lokal pada Rahang Atas

Anastesi lokal dapat dilakukan pada N. maksilaris dan cabangnya.

  Lokal infiltrasi (sering digunakan)

  Field block 

  Blok N. alveolaris superior anterior dan medius (blok N. infra orbital)

  Blok N. alveolaris superior posterior 

  Blok N. nasopalatina

  Blok N. palatina mayor 

 b.  Teknik Anastesi Lokal pada Rahang Bawah

  Blok N. Alveolaris Inferior 

7)  Bahan dan dosis

Beberapa anastetik lokal yang sering digunakan:

1. 

KokainHanya dijumpai dalam bentuk topikal semprot 4% untuk mukosa jalan

napas atas.

2.  Prokain (novokain)

Untuk infiltrasi: larutan 0.25-0.5%

Blok Saraf: 1-2%

Dosis 15 mg/ kg BB dan lama kerja 30-60 menit.

3.  Kloroprokain (nesakain)

Derivat prokain dengan masa kerja lebih pendek.

4.  Lidokain (lignocaine, xylocain, lidonest)

Konsentrasi efektif minimal 0.25%

Infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot cukup baik.

Page 33: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 33/35

34

Kerja sekitar 1-1.5 jam tergantung konsentrasi larutan.

Larutan standar 1 atau 1.5% untuk blok perifer 

0.25-0.5% + adrenalin 200.000 untuk infiltrasi

0.5% untuk blok sensorik tanpa blok motorik 

1.0% untuk blok motorik dan sensorik 

2.0% untuk blok motorik pasien berotot (muskular)

4.0% atau 10% untuk topikal semprot faring-laring (pump spray)

5.0% bentuk jeli untuk dioleskan di pipa trakhea

5.0% lidokain dicampur 5.0% prilokain untuk topikal kulit

5.0% hiperbarik untuk analgesia intratekal (subaraknoid, subdural).

5.  Bupivacain (marcain)

Konsentrasi efektif minimal 0.125%.

Mula kerja lebih lambat dibanding lidokain, tetapi lama kerja sampai 8

 jam.

Setelah suntikan kaudal, epidural atau infiltrasi, kadar plasma puncak 

dicapai dalam 45 menit. Kemudian menurun perlahan-lahan dalam 3-8

 jam.

Untuk anastesia spinal 0.5% volum antara 2-4 ml iso atau hiperbarik.

Untuk blok sensorik epidural 0.375% dan pembedahan 0.75%.

6.  EMLA (eutetic mixture of local anesthetic)

Campuran emulsi minyak dalam air (krem) antara lidokain dan prilokain

masing-masing 2.5% atau masing-masing 5%. EMLA dioleskan dikulit

intak 1-2 jam sebelum tindakan untuk mengurangi nyeri akibat kanulasi

 pada vena atau arteri atau untuk miringotomi pada anak, mencabut bulu

halus atau buang tato. Tidak dianjurkan untuk mukosa atau kulit terluka.

7.  Ropivakain (naropin) dan levobupivakain (chirokain)

Penggunaannya seperti bupivakain, karena kedua obat tersebut merupakan

isomer bagian kiri dari bupivakain yang dampak sampingnya lebih ringan

Page 34: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 34/35

35

dibandingkan bupivakain. Bagian isomer kanan dari bupivakain dampak 

sampingnya lebih besar.

Konsentrasi efektif minimal 0.25%.

8) 

Page 35: Makalah Tutorial Bm Skenario 1

7/22/2019 Makalah Tutorial Bm Skenario 1

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-tutorial-bm-skenario-1 35/35

DAFTAR PUSTAKA

Howe, Geoffrey L. 1989. Pencabutan Gigi Geligi. Jakarta : EGC.

Kruger GO. 1974. Textbook of Oral Surgery, 4th

ed. St. Louis: CV Mosby Co.

Laskin DM. 1985. Oral and Maxillofacial Surgery, vol 2.St. Louis: The CV Mosby

Co.

Peterson LJ. 1998. Oral and Maxillofacial Surgery. Philadelphia: Mosby Co.

Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut . Jakarta: EGC.

Starshak TJ, Sanders B. 1980.  Preprosthetic Oral and Maxillofacial Surgery.

London: The CV Mosby Co.

Wray, David, dkk. 2003. Textbook of General and Oral Surgery. Philadelphia:

Churchill Livingstone.

Bagian bedah mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. 2006.  Buku Teks

 Bedah Mulut I.