Top Banner
1 Tugas Individu Strategi Pembelajaran Matematika IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT ARDIN 11B07005
31

Makalah Tugas Strategi

Apr 28, 2015

Download

Documents

Awala Nur

makalah strategi belajar mengajar
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Tugas Strategi

1

Tugas Individu Strategi Pembelajaran Matematika

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

ARDIN11B07005

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2013

Page 2: Makalah Tugas Strategi

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perubahan cepat dan pesat sering kali terjadi dalam berbagai bidang seperti

pendidikan, politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Hal ini

memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat,

dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Disisi lain kita tidak mungkin

untuk mempelajari keseluruhan informasi dan pengetahuan yang tersedia karena

sangat banyak dan tidak semuanya berguna dan diperlukan. Kondisi seperti ini

merupakan tantangan yang hanya dihadapi oleh orang-orang terdidik dan mempunyai

kemampuan mendapatkan, memilih, dan mengolah informasi atau pengetahuan

dengan efektif dan efisien. Agar orang-orang terdidik di masa depan mempunyai

kemampuan seperti yang dikemukakan tadi diperlukan sistem pendidikan yang

berorientasi pada pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis, kreatif, sistematis

dan logis.

Pentingnya mengajarkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis

melalui pemecahan masalah harus dipandang sebagai sesuatu yang urgen dan tidak

bisa disepelekan lagi. Penguasaan kemampuan berpikir kritis tidak cukup dijadikan

sebagai tujuan pendidikan semata, tetapi juga sebagai proses fundamental yang

memungkinkan siswa untuk mengatasi ketidaktentuan masa mendatang. Sungguh

Page 3: Makalah Tugas Strategi

3

sangat naif apabila kemampuan berpikir kritis diabaikan oleh guru khususnya pada

pembelajaran materi segitiga dan segiempat.

Materi segitiga dan segiempat merupakan salah satu materi rumpun geometri

bangun datar yang diajarkan dikelas VII SMP/MTs sederajar. Sifat geometris dari

materi ini memungkinkan bagi siswa untuk lebih mudah dipahami karena konsep-

konsep geometri telah diperoleh siswa melalui pengalaman sehari-hari siswa. Namun

pemahaman tersebut akan sulit dilakukan oleh siswa apabila proses pembelajaran

yang diterapkan oleh guru tidak mampu mengadopsi pengalaman siswa. Olehnya itu

guru juga banyak menentukan keberhasilan siswa dalam mengkonstruksi konsep-

konsep dalam materi segitiga dan segiempat.

Guru merupakan pendorong belajar siswa yang mempunyai peranan besar

dalam menumbuhkan semangat para murid untuk belajar. Dengan menggunakan

model pembelajaran yang menarik maka siswa akan lebih mudah dalam memahami

pelajaran dan mengembangkan ilmu pengetahuannya. Sumarmo dalam (Facrurazi,

2011: 78) mengatakan agar pembelajaran dapat memaksimalkan proses dan hasil

belajar matematika, guru perlu mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi,

bertanya serta menjawab pertanyaan, berpikir secara kritis, menjelaskan setiap

jawaban yang diberikan dan memberikan alasan untuk setiap jawaban yang diajukan.

Bila pembelajaran yang dimulai dengan suatu masalah, apalagi kalau masalah

tersebut bersifat kontekstual, maka dapat terjadi ketidaksetimbangan kognitif pada

diri pebelajar. Keadaan ini dapat mendorong rasa ingin tahu sehingga memunculkan

bermacam-macam pertanyaan disekitar masalah seperti “apa yang dimaksud

Page 4: Makalah Tugas Strategi

4

dengan….?”, “mengapa bisa terjadi….?”, “bagaimana mengetahuinya…?” dan

seterusnya. Bila pertanyaan-pertanyaan tersebut telah muncul dalam diri pebelajar

maka motivasi intrinsik mereka untuk belajar akan tumbuh. Pada kondisi tersebut

diperlukan peran guru sebagai fasilitator untuk mengarahkan pebelajar tentang

konsep apa yang diperlukan untuk memecahkan masalah, apa yang harus dilakukan

atau bagaimana melakukannya dan seterusnya.

Sehubungan dengan situasi permasalahan di atas, maka dapat ditegaskan

bahwa usaha perbaikan proses pembelajaran melalui upaya pemilihan model

pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam pembelajaran matematika di sekolah

dasar merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting untuk dilakukan. Salah satu

model pembelajaran yang diduga dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas proses

dan hasil belajar adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Pembelajaran

Berbasis masalah memiliki ciri-ciri seperti; pembelajaran dimulai dengan pemberian

masalah, masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, siswa secara berkelompok

aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan dalam struktur kognitif

siswa. Cirri PBM yang memanfaatkan permasalahan konteks dunia nyata dalam

pembelajaran, sangat cocok dengan karakteristik materi segitiga dan segiempat sebab

materi ini sangat berkaitan dengan kehiduapan sehari-hari siswa.

Dalam penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah,walaupun sebenarnya

guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan

agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Perkembangan

Page 5: Makalah Tugas Strategi

5

siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotor

melalui penhayatan secara internal akan problem yang dihadapi. SPBM diharapkan

dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat

menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa

melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar

yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping

pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat

hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data,

menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan

membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBM dapat

memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan

PBM dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari

sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada

kehidupan sehari-hari khususnya materi segitiga dan segiempat.

Dari paparan tersebut dapat diketahui bahwa penerapan PBM dalam

pembelajaran dapat mendorong siswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara

mandiri. Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dimana

berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang bergantung pada bagaimana dia

membelajarkan dirinya. Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka

PBM merupakan salah satu pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki

sistem pembelajaran.

Page 6: Makalah Tugas Strategi

6

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah bagaimana

implementasi pembelajaran berbasis masalah dalam mengajarkan materi segitiga dan

segiempat di SMP Kelas VII.

C. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah untuk mengetahui implementasi pembelajaran

pembelajaran berbasis masalah dalam mengajarkan materi segitiga dan segiempat di

SMP Kelas VII

Page 7: Makalah Tugas Strategi

7

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pembelajaran Berbasis masalah

Pembelajaran Berbasis Masalah dalam bahasa inggrisnya diistilahkan

Problem-based learning (PBM) adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan

membuat konfrontasi kepada pebelajar dengan masalah-masalah praktis, berbentuk

ill-structured, atau open-ended melalui stimulus dalam belajar (Santyasa, 2008: 2).

Menurut Arends (Trianto, 2009) pembelajaran berbasis masalah (PBM)

merupakan suatupendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan

yang autentik dengan maksuduntuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,

mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir,mengembangkan kemandirian,

dan percaya diri. Hal senada diungkapkan pula oleh Suryadi dalam (Facrurazi, 2011:

80) yang menyatakan bahwa PBM merupakan suatu strategi yang dimulai dengan

menghadapkan siswa pada masalah nyata atau masalah yang disimulasikan. Pada saat

siswa menghadapi masalah tersebut, mereka mulai menyadari bahwa hal demikian

dapat dipandang dariberbagai perspektif serta menyelesaikannya dibutuhkan

pengintegrasian informasi dari berbagai ilmu.

Selanjutnya Barrow dalam Ismaimuza, (2010) mengungkapkan bahwa

masalah dalam PBM adalah masalah yang tidak terstruktur (ill-structure), atau

Page 8: Makalah Tugas Strategi

8

kontekstual dan menarik (contextual and engaging), sehingga meransang siswa untuk

bertanya dari berbagai perspektif.

Menurut Pierce dan Jones (Facrurazi, 2011: 80) dalam pelaksanaan PBM

terdapat proses yang harus dimunculkan, seperti: keterlibatan (engagement), inkuiri

dan investigasi (inquiry and investigation), kinerja (performance), Tanya jawab dan

diskusi (debriefing). Keterlibatan bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk

berperan sebagai pemecah masalah (self-directed problem solver) yang bisa bekerja

sama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang mampu mendorong

untuk mampu menemukan masalah, meneliti dan menyelesaikannya. Inkuiri dan

investigasi yang meliputi kegiatan mengeksplorasi berbagai cara menjelaskan dan

implikasinya, serta kegiatan mengumpulkan dan mendistribusikan informasi. Kinerja

bertujuan menyajikan temuan yang diperole. Tanya jawab dan diskus, yaitu menguji

keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi terhadap pemecahan masalah yang

dilakukan.

Menurut Shobirin, Terdapat 3 ciri utama dari Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM) yakni :

1. PBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi

PBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBM menharapkan

siswa aktif berfikir, berkomunikasi mencari dan mengolah data dan akhirnya

menyimpulkan.

Page 9: Makalah Tugas Strategi

9

2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBM

menempatkan masalah sebagai kunci dari proses pembelajaran.

3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara

ilmiah. Berfikir secara sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan melalui

tahapan-tahapan tertentu sedangkan berfikir empiris artinya proses penyelesaian

didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan dengan baik dalam

suatu pembelajaran apabila guru menginginkan suatu target-target tertentu dalam

pembelajaran antara lain:

a. Manakala guru menginginkan agar siswa menguasai dan memahami materi

pelajaran secara penuh.

b. Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan ketrampilan berfikir rasional

siswa, menganalisis situasi baru, mengembangkan kemampuan dalam membuat

judgment secara objektif.

c. Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah

serta membuat tantangan intelektual siswa.

d. Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam

belajarnya.

e. Jika guru ingin mengetahui hubungan antara teori dengan kenyataan.

Page 10: Makalah Tugas Strategi

10

2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

pembelajaran Berbasis Masalah mengutamakan proses belajar dimana tugas

guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan

mengarahkan diri. Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam

tingkat berpikir lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk

bagaimana belajar. Guru dalam model pembelajaran berbasis masalah berperan

sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan

masalah dan pemberi fasilitas penelitian. Selain itu guru menyiapkan dukungan

dandorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inquiri dan intelektual siswa.

Pembelajaran berbasis masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan

lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.

Menurut Slavin dalam Ismaimuza (2010) karakteristik lain dari PBM meliputi

pengajuan pertanyaan terhadap masalah, fokus pada keterkaitan antar disiplin,

penyelidikan authentik, kerja sama, dan menghasilkan produk atau karya yang harus

dipamerkan. Adapun fase-fase atau sintaks dalam pembelajaran berbasis masalah

tampak pada tabel berikut:

Tabel 1. Sintaks model Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase Langkah Perilaku Guru

1 Orientasi siswa pada

masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan

hal-hal yang penting yang dianggap perlu dan

memotivasi siswa dalam melakukan kegiatan

pemecahan masalah.

Page 11: Makalah Tugas Strategi

11

2 Mengorganisasikan

siswa dalam belajar

Membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan

dengan masalah

3 Memberi bantuan

dalam penyelidikan

secara mandiri atau

kelompok

Mendorong siswa dalam mengumpulkan

informasi yang diperlukan, melaksanakan

eksperimen dan penyelidikan untuk menjelaskan

dan menyelesaikan masalah

4 Mengembangkan dan

Menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam perencanaan dan

mempersiapkan alat-alat yang diperlukan seperti

diktat, video, model dan membantu mereka

untuk bekerja sama.

5 Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi

atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan

proses yang digunakan.

(Arends dalam Ratumanan, 2004:148)

David Johnson and Johnson dalam (Sanjaya, 2008: 217-218) mengemukakan 5

langkah strategi PBM melalui kegiatan kelompok :

1) Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang

mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan

dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa

tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.

Page 12: Makalah Tugas Strategi

12

2) Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta

menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor

yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan

dalam diskusi kelompok kecil, hingga akhirnya peserta didik dapat mengurutkan

tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghambat

yang diperkirakan.

3) Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah

dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk

berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap

tindakan yang dapat dilakukan.

4) Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan

tentang strategi mana yang dapat dilakukan.

5) Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses

adalah evaluasi terhadap seluruh proses pelaksanaan kegiatan, evaluasi hasil

adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.

PBM dapat dimulai dengan mengembangkan masalah yang: (1) menangkap

minat siswa dengan menghubungkannya dengan isu di dunia nyata; (2)

menggambarkan atau mendatangkan pengalaman dan belajar siswa sebelumnya; (3)

memadukan isi tujuan dengan ketrampilan pemecahan masalah; (4) membutuhkan

kerjasama, metode banyak tingkat (multi-staged method) untuk menyelesaikannya;

dan (5) mengharuskan siswa melakukan beberapa penelitian independent untuk

Page 13: Makalah Tugas Strategi

13

menghimpun atau memperoleh semua informasi yang relevan dengan masalah

tersebut.

Karena dalam PBM pembelajaran mendasarkan pada masalah, maka

pemilihan masalah menjadi hal yang sangat penting. Masalah untuk PBM seharusnya

dipilih sedemikian hingga menantang minat siswa untuk menyelesaikannya,

menghubungkan dengan pengalaman dan belajar sebelumnya, dan membutuhkan

kerjasama dan berbagai strategi untuk menyelesaikannya. Untuk keperluan ini,

masalah open-ended yang disarankan untuk dijadikan titik awal pembelajaran.

Sesuai karakteristik PBM, guru perlu pandai-pandai menempatkan diri

sebagai fasilitator yang baik. Guru disarankan memfasilitasi diskusi siswa hanya jika

benar-benar diperlukan. Dalam keadaan diskusi menemui kebuntuan, guru dapat

memancing ide siswa dengan pertanyaan yang menantang, atau memberi petunjuk

kunci tanpa mematikan kreativitas. Menurut Duch, et.al. dalam (2000) peran guru

dalam PBM adalah membimbing, menggali pemahaman yang lebih dalam, dan

mendukung inisiatif siswa, tetapi tidak memberi ceramah pada konsep yang

berhubungan langsung dengan masalah esensial yang dipecahkan, dan juga tidak

mengarahkan atau memberikan penyelesaian yang mudah.

Oleh karena dalam PBM basis dari pembelajaran adalah masalah, maka

pemilihan masalah yang tepat merupakan hal yang penting sekali untuk keberhasilan

pelaksanaannya. Kendala yang kemudian muncul pada para guru adalah pemilihan

masalah yang tepat bukanlah hal mudah. Kondisi, kemampuan awal, tingkat dan

Page 14: Makalah Tugas Strategi

14

kecepatan berfikir, dan aspek-aspek lain pada diri siswa pada kelas yang heterogen,

seringkali juga menjadi masalah tersendiri. Untuk itu seorang guru harus terus

menerus mengasah kepekaannya untuk dapat melihat siswa atau kelompok siswa

mana yang lebih memerlukan bantuan dibandingkan siswa atau kelompok siswa yang

lain.

3. Implementasi PMB dalam Pembelajaran segitiga dan segiempat

Implementasi PMB dalam pembelajaran disesuaikan dengan sintaks atau fase-

fase model pembalajaran berbasis masalah. Dalam mengajarkan materi segitiga dan

segiempat, pembelajaran diawalai dengan mengaitkan pelajaran dengan konteks

dunia nyata yang telah dialami oleh siswa. Pada situasi ini siswa dikonfrontir daya

pikirkan untuk mengaitkan pengalamannya dengan informasi yang diberikan oleh

guru. Hal ini dapat memacu daya pemahaman siswa terhadap konsep segitiga dan

segiempat. Apabila pengalaman siswa sudah terhubung dengan pembelajaran, maka

selanjutnya guru memberikan permasalahan matematika kepada siswa yang berkaitan

dengan tujuan pembelajaran. Permasalahan yang diberikan harus disesuaikan dengan

tingkat kognitif siswa sehingga siswa dapat memecahkan masalah tersebut dengan

baik.

Pada kasus pembelajaran segitiga, guru dapat manampilkan benda-benda yang

telaha dikenal siswa misalnya guru dapat menampilkan gambar perahu layar untuk

Page 15: Makalah Tugas Strategi

Gambar 1

Gambar 2

15

menunjukan bentuk segitiga. Misalnya “ pada gambar berikut, tunjukan gambar yang

merupakan bentuk segitiga.”

Selanjutnya guru dapat mengarahkan siswa dengan menunjukan gambar segitiga pada

gambar berikut ini:

Setelah guru menunjukan gambar segitiga pada gambar yang lain, selanjutya guru

menyuruh kembali siswa untuk menunjukan bentuk segitiga pada gambar 1. Gambar-

gambar tersebut dapat disajikan oleh guru melalui LKS atau Buku Siswa

Setelah mengaitkan pembelajaran dengan konteks nyata, selanjutnya konsep

yang telah diperoleh diabstraksi dengan menggunakan simbol-simbol matematika.

Page 16: Makalah Tugas Strategi

16

Dalam kegiatan ini guru mendampingi siswa, membimbing dan memonitoring segala

aktifitas siswa dalam pemecahan masalah sehingga diperoleh konsep yang utuh

terhadap pembelajaran segitiga dan segiempat. Setelah aktifitas pemecahan masalah,

selanjutnya guru juga membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran

sehingga konsep yang dikaji oleh siswa dapat disempurnahkan bersama dengan guru.

Kegiatan pembelajaran secara runptun disajikan dalam contoh Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran untuk materi segitiga dan segiempat menggunakan PBM

(RPP terlampir).

Implementasi PBM dalam pembelajaran segitiga dan segiempat dapat

menumbuhkan semangat belajar siswa dalam berpikir kritis melalui pecahan masalah

pembelajaran yang dihubungkan dengan konteks dunia nyata. Selain itu semangat

belajar siswa dapat meningkat karena siswa telah dapat mengetahui manfaat dari

konsep-konsep yang dipelajarinya baik dalam kehidupan sehari-hari siswa maupun

dalam memecahakan masalah matematika.

4. Keunggulan dan Kelemahan PBM

Pembelajaran Berbasis  Masalah (PBM) memiliki beberapa keunggulan,

diantaranya: (1) siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri

yang menemukan konsep tersebut; (2) melibatkan secara aktif memecahkan masalah

dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi; (3) pengetahuan

tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran lebih

Page 17: Makalah Tugas Strategi

17

bermakna; (4) siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah

yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat

meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang dipelajari; (5)

menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima

pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara siswa; dan (6)

pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap

pembelajar dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat

diharapkan.

Selain itu, Pembelajaran Berbasis  Masalah (PBM) diyakini pula dapat

menumbuhkan-kembangkan kemampuan kreatifitas siswa, baik secara individual

maupun secara kelompok karena hampir di setiap langkah menuntut adanya keaktifan

siswa.

Selain beberapa keunggulan diatas, pembelajaran berbasis maslaah h=juga

memiliki beberapa kelemahan yakni keberhasilan model Pembelajaran Berberbasis 

Masalah (PBM)  sangat tergantung pada ketersediaan sumber belajar bagi siswa, alat-

alat untuk menguji jawaban atau dugaan. Menuntut adanya perlengkapan praktikum,

memerlukan waktu yang cukup apalagi data harus diperoleh dari lapangan, serta

kemampuan guru  dalam mengangkat dan merumuskan masalah. Dalam model

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)  ini,  guru lebih banyak berperan sebagai

fasilitator, pembimbing dan motivator. Guru mengajukan masalah

otentik/mengorientasikan siswa kepada permasalahan nyata (real world),

memfasilitasi/membimbing (scaffolding) dalam proses penyelidikan, memfasilitasi

Page 18: Makalah Tugas Strategi

18

dialog antara siswa, menyediakan bahan ajar siswa serta memberikan dukungan

dalam upaya meningkatkan temuan dan perkembangan intektual siswa.

Page 19: Makalah Tugas Strategi

19

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun Kesimpulan dalam makalah ini adalah implementasi pembelajaran

berbasis masalah dalam pembelajaran segitiga dana segiempat dapat diterapkan

melalui fase-fase pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan karakteristik

pembelajaran berbasis masalah (PMB), kemampuan berpikir kritis siswa dalam

memecahkan masalah matematika khususnya materi segitiga dan segiempat dapat

ditingkatkan karena siswa diperhadapkan pada pada situasi yang telah dikenal siswa

dari pengalaman sehari-hari siswa.

B. Saran

Sebagai saran dalam makalah ini yakni diharapkan bagi guru untuk dapat

menerapakan model pembelajaran berbasis masalah karena secara teoritis dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah sebab

hal ini sangat dibutuhkan siswa dalam mengarungi perjalanan hidupnya baik

dalam pendidikannya maupun dalam kehidupan sehari-hari siswa

Page 20: Makalah Tugas Strategi

20

Daftar Pustaka

Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal. Edisi Khusus No 1. Agustus 2011

Ismaimuza, D. (2010). Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif. Disertasi pada PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkkan.

Ratumanan, Tanwey Gerson. 2004. Belajar dan Pembelajaran, Edisi ke-2. Surabaya: Unesa University Press.

Sanjaya, Wina. 2008. Starategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santyasa W I. 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Kooperatif. Makalah disajikan dalam Pelatihan tentang Pembelajaran dan Asesmen Inovatifbagi Guru-Guru Sekolah Menengah di Kecamatan Nusa Penida tanggal 22, 23, dan 24 Agustus 2008 di Nusa Penida

Sobirin. 2011 Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (diakses tanggal 25 Desember) http://kangsobirin.wordpress.com/2011/06/03/strategi-pembelajaran-berbasis-masalah-spbm-teori-pembelajaran-kognitif-e-c-tolman/

Trianto: 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group