Top Banner
1 TEORI SOSIAL BUDAYA “EVOLUSIONISME” Nama Kelompok : 1. Nurkhasanah (4915122553) 2. Silvia Radita (4915122560) 3. Subur (4915122559) Prodi : Pendidikan IPS 2012 A UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA JL.Rawamangun Muka, Jakarta 13220. Telp. : (021)4890046, 489 3982. Fax. : (021)489 3726
19

Makalah Teori evolusi

Jul 18, 2015

Download

Education

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Teori evolusi

1

TEORI SOSIAL BUDAYA

“EVOLUSIONISME”

Nama Kelompok :

1. Nurkhasanah (4915122553)

2. Silvia Radita (4915122560)

3. Subur (4915122559)

Prodi : Pendidikan IPS 2012 A

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

JL.Rawamangun Muka, Jakarta 13220.

Telp. : (021)4890046, 489 3982.

Fax. : (021)489 3726

Page 2: Makalah Teori evolusi

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seiring dengan perkembangan zaman kebiasaan hidup setiap individu maupun

kelompok akan menyesuaikan diri terhadap perubahan, baik itu perubahan secara lambat

(evolusi) ataupun perubahan secara cepat (revolusi). Namun pada hakikatnya tidak ada

perubahan yang terjadi secara instan tetapi pastinya suatu perubahan itu akan

membutuhkan proses yang lama. Sehingga dalam proses perubahan (evolusi) tersebut

terdapat tahap-tahap dari teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli. Dalam

kesempatan kali ini, kita akan mencoba menguraikan berbagai penjelasan mengenai

pengertian dan prinsip-prinsip dasar evolusionisme, beberapa teori tentang evolusi

seperti evolusi sosial universal, kebudayaan, religi, dan keluaraga melalui makalah dan

diskusi kelompok di dalam kelas

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dengan demikian telah dapat kita

rumuskan berbagai permasalahan yang akan menjadi subpokok bahasan, yaitu:

2. Apa definisi dan pengertian evolusionisme?

3. Apa saja prinsip-prinsip dasar evolusionisme?

4. Sebutkan dan jelaskan dari beberapa teori evolusi !

5. Bagaimana sejarah berkembangnya teori evolusi ?

1.3 TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini, antara lain ;

1. Mengetahui berbagai definisi dan pengertian evolusionisme

2. Mengetahui berbagai macam prinsip-prinsip dasar evolusionisme

3. Mengetahui beberapa teori evolusi, serta

4. Mengetahui sejarah perkembangan teori evolusi tersebut

Page 3: Makalah Teori evolusi

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DESKRIPSI TEORI

2.1.1 PENGERTIAN TEORI EVOLUSI

Teori Evolusi menganggap bahwa keseluruhan sejarah manusia memiliki bentuk,

pola, logika atau makna unik yang melandasi banyak kejadian yang tampaknya

serampangan dan tak berkaitan. Rekontruksi memberikan pemahaman tentang sejarah

masa lalu dan membuka jalan untuk memprediksi masa depan. Obyek yang mengalami

perubahan adalah keseluruhan manusia. Evolusi juga merupakan perubahan masyarakat

dipandang sebagai sesuatu alamiah, terjadi dimana saja, niscaya dan merupakan ciri tak

terhindarkan dari realita sosial.1 Masyarakat dipandang sebagai satu kesatuan yang

mengalami perubahan secara dinamis.

Perubahan evolusi dibayangkan berpola unilinier, mengikuti pola atau lintasan

tunggal dan dilakukan secara bertahap,terus-menerus, meningkat dan komulatif. Evolusi

mempunyai penyebab yang bisa menggerakkan proses kedepan seperti mendorong

perubahan evolusi. Perubahan evolusi adalah sifat masyarakat yang mempunyai

kebutuhan dasar “Perubahan”. Perubahan evolusi juga dianggap spontan karena terjadi

secara tidak sengaja yang tidak disadari oleh anggota masyarakat sekitarnya. Perubahan

evolusi dianggap dengan kemajuan, menghasilkan perbaikan, kehidupan manusia yang

lebih baik.

Menurut kerangka berpikir evolusi, masyarakarat dan kebudayaan manusia telah

berkembang dari tingkat yang rendah pada tingkat yang tinggi, terdorong oleh kekuatan

dari dalam untuk berevolusi. Proses perkembangan itu melalui tingkat-tingkat tertentu,

1 http://iis-cantik.blogspot.com/2011/10/evolusionisme-sosiologi-klasik.html di akses tanggal 10

September 2013 pukul 21.30

Page 4: Makalah Teori evolusi

4

dan tingkatan itu akan dialami oelh semua kelompok manusia. Menurut aliran evolusi

kebudayaan, semua masyarakat dan kebudayaan mengalami kemajuan atau berkembang

secara progresif, adapun jalan yang ditempuhnya bersifast uniline.

Jika ditinjau dari sudut pandang evolusi, manusia yang sederhana kebudayaannya dan

manusia yang sudah kompleks atau moder tidak berbeda secara kualitatif, melaikan

berbeda secara graduil, terutama dalam alam pikirannya. Perbedaan terebut disebabkan

oleh perkembangan yang lebih intensif dari potensi mental dan intelegensi manusianya

sendiri. Dengan cara kerja seperti ini, maka tiap-tiap kebudayaan yang ada di dunia

dapat ditempatkan di tempatnya masing-masing dan dapat diramalkan tingkat yang

didudukinya kemudian. Dengan menggunakan kriteria psychologi rasional dapatlah

disusun sejarah kebudayaan manusia tanpa menggunakan bahan-bahan tertulis, karena

anggapan dasar yang dipergunakan oleh teori ini adalah, bahwa semakin rasional

manusia itu, semakin tinggi pula kedudukannya di dalam tangga evolusi.

a. Asal mula teori evolusi

Teori evolusi merupakan buah filsafat materialistik yang muncul bersamaan

dengan kebangkitan filsafat-filsafat materialistik kuno dan kemudian menyebar luas di

abad ke 19. Paham materialisme berusaha menjelaskan alam semesta melalui faktor-

faktor materi. Karena menolak pencipta, pandangan ini menyatakan bahwa segala

sesuatu yang hidup ataupun tak hidup, hal tersebut muncul tidak melalui pencipta tetapi

dari sebuah peristiwa kebetulan yang kemudian mencapai kondisi teratur. Akan tetapi,

akal manusia sedemikian terstruktur sehingga mampu memahami keberadaan sebuah

kehendak yang mengatur di mana pun ia menemukan keteraruran. Filsafat materialistis,

yang bertantangan dengan karakteristik paling mendasar akal manusia ini,

memunculkan “ teori evolusi” di pertengahan abad ke 19. Serta Teori Evousi telah

menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia.

Namun demikian, Charles Darwin adalah ilmuwan pertama yang mencetuskan

teori evolusi yang telah banyak terbukti menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini,

teori Darwin mengenai evolusi yang terjadi karena seleksi alam dianggap oleh

mayoritas komunitas sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi.

Darwin melengkapi teori evolusinya dengan menerapkan prinsip yang sama dengan

asal-usul spesies kepada asal-usul manusia dan memberikan tempat kepada manusia

Page 5: Makalah Teori evolusi

5

melakukan proses evolusi dalam rangka seleksi alam dan mempertahankan

eksistensinya di alam.

Teori evolusi ini sangat sulit untuk meninggalkan teori Darwinisme yang sudah

berusia lebih dari 150 tahun, tetapi dalam ilmu pengetahuan yang terus berkembang, tak

terkecuali teori Darwin yang sudah melegenda itu, serta dapat dibuktikan dengan

penelitian terbaru seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Karena ilmu

pengetahuan pada zaman modern sekarang ini berkembang dengan sangat pesat, bukan

hanya dalam hitungan tahun dan bulan, tetapi dalam hitungan hari dan bahwa teori

evolusi ini hanyalah sebuah kebohongan

2.1.2 PRINSIP-PRINSIP EVOLUSI

Berbagai macam teori evolusi yang dicetuskan oleh para tokoh tersebut, akan

menjadi dasar pemikiran tentang evolusi selanjutnya. Proses evolusi dapat dibedakan

atas dasar faktor-faktor berikut.2

1. Evolusi Berdasarkan Arahnya

Berdasarkan arahnya evolusi dibedakan menjadi dua:

a. Evolusi Progresif

Evolusi progresif merupakan evolusi menuju pada kemungkinan yang dapat

bertahan hidup (survival). Proses ini dapat dijumpai melalui peristiwa evolusi yang

terjadi pada burung Finch.

b. Evolusi Regresif

Evolusi regresif merupakan proses menuju pada kemungkinan kepunahan. Hal

ini dapat dijumpai melalui peristiwa evolusi yang terjadi pada hewan dinosaurus. 2 http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/menjelaskan-teori-prinsip-dan-mekanisme-evolusi-

biologi/ di akses tanggal 10 September 2013 pukul 21.05

Page 6: Makalah Teori evolusi

6

2. Evolusi Berdasarkan Skala Perubahannya

Berdasarkan skala perubahannya, evolusi dapat dibedakan menjadi dua:

a. Makroevolusi

Makroevolusi adalah perubahan evolusi yang dapat mengakibatkan perubahan

dalam skala besar. Adanya makroevolusi dapat mengarah kepada terbentuknya spesies

baru.

b. Mikroevolusi

Berkebalikan dengan makroevolusi, mikroevolusi adalah proses evolusi yang

hanya mengakibatkan perubahan dalam skala kecil. Mikroevolusi ini hanya mengarah

kepada terjadinya perubahan pada frekuensi gen atau kromosom.

3. Evolusi Berdasarkan Hasil Akhir

Berdasarkan hasil akhir, evolusi dapat dibedakan menjadi dua:

a. Evolusi Divergen

Evolusi divergen merupakan proses evolusi yang perubahannya berasal dari satu

spesies menjadi banyak spesies baru. Evolusi divergen ditemukan pada peristiwa

terdapatnya lima jari pada vertebrata yang berasal dari nenek moyang yang sama dan

sekarang dimiliki oleh bangsa primata dan manusia.

b. Evolusi Konvergen

Evolusi konvergen adalah proses evolusi yang perubahannya didasarkan pada

adanya kesamaan struktur antara dua organ atau organisme pada garis sama dari nenek

moyang yang sama. Hal ini dapat ditemukan pada hiu dan lumba-lumba. Ikan hiu dan

lumba-lumba terlihat sama seperti organisme yang berkerabat dekat, tetapi ternyata

hiu termasuk dalam pisces, sedangkan ikan lumba-lumba termasuk dalam mamalia.

Page 7: Makalah Teori evolusi

7

2.1.3 PROSES EVOLUSI SOSIAL SECARA UNIVERSAL

Etnografi dan etnografika telah menimbulkan suatu kesadaran di antara para

cendekiawan dan para ahli filsafat di Eropa Barat mengenai besarnya keanekaragaman

dari ciri-ciri ras, bahasa, dan kebudayaan umat manusia di dunia. Di samping itu

kerangka cara berpikir evolusionisme universal tidak hanya diterapkan dalam ilmu

biologi saja, tetapi juga telah menyebabkan timbulnya konsepsi tentang proses evolusi

sosial secara universal. Konsepsi itu terutama dalam bagian kedua abad ke-19 sangat

mempengaruhi cara berpikir para cendekiawan para ahli hukum, para ahli sejarah

kebudayaan , para ahli folklor, dan ahli filsafat mengenai beberapa soal, misalnya soal

asal-mula dan evolusi kelompok keluarga, asal-mula dan evolusi konsep hak milik,

asal-mula dan evolusi negara, asal mula dan evolusi religi dan sebagainya.

Menurut konsepsi tentang proses evolusi sosial universal semua hal tersebut

harus dipandang dalam rangka masyarakat manusia yang telah berkembang dengan

lambat (berevolusi) dari tingkat-tingkat yang rendah dan sederhana, ke tingkat –

tingkat yang makin lama makin tinggi dan komplex.3 Proses evolusi seperti itu akan

dialami oleh semua masyarakat manusia di muka bumi, walalupun dengan kecepatan

yang berbeda-beda. Itulah sebabnya pada masakini masih ada juga kelompok-

kelompok manusia hidupdalam masyarakat yang bentuknya belum banyak berubah

dari sejak zaman makhluk manusia baru timbul di muka bumi, artinya mereka baru

berada pada tingkat-tingkat permulaan dari proses evolusi sosial mereka. Bangsa-

bangsa lain berada pada tingkat-tingkat pertengahan dari proses itu, sedangkan ada

pula bangsa-bangsa yang telah mencapai tingkat evolusi sosial yang tertinggi, yaitu

bangsa-bangsa di Eropa Barat.

3 Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Antropologi 1, Jakarta: UI Press

Page 8: Makalah Teori evolusi

8

Diantara para cendekiawan dan ahli filsafat sosial yang telah menulis berbegai

karangan yang berusaha mendeskripsi jalannya proses evolusi sosial itu, ada beberapa

yang secara luas dan sangat sistematis telah mempergunakan bahan etnografi dan

etnografika itu. Terbitnya karya-karya mereka itulah yang dapat kita anggap sebagai

permulaan dari adanya ilmu antropologi di dunia ilmiah. Karya-karya ahli filsafat H.

Spencer, para ahli hukum J.J. Bachofen, H. Maine dan L.H. Morgan, ahli sejarah

kebudayaan E. B. Tylor dan ahli folklor J. Frazer itu, akan dibicarakan dengan lebih

men dalam dalam sub-sub bab di bawah ini

2.1.4 KONSEP EVOLUSI SOSIAL-UNIVERSAL H. SPENCER

Ahli filsafat Inggris H. Spencer (1820-1903) bersama dengan ahli filsafat

Perancis A. Comte termasuk aliran cara berpikir positivisme, yaitu aliran dalam ilmu

filsafat yang bertujuan menerapkan metodologi eksak yang telah dikembangkan

dalam ilmu fisika dan alam, dalam studi masyarakat manusia.4 Agak berbeda dengan

A. Comte, dalam studi-studinya Spencer mempergunakan bahan etnografi dan

etnografika secara sangat luas dan sangat sistematis. Maka walaupun dalam tulisan-

tulisannya ia selalu menyebut ilmu pengetahuan yang dilaksanakannya itu “ilmu

sosiologi”, yaitu istilah yang diciptakan oleh A. Comte, ia dapat juga kita anggap salah

seorang tokoh utam dalam timbulnya ilmu antropologi.

Semua karya Spencer berdasarkan konsepsi bahwa seluruh alam itu, baik yang

terwujud nonorganis, organis, maupun superorganis, berevolusi karena didorong oleh

kekuatan mutlak yang disebutnya evolusi universal (Spencer 1876:I, 434). Ia

menghasilkan suatu buku raksasa yang bermaksud melukiskan proses evolusi

universal itu di antara semua bangsa di dunia. Secara garis besar Spencer melihat

perkembangann masyarakat dan kebudayaan dari tiap bangsa di dunia itu telah atau

akan mengabaikan fakta bahwa secara khusus tiap bagian masyarakat atau sub-sub

kebudayaan bisa mengalami proses evolusi yang melalui tingkat-tingkat yang berbeda-

beda.

4 ibid

Page 9: Makalah Teori evolusi

9

Sebuah contoh dari teori Spancer mengenai asal-mula religi. Pangkal pendirian

menganai hal itu adalah bahwa semua bangsa di dunia religi itu mulai karena manusia

sadar dan takut akan maut. Serupa dengan pendirian ahli sejarah kebudayaan E.B.

Tylor, ia juga berpendirian bahwa bentuk religi yang tertua adalah penyembahan

kepada roh-roh yang merupakan personifikasi dari jiwa-jiwa orang-orang yang telah

meninggal, terutama nenek moyangnya. Bentuk religi yang tertua ini pada semua

bangsa di dunia akan berevolusi ke bentukk religi yang menurut Spencer merupakan

tingkat evolusi yang lebih komplex, dan berdiferensiasi, yaitu penyembahan kepada

dewa-dewa, seperti dewa kejayaan, dewi kejayaan, dewa kebijaksanaan, dewa maut

dan sebagainya. Dewa-dewa yang menjadi pusat orientasi dan penyembahan manusia

dalam tingkat evolusi religi seperti itu mempunyai ciri-ciri yang mantap dalam

bayangan seluruh umatnya, karena tercantum dalam mitologi yang seringkali telah

berada dalam bentuk tulisan. Namun, walaupun religi dari semua bangsa di dunia garis

besar evolusi universal akan berkembang dari tingat penyembahan roh nenek moyang

ke tingkat penyembahan dewa-dewa, secara khusus tiap bangsa dapat mengalami

proses evolusi yang berbeda-beda.

Contoh lain yaitu anggapan Spencer tentang perbedaan antara proses evolusi

universal yang seragam dan proses evolusi khusus yang berbeda-beda, tampak dalam

teorinya tentang evolusi hukum dalam masyarakat. Dalam hubungan itu Spencer

berpendirian bahwa hukum dalam masyarakat manusia pada mulanya adalah hukum

keramat, karena merupakan aturan-aturan hidup dan bergaul, yang berasal dari pada

nenek moyang. Dengan demikian kekuatan dari hukum dalam masyarakat pada zaman

permulaan itu. Secara sosiologi, maka ketaatan warga masyarakat pada zaman itu

kepada aturan-aturan yang mereka anggap berasal dari para nenek moyang itu adalah

karena mereka saling butuh-membutuhkan dalam kehidupan masyarakat. Azas timbal

balik inilah yang menjaga bahwa seorang individu tidak akan merugikan atau berbuat

jahat terhadap sesamanya.

Pada tingkat evolusi sosial, waktu timbul masyarakat beragama, maka

masyarakat telah menjadi sedemikian besarnya hingga kekuasaan otoriter raja pun

tidak lagi cukup. Kekuasaan itu perlu dibantu dengan sifat keramat raja. Karena itu

Page 10: Makalah Teori evolusi

10

ditanamkan keyakinan pada warga masyarakat bahwa raja adalah keturunan dan

bahwa hukum yang dipelihara adalah hukum keramat.

Pada tingkat evolusi sosial selanjutnya timbul masyarakat industri, dimana

manusia menjadi bersifat lebih individualis, dan dimana kekuasaan raja dan

keyakinan terhaddap raja keramat berkurang. Maka timbul lagi suatu sistem hukum

yang baru, yang kembali berdasarkan azas saling butuh-membutuhkan antara warga

masyarakat secara timbal-balik. Prosedur terjadinya undang-undang adalah dengan

perundingan antara wakil-wakil warga masyarakat dalam badan-badan legislatif.

Dalam maslah tersebut terakhir Spencer sempat mangajukan juga pandangannya

mengenai proses evolusi pada umumnya.manurut Spencer, seperti dalam evolusi

biologi di mana jenis-jenis mahkluk yang bisa hidup langsung itu adalah jenis-jenis

yang paling cocok dengan persyaratan lingkungan alamnya, maka dalam evolusi sosial

aturan-aturan hidup manusia serta hukum yang dapat dipaksakan tahan dalam

masyarakat, adalah hukum yang melindungi kebutuhan para warga masyarakat yang

paling cocok dengan persyaratan masyarakat di mana mereka hidup, yaitu : kebutuhan

warga masyakat yang paling berkuasa, yang paling pandai, dan yang paling mampu.

Pandangan ini adalah pandangan Spencer mengenai “survival of the fittest “, yaitu

daya tahan dari jenis atau individu yang mempunyai ciri-ciri yang paling cocok

dengan lingkungannya.

2.1.5 TEORI EVOLUSI KELUARGA J.J. BACHOFEN

J.J. Bachofen adalah ahli hukum Jerman terbentuknya teori tentang evolusi

bentuk keluarga yang diuraikan dalam bukunya Das Mutterrecht (1861) dengan

banyak bahan bukti yang tidak hanya diambilnya dari masyarakat Yunani dan Rum

Klasik, tetapi juga bahan etnografi dari masyarakat bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan

suku-suku bangsa Indian di Amerika. Menurut Bachofen, di seluruh dunia keluarga

manusia berkembang mlelalui empat tingkat evolusi.5 Dalam zaman yang telah jauh

lampau dalam masyarakat manusia ada keadaan promiskuitas, di mana manusia hidup

hidup serupa sekawan binatang berkelompok, dan laki-laki serta wanita berhubungan

5 Ibid.

Page 11: Makalah Teori evolusi

11

dengan bebas dan melahirkan keturunannya tanpa ikatan. Kelompok keluarga inti

sebagai inti masyarakat bellum ada pada waktu itu. Keadaan inti dianggap merupakan

tingkat pertama dalam proses perkembangan masyarakat manusia. Lambat laun

manusia sadar akan hubungan antara si ibu dengan anak-anaknya sebagai suatu

kelompok keluarga inti dalam masyarakat, karena anak-anak hanya mengenal ibunya,

tetapi tidak menganal ayahnya. Dalam kelompok-kelompok keluarga inti serupa itu,

ibulah yang menjadi kepala keluarga. Perkawinan antara ibu dan anak laki-laki

dihindari, dengan demikian timbul adat exogami. Kelompok-kelompok keluarga ibu

tadi itu menjadi luas karena garis keturunan untuk selanjutnya diperhitungkan melalui

garis ibu, maka timbul suatu keadaan masyarakat yang oleh para sarjana waktu itu

disebut matriarchate. Ini adalah tingkat kedua dalam pproses perkembangan

masyarakat manusia. Tingkat kemudian terjadi karena para pria tak luas dengan

keadaan ini, lalu mengambil calon-calon isteri mereka dari kelompok-kelompok lain

dan membawa gadis-gadis itu ke kelompok-kelompok mereka sendiri. Dengan

demikian keturunan yang dilahirkan juga tetap tinggal dalam kelompom pria. Kejadian

ini menyebabkan timbulnya secara lambat-laun kelompok-kelompok keluarga dengan

ayah sebagai kepala, dengan meluasnya kelompok-kelompok serupa itu timbullah

keadaan partriarchate. Ini adalah tingkat ketiga dalam proses perkembangan

masyarakat manusia. Tingkat terakhir terjadi waktu perkawinan di luar kelompok

yaitu exogami, berubah menjadi endogami karenna berbagai sebab. Endogami atau

perkawinan di dalam batas-batas kelompok menyebabkan bahwa anak-anak sekaranga

senantiasa berhubungan langsung dengan anggota keluarga ayah maupun ibu. Dengan

demikian patriachate lambat laun hilang dan berubah menjadi suatu susunan

kekerabatan yang oleh Bachofen disebut susunan parental.

2.1.6 TEORI EVOLUSI KEBUDAYAAN DI INDONESIA

G.A. Wilken merumuskan teori-teori tentanng sejumlah gejala kebudayaan dan

kemasyarakatannya,misalnya tektonimi (1875), tentang hakekat maskawin, yang

menurut wilken pada mulanya hanya merupakan alat untuk mengadakan perdamaian

antara pengantin pria dan wanita setelah berlangsung kawin lari, suatu kejadian yang

sering terdapat dalam masa peralihan antara matriarkhat ke tingkat patriarkhat (1880 :

Page 12: Makalah Teori evolusi

12

662, 665-659, 662-664) dan tentang sejumlah masalah serta gejala sosial dan

kebudayaan lain.6 Pada umumnya masalah-masalah serta gejal-gejala masyarakat dan

kebudayaan ini selalu ada hubungannya dengan teori dasarnya mengenai evolusi

keluarga, anggapannya tentang animisme adalah berdasarkan konsepsi seorang ahli

yang menganut konsepsi evolusi kebudayaan bernama E.B. Tylor.

2.1.7 TEORI EVOLUSI KEBUDAYAAN L.H. MORGAN

Lewis H. Morgan (1818-1881) mula-mula adalah seorang ahli hukum yang lama

tinggal di antara suku-suku bangsa Indian. Ia mendapat pengetahuan mengenai

kebudayaan orang-orang Indian itu. Karangan-karangannya tentang orang iroquois itu

terutama berpusat kepada soal-soal susunan kemasyarakatan dan sistem kekerabatan,

dan dalam hal ini Morgan terutama berpusat kepada soal-soal susunan kemasyarkatan

dan sistem kekerabatan kepada ilmu antropologi pada umumnya. Dalam

memperhatikan sistem kekerabatan tersebut Morgan mempunyai cara untuk mengupas

semua sistem diambil dari gejala kesejajaran yanng seringkali ada di antara sistem

istilah kekerabatan dan sistem kekerabatan. Menurut Morgan, masyarakat dari semua

bangsa di dunia sudah atau masih akan menyelesaikan proses evolusinya melalui

kedelapan tinngkat evolusi sebagai berikut :7

1. Zaman Liar Tua, yaitu zaman sejak adanya manusia sampai ia

menemukan api, dalam zaman ini manusia hidup dari meramu, mencari akar-

akar dan tumbuh-tumbuha liar.

2. Zaman Liar Madya, yaitu zaman sejak manusia menemukan api, sampai

ia menemukan senjata busur-panah, dalam zaman ini manusia mulai merubah

mata pencaharian hidupnya dari meramu menjadi pencari ikan di sungai-sungai

atau menjadi pemburu.

6 Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Antropologi 1, Jakarta: UI Press

7 Ibid.

Page 13: Makalah Teori evolusi

13

3. Zaman Liar Muda, yaitu zaman sejak manusia menemukan senjata

busur-panah, sampai ia mendapatkan kepandaian membuat barang-barang

tembikar, dalam zaman ini mata pencaharian hidupnya masih berburu.

4. Zaman Barbar Tua, yaitu zaman sejak manusia menemukan kepandaian

membuat tembikar sampai ia mulai berternak atau bercocok tanam.

5. Zaman Barbar Madya yaitu zaman sejak manusia berternak atau

bercocok tanam sampai ia menemukan kepandaian membuat benda-benda dari

logam.

6. Zaman Barbar Muda yaitu zaman sejak manusia menemukan kepandaian

membuat benda-benda dari logam, sampai ia mengenal tulisan.

7. Zaman Peradaban Purba

8. Zaman Peradaban Masakini.

Rangka mengenai kedelapan tingkat evolusi tersebut di atas oleh Morgan

dipakai untuk menyusun bahan yang banyak jumlahnya tentang unsure-unsur

kebudayaan dari berbagai suku bangsa Indian di Amerika Serikat, dari penduduk asli

Australi, dari bangsa-bangsa Yunani dan Rum Klasik dan dari beberapa bangsa di

Eropa sekarang. Walaupun demikian kita jangan menyangka bahwa Morgan sama

sekali mengabaikan kekhususan dan keistimewaan dari perkembangan tiap masyarakat

atau mengabaikan gejala pengaruh luar, tetapi mengenai beberapa unsure yang

terpenting seperti mata pencaharian hidup dan susunan masyarakat, tiap masyarakat di

dunia melewati kedelapan tingkat evolusi tersebut.

Teori Morgan mengenai evolusi kebudayaan mendapat kecaman yang sangat

tajam dari para ahli antropologi di Inggris dan Amerika pada awal abad ke-20 ini, dan

walaupun ia seorang warganegara Amerika yang mempunyai pengetahuan yang luas

mengenai kehidupan masyarakat dan kebudayaan Indian, ia toh tidak di anggap

sebagai pendekar ilm antropologi Amerika. Tetapi L.H. Morgan sampai sekarang

masih dihormati sebagai tokoh pendekar ilmu antropologi di Uni Sovyet yang

disebabkan karena teorinya mengenai evolusi kebudayaan itu sangat cocok dengan

ajaran K. Marx dan F. Engels mengenai evolusi masyarakat manusia, dan juga cocok

dengan gagasan kedua tokoh pendekar komunis yang tercantum dalam Manifesto

Komunis (1848) mereka itu. Teori Morgan kemudian menjadi terkenal di kalangan

Page 14: Makalah Teori evolusi

14

cendikiawan komunis berkat F. Engels yang sebagai seorang pengarang bergaya

lancar, telah berfungsi membuat populer gagasan-gagasan Marx yang sering terlalu

ilmiah sifatnya itu.

2.1.8 TEORI EVOLUSI RELIGI

A. TEORI EVOLUSI RELIGI E.B. TYLOR

Edward B. Tylor (1832-1917) adalah orang Inggris yang mula-mula

mendapatkan pendidikan dalam kesustateraan dan peradaban Yunani dan Rum Klasik,

dan baru kemudian tertarik akan ilmu arkeologi. Menurut uraiannya sendiri, seorang

ahli antropologi bertujuan mempelajari sebanyak mungkin kebudayaan yang beraneka

ragam di dunia, mencari unsure-unsur persamaan itu sedemikian rupa, sehingga

tampak sejarah evolusi kebudayaan manusia itu sendiri dari satu tingkat ke tingkat

yang lain.

Suatu penelitian serupa itu dilakukan sendiri dengan mangambil sebagai pokok,

unsure-unsur kebudayaan seperti sistem religi, kepercayaan, kesustateraan, adat-

istiadat, upacara, dan kesenian. Penelitian itu menghasilkan karyanya yang terpenting

yaitu dua jilid Primitive Culture : Researches into the Development of Mythology,

Philosophy, Religion, Language, Art and Custom (1874). Dalam buku itu ia juga

mengajukan teorinya tentang asal-mula religi yang berbunyi sbb : Asal mula religi

adalah kesadaran manusia kan adanya jiwa. Kesadaran akan faham jiwa itu disebabkan

karena dua hal, yaitu :8

1) Perbadaan yang tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-

hal yang mati. Dan manusia mulai sadar akan adanya suatu kekuatan yang

menyebabkan gerak itu yaitu jiwa.

2) Peristiwa mimpi. Dalam mimpinya manusia melihat dirinya di tempat-

tempat lain bukan di tempat di mana ia sedang tidur. Maka manusia mulai

membedakan antara tubuh jasmaninya yang ada di tempat tidur, dan suatu bagian

lain dari dirinya yang pergi ke tempat-tempat lain. Bagian lain itulah yang disebut

jiwa.

8 Ibid.

Page 15: Makalah Teori evolusi

15

Sifat bastrak dari jiwa itu menimbulkan keyakinan pada manusia bahwa jiwa

dapat hidup langsung , lepas dari tubuh jasmaninya. Pada waktu hidup, jiwa itu masih

tersangkut kepada tubuh jasmani, dan hanya dapat meninggalkan tubuh waktu

manusia tidur atau pingsan. Karena pada saat-saat serupa itu kekuatan hidup pergi

melayang, maka tubuh berada dalam keadaan lemah. Tetapi Taylor berpendirian

bahwa walaupun sedang melayang hubungan jiwa dengan jasmani pada saat tidur atau

pingsan tetap ada. Hanya apabila manusia mati, jiwanya melayang terlepas, dan

terputuslah hubungan dengan jasmani untuk selama-lamanya. Jiwa yang telah merdeka

dan terlepas dari jasmaninya itu dapat berbuat sekehendaknya. Alam semesta penuh

dengan jiwa-jiwa merdeka itu, yang oleh Taylor tidak disebut soul, atau jiwa lagi

tetapi disebut spirit (makhluk halus atau roh). Dengan demikian pikiran manusia telah

mentransformasikan kesadarannya akan adanya jiwa menjadi keyakinan kepada

makhluk-makhluk halus.

Pada tingkat tertua dalam evolusi religinya, manusia percaya bahwa makhluk-

makhluk halus itulah yang menempati alam sekeliling tempat tinggalnya. Makhluk-

makhluk yang bertubuh halus yang tinggal dekat tempat tinggal manusia, yang tidak

dapat tertangkap leh pancaindera manusia, yang mampu berbuat yang tidak dapat

dilakukan manusia, mendapat tempat yang sangat penting dalam kehidupan manusia,

sehingga menjadi objek penghormatan dan penyembahannya, yang disertai berbagai

upacara berupa doa, sajian, atau korban. Religi serupa itulah yang oleh Taylor disebut

animism.

Kemudian Tylor melanjutkan teorinya tentang asal mula religi yang berdasarkan

cara berfikir evolusionalisme. Katanya, animisme yang pada dasarnya merupakan

keyakinan kepada roh-roh yang mendiam alam semesta sekeliling tempat tinggal

manusia, merupakan bentuk religi yang tertua. Pada tingkat kedua dalam evolusi

religi, manusia yakin bahwa gerak alam yang hidup itu juga disebabkan adanya jiwa di

belakang peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala alam itu. Gunung-gunung meletus,

gempa bumi, angin topan, gerak matahari, dan seluruh gerak alam, disebabkan oleh

makhluk-makhluk halus yang menempati alam.

Jiwa alam itu kemudian dipersonifikasikan dan dianggap seperti makhluk yang

memiliki suatu kepribadian dengan kemauan dan pikiran, yang disebut dewa-dewa

Page 16: Makalah Teori evolusi

16

alam. Pada tingkat ketiga dalam evolusi religi, bersama dengan timbulnya susunan

kenegaraan, serupa dengan manusia. Maka terdapat pula suatu susunan pangkat dewa-

dewa, mulai dari raja dewa-dewa tertinggi sampai dewa-dewa yang terendah

pangkatnya. Susunan tersebut menjadikan manusia berfikir dan menarik kesimpulan

bahwa semua dewa itu adalah penjelmaan dari satu dewa saja. Akibat dari keyakinan

itu adalah berkembangnya keyakinan bahwa Tuhan itu satu, dan timbulnya religi-religi

yang bersifat monotheisme sebagai tingkat yang terakhir dalam evolusi religi manusia.

Penelitian Tylor mengenai tingkat-tingkat evolusi kebudayaan manusia telah

menimbulkan adanya konsep survivals. Tylor memecahkan suatu persoalan dengan

suatu pendirian bahwa unsure-unsur itu adalah unsure-unsur sisa-sisa dari

kebudayaan-kebudayaan yang berasal dari suatu tingkat evolusi sebelumnya. Unsur-

unsur itu merupakan survivals. Dengan demikian, faham survival itu menjadi alat yang

penting sekali bagi para penganut evolusionalisme dalam menganalisa kebudayaan-

kebudayaan dan dalam menentukan tingkat-tingkat evolusi dari tiap kebudayaan itu.

Kecuali sebagai survivals, Tylor sering juga menerangkan adanya unsure-unsur

kebudayaan yang tidak termasuk kebudayaan teladan sebagai akibat persebaran dan

pengaruh kebudayaan lain. Tylor menerangkan adanya unsure-unsur kebudayaan

seperti : dongeng mitologi, permainan, bentuk bajak, bentuk tiang keramat(tiang

totem), motif perhiasan, dsb. Sebagai akibat dari persebaran pengaruh kebudayaan-

kebudayaan tetangga.

B. TEORI J.G. FRAZER MENGENAI ILMU GAIB DAN RELIGI

Teori Frazer mengenai asal mula ilmu gaib dan religi itu dapat diringkas sbb :

Manusia memecahakan soal-soal hidupnya dengan akal dan sistem pengetahuan itu

ada batasnya. Makin terbelakang kebudayaan manusia makin sempit lingkaran batas

akalnya. Soal-soal hidup yang tak dapat dipecahkan dengan akal dipecahkannya

dengan magic, ilmu gaib. Menurut Frazer, Magic adalah semua tindakan manusia

untuk mencapai suatu maksud melalui kekuatan-kekuatan yang ada di alam serta

complex anggapan yang ada dibelakangnya.9 Mula-mulanya manusia memecahkan

setiap persoalan hidup dengan ilmu gaib tetapi lambat laun terbukti bahwa banyak dari

9Ibid.

Page 17: Makalah Teori evolusi

17

tindakan magic itu tidak ada hasilnyam maka mulailah ia yakin bahwa alam didiami

oleh makhluk-makhluk halus yang lebih berkuasa daripadanya, lalu mulailah ia

mencari hubungan dengan makhluk-makhluk halus itu. Dengan demikian timbullah

religi.

Menurut Frazer memang ada suatu perbedaan besar antara ilmu gaib, dan religi.

Ilmu gaib adalah segala sistem tingkah laku dan sikap manusia untuk mencapai suatu

maksud dengan menguasai dan mempergunakan kekuatan-kekuatan dan kaidah-kaidah

gaib yang ada di dalam alam. Sebaliknya religi adalah segala sistem tingkah laku

manusia untuk mencapai suatu maksud dengan cara menyandarkan diri kepada

kemauan dan kekuasaan makhluk-makhluk halus seperti roh-roh, dewa-dewa, dsb

yang menempati alam.10

10 Ibid.

Page 18: Makalah Teori evolusi

18

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dalam kehidupan masyarkat tidak dapat dipungkiri dalam setiap zamannya

terjadi evolusi yang melingkupi aspek agama, keluarga, sosial yang universal, serta

budaya.. Dengan demikian, evolusi merupakan perubahan kehidupan manusia

melalui beberapa tahapan-tahapan tertentu. Perubahan tersebut tidak selalu kearah

kemajuan, akan tetapi perubahan itu dapat ke arah sebaliknya. Karena evolusi itu

mengikuti tingkah laku dari setiap tindakan manusia. Hal itu mempengaruhi kegiatan

manusia dalam segala bidang kehidupannya. Proses sosial yang terjadi di masyarakat

selalu dinamis jadi , evolusi akan selalu terjadi dalam kehidupan manusia. Oleh karena

itu, ada evolusi keluarga yang menjelaskan tentang asal-usul terbentuknya keluarga.

Evolusi sosial universal dan kebudayaan yang berhubungan dengan tingkah laku sosial

manusia dalam segi berinteraksi, maupun yang lainnya. Begitupun dengan kebudayaan

yang menjadi cirri khas dari suatu daerah.

Page 19: Makalah Teori evolusi

19

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Antropologi 1, Jakarta: UI Press

http://zaifbio.wordpress.com/2009/11/15/menjelaskan-teori-prinsip-dan-mekanisme-

evolusi-biologi/ di akses tanggal 10 September 2013 pukul 21.05

http://iis-cantik.blogspot.com/2011/10/evolusionisme-sosiologi-klasik.html di akses tanggal 10

September 2013 pukul 21.30