INSPEKSI LAS “Destructive Test (DT), Tension Test” OlehKelompok2: Kelas E Ian Bimatara (4214105003) Mirza Otto Senna S. (4214105009) Muhammad Farid W. (4214105013) RendyAlfisyahrial (4214105021) Muh.Fauzan (4213106008) JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2015
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
INSPEKSI LAS
“Destructive Test (DT), Tension Test”
OlehKelompok2:
Kelas E
Ian Bimatara (4214105003)
Mirza Otto Senna S. (4214105009)
Muhammad Farid W. (4214105013)
RendyAlfisyahrial (4214105021)
Muh.Fauzan (4213106008)
JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2015
Tensile Test (Destructive Test)
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………….….i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan……………………………………………………………….…1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengujian Tensile………………….……………………………………….…2
2.2 Grafik Tegangan-Regangan Teknik ( tt )……………………..……….. 5
2.3 Grafik Tegangan-Regangan Sebenarnya ss ………………...………...8
2.4 Sifat Mekanik yang didapat dari uji Tarik……………………………………9
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..11
DAFTAR PUSTAKA
Tensile Test (Destructive Test)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Pengujian tarik adalah suatu pengukuran terhadap bahan untuk mengetahui
keuletan suatu bahan terhadap tegangan tertentu serta pertambahan panjang yang
dialami oleh bahan tersebut.Pada uji tarik (Tensile Test) kedua ujung benda uji
dijepit, salah satu ujung dihubungkan dengan perangkat penegang. Regangan
diterapkan melalui kepala silang yang digerakkan motor dan alongasi benda uji,
dengan pergerakan relatif dari benda uji. Beban yang diperlukan untuk
mengasilkan regangan tersebut, ditentukan dari difleksi suatu balok atau proving
ring, yang diukur dengan menggunakan metode hidrolik, optik atau elektro
mekanik.
Uji tarik merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui sifat-sifat suatu
bahan. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana
bahan ini bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material
itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiiliki
cengkeramanyang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff).
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus
menarik suatu bahan sampai putus, kita akan mendapatkan profil tarikan yang
lengkap yang berupa kurva. Kurva ini menunjukkan hubungan antara gaya tarikan
dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan dalam desain yang
memakai bahan tersebut.
Tensile Test (Destructive Test)
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengujian Tensile
Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu
perancangan konstruksi dan proses manufaktur adalah kekuatan tarik. Kekuatan
tarik suatu bahan didapat dari hasil uji tarik (tensile test) yang dilaksanakan
berdasarkan standar pengujian yang telah baku seperti ASTM, JIS, DIN dan yang
lainnya. Untuk melakukan pengujian tarik, dibuat spesimen dari material yang
akan di uji terlebih dahulu sesuai standart yang digunakan. Bentuk spesimen
sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.1 sedangkan gambar 2.2 menunjukkan
pengambilan spesimen untuk pengujian hasil pengelasan. Pada pengujian tarik,
spesimen di beri beban uji aksial yang semakin besar secara kontinyu. Sebagai
akibat pembebanan aksial tersebut, spesimen mengalami perubahan panjang.
Perubahan beban (P) dan perubahan panjang ( ) akan tercatat pada mesin uji
tarik (Gambar 2.3) berupa grafik yang merupakan fungsi beban dan pertambahan
atau lebih di kenal sebagai grafik P- .
Gambar 2.1 Bentuk spesimen uji tarik
Tensile Test (Destructive Test)
3
Gambar 2.2 Pengambilan spesimen uji tarik
Gambar 2.3 Mesin uji tarik
Pada pengujian tarik, spesimen diberi beban uji aksial yang semakin besar
secara kontinyu. Sebagai akibat pembebanan aksial tersebut, spesimen
mengalami perubahan panjang. Perubahan beban (P) dan perubahan panjang (
Tensile Test (Destructive Test)
4
) akan tercatat pada mesin uji tarik berupa grafik yang merupakan fungsi beban
dan pertambahan atau lebih dikenal sebagai grafik P- (gambar 2.4).
Gambar 2.4 Grafik P- hasil pengujian tarik beberapa logam
Dari gambar 2.4 di atas tampak bahwa sampai titik p perpanjangan
sebanding dengan pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum Hooke,
sedangkan titik p merupakan batas berlakunya hukum tersebut. Oleh karena itu
titik p disebut juga batas proporsional. Sedikit di atas titik p terdapat titik e yang
merupakan batas elastis dimana bila beban dihilangkan maka belum terjadi
pertambahan panjang permanen dan spesimen kembali ke panjang semula. Daerah
di bawah titik e disebut daerah elastis. Sedangkan di atasnya disebut daerah
plastis. Di atas titik e terdapat titik y yang merupakan titik luluh (yield) yakni
dimana logam mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban yang
berarti. Dengan kata lain titik yield merupakan keadaan dimana spesimen
terdeformasi dengan beban minimum. Deformasi yang dimulai dari titik y ini
bersifat permanen sehingga bila beban dihilangkan masih tersisa deformasi yang
berupa pertambahan panjang yang disebut deformasi plastis. Pada kenyataannya
karena perbedaan antara ketiga titik p, e dan y sangat kecil maka untuk
perhitungan teknik seringkali keberadaan ketiga titik tersebut cukup diwakili
dengan titik y saja. Dalam kurva titik y ditunjukkan pada bagian kurva yang
mendatar atau beban relatif tetap. Penampakan titik y ini tidak sama untuk semua
Tensile Test (Destructive Test)
5
logam. Pada material yang ulet seperti besi murni dan baja karbon rendah, titik y
tampak sangat jelas. Namun pada umumnya penampakan titik y tidak tampak
jelas. Untuk kasus seperti ini cara menentukan titik y dengan menggunakan
metode offset. Metode offset dilakukan dengan cara menarik garis lurus yang
sejajar dengan garis miring pada daerah proporsional dengan jarak 0,2% dari
regangan maksimal. Titik y didapat pada perpotongan garis tersebut dengan kurva
P- (gambar 2.5)
Gambar 2.5 Metode offset untuk menentukan titik yield
Kenaikan beban lebih lanjut akan menyebabkan deformasi yang akan
semakin besar pada keseluruhan volume spesimen. Beban maksimum ditunjukkan
dengan puncak kurva sampai pada beban maksimum ini, deformasi yang terjadi
masih homogen sepanjang spesimen. Pada material yang ulet (ductile), setelahnya
beban maksimum akan terjadi pengecilan penampang setempat (necking),
selanjutnya beban turun dan akhirnya spesimen patah. Sedangkan pada material
yang getas (brittle), spesimen akan patah setelah tercapai beban maksimum.
2.2 Grafik Tegangan-Regangan Teknik ( tt )
Hasil pengujian yang berupa grafik atau kurva P tersebut sebenarnya
belum menunjukkan kekuatan material, tetapi hanya menunjukkan kekuatan
spesimen saja. Untuk mendapatkan kekuatan materialnya maka grafik P
Tensile Test (Destructive Test)
6
tersebut harus dikonversikan ke dalam tegangan-regangan teknik (grafik tt ).
Grafik tt dibuat dengan asumsi luas penampang spesimen konstan selama
pengujian. Oleh karena itu penggunaan grafik ini terbatas pada konstruksi yang
mana deformasi permanen tidak diperbolehkan terjadi. Berdasarkan asumsi luas
penampang konstan tersebut maka persamaan yang digunakan adalah :