MAKALAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH Petunjuk Praktis Petani Dalam
Memilih Benih Durian (Durio zibethinus Murray) di Nursery
Oleh : Kelompok 5 1. 2. 3. 4. 5. Rinda Wira Risma Nizar
Anugrahadi Wahda Maynisa H Enco Ricardy Citra Surya Dwi R.
105040201111136 105040201111104 105040201111131 105040201111138
105040201111142
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
BRAWIJAYA MALANG 2012
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah, Tuhan semesta alam.
Berkat limpahan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah ini.
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak Lilik
Setyobudi, selaku dosen pembimbing kuliah kami yang telah
memberikan tugas berupa makalah kelompok pada matakuliah Teknologi
Produksi Benih. Untuk menyiapkan makalah ini, tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................................................................
2 DAFTAR ISI
.......................................................................................................................................................
3 1. 2. 3. 4. 5. LATAR BELAKANG
................................................................................................................................
4 ALASAN MENGGUNAKAN BENIH YANG TERSERTIFIKASI
.................................................. 6 PEMILIHAN
SPESIES (GENETIC SELECTION)
............................................................................
9 PEMILIHAN/ PRODUKSI BENIH BEBAS PENYAKIT
.............................................................. 13
METODE PERBANYAKAN
BENIH..................................................................................................
14
6. 10 INDIKATOR PRAKTIS YANG HARUS DITANYAKAN PETANI KEPADA
PENANGKAR UNTUK MEMASTIKAN BENIH BERMUTU
.............................................................. 19
7. 8. KESIMPULAN
........................................................................................................................................
22 REFERENSI
............................................................................................................................................
23
1. LATAR BELAKANG Tanaman buah-buahan merupakan tanaman tahunan
yang termasuk dalam kelompok ilmu Holtikultura. Tanaman buah
merupakan suatu tanaman yang menghasilkan buah-buahan yang edible
atau dapat dimakan dalam bentuk segar maupun olahan. Contoh Tanaman
Buah yang sering dijumpai adalah Durian (Durio zibethinus). Durian
merupakan tanaman buah berupa pohon. Sebutan durian diduga berasal
dari istilah Melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran -an
sehingga menjadi durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk
menyebut buah yang kulitnya berduri tajam. Tanaman durian berasal
dari hutan Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan yang berupa tanaman
liar. Penyebaran durian ke arah Barat adalah ke Thailand, Birma,
India dan Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara
sejak abad 7 M. Nama lain durian adalah duren (Jawa, Gayo), duriang
(Manado), dulian (Toraja), rulen (Seram Timur). Dari daerah asal
tersebut durian menyebar hingga ke seluruh Indonesia. Adanya
penyebaran sampai sejauh itu karena pola kehidupan masyarakat saat
itu tidak menetap. Hingga pada akhirnya para ahli menyebarluaskan
tanaman durian ini kepada masyarakat yang sudah hidup secara
menetap.
Tanaman durian termasuk famili Bombaceae sebangsa pohon
kapuk-kapukan. Yang lazim disebut durian adalah tumbuhan dari marga
(genus) Durio, Nesia, Lahia, Boschia dan Coelostegia. Ada puluhan
durian yang diakui keunggulannya oleh Menteri Pertanian dan
disebarluaskan kepada masyarakat untuk dikembangkan. Macam varietas
durian tersebut adalah: durian sukun (Jawa Tengah), petruk (Jawa
Tengah), sitokong (Betawi), simas (Bogor), sunan (Jepara), otong
(Thailand), kani (Thailand), sidodol (Kalimantan Selatan), sijapang
(Betawi) dan sihijau (Kalimantan Selatan).
Ditinjau dari fungsinya tanaman buah-buahan dapat memenuhi
kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Buah-buahan sebagai sumber
gizi (mineral, vitamin, dan protein) dan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Tohir (1970) menu makanan yang sehat terdiri dari empat
sehat lima sempurna (yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayuran,
buah dan susu). Selain untuk memenuhi kebutuhan jasmani,
buah-buahan tertentu mempunyai daya tarik tersendiri seperti rasa
yang lezat, aroma yang harum, warna, atau bentuknya yang mengandung
nilai-nilai estetika yang menimbulkan ketentraman. Manfaat durian
selain sebagai makanan buah segar dan olahan lainnya, terdapat
manfaat dari bagian lainnya, yaitu: 1. Tanamannya sebagai pencegah
erosi di lahan-lahan yang miring. 2. Batangnya untuk bahan
bangunan/perkakas rumah tangga. Kayu durian setaraf dengan kayu
sengon sebab kayunya cenderung lurus. 3. Bijinya yang memiliki
kandungan pati cukup tinggi, berpotensi sebagai alternatif
pengganti makanan (dapat dibuat bubur yang dicampur daging
buahnya). 4. Kulit dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus,
dengan. cara dijemur sampai kering dan dibakar sampai hancur.
Manfaat lain buah-buahan yang tidak kalah pentingnya bagi kesehatan
jasmani adalah bahan antioksidan yang dikandungnya. Antioksidan
adalah zat yang bisa menghambat proses penuaan/kematian sel dan
jaringan. Nilai fruit set untuk durian rendah. Hal ini disebabkan
oleh pembengkakan indung telur (ovary abscission) yang berakibat
pada kematian embrio dan buah rontok prematur (premature fruit
drop). Selain itu rendahnya nilai fruit set pada durian juga
disebabkan self incompability/ penyerbukan yang kurang
sempurna.
2. ALASAN MENGGUNAKAN BENIH YANG TERSERTIFIKASI Sertifikasi
Benih adalah suatu cara pemberian sertifikat atas cara perbanyakan,
produksi dan pengolahan benih yang sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia (Lita
Sutopo, Teknologi Benih). Tujuan dilakukannya sertifikasi benih
adalah untuk memelihara kemurnian genetik benih dari varietas
unggul serta menyediakannya secara kontinyu bagi para petani.
Sertifikasi benih merupakan salah satu cara untuk melakukan
pengawasan terhadap mutu benih baik dilapangan maupun di
laboratorium sehingga tingkat kemurnian benih tetap terjamin.
Pemberian sertifikat atau label atas perbanyakan benih ini
dilakukan dengan aturan yang berlalu. Kegiatan sertifikasi ini
melalui pemeriksaan di lapangan, pengawasan pada waktu panen,
pengolahan, dan pengambilan contoh benih. Dari hasil pemeriksaan
tersebut kemudian ditetapkan lulus atau tidak. Sertifikasi benih
ini tidak hanya berdasarkan hasil pemeriksaan di lapangan, tetapi
juga hasil pengujian laboratorium sesuai dengan standart mutu yang
berlaku, serta pengawasan pemasangan label. Hal ini merupakan tugas
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSP). Disamping itu, masih
masih diadakan kegiatan kegiatan penilaian terhadap kultivar atau
varietas yang meliputi sertifikasi benih, pengujian benih
dilaboratorium, dan pengawasan benih dipasaran. Penilaian dilakukan
terhadap calon pohon induk yang akan dipergunakan sebagai materi
perbanyakan bibit dikemudian hari. Maksud penilaian adalah untuk
mendapatkan kepastian bahwa pohon induk tersebut merupakan pohon
unggul yang telah mantap dan berbuah minimal tiga kali atau tiga
musim. Jika berdasarkan hasil penelitian calon pohon induk itu
memenuhi syarat, maka akan ditetapkan sebagai pohon induk dan
diberi label yang terbuat dari seng dengan ukuran 12x 23cm berwarna
orange. Pada label tersebut tercantum jenis tanaman, varietas,
nomor registrasi, dan nama produsen yang melakukan penangkaran
bibit bermutu (berlabel) tersebut. Penggunaan benih bersertifikat
merupakan kunci utama untuk menghasilkan produk hortikultura
berkualitas. Oleh karena itu ketersediaan benih bersertifikat
sesuai prinsip 7 tepat (jenis, varietas, waktu, lokasi, jumlah dan
harga yang terjangkau) harus terpenuhi. Berbagai lembaga terkait
harus bersinergi mulai dari lembaga penelitian dan pengembangan,
produksi dan penggandaan benih, sertifikasi dan pengawasan
peredaran, serta dukungan aspek lainnya yang meliputi sarana
prasarana selama proses produksi sampai pengelolaan benih
sehingga
benih siap edar di pasaran. Arah pengembangan perbenihan
hortikultura adalah menuju swasembada benih dalam negeri melalui
upaya-upaya penguatan ketersediaannya dari dalam negeri sekaligus
mengurangi ketergantungan terhadap benih impor. Untuk dapat
memproduksi benih bersertifikat tentunya harus dikelola oleh SDM
yang profesional, sarana dan prasarana yang memadai serta manajemen
teknologi benih yang benar dengan dilengkapi fasilitas bimbingan
akses modal dan akses pasar, sehingga sistem dapat berjalan sesuai
dengan harapan dengan memanfaatkan semaksimal mungkin sumberdaya
domestik untuk meningkatkan daya saing benih di pasar domestik dan
global. Dalam benih bersertifikat tertulis jelas tentang rincian
beberapa hal yang meliputi: a. Deskripsi varietas, sumber benih,
peralatan panen dan processing Benih bersertifikat mencantumkan
jelas pada kemasannya tentang deskripsi varietas, sumber/asal
benih. Selain itu Peralatan panen dan processing yang digunakan
untuk panen pun terjamin karena diawasi oleh pengawas benih. b.
Areal Penanaman Pada komoditas yang bersertifikat terdapat rincian
yang jelas tentang areal penanaman suatu komoditas. Apakah spesifik
areal (terbatas pada area tertentu) atau multi areal (dapat ditanam
diareal manapun). c. Hasil Analisis Laboratorium Untuk menilai
hasil benih dari pertanaman memenuhi standart benih bersertifikat
maka diadakan analisis laboratorium oleh Pengawas Benih dan
Pengujian Benih dan Pengujian Mutu oleh Analis Benih. Hasil
analisis dan pemeriksaaan biasanya meliputi persentase daya
kecambah. d. Label dan Segel : Dalam ketentuan yang sudah
ditetapkan juga tercantum bahwa proses sertifikasi selesai apabila
benih telah dipasang label dan segel. Label yang digunakan adalah
label yang
dikeluarkan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Serta
warna label disesuaikan dengan kelas benih yang dihasilkan.
Ketentuan pemakaian label adalah sebagai berikut : Benih Penjenis
(BS)/Breeder Seed (BS) warna label putih, Benih Dasar
(BD)/Foundation
Seed (FS) warna label putih, Benih Pokok (BP)/Stock Seed (SS)
warna label ungu, dan Benih Sebar (BR) /Extension Seed (ES) warna
label biru.
3. PEMILIHAN SPESIES (GENETIC SELECTION) Durian sangat beraneka
ragam. Sebagaimana disebut di muka, beberapa spesies selain durian
benar (D. zibethinus) juga dianggap sebagai durian. Pembudidayaan
haruslah dipilihkan bibit yang benar-benar unggul. Bibit yang sehat
dan berasal dari durian kultivar unggul. Ketepatan Memilih Bibit
Unggul Ketepatan dalam memilih yang benar-benar unggul merupakan
salah satu faktor penting demi suksesnya pembudidayaan durian.
Tepat memilih bibit unggul, berarti awal sukses telah tercapai.
Perlu diperhatikan, bahwa upaya memilih bibit unggul bukanlah upaya
yang bisa dianggap enteng. Mungkin jalan pintas bisa dilakukan.,
yakni dapat dibeli dari dinas atau balai pembibitan yang
benar-benar bisa dipercaya. Jika hal ini bisa dilakukan, maka salah
satu pekerjaan kita telah teratasi. Jika tidak mendapat dari dinas
atau balai pembibitan durian yang benar-benar bisa dipercaya dan
dapat menyediakan jumlah bibit dalam partai besar misalnya, mungikn
jalan lain bisa ditempuh dengan cara membeli di tempat-tempat
penjualan bibit. Membeli bibit di tempat-tempat penjualan bibit
durian, memang mudah kita lakukan, tetapi permasalahannya, mungkin
kita tidak bisa mendapatkan bibit yang benar-benar kita kehendaki.
Mungkin saja penjual menawarkan bibit berkultivar matahari. Setelah
kita tanam, 5-6 tahun kemudian mulai berbuah, ternyata buah yang
kita dapatkan tidak ada tanda-tanda bahwa durian itu kultivar
matahari misalnya, atau produksi buahnya sangat rendah. Jika yang
kita tanam 1-2 pohon, mungkin tidak seberapa kekecewaan kita.
Tetapi jika yang kita tanam mencapai puluhan atau bahkan sampai
ratusan pohon, berapa besar kalkulasi biaya yang telah kita
keluarkan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan itu,
maka dalam memilih bibit harus benar-benar cermat. Dan jalan yang
paling aman ialah mengenali cara-cara pembuatan bibit itu sendiri,
sehingga bisa membuat sendiri atau menyuruh orang lain tetapi kita
bisa mengawasinya secara langsung. Dengan demikian, bibit yang kita
dapatkan benar-benar sesuai dengan yang kita kehendaki.
Di Indonesia tercatat ada 20 spesies anggota Durio (dari hampir
30-an jenis), sembilan di antaranya dapat dimakan. Durian yang
benar pun memiliki banyak variasi. Lembaga penelitian di Indonesia,
Malaysia, dan Thailand telah merilis berbagai kultivar durian
unggul. Selain itu terdapat pula ras-ras lokal yang dikenal baik
namun belum mengalami tahap seleksi untuk meningkatkan kualitasnya.
Terdapat lebih dari 55 varietas/jenis durian budidaya. Hingga 2005
terdapat 38 kultivar unggul yang telah diseleksi dan diperbanyak
secara vegetatif. Beberapa di antaranya: a. 'Gapu ', dari Puncu,
Kediri, Jawa Timur b. 'Hepe', bijinya kempes dengan k. 'Perwira',
dari Simapeul, Majalengka l. 'Petruk', dari Randusari, Jepara, Jawa
Tengah m. 'Soya', dari Ambon, Maluku n. 'Sukun', bijinya kempes
dengan
daging tebal c. 'Kelud', dari Puncu, Kediri, Jawa Timur d.
'Ligit', dari Kutai e. f. 'Mawar', dari Long Kutai 'Ripto', dari
Trenggalek
daging tebal o. 'Sunan', dari Boyolali p. 'Kani' ("chanee",
durian bangkok) (alihnama durian dari durian di
q. 'Otong',
g. 'Salisun', dari Nunukan h. 'Selat', dari Jaluko, Muaro, Jambi
i. 'Bentara', dari Kerkap, Bengkulu Utara j. 'Bido Wonosalam', dari
Jombang, Jawa Timur
"monthong",
bangkok,
Malaysia disebut klon D159) r. 'Sememang', dari Banjarnegara s.
'Tong Medaye', dari Lombok, NTB
Selain itu terdapat pula beberapa ras lokal durian yang belum
diseleksi, sehingga masih bervariasi dan keunggulannya belum
terjamin. Biasanya dinamakan sesuai lokasi geografi. Beberapa di
antaranya adalah : a. Durian parung b. Durian lampung c. Durian
jepara
d. Durian palembang e. Durian padang
Untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal dengan nilai
ekonomis yang tinggi, penggunaan bibit unggul mutlak diperlukan.
Bibit unggul adalah tanaman muda yang memiliki sifat unggul yaitu
mampu menunjukkan sifat asli induknya dan mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi, serta tidak mengandung hama dan penyakit. Pada tanaman
buah sifat unggul ini terutama nilai dari kualitas buahnya. Bila
semakin banyak sifat yang disukai konsumen terkumpul dalam satu
buah, maka semakin tinggi pula nilai ekonomi buah tersebut. Untuk
itu dapat diambil contoh cara menilai buah durian berdasarkan
kriteria penampilan buah durian unggul. Kelompok sifat utama 1.
Rasa daging buah : manis berlemak, diutamakan dengan rasa khas 2.
Ketebalan daging : tebal 3. Ukuran biji : kecil atau
sekurangkurangnya kemps 4. Warna daging : kuning sampai jingga 5.
Kadar air daging : sedikit(kering) 6. Tekstur berserat 7. Ukuran
buah : besar 8. Aroma : kuat 9. Kulit buah : tipis dan mudah dibuka
bila buah sudah masak 10. Jumlah juring : 5-6 juring sempurna
daging : halus, sedikit Kelompok sifat menunjang 1. Struktur pohon
kokoh, percabangan merata / simetris dengan tajuk bulat. 2.
produksi buah tinggi dan stabil setiap tahun, diutamakan yang
panen
buahnya pada awal atau akhir musim. 3. Tahan terhadap hama
penggerek dan beberapa jenis cendawan. 4. Mudah diperbanyak secara
vegetatif. 5. Pertumbuhan cepat dan responsive terhadap kultur
teknis budidaya
(pemupukan, pengairan). 6. Apabila minimal terpenuhi 70% sifat
unggul dari daftar di atas maka buah atau bibit durian tersebut
tergolong jenis unggul.sebaliknya, bila tidak memenuhi 70%
persyaratan di atas, maka buah durian tergolong buah yang biasa
saja.
Mengenal Aneka Macam Pembibitan Durian Pembibitan durian pada
dasarnya ada 2 macam yakni, pembibitan generatif dan vegetatif.
Pembibitan generatif adalah membuat bibit dengan cara mengambil
biji buah durian secara langsung. Biji buah (pongge) disemaikan
terlebih dahulu atau bahkan langsung ditanam akan mendapatkan bibit
durian. Cara ini lebih praktis dan bisa dilakukan siapa saja.
Namun, keunggulan hasilnya sulit dipertanggung jawabkan. Hal ini
mudah ditebak karena proses penyerbukan bunga durian, lebih sering
terjadi penyerbukan silang. Sehingga gen yang dibawa oleh durian
lain akan terbawa, dan akhirnya tumbuh bibit yang tidak unggul.
Tegasnya, pembibitan generatif tidak mungkin dilakukan untuk
mendapatkan bibit unggul. Pembibitan vegetative ialah membuat bibit
dengan cara memindahkan unsure dominan dari pohon induk ke dalam
bibit. Banyak cara yang bisa dilakukan dalam pembibitan vegetatif
ini, antara lain dengan cara mencangkok, mengokulasi, menyusukan,
menyambung (grafting), baik sambungan biasa maupun sambungan ala
Malaysia. Mengenal Pembibitan Vegetatif Pada cara-cara pembibitan
vegetative masih ada segi-segi negative dan positifnya. Oleh karena
itu, baiklah kita perkenalkan masing-masingnya, sehingga pembaca
dapat memilih cara yang paling tepat sesuai dengan situasi dan
kondisi setempat.
4. PEMILIHAN/ PRODUKSI BENIH BEBAS PENYAKIT Penggunaan benih
yang baik, bersih, dan sehat dapat mengurangi jumlah pemakaian
benih dan tanam ulang serta memiliki daya kecambah dan tumbuh yang
tinggi sehingga pertanaman menjadi seragam. Pertumbuhan awal yang
kuat dapat mengurangi masalah
gulma dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan
hama/penyakit. Kombinasi faktor ini dapat memberikan tambahan hasil
panen antar 5-20%. Adapun ciri benih bermutu antara lain benih
murni dari suatu varietas, berukuran penuh dan seragam, daya
kecambah di atas 80% dengan bibit yang tumbuh kekar, bebas dari
biji gulma, penyakit, hama, atau bahan lain. Benih seyogianya
diberi label secara tepat. Untuk memperoleh benih bermutu, dapat
diusahakan dengan membeli benih bersertifikat yang murni dan
berlabel, atau benih bermutu yang diproduksi petani, atau dapat
kita pilih dan seleksi sendiri dari pertanaman yang kita
budidayakan.
5. METODE PERBANYAKAN BENIH Metode perbanyakan benih durian
dapat dilakukan melalui cara generatif (dengan biji) atau vegetatif
(okulasi, penyusuan atau cangkokan). 1. Pengadaan benih dengan cara
generatif Memilih biji-biji yang tulen/murni dilakukan dengan
mencuci biji-biji dahulu agar daging buah yang menempel terlepas.
Biji yang dipilih dikeringkan pada tempat terbuka, tidak terkena
sinar matahari langsung. Penyimpanan diusahakan agar tidak
berkecambah/rusak dan merosot daya tumbuhnya. Proses pemasakan biji
dilakukan dengan baik (dengan cara diistirahatkan beberapa saat),
dalam kurun waktu 2-3 minggu sesudah diambil dari buahnya. Setelah
itu biji ditanam. 2. Pengadaan bibit dengan cara vegetatif Tujuan
perbanyakan secara vegetatif adalah cara agar sifat pohon induk
jenis unggul dapat diturunkan kepada bibit turunannya sehingga
lebih cepat berbuah. Perbanyakan vegetative ini dapat dilakukan
dengan cara okulasi, penyusuan, cangkok, dan penyambungan a.
Okulasi Bibit durian yang akan diokulasi harus memenuhi syarat,
antara lain : berasal dari biji yang sehat dan tua; berasl dari
tanaman induk yang sehat, subur, system perakarannya bagus, dan
produktif. Biji-biji tersebut harus ditumbuhkan, kemudian dipilih
biji-biji yang pertumbuhannya sempurna. Setelah bibit-bibit
tersebut berumur 8 10 bulan, sudah dapat dilakukan okulasi. Cara
untuk melakukan okulasi pada tanaman durian ini tidak jauh berbeda
dengan cara okulasi pada tanaman lain : Mula-mula kulit batang
bawah disayat, tepat di atas matanya (sekitar 1 cm jaraknya). Mata
tunas yang dipilih adalah mata yang berjarak 20 cm dari permukaan
tanah. Sayatan dibuat melintang, kulit dikupas ke bawah sepanjang 2
3 cm sehingga mirip lidah. Kemudian, kulit yang mirip lidah ini
dipotong menjadi 2/3-nya. Sisipkan mata yang diambil dari pohon
induk untuk batang atas (disayat dibentuk perisai) di antara kulit.
Setelah selesai dilakukan okulasi, dua minggu kemudian diperiksa
apakah perisai mata tunas masih berwarna hijau atau tidak. Kalau
masih berwarna hijau, berarti okulasi tersebut berhasil. Jika
berwarna coklat, berarti okulasi tersebut gagal.
b. Penyusuan Keuntungan perbanyakan tanaman durian dengan
penyusuan adalah tingkat
keberhasilannya tinggi, tanaman lebih cepat berbuah, kuat dan
kokoh, dan dapat menyediakan bibit tanaman dalam jumlah yang cukup
besar dalam waktu singkat. Pekerjaan penyusuan bibit durian
mensyaratkan : Dilakukan pada musim kering sebagaimana pada
okulasi. Menyediakan calon batang dengan menyemaikan pada biji buah
durian yang memiliki perakaran baik. Menyiapkan calon batang atas
dari pohon induk yang berkultivar unggul. Mencari calon batang atas
dari ranting yang besarnya sama persis dengan batang semaian
(batang bawah). Menyiapkan tangga penyangga polibag, jika pohon
induknya cukup tinggi. Adapun proses pengerjaan menyusukan bibit
durian adalah sebagai berikut : Setelah menemukan calon batang atas
yang besarnya sama persis, sayatlah batang atas dan batang bawah
(bibit) dengan sayatan sama bentuk, panjang dan lebarnya. Kedua,
Belah luka sayatan itu ditempelkan secara tepat, jangan sampai ada
bagian yang menyimpang. Ikatlah tempelan itu menggunakan tali
sampai luka tempelan betul-betul rapat melekat. 2 3 minggu
kemudian, periksa pertumbuhan batang atas. Jika dedaunan tidak
layu, berarti penyusuan berhasil. Jika kebugaran dedaunan batang
atas dipastikan tumbuh dengan baik, maka potonglah bagian dedaunan
bagian bawah. Jika pucuk batang atas betul-betul sempurna, bibit
dipisahkan dari pohon induknya. Tempatkanlah bibit baru itu
beberapa waktu pada lokasi persemaian yang tersedia. Ada dua model
penyusuan, yakni susuk dan sayatan. Model tusuk / susuk Tanaman
calon batang atas dibelah setengah bagian menuju ke arah pucuk.
Panjang belahan antara 1 1.5 cm, diukur dari pucuk. Tanaman calon
batang bawah sebaiknya memiliki diameter sama dengan batang
atasnya. Tajuk calon batang bawah dipotong dan dibuang, kemudian
disayat sampai runcing. Selanjutnya, bagian yag runcing tadi
disisipkan
ke belahan calon batang atas yang telah dipersiapkan. Supaya
calon batang bawah tidak mudah lepas, sambungannya harus diikat
kuat-kuat dengan tali rafia. Selama masa penyusuan, batang yang
disatukan tidak boleh bergeser, oleh karena itu, tanaman batang
bawah harus disangga atau diikat pada tanaman induk (batang tanaman
yang besar) supaya tidak goyah setelah dilakukan penyambungan.
Susuan tersebut juga harus disiram agar tetap hidup. Biasanya,
setelah 3 6 bulan kemudian tanaman tersebut dapat dipisahkan dari
induknya, tergantung dari usia batang tanaman yang disusukan.
Tanaman muda yang kayunya belum keras sudah bisa dipisahkan setelah
3 bulan. Penyambungan model tusuk atau susuk ini dapat lebih
berhasil jika diterapkan pada batang tanaman yang masih muda atau
yang belum berkayu keras sebab batang-batang tersebut lebih mudah
dan lebih cepat bersatu dan hidup. Pada tanaman durian keberhasilan
cara sayatan dan susuk sama besar, tetapi bentuk tanaman akan lebih
bagus yang susuk sebab bagian yang luka hanya yang bawah sehingga
seperti hasil sambungan. Model sayatan Langkah-langkah penyambungan
durian model sayatan adalah sebagai berikut : Pilih calon batang
bawah (bibit) dan calon batang atas dari pohon induk yang sudah
berbuah dan besarnya sama; Kedua batang disayat sedikit sampai
bagian kayunya. Sayatan pada kedua batang tersebut diupayakan agar
bentuk dan besarnya sama; Setelah kedua batang tersebut disayat,
kemudian kedua batang itu ditempel tepat pada sayatannya dan diikat
sehingga keduanya akan tumbuh bersama-sama. Setelah 2 3 minggu,
sambungannya tadi dapat dilihat hasilnya apabila batang atas dan
batang bawah ternyata bisa tumbuh bersamasama, berarti penyusuan
tersebut berhasil. Kalau sambungan sudah berhasil, pucuk batang
bawah dipotong atau dibuang, sedangkan pucuk batang atas dibiarkan
tumbuh subur. Kalau pertumbuha pucuk batang atas sudah sempurna
pangkal batang atas juga dipotong. Dengan demikian, akan terjadi
bibit durian yang batang bawahnya adalah tanaman dari biji,
sedangkan batang atas dari ranting atau cabang pohon durian
dewasa.
c. Cangkok Batang durian yang akan dicangkok harus dipilih dari
cabang tanaman yang sehat, subur, cukup usia, pernah berbuah, dan
memiliki susunan percabangan yang rimbun, besar cabang tidak lebih
besar daripada ibu jari ( = 2 2.5 cm), kulit masih tampak
hijau-kecoklatan (cabang muda). Waktu mencangkok yang tepat adalah
awal musim hujan sehingga terhindar dari kekeringan. Pencangkokan
bisa juga dilakukan pada musim kering, tetapi harus dilakukan
penyiraman secara rutin, dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.
d. Sambungan Biasa (Enten) Sambungan biasa atau grafting atau enten
mensyaratkan : a. Menyiapkan calon batang bawah dengan menyemai
biji buah durian sampai berumur 1,5-2 bulan. b. Menyiapkan calon
batang atas dari durian yang berkultivar unggul. Adapun proses
pengerjaan grafting bibit durian adalah sebagai berikut : Potonglah
2 batang bawah setinggi kerang lebih 10 cm dari permukaan tanah.
Potongan membentuk huruf V sepanjang 2 3 cm. Potonglah batang atas
kurang lebih 10 cm dengan tunas sedikitnya 2 buah dan daun-daun
yang ada pun dipotong kurang lebih sepertiganya. Potongan batang
atas bagian bawah membentuk huruf V (lancip) sepanjang 2-3 cm.
Masukkanlah ujung batang atas tepat pada ujung batang bawah,
kemudian ikatlah rapat-rapat sambungan itu menggunakan tali
plastik. Siramlah batang beserta tanah dalam polibag dengan air
secukupnya. Kemudian tutuplah seluruh bagian bibit menggunakan
plastik diikatkan pada lingkaran polibag. 3 minggu kemudian, tutup
(kerudung) plastik dibuka. e. Grafting Ala Malaysia Perbedaan
antara grafting biasa dengan grafting ala Malaysia, terletak pada
batang bawah. Ala Malaysia menggunakan dua batang bawah, sedangkan
grafting biasa hanya menggunakan satu batang bawah. Adapun proses
menggrafting bibit durian ala Malaysia adalah sebagai berikut :
Mengambil 2 buah calon batang bawah dari kecambah biji buah yang
telah berumur antara 1 1,5 bualan. Kedua calon batang dipotong,
tinggalkan batang masing-masing
sepanjang kurang lebih 5 cm. Potonglah bagian atas dibuat
lancip, dengan kelancipan 2 3 cm. Akar masing-masing diperas dan
akar tunggang pun dipotong, tinggalkan sepanjang kurang lebih 5 cm.
Mengambil potongan calon batang atas dari induk yang berkultivar
unggul. Potongan sepanjang kurang lebih 10 cm dengan 2 buah mata
tunas. Daun-daun yang ada pun dipotong, tinggalkan kurang lebih
sepertinganya. Potongan bagian bawah dibuat lancip membentuk huruf
V dengan panjang kelancipan antara 2 3 cm. Batang atas dimasukkan
ke dalam batang bawah (disambungkan) secara tepat, kemudian ikatlah
rapatrapat letak sambungan itu menggunakan tali plastik. Kedua
batang bawah ditanam dalam sebuah polibag, disiram air secukupnya.
Kemudian kerudungilah tanaman baru itu menggunakan plastik. Sekitar
15 hari kemudian, kerudung plastik dibuka. Rawat dengan baik 6 7
bulan.
6. 10 INDIKATOR PRAKTIS YANG HARUS DITANYAKAN PETANI KEPADA
PENANGKAR UNTUK MEMASTIKAN BENIH BERMUTU Untuk memastikan mutu
benih durian, terdapat beberapa hal teknis maupun non-teknis yang
harus diperhatikan petani saat akan membeli benih durian kepada
penangkar atau saat di nursery. Adapun hal-hal teknis mengenai
benih / bibit durian yang perlu diperhatikan antara lain : 1. Asli
dari induknya (True to type) Apabila hendak membeli bibit hendaknya
mengetahui asal-usul benih yang digunakan untuk pembibitan.
Pastikan benih yang dipilih tersebut berasal dari induk yang jelas,
misalnya jelas varietasnya. 2. Tidak terserang hama atau penyakit
Pada saat membeli bibit hendaknya teliti untuk menyeleksi tanaman
tersebut apakah bebas dari serangan hama atau penyakit. Karena
bibit yang tidak sehat akan mempengaruhi selanjutnya. 3.
Sifat/keunggulan pada bibit Suatu tanaman memiliki sifat yang
berbeda antara satu tanaman dengan tanaman lainnya. Pada saat
membeli bibit hal yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah apakah
suatu tanaman tersebut memiliki sifat unggul tertentu. Misalnya
hasil yang tinggi atau ketahanan terhadap suatu penyakit atau hama
tertentu, buah lebih manis atau memiliki ukuran yang lebih besar.
Hal ini selanjutnya yang akan menentukan pemasaran hasil panen.
Buah yang memiliki sifat unggul dominan cenderung lebih diminati
dipasaran serta memiliki nilai tambah tersendiri. 4. Daya adaptasi
atau terdapat persyaratan khusus dalam budidaya Perlu diperhatikan
juga dalam pembelian bibit yaitu syarat tumbuh pertumbuhan dan
perkembangan tanaman pada siklus/fase
komoditas/varietas. Apakah tanaman tersebut hanya dapat tumbuh
didaerah tertentu ataukah memiliki daya adaptasi yang luas. Apakah
memiliki persyaratan khusus. Karena hal ini juga akan mempengaruhi
optimalnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Sehingga
hal ini langsung berkaitan dengan penyediaan kondisi lingkungan
yang tepat agar hasilnya pun dapat optimal.
5. Keseragaman Ukuran Pada saat membeli bibit kita juga perlu
cermat dalam melihat apakah bibit yang kita beli memiliki ukuran
yang seragam atau tidak. Indikator fisik yang dapat diamati jika
benih tersebut unggul antara lain dapat dilihat dari keseragaman
ukuran tanaman tersebut. Jika pada awal fase pertumbuhan memiliki
ukuran yang seragam maka minimal terdapat jaminan bahwa bibit
tersebut akan memiliki waktu panen yang hampir bersamaan ketika
ditanam dikebun, terutama jika ditanam dalam skala yang luas. 6.
Memperhatikan sambungan/okulasi Pada bibit sambungan atau okulasi,
bekas sambungannya tampak mulus, tidak meninggalkan luka yang
terbuka.Adanya luka pada sambungan dapat menjadi tempat masuknya
bibit penyakit. Demikian pula pertumbuhan batang sambungan antara
batang atas dan bawah tampak rata, lengkungan yang ditimbulkan
bekas tempelan mata tunas okulasi hanya tampak sedikit. Kulit
batang tampak mulus dan bebas dari bercakbercak akibat serangan
cendawan atau bakteri. 7. Pertumbuhan daun tanaman dipilih yang
kelihatan lebat, subur dan segar Pada daun tidak tampak
bercak-bercak, berlubang, atau bentuk cacat lainnya yang menandakan
adanya gejala serangan hama dan penyakit. Untuk melihat apakah
bibit bebas dari hama dan penyakit, tidak dapat dilihat secara
sepintas. Namun, untuk lebih pastinya kita perlu tahu dahulu
gejala-gejala serangan penyakit tersebut. 8. Meneliti dengan cermat
batang utama (kekokohan) Seringkali pembeli tertipu dengan
penampilan bibit yang tampak seperti memiliki batang utama yang
lurus dan kokoh karena ditopang dengan ajir (penopang). Sebaiknya
dipastikan dahulu apakah setelah penopangnya dilepas, bibit masih
berdiri lurus dan kokoh atau tidak. Bibit yang pertumbuhannya
melengkung biasanya berasal dari mata tunas ranting yang tumbuh
menyamping (terutama di bagian bawah tajuk pohon induk). Entres
seperti ini tidak baik untuk dijadikan batang atas. Sebagai contoh
pada tanaman durian jika bibit seperti ini dipaksakan ditanam, akan
dihasilkan tanaman dewasa yang tumbuhnya melengkung dan memiliki
percabangan yang tidak teratur atau hanya tumbuh ke arah samping
saja. Jika penanamannya dipaksakan menggunakan ajir, sampai
ketinggian tiga meter mungkin masih tumbuh lurus, tetapi setelah
itu, batang utama biasanya tumbuh menjadi dua dan pertumbuhan
cabangnya menjadi tidak teratur. Kondisi tanaman seperti ini kurang
menguntungkan. Dengan
percabangan yang tidak teratur dan sedikit, tempat munculnya
buah jadi terbatas sehingga produksi buahpun tidak banyak.
9. Bibit bersertifikat Dalam memilih dan membeli bibit,
keberadaan sertifikat sangat penting diperhatikan. Apalagi bagi
pembeli yang awam sekali dengan masalah bibit. Pembeli mudah
tertipu hanya dengan melihat penampilan bibit yang sehat,
pertumbuhannya baik dan diiming-imingi pedagang dengan varietas
yang baik. Padahal bibit tersebut belum tentu terjamin keasliannya.
Meskipun keberadaan sertifikat tidak dapat menjamin seratus persen
keaslian bibit, tetapi paling tidak dapat mengurangi resiko
tertipu. Tujuan dari registrasi dan sertifikasi adalah untuk
menjamin secara hukum (yuridis) kebenaran bibit yang dihasilkan
dari pohon induk yang telah ditentukan sehingga konsumen tidak
dirugikan. Dengan kata lain, bibit yang telah diberi label lebih
terjamin secara hukum tentang keaslian varietas dan cara
perbanyakannya. Hal ini dimungkinkan karena bibit yang berlabel
diproduksi di bawah pengawasan Balai Pengawasan dan Sertifikasi
Benih (BPSB). 10. Memiliki Pengetahuan tentang bibit yang akan
dibeli Selain faktor teknis yang telah dibahas diatas, perlu juga
dipertimbangkan faktor non teknis yang seringkali kurang
diperhatikan sehingga menyebabkan kerugian. Karena faktor ini pula,
konsumen sering tertipu oleh penjual bibit yang tidak bertanggung
jawab. Sebaiknya sebelum membeli kita dituntut memiiki pengetahuan
minimal syarat tumbuh atau kriteria bibit yang akan dibeli. Hal ini
dilakukan agar terhindar dari niat jelek (penipuan) terhadap diri
kita. Misalnya bersikap terlalu awam dalam masalah bibit tanaman.
Sikap seperti ini dapat mengundang penjual untuk menipu karena
menganggap pembeli mudah dibohongi. Tampil sewajarnya dan tidak
kelihatan seperti awam sekali, tetapi tidak pula berlebihan atau
sok tahu.
7. KESIMPULAN Manfaat lain buah-buahan yang tidak kalah
pentingnya bagi kesehatan jasmani adalah bahan antioksidan yang
dikandungnya. Antioksidan adalah zat yang bisa menghambat proses
penuaan/kematian sel dan jaringan. Durian merupakan salah satu buah
yang diminati dipasaran. Adapun dalam pemilihan benih unggul dan
bermutu salah satu hal yag harus diperhatikan adalah Sertifikasi
benih, yang merupakan salah satu cara untuk melakukan pengawasan
terhadap mutu benih baik dilapangan maupun di laboratorium sehingga
tingkat kemurnian benih tetap terjamin. Dalam pemilihan bibit
unggul durian beberapa hal yang perlu diperhatikan pemilihan
terhadap spesies (genetic selection) maupun pemilihan/ produksi
benih bebas penyakit serta metode perbanyakan benih. Adapun 10
indikator yang harus ditanyakan petani kepada penangkar untuk
memastikan benih bermutu, meliputi: Tanaman merupakan tanaman yang
berasal usul jelas (asli dari induknya), tidak terserang hama atau
penyakit, keunggulan pada bibit, persyaratan khusus dalam
budidaya/daya adaptasi, keseragaman ukuran, memperhatikan
sambungan/okulasi bibit, pertumbuhan daun tanaman lebat, meneliti
batang utama, bibit bersertifikat (sertifikasi benih), dan memiliki
pengetahuan tentang komoditas/bibit sebelum membeli/ memilih.
8. REFERENSI
AAK. 1996. Budi daya Durian. Kanisius: Yogyakarta. AAK.1997.
Bertanam Pohon Buah-buahan II. Kanisius. Yogyakarta Ashari, Sumeru.
2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-Buahan Komersial. Bayumedia
Publishing: Malang. Rambe, Sri Suryani Maphilindowati. 1998. Pasca
Panen Buah Durian. Trubus Redaksi Trubus. 1998. Berkebun Durian Ala
Petani Thailand. Penebar Swadaya. Jakarta Wahyu, Bernadinus. 2001.
Bertanam Durian. Agromedia Pustaka: Jakarta