Pengawasan Bibliografi Standard Terbitan Berkala Standarisasi adalah usaha bersama membentuk standar. Standar adalah sebuah aturan, biasanya digunakan untuk bimbingan tetapi dapat pula bersifat wajib (paling sedikit dalam praktek), memberi batasan spesifikasi dan penggunaan sebuah objek atau karakteristik sebuah proses dan/atau karakteristik sebuah metode. 1 Pengawasan bibliografi ialah usaha pengembangan dan pemeliharaan suatu sistem pencatatan bagi semua bentuk bahan, baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan, yang berbentuk bahan tercetak, bahan audiovisual maupun bentuk lain, yang menambah khazanah pengetahuan dan informasi. Pengawasan ini perlu agar informasi rekam dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. A. Standar ISO dan SNI Dengan adanya globalisasi informasi, diperlukan adanya standardisasi penerbitan ilmiah. Sehubungan dengan hal itu, Indonesia telah menerbitkan standar penampilan terbitan berkala yaitu SNI 19-1950-1990, yang mengacu pada standar internasional ISO 8-1977. Standar tersebut antara lain memuat ketentuan- ketentuan mengenai informasi yang harus tercantum pada halaman sampul, halaman judul, daftar isi, halaman teks, cara menentukan judul terbitan berkala, menulis nomor terbitan berkala, volume 1 Sulistyo Basuki, Pengantar Dokumentasi: mulai dari perkembangan istilah, pemahaman jenis dokumen, diikuti dengan pengolahan dokumen, disusul teknologi informasi dan komunikasi sampai dengan jasa pemencaran informasi serta diakhiri dengan etika profesi (Bandung: Rekayasa Sains, 2004), h.345. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Pengawasan Bibliografi Standard Terbitan Berkala
Standarisasi adalah usaha bersama membentuk standar. Standar adalah sebuah aturan,
biasanya digunakan untuk bimbingan tetapi dapat pula bersifat wajib (paling sedikit dalam
praktek), memberi batasan spesifikasi dan penggunaan sebuah objek atau karakteristik sebuah
proses dan/atau karakteristik sebuah metode.1
Pengawasan bibliografi ialah usaha pengembangan dan pemeliharaan suatu sistem
pencatatan bagi semua bentuk bahan, baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan, yang
berbentuk bahan tercetak, bahan audiovisual maupun bentuk lain, yang menambah khazanah
pengetahuan dan informasi. Pengawasan ini perlu agar informasi rekam dapat dimanfaatkan
seoptimal mungkin.
A. Standar ISO dan SNI
Dengan adanya globalisasi informasi, diperlukan adanya standardisasi penerbitan ilmiah.
Sehubungan dengan hal itu, Indonesia telah menerbitkan standar penampilan terbitan berkala
yaitu SNI 19-1950-1990, yang mengacu pada standar internasional ISO 8-1977. Standar tersebut
antara lain memuat ketentuan-ketentuan mengenai informasi yang harus tercantum pada halaman
sampul, halaman judul, daftar isi, halaman teks, cara menentukan judul terbitan berkala, menulis
nomor terbitan berkala, volume terbitan berkala, dan lain-lain. Hasil kajian terhadap 288 judul
majalah ilmiah dan semi ilmiah Indonesia menunjukkan bahwa tak satupun terbitan yang
sepenuhnya memenuhi standar, dan hanya 10,42% terbitan yang mendekati standar.2
Berikut ini adalah beberapa organisasi standarisasi:
1. Standar ISO
Organisasi standardisasi internasional adalah International Organization for
Standarization, disingkat ISO, bermarkas di Jenewa, Swiss. Semula namanya
Internasional Federation of the National Standardizing Association, dikenal dengan
istilah Perancisnya ISA, berdiri pada tahun 1926. Kemudian pada tahun 1947 namanya
1 Sulistyo Basuki, Pengantar Dokumentasi: mulai dari perkembangan istilah, pemahaman jenis dokumen, diikuti dengan pengolahan dokumen, disusul teknologi informasi dan komunikasi sampai dengan jasa pemencaran informasi serta diakhiri dengan etika profesi (Bandung: Rekayasa Sains, 2004), h.345. 2 Sri Purnomowati. “Penampilan Majalah Ilmiah: Standard an Penerapannya.” Vol. 27, No. l (April 2003) h 20
1
berubah menjadi International Standars Organization (ISO) sampai sekarang. ISO
bertujuan untuk memperoleh persetujuan dunia untuk standar internasional dengan
maksud memperluas perdagangan, perbaikan mutu, peningkatan produktifitas dan
penurunan harga.3
Penyebaran standar merupakan tanggung jawab badan standarisasi internasional
yang bersangkutan serta menerbitkannya dalam bulletin berkala (biasanya bulanan) serta
mengumumkannya ke pers. Dengan melalui media inilah umum memperoleh informasi
mengenai standar baru. Informasi mengenai standar yang ada dalam bidang tertentu
dimuat dalam Catalogue of Standards diterbitkan dan diremajakan secara berkala oleh
ISO.
Standarisasi berfungsi sebagai pemandu atau patokan, seringkali hanya diterapkan
pada aspek penting dari sebuah produk atau proses, sehingga pemakai dapat
menyesuaikan dirinya. Kriteria untuk memilih efektivitas standar adalah:
a. Tingkat yang sesuai dengan kebutuhan yang dirancang sebelumnya
b. Kemudahan penerapannya
c. Instruksi standar yang tepat serta tidal bersifat taksa
d. Pemakai mudah menerimanya
e. Apabila diterapkan pada masyarakat yang berbeda-beda atau situasi tertentu akan
mempunyai hasil yang sama.4
Urut-urutan standar ISO dimulai dari yang paling atas adalah sebagai berikut:
i. Standar
ii. Rekomendasi
iii. Peraturan, pedoman, kodeks
iv. Panduan, glosari, buku pegangan
Standar merupakan produk standarisasi ISO yang paling tinggi karena sudah
memperoleh persetujuan nasional atau Negara anggota, Dibawahnya adalah rekomendasi
3 Sulistyo Basuki, Pengantar Dokumentasi: mulai dari perkembangan istilah, pemahaman jenis dokumen, diikuti dengan pengolahan dokumen, disusul teknologi informasi dan komunikasi sampai dengan jasa pemencaran informasi serta diakhiri dengan etika profesi (Bandung: Rekayasa Sains, 2004), h.3474 Sulistyo Basuki, Teknik dan Jasa Dokumentasi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), h.198
2
yang merupakan saran ISO bagi Negara anggota. Karena sifatnya rekomendasi maka
sebagai produk pembakuan, rekomendasi tidak harus diterima oleh Negara anggota.
Standar untuk dokumentasi terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu:
i. Pedoman atau model sebagai alat ukur sebuah jasa. Salah satu contoh ialah
standar jasa perpustakaan dan dokumentasi.
ii. Peraturan yang harus dilaksanakan secara taat asas. Contohnya ialah peraturan
pengatalogan untuk berbagai jenis dokumen.
iii. Spesifikasi untuk standar teknis. Salah satu contoh ialah struktur format,
himpunan huruf
Standar yang dihasilkan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Berwibawa artinya dipercaya dalam bentuk, isi dan sumbernya.
b) Dapat dijadikan alat untuk mengukur jasa informasi
c) Realistis artinya standar tersebut dapat diterima masyarakat dan dapat
dilaksanakan
d) Mudah diperoleh artinya pemakai dapat memperoleh standari dari berbagai
tempat.
Dalam hal standar ISO pembaca perlu mengetahui beberapa singkatan yang lazim
digunakan seperti berikut:
ISO nomor ….. tahun ….. -Standar internasional dari ISO
ISO/R nomor ….. tahun….. -Rekomendasi ISO
DP -Draft Proposal dari ISO
DIS -Draft International Standar dari ISO
Sebuah draft proposal adalah sebuah dokumen yang masih dikaji oleh komisi
teknik ISO. Bila telah mencapai kesepakatan di antara anggota komisi teknik, maka draft
proposal berubah menjadi draft Internasional Standard disingkat DIS. Pada tahap ini,
naskah DIS disebarkan ke anggota ISO untuk memperoleh persetujuan dan kemudian bila
3
diterima oleh ISO council berubah menjadi International Standard. Bila sudah mencapai
tingkat standard Internasional, standar tersebut bisa digunakan oleh Negara anggota atau
diimplementasikan melalui standar nasional masing-masing Negara.
Untuk BIS catatan yang perlu diketahui ialah :
BIS nomor ….. tahun ….. -Standar Inggris dari BSI
DD -Draft for Development dari BSI5
Beberapa standar yang di keluarkan oleh ISO tentang terbitan berkala adalah
a. ISO 4-1984 : Documentation – Rules for the abbreviation of title words and title of
publications,
b. ISO 8-1977 : Documentation – presentation of periodicals,
c. ISO 18-1981 : Documentation – Content list of periodicals
d. ISO 215-1976 : Documentation – Presentation of contributions to periodicals and
other serials.
2. Standar SNI
Standar untuk dokumentasi di Indonesia telah ada sejak zaman Hindia Belanda.
Waktu itu pemerintah Belanda mendirikan pusat standardisasi di Bandung dengan nama
Normalisatie Instituut. Pada tahun 1950 nama badan tersebut diubah menjadi Jajasan
Dana Normalisai Indonesia. Dalam kegiatan dokumentasi, yayaasan menjual buku
Universal Decimal Classification. Dalam dasawarsa 60an kegiatan yayasan menurun
sehingga akhirnya standardisasi bidang dokumentasi diambil alih oleh Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI). LIPI pada tahun anggaran, mulai melaksanakan Proyek
Pengembangan Sistem Nasional Standardisasi. Sebagai tindak lanjut dibentuklah Proyek
Standardisasi, Kalibrasi, instrumentasi dan Metrologi; untuk bidang dokumentasi di
bentuklah Komisi di Bidang Perpustakaan, Dokumentasi dan Informasi. Sekretariat
komisi dipegang oleh Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah LIPI (PDII LIPI). Pada saat
5 Sulistyo Basuki, Pengantar Dokumentasi: mulai dari perkembangan istilah, pemahaman jenis dokumen, diikuti dengan pengolahan dokumen, disusul teknologi informasi dan komunikasi sampai dengan jasa pemencaran informasi serta diakhiri dengan etika profesi (Bandung: Rekayasa Sains, 2004), h.352.
4
yang bersamaan Pusat Pembinaan Perpustakaan juga melakukan standardisasi
perpustakaan. Di lingkungan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi membentuk Satuan
Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi yang dikenal sebagai Satgas Perpustakaan
Perguruan Tinggi yang mengeluarkan standar untuk perpustakaan perguruan tinggi.
Sesudah dilakukan reorganisasi LIPI pada tahun 1986, Proyek Pengembangan
Sistem Nasional Standarisasi dikembangkan menjadi Pusat Standarisasi yang merupakan
lembaga di bawah LIPI sekaligus menjadi sekretariat Dewan Standarisasi Nasional. Kini
diambil alih oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).
Standar yang di keluarkan oleh Badan Standar Nasional bernama Standar
Nasional Indonesia (SNI). Standarisasi SNI untuk bidang terbitan berseri yaitu SNI 1936-
1990-D tentang Peenyingkatan terbitan berseri ,misalnya seperti: penyingkatan judul
majalah, SNI 1950-1990-D tentang terbitan berkala6
A. Pengawasan internal bibliografi standard terbitan berkala
Pengawasan internal bibliiografi standar terbitan berkala ini maksudnya, pengawasan
yang di lakukan oleh badan atau lembaga yang berada di dalam lingkungan perpustakaan
misalnya :
1. Pengatalogan
Keberhasilan pengawasan bibliografi universal tergantung dari unsur dasarnya,
yaitu cantuman bibliografi komprehensif untuk tiap dokumen atau rekaman informasi. Untuk
tiap dokumen idealnya hanya satu kali saja dibuatkan cantuman komprehensif, yaitu oleh
badan yang berwenang di negara tempat dokumen tersebut diterbitkan atau diciptakan
(pengawasan bibliografi mencakup dokumen yang diterbitkan, maupun yang tidak
diterbitkan). Cantuman itu harus dibuat secepatnya (segera setelah dokumen terbit), sesuai
dengan standar-standar internasional yang berlaku untuk sistem manual maupun sistem
berbantuan komputer (computerized), dan disiapkan untuk disebarluaskan dalam bentuk fisik
yang dapat diterima secara Internasional. Dalam cantuman komprehensif ini harus terdapat
semua unsur data yang diperlukan di perpustakaan dan pusat informasi dan dokumentasi
6 Sulistyo Basuki, Pengantar Dokumentasi: mulai dari perkembangan istilah, pemahaman jenis dokumen, diikuti dengan pengolahan dokumen, disusul teknologi informasi dan komunikasi sampai dengan jasa pemencaran informasi serta diakhiri dengan etika profesi (Bandung: Rekayasa Sains, 2004), h.352-354.
5
untuk temu balik, seleksi, dan pengadaan. Unsur-unsur data ini dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Data yang berkaitan dengan kepengarangan (tanggung jawab inte1ektual atas karya,
bentuk nama pengarang yang standar, dsb.) : tajuk;
2. Data yang mendeskripsikan dokumen, termasuk bentuk fisiknya (jumlah halaman,
ukuran, dsb.): deskripsi;
3. Nomor atau kode identifikasi dokumen yang unik: sistem penomoran internasional
4. Data yang berkenaan dengan isi (subjek): pendekatan subjek
Oleh sebab cantuman tersebut, harus berbentuk fisik yang memungkinkan
pertukaran data secara internasional, maka khususnya format cantuman bibliografi
terbacakan mesin (machine-readable bibliographic records) perlu juga diseragamkan.
Standarisasi pengatalogan
Standardisasi pengatalogan yang sangat terkenal adalah Anglo-American
Cataloguing Rules (AACR), yang baik edisi pertamanya (1967), maupun edisi keduanya
(1978), dan revisi-revisi edisi ke-2 (1988, 1998 dan 2002), mengikuti Paris Principles
dalam peraturan untuk pilihan titik temu, tajuk perorangan dan badan, serta judul
seragam. Peraturan ini sesungguhnya bukan peraturan nasional karena disusun oleh
panitia yang beranggotakan pustakawan dari Inggris, Amerika Serikat, Kanada, dan
kemudian juga Australia. AACR2 digunakan oleh kebanyakan negara berbahasa Inggris
dan kemudian diterjemahkan dalam berbagai bahasa, antara lain; Arab, Malaysia, Cina,
Denmark, Finlandia, Perancis, Italia, Jepang, Portugis, Spanyol, Turki dan Urdu, maka
cukup beralasan untuk mengatakan bahwa AACR2 telah menjadi kode pengatalogan
internasional. Perpustakaan di Indonesia juga menggunakan AACR2. Perpustakaan
Nasional RI telah menyusun teIjemahan resmi dalam bahasa Indonesia (tahun 2006) dari
AACR2 Revisi tahun 1998.
Keputusan yang sangat penting yang dibuat oleh ICCP ialah keputusan yang
berkenaan dengan bentuk tajuk nama perorangan. Jika nama pengarang terdiri atas lebih
dari satu kata, pilihan atau penentuan kata utama (entry word) tergantung dari kebiasaan
yang berlaku di negara tempat pengarang bermukim (tergantung kewarganegaraannya).
Jadi masalah penentuan bentuk nama diserahkan pada masing-masing negara. Badan
6
bibliografi nasional (perpustakaan nasional atau badan lain yang telah diberi wewenang)
yang bertanggung jawab atas penyusunan daftar tajuk nama pengarang (name authority
list) untuk pengarang negara tersebut. Sebagai hasil dari keputusan ini telah terbit Names
of persons (sudah ada beberapa episi), yang disusun berdasarkan informasi yang
diberikan oleh wakil-wakil negara. Terbitan ini dimaksudkan sebagai pedoman untuk
pengatalog yang kebanyakannya bukan ahli bahasa atau ahli mengenai pola-pola nama.
Dalam rangka menunjang kegiatan pengawasan bibliografi nasional (NBC) dan
UBC juga ditetapkan bahwa badan bibliografi nasional tidak saja wajib membuat dan
meng-update daftar tajuk nama pengarang perorangan, me1ainkan juga harus membuat
daftar tajuk badan .korporasi, departemen-departemen (kementerian), lembagalembaga
dan badan-badan pemerintahan lain negara yang bersangkutan. Semua daftar tajuk ini
tentu saja harus mengikuti standar internasional.
2. Deskripsi
Sebagai tindak lanjut IMCE (1969) dibentuk suatu kelompok kerja yang akan
mengembangkan standar deskripsi bibliografi yang bersifat internasional. Hasil kerja
pertama kelompok ini adalah International Standard Bibliographic Description
(ISBD), yang edisi pertamanya terbit tahun 1971. Kemudian dibentuk beberapa
kelompok keIja lain yang masing-masing bertugas mengembangkan standar untuk bentuk
atau format dokumen tertentu. Hingga kini telah selesai disusun dan diterbitkan:
ISBD(M) (Monographs) 1974, 1978 dan 1987 (revised edition), 2002 Revision
ISBD(S) (Serials) 1977, 1988 (revised edition)
ISBD(CR) (Serials and Other Continuing Resources) 2002 (Revisi dari ISBD(S)
ISBD(G) (General) 1977 (Kerangka umum untuk semua ISBD), 1992 Revision,
2004 Version ISBD(CM) (Cartographic Materials) 1977, 1987 (revised edition)
3. Melunasi pembayaran biaya administrasi sebesar Rp. 200.000,- langsung ke
rekening :
a/n PDII LIPI
No. 070-0000089198
Bank Mandiri Cabang Graha Citra Caraka
Kantor Telkom Pusat, Jl. Gatot Subroto, Jakarta
4. Nomor dan kodebar ISSN bisa diketahui dan diunduh langsung dari halaman
status pemohon setelah seluruh proses selesai dan disetujui.
Perubahan kodebar akibat variasi terbitan (nomor terbitan, perubahan harga, dsb)
bisa dilakukan sendiri oleh pemohon dengan mengganti 2 angka terakhir sesuai
dengan aturan ISSN.
Persyaratan pengajuan ISSN :
1. Pengajuan untuk terbitan regular (terbitan dalam format cetak) maupun elektronik
(terbitan elektronik). Kategori terbitan berkala adalah majalah, surat kabar,
buletin, buku tahunan, laporan tahunan, jurnal maupun prosiding aneka pertemuan
ilmiah.
2. Terbitan memenuhi syarat kelengkapan minimum :
A. Halaman sampul depan terbitan berkala lengkap dengan penulisan volume,
nomor, dan tahun terbit.
B. Halaman daftar isi.
C. Halaman daftar Dewan Redaksi.
3. Biaya administrasi pengurusan nomor ISSN.
4. Seluruh dokumen disiapkan dalam bentuk data elektronik dengan format PDF dan
dikompres dengan format ZIP. Untuk media elektronik bisa digantikan dengan
tampilan situs yang memuat informasi terkait.
10
5. Setiap nomor ISSN hanya diperuntukkan bagi 1 (satu) judul terbitan pada satu
media. Nomor ISSN yang sama terus berlaku selama judul terbitan dan medianya
tidak berubah.
Terbitan yang diterbitkan pada beberapa media berbeda (misal : cetak dan
elektronik) wajib mengajukan ISSN untuk setiap media.
Kodebar untuk ISSN yang diajukan melalui ISSN Online
ISSN Online tidak hanya berfungsi sebagai media untuk pengajuan dan
penerbitan nomor ISSN, tetapi juga sekaligus membantu pemohon ISSN untuk membuat
kodebar sesuai nomor ISSN yang dimiliki. Sistem ini memberikan keleluasaan dan
mengakomodasi perubahan kodebar akibat variasi terbitan. Sehingga pemohon ISSN
setiap saat bisa membuat kodebar untuk terbitan yang sama namun memiliki ciri yang
berbeda, misalnya : harga, edisi khusus, dsb. Yang lebih penting, pemohon tidak perlu
memiliki atau membeli perangkat lunak apapun untuk membuat kodebar ini.
Kodebar untuk ISSN mengacu pada standar EAN-13 yang merupakan kombinasi
13 karakter (0-9, X). ISSN sendiri hanya terdiri dari 8 karakter (0-9, X). Kodebar untuk
ISSN ditentukan dengan cara :
1. 3 angka pertama : 977 yang khusus diperuntukkan sebagai identifikasi nomor
ISSN.
2. 7 angka pertama dari nomor ISSN.
3. 2 angka tambahan yang bebas ditentukan oleh pemilik ISSN untuk membedakan
terbitan berkalanya. Umumnya dimulai dari kombinasi 00 s/d 99.
4. 1 karakter (0-9, X) sebagai karakter-cek EAN-13 yang dihitung secara otomatis
berbasis modulo 11.
Di ISSN Online, pada awal persetujuan 2 angka tambahan diberikan angka
standar 00 yang merepresentasikan edisi awal.
Cara menghitung karakter-cek dengan modulo 11 :
11
1. Buat deret yang terdiri dari 7 angka pertama ISSN ditambah 2 angka tambahan.
2. Kalikan setiap angka dengan 2, 3, ..., 10 dimulai dari angka terakhir.
3. Jumlahkan seluruh hasil perkalian tersebut.
4. Bagi hasil perkalian tersebut dengan 11.
5. Sisa yang tidak terbagi menjadi karakter-cek EAN-13. Bila sisa tersebut sama
dengan 10, diganti dengan huruf X.
Selain itu, masih ada sistem-sistem penomoran lain yang membantu terwujudnya
pengawasan bibliografi, misalnya sistem CODEN yang juga menghasilkan kode unik
untuk identifikasi terbitan berseri (terdiri atas 6 karakter) yang digunakan sebagai
pengganti judul lengkap dalam sistem simpan dan temu balik informasi yang berbantuan
komputer (computerized system). Penggunaan CODEN sekarang tidak terbatas lagi. pada
terbitan berseri, tetapi juga dapat diberikan pada terbitan nonserial. Badan yang
menangani International CODEN service adalah CAS (Chemical Abstracts Service),
suatu divisi dari American Chemical Society yang berlokasi di Columbus, Ohio di
Amerika Serikat. Meskipun badan yang mengatur penetapan CODEN merupakan badan
bidang kimia, ini tidak berarti bahwa pemberian kode ini terbatas pada publikasi bidang
kimia. Publikasi dalam semua bidang ilmu dapat memperoleh CODEN.7
4. ISDS (International Serial Data System)8
Istilah ISDS mulai popular pada akhir dasawarsa 60an, baik di antara para
pemakai informasi maupun para pengelola informasi. ISDS merupakan kerjasama
katalogisasi internasional dalam bidang terbitan berseri yang melibatkan perpustakaan
pusat dokumentasi, pusat informasi, pelayanan indeks serta abstrak dan sebagainya.
7 Darmanto, “Standarisasi dan Pengawasan Bibliografi” artikel diakses pada 16 Oktober 2012 dari http://images.darmanto99.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SOb3DQoKCs8AAEXIn0Y1/Standardisasi%20dan%20Pengawasan%20Bibliografi.pdf?nmid=1184772418 Sulistyo Basuki, Kerjasama Katalogisasi : Katalog Induk dan International Serials Data System (ISDS) (Bandung: Jurusan Ilmu Perpustakaan, Jurusan Sastra Universitas Indonesia, 1978), h.11-13.
12
ISDS dimulai dengan kerjasama anatara UNESCO dengan “ International Council
of Scientific Union” (ICSU) pada tahun 1967. Kerjasama tersebut berupa studi
penjajakan kemungkinan pembentukan system informasi sedunia. Hasil studi penjajakan
ini ialah penyusunan suatu program internasional dalam bidang informasi yang dikenal
dengan nama UNISIST. Sebagai hasil studi penjajakan 1967 tersebut, maka pada tahun
1968 dibentuklah komisi gabungan anatara UNESCO dengan “Abstracting Board” (AB)
ICSU yang bernama UNISIST / ICSU AB Working Group on Bibliographic
Description. Komisi gabungan ini bertugas mengenali, memberikan deskripsi dan
rekomendasi mengenai dan isi unsur data biblografis”. Hasilnya adalah rekomendasi
berbagai deskripsi bibliiografis, diantaranya adalah pencatatan majalah ilmiah bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus dilakukan menurut suatu system yang
seragam. Keseragaman ini merupakan langkah penting kearah pengawasan internasional
kearah pengawasan internasional atas majalah dan terbitan berseri.
A. Struktur Organisasi ISDS :
Untuk melakukan pencatatan majalah ilmiah secara internasional, maka diperlukan
suatu jarinngan kerjasama internasional dalam bidang pencatatan majalah ilmiah. Studi
mengenai hal ini dilakukan oleh suatu badan yang bernama “Information Service in
Physics, Electrotechnology and Computer Control” (INSPEC). Saran INSPEC mengenai
hal tersebut diatas ialah pembentukan sistem data terbitan berseri secara internasional,
yakni “International Serials Data System” (ISDS). Atas saran tersebut, maka UNESCO
dan pemerintah Perancis membuka pusat internasional ISDS. Pusat ini terletak di paris,
diresmikan pada tahun 1972.
Adapun unsur utama ISDS ialah:
1. Pusat internasional yang bertanggung jawab atas pencatatan majalah ilmiahpenerbitan
sedunia dan pembuatan deskripsi terbitan berseri menurut standar paling mutakhir.
Pusat internasional berada di Paris, dibiayai oleh UNESCO dan pemerintah Perancis.
Tugas utamanya ialah mengembangkan dan memelihara registrasi terbitan berseri
secara nasional dan internasional. Terbitan berseri disini diartikan sebagai terbitan
dalam bentuk cetak ataupun bukan cetak, diedarkan dalam bagian yang berurutan,
13
biasanya memakai tanda berupa nomor atau sebutan kronologis dan dimaksudkan
untuk terbit dalam jangka waktu yang tidak ditentukan. Terbitan berseri meliputi
majalah, surat kabar, terbitan tahunan seperti laporan tahunan, buku tahunan, direktori
tahunan, jurnal, memorial, proceeding, transaksi suatu perhimpunan dan seri
monograf.
2. Pusat Regional yang dibentuk karena alas an linguistik, ekonomis maupun geografis.
Tugasnya ialah mencatat terbitan berseri yang ada di kawasannya, meneruskannya
kepada pusat internasional, dan bertindak selaku perantara antara pusat internasional
dengan pemakai informasi.
Setiap terbitan berseri yang masuk dalam registrasi diberi kode khas, yang berlaku di
internasional, dan disebut International Standard Serial Number (ISSN).
3. Pusat nasional yang bertugas memberikan ISSN ungtuk terbitan berseri di wilayah
jurisdiksinya, meneruskan data terbitan berseri kepada Pusat Internasional sesuai
dengan ketentuannya yang berlaku, menyebar luaskan gagasan ISSN di negaranya,
membentuk mata rantai antara penerbit terbitan berseri dengan pusat internasional,
menyebarkan pemasukan data informasi mengenai terbitan berseri yang dimilikinya,
dan bertanggung jawab atas kelancaran tugas diatas.
Seperti sudah dikatakan, Pusat Internasional berada di Paris. Pusat Internasional berada di
Amerika Serikat, Inggris, Australia, Canada, Uni Soviet, Jerman Barat, Perancis, Finlandia,
Jepang, Yugoslavia, Spanyol. Sedangkat pusat regional Asia Tenggara berada di Bangkok
dengan PDIN sebagai penunjang untuk wilayah Indonesia.
B. Pengawasan eksternal bibliografi standard terbitan berkala
Pengawasan eksternal bibliografi standar terbitan berkala maksudnya, pengawasan terbitan
berseri diluar lingkungan perpustakaan. Pengawasan eksternal bibliografi standar terbitan
berkala ini terdiri dari jasa-jasa berupa sumber informasi sekunder seperti :
14
1. CAS:9
Current Awareness Service (CAS) atau dikenal sebagai jasa kesiagaan informasi ialah
layanan perpustakaan kepada individu-individu yang memberi informasi mengenai
majalah terbaru.
2. CCS
Didirikan pada tahun 1975. Tujuan aslinya adalah ungtuk menyediakan system sirkulasi
bersama. Ini telah berkembang menjadi sebuah system yang mendukung pemilihan
material perpustakaan: katalogisasi, catalog public, sirkulasi (termasuk pembayaran
tagihan dan denda), pinjaman antar dan pinjaman lainnya berbagi kegiatan dan akses ke
database dalam dan di luar perpustakaan.
Akses dan pelanggan luar perpustakaan disediakan melalui web. Perpustakaan ccs check
out lebih dari dua belas juta item per tahundengan menggunakan system, dan mengirim
ratusan ribu buku bolak balik. Pelanggan mencari catalog-katalog perpustakaan lain dan
database referensi yang mencakup berbagaimacam bidang studi.
CCS adalah instrumentality anatrpemerintah dibentuk di bawah illionis Negara konstitusi
untuk mengelola system atas nama perpustakaan anggotanya, yang membiayai hamper
semua kegiatannya.
Computer Service Koperasi (CCS) adalah sebuah organisasi keanggotaan yang
menyediakan dan mendukung otomasi perpustakaan bersama yang terjangkau, biaya-
efektif, handal dan progresif.
3. SDI
Layanan ini meliputi kegiatan permintaan paket informasi terseleksi (PIT) . PIT adalah
kumpulan data mengenai sebuah informasi, baik berupa definisi, artikel ilmiah, artikel
popular, table maupun flowchart
4. Jasa Abstrak:
Abstrak adalah satu penerbitan yang merupakan sesuatu perwakilan yang lepas dan
ringkasan tentang isi kandungan sesuatu dokumen serta mengikut gaya penulisan yang
sama dengan dokumen yang asal. Abstrak digunakan adalah untuk membantu pembaca :
a. Menilai isi kandungan sesuatu dokumen dan potensi kesesuaiannya.
9 Calon Pustakawan, “pustaka UT 2011.2” artikel diakses pada Rabu, 12 oktober 2011 dari
14 Calon Pustakawan, “pustaka UT 2011.2” artikel diakses pada Rabu, 12 oktober 2011 dari http://pustakaut20112.blogspot.com/2011/10/layanan-literatur.html