DASAR TEORIMetode tetrimetri yang dikenal juga sebagai metode
volumetri, merupakan cara analisis kuantitatif yang didasarkan pada
prinsip stakiometri reaksi kimia. Dalam setiap metode titrimetri
selalu terjai reaksi kimia antara komponen analit dengan titran
dinyatakan dengan persamaan umum:
a adalah jumlah mol analit (A) yang bereaksi secara stoikiometri
dengan t mol titran (T) atau a dan t menggambarkan koefisien reaksi
dalam persamaan reaksi setararnya. Analit adalah komponen dari
larutan sampel yang hendak diterapkan kuantitasnya. Titran adalah
larutan standar yang telah diketahui dengan tepat
konsentrasinya.Jenis metode titrimetri didasarkan pada jenis reaksi
kimia yang terlibat dalam proses titrasi. Berdasarkan jenis
reaksinya, maka jenis reaksi kimia yang terlibat dalam proses
titrasi. Berdasarkan jenis reaksinya, maka metode titrimetri dapat
dibagi menjadi empat golongan yaitu, asidi-alkalimetri,
oksidimetri, kompleksometri, dan titrasi pengendapan. Salah satu
metode tersebut adalah asidi-alkalimetri.Asidimetri adalah
pengukuran kosentrai asam dengan menggunakan larutan baku basa,
sedangkan alkalimetri adalah pengukuran kosentrasi basa dengan
menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut
juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses pengukuran
volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan kedalam
larutan lain dan diketahui volumenya sampai terjadi reaksi
sempurna. Atau dengan perkataan yang lain untuk mengukur volume
titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen. Titik
ekuivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekuivalen
pereaksi-pereksi sama. Disamping praktiknya titik ekuivalen sulit
diamati karena hanya merupakan titik akhir teoritis atau titik
akhir stoikiometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam
basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui.
Titik akhir titrasi merupakan keadaan dimana penambahan satu tetes
zat penetrasi (titran akan menyebabkan perubahan warna indikator).
Kedua cara tersebut termasuk analisis titrimetri atau volumetri
selama bertahun-tahun. Istilah analisis volumetrik lebih sering
digunakan dari pada titimetri.Akan tetapi, titimetri lebih baik
karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi.
Reaksi-reraksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar penentuan
titimetri asam basa adalah sebagai berikut: Jika HA merupakan asam
akan ditentukan dan BOH sebagai basa, maka reaksinya adalah Jika
BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagai asam, maka
reaksinya adalah Dari kedua reaksi diatas dapat disimpulkan bahwa
prinsip reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan , yakni
dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-reaksi antara
asam kuat dengan basa kuat. Asam kuat dengan basa lemah, asam lemah
dengan basa kuat serta asam lemah dan basa lemah, tapi dalam
percobaan ini menggunakan asam kuat dan basa lemah.Dalam titrasi
asam basa, jumlah relatif asam dan basa yang diperlukan untuk
mencapai titik ekuivalen ditentukan oelh perbandingan mol asam (H+)
dan basa (OH-) yang bereaksi. Dalam titrasi asam basa perubahan PH
sangat kecil sehingga hampir tercapai titik ekuivalen. Pada saat
tercapai titik ekuivalen penambahan sedikit asam atau basa akan
menyebabkan perubahan PH yang sangat besar. Perubahan PH yang besar
ini seringkali dideteksi dengan zat yang dikenal sebagai indikator,
yaitu senyawa (organik) yang akan berubah warnanya dalam rentang PH
tertentu.Berdasarkan logika bahwa pada reaksi penetralan, jumlah
ekuivalen (grek) asam yang bereaksi sama dengan jumlah ekuivalen
(grek) basa.Dikethui: grek (gram ekuivalen) = Volume (V) X
Normalitas (N), maka pada titik ekuivalen = V asam x N asam = V
basa x N basa atau V1.N1 = V2. N2. untuk asam berbasa satu dan basa
berbasa satu, normalitas sama dengan molaritas, berarti larutan 1M
= 1NAsam klorida merujuk pada larutan HCl dalam air, untuk senyawa
HCl dalam keadaan murni (gas), lihat Hidrogen kloridaAsam
klorida
Nama IUPAC[sembunyikan]Asam klorida
Nama lain[sembunyikan]Klorana
Identifikasi
Nomor CAS[7647-01-0]
PubChem313
Nomor EINECS231-595-7
Nomor RTECSMW4025000
Sifat
Rumus molekulHCl dalam air (H2O)
Massa molar36,46g/mol (HCl)
PenampilanCairan tak berwarnasampai dengan kuning pucat
Densitas1,18 g/cm3 (variable)
Titik lebur27,32C (247K)larutan 38%
Titik didih110C (383 K),larutan 20,2%;48C (321 K),larutan
38%.
Kelarutan dalam airTercampur penuh
Keasaman (pKa)8,0
Viskositas1,9 mPas pada 25C,larutan 31,5%
Bahaya
MSDSExternal MSDS
Klasifikasi EUKorosif (C)
Indeks EU017-002-01-X
NFPA 704031COR
Frasa-RR34, R37
Frasa-S(S1/2), S26, S45
Titik nyalaTak ternyalakan.
Senyawa terkait
Anion lainnyaF-, Br-, I-
Asam terkaitAsam bromidaAsam fluoridaAsam iodidaAsam sulfat
Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas berlakupada
temperatur dan tekanan standar (25C, 100kPa)Sangkalan dan
referensi
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida
(HCl). Ia adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam
lambung. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri.
Asam klorida harus ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat
karena merupakan cairan yang sangat korosif.Asam klorida pernah
menjadi zat yang sangat penting dan sering digunakan dalam awal
sejarahnya. Ia ditemukan oleh alkimiawan Persia Abu Musa Jabir bin
Hayyan sekitar tahun 800. Senyawa ini digunakan sepanjang abad
pertengahan oleh alkimiawan dalam pencariannya mencari batu filsuf,
dan kemudian digunakan juga oleh ilmuwan Eropa termasuk Glauber,
Priestley, and Davy dalam rangka membangun pengetahuan kimia
modern.Sejak Revolusi Industri, senyawa ini menjadi sangat penting
dan digunakan untuk berbagai tujuan, meliputi produksi massal
senyawa kimia organik seperti vinil klorida untuk plastik PVC dan
MDI/TDI untuk poliuretana. Kegunaan kecil lainnya meliputi
penggunaan dalam pembersih rumah, produksi gelatin, dan aditif
makanan. Sekitar 20 juta ton gas HCl diproduksi setiap
tahunnya.Daftar isi[sembunyikan] 1 Sejarah 2 Kimia 3 Sifat-sifat
fisika 4 Produksi 4.1 Pasar industri 5 Keberadaan dalam organisme
hidup 6 Keselamatan 7 Referensi 8 Pranala luarSejarah[sunting |
sunting sumber]Asam klorida pertama kali ditemukan sekitar tahun
800 sesudah masehi oleh ahli kimia Jabir bin Hayyan (Geber) dengan
mencampurkan natrium klorida dengan asam sulfat ("vitriol").[1][2]
Jabir menemukan banyak senyawa-senyawa kimia penting lainnya, dan
mencatat penemuannya ke dalam lebih dari dua puluh buku. Penemuan
Jabir atas air raja yang dapat melarutkan emas mengandung asam
klorida dan asam nitrat.[1][2][3]Pada Abad Pertengahan, asam
klorida dikenal oleh ahli kimia Eropa sebagai spirits of salt atau
acidum salis (asam garam). Istilah asam garam ini pun masih
digunakan di beberapa bahasa dunia, misalnya dalam bahasa Jerman
Salzsure, bahasa Belanda Zoutzuur, bahasa Mandarin (yansuan), dan
bahasa Jepang (ensan). Gas HCl disebut sebagai udara asam
laut.Produksi asam klorida secara signifikan dicatat oleh Basilius
Valentinus pada abad ke-15. Pada abad ke-17, Johann Rudolf Glauber
dari Karlstadt am Main, Jerman menggunakan natrium klorida dan asam
sulfat untuk membuat natrium sulfat melalui proses Mannheim. Proses
ini akan melepaskan gas hidrogen klorida sebagai produk
sampingannya. Joseph Priestley dari Leeds berhasil menghasilkan
hidrogen klorida murni pada tahun 1772, dan pada tahun 1818,
Humphry Davy dari Penzance, Inggris, membuktikan bahwa komposisi
kimia zat tersebut terdiri dari hidrogen dan klorin.[1][2][3]
Jabir bin Hayyan dalam gambar abad pertengahanSemasa Revolusi
Industri di Eropa, permintaan atas senyawa-senyawa alkalin
meningkat. Proses industri baru yang mengijinkan produksi natrium
karbonat (soda abu) dalam skala besar berhasil dikembangkan oleh
Nicolas Leblanc. Dalam proses Leblanc, natrium klorida diubah
menjadi natrium karbonat menggunakan asam sulfat, batu kapur, dan
batubara. Proses ini melepaskan hidrogen klorida sebagai produk
samping.Sebelum diberlakukannya Undang-Undang Alkali tahun 1863
oleh Britania, HCl yang berlebih dilepaskan ke udara bebas. Setelah
berlakunya undang-undang ini, produsen soda abu diwajibkan untuk
melarutkan gas ini ke dalam air dan menghasilkan asam klorida dalam
skala industri.[1][3][4]Pada abad ke-20, proses Leblanc digantikan
oleh proses Solvay yang tidak menghasilkan asam klorida sebagai
produk sampingan. Setelah tahun 2000, asam klorida kebanyakan
dihasilkan dari pelarutan produk samping hidrogen klorida dari
produksi industri senyawa organik.[3][4][5]Sejak tahun 1988, asam
klorida telah dimasukkan ke dalam Tabel II Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan
Psikotropika karena ia dapat digunakan dalam produksi heroin,
kokaina, dan metamfetamina.[6] Konvensi ini disahkan di Indonesia
oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997.[7]Kimia[sunting | sunting
sumber]
Titrasi asamHidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang
berarti bahwa ia dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya
sekali. Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul
air membentuk ion hidronium, H3O+:[8][9]HCl + H2O H3O+ + ClIon lain
yang terbentuk adalah ion klorida, Cl. Asam klorida oleh karenanya
dapat digunakan untuk membuat garam klorida, seperti natrium
klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia berdisosiasi penuh
dalam air.[8][9]Asam monoprotik memiliki satu tetapan disosiasi
asam, Ka, yang mengindikasikan tingkat disosiasi zat tersebut dalam
air. Untuk asam kuat seperti HCl, nilai Ka cukup besar. Beberapa
usaha perhitungan teoritis telah dilakukan untuk menghitung nilai
Ka HCl.[10] Ketika garam klorida seperti NaCl ditambahkan ke
larutan HCl, ia tidak akan mengubah pH larutan secara signifikan.
Hal ini mengindikasikan bahwa Cl adalah konjugat basa yang sangat
lemah dan HCl secara penuh berdisosiasi dalam larutan tersebut.
Untuk larutan asam klorida yang kuat, asumsi bahwa molaritas H+
sama dengan molaritas HCl cukuplah baik, dengan ketepatan mencapai
empat digit angka bermakna.[8][9]Dari tujuh asam mineral kuat dalam
kimia, asam klorida merupakan asam monoprotik yang paling sulit
menjalani reaksi redoks. Ia juga merupakan asam kuat yang paling
tidak berbahaya untuk ditangani dibandingkan dengan asam kuat
lainnya. Walaupun asam, ia mengandung ion klorida yang tidak
reaktif dan tidak beracun. Asam klorida dalam konsentrasi menengah
cukup stabil untuk disimpan dan terus mempertahankan
konsentrasinya. Oleh karena alasan inilah, asam klorida merupakan
reagen pengasam yang sangat baik.Asam klorida merupakan asam
pilihan dalam titrasi untuk menentukan jumlah basa. Asam yang lebih
kuat akan memberikan hasil yang lebih baik oleh karena titik akhir
yang jelas. Asam klorida azeotropik (kira-kira 20,2%) dapat
digunakan sebagai standar primer dalam analisis kuantitatif,
walaupun konsentrasinya bergantung pada tekanan atmosfernya ketika
dibuat.[11]Asam klorida sering digunakan dalam analisis kimia untuk
"mencerna" sampel-sampel analisis. Asam klorida pekat melarutkan
banyak jenis logam dan menghasilkan logam klorida dan gas hidrogen.
Ia juga bereaksi dengan senyawa dasar semacam kalsium karbonat dan
tembaga(II) oksida, menghasilkan klorida terlarut yang dapat
dianalisa.[8][9]Sifat-sifat fisika[sunting | sunting
sumber]Ciri-ciri fisika asam klorida, seperti titik didih, titik
leleh, massa jenis, dan pH tergantung pada konsentrasi atau
molaritas HCl dalam larutan asam tersebut. Sifat-sifat ini berkisar
dari larutan dengan konsentrasi HCl mendekati 0% sampai dengan asam
klorida berasap 40% HCl [8][9][12]KonsentrasiMassa
jenisMolaritaspHViskositasKapasitaskalor jenisTekanan uapTitik
didihTitik leleh
kgHCl/kgkgHCl/m3Baumkg/lmol/dm3mPaskJ/(kgK)PaCC
10%104,806,61,0482,870.51,163,470,52710318
20%219,60131,0986,020,81,372,9927,310859
30%344,70191,1499,451,01,702,601.4109052
32%370,88201,15910,171,01,802,553.1308443
34%397,46211,16910,901,01,902,506.7337136
36%424,44221,17911,641,11,992,4614.1006130
38%451,82231,18912,391,12,102,4328.0004826
Suhu dan tekanan referensi untuk tabel di atas adalah 20C dan 1
atm (101,325kPa).Asam klorida sebagai campuran dua bahan antara HCl
dan H2O mempunyai titik didih-konstan azeotrop pada 20,2% HCl dan
108,6C (227F). Asam klorida memiliki empat titik eutektik
kristalisasi-konstan, berada di antara kristal HClH2O (68% HCl),
HCl2H2O (51% HCl), HCl3H2O (41% HCl), HCl6H2O (25% HCl), dan es (0%
HCl). Terdapat pula titik eutektik metastabil pada 24,8% antara es
dan kristalisasi dari HCl3H2O. [12]Produksi[sunting | sunting
sumber]Asam klorida dibuat dengan melarutkan hidrogen klorida ke
dalam air. Hidrogen klorida dapat dihasilkan melalui beberapa cara.
Produksi skala besar asam klorida hampir selalu merupakan produk
sampingan dari produksi industri senyawa kimia lainnya.[3]Pasar
industri[sunting | sunting sumber]Asam klorida diproduksi dalam
bentuk larutan 38% HCl (pekat). Konsentrasi yang lebih besar
daripada 40% dimungkinkan secara kimiawi, namun laju penguapan
sangatlah tinggi, sehingga penyimpanan dan penanganannya harus
dilakukan dalam suhu rendah. Konsentrasi HCl yang paling optimal
untuk pengantaran produk adalah 30% sampai dengan 34%. Kandungan
asam klorida pada kebanyakan cairan pembersih umumnya berkisar
antara 10% sampai dengan 12%.[3] Cairan pembersih tersebut harus
diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan.Produsen asam klorida
terbesar di dunia adalah Perusahaan Dow Chemical dengan total
produksi sebesar 2 juta ton per tahun (pengukuran dalam bentuk gas
HCl). Produksi HCl dunia diperkirakan sebesar 20 juta ton per
tahun, dengan 3 juta ton berasal dari sintesis langsung, dan
sisanya merupakan hasil dari produk sampingan sintesis
organik.[3]Keberadaan dalam organisme hidup[sunting | sunting
sumber]Asam lambung merupakan salah satu sekresi utama lambung. Ia
utamanya terdiri dari asam klorida dan mengasamkan kandungan perut
hingga mencapai pH sekitar 1 sampai dengan 2.[13] Ion klorida (Cl)
dan hidrogen (H+) disekresikan secara terpisah di bagian fundus
perut yang berada di bagian teratas lambung oleh sel parietal
mukosa lambung ke dalam jaringan sekretori kanalikulus sebelum
memasuki lumen perut.[14]Asam lambung berfungsi untuk membantu
pencernaan makanan dan mencegah mikroorganisme masuk lebih jauh ke
dalam usus. pH asam lambung yang rendah akan mendenaturasi protein,
sehingga akan lebih mudah dicerna oleh enzim pepsin. pH yang rendah
ini juga akan mengaktivasi prekursor enzim pepsinogen. Setelah
meninggalkan lambung, asam klorida dalam kim akan dinetralisasi
oleh natrium bikarbonat dalam usus dua belas jari.[13]Lambung itu
sendiri terlindung dari asam kuat oleh sekresi lapisan mukosa yang
tebal dan penyanggaan oleh natrium bikarbonat yang diinduksi oleh
sekretin. Nyeri ulu hati dan sakit maag dapat berkembang apabila
mekanisme perlindungan ini gagal bekerja. Obat-obat antihistamin
dan inhibitor pompa proton dapat menghambat produksi asam dalam
perut, dan antasid digunakan untuk menetralisasi asam yang
ada.[13][15]Keselamatan[sunting | sunting sumber]Tanda bahaya
Asam klorida pekat (asam klorida berasap) akan membentuk kabut
asam. Baik kabut dan larutan tersebut bersifat korosif terhadap
jaringan tubuh, dengan potensi kerusakan pada organ pernapasan,
mata, kulit, dan usus. Seketika asam klorida bercampur dengan bahan
kimia oksidator lainnya, seperti natrium hipoklorit (pemutih NaClO)
atau kalium permanganat (KMnO4), gas beracun klorin akan
terbentuk.NaClO + 2 HCl H2O + NaCl + Cl22 KMnO4 + 16 HCl 2 MnCl2 +
8H2O + 2 KCl + 5 Cl2Alat-alat pelindung seperti sarung tangan PVC
atau karet, pelindung mata, dan pakaian pelindung haruslah
digunakan ketika menangani asam klorida.[1]Bahaya larutan asam
klorida bergantung pada konsentrasi larutannya. Tabel di bawah ini
merupakan klasifikasi bahaya larutan asam klorida Uni
Eropa.[16]Konsentrasiberdasarkan beratKlasifikasiFrasa R
1025%Iritan (Xi)R36/37/38
> 25%Korosif (C)R34 R37
Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (United States
Environmental Protection Agency) memasukkan asam klorida sebagai
bahan beracun.[17]DASAR TEORIMetode tetrimetri yang dikenal juga
sebagai metode volumetri, merupakan cara analisis kuantitatif yang
didasarkan pada prinsip stakiometri reaksi kimia. Dalam setiap
metode titrimetri selalu terjai reaksi kimia antara komponen analit
dengan titran dinyatakan dengan persamaan umum:
a adalah jumlah mol analit (A) yang bereaksi secara stoikiometri
dengan t mol titran (T) atau a dan t menggambarkan koefisien reaksi
dalam persamaan reaksi setararnya. Analit adalah komponen dari
larutan sampel yang hendak diterapkan kuantitasnya. Titran adalah
larutan standar yang telah diketahui dengan tepat
konsentrasinya.Jenis metode titrimetri didasarkan pada jenis reaksi
kimia yang terlibat dalam proses titrasi. Berdasarkan jenis
reaksinya, maka jenis reaksi kimia yang terlibat dalam proses
titrasi. Berdasarkan jenis reaksinya, maka metode titrimetri dapat
dibagi menjadi empat golongan yaitu, asidi-alkalimetri,
oksidimetri, kompleksometri, dan titrasi pengendapan. Salah satu
metode tersebut adalah asidi-alkalimetri.Asidimetri adalah
pengukuran kosentrai asam dengan menggunakan larutan baku basa,
sedangkan alkalimetri adalah pengukuran kosentrasi basa dengan
menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut
juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses pengukuran
volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan kedalam
larutan lain dan diketahui volumenya sampai terjadi reaksi
sempurna. Atau dengan perkataan yang lain untuk mengukur volume
titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen. Titik
ekuivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekuivalen
pereaksi-pereksi sama. Disamping praktiknya titik ekuivalen sulit
diamati karena hanya merupakan titik akhir teoritis atau titik
akhir stoikiometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam
basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui.
Titik akhir titrasi merupakan keadaan dimana penambahan satu tetes
zat penetrasi (titran akan menyebabkan perubahan warna indikator).
Kedua cara tersebut termasuk analisis titrimetri atau volumetri
selama bertahun-tahun. Istilah analisis volumetrik lebih sering
digunakan dari pada titimetri.Akan tetapi, titimetri lebih baik
karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi.
Reaksi-reraksi kimia yang dapat diterima sebagai dasar penentuan
titimetri asam basa adalah sebagai berikut: Jika HA merupakan asam
akan ditentukan dan BOH sebagai basa, maka reaksinya adalah Jika
BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagai asam, maka
reaksinya adalah Dari kedua reaksi diatas dapat disimpulkan bahwa
prinsip reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan , yakni
dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-reaksi antara
asam kuat dengan basa kuat. Asam kuat dengan basa lemah, asam lemah
dengan basa kuat serta asam lemah dan basa lemah, tapi dalam
percobaan ini menggunakan asam kuat dan basa lemah.Dalam titrasi
asam basa, jumlah relatif asam dan basa yang diperlukan untuk
mencapai titik ekuivalen ditentukan oelh perbandingan mol asam (H+)
dan basa (OH-) yang bereaksi. Dalam titrasi asam basa perubahan PH
sangat kecil sehingga hampir tercapai titik ekuivalen. Pada saat
tercapai titik ekuivalen penambahan sedikit asam atau basa akan
menyebabkan perubahan PH yang sangat besar. Perubahan PH yang besar
ini seringkali dideteksi dengan zat yang dikenal sebagai indikator,
yaitu senyawa (organik) yang akan berubah warnanya dalam rentang PH
tertentu.Berdasarkan logika bahwa pada reaksi penetralan, jumlah
ekuivalen (grek) asam yang bereaksi sama dengan jumlah ekuivalen
(grek) basa.Dikethui: grek (gram ekuivalen) = Volume (V) X
Normalitas (N), maka pada titik ekuivalen = V asam x N asam = V
basa x N basa atau V1.N1 = V2. N2. untuk asam berbasa satu dan basa
berbasa satu, normalitas sama dengan molaritas, berarti larutan 1M
= 1NPEMBUATAN LARUTAN DAN STANDARISASINYA
A. Pendahuluan1. Latar BelakangKetika kita mempelajari kimia
dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang
homogen mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat
dalam jumlah besar yaitu pelarut atau solvent, sedang komponen yang
terdapat dalam jumlah kecil disebut zat terlarut atau solut.
Konsentrasi suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah solut yang
ada di dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat
dinyatakan dalam beberapa cara antara lain molaritas, molalitas,
normalitas, dan sebagainya. Molaritas yaitu jumlah mol solut dalam
satu liter larutan, molalitas yaitu jumlah mol solut per 1000 gram
pelarut sedangkan normalitas adalah jumlah gram ekuivalen solute
dalam 1 liter larutan.Dalam ilmu kimia, pengertian larutan ini
sangat penting karena hampir semua reaksi terjadi dalam bentuk
larutan. Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran serba sama
dari dua komponen atau lebih yang saling berdiri sendiri. Disebut
campuran karena terdapat molekul-molekul, atom-atom atau ion-ion
dari dua zat atau lebih. Larutan dikatakan homogen apabila campuran
zat tersebut komponen-komponen penyusunnya tidak dapat dibedakan
satu dengan yang lainnya lagi. Misalnya larutan gula dengan air,
dimana kita tidak dapat lagi melihat dari bentuk gulanya, hal ini
karena larutan sudah tercampur secara homogen.Dalam pembuatan
larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi
yang tidak tepat dengan yang diinginkan, untuk itu diperlukan
praktikum. Pada praktikum acara ini akan dilaksanakan acara
pembuatan larutan dan standarisasinya. Dalam hal ini adalah membuat
larutan 0,1 HCl dan standarisasi HCl serta menentukan kadar Na2CO3
dengan HCl. Dalam pembuatan larutan harus dilakukan seteliti
mungkin dan menggunakan perhitungan yang tepat, sehingga hasil yang
didapatkan sesuai dengan yang diharapkan.Untuk mengetahui
konsentrasi sebenarnya dari larutan yang dihasilkan maka dilakukan
standarisasi. Standarisasi pada percobaan kali ini menggunakan
metode titrasi asam basa yaitu proses penambahan larutan standar
dengan larutan asam. Keterkaitan praktikum kimia dalam acara ini
dengan pertanian yaitu digunakannya senyawa-senyawa kimia sebagai
pemberantas hama yang lebih kita kenal dengan pestisida. Sebagian
besar pestisida berbentuk larutan. Selain digunakan sebagai
pestisida juga digunakan sebagai pupuk. Meskipun demikian,
penggunaan larutan kimia sebagai pupuk perlu diperhatikan
penggunaannya. Penggunaan pupuk harus sesuai dengan kadar yang
telah ditentukan agar dapat mendukung sektor pertanian dalam
memproduksi hasil-hasilnya