BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPenyakit sirosis hepatis
merupakan penyebab kematian terbesar setelah penyakit
kardiovaskular dan kanker (Lesmana, 2004). Diseluruh dunia sirosis
hepatis menempati urutan ketujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000
orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati
merupakan penyankit hati yang sering ditemukan dalam ruang
perawatan dalam. Gejala klinis dari sirosis hepatic sangat
bervariasi,mulai dari tanpa gejala sampai dengan gejala yang sangat
jelas. Apabila diperhatikan, laporan di Negara maju, maka kasus
sirosis hepatis yang dating berobat kedokter hanya kira-kira 30%
dari seluruh populasi penyakit ini dan lebih dari 30% lainnya
ditemukan secara kebetulan ketika berobat, sisanya ditemukan saat
otopsi (Sutadi, 2003)Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) pada
tahun 2000 sekitar 170 juta umat manusia terinfeksi sirosis
hepatis. Angka ini meliputi sekitar 3% dari seluruh populasi
manusia di dunia dan setiap tahunnya infeksi baru sirosis bertambah
3-4 juta orang. Angka prevalensi penyakit sirosis hepatis di
Indonesia, secara pasti belum diketahui. Prevalensi penyakit
sirosis hepatis pada tahun 2003 di Indonesia berkisar antara
1-2,4%. Dari rata-rata prevalensi (1,7%), 2 diperkirakan lebih dari
7 juta penduduk Indonesia mengidap sirosis hepatis. Menurut Ali
(2004), angka kasus penyakit hati menahun di Indonesia sangat
tinggi.Jika tidak segera diobati, penyakit itu dapat berkembng
menjadi siosis atau kenker hati, sekitar 20 juta penduduk Indonesia
terserang penyakit hati menahun. Angka ini merupakan perhitungan
prevalensi penderita dengan infeksi hepatitis B di Indonesia yang
berkisar 5-10 persen dan hepatitis C sekitar 2-3 persen. Dalam
perjalanan penyakitnya, 20-40% dari jumlah penderita penyakit hati
menahun itu akan menjadi sirosis hati dalam waktu sekitar 15 tahun,
tergantung sudah berapa lama seseorang di seluruh dunia itu.
Serosis hepatis merupakan penyakit yang sering di jumpai di seluruh
dunia termasuk di Indonesia, kasus ini lebih banyak ditemukan pada
kaum laki-laki dibandingkan kaum wanita dengan perbandingan 2-4 : 1
dengan umur rata-rata terbanyak golongan umur 30-59 tahun dengan
puncaknya ekitar 40-49 tahun (Hadi, 2008)
1.2 Rumusan MasalahBagaimana konsep tentang penyakit sirosis
hepatis ? 1.3 Tujuan1.3.1 Mengetahui pengertian penyakit sirosis
hepatis 1.3.2 Mengetahui penyebab penyakit sirosis hepatis1.3.3
Mengetahui gejala penyakit sirosis hepatis1.3.4 Mengetahui
perjalanan penyakit serosis hepatis1.3.5 Mengetahui uji pemeriksaan
sirosis hepatis1.3.6 Mengetahui penatalaksanaan sirosis hepatis1.4
Manfaat1.4.1 Meningkatkan kemampuan mahasiswa tentang pengertian
serosis hepatis1.4.2 Meningkatkan kemampuan mahasiswa tentang
penyebab sirosis hepatis1.4.3 Meningkatkan kemampuan mahasiswa
tentang gejala penyakit sirosis hepatis1.4.4 Meningkatkan kemampuan
mahasiswa tentang perjalanan penyakit serosis hepatis1.4.5
Meningkatkan kemampuan mahasiswa tentang uji diagnostic penyakit
sirosis hepatis1.4.6 Meningkatkan kemampuan mahasiswa tentang
penatalaksanaan sirosis hepatis
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi Sirosis hepatis adalah
penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan menahun
pada hati, diikuti dengan ploriferasi jaringan ikat, degenerasu dan
regenerasi sel-sel hati, sehingga timbul kekacauan dalam susunan
parenkim hati (Arief Mansjoer, 1999) Sirosis hepatis adalah
penyakit kronis yang menyebabkan destruksi sel dan fibrosis
(jaringan parut), jaringan hepatic. (Sandra M.Nettina, 2001)
Sirosis hepatis adalah stadium akhir dari penyakit hati, yang
menahun dimana secara anatomis didapatkan proses fibrosis dengan
pembentukan nodul regenerasi dan nekrosis. (Smeltzer & Bare,
2001) Sirosis hepatis adalah penyakit kronis yang menyebabkan
destruksi sel dan fibrosis (jaringan parut) dari jaringan
hepatik.
2.2KlasifikasiKlasifikasi sirosis dikelompokkan berdasarkan
morfologi, secara fungsional dan etiologinya. Berdasarkan
morfologi, sirosis hati dibedakan atas 3 jenis, yaitu :1.
MikronodularDitandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, di
dalam septa parenkim hati mengandung nodul halus dan kecil merata
di seluruh lobus. Pada sirosis mikronodular, besar nodulnya tidak
melebihi 3 mm. Tipe ini biasanya disebabkan alkohol atau penyakit
saluran empedu.
Gambar 1. Sirosis Mikronodular
2. MakronodularDitandai dengan terbentuknya septa dengan
ketebalan bervariasi, mengandung nodul yang besarnya juga
bervariasi ada nodul besar didalamnya, ada daerah luas dengan
parenkim yang masih baik atau terjadi regenerasi parenkim. Tipe ini
biasanya tampak pada perkembangan hepatitis seperti infeksi virus
hepatitis B. 2,4,5
Gambar 2. Sirosis Makronodular
3. Campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro-dan
makronodular).
Sedangkan secara fungsional, sirosis hepatis dibagi menjadi
kompensata dan dekompensata.1. Sirosis hati kompensataSering
disebut dengan sirosis hati laten atau dini. Pada stadium
kompensata ini belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya
stadium ini ditemukan pada saat pemeriksaan skrining. 2. Sirosis
hati dekompensataDikenal dengan sirosis hati aktif, dan stadium ini
biasanya gejala-gejala sudah jelas, misalnya ascites, edema dan
ikterus.
2.3 Etiologi1. Alcoholic liver diseaseSirosis alkoholik terjadi
pada sekitar 10-20% peminum alkohol berat. Alkohol tampaknya
melukai hati dengan menghalangi metabolisme normal protein, lemak,
dan karbohidrat. 2. Hepatitis C kronisInfeksi virus hepatitis C
menyebabkan peradangan dan kerusakan hati yang selama beberapa
dekade dapat mengakibatkan sirosis.Dapat didiagnosis dengan tes
serologi yang mendeteksi antibodi hepatitis C atau RNA virus.3.
Hepatitis B kronisVirus hepatitis B menyebabkan peradangan dan
kerusakan hati yang selama beberapa dekade dapat mengakibatkan
sirosis.Hepatitis D tergantung pada kehadiran hepatitis B, tetapi
mempercepat sirosis melalui ko-infeksi.Hepatitis B kronis dapat
didiagnosis dengan deteksi HBsAg> 6 bulan setelah infeksi
awal.HBeAg dan HBV DNA bermanfaat untuk menilai apakah pasien perlu
terapi antiviral.4. Non-alcoholic steatohepatitis(NASH)Pada NASH,
terjadi penumpukan lemak dan akhirnya menjadi penyebab jaringan
parut di hati.Hepatitis jenis ini dihubungkan dengan diabetes,
kekurangan gizi protein, obesitas, penyakit arteri koroner, dan
pengobatan dengan obat kortikosteroid.Penyakit ini mirip dengan
penyakit hati alkoholik tetapi pasien tidak memiliki riwayat
alkohol.Biopsi diperlukan untuk diagnosis.5. Sirosis bilier
primerMungkin tanpa gejala atau hanya mengeluh kelelahan, pruritus,
dan nonikterik hiperpigmentasi dengan hepatomegali.Umumya disertai
elevasi alkali fosfatase serta peningkatan kolesterol dan
bilirubin.Hal ini lebih umum pada perempuan. 6. Kolangitis
sklerosis primerPSC adalah gangguan kolestasis progresif dengan
gejala pruritus, steatorrhea, kekurangan vitamin larut lemak, dan
penyakit tulang metabolik. 7. Autoimmune hepatitisPenyakit ini
disebabkan oleh gangguan imunologis pada hati yang menyebabkan
inflamasi dan akhirnya jaringan parut dan sirosis.Temuan yang umum
didapatkan yaitu peningkatan globulin dalam serum, terutama
globulin gamma.8. Sirosis jantung.Karena gagal jantung kronis sisi
kanan yang mengarah pada kemacetan hati. 9. Penyakit Keturunan dan
metabolik, antara lain: a. Defisiensi alpha1-antitripsinMerupakan
gangguan autosomal resesif.Pasien juga mungkin memiliki PPOK,
terutama jika mereka memiliki riwayat merokok tembakau.Serum AAT
selalu rendah.b. Hemakhomatosis herediterBiasanya hadir dengan
riwayat keluarga sirosis, hiperpigmentasi kulit, diabetes mellitus,
pseudogout, dan / atau cardiomyopathy, semua karena tanda-tanda
overload besi.Labor akan menunjukkan saturasi transferin puasa>
60% dan ferritin >300 ng/mL.c. Penyakit Wilson Kelainan
autosomal resesif yang ditandai dengan ceruloplasmin serum rendah
dan peningkatan kadar tembaga pada biopsi hati hati.d. Penyakit
simpanan glikogen tipe IVe. Tirosinemia herediterf. Galaktosemiag.
Intoleransi fruktosa herediter10. Infeksi parasit yang berat
seperti skistosomiasis.
2.4 Faktor resikoBeberapa faktor risiko yang berhubungan dengan
tingkat progresi fibrosis hati pada sirosis hepatis adalah : Usia
tua, Jenis kelamin pria, Infeksi hepatitis B dan C, Konsumsi
alkohol > 50 g/hari, Koinfeksi HIV, Penurunan jumlah sel
CD4Pasien yang terinfeksi hepatitis B dan C, risikonya meningkat
untuk berkembang menjadi sirosis hepatis yang dipengaruhi oleh
penurunan jumlah sel CD4. Risiko kematian pada pasien sirosis
hepatis berhubungan dengan jumlah sel CD42.5
Patofisologi(terlampir)2.6 Manifestasi klinisStadium awal sirosis
sering tanpa gejala sehingga kadang ditemukan pada waktu pasien
melakukan pemeriksaan rutin atau karena kelainan penyakit lain.
Gejala awal sirosis (konpensata) meliputi perasaan mudah lelah dan
lemas, selera makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat
badan menurun, pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis
mengecil, buah dada membesar, serta menurunnya dorongan
seksualitas.2Manifestasi klinis dari sirosis hati yang lanjut
terjadi akibat dua tipe gangguan fisiologis: kegagalan parenkim
hati dan hipertensi portal. Kegagalan perenkim hati memperlihatkan
gejala klinis berupa :1. Ikterus2. Asites3. Edema perifer4.
Kecenderungan perdarahan5. Eritema palmaris6. Spider nevi7. Fetor
hepatikum8. Ensefalopati hepatik3,7,8Sedangkan gambaran klinis yang
berkaitan dengan hipertensi portal antara lain:1. Varises
oesophagus dan lambung2. Splenomegali3. Perubahan sum-sum tulang4.
Caput meduse5. Asites6. Collateral veinhemorrhoidKelainan sel darah
tepi (anemia, leukopeni dan trombositopeni)
2.7 Pemeriksaan penunjangPada saat ini, penegakan diagnosis
sirosis hati terdiri atas pemeriksaan fisis, laboratorium, dan USG.
Pada kasus tertentu diperlukan pemeriksaan biopsi hati atau
peritoneoskopi karena sulit membedakan hepatitis kronik aktif yang
berat dengan sirosis hati dini.a. Temuan Klinis pada Pemeriksaan
Fisik1. Hati : perkiraan besar hati, biasa hati membesar pada awal
sirosis, bila hati mengecil artinya, prognosis kurang baik. Pada
sirosis hati, konsistensi hati biasanya kenyal/firm, pinggir hati
biasanya tumpul dan ada nyeri tekan pada perabaan hati.2. Limpa :
pembesaran limpa/splenomegali.3. Perut & ekstra abdomen : pada
perut diperhatikan vena kolateral dan ascites.4. Manifestasi diluar
perut : perhatikan adanya spider navy pada tubuh bagian atas, bahu,
leher, dada, pinggang, caput medussae, dan tubuh bagian bawah.
Perlu diperhatikan adanya eritema palmaris, ginekomastia, dan
atrofi testis pada pria. Bisa juga dijumpai hemoroid.2,5b.
Laboratorium1. Aminotransferases - AST dan ALT meningkat cukup
tinggi, dengan AST> ALT.Namun, aminotransferases normal tidak
menyingkirkan sirosis.2. Fosfatase alkali - biasanya sedikit lebih
tinggi.3. GGT - berkorelasi dengan tingkat AP.Biasanya jauh lebih
tinggi pada penyakit hati kroniskarena alkohol.4. Bilirubin - dapat
meningkat sebagai tanda sirosis sedang berlangsung.5. Albumin -
rendah akibat dari menurunnya fungsi sintetis oleh hatidengan
sirosis yang semakin memburuk.6. Waktu prothrombin - meningkat
sejak hati mensintesis faktor pembekuan.7. Globulin - meningkat
karena shunting antigen bakteri jauh darihati ke jaringan
limfoid.8. Serum natrium - hiponatremia karena ketidakmampuan untuk
mengeluarkan air bebasakibat dari tingginya ADH dan aldosteron.9.
Trombositopenia - karena splenomegaly kongestif dan menurunnya
sintesis thrombopoietin dari hati.Namun, ini jarang
menyebabkanjumlah platelet