MAKALAH SEMINAR KEPERAWATAN JIWA GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI PENDENGARAN PADA NY: S. DIRUMAH SAKIT DUREN SAWIT DisusunOleh : 1. FENNY ANTARINA 2. DWI SUPRIANTO 3. DENIS YUNIAR 4. AKHBAR FAHANI 5. AHMAD MUJAHID PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XIV
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH SEMINAR KEPERAWATAN JIWA
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI PENDENGARAN
PADA NY: S. DIRUMAH SAKIT DUREN SAWIT
DisusunOleh :
1. FENNY ANTARINA
2. DWI SUPRIANTO
3. DENIS YUNIAR
4. AKHBAR FAHANI
5. AHMAD MUJAHID
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XIV
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINAWAN
JAKARTA
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan. Kesehatan jiwa
bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi merupakan suatu hal yang di
butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. (Menkes, 2005)
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii
Ahmad, kesehatan jiibu Sa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap
negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi
memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain,
tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan dengan
berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat Bina Pelayanan
Keperaibu Satan dan Pelayanan Medik Dapertemen Kesehatan, 2007).
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiibu Sa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Pada study
terbaru IBU SHO di 14 negara menunjukkan bahwa pada negara-negara berkembang,
sekitar 76-85% kasus gangguan jiibu Sa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun
utama(Hardian, 2008). Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang demikian tinggi dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang ada dimasyarakat.
Dari 150 juta populasi orang di Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan
(Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4 % dari
jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk
penyakit kejiiwaan ini. Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah
penderita gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan
sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nur
Siyanti, 2008).
Berdasarkan keadaan umum semua pasien yang ada di ruangan Berry RS Duren
sawit yaitu berjumlah 23 orang. Dimana pasien terbagi atas berbagai macam masalah
diagnosa keperawatan yang berbeda dari 23 orang pasien, dari hasil data yang kami
dapatkan,yaitu:
Tahun 2012 kasus halusinasi berjumlah 26 kasus, isos 15 kasus, RPK 15 kasus, HDR
20 kasus, DPD 16 kasus, waham 15 kasus.
Tahun 2013 kasus halusinasi berjumlah 61 kasus, isos 22 kasus, RPK 19 kasus, HDR
6 kasus, DPD 22 kasus, waham 2 kasus
Tahun 2014 kasus halusinasi berjumlah 37 kasus, isos 34 kasus, RPK 15 kasus,HDR
11 kasus, DPD 34 kasus, waham 1
Tahun 2015 kasus halusinasi berjumlah 45 kasus, isos 38 kasus, RPK 21 kasus, HDR
3 kasus, DPD 40 kasus, waham tidak ada, RBD 1 kasus
Jadi dapat disimpulkan bahwa kasus halusinasi adalah kasus terbanyak di RS Duren
Sawit Ruang Berry terhitung dari tahun 2012 – 2015 bulan September berjumlah 169 kasus.
Berdasarkan hal diatas, kami kelompok tertarik untuk mencari serta membahas
tentang halusinasi dalam seminar kelompok yang sebagai salah satu syarat tugas untuk
menyelesaikan praktek klinik di RS Duren Sawit.
1.2 Tujuan.
1.Tujuan Umum.
Untuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperawatan Jiwa pada klien dengan
perubahan sensori persepsi: Halusinasi pendengaran di ruangan Berry RS.Duren Sawit
2 Tujuan khusus
1) Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan sensori persepsi: halusinasi
(pendengaran)
2) Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan sensori persepsi : halusinasi
(pendengaran)
3) Melakukan intervensi keperawatan kepada klien perubahan sensori
persepsi :halusinasi (pendengaran)
4) Melakukan tindakan keperawatan pada klien perubahan sensori persepsi : halusinasi
(pendengaran)
5) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien perubahan sensori persepsi:
halusinasi (pendengaran)
6) Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan perubahan sensori persepsi :
halusinasi (pendengaran)
7) Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis
dapatkan.
1.3 Metode
Metode yang dilakukan dalam pembuatan makalah ini adalah :
a. Studi kasus
Melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada seorang klien dengan masalah
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi Pendengaran di Ruang Berry RSKD. Duren
Sawit.
b. Observasi
Mengobservasi gejala – gejala perilaku yang dialami klien dengan gangguan sensori
persepsi: Halusinasi Pendengaran dan observasi keberhasilan standar asuhan
keperawatan yang di berikan
c. Studi perpustakaan
Dengan mempelajari beberapa buku yang berhubungan dengan Gangguan Sensori
Persepsi : Halusinasi Pendengaran termasuk bahan – bahan perkuliahan agar makalah
ini mempunyai nilai ilmiah untuk dipertahankan.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah adalah sebagai berikut :
Bab I Berisi tentang pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II Berisi tentang tinjauan teori meliputi pengertian, etiologi, faktor predisposisi,
faktor presipitasi, tanda dan gejala, mekanisme koping, rentang respon, masalah
keperawatan, pohon masalah, diagnosa keperawatan, fokus intervensi.
Bab III Berisi tentang tinjauan kasus meliputi pengkajian, analisa data, masalah
keperawatan, pohon masalah, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
implementasi dan evaluasi keperawatan.
Bab IV Berisi tentang pembahas.
Bab V Berisi tentang penutup meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah sensori persepsi yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs,
2002).
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien
dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain klien
berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat
dibuktikan (Nasution, 2003).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari
luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus
eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Kesimpulannya, halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap
lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.
2.2 MACAM-MACAM HALUSINASI
1.Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang
kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan
lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan.
2.Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar kartun,bayangan yang
rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3.Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
4.Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
5.Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6.Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau
pembentukan urine
7.Kinisthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
2.3 ETIOLOGI
A. FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah:
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis
yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang
berikut:
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang
signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan
pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum).
Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress.
B. FAKTOR PRESIPITASI
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak
berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1 Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
2.Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3.Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
2.4 MANIFESTASI KLINIK
1. Fase Pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian. Klien mungkin
melamun atau memfokukan pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan
kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien masih mampu mengotrol
kesadarnnya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.
Perilaku klien : tersenyum atau tertaibu Sa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa
bersuara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan
halusinasinya dan suka menyendiri.
2.Fase Kedua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, klien
berada pada tingkat “listening” pada halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol,
gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut
apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu mengontrolnya. Klien membuat
jarak antara dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang
dari orang lain.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut
jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan
dengan realitas.
3. Fase Ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa dan tak
berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol
klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit
atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi
perintah.
4. Fase Keempat / conquering/ panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi
yang sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi
klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya
klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam ibu Saktu singkat, beberapa jam atau
selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi.
Jelaskan : Klien selalu mengatakan yang sama saat bertemu yaitu ada suara-
suara jahat yang ingin merampok klien.
Masalah Keperawatan : Perubahan proses fikir: Waham
9. Isi Pikir
Fobia
Jelaskan : Klien mengatakan takut akan suara itu karena telah mengancam
klien untuk mencangkul dan mengambil tanahnya.
Masalah Keperawatan : Perubahan proses fikir: Waham
10. Tingkat Kesadaran
Binggung
Jelaskan : Klien mengatakan bahwa dirinya sakit dan mengerti bahwa dirinya
berada di rumah sakit jiwa
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
11. Memori
Gangguan daya ingat saat ini
Jelaskan : Klien mengatakan tidak ingat pembicaraan kemaren karena kalau
sudah bicara ya sudah dan tidak ingat lagi.
Masalah Keperawatan : Perubahan proses fikir: Waham
12. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Jelaskan : Klien mampu berhitung dalam bentuk sederhana ( menghitung
angka)
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
13. Kemampuan Penilaian
Jelaskan : Klien mengatakan memilih mandi dulu baru makan karena sudah
terbiasa dan aturannya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
14. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Jelaskan : Klien mengatakan bahwa sakitnya Cuma itu saja dan tidak
mengalami gangguan jiwa .
Masalah Keperawatan : Regiment teraupeutik Inefektif
VI. KEBUTUHAN PULANG
1. Makan : Klien mampu makan sendiri, namun harus diingatkan.
2. BAB/BAK : Klien mampu BAB/BAK di toilet dengan sendiri
Jelaskan : Klien mengatakan Makan dan BAB/BAK bisa sendiri
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
3. Mandi: Klien mampu mandi sendiri
4. Berpakaian / berhias: klien mengatakan sudah mampu berpakain/berhias dengan
sendiri
5. Istirahat dan Tidur : Waktu tidur klien tidak menentu, tidur malam klien jam
20.00 - 05.00 Wib
6. Penggunaan obat : Klien mengatakan minum obat harus diingatkan dan harus ada
yang memperhatikan.
7. Pemeliharaan Kesehatan : Klien melakukan pemeliharaan kesehatan secara
mandiri dirumah
8. Kegiatan didalam rumah : Klien mengatakan menyiapkan makan,nyuci, dll.
9. Kegiatan diluar rumah : klien mengatakan tidak ada kegiatan diluar rumah.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
VII. MEKANISME KOPING
Adaptif : Bicara dengan orang lain
Maladaptif :
Menghindar
menyendiri
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : Klien Mengatakan suka ikut doa
kelompok.
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : Klien mengatakan lebih enak
dirumah dari pada dipanti.
Masalah dengan pendidikan, spesifik : Klien Mengatakan merasa malu karena klien
hanya tamat SD,.
Masalah dengan pekerjaan, spesifik : Klien mengatakan klien hanya bekerja sebagai
Petani.
Masalah dengan perumahan, spesifik : Klien mengatakan tinggal dipanti dan ingin
pulang ke Kediri
Masalah ekonomi, spesifik : Klien Mengatakan klien kurang mampu karena hartanya
dirampok.
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : Klien mengatakan di panti obatnya
tidak mempan , tapi obat di RS Duren Sawit ampuh..
Masalah lainya, spesifik : Tidak ada
Masalah keperawatan :Harga Diri Rendah.
IX. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Penyakit jiwa
Koping
Penjelasan : Klien Mengatakan tidak mengetahui penyakit jiwa serta obat-obatan
yang diminum.
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa dan
ketidak patuhan minum obat
X. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : ( skizofrenia)
Terapi Medik :
Trihexiphenidyl 1x1mg (THP)
Olandos 1x5 mg
XI. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
Gangguan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran
Isolasi Sosial
Resiko Perilaku Kekerasan
Regiment Taraupeutik Inefektif
Harga Diri Rendah
Defisit Perawatan Diri
Koping Keluarga tidak efektif
Resiko Perilaku Kekerasan
core problem
Isolasi sosial Defisit Perawatan Diri: Mandi/ kebersihan Diri
Regiment Teraupeutik Inefektif HDR
Koping Keluarga Inefekti
Analisa Data
No Data Masalah
1 Data subyektif Gangguan
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
– Klien mengatakan sering mendengar suara-
suara anaeh ditelinganya.
– Klien mengatakan suara yang didengar
adalah suara perampok yang mengancam,
menyuruh mencangkul, meibuar,
membunuh dan serta mau mengambil
hartanya.
– klien Mengatakan sudah bisa mengontrol
halusinasinya dengan menghardik “Pergi-
pergi saya tidak mau dengar, kamu suara
palsu”
Data obyektif
– Klien tampak berbicara sendiri
– Klien tampak dapat melakukan menghardik
Sensori Persepsi:
Halusinasi
Pendengaran
2 Data subyektif :
- Klien mengatakan ingin sendiri
- Klien mengatakan mau mengobrol
dengan yang mau dan yang baik saja
- Klien mengatakan capek mengobrol
terus.
Data obyektif :
- Klien tampak berdiam diri
- Klien tampak kontak mata kurang,
karena ditanya klien mengalihkan
pandangannya.
- Klien tampak tidak focus.
Isolasi Sosial
3 Data subyektif :
- Klien mengatakan merasa diancam atau
dicederai oleh orang lain.
- Klien mengatakan tidak suka diinjak oleh
temanya
- Klien mengatakan mendengar suara-suara
aneh
Data obyektif :
- Klien tampak tegang saat bercerita.
- Klien tampak menginjak kaki pasien
lain karena pasien lain itu tidak sengaja
menginjak kakinya.
- Klien pembicaraannya kasar jika sedang
tidak enak hati.
Resiko Perilaku
Kekerasan
4.
Data Subjektif:
- Klien mengatakan pernah masuk RS.
Duren Sawit 3 tahun yang lalu.
- Klien mengatakan minum obat tapi obat
yang dipanti sudah kadaluwarsa.
Data Objektif :
- Saat ini klien dirawat di RS. Duren
Sawit.
Regiment
Teraupeutik
Inefektif
- Klien tampak berhalusinasi
5 Data Subjektif :
- Klien mengatakan sudah mandi, tapi tidak
sampoan /tidak keramas.
- Klien mengatakan tidak menggosok gigi
karena sikat gigi tidak ada
Data Objektif :
- Rambut klien tampak kasar
- Kulit klien tampak kotor, dan tidak elastis
lagi.
- Gigi klien kotor
Defisit Perawatan
Diri:
Mandi/kebersihan
Diri
6 Data Subjektif :
- Klien mengatakan anak dan saudaranya
tinggal di Kediri
- Klien mengatakan tinggal di panti
Cipayung
Data Objektif :
- Klien tidak tau bagaimana cara merawat
diri dirumah.
Koping Keluarga
Inefektif
7 Data Subjektif :
- Data Subjektif :
Klien mengatakan dirinya masih muda
tapi orang lain mengganggap klien sudah
tua.
- Klien mengatakan ingin sendiri karena
takut dirampok.
Data Objektif :
Harga Diri
Rendah
- Ekspresi wajah datar dan tidak senyum
- Klien tampak malas-malasan.
GRAFIK MASALAH KEPERAWATAN 3 TAHUN TERAKHIR DI RS DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR RUANG BERRY
Berdasarkan grafik di atas di peroleh data:
Tahun 2012 kasus halusinasi berjumlah 26 kasus, isos 15 kasus, RPK 15 kasus, HDR 20 kasus, DPD 16 kasus, waham 15 kasus.
Tahun 2013 kasus halusinasi berjumlah 61 kasus, isos 22 kasus, RPK 19 kasus, HDR 6 kasus, DPD 22 kasus, waham 2 kasus
Tahun 2014 kasus halusinasi berjumlah 37 kasus, isos 34 kasus, RPK 15 kasus,HDR 11 kasus, DPD 34 kasus, waham 1
Tahun 2015 kasus halusinasi berjumlah 45 kasus, isos 38 kasus, RPK 21 kasus, HDR 3 kasus, DPD 40 kasus, waham tidak ada, RBD 1 kasus
Jadi dapat disimpulkan bahwa kasus halusinasi adalah kasus terbanyak di RS Duren Sawit Ruang Berry terhitung dari tahun 2012 – 2015 bulan September berjumlah 169 kasus.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAIBU SATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI