Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diabetes Mellitus(DM) adalah masalah serius bagi kesehatan masyarakat di
seluruh dunia. Berdasarkan data dari international Diabetes federation (IDF) tahun
2009 memperkirakan bahwa India menduduki urutan pertama penderita Diabetes
Mellitus (DM) terbanyak di dunia yaitu sebanyak 50,8 juta jiwa tahun 2010, disusul
oleh negara Cina yaitu sebanyak 43,2 juta jiwa dan Amerika serikat sebanyak 26,8 juta
jiwa, sedangkan Indonesia sendiri berada diurutan ke sembilan dengan jumlah
penderita sebanyak 7 juta jiwa. Sedangkan untuk kejadian selulitis di Amerika serikat
sendiri yaitu sebanyak 32-48/1000 populasi dari tahun 1997 sampai 2005 (Humphrey,
2009).
Indonesia merupakan negara berkembang dengan populasi penduduk 234,9 juta
jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk setiap tahunnya 1,5 % dan merupakan
negara keempat terbesar populasinya di dunia. Indonesia juga merupakan negara
keempat terbanyak memiliki penderita Diabetes Mellitussetelah India, China, dan
USA (WHO, 2005, dalam Handayani 2010). Badan perserikatan Diabetes Mellitus
menyatakan 8,4 juta jiwa penduduk Indonesia adalah penderita Diabetes Mellitus
pada tahun 2000 dan angka ini akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun
2030 jika penduduk Indonesia tidak merubah gaya hidupnya.
Di Riau khususnya kota pekanbaru diketahui terdapat 6.018 pasien dengan
penyakit Diabetes Mellitus pada tahun 2007 berdasarkan data yang diperoleh dari
RSUD Arifin Achmad. Diruang Murai II RSUD Arifin Achmad pada tahun 2009
penyakit Diabetes Mellitus menduduki peringkat keempat terbanyak dengan jumlah
pasien sebanyak 122 orang setelah febris (401 orang), dispepsia (298 orang), dan GE
(126 orang).
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa penderita Diabetes Mellitus
yang pernah rawat inap dan rawat jalan di RSUD Arifin Ahmad memilki angka yang
cukup besar. Hal ini menyebabkan semakin meningkatnya angka morbiditas dan
mortalitas setiap tahun akibat penyakit Diabetes Mellitusterutama jika penyakit
1
Page 2
Diabetes Mellitusini tidak dapat dikendalikan dan tidak dikontrol secara teratur
(Handayani, 2010)
Meningkatnya angka prevalensi dari penyakit Diabetes Mellitus yang dapat
diperparah dengan adanya komplikasi yang dapat diakibatkan oleh kontrol yang buruk
terhadap penyakit Diabetes Mellitus itu sendiri. Komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita Diabetes Mellitus dalam jangka waktu yang singkat adalah hipoglikemi,
ketiasidosis, dan infeksi fungal. Sedangkan komplikasi dalam jangka waktu yang lama
adalah retinophaty, neprophaty, neurophaty, gangguan pada system sirkulasinya, dan
amputasi (International Diabetes Federation, 2009).
Oleh karena selalu meningkatnya angka prevalensi Diabetes Mellitus di
Indonesia khususnya di RSUD Arifin Achmad provinsi Riau serta banyaknya
komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat adanya kontrol yang buruk terhadap
penyakit tersebut, membuat kelompok tertarik untuk mempelajari asuhan keperawatan
pada klien dengan Diabetes Mellitus dan Selulitis di ruang Murai II RSUD Arifin
Achmad provinsi Riau.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yang ada
adalah :
1. Apa pengertian, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan
medis dan pemeriksaan diagnostik serta laboratorium Diabetes Mellitus?
2. Apa saja diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada penderita Diabetes
Mellitus?
3. Bagaimana rencana asuhan keperawatan dan intervensi yang tepat pada
penderita Diabetes Mellitus?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
serta penatalaksanaan medis dan pemeriksaan diagnostik dan laboratorium
Diabetes Mellitus.
2. Mampu membuat diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada penderita
Diabetes Mellitus.
2
Page 3
3. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan dan intervensi yang tepat pada
penderita Diabetes Mellitus.
4. Mampu melakukan implementasi dari rencana asuhan keperawatan dan
intervensi yang tepat pada penderita Diabetes Mellitus.
5. Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes
Mellitus.
D. Manfaat Penulisan
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam memahami Diabetes
Mellitus
2. Melatih mahasiswa dalam membuat kasus dan penyelesainnya mulai dari
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi
3
Page 4
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Diabetes Mellitus
A. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner dan
Suddart, 2006). Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit sistemik kronik yang
ditandai dengan adanya defisiensi insulin atau penurunan kemampuan tubuh dalam
menggunakan insulin (Black & Hawks, 2005). Pengertian lain menyebutkan, Diabetes
Mellitus adalah penyakit endokrin yang ditandai dengan adanya hiperglikemia atau
kenaikan kadar glukosa dalam darah dan kelainan metabolik serta komplikasi jangka
panjang yang melibatkan mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah (Isselbacher,
Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, & Kasper, 2000).
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam darah pada jumlah tertentu. Glukosa
dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi, sementara insulin merupakan suatu
hormon yang diproduksi di pankreas, berfungsi untuk mengendalikan kadar glukosa
dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannnya (Smeltzer & Bare,
2001).
B. Klasifikasi
Diabetes dibedakan atas beberapa tipe, klasifikasi Diabetes yang utama antara
lain sebagai berikut:
a) Diabetes Mellitus Tipe I
DM tipe I merupakan Diabetes Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent
Diabetes Mellitus) atau IDDM. Kurang lebih 5%-10% dari penderita Diabetes
mengalami DM tipe I ini. Pada DM tipe I sel-sel beta pankreas yang
menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun sehingga tidak ada
insulin yang dihasilkan oleh tubuh penderitanya. Akibatnya, penyuntikan
insulin merupakan satu-satunya cara untuk mengontrol kadar glukosa dalam
darah. DM tipe I ditandai awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia <30
tahun. Selain itu, penderita biasanya bertubuh kurus saat terdiagnosis.
4
Page 5
Komplikasi yang sering terjadi yaitu ketoasidosis diabetik, yang jarang terjadi
pada DM tipe II (Smeltzer & Bare, 2001).
b) Diabetes MellitusTipe II
Diabetes Mellitustipe II merupakan Diabetes Mellitustidak tergantung insulin
(Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau NIDDM. Kurang lebih 90%-
95% penderita mengalami DM tipe II ini. Diabetes Mellitustipe II terjadi akibat
penurunan sensitivitas terhadap insulin/resistensi insulin atau akibat penurunan
jumlah produksi insulin. Diabetes tipe II pada awalnya diatasi melalui diet dan
latihan. Akan tetapi, jika kadar glukosa darah tetap tinggi penanganannya
dilengkapi dengan obat hipoglikemik oral atau bahkan penyuntikan insulin.
Diabetes tipe II paling sering ditemukan pada indivisu yang berusia >30 tahun
dan obesitas. Komplikasi yang biasanya terjadi adalah sindrom hiperosmolar
nonketotik, sedangkan ketoasidosis jarang terjadi kecuali jika klien dalam
keadaan stres ataupun menderita infeksi (Smeltzer & Bare, 2001).
c) Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes tipe ini biasanya terjadi selama kehamilan pada trimester kedua atau
ketiga. Diabetes gestasional terjadi akibat adanya hormon disekresikan oleh
plasenta dan berefek dengan menghambat kerja insulin.
C. Etiologi
1. DM tipe 1
a) Faktor genetik
Diabetes diturunkan secara genetik pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) DR3 atau DR4. Individu yang memiliki
salah satu antigen ini mempunyai risiko terkena DM sebesar 3-5 kali.
b) Faktor imunologi
Adanya respon autoimun dimana antibodi menyerang jaringan normal tubuh.
Autoimun terjadi pada sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen sehingga
terjadi pengahancuran sel-sel beta pankreas.
5
Page 6
c) Faktor lingkungan
Adanya virus atau toksin yang memicu proses autoimun sehingga
mengakibatkan destruksi sel-sel beta pankreas (Smeltzer & Bare, 2001).
2. DM tipe 2
a) Obesitas
Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin dan dalam sel target
insulin di seluruh tubuh. Obesitas sentral (penumpukan lemak didaerah
abdominal, bukan lemak subkutan) diketahui sebagai faktor predisposisi
terjadinya resistensi terhadap insulin, ini berkaitan dengan pengeluaran
hormon yang disebut adipokines (merusak toleransi glukosa). Pasien dengan
obesitas daerah abdominal kira-kira 55% diantaranya didiagnosa menjadi DM
Tipe 2.
b) Riwayat keluarga
Pada dekade terakhir tipe ini terus berkembang dan telah mempengaruhi
anak-anak dan remaja.
D. Patofisiologi
1. DM tipe 1
Terjadinya kerusakan atau destruksi sel-sel beta pankreas akibat proses
autoimun sehingga pankreas tidak menghasilkan insulin/defisiensi insulin.
Akibatnya kadar glukosa dalam darah meningkat (hipergilkemia). Apabila kondisi
hiperglikemia ini terjadi dalam jangka waktu yang lama dan cukup parah maka
ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring sehingga
glukosa muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
dieksresikan ke dalam urine, maka akan terjadi pengeluaran cairan dan elektrolit
yang berlebihan (diuretik osmotik) akibat sifat glukosa yang menahan cairan. Hal
ini menyebabkan peningkatan jumlah urine ketika klien berkemih (poliuria) dan
rasa haus akibat kekurangan cairan (polidipsia).
Selain itu, klien akan mengalami peningkatan selera makan (polifagia)
akibat menurunnya simpanan kalori dan dapat menimbulkan kelelahan serta
6
Page 7
kelemahan. Lebih lanjut lagi akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang dapat mengganggu keseimbangan asam-
basa. Alhasil terjadi ketoasidodis yang ditandai dengan adanya nyeri abdomen,
mual-muntah, hiperventilasi dan napas bau aseton yang apabila tidak diatasi dapat
menyebabkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
2. DM tipe 2
Masalah utama DM tipe 2 adalah terjadinya resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan berikatan dengan reseptor khusus pada
permukaan sel, kemudian terjadi reaksi intraseluler yang meningkatkan transport
glukosa menembus membran sel ke dalam sel. Pada pasien dengan Diabetes tipe 2
terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptornya. Hal ini terjadi
akibat berkurangnya jumlah reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Ada
3 tahap abnormalitas pada DM tipe 2 ini, pertama glukosa plasma tetap normal
meskipun terlihat resistensi insulin karena adanya mekanisme kompensasi tubuh
berupa hipersekresi insulin. Kedua resistensi insulin cenderung memburuk
sehingga meskipun kadar insulin meningkat, tampak intoleransi glukosa dalam
bentuk hiperglikemia setelah makan. Pada fase ketiga, resistensi insulin tidak
berubah, tetapi sekresi insulin menurun yang menyebabkan hiperglikemia puasa
dan Diabetes yang nyata (Copstead & Banasik, 2005).
7
Page 8
WOC DIABETES MELITUS
Faktor genetik Faktor imunologi Faktor lingkungan
Kerusakan sel pankreas bawaan dari lahir Perubahan fungsi imun Virus & toksik memicu perubahan fungsi imun
Antibodi merusak jaringan normal tubuh (pankreas)
Gangguan fungsi pankreas
Penurunan produksi insulin
Gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak
Ambilan glukosa katabolisme protein meningkat lipofisis meningkat
Hiperglikemi asam amino kehilangan nitrogen asam lemak bebas ↑
glikogenesis gliserol meningkat ketoagenesis
kehilangan cairan glukosa darah glukosa sel ↓ glukosuria ketoanemia
penebalan membran nutri sel ↓ diaresis osmotik hipotensi ketoasidosis dasar vaskuler
sel lapar poliuria, polidipsi shockketonuria pernapasan
disfungsi endotel disfungsi endotel oksigen keotak ↓ kusmauli mikrovaskuler makrovaskuler & nafas bau
kematian aseton mikro angiopati
8
Peningkatan suhu tubuh
Gangguan nutrisi
Page 9
aterosklerosis neuropati retinopati netropati perifer oklusi
katarak GFR kondisi syaraf PJK mikroangiospati penyempitan pembuluh darah otak
kesemutan GGKMCI penyakit pemb. darah kapiler stroke
Ulkus tidak sembuh Gangren
9
Pola nafasTidak efektif
MK: gangguan rasa nyaman nyeri
Resiko cidera- intoleran aktifitas- pola eliminasi
Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit MK: MK: Resiko tinggi infeksi
Intervensi: Pantau TTV Pantau intake-output Observasi keadaan kulit
dan mukosa Kolaborasi berikan
terapi cairan sesuai indikasi
Intervensi: Kaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik, derajat nyeri (skala 1-10),. Laporkan perubahan nyeri dengan tepat
Pertahankan tirah baring dengan posisi semi fowler
Berikan pilihan tindakan nyaman, dorong teknik relaksasi, dan aktivitas hiburan
Intervensi: Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien Anjurkan klien untuk
meningkatkan intake nutrisi Pantau TTV Kolaborasi berikan antibiotik
sesuai indikasi
Page 10
E. Manifestasi klinis
1. Diabetes Tipe I
a. Hiperglikemia saat berpuasa.
b. Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia dan polifagia.
c. Gejala-gejala lain termasuk keletihan dan kelemahan.
d. Ketoasidosis diabetik (DAK) menyebabkan tanda-tanda dan gejala-gejala
nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, jika tidak segera ditangani
akaan berlanjut pada perubahan tingkat kesadaran, koma dan kematian
(Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, & Setiati, 2006).
2. Diabetes Tipe II
a. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif.
b. Gejala-gejala seringkali ringan dan dapat mencakup keletihan, mudah
tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit dengan kesembuhan yang
lambat, infeksi vaginal, atau penglihatan kabur (jika kadar gula darah sangat
tinggi).
c. Komplikasi jangka panjang jira Diabetes tidak terdeteksi dalam waktu
selama beberapa tahun (mis. penyakit mata, neuropati perifer, penyakit
vaskuler perifer) yang mungkin telah terjadi sebelum diagnosa aktual
ditetapkan (Smeltzer & Bare, 2001).
F. Komplikasi
1. Komplikasi Akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dalam glukosa darah, antara lain:
a) Hipoglikemi
Adalah keadaan dimana kadar gula darah kurang dari 60mg/dl atau kurang dari
80mg/dl dengan gejala klinis.
b) Ketoasidosis Diabetik (KAD)
Ketoasidosis diabetika merupakan kondisi dekompensasi metabolik akibat
defisiensi insulin absolute atau relatif dan merupakan komplikasi akut yang
serius. Ketoasidosis juga dapat dialami penderita non DM yang mendapat 10
Page 11
terapi dilantin dengan dosis tinggi, suntikan intravena diaksosida, atau
kortikosteroid dalam dosis tinggi. Gambaran klinis utama KAD berupa
hiperglikemia, ketosis, asidosis metabolik, ketonuria, poliuria, polidipsi,
pernapasan kussmaul, nyeri otot skelet dan perut.
c) Sindrom Hiperglikemi Hiperosmolar Non Ketotik (HHNK)
Biasanya merupakan penyulit DM tipe II. Merupakan sindrom dehidrasi berat
karena diuresis hiperglikemik berkepanjangan pada keadaan pasian tidak dapat
minum cukup air untuk mengatasi kehilangan cairan melalui urine. Biasanya
pada pasien lanjut usia, stroke yang memperburuk hiperglikemia dan
menghalangi asupan air yang cukup.
2. Komplikasi Kronis
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan. Komplikasi kronis
yang terjadi adalah:
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar)
1) Sirkulasi koroner (penyakit jantung koroner)
2) Vaskular serebral (penyakit serebrovaskuler seperti CVA)
3) Vaskular perifer (penyakit pambuluh darah tungkai)
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil)
1) Retinopati (penyakit mata): retinopati samar, makulopati, retinopati pra-
proliferatif, retinopati proliferatif, katarak, glukoma.
2) Nefropati: penyakit yang mengenai ginjal yaitu pada nefron ginjal yang
dapat menyebabkan gangguan pada filtrasi glomerulus dan mendukung
terjadinya gagal ginjal.
3) Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
11
Page 12
G. Penatalaksanaan
1. Diet
Tinggi karbohidrat, rendah lemak dan tinggi serat atau tinggi KH, tinggi asam
lemak: lemak tidak jenuh berikatan tunggal.
a. Tujuan umum penatalaksanaan diet
1) Mencapai dan mempertahankan kepada mendekati kadar
normal
2) Kadar normal
3) Mencegah komplikasi akut atau kronik
4) Meningkatkan kualitas hidup
b. Prinsipnya
1) Cukup kalori untuk mencapai dan mempertahankan
kadar normal.
2) Perhatikan adanya komplikasi
3) Cukup vitamin dan mineral
c. Komposisi diet
1) Karbohidrat : 60-70 %
2) Protein : 10-15 %
3) Lemak : 20-25 %
4) Kolesterol : < 300 mg/hr
d. Penentuan kebutuhan kalori per hari:
1) Kebutuhan basal
– Laki-laki: BB ideal × 30 kalori
– Perempuan : BB ideal × 25 kalori
2) Penyesuaian
– Umur > 40 tahun: - 5%
– Aktivitas ringan (duduk-duduk, nonton): + 10%
– Aktivitas sedang (kerja kantoran, perawat): + 20%
– Aktivitas berat (olahragawan): + 30%
– Berat badan gemuk: -20%
– Berat badan lebih: -10%12
Gambar 2. Komplikasi Diabetes pada aliran darah perifer dan saraf perifer
Page 13
– Berat badan kurus: +20%
3) Stres metabolik (infeksi, operasi): + 30% (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi,
Simadibrata, & Setiati, 2006).
2. Olahraga / latihan jasmani
Efeknya: terlalu banyak insulin akan menurunkan produksi glukosa hati dan
menurunkan lipofisis sehingga menurunkan cadangan tenaga yang diperlukan.
Apabila insulin dalam jumlah yang cukup/sedikit berkurang, olahraga menurunkan
glukosa darah akibat pemakaian yang meningkat dan perbaikan dalam glikogenolisis
hati. Latihan jasmani dilakukan 3-4 x/minggu yang sesuai dengan CRIPE
(Continouse, Rhythmical, Interval, Progresis, Endurance training).
3. Obat-obatan
Obat-obat antidiabetik oral:
a. Golongan sulfonilurea: untuk meningkatkan produksi hormon insulin.
b. Alfa glukosidose inhibiti, contohnya: glibenclamid.
c. Inusulin sensitizing agent untuk memperbaiki sensitivitas hormon insulin,
contohnya: actrapid.
A. Penatalaksanaan
Pemberian antibiotik yang tepat (penicillin, penicillinase-resistant penicillin,
erytliromycin, cephalosporin).
Nyeri lokal dapat dihilangkan dengan kompres dingin.
Analgesik (aspirin, acetaminophen dan lain-lain), mungkin juga membantu
menghilangkan nyeri.
Infeksi anerob, gunakan antibiotik yang tepat secara sistemik.
Bila disertai dengan fasutis akibat infeksi Streptokokus, diperlukan tindakan
"debridement" segera.
B. Pemeriksaan diagnostik
1. Gula darah meningkat : 200-1000 mg/dl atau
lebih.
13
Page 14
- Glukosa darah sewaktu
- Kadar glukosa darah puasa
- Tes toleransi glukosa
Pemeriksaan Bukan DM Belum Pasti DM DM
Kadar glukosa darah
sewaktu
• Plasma vena
• Darah kapiler
Kadar glukosa darah
puasa
• Plasma vena
• Darah kapiler
< 100
<80
<110
<90
100-200
80-200
110-120
90-110
>200
>200
>126
>110
2. Aceton plasma : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol
4. Osmolalitas serum : <330 mOs/dl
5. Elektrolit
a. Natrium : meningkat / menurun
b. Kaium : Normal/meningkat
c. Fosphor : lebih sering meninggi
d. GDA : biasanya menunjukkan pH rendah
dan menurun pada HCO3 dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
e. Darah :
1) Trombosit darah : H+ mungkin meninggi (dehidrasi)
2) Ureum kreatinin: meningkat atau normal
3) Insulin darah
Pada tipe I mungkin menurun atau tidak ada.
Pada tipe II mungkin normal.
f. Urin
14
Page 15
1) Gula dan aseton (+), berat jenis menurun.
2) Kultur dan sensivitas : kemungkinan adanya infeksi saluran
kemih.
C. Asuhan Keperawatan
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun gangguan tidur/istirahat.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas latergi/disorientasi, koma.penurunan kekuatan otot.
2. Sirkulasi
Gejala : Ada nya riwayat hipertensi : IMA
Kebas, kesemutan pada ektremitas
Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikadia
Perubahan tekanan darah postural : hipertensi
Nadi yang menurun/tak ada.
Disritmia
Krekels, DVJ (GJK)
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung
3. Integritas ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain
Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsangan
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliurea), nokturnal
Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi) ISK
baru/berulang nyeri tekan abdomen
Diare
15
Page 16
Tanda : Urine encer, pucat,kuning,poliuria (dapat berkembang menjadi
oliguri/anuria, jika terjadi hipovolemik berat)
urine berkabut, bau busuk infeksi abdomen keras, adanya asites
bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
5. Makanan/cairan
Gejala : Hilang nafsu makan
Mual/muntah
Tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat
penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu
Penggunaan diuretik (tiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek
Kekakuan/distensi abdomen, muntah
Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan GD)
Bau buah (nafas aseton)
6. Neurosensori
Gejala : Pusing /pening
Sakit kepala
Kesemutan, kebes kelemahan pada otot, parastesia
Gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi: mengantuk, latergi, stupor/koma (baru, masa lalu)
kacau mental
Refleks tendon dalam (RTD) menurun (koma)
Aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
16
Page 17
8. Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk/dengan tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara
Batuk,dengan/tampa sputum purulen (infeksi)
Frekuensi pernafasan meningkat
9. Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : demam, diaporosis
Kulit rusak, lesi, ulserasi
Parasetia/paralysis
Menurunnya kelemahan umum/rentang gerak.
10. Seksualitas
Gejala : Rebas vagina (cendrung infeksi)
Masalah impotensi pada pria, kesulitan organisme pada wanita.
11. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor risiko pada keluarga ,DM, penyakit jantung, stroke,
hipertensi, penyembuhan yang lambat
Penggunaan obat seperti steroid, diuretik (tiazid), dilantin dan
penobarbital dapat meningkatkan kadar glukosa darah
D. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan Diabetes antara lain
sebagai berikut:
1. Risiko kekurangan volume cairan b.d ketidakseimbangan antara intake dan output.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan masukan oral,
anoreksia.
3. Risiko infeksi b/d kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada
sirkulasi infeksi pernapasan yang ada sebelumnya atau ISK.
17
Page 18
4. Perubahan sensori-persepsi b.d ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit.
5. Kelelahan b.d penurunan produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan energi:
status hipermetabolik/infeksi.
6. Ansietas b.d perubahan status kesehatan.
7. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan b.d
kurangnya informasi, kesalahan interpretasi informasi.
E. Intervensi Keperawatan
No.Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan
kriteria hasil
Intervensi
KeperawatanRasional
1 kekurangan
volume cairan
b.d
ketidakseimban
gan antara
intake dan
output
Setelah dilakukan
tindakan selama
4×6 jam,
diharapkan
volume cairan
tubuh klien
adekuat.
Kriteria hasil:
TTV dalam
rentang
normal.
Turgor kulit
baik.
Tidak ada
tanda-tanda
dehidrasi.
Mandiri:
Dapatkan riwayat
pasien terdekat
sehubungan dengan
lamanya intensitas
dari gejala muntah,
pengeluaran urin yang
sangat berlebihan.
Pantau tanda-tanda
vital, catat adanya
perubahan TD
ortostatik.
Pantau pernapasan
seperti adanya
pernapasan kusmaul
atau berbau keton.
Membantu dalam
memperkirakan
kekurangan volume
total, tanda dan gejala
mungkin sudah ada
pada bebrapa waktu
sebelumnya.
Hipovolemik dapat
dimanifestasikan oleh
hipotensi dan
takikardia.
Paru-paru
mengeluarkan asam
karbonat melalui
pernapasan yang
menghasilkan
kompensasi alkalosisi
respiratorik terhadap
18
Page 19
Pantau frekuensi dan
kualitas pernapasan,
penggunaan otot bantu
pernapasan dan
adanya periode apnea
dan munculnya
cianosis.
Pantau suhu, warna
kulit dan
kelembabannya.
Kolaborasi:
Berikan terapi cairan
sesuai indikasi, seperti
normal salin dengan
atau tanpa dekstrosa.
Pasang/pertahankan
kateter urin tetap
terpasang.
keadaan ketoasidosis,
Koreksi
hiperglikemia dan
asidosis akan
menyebabkan pola
dan frekueansi
pernapasan
mendekati normal
Meskipun demam,
menggigil dan
diaphoresis
merupakan hal umum
terjadi pada infeksi,
demam dengan kulit
yang kemerahan,
kering mungkin
sebagai cerminan dari
dehidrasi.
Tipe dan jumlah dari
cairan tergantung
pada derajat
kekurangan cairan
dan respon pasien
secara individual.
Memberikan
pengukuran yang
tepat/akurat terhadap
pengukuran haluaran
19
Page 20
urin terutama jika
neuropati otonom
menimbulkan
gangguan kandung
kemih.
2 Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh b.d
penurunan
masukan oral,
anoreksia.
Setelah dilakukan
tindakan selama
4×6 jam,
diharapkan
kebutuhan nutrisi
klien adekuat.
Kriteria hasil:
BB dalam
batas normal.
Edema (-).
Hasil
laboratorium
dalam nilai
normal.
Mandiri:
Timbang berat badan
tiap hari.
Tentukan program
diet dan pola makan
klien bandingkan
dengan makanan yang
dapat dihabiskan oleh
klien.
Auskultasi bising
usus, catat adanya
nyeri abdomen/ perut
kembung, mual,
muntahan makanan
yang belum sempat
dicerna, pertahankan
keadaan puasa sesuai
indikasi.
Identifikasi makanan
yang
disukai/dikehendaki
temasuk kebutuhan
etnik/kultural.
Memberikan
informasi tentang
kebutuhan diet.
Mengidentifikasikan
kekurangan dan
penyimpangan dari
kebutuhan terapeutik.
Hiperglikema dan
gangguan
keseimbangan dan
cairan elektrolit dapat
menurunkan motilitas
fungsi lambung yang
akan mempengaruhi
pilihan intervensi.
Jika makanan yang
disukai klien dapat
dimasukkan dalam
perencanaan
makanan, kerjasama
20
Page 21
Libatkan keluarga
klien pada
perencanaan makanan
ini sesuai dengan
indikasi
Kolaborasi:
Pemeriksaan gula
darah dengan finger
stick.
Pantau pemeriksaan
ini dapat diupayakan
setelah pulang.
Meningkatkan rasa
keterlibatannya,
memberikan
informasi pada
keluarga untuk
memahami kebutuhan
nutrisi klien.
Analisa ditempat
tidur terhadap gula
darah yang lebih
akurat (menunjukkan
keadaan saat
dilakukan
pemeriksaan)
daripada memantau
gula dalam urin
(reduksi urin) yang
tidak cukup akurat
untuk mendeteksi
fluktuasi kadar gula
darah dan dapat
dipengaruhi oleh
ambang ginjal klien
secara individu atau
adanya retensi urin
(gagal ginjal).
Gula darah akan
21
Page 22
laboratorium, seperti
glukosa darah.
menurun perlahan
dengan penggantian
cairan dan terapi
insulin terkontrol.
3 Risiko tinggi
infeksi b.d kadar
glukosa tinggi.
Setelah dilakukan
tindakan selama
4×6 jam,
diaharapkan
risiko infeksi
tidak terjadi.
Kriteria hasil:
TTV dalam
rentang
normal.
Tidak ada
tanda-tanda
infeksi.
Tidak ada
pengeluaran
pus.
Tidak terjadi
demam.
Mandiri:
Observasi tanda-tanda
infeksi dan
peradangan seperti
demam, kemerahan,
adanya pus atau luka,
sputum purulent, urine
warna keruh atau
berkabut.
Tingkatkan upaya
pencegahan dengan
melakukan cuci
tangan yang baik pada
semua orang yang
berhubungan dengan
klien termasuk klien
sendiri.
Berikan perawatan
kulit dengan teratur
dan sungguh-
sungguh,masase
tulang yang tertekan.
Berikan lingkungan
Klien mungkin masuk
dengan infeksi,
biasanya telah
mencetuskan keadaan
ketoasidosis atau
dapat mengalami
infeksi nosokomial.
Mencegah timbulnya
infeksi silang.
Sirkulasi perifer bisa
terganggu yang
menempatkan klien
pada peningkatan
risiko terjadinya
kerusakan pada kulit
iritasi dan infeksi.
Meningkatkan
22
Page 23
tenang dan istirahat.
Anjurkan untuk
makan dan minum
adekuat (kira-kira
3000 ml/hari).
Kolaborasi:
Pemeriksaan kultur
dan sensitivitas sesuai
indikasi.
Kolaborasi dalam
pemberian obat
antibiotik yang sesuai.
relaksasi dan
membantu
menurunkan ansietas.
Menurunkan
kemungkinan
terjadinya infeksi,
meningkatkan aliran
urine.
Mengidentifikasi
organism sehingga
dapat
memilih/memberikan
terapi antibiotik yang
terbaik.
Penanganan awal
dapat membantu
mencegah timbulnya
sepsis.
23
Page 24
BAB III
PENGKAJIAN
A. INFORMASI UMUM
Nama : Ny. S Umur : 46 th
Tanggal lahir : 17-8-1966 Jenis Kelamin : perempuan
Suku bangsa : Sunda Tanggal masuk : 31-12-2012
Tanggal pengkajian : 8-1-2013 Dari/rujukan : RS Teluk Kuanta
Diagnosa medik : DM tipe II No. MR : 78 94 58
B. ALASAN MASUK
Klien masuk dengan keluhan sakit kepala, batuk, dan nafas sesak. Klien mengatakan
nafas mulai sesak sejak 3 hari yang lalu, klien mengeluh badan terasa bengkak dan kepala
pusing.
C. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan pusing, mual, lemas dan nyeri pada luka yang ada di kaki sebelah kiri.
D. RIWAYAT KESEHATAN SEBELUMNYA
Klien telah menderita DM ±2 tahun yang lalu. Sekitar 4 bulan yang lalu klien dibawa ke
RS PMC untuk dioperasi pada kaki sebelah kiri. Luka ini terjadi karena digigt nyamuk
kemudian bengkak, bernanah, dan memerah tiba-tiba berair dan berbau busuk, pada saat
itu gula darah klien mencapai 600. Sekitar sebulan yang lalu klien diopersi lagi dengan
keluhan yang sama di RS Teluk Kuantan dan kemudian dirujuk ke RS Arifin Ahmad
untuk proses penyembuhan.
E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Klien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit DM.
24
Page 25
F. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital:
TD : 100/70 mmHg Suhu : 37,3˚C
Nadi : 82 x/mnt Pernafasan : 22 x/mnt
Tinggi badan : 150 cm Berat badan : ±60 kg
I. Kepala
Rambut: panjang/pendek/tanpa rambut/kotor/mudah rontok/gatal-gatal
Lain-Lain: rambut klien berwarna hitam, pendek sebahu dan rambut bersih, tidak
rontok dan tidak gatal.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
Mata: ikterik/midriasis/pakai kacamata/kontak lens/gangguan penglihatan
Lain-Lain: konjungtiva tidak anemis, mata tidak mengalami gangguan dan tidak
memakai kaca mata.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
Hidung: perdarahan/sinusitis/gangguan penciuman/malformasi/terpasang NGT
Lain-Lain: hidung tidak ada mengalami gangguan dan tidak terpasang NGT
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
Mulut: kotor/bau/terpasang ETT/gudel/perdarahan/lidah kotor/gangguan
pengecapan
25
Keterangan:
: Perempuan meninggal
: Laki-laki meninggal
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien
46
Page 26
Lain-Lain: mulut tidak terpasang ETT dan tidak ada gangguan pengecapan dan
tampak bersih
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
Gigi: gigi palsu/kotor/kawat gigi/karies/tidak ada gigi
Lain-Lain: gigi klien bersih dan tidak memakai gigi palsu
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
Telinga: perdarahan/terpasang alat bantu dengar/infeksi/gangguan pendengaran
Lain-Lain: tidak ada gangguan pendengaran dan tidak ada infeksi.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
II. Leher: pembesaran KGB, kaku kuduk, terpasang trakeostomi/JVP
Lain-Lain: tidak ada kaku kuduk dan tidak terpasang trakeostomi, JVP: 3 cm
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
III. Dada
Inspeksi: bentuknya simetris tidak ada lesi.
Palpasi: tidak ada massa, taktil premitus kanan=kiri, tidak ada nyeri tekan,
Perkusi: tidak ada kelainan
Auskultasi: bunyi nafas bronkovesikuler di IC3 dan IC4.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
IV. Tangan: utuh/luka/lecet/sianosis/capillary refill > 3 detik/clubbing
finger/dingin/fraktur/edema
Lain-Lain: terpasang infus NaCl 0,9% pada tangan kanan,tangan klien kering da
mengelupas, CRT <3 detik.
Masalah keperawatan: kekurangan volume cairann, risiko infeksi
V. Abdomen
Inspeksi: perutnya simetris dan terpasang kateter
Palpasi: tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi: tidak ada kelainan
26
Page 27
Auskultasi: bising usus 10x/i
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
VI. Genitalia: perdarahan/terpasang kateter/trauma/malformasi/menstruasi/infeksi
Lain-Lain: terpasang pemper’s
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
VII. Kaki: fraktur/edema/malformasi/luka/infeksi/keganasan/sianosis/dingin
Lain-Lain: terdapat luka, terpasang balutan dan kulit kering.
Masalah keperawatan: resiko infeksi dan kekurangan cairan elektrolit
VIII. Punggung: lordosis/kiposis/skoliosis/dekubitus/infeksi
Lain-Lain: punggung normal dan tidak ada kelainan.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
a) Laboratorium serum (3-1-2013)
– Glukosa : 131 mg/dl (N: 70-125 mg/dl)
– Albumin : 1,5 gr/dl (N: 3,5-5,0)
b) Hematologi (18-10-2010)
– Hb : 8,1 gr/dl (N: 12-14 gr/dl)
Medikasi/obat-obatan yang diberikan saat ini
– Ranitidin 2x1 ampul
– Parasetamol 3x1
– Infus NaCl 0,9% 20 tetes/mnt
– Insulin pagi dan sore
27
Page 28
Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d ketidakseimbangan antara intake dan output
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d luka pada kaki
3. Risiko infeksi b.d peningkatan kadar glukosa dalam darah dan penurunan fungsi
insulin.
.
Pekanbaru, 19-10-2010
Mahasiswa
28
Page 29
ANALISA DATA
Data yang dikaji Etiologi Masalah keperawatan
Data subjektif :
- Klien mengatakan sering
BAK (1500 ml)
- Klien mengatakan sedikit
minum air putih
- Klien mengatakan lemah
dan sedikit pusing
Data objektif :
- Klien tampak pucat dan
lemah
- Tangan klien tampak
terpasang infus NaCl 0,9 %
- Klien terpasang kateter
Defisiensi insulin
Penurunan pemakaian
glukosa oleh sel
hiperglikemia
glikosuria
osmotik diuresis
poliuria
kekurangan volume
cairan
Kekurangan volume cairan
Data subjektif :
- Klien mengatakan nyeri
pada bagian yang luka dan
berdenyut-denyut
- Klien mengatakan susah
bergerak.
- Klien mengatakan lemah
pada kaki yang luka.
Data objektif :
- Kaki kiri klien tampak luka
dari mata kaki sampai lutut
- Klien tampak grlisah dan
mengeluh sakit
- Klien terdengar meringis
Terputusnya kontinuitas jaringan
Pelepasan mediator kimia (bradikinin, serotonin,
histamin, prostaglandin)
Merangsang ujung-ujung saraf bebas
Stimulus ke medulla spinalis melalui radiks
dorsalis
Talamus
Korteks serebri
Gangguan rasa nyaman
nyeri
29
Page 30
- Saat duduk, klien dibantu
oleh keluarga
Persepsi nyeri
Gangguan rasa nyaman
nyeri
Data subjektif :
- Klien mengatakan ada luka
pada bagian kaki kiri
- Klien takut lukanya tambah
parah
- Klien mengatakan ia
menderita DM sejak 2
tahun yang lalu
Data objektif :
- Glukosa : 131 mg%
- Albumin : 1,5 gr/dl
- Ada pus pada tepi luka
- Luka tampak merah dan
sudah mulai kering
- Ada benjolan pada tepi luka
- Luka berdiameter 25 cm
Defisiensi insulin
hiperglikemia
glukosa sel turun
penebalan membran dasar
vaskuler
disfungsi endotel
mikrovaskuler
neuropati perifer
resiko infeksi
Risiko infeksi
30
Page 31
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. S Nama Mahasiswa : Liana Asnita
Ruang : Murai II NIM : 1111113960
No. M.R : 78 94 58
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA
HASIL
INTERVENSI RASIONAL
1. Kekurangan volume cairan b.d ketidakseimbangan antara intake dan output
Tujuan:
Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko kekurangan volume cairan pada klien dapat teratasi.
Kriteria hasil:
- Klien tidak mengalami kekurangan cairan
- Klien dapat mempertahanka
1. Awasi masukan dan haluaran urin yang berlebihan.
2. Observasi tanda-tanda vital secara teratur.
3. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit..
4. Pantau frekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan dan adanya periode apnea dan munculnya
Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan elektrolit.
Hipovolemik dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi
Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan pola dan frekueansi pernapasan mendekati normal.
31
Page 32
n atau meningkatkan masukan caiaran.
sianosis.
5. Pantau suhu, warna kulit dan kelembabannya
6. Berikan terapi cairan sesuai indikasi, seperti normal salin dengan atau tanpa dekstrosa.
Meskipun demam, menggigil dan
diaphoresis merupakan hal umum
terjadi pada infeksi, demam dengan
kulit yang kemerahan, kering mungkin
sebagai cerminan dari dehidrasi
Tipe dan jumlah dari cairan tergantung
pada derajat kekurangan cairan dan
respon pasien secara individual..
2. Gangguan rasa
nyaman: nyeri b.d luka
pada kaki
Tujuan:
Diharapkan setelah
dilakukan tindakan
keperawatan nyeri
pada klien dapat
diatasi
Kriteria hasil:
- Klien
melaporkan
- Kaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik, derajat nyeri
(skala 1-10),. Laporkan
perubahan nyeri dengan tepat
- Pertahankan tirah baring
dengan posisi semi fowler
- Berikan pilihan tindakan
nyaman, dorong teknik
Perubahan pada karakteristik nyeri
menunjukan terjadinya peritonitis/
abses, memerlukan evaluasi medik dan
intervensi
Membantu meminimalkan nyeri karena
gerakan
Meningkatkan relaksasi dan pasien
dapat memfokuskan perhatian dapat
32
Page 33
nyeri hilang atau
terkontrol
- Klien tampak
rileks dan
mampu istirahat
dengan tepat
relaksasi, dan aktivitas hiburan meningkatkan koping
3. Resiko Infeksi
berhubungan dengan
kadar glukosa yang
tinggi dalam darah,
penurunan fungsi
leukosit
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
3x24 jam
diharapkan
tercapainya proses
penyembuhan luka.
Kriteria Hasil:
- Berkurangny
a oedema sekitar
luka.
- Pus dan
jaringan
berkurang
-
benar : membersihkan luka
secara abseptik menggunakan
larutan yang tidak iritatif,
angkat sisa balutan yang
menempel pada luka dan
nekrotomi jaringan yang mati.
-
proses penyembuhan.
-
dapat menjaga kontaminasi luka dan
larutan yang iritatif akan merusak
jaringan granulasi tyang timbul, sisa
balutan jaringan
-
dan proses penyembuhan akan
membantu dalam menentukan
tindakan selanjutnya. nekrosis dapat
menghambat proses granulasi.
33
Page 34
- Adanya
jaringan
granulasi.
- Bau busuk
luka berkurang.
- Tidak ada
tanda-tanda
infeksi
-
pemberian insulin,
pemeriksaan kultur pus
pemeriksaan gula darah
pemberian anti biotik.
Insulin akan menurunkan kadar gula
darah, pemeriksaan kultur pus untuk
mengetahui jenis kuman dan
antibiotik yang tepat untuk
pengobatan, pemeriksaan kadar gula
darahuntuk mengetahu perkembangan
penyakit.
34
Page 35
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Ny. S
Diagnosa Medis : Dm tipe II
Ruang Rawat : Murai II
Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Ttd
8-1-2013 Kekurangan volume cairan b.d ketidakseimbangan antara intake dan output
- Mengkaji masukan dan keluaran urin
yang berlebihan.
- Memantau tanda-tanda vital secara
teratur, hasil :
TD :120/80 mmHg
N :97 x/mnt
S :36˚C
RR :18 x/mnt.
- Mengkaji warna kulit dan membran
mukosa, penurunan turgor kulit
- Mengkaji suhu, warna kulit, dan
Subjektif
- Klien mengatakan sering BAK
(1500 ml)
- Klien mengatakan sedikit minum
air putih
- Klien mengatakan lemah dan
sedikit pusing
Objektif :
- Klien tampak pucat dan lemah
- Tangan klien tampak terpasang
infus NaCl 0,9 %
- Klien terpasang kateter
35
Page 36
kelembapannya
- Mengkaji terapi cairan sesuai indikasi
dan kolaborasi dengan dokter
.
Analisa: Defisit volume cairan masih
terjadi
Planning: Intervensi dilanjutkan
8-1-2013 Gangguan rasa nyaman
nyeri berhubungan
dengan luka pada kaki
- Mengkaji lokasi nyeri, karakteristik,
derajat nyeri (skala 1-10), laporan
perubahan nyeri yang tepat
- Mempertahankan tirah baring dengan
posisi semi fowler
- Memberikan tindakan yang nyaman,
teknik relaksasi, dan nafas dalam
- Menciptakan lingkungan yang
nyaman
Subjektif :
- Klien mengatakan nyeri pada
bagian yang luka dan berdenyut-
denyut
- Klien mengatakan susah bergerak.
- Klien mengatakan lemah pada
kaki yang luka.
Objektif :
- Kaki kiri klien tampak luka dari
mata kaki sampai lutut
- Klien tampak grlisah dan
mengeluh sakit
- Klien terdengar meringis
- Saat duduk, klien dibantu oleh
keluarga
Analisa: Masalah gangguan rasa nyaman
36
Page 37
nyeri teratasi sebagian
Planning: Intervensi dilanjutkan.
8-1-2013 Risiko infeksi b.d
peningkatan kadar
glukosa dalam darah,
penurunan fungsi
leukosit
- Mengobservasi tanda-tanda infeksi
dan peradangan, seperti demam,
kemerahan, adanya pus pada luka,
sputum purulen, urin berwarna keruh
dan berkabut
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah
beriinteraksi dengan klien
- Mempertahankan teknik aseptik saat
melakukan perawatan luka
- Mengkaji kedalaman luka
- Mengajarkan klien dan keluarga untuk
merawat luka yang tepat
- Menganjurkan untuk makan dan
minum adekuat (± 3000 ml/hari) jika
Subjektif:
- Klien mengatakan ada luka pada
bagian kaki kiri
- Klien takut lukanya tambah parah
- Klien mengatakan ia menderita
DM sejak 2 tahun yang lalu
Objektif:
- Glukosa : 131 mg%
- Albumin : 1,5 gr/dl
- Ada pus pada tepi luka
- Luka tampak merah dan sudah
mulai kering
- Ada benjolan pada tepi luka
- Luka berdiameter 25 cm
- Klien tampak berkeringat
Analisa: Masalah risiko infeksi sistemik
belum teratasi
Planning: Intervensi dilanjutkan
37
Page 38
tidak ada kontraindikasi.
9-1-2013 Kekurangan volume cairan b.d ketidakseimbangan antara intake dan output
- Mengkaji masukan dan keluaran urin
yang berlebihan.
- Memantau tanda-tanda vital secara
teratur, hasil :
TD :120/80 mmHg
N :97 x/mnt
S :36˚C
RR :18 x/mnt.
- Mengkaji warna kulit dan membran
mukosa, penurunan turgor kulit
- Mengkaji suhu, warna kulit, dan
kelembapannya
- Mengkaji terapi cairan sesuai indikasi
dan kolaborasi dengan dokter
Subjektif
- Klien mengatakan sering BAK
(1500 ml)
- Klien mengatakan sedikit minum
air putih
- Klien mengatakan lemah dan
sedikit pusing
Objektif :
- Klien tampak pucat dan lemah
- Tangan klien tampak terpasang
infus NaCl 0,9 %
- Klien terpasang kateter
.
Analisa: Defisit volume cairan masih
terjadi
Planning: Intervensi dilanjutkan
9-1-2013 Gangguan rasa nyaman
nyeri berhubungan
dengan luka pada kaki
- Mengkaji lokasi nyeri, karakteristik,
derajat nyeri (skala 1-10), laporan
perubahan nyeri yang tepat
Subjektif :
- Klien mengatakan nyeri pada
bagian yang luka dan berdenyut-
38
Page 39
- Mempertahankan tirah baring dengan
posisi semi fowler
- Memberikan tindakan yang nyaman,
teknik relaksasi, dan nafas dalam
- Menciptakan lingkungan yang
nyaman
denyut
- Klien mengatakan susah bergerak.
- Klien mengatakan lemah pada
kaki yang luka.
Objektif :
- Kaki kiri klien tampak luka dari
mata kaki sampai lutut
- Klien tampak grlisah dan
mengeluh sakit
- Klien terdengar meringis
- Saat duduk, klien dibantu oleh
keluarga
Analisa: Masalah gangguan rasa nyaman
nyeri teratasi sebagian
Planning: Intervensi dilanjutkan.
9-1-2013 Risiko infeksi b.d
peningkatan kadar
glukosa dalam darah,
penurunan fungsi
leukosit
- Mengobservasi tanda-tanda infeksi
dan peradangan, seperti demam,
kemerahan, adanya pus pada luka,
sputum purulen, urin berwarna keruh
dan berkabut
Subjektif:
- Klien mengatakan ada luka pada
bagian kaki kiri
- Klien takut lukanya tambah parah
- Klien mengatakan ia menderita
39
Page 40
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah
beriinteraksi dengan klien
- Mempertahankan teknik aseptik saat
melakukan perawatan luka
- Mengkaji kedalaman luka
- Mengajarkan klien dan keluarga untuk
merawat luka yang tepat
- Menganjurkan untuk makan dan
minum adekuat (± 3000 ml/hari) jika
tidak ada kontraindikasi.
DM sejak 2 tahun yang lalu
Objektif:
- Glukosa : 131 mg%
- Albumin : 1,5 gr/dl
- Ada pus pada tepi luka
- Luka tampak merah dan sudah
mulai kering
- Ada benjolan pada tepi luka
- Luka berdiameter 25 cm
- Klien tampak berkeringat
Analisa: Masalah risiko infeksi sistemik
belum teratasi
Planning: Intervensi dilanjutkan
40
Page 41
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini perawat akan membahas kesesuaian antara tinjauan teoritis dan tinjauan
kasus pada klien dengan Diabetes Mellitusdi ruangan murai II RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru. Tinjauan kasus merupakan permasalahan yang perawat temukan di ruangan
Murai II pada tanggal 8-9 Januari 2013. Pembahasan ini dibuat dengan langkah proses
keperawatan yang dimulai dengan pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
A. Pengkajian
Tahap ini merupakan langkah awal yang dilakukan ananda dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien. Di dalam melakukan pengkajian ananda tidak
menemukan kesulitan yang berarti, hal ini disebabkan karena mendapatkan dukungan
dari pasien dan keluarga dimana pasien dan keluarga bersedia memberi keterangan serta
kooperatif dalam setiap tindakan.
Dari hasil pengkajian didapatkan data-data bahwa klien mengalami Diabetes
tidak terkontrol dengan kadar glukosa pada pengkajian awal 131 mg/dl. Menurut
keterangan klien, dia telah menderita DM selama 2 tahun yang lalu dan kaki kirinya telah
dioperasi sejak 4 bulan yang lalu. Dari hasil wawancara klien didapatkan bahwa tidak ada
anggota keluarga klien yang pernah menderita DM selain klien sendiri.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tinggi badan= 150 cm, dan berat badan
diperkirakan 60 kg. Jika dihitung dari berat badan ideal klien melebihi nilai ideal dan
dapat digolongkan obesitas. Hal ini sesuai dengan Smeltzer & bare (2001), yang
menyatakan salah satu faktor penyebab DM adalah obesitas. Obesitas dapat menurunkan
jumlah reseptor insulin dan dalam sel target insulin di seluruh tubuh. Hal ini disebabkan
oleh adanya pengeluaran hormon yang disebut adipokines (merusak toleransi glukosa).
Pasien dengan obesitas kira-kira 55% diantaranya didiagnosa menjadi DM Tipe 2.
Selain itu, dari hasil pemeriksaan fisik dan wawancara juga didapatkan bahwa
kondisi fisik klien lemah, adanya riwayat operasi pada kaki kiri, sedikit bengkak,
memerah seperti semangka, dan sedikit bernanah dibagian tepi. Gejala-gejala ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa gejala DM mencakup keletihan, mudah
41
Page 42
tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit dengan kesembuhan yang lambat,
memerah, dan bernanah.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang dapat diangkat pada Ny. S dari hasil pengkajian adalah:
1) Kekurangan volume cairan b.d ketidakseimbangan antara intake dan output
2) Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d luka pada luka
3) Risiko infeksi b.d peningkatan kadar glukosa dalam darah dan penurunan
fungsi leukosit
Ketiga diagnosa di atas disusun berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan
pada Ny. S. Dari ke-tiga diagnosa di atas terdapat 1 diagnosa yang sesuai dengan teori
yang telah disebutkan pada bab sebelumnya yaitu diagnosa ke-1
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditegakkan, adapun acuan dalam intervensi keperawatan adalah
buku karangan Marilyn E Doenges dan buku keperawatan lainnya yang disesuaikan
dengan keadaan klien dan situasi serta kondisi yang ada di ruang rawat Murai II.
Adapun rencana untuk diagnosa pertama “ kekurangan volume cairan
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara intake dan output ”
1. Awasi masukan dan haluaran urin yang berlebihan.
2. Observasi tanda-tanda vital secara teratur.
3. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit..
4. Pantau frekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan dan
adanya periode apnea dan munculnya sianosis.
5. Pantau suhu, warna kulit dan kelembabannya
6. Berikan terapi cairan sesuai indikasi, seperti normal salin dengan atau tanpa
dekstrosa.
Rencana intervensi untuk diagnosa kedua “Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d luka
pada kaki “ adalah:
1. Pantau/ catat karakteristik nyeri (lokasi, intensitas,durasi, skala) catat laporan
verbal dan nonverbal terhadap nyeri.
2. Monitor tanda-tanda vital, catat peningkatan suhu.
42
Page 43
3. Lakukan kompres hangat pada eksteremitas yang mengalami inflamasi.
4. Berikan tindakan kenyamana, seperti pijatan dan masase atau berikan posisi yang
nyaman.
5. Anjurkan klien untuk melakukan teknin relaksasi nafas dalam.
6. Berikan analgesik sesuai instruksi.
1. Bantu penuhi kebutuhan klien.
Rencana intervensi untuk diagnosa kedua “Risiko infeksi b.d peningkatan kadar
glukosa dalam darah dan penurunan fungsi leukosit ” adalah:
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti demam, kemerahan, adanya
pus pada luka, sputum purulen, urin berwarna keruh dan berkabut.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah beriinteraksi ke klien.
3. Pertahankan teknik aseptik saat melakukan perawatan luka.
4. Auskultasi bunyi napas.
5. Bantu penuhi kebutuhan klien .
6. Anjurkan untuk makan dan minum adekuat (± 3000 ml/hari) jika tidak ada
kontraindikasi.
7. Berikan antibiotik yang sesuai.
Pada hari ke-2 kelolan, tidak ditemukan adanya permasalahan baru dan
melanjutkan diagnosa yang ada.
D. Implementasi
Pelaksanaan implementasi dapat dilakukan dengan baik, hal ini dikarenakan
adanya kerjasama yang baik antara klien, keluarga klien dengan perawat dalam
melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan intervensi yang telah disusun
sebelumnya.
Untuk implementasi diagnosa pertama “kekurangan volume cairan berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara intake dan output “ adalah:
- Mengkaji masukan dan keluaran urin yang berlebihan.
- Memantau tanda-tanda vital secara teratur, hasil :
TD :120/80 mmHg
N :97 x/mnt
S :36˚C
RR :18 x/mnt.
43
Page 44
- Mengkaji warna kulit dan membran mukosa, penurunan turgor kulit
- Mengkaji suhu, warna kulit, dan kelembapannya
- Mengkaji terapi cairan sesuai indikasi dan kolaborasi dengan dokter
Pelaksanaan implementasi di atas dapat dilakukan sendiri secara keseluruhan.
Tidak ada hambatan yang ditemukan kelompok selama pelaksanaan implementasi di
atas.
Implementasi diagnosa kedua “ Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d luka pada kaki”
adalah:
- Mengkaji lokasi nyeri, karakteristik, derajat nyeri (skala 1-10), laporan perubahan
nyeri yang tepat
- Mempertahankan tirah baring dengan posisi semi fowler
- Memberikan tindakan yang nyaman, teknik relaksasi, dan nafas dalam
- Menciptakan lingkungan yang nyaman
Pelaksanaan implementasi untuk diagnosa kedua di atas dapat dilakukan oleh
sendiri secara keseluruhan. Selama pelaksanaan implementasi diagnosa kedua di atas,
kelompok tidak menemukan hambatan apapun.
Implementasi diagnosa ketiga “ Risiko infeksi b.d peningkatan kadar glukosa
dalam darah dan penurunan fungsi leukosit” adalah:
- Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, seperti demam, kemerahan,
adanya pus pada luka, sputum purulen, urin berwarna keruh dan berkabut
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah beriinteraksi dengan klien
- Mempertahankan teknik aseptik saat melakukan perawatan luka
- Mengkaji kedalaman luka
- Mengajarkan klien dan keluarga untuk merawat luka yang tepat
- Menganjurkan untuk makan dan minum adekuat (± 3000 ml/hari) jika tidak ada
kontraindikasi.
Semua implementasi di atas dapat dilakukan dengan baik. Tidak ada hambatan
yang ditemui selama pelaksanaan implementasi tersebut. Jadi, secara keseluruhan dapat
melakukan implementasi dengan baik.
E. Evaluasi
Evaluasi yang telah dilakukan adalah evaluasi sumatif yang mana dilakukan setiap
hari setelah tindakan keperawatan dilaksanakan yang diuraikan dalam bentuk SOAP, dari
44
Page 45
3 diagnosa yang ditegakkan terdapat 1 diagnosa yang belum teratasi yaitu ” Risiko infeksi
b.d peningkatan kadar glukosa dalam darah dan penurunan fungsi leukosit”. Sedangkan 2
diagnosa lainnya dapat teratasi sebagian yaitu “Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d proses
lika pada kaki” dan “kekurangan volume cairan b.d ketidakseimbangan antara intake dan
output”.
45
Page 46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan Diabetes Mellitus
di ruangan murai II RSUD Arifin Achmad Pekanbaru maka dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan dan diagnosis kasus ini dapat diterima dan sesuai dengan literatur
yang ada.
2. Faktor penyebab/risiko terjadinya DM pada Ny. S adalah obesitas.
3. Mengatasi masalah yang ditemukan pada klien perlu direncanakan beberapa
tindakan keperawatan dengan menentukan tujuan yang hendak dicapai sesuai
dengan prioritas masalah.
4. Tidak semua klien dengan Diabetes Mellitus mengalami masalah kaki dengan
ulkus, tapi klien dapat juga mengalami gangguan lain.
5. Implementasi dalam hal ini menerapkan rencana tindakan yang nyata pada klien
sesuai dengan perencanaan yang disusun. Hubungan perawat dengan klien yang
terbuka terutama dalam mengadakan kontrak kerja tindakan selama melakukan
atau melaksanakan pekerjaan sehingga memudahkan perawat untuk mengadakan
pendekatan untuk melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan.
B. Saran
1. Pada pengkajian diharapkan perawat benar-benar bisa melaksanakan secara tepat
dan benar, sehingga dalam menegakkan diagnosa bisa lebih akurat dan
penanganannya lebih cepat.
2. Bagi perawat evaluasi dapat dilakukan secara berkesinambungan dan diharapkan
agar perawat ruangan lebih memaksimalkan SOP yang sudah ada dan lebih
bersikap caring dan menggunakan komunikasi terapeutik kepada pasien dan
keluarga.
46
Page 47
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2005). Medical surgical nursing: Clinical management for
positive outcomes. (7th ed). Vol.2. Missouri: Elsevier Saunders.
Price, Sylvia A, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Copstead, L. C., & Banasik, J. L. (2005). Pathophysiology. (3th ed). Philadelphia: Elsevier
Saunders.
Doenges & Moorhouse. (1999). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. (ed. 2). Jakarta: EGC.
Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, & Kasper. (2000). Harrison: Prinsip-prinsip
ilmu penyakit dalam. (ed. 13). Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2006). Buku ajar keperawatan medikal-bedah: Brunner &
suddart. edisi 8. Jakarta: EGC.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2006). Buku ajar ilmu
penyakit dalam. (ed. 4). Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FK-UI.
47