MAKALAH KEMUHAMMADIYAH
DI SUSUN OLEH :
1. 15
2. Ya M Nurul Anshoryrido Sanjaya3. Affan Widyanata4. Hindarni
Rachma Putri Riafinir5. Ayu Tri Asuti6. Subarkah7. Devi Mustika
Angraini8. Irfan Khoitudin9. Gilang Guswara10. Evinasari11. Putri
Arisandi12. Romy Sahman13. Rika Rifada R14. indayu Nasution15. Rido
Sanjaya16. Nurul Maulidiyah
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN( STIK )MUHAMMADIYAH
PONTIANAKTAHUN AJARAN 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul Kemuhammadiyah. Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas yang diberikan dalam DAD di STIK Muhammadiyah
Pontianak
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Panitia kami yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
Daftar Isi
Kata PengantarDaftar Isi
BAB I PendahuluanA. Latar Belakang4B. Rumusan Masalah4C. Tujuan
Penelitian4
BAB II PembahasanA. Sejarah Berdirinya Muhammadiyah5B.
Perkembangan Muhammadiyah di Indonesia11C. Maksud dan Tujuan
Muhammadiyah12BAB III PenutupA. Kesimpulan15B. Saran15
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Muhammadiyahadalah sebuah organisasiIslamyang
besar diIndonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama
NabiMuhammadSAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai
orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Tujuan utama
Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruhpenyimpanganyang terjadi
dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran
Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan
alasan adaptasi. Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun
tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik.
Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi
dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem
kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Dalam pembentukannya,
Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-perintah Al
Quran, diantaranya dalam QS.Ali Imranayat 104yang berbunyi:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.Ayat tersebut,
menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk
bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara
teorganisasi.
B. Rumusan Masalah1. Bagaimanakah sejarah berdirinya
Muhammadiyah ?2. Apa maksud dan tujuan dari Muhammadiyah ?3.
Bagaimana Perkembangan Muhammadiyah di Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan disusunnya makalah ini adalah agar
para pembaca dapat mengetahui bagaimanakah sejarah berdirinya
Muhammadiyah dan apa saja tujuan Muhammadiyah itu dibentuk.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta pada 8
Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912 oleh Muhammad Darwis yang
kemudian dikenali sebagai K.H. Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai
kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai
pedagang. Melihat keadaan umat Islam pada waktu itu dalam keadaan
jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik,
beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran
Islam yang sebenarnya berdasarkan Al-Quran dan Hadis. Oleh kerana
itu beliau memberikan pengertian keagamaan di rumahnya di tengah
kesibukannya sebagai Khatib dan pedagang. Kelahiran dan keberadaan
Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas dan merupakan
menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan Kyai Haji
Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Setelah
menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua
kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih
pembaruan di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan
setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di
Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi
dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari
Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para pembaru
Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin
Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal
kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Ssudi Arabia
dan bacaan atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah
menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan. Jadi
sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide dan
gerakan pembaruan, bukan malah menjadi konservatif. Embrio
kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi untuk
mengaktualisasikan gagasan-gagasannya merupakan hasil interaksi
Kyai Dahlan dengan kawan-kawan dari Boedi Oetomo yang tertarik
dengan masalah agama yang diajarkan Kyai Dahlan, yakni R.
Budihardjo dan R. Sosrosugondo. Gagasan itu juga merupakan saran
dari salah seorang siswa Kyai Dahlan di Kweekscholl Jetis di mana
Kyai mengajar agama pada sekolah tersebut secara ekstrakulikuler,
yang sering datang ke rumah Kyai dan menyarankan agar kegiatan
pendidikan yang dirintis Kyai Dahlan tidak diurus oleh Kyai sendiri
tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat kesinambungan setelah
Kyai wafat. Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM
kelahiran Kauman, nama Muhammadiyah pada mulanya diusulkan oleh
kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama
Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh
pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang
kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui shalat istikharah
(Darban, 2000: 34). Artinya, pilihan untuk mendirikan Muhammadiyah
memiliki dimensi spiritualitas yang tinggi sebagaimana tradisi kyai
atau dunia pesantren. Gagasan untuk mendirikan organisasi
Muhammadiyah tersebut selain untuk mengaktualisasikan
pikiran-pikiran pembaruan Kyai Dahlan, menurut Adaby Darban (2000:
13) secara praktis-organisatoris untuk mewadahi dan memayungi
sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang didirikannya
pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut merupakan rintisan lanjutan
dari sekolah (kegiatan Kyai Dahlan dalam menjelaskan ajaran Islam)
yang dikembangkan Kyai Dahlan secara informal dalam memberikan
pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di
beranda rumahnya. Dalam tulisan Djarnawi Hadikusuma yang didirikan
pada tahun 1911 di kampung Kauman Yogyakarta tersebut, merupakan
Sekolah Muhammadiyah, yakni sebuah sekolah agama, yang tidak
diselenggarakan di surau seperti pada umumnya kegiatan umat Islam
waktu itu, tetapi bertempat di dalam sebuah gedung milik ayah Kyai
Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang mengajarkan
agama dengan dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum. Maka
pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8
Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah
organisasi yang bernama MUHAMMADIYAH. Organisasi baru ini diajukan
pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim
Statuten Muhammadiyah (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama,
tahun 1912), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal
Belanda pada 22 Agustus 1914. Dalam Statuten Muhammadiyah yang
pertama itu, tanggal resmi yang diajukan ialah tanggal Miladiyah
yaitu 18 November 1912, tidak mencantumkan tanggal Hijriyah. Dalam
artikel 1 dinyatakan, Perhimpunan itu ditentukan buat 29 tahun
lamanya, mulai 18 November 1912. Namanya Muhammadiyah dan tempatnya
di Yogyakarta. Sedangkan maksudnya (Artikel 2), ialah: a.
menyebarkan pengajaran Igama Kangjeng Nabi Muhammad Shallalahu
Alaihi Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residensi
Yogyakarta, dan b. memajukan hal Igama kepada anggauta-anggautanya.
Terdapat hal menarik, bahwa kata memajukan (dan sejak tahun 1914
ditambah dengan kata menggembirakan) dalam pasal maksud dan tujuan
Muhammadiyah merupakan kata-kunci yang selalu dicantumkan dalam
Statuten Muhammadiyah pada periode Kyai Dahlan hingga tahun 1946
(yakni: Statuten Muhammadiyah Tahun 1912, Tahun 1914, Tahun 1921,
Tahun 1931, Tahun 1931, dan Tahun 1941). Sebutlah Statuten tahun
1914: Maksud Persyarikatan ini yaitu:
1. Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Igama
di Hindia Nederland,2. Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara
hidup) sepanjang kemauan agama Islam kepada lid-lidnya.
Dalam pandangan Djarnawi Hadikusuma, kata-kata yang sederhana
tersebut mengandung arti yang sangat dalam dan luas. Yaitu, ketika
umat Islam sedang dalam kelemahan dan kemunduran akibat tidak
mengerti kepada ajaran Islam yang sesungguhnya, maka Muhammadiyah
mengungkap dan mengetengahkan ajaran Islam yang murni itu serta
menganjurkan kepada umat Islam pada umumnya untuk mempelajarinya,
dan kepada para ulama untuk mengajarkannya, dalam suasana yang maju
dan menggembirakan. Pada AD Tahun 1946 itulah pencantuman tanggal
Hijriyah (8 Dzulhijjah 1330) mulai diperkenalkan. Perubahan penting
juga terdapat pada AD Muhammadiyah tahun 1959, yakni dengan untuk
pertama kalinya Muhammadiyah mencantumkan Asas Islam dalam pasal 2
Bab II., dengan kalimat, Persyarikatan berasaskan Islam. Jika
didaftar, maka hingga tahun 2005 setelah Muktamar ke-45 di Malang,
telah tersusun 15 kali Statuten/Anggaran Dasar Muhammadiyah, yakni
berturut-turut tahun 1912, 1914, 1921, 1934, 1941, 1943, 1946, 1950
(dua kali pengesahan), 1959, 1966, 1968, 1985, 2000, dan 2005. Asas
Islam pernah dihilangkan dan formulasi tujuan Muhammadiyah juga
mengalami perubahan pada tahun 1985 karena paksaan dari Pemerintah
Orde Baru dengan keluarnya UU Keormasan tahun 1985. Asas Islam
diganti dengan asas Pancasila, dan tujuan Muhammadiyah berubah
menjadi Maksud dan tujuan Persyarikatan ialah menegakkan dan
menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama,
adil dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu wataala. Asas Islam
dan tujuan dikembalikan lagi ke masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya dalam AD Muhammadiyah hasil Muktamar ke-44 tahun
2000 di Jakarta. Kelahiran Muhammadiyah sebagaimana digambarkan itu
melekat dengan sikap, pemikiran, dan langkah Kyai Dahlan sebagai
pendirinya, yang mampu memadukan paham Islam yang ingin kembali
pada Al-Quran dan Sunnah Nabi dengan orientasi tajdid yang membuka
pintu ijtihad untuk kemajuan, sehingga memberi karakter yang khas
dari kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah di kemudian hari. Kyai
Dahlan, sebagaimana para pembaru Islam lainnya, tetapi dengan
tipikal yang khas, memiliki cita-cita membebaskan umat Islam dari
keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan melalui
tajdid (pembaruan) yang meliputi aspek-aspek tauhid (aqidah),
ibadah, muamalah, dan pemahaman terhadap ajaran Islam dan kehidupan
umat Islam, dengan mengembalikan kepada sumbernya yang aseli yakni
Al-Quran dan Sunnah Nabi yang Shakhih, dengan membuka ijtihad.
Mengenai langkah pembaruan Kyai Dahlan, yang merintis lahirnya
Muhammadiyah di Kampung Kauman, Adaby Darban (2000: 31)
menyimpulkan hasil temuan penelitiannya sebagai berikut:Dalam
bidang tauhid, K.H A. Dahlan ingin membersihkan aqidah Islam dari
segala macam syirik, dalam bidang ibadah, membersihkan cara-cara
ibadah dari bidah, dalam bidang mumalah, membersihkan kepercayaan
dari khurafat, serta dalam bidang pemahaman terhadap ajaran Islam,
ia merombak taklid untuk kemudian memberikan kebebasan dalam
ber-ijtihad..
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik
bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat
sejauh-jauhnya.(QS. An-Nisa, ayat116)
Faktor utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil
pendalaman K.H. Ahmad Dahlan terhadap Al Quran dalam menelaah,
membahas, meneliti dan mengkaji kandungan isinya. Dalam surat Ali
Imran ayat 104 dikatakan bahwa: Dan hendaklah ada diantara kamu
sekalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang maruf dan mencegah yang munkar, merekalah orang-orang
yang beruntung. Memahami seruan diatas, K.H. Ahmad Dahlan tergerak
hatinya untuk membangun sebuah perkumpulan, organisasi atau
perserikatan yang teratur dan rapi yang tugasnya berkhidmad pada
pelaksanaan misi dakwah Islam amar maruf nahi munkar di tengah
masyarakat.
Visi dan Misi Muhammadiyah1. VisiMuhammadiyah sebagai gerakan
Islam yang berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah dengan watak tajdid
yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan aktif dalam melaksanakan
dakwah Islam amar maruf nahi munkar di semua bidang dalam upaya
mewujudkan Islam sebagai rahmatan lilalamin menuju
terciptanya/terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya.Hadist yang menerangkan:
: . ( )Artinya : Dari Aisyah r.a. berkata : Nabi pernah ditanya
:Manakah amal yang paling dicintai Allah? Beliau bersabda :Yang
dilakukan secara terus menerus meskipun sedikit. Beliau bersabda
lagi :Dan lakukanlah amal-amal itu, sekadar kalian sanggup
melakukannya. (HR. Bukhari)
2. MisiMuhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar maruf
nahi munkar memiliki misi :1. Menegakkan keyakinan tauhid yang
murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang dibawa oleh para Rasul
sejak Nabi Adam as. hingga Nabi Muhammad saw.2. Memahami agama
dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam
untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan.3.
Menyebar luaskan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Quran sebagai
kitab Allah terakhir dan Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat
manusia.4. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi,
keluarga dan masyarakat.
Faktor Internal dan Eksternal Lahirnya Muhammadiyah
a. Faktor obyektif yang bersifat Internal Kelemahan dan praktek
ajaran Islam.
Kelemahan praktek ajaran agama Islam dapat dijelaskan melalui
dua bentuk
1. Tradisionalisme Pemahaman dan praktek Islam tradisionalisme
ini ditandai dengan pengukuhan yang kuat terhadap khasanah
intelektual Islam masa lalu dan menutup kemungkinan untuk melakukan
ijtihad dan pembaharuan-pembaharuan dalam bidang agama. Paham dan
praktek agama seperti ini mempersulit agenda ummat untuk dapat
beradaptasi dengan perkembangan baru yang banyak datang dari luar
(barat). Tidak jarang, kegagalan dalam melakukan adaptasi itu
termanifestasikan dalam bentuk-bentuk sikap penolakan terhadap
perubahan dan kemudian berapologi terhadap kebenaran tradisional
yang telah menjadi pengalaman hidup selama ini.
2. Sinkretisme Pertemuan Islam dengan budaya lokal disamping
telah memperkaya khasanah budaya Islam, pada sisi lainnya telah
melahirkan format-format sinkretik, percampuradukkan antara sistem
kepercayaan asli masyarakat-budaya setempat. Sebagai proses budaya,
percampuradukkan budaya ini tidak dapat dihindari, namun
kadang-kadang menimbulkan persoalan ketika percampuradukkan itu
menyimpang dan tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam tinjauan
aqidah Islam. Orang Jawa misalnya, meski secara formal mengaku
sebagai muslim, namun kepercayaan terhadap agama asli mereka yang
animistis tidak berubah. Kepercayaan terhadap roh-roh halus,
pemujaan arwah nenek moyang, takut pada yang angker, kuwalat dan
sebagainya menyertai kepercayaan orang Jawa. Islam, Hindu, Budha
dan animisme hadir secara bersama-sama dalam sistem kepercayaan
mereka, yang dalam aqidah Islam banyak yang tidak dapat
dipertanggung jawabkan secara Tauhid.
Kelemahan Lembaga Pendidikan Islam Lembaga pendidikan
tradisional Islam, Pesantren, merupakan sistem pendidikan Islam
yang khas Indonesia. Transformasi nilai-nilai keIslaman ke dalam
pemahaman dan kesadaran umat secara institusional sangat berhutang
budi pada lembaga ini. Namun terdapat kelemahan dalam sistem
pendidikan Pesantren yang menjadi kendala untuk mempersiapkan
kader-kader umat Islam yang dapat tumbuh dan berkembang sesuai
dengan zaman. Salah satu kelemahan itu terletak pada materi
pelajaran yang hanya mengajarkan pelajaran agama, seperti Bahasa
Arab, Tafsir, Hadist, Ilmu Kalam, Tasawwuf dan ilmu falak.
Pesanteren tidak mengajarkan materi-materi pendidikan umum seperti
ilmu hitung, biologi, kimia, fisika, ekonomi dan lain sebagainya,
yang justru sangat diperlukan bagi umat Islam untuk memahami
perkembangan zaman dan dalam rangka menunaikan tugas sebagai
khalifah di muka bumi ini. Ketiadaan lembaga pendidikan yang
mengajarkan kedua materi inilah yang menjadi salah satu latar
belakang dan sebab kenapa KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah,
yakni untuk melayani kebutuhan umat terhadap ilmu pengetahuan yang
seimbang antara ilmu agama dan ilmu duniawi.
b. Faktor Objektif yang Bersifat Eksternal
Kristenisasi Faktor objektif yang bersifat eksternal yang paling
banyak mempengaruhi kelahiran Muhammadiyah adalah kristenisasi,
yakni kegiatan-kegiatan yang terprogram dan sistematis untuk
mengubah agama penduduk asli, baik yang muslim maupun bukan,
menjadi kristen. Kristenisasi ini mendapatkan peluang bahkan
didukung sepenuhnya oleh pemerintah Kolonialisme Belanda. Missi
Kristen, baik Katolik maupun Protestan di Indonesia, memiliki dasar
hukum yang kuat dalam Konstitusi Belanda. Bahkan kegiatan-kegiatan
kristenisasi ini didukung dan dibantu oleh dana-dana negara
Belanda. Efektifitas penyebaran agama Kristen inilah yang terutama
mengguggah KH. Ahmad Dahlan untuk membentengi ummat Islam dari
pemurtadan.
Kolonialisme Belanda Penjajahan Belanda telah membawa pengaruh
yang sangat buruk bagi perkembangan Islam di wilayah nusantara ini,
baik secara sosial, politik, ekonomi maupun kebudayaan. Ditambah
dengan praktek politik Islam Pemerintah Hindia Belanda yang secara
sadar dan terencana ingin menjinakkan kekuatan Islam, semakin
menyadarkan umat Islam untuk melakukan perlawanan. Menyikapi hal
ini, KH. Ahmad Dahlan dengan mendirikan Muhammadiyah berupaya
melakukan perlawanan terhadap kekuatan penjajahan melalui
pendekatan kultural, terutama upaya meningkatkan kualitas sumber
daya manusia melalui jalur pendidikan.
Gerakan Pembaharuan Timur Tengah Gerakan Muhammadiyah di
Indonesia pada dasarnya merupakan salah satu mata rantai dari
sejarah panjang gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh Ibnu
Taymiyah, Ibnu Qayyim, Muhammad bin Abdul Wahhab, Jamaluddin
al-Afgani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan lain sebagainya.
Persentuhan itu terutama diperolah melalui tulisan-tulisan
Jamaluddin al-Afgani yang dimuat dalam majalah al-Urwatul Wutsqa
yang dibaca oleh KH. Ahmad Dahlan. Tulisan-tulisan yang membawa
angin segar pembaharuan itu, ternyata sangat mempengaruhi KH. Ahmad
Dahlan, dan merealisasikan gagasan-gagasan pembaharuan ke dalam
tindakan amal yang riil secara terlembaga.Dengan melihat seluruh
latar belakang kelahiran Muhammadiyah, dapat dikatakan bahwa KH.
Ahmad Dahlan telah melakukan lompatan besar dalam beritijtihad.
Prinsip-prinsip dasar perjuangan Muhammadiyah tetap berpijak kuat
pada al-Quran dan Sunnah, namun implementasi dalam
operasionalisasinya yang memeiliki karakter dinamis dan terus
berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman Muhammadiyah banyak
memungut dari berbagai pengalaman sejarah secara terbuka (misalnya
sistem kerja organisasi yang banyak diilhami dari yayasan-yayasan
Katolik dan Protestan yang banyak muncul di Yogyakarta waktu
itu.
B. Perkembangan Muhammadiyah di Indonesia
1. Muhammadiyah Pada Masa Penjajahan Pada masa ini, perintisan
yang dilakukan K.H.A.Dahlan mengarah pada ajakan untuk melaksanakan
islam secara benar sesuai dengan tuntunan AL-Quran dan As-sunah
shahihah, wujud rintisan K.H.A.Dahlan antara lain :1. Pada tahun
1898, beliau meluruskan arah kiblat secara benar dengan serong
kearah barat laut 24,5 derajat.2. Bermula dari sekolah yang
dirintis di teras rumah K.H.A Dahlan dan akhirnya beliau membangun
gedung standard school med de Quran hingga akhirnya pendidikan
Muhammadiyah terus berkembang.3. K.H.A Dahlan yang dibantu K.H.Suja
merintis RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada 15 Februari1923.4.
Pada tahun 1922, didirikan mushala khusus wanita.Pada 23 Februari
1923, K.H.A Dahlan wafat. Namun perjuanganMuhammadiyahtetap
dilanjutkan oleh murid-murid beliau dan terus mengalami
perkembangan seperti :a. H. Karim Amrullah yang bergelar H. Rasul
pemimpin perkumpulan Sandi Aman di Padang bergabung dengan
Muhammadiyah.b. Dipercayakannya Consul-Consul di luar pulau Jawa
kepada :1. AR Sutan Mansyur consul untuk pulau Sumatera.2. M.Hasan
Tjorong consul untuk pulau Kalimantan.3. D.Muntu consul untuk pulau
Sulawesi.4. Muhammadiyah Pada Masa Kemerdekaan Rasa kecintaan
Muhammadiyah terhadap tanah air dibuktikan dengan di bentuknya
perkumpulan Hisbul Wathan yang berarti pembela tanah air. Beberapa
aktivisnya yaitu bapak Sarbini dan Jend.Sudirman. Setelah Indonesia
merdeka, putera terbaik Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusuma menjadi
anggota BPUPKI untuk merumuskan Pancasila.Pada 17 Agustus 1945,
Muhammadiyah membidani lahirnya partai Masyumi yang diresmikan pada
7 November 1945.3. Muhammadiyah Pada Masa Orde LamaKemenangan
Partai Masyumi pada 1955, membuat PKI dan antek-anteknya menaruh
dendam hingga menuduh Masyumi terlibat dalam pemberontakan PRRI di
Sumatera. PKI membujuk penguasa pada saat itu untuk membubarkan
Masyumi yang tentu akan mengancam eksistensi Muhammadiyah.
Tetapi,keputusan tertingi tetap di tangan presiden Soekarno.Dampak
dari permasalahan tersebut, banyak tokoh Masyumi yang notabene
aktivisMuhammadiyahdijebloskan ke penjara yakni :a. Buya HAMKAb.
Mr.Kasman Singidimejoc. dr.Yusuf WibisonoPada 1959, dikeluarkan
dekrit presiden yang memberi waktu pada Masyumi untuk membubarkan
diri. Lalu dalam rangka menyelamatkan Muhammadiyah dari hasutan PKI
terhadap presiden, diberikanlah predikat Anggota Setia Muhammadiyah
kepada Ir.Soekarno.4. Muhammadiyah Pada Masa Orde BaruPada masa
ini, Muhammadiyah menata kembali organisasinya dan turut membantu
pemerintah dalam menumpas PKI. Namun setelah cukup lama berkuasa,
mulai terjadi penyelewengan-penyelewengan. Semua organisasi Massa
dan politik tidak ada yang boleh menentang kata-kata pemerintah.
Pada 1977, munculnya krisis moneter yang menyerang bangsa
Indonesia. Hal ini mendorong para aktivis untuk ikut bersama
gelombang masyarakat untuk melengserkan rezim orde baru. Akhirnya
pada 22 Mei 1998, rezim orde baru tumbang, dan digantikan dengan
Masa Reformasi yang satu diantara penggeraknya ialah Prof.
DR.H.Amien Rais.5. Muhammadiyah Pada Masa ReformasiDalam sidang
Tanwir di Semarang pada 1998, Muhammadiyah merelakan Prof.DR.H.
Amien Rais untuk melepaskan jabatannya sebaga Ketua Pimpinan Pusat
Muhammadiyah guna menjaga agar kondisi perpolitikan tidak
menghambat gerak juang Muhammadiyah.Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah
bulan Februari 2002 di Bali, Muhammadiyah merumuskan khittah
berbangsa dan bernegara yang isi nya mempertegas statement Ujung
Pandang dan Khittah Surabaya.Muhammadiyah mengihimbau kadernya yang
berpolitik riil agar memperhatikan :1. Mengedepankan kejujuran2.
Menjadi Uswatun Khasanah3. Melakukan Islah
C. Maksud dan Tujuan Muhammadiyah Rumusan maksud dan tujuan
Muhammadiyah sejak berdiri hingga sekarang ini telah mengalami
beberapa kali perubahan redaksional, perubahan susunan bahasa dan
istilah. Tetapi, dari segi isi, maksud dan tujuan Muhammadiyah
tidak berubah dari semula. Pada waktu pertama berdirinya
Muhamadiyah memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut:a.
RumusanpertamaMenyebarkan pengajaran Nabi Muhammad Shallallahu
alaihi wa sallam kepada penduduk bumi-putra, di dalam residensi
Yogyakarta. Dan Memajukan hal agama Islam kepada
anggota-anggotanya.b. Rumusankeduaterjadi setelah muhammadiyah
meluas ke berbagai daerah di luar Yogyakarta. Memperhatikan jumlah
cabang yang ada di luar Yogyakarta maka maksud dan tujuan
muhammadiyah harus direvisi sesuaii dengan keadaan riil yang
dialaminya. Adapun isinya adalah memajukan dan menggembirakan
pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia Belanda, serta
memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan Agama Islam
kepada sekutu-sekutunya.c. Rumusanketigarumusan ketiga ini terjadi
ketika masa pendudukan Jepang di Indonesia. Pemerintahan fasis ini
mengharuskan terjadinya perubahan redaksional yang sesuai dengan
yang dikehendakinya. Maka rumusanya adalah sesuai dengan
kepercayaan untuk mendirikan kemakmuran bersamaseluruh Asia Timur
Raya dibawah pimpinan Dai Nippon, dan memang diperintahkan oleh
Allah maka perkumpulan ini:a. Hendaknya menyiarkan agama Islam,
serta melatihkan hidup yang selaras dengan tuntunannya.b. Hendak
melakukan pekerjaan perbaikan umum.c. Hendak memajukan pengetahuan
dan keepandaian serta budi pekerti yang baik kepada
anggoya-anggotanya.d. Rumusankeempatterjadi setelah Muktamar
Muhammadiyah ke 31 di Yogyakarta. Adapaun rumusanya adalah
menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga dapat
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.e.
Rumusankelimaini diubah pada Muktamar Muhammadiyah ke 34 di
Yogyakarta. Perubahan ini hanya pada redaksionalnya saja dari kata
dapat mewujudkan menjadi terwujudnya. Sihingga rumusan resminya
adalah, Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.f. Rumusankeenamterjadi pada
Muktamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta. Pada tahun itu
Muhammadiyah harus merubah maksud dan tujuan azaznya, dikarenakan
kehadiran Undang-undang nomor 8 tahun 1985 tentang kewajiban setiap
ormas, baik agama maupun non agama untuk mencantumkan asas
pancasila. Adapun maksud dan tujuan hasil Muktamar ke 41 itu adalah
menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhai Allah SWT.g.
RumusanketujuhMuhammadiyah adalah gerakan Islam, Dakwah Amar maruf
Nahi Munkar, berasaskan Islam yang bersumber pada al Quran dan
As-Sunnah.
Flim Sang Pencerah Yang Diadaptasi Dari Sejarah Asal Mula
Muhammadiyah
Sang Pencerah adalah film drama tahun 2010 yang disutradarai
oleh Hanung Bramantyo berdasarkan kisah nyata tentang pendiri
Muhammadiyah, Ahmad Dahlan. Film ini dibintangi oleh Lukman Sardi
sebagai Ahmad Dahlan, Ihsan Idol sebagai Ahmad Dahlan Muda, dan
Zaskia Adya Mecca sebagai Nyai Ahmad Dahlan.Film ini menjadikan
sejarah sebagai pelajaran pada masa kini tentang toleransi,
koeksistensi (bekerjasama dengan yang berbeda keyakinan), kekerasan
berbalut agama, dan semangat perubahan yang kurang.[1] Sang
Pencerah mengungkapkan sosok pahlawan nasional itu dari sisi yang
tidak banyak diketahui publik. Selain mendirikan organisasi Islam
Muhammadiyah, lelaki tegas pendirian itu juga dimunculkan sebagai
pembaharu Islam di Indonesia. Ia memperkenalkan wajah Islam yang
modern, terbuka, serta rasional.[2] Versi novel kisah ini ditulis
oleh wartawan-sastrawan Akmal Nasery Basral, dan mendapat predikat
Fiksi Terbaik Islamic Book Fair Award 2011.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan Muhammadiyah adalah salah satu orgnisasi Islam
pembaharu di Indonesia. Gerakan Muhammadiyah yang dibangun oleh
K.H. Ahmad Dahlan sesungguhnya merupakan salah satu mata rantai
yang panjang dari gerakan pembaharuan Islam. maksud dan tujuan
Muhamadiyah, yaitu Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai
Allah Subhanahu wa Taala.
B. Saran Dalam penyusunan makalah yang berjudul Muhammadiyah,
kami dari kelompok 6 menyadari bahwa masih banyak kesalahan
sehingga belum sempurnanya makalah kami. Maka kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari dosen pembimbing dan
teman-teman khususnnya Para Peserta DAD.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.muhammadiyah.or.id ( Di Kutip Pada Hari Kamis, 03
Juli 2014 Jam 21.00 )http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammadiyah ( Di
Kutip Pada Hari Kamis, 03 Juli 2014 Jam 21.00
)http://dahlanbersabar.blogspot.com/2011/02/27makalah-latar-belakang-berdirinya.html(
Di Kutip Pada Hari Kamis, 03 Juli 2014 Jam 21.00
)http://ervan1420.wordpress.com/2012/12/29/makalah-kemuhammadiyahan/
( Di Kutip Pada Hari Kamis, 03 Juli 2014 Jam 21.00
)http://tonijulianto.wordpress.com/2012/12/14/sejarah-berdirinya-muhammadiyah-di-indonesia/
( Di Kutip Pada Hari Kamis, 03 Juli 2014 Jam 21.00 )