KAJIAN PUPUK ORGANIK CAIR URINE KELINCI DAN UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SAWI (Brassisca sp.) (Studi Kasus di Lahan BBPP Batu) Dwita Indrarosa ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan di Lahan Praktek Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu-Jawa Timur mulai bulan Februari s.d Maret 2013. Tujuan dari penilaian adalah tujuan penilaian adalah untuk: (a). Mengetahui pengaruh pupuk urea dan kelinci POC terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi, (b) Menentukan dosis optimal POC dengan hasil setara dengan penggunaan pupuk urea (c) Mengetahui usahatani yang paling menguntungkan dari hasil analisis finansial. Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok, dengan 7 perlakuan diulang 4 kali, menggunakan pupuk urea dan Pupuk Organik Cair (POC) Kelinci. Penggunan Urea masing-masing 5 gr, 10 gr, 15 gr, dan penggunaan urine dengan komposisi 100 ml, 200 ml dan 300 ml : A (kontrol, tanpa pemupukan), B (Urea 5 gram/polybag), C (Urea 10 gram/polybag, D (Urea 15 gram/polybag), E (POC kelinci 100 ml/polybag), F (POC kelinci 200 ml/polybag), G (POC kelinci 300 ml/polybag). Benih Sawi (Brassisca Juncea L) yang digunakan sebagai tanaman indikator adalah sawi daging. Penanaman dilakukan dalam polybag 40 x 20 cm dengan media tanam berupa tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1. Analisis dasar tanah dan POC kelinci di lakukan di Laboratorium Kimia dan Fisika Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Contoh tanah diambil dari kedalaman 0-20 cm, pada areal tidak dekat galengan, jalan, saluran air, bekas penumpukan atau bekas sisa hasil tanaman atau pupuk lainnya, sedangkan sampel contoh POC berasal dari urine kelinci yang telah difermentasi. Peubah yang diamati adalah: tinggi tanaman dan jumlah daun yang diamati setiap dua minggu sekali sampai panen, panjang tajuk, lebar tajuk, panjang akar, serta bobot segar saat panen. Panen dilakukan dengan cara membersihkan tanaman dengan merendam akar tanaman agar terpisah dari tanah, kemudian ditimbang berat basahnya, dan diukur tinggi tanaman dan panjang akar, serta panjang dan lebar tajuk. Data yang diperoleh dianalisis dengan Uji F, Apabila terdapat perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (α=5%). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa bobot basah tertinggi dan tidak berbeda nyata pada perlakuan pemberian pupuk urea pada perlakuan B (1003,3 gram), C (1006,7 gram), D (1008,3 gram) sedangkan perlakuan dengan POC menghasilkan bobot basah yang lebih rendah dan tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan E (616,7 gram), F (620 gram), dan G (621,7 gram). Hasil analisis finansial perlakuan pemberian urea B (urea 5 gram/polybag) R/C ratio paling tinggi (3,68) sedangkan hasil analisis penggunaan POC perlakuan E menghasilkan R/C tertinggi (2,19). Kata kunci: Urea, urine Kelinci, Sawi (Brassisca sp.), Batu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KAJIAN PUPUK ORGANIK CAIR URINE KELINCI DAN UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SAWI (Brassisca sp.)
(Studi Kasus di Lahan BBPP Batu)
Dwita Indrarosa
ABSTRAK
Pengkajian dilaksanakan di Lahan Praktek Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu-Jawa Timur mulai bulan Februari s.d Maret 2013. Tujuan dari penilaian adalah tujuan penilaian adalah untuk: (a). Mengetahui pengaruh pupuk urea dan kelinci POC terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi, (b) Menentukan dosis optimal POC dengan hasil setara dengan penggunaan pupuk urea (c) Mengetahui usahatani yang paling menguntungkan dari hasil analisis finansial. Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok, dengan 7 perlakuan diulang 4 kali, menggunakan pupuk urea dan Pupuk Organik Cair (POC) Kelinci. Penggunan Urea masing-masing 5 gr, 10 gr, 15 gr, dan penggunaan urine dengan komposisi 100 ml, 200 ml dan 300 ml : A (kontrol, tanpa pemupukan), B (Urea 5 gram/polybag), C (Urea 10 gram/polybag, D (Urea 15 gram/polybag), E (POC kelinci 100 ml/polybag), F (POC kelinci 200 ml/polybag), G (POC kelinci 300 ml/polybag). Benih Sawi (Brassisca Juncea L) yang digunakan sebagai tanaman indikator adalah sawi daging. Penanaman dilakukan dalam polybag 40 x 20 cm dengan media tanam berupa tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1. Analisis dasar tanah dan POC kelinci di lakukan di Laboratorium Kimia dan Fisika Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Contoh tanah diambil dari kedalaman 0-20 cm, pada areal tidak dekat galengan, jalan, saluran air, bekas penumpukan atau bekas sisa hasil tanaman atau pupuk lainnya, sedangkan sampel contoh POC berasal dari urine kelinci yang telah difermentasi. Peubah yang diamati adalah: tinggi tanaman dan jumlah daun yang diamati setiap dua minggu sekali sampai panen, panjang tajuk, lebar tajuk, panjang akar, serta bobot segar saat panen. Panen dilakukan dengan cara membersihkan tanaman dengan merendam akar tanaman agar terpisah dari tanah, kemudian ditimbang berat basahnya, dan diukur tinggi tanaman dan panjang akar, serta panjang dan lebar tajuk. Data yang diperoleh dianalisis dengan Uji F, Apabila terdapat perbedaan antar perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (α=5%). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa bobot basah tertinggi dan tidak berbeda nyata pada perlakuan pemberian pupuk urea pada perlakuan B (1003,3 gram), C (1006,7 gram), D (1008,3 gram) sedangkan perlakuan dengan POC menghasilkan bobot basah yang lebih rendah dan tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan E (616,7 gram), F (620 gram), dan G (621,7 gram). Hasil analisis finansial perlakuan pemberian urea B (urea 5 gram/polybag) R/C ratio paling tinggi (3,68) sedangkan hasil analisis penggunaan POC perlakuan E menghasilkan R/C tertinggi (2,19). Kata kunci: Urea, urine Kelinci, Sawi (Brassisca sp.), Batu
I. PENDAHULUAN
Kegiatan pertanian yang diusahakan secara terus-menerus dengan
penggunaan pupuk buatan tanpa diimbangi dengan usaha pengembalian bahan
organik ke dalam tanah dapat mengakibatkan penurunan kandungan bahan
organik tanah secara cepat, sehingga produktifitas tanah menjadi semakin rendah
dan terjadinya proses degradasi kesuburan lahan pertanian. Oleh karena itu sangat
penting menambahkan bahan organik ke dalam tanah.
Menurut Permentan Nomor. 70/Permentan/SR.140/10/2011 Pupuk Organik
adalah pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran
hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui
proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan
mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara
dan bahan organik tanah serta memperbaiki struktur tanah/sifat fisik, kimia dan
biologi tanah. Lebih lanjut Lingga (1995), menyatakan bahwa tanah yang
berstruktur baik, dapat menunjang pertumbuhan akar menembus tanah melalui pori
- pori tanah sehingga dapat menyerap air dan unsur hara yang terlarut.
Pupuk Organik Cair atau POC pupuk organik berbentuk cair. Pupuk organik
cair yang berasal dari urine kelinci mempunyai kandungan unsur hara yang cukup
tinggi yaitu N 4%; P2O5 2,8%; dan K2O 1,2%, relatif lebih tinggi daripada
kandungan unsur hara pada sapi (N 1,21 %; P2O5 0,65 %; K2O 1,6%) dan kambing
1. Bobot basah tertinggi dan tidak berbeda nyata pada perlakuan pemberian
pupuk urea pada perlakuan B (Urea 5 gram / polybag) mencapai 1003,3 gram),
C (Urea 10 grams/ polybag) sebanyak 1006,7 gram dan D (Urea 15 g /
polybag) 1008,3 gram.
2. Perlakuan dengan POC menghasilkan bobot basah yang lebih rendah dan
tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan E (POC rabbit 100 ml / polybag)
sebesar 616,7 gram, F (POC rabbit 200 ml/polybag) sebesar 620 gram dan G
(POC rabbit 300 ml / polybag 621,7 gram.
3. Hasil analisis finansial perlakuan pemberian urea B (urea 5 gram/polybag) R/C
ratio paling tinggi (3,68) sedangkan hasil analisis penggunaan POC perlakuan
E (POC kelinci 100 ml/polybag) menghasilkan R/C tertinggi (2,19).
12
DAFTAR PUSTAKA
Balittanah. 2006. Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati (Organic Fertilizer And Biofertilizer). Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Buckman dan Nyle.C. Brady. 1982 Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.
Djaenudin. D, Marwan. H, H. Subagyo, A. Mulyani, dan N. Suharta. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Badan Litbangtan. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Gomez. A.K dan Gomez, A.A. 1993. Statistical Procedures for Agricultural Research. 2nd Edition. Los Banos.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Islami, T. dan Utomo, W.H. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press.Semarang.
Lingga, P.1995. Petunjuk Penggunaan Pupuk . Penerbit Swadaya,Jakarta.
Mappanganro, N, Enny L.S, Baharuddin. 2011. Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Stroberi Pada Berbagai Jenis Dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair Dan Urine Sapi Dengan Sistem Hidroponik Irigasi Tetes (Growth And Production Of Strawberry Plant In Various Types And Concentrations Of Organic Liquid Fertilizer And Cow’s Urine With Drops Irrigation Hydroponic System). http://pasca.unhas.ac.id. Tanggal akses 12 September 2013.
Noor, N., Y.C., Raharjo, Murtiyeni dan R. Haryani. 1996. Pemanfaatan Usahatani Sayuran Untuk Pengembangan Agribisnis Kelinci di Sulawesi Selatan. Laporan Penelitian. Balitnak Ciawi. Balittan Maros. Puslitbangtan. Bogor.
Palimbungan N., R. Labatar, dan F. Hamzah F., 2006. Pengaruh ekstrak daun lamtoro sebagai pupuk organic cair terhadap petumbuhan dan produksi tanaman sawi. J Agrisistem Vol 2 (2): 96 – 101.
Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta.
Vimala P, M.N. M. Roff, O. Ahmad Shokri and A.H. Lim. 2010. Effect of organic fertilizer on the yield and nutrient content of leaf-mustard (Brassica juncea) organically grown under shelter. J. Trop. Agric. and Fd. Sc. 38(2)(2010): 153– 160