Budidaya Awal Induk dan Benih Ikan Tangkapan Sungai Serayu Banyumas Rawan Punah, Lukas (Puntius bramoides) dan Brek (P. orphoides) Produk Predomestikasi pada Kolam Alami serta Pemetaan Karakter Reproduksinya 1) Oleh : Drs. Priyo Susatyo, MSi dan Drs. Sugiharto, MSi 2) Abstrak Budidaya perikanan dapat ditingkatkan melalui pendekatan diversifikasi ikan jenis baru dari ikan tangkapan. Telah dilakukan penelitian predomestikasi ikan tangkapan dari Sungai Serayu Banyumas, ikan Lukas (Puntius bramoides) dan ikan Brek (P. orphoides) pada kolam alami. Induk ikan produk predomestikasi ini sudah berhasil menunjukkan kemampuan adaptif di lingkungan barunya ditinjau dari aspek kesukaan pakan alami di subtsrat barunya, diketahui profil hormonal periodikal, profil gametogenesis dan kemampuan memijah di lingkungan baru. Penelitian lanjutan ini bertujuan untuk mengetahui : (1) karakter perkembangan embryogenesis (intra fertilized ova) hasil pemijahan induk serta kelangsungan hidup benih/larva pasca proses pemijahan; (2) bagaimana proses gametogenesis recovery dari testes dan ovarium (tinjauan histologis) induk Brek dan Lukas jantan betina pasca mijah sampai dengan periode mijah berikutnya; (3) berapa lama waktu yang dibutuhkan dan bagaimana kemampuan induk-induk pasca mijah untuk dapat memijah kembali serta bagaimanakah profil hormonal (Analisis dengan metode ELISA), berapa nilai IKG dari induk jantan dan betina pasca mijah sampai dengan periode pre mijah berikutnya; (4) kapasitas reproduksi meliputi derajat penetasan, kemampuan hidup larva sampai 30 hari dan derajat mortalitas larva (untuk dapat mengkonfirmasi kapasitas produksi induk di lapangan). Penelitian menggunakan metode survei (skala kolam alami dan laboratorium). Hasil penelitian (induk Brek tidak berhasil memijah sampai akhir penelitian) : (1) Perkembangan embryogenesis-penetasan membutuhkan waktu 22-23 jam sejak telur terbuahi; derajat penetasan telur 56%- 86%; derajat kelangsungan hidup benih/larva 62%-86% ; derajat mortalitas larva 0,14%-0,58%; (2) Proses gonadogenesis recovery dari testes dan ovarium induk Lukas jantan betina pasca mijah sampai 1 1) Dibiayai oleh Departemen Pendidikan Nasional dengan surat perjanjian pelaksanaan Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional No : 526/SP2H/PP/DP2M/VII/2010, Tanggal 24 Juli 2010 2) Staff Pengajar Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Jl. Dr. Soeparno Karangwangkal Purwokerto 53122. E-mail: [email protected]
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Budidaya Awal Induk dan Benih Ikan Tangkapan Sungai Serayu Banyumas Rawan Punah, Lukas (Puntius bramoides) dan Brek
(P. orphoides) Produk Predomestikasi pada Kolam Alami serta Pemetaan Karakter Reproduksinya1)
Oleh :Drs. Priyo Susatyo, MSi dan Drs. Sugiharto, MSi2)
AbstrakBudidaya perikanan dapat ditingkatkan melalui pendekatan diversifikasi ikan jenis baru dari
ikan tangkapan. Telah dilakukan penelitian predomestikasi ikan tangkapan dari Sungai Serayu Banyumas, ikan Lukas (Puntius bramoides) dan ikan Brek (P. orphoides) pada kolam alami. Induk ikan produk predomestikasi ini sudah berhasil menunjukkan kemampuan adaptif di lingkungan barunya ditinjau dari aspek kesukaan pakan alami di subtsrat barunya, diketahui profil hormonal periodikal, profil gametogenesis dan kemampuan memijah di lingkungan baru. Penelitian lanjutan ini bertujuan untuk mengetahui : (1) karakter perkembangan embryogenesis (intra fertilized ova) hasil pemijahan induk serta kelangsungan hidup benih/larva pasca proses pemijahan; (2) bagaimana proses gametogenesis recovery dari testes dan ovarium (tinjauan histologis) induk Brek dan Lukas jantan betina pasca mijah sampai dengan periode mijah berikutnya; (3) berapa lama waktu yang dibutuhkan dan bagaimana kemampuan induk-induk pasca mijah untuk dapat memijah kembali serta bagaimanakah profil hormonal (Analisis dengan metode ELISA), berapa nilai IKG dari induk jantan dan betina pasca mijah sampai dengan periode pre mijah berikutnya; (4) kapasitas reproduksi meliputi derajat penetasan, kemampuan hidup larva sampai 30 hari dan derajat mortalitas larva (untuk dapat mengkonfirmasi kapasitas produksi induk di lapangan). Penelitian menggunakan metode survei (skala kolam alami dan laboratorium). Hasil penelitian (induk Brek tidak berhasil memijah sampai akhir penelitian) : (1) Perkembangan embryogenesis-penetasan membutuhkan waktu 22-23 jam sejak telur terbuahi; derajat penetasan telur 56%-86%; derajat kelangsungan hidup benih/larva 62%-86% ; derajat mortalitas larva 0,14%-0,58%; (2) Proses gonadogenesis recovery dari testes dan ovarium induk Lukas jantan betina pasca mijah sampai dengan periode mijah berikutnya berjalan dengan baik. Histologi oogenesis pasca mijah, ovarium terdiri atas 6 stadium perkembangan oosit : post ovulatory stage (pos); chromatin nucleolar stage (cns); perinucleolar stage (ps); cortical alveolar stage (cas); vitellogenic stage (vs) dan mature / ripe stage (ms), sedangkan histologi spermatogenik testis terdiri dari 5 kelompok tahapan : spermatogonium, spermatosit primer; spermatosit sekunder; spermatid dan spermatozoa; (3) Lama waktu yang dibutuhkan induk Lukas jantan dan betina untuk mencapai periode mijah berikutnya adalah ± 3 bulan (29 Nov 2009 mijah pertama kali; 12 Februari 2010 mijah kedua; 21 Mei 2010 mijah ketiga; 2 Agustus 2010 mijah keempat; 8 November 2010 mijah kelima); Kadar hormon estradiol meningkat sesaat menjelang pemijahan, menurun sampai dengan minggu kedua dan terus meningkat sampai dengan menjelang pemijahan berikutnya; kadar progesteron meningkat pada saat pemijahan dan meningkat terus sampai dengan 12 minggu (3 minggu) pasca mijah menjelang mijah berikutnya. Sama seperti kadar progesteron, kadar testosteron cenderung meningkat sejalan dengan periode pasca mijah sampai dengan 12 minggu pasca mijah. Nilai IKG induk betina Lukas dari dua minggu ke-0 pasca mijah sampai dengan dua minggu ke-12 pasca mijah adalah : 1,26%; 1,6%; 3,3%; 3,46%; 0 ; 8,8%; 17,6% sedangkan IKG induk jantan berturt-turut dari DM-0 sampai dengan DM-6 adalah 2,58%; 2,7%; 2,64%; 2,44%;2,41%; 2,42%; 2,30%.
Kata kunci: predomestikasi, gametogenesis, pasca mijah, Puntius bramoides, P. orphoides, oogenesis, spermatogenesis
PENDAHULUAN
1 1) Dibiayai oleh Departemen Pendidikan Nasional dengan surat perjanjian pelaksanaan Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional No : 526/SP2H/PP/DP2M/VII/2010, Tanggal 24 Juli 2010
2) Staff Pengajar Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Jl. Dr. Soeparno Karangwangkal Purwokerto 53122. E-mail: [email protected]
Produk perikanan budidaya sebagian berasal dari budidaya ikan air tawar. Selama ini di
daerah Banyumas, beberapa jenis ikan air tawar yang telah lama dibudidayakan dan memiliki nilai
ekonomi cukup penting sampai saat ini adalah Gurami, Nilem, Lele, Tawes, ikan Mas, Nila, Mujahir
(Susatyo dan Sugiharto, 2001; Susatyo dan Soeminto, 2002).
Pada Aspek Ketahanan Pangan bukan hanya ketercukupan produksi dari sektor budidaya
perikanan yang diutamakan, tetapi dapat juga dilakukan kegiatan pengupayaan diversifikasi jenis ikan
budidaya baru yang berasal dari ikan-ikan tangkapan, misal ikan tangkapan dari suatu perairan sungai
agar dapat dilakukan pengkayaan jenis ikan budidaya yang telah ada melalui kegiatan domestikasi.
Tentunya diperlukan terlebih dahulu kegiatan predomestikasi jenis-jenis ikan tangkapan pada kondisi
ex situ (misal pada kolam budidaya) dari lingkungan lamanya (in situ, sungai misalnya).
Salah satu upaya untuk mendukung penangani kegiatan predomestikasi beberapa jenis ikan
tangkapan tersebut adalah dengan melakukan suatu kegiatan penelitian guna mendapatkan pengetahuan
dan teknik untuk mempersiapkan ikan uji pada kondisi siap dibudidayakan di kolam budidaya alami
(ex-situ). Hal ini dapat dilakukan melalui pendekatan beberapa kegiatan penelitian baik survei maupun
eksperimental. Pendekatan internal dapat dilakukan melalui pemahaman yang memadai tentang aspek
biologi reproduksi ikan dan beberapa aspek fisiologi lainnya.
Telah dilakukan penelitian predomestikasi ikan tangkapan dari Sungai Serayu Banyumas, ikan
Lukas (Puntius bramoides) dan ikan Brek (P. orphoides) pada kolam alami. Induk ikan produk
predomestikasi ini sudah berhasil menunjukkan kemampuan adaptif di lingkungan barunya ditinjau dari
aspek kesukaan pakan alami di subtsrat barunya, diketahui profil hormonal periodikal, profil
gametogenesis dan kemampuan memijah di lingkungan baru (Susatyo et al., 2009).
Keberhasilan tahapan predomestikasi ini, haruslah diikuti dengan penelitian lanjutan untuk
mengupayakan ikan predomestikasi tersebut benar-benar mampu menyelesaikan minimal satu siklus
hidupnya untuk menjadi the new domesticated fish. Sehingga, komponen masing-masing tahapan
reproduksi dari induk-induk ikan pasca predomestikasi dalam satu siklus reproduksinya perlu diteliti.
Untuk itu muncul permasalahan baru yang mendasari dilakukannya penelitian ini, yakni : (1)
bagaimana dan berapa lama tahapan embriogenesis, morfogenesis terselesaikan sampai terjadinya
penetasan telur terbuahi tersebut dan bagaimana kelangsungan hidup benih/larva pasca proses
pemijahan induk ikan Brek dan Lukas pasca mijah (dari induk-induk predomestikasi) tersebut di kolam
budidaya; (2) bagaimana proses gonadogenesis recovery dari testes dan ovarium induk ikan Brek dan
Lukas jantan betina (induk-induk predomestikasi) pasca mijah dari minggu pertama pasca mijah sampai
dengan periode pre mijah berikutnya, dilihat dari gambaran histologisnya; (3) berapa lama waktu yang
dibutuhkan dan bagaimana kemampuan induk-induk Brek dan Lukas pasca mijah untuk dapat memijah
kembali di kolam budidaya; (4) bagaimanakah profil hormonal, berapa nilai IKG, IHS dari induk
jantan dan betina pasca mijah sampai dengan periode pre mijah berikutnya.
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian tahun pertama ini dilakukan dengan untuk untuk :
1. Mengetahui karakter perkembangan intra fertilized ova ikan Brek dan Lukas produk pemijahan
induk-induk produk predomestikasi serta kelangsungan hidup benih/larva pasca proses pemijahan
induk-induk predomestikasi tersebut di kolam budidaya;
2. Mengetahui bagaimana proses gonadogenesis recovery dari testes dan ovarium induk Brek dan
Lukas jantan betina predomestikasi pasca mijah sampai dengan periode mijah berikutnya);
3. Mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan dan bagaimana kemampuan induk-induk Brek
dan Lukas pasca mijah untuk dapat memijah kembali serta bagaimanakah profil hormonal, berapa
nilai IKG, IHS dari induk jantan dan betina pasca mijah sampai dengan periode pre mijah
berikutnya;
4. Mengetahui kapasitas reproduksi meliputi derajat penetasan, kemampuan hidup larva sampai 30
hari (untuk dapat mengkonfirmasi kapasitas produksi induk di lapangan).
B. Manfaat Penelitian
Diharapkan, dari hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai dasar atau model kegiatan
pengkajian aspek konservasi selanjutnya, sehingga diharapkan bukan hanya ketersediaan setiap saat
stok induk dan benih dari ikan Brek dan Lukas di luar sungai Serayu (tetapi dari kolam-kolam
budidaya, merupakan suatu harapan dari penelitian ini) yang dapat mengkompensasi keadaan status
kritisnya yang selalu menjadi obyek illegal fishing atau over fishing, tetapi juga menambah stok pasar
akan kebutuhan ikan dengan diversifikasi jenis-jenis ikan budidaya baru yang tentunya melalui proses
lanjut tingkat penerimaan konsumen nantinya.
METODE PENELITIAN
1. Materi Penelitian
Materi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah induk ikan Brek dan Lukas jantan dan
betina matang kelamin 12-15 bulan produk predomestikasi dari kolam pemeliharaan (stok induk
hasil penelitian kami sebelumnya, Susatyo et al., 2009) masing-masing berjumlah 40 pasang.
2. Metode
Penelitian ini dirancang untuk dua tahun pelaksanaan. Penelitian menggunakan metode survei.
3. Cara Kerja
a. Pemeliharaan induk ikan uji
Induk Brek dan Lukas dipelihara secara monokultur dalam kolam pemeliharaan dengan suplai air
yang cukup. Kolam tersebut diupayakan dengan input air berasal dari sungai terdekat yang
selanjutnya masuk ke kolam dengan lubang output yang selalu terbuka/mengalir keluar, tetapi baik
lubang input maupun output kolam diberi filter yang cukup protektif. Ukuran kolam 10 m x 10 m,
diberi tancapan batang bambu dari dasar kolam sampai permukaan air, untuk memfasilitasi
pertumbuhan periphyton. Induk-induk ikan Brek dan Lukas tersebut di beri pakan berupa pelet
pakan buatan yang disuplementasi dengan kecambah kacang hijau dan daun sente dan atau daun ubi
kayu. Pemberian kecambah dan daun-daunan tersebut dilakukan secara berselang seling.
b. Spawning induction dan Pengelompokkan Induk pada Periode Pasca Mijah
Induksi pemijahan dengan menyuntikkan/menginduksikan gonadotrophin (sGnRH analogue) pada
induk jantan dan betina yang telah matang kelamin, menggunakan Ovaprim 0.5 cc/kg BB. Untuk
Keterangan : Pada kelompok DM-4 (8 minggu pasca mijah), gonad betina/ovariumnya sudah mengkerut, diduga induk telah melaksanakan mijah dengan hampir seluruh telur di dalam gonadnya dikeluarkan
Tabel 2. Waktu kumulatif yang dicapai masing-masing Stadium perkembangan embrio Ikan Lukas (Puntius bramoides)
No. Tahapan perkembangan embrioWaktu kumulatif
Keteranganjam menit
1 2 (dua) sel 0 20
Keterangan :Pemijahan dilaksanakan 19 Juli 2010 pk. 17.00 WIBTanda awal memijah 20 Juli 2010 pk. 05.00 WIB.Telur pertama kali menetas 21 Juli 2010 pk. 07.00 WIB
2 4 (empat ) sel 0 363 8 (delapan) sel 0 424 16 (enam belas) sel 0 565 32 (tiga puluh dua) sel 1 056 Morula 1 197 Blastula 1 298 Gastrula 2 199 Neurula 5 4910 Head stage 6 3911 Vesicula optica 6 0212 Somit-10 6 4513 Menetas 22– 23 jam
Tabel 3. Derajat Penetasan Telur Ikan Lukas Terbuahi
No AkuariumJumlah telur
dibuahiJumlah Telur
MenetasDerajat Penetasan
(%)1 I 100 56 562 II 100 72 723 III 100 68 684 IV 100 63 635 V 100 86 866 VI 100 66 667 VII 100 61 618 VIII 100 74 749 IX 100 78 7810 X 100 59 59
Tabel 4. Kelangsungan hidup larva (%) dan Derajat Mortalitas Larva ikan Lukas
Gambar 2. Fotomikrograf satu set lengkap tahapan perkembangan oosit pada gonad/ovarium betina ikan uji Lukas (Puntius bramoides) pasca mijah; Pewarnaaan Harris Haematoxylin-Eosin
Keterangan :
A. Tahapan chromatin nucleolar stage (cns) dengan satu nukleolus dalam nukleus. Sitoplasma sangat basofilik(aspek biru/ungu). Skala bar = 30 μm.
B. Tahapan perinucleolar stage (ps) , dengan beberapa nukleoli kecil melekat pada membran nukleus. Skala bar = 30 μm.C. Tahapan cortical alveolar stage (cas) dengan perinukleoli dan cortical alveoli atau yolk vesicles (yv) yang tersusun
pada bagian tepi oosit. Zona tipis, asidofilik, zona radiata (zr) Skala bar = 30 μm.D. Tahapan vitellogenic (yolk) stage (vs) dengan granula yolk (gy) asidofilik dalam sitoplasma. Follicular trilayer terdiri
dari zona radiata. Skala bar = 30 μm.E. Tahapan mature/ripe stage dengan nukleus migrasi (mn). Skala bar = 100 μm.F. Tahapan mature/ripe stage (ms)G & H Tahapan post ovulatory stage (pos, tanda panah), skala bar = 100 μm.
Gambar 3. Grafik Proporsi Spermatogenesis ikan Lukas pada Periode Pasca Mijah
Gambar 4.5. Fotomikrograf Testis Lukas pada beberapa tahapan perkembangan post spawning. Pewarnaan Harris Haematoxylin-Eosin
Keterangan :A. Spermatozoa (spz) dalam jumlah banyak/mendominasi setiap periode post spawning/pasca mijah, spermatosit primer,
spermatosit sekunder dan spermatid dijumpai dalam jumlah bervariasi sesuai proporsi (lihat tabel 4.8), skala bar = 100 μmB. spg = spermatogonium, skala bar = 100 μmC. sp = spermatosit primer; ss = spermatosit sekunder, skala bar = 100 μmD. spz = spermatozoa dalam lumina lobulus, skala bar = 30 μm
Tabel 5. Data Rata-rata Hormon Ikan Lukas
Seks ikan HormonRata-rata Kadar hormon Lukas masing-masing periode pasca mijah ±
Standar deviasiDM0 DM1 DM2 DM3 DM4 DM5 DM6
Betina Estradiol (pg/ml)
279,39 ± 9,36
329,74 ± 18,27
435,35 ± 24,99
533,14 ± 9,48
657,85 ± 55,55
698,82 ± 48,30
745,86 ± 19,45
Progesteron(ng/ml)
0,17 ± 0,03
0,35 ± 0,02
0,32 ± 0,04
0,36 ± 0,02
0,28 ± 0,02
0,46 ± 0,03
0,59 ± 0,05
Jantan Testosteron (ng/ml)
4,84 ± 0,09
5,60 ± 0,32
5,60 ± 0,32
7,56 ± 0,22
6,44 ± 0,11
8,36 ± 0,76
8,98 ± 0,34
spz
sp
ss
spg
A
st
sp
ssB
spgC D
spz
Tabel 6. Data Keberhasilan pemijahan induk Ikan Brek dan Lukas yang dicoba dengan bantuan induksi Ovaprim selama penelitian
No Tanggal pemijahan/jenis ikan
Keterangan
1 12-07-2010
Brek
20 ekor induk betina (400 gram) : 20 ekor induk jantan (rata-rata 250 gram), 8 jam setelah penginduksian, memperlihatkan gejala mijah, setelah 12 jam pasca induksi tanda-tanda pemijahan berhenti, 1 ekor induk betina yang dibedah (IKG sudah cukup tinggi, yakni 16), hasil pengamatan histologis sediaan gonad betina menunjukkan sudah mencapai tahapan vitelogenesis menjelang mature (dilakukan di kolam percobaan).
Lukas
25 ekor betina matang kelamin (± 60 gram) : 25 jantan (± 50 gram), ± 10 jam setelah induksi ovaprim berhasil mijah secara parsial, 3 jam kemudian terjadi pemijahan yang kedua. Semua induk jantan dan betina sehat jam setelah spawning (dilakukan di bak semen ukuran 3 x 1 x 0,50 m). Induk segera dipisahkan dari kelomok telur pasca mijah. Telur-telur hasil mijah didistribusi dan ditebar di bak penetasan dan beberapa akuarium untuk pengamatan embriogenesis, derajat penetasan, uji mortalitas dan kelangsungan hidup larva. Induk-induk pasca mijah dipisahkan masing-masing 4 pasang pada 6 bak terpisah beraerator untuk materi pegujian selanjutnya (gametogenesis recovery pasca mijah, tinjauan histologis dan hormonal)
2 21-03-2010
Brek
2 ekor betina matang kelamin (± 225 gram) : 5 jantan (± 100 gram), sampai dengan 11 jam pasca induksi ovaprim tidak berhasil mijah, semua induk baik betina maupun jantan sehat pasca mijah (dilakukan di bak berukuran 3 x 1 x 0,5 m).
Lukas
4 ekor betina matang kelamin (± 75 gram) : 4 jantan (± 50 gram), 12 jam setelah induksi ovaprim berhasil mijah, semua induk baik betina maupun jantan sehat pasca mijah.Telur-telur hasil mijah dipisahkan dari induk-induk pasca mijah untuk dipelihara.
3 26-10-2011
Brek
3 ekor betina matang kelamin (± 225 gram) : 3 jantan (± 100 gram), sampai dengan 10-12 jam pasca induksi ovaprim tidak berhasil mijah, semua induk baik betina maupun jantan sehat pasca mijah (dilakukan di bak berukuran 3 x 1 x 0,5 m).
Lukas
2 ekor betina matang kelamin (± 75 gram) : 2 jantan (± 50 gram), 10 jam setelah induksi ovaprim berhasil mijah, semua induk baik betina maupun jantan sehat pasca mijah.Telur-telur hasil mijah dipisahkan dari induk-induk pasca mijah untuk dipelihara.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Perkembangan embryogenesis ikan Lukas sampai dengan terjadinya penetasan telur/terbentuk larva membutuhkn waktu 22-23 jam sejak telur terbuahi; Derajat penetasan telur antara 56%-86%; Derajat kelangsungan hidup benih/larva pasca proses pemijahan induk-induk predomestikasi tersebut di kolam budidaya 62%-86% sedangkan Derajat mortalitas larva 0,14%-0,58%.
2. Proses gonadogenesis recovery dari testes dan ovarium induk Lukas jantan betina predomestikasi pasca mijah sampai dengan periode mijah berikutnya berjalan dengan baik. Histologi oogenesis pasca mijah, ovarium terdiri atas 6 stadium perkembangan oosit : post ovulatory stage (pos); chromatin nucleolar stage (cns); perinucleolar stage (ps); cortical alveolar stage (cas);
vitellogenic stage (vs) dan mature / ripe stage (ms), sedangkan histologi spermatogenik testis terdiri dari 5 kelompok tahapan : spermatogonium, spermatosit primer; spermatosit sekunder; spermatid dan spermatozoa.
3. Lama waktu yang dibutuhkan induk Lukas jantan dan betina untuk mencapai periode mijah berikutnya adalah ± 3 bulan (29 Nov 2009 mijah pertama kali; 12 Februari 2010 mijah kedua; 21 Mei 2010 mijah ketiga; 2 Agustus 2010 mijah keempat; 8 November 2010 mijah kelima); Kadar 3 jenis hormon induk Lukas dua minggu ke nol (DM-1) sampai dengan 12 minggu pasca mijah (DM-6) adalah estradiol (279,39 ± 9,36 pg/ml; 329,74 ± 18,27 pg/ml; 435,35 ± 24,99pg/ml; 533,14 ± 9,48 pg/ml; 657,85 ± 55,55 pg/ml; 698,82 ± 48,30 pg/ml; 745,86 ± 19,45 pg/ml) meningkat sesaat menjelang pemijahan, menurun sampai dengan minggu kedua dan terus meningkat sampai dengan menjelang pemijahan berikutnya. Progesteron (0,17 ± 0,03 ng/ml; 0,35 ± 0,02 ng/ml; 0,32 ± 0,04 ng/ml; 0,36 ± 0,02 ng/ml; 0,28 ± 0,02 ng/ml; 0,46 ± 0,03 ng/ml; 0,59 ± 0,05 ng/ml) meningkat pada saat pemijahan dan meningkat terus sampai dengan 12 minggu (3 minggu) pasca mijah menjelang mijah berikutnya. Kadar testosteron (4,84 ± 0,09 ng/ml; 5,60 ± 0,32 ng/ml; 5,60 ± 0,32 ng/ml; 7,56 ± 0,22 ng/ml; 6,44 ± 0,11 ng/ml; 8,36 ± 0,76 ng/ml; 8,98 ± 0,34 ng/ml), sama seperti kadar progesterone, kadar testosterone cenderung meningkatsejalan dengan periode pasca mijah sampai dengan12 minggu pasca mijah. Nilai IKG induk betina Lukas dari dua minggu nol pasca mijah sampai dengan dua minggu ke-12 pasca mijah adalah : 1,26%; 1,6%; 3,3%; 3,46%; 0 ; 8,8%; 17,6% sedangkan IKG induk jantan berturt-turut dari DM-0 sampai dengan DM-6 adalah
2,58%; 2,7%; 2,64%; 2,44%;2,41%; 2,42%; 2,30%.
S a r a n
Perlu dilakukan pengujian aklimatisasi benih dan induk ikan Lukas pada beberapa lokasi budidaya (karamba jaring apung, misal) di beberapa lokasi seperti di waduk, di sungai dan beberapa kolam dengan perbedaan ketinggian lokasi di atas permukaan laut di sekitar eks karesidenan Banyumas untuk lebih menggali data pendukung kestabilan status reproduksi dan parameter pertumbuhan serta kapasitas produksi anakan/benih dalam mempersiapkan the new domesticated fih sebelum dikembangkan di kalangan petani ikan, dan dipasarkan ke para konsumen ikan di Banyumas.
Perlu dilakukan kegiatan eksperimental lanjutan secara in vivo (khususnya untuk induk ikan Brek yang sampai saat ini belum berhasil memijah di kolam alami) melalui manipulasi lingkungan eksternal dan internal untuk mempelajari dan meningkatkan peranan hormon dalam proses gametogenesis, vitellogenesis dan ovulasi, sedangkan penelitian in vitro metode kultur organ dilakukan untuk mendeteksi aktivitas dan jumlah reseptor untuk mengetahui biosintesis hormon yang terlibat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Profil Perikanan Budidaya. Ditjen Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta 38 pp.
APHA, 1985. Standard Methods for The Examination of Water and Waste Water, Public Health Association Inc, New York.
Alimuddin dan E.S. Wiyono. 2005. Domestikasi atau restocking? INOVASI Vol. 5/XVII/November 2005. http://www.io.ppi-jepang.org. Diakses 10 April 2008.
Brito, M.F.G. and N. Bazzoli, 2003. Reproduction of the surubim catfish (Pisces, Pimelodidae) in the San Fransisco River, Pirapora Region, Minas Gerais, Brazil. Arq. Bras. Med. Vet. Zootec., Vol. 55(5), pp : 624 – 633
Cek, S., B, Niall., C, Randall., and R, Krishen. 2001. Oogenesis, Hepatosomatic and Gonadosomatic Indexes, and Sex Ratio in Rosy Barb (Puntius conchonius). Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences, 1: 33-41.
Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor Effendi, M.I. 1997. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor
Elvyra, R. 2004. Aspek Habitat, Makanan dan Reproduksi Ikan Lais. Makalah Individu Program Pasca Sarjana (S3), Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Faizah, R. 2003. Penentuan Jenis Kelamin Benih Ikan Brek (Puntius orphoides C.V.) Dengan Teknik Truss Morphometrics. Laporan Penelitian Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.
Gunderson, H.J.G. and E.B. Jensen. 1987. The efficiency of systematic sampling in the stereology and its prediction. J. Microsc. 147:229-267.
Halamsyah, A.I. 2000. Pakan Kebiasaan, Indeks Kematangan Gonad, Fekunditas dan Faktor Kondisi Ikan Lukas (Puntius bramoides C.V.) di Sungai Banjaran Kabupaten Banyumas. Laporan Penelitian. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.
Harsini. 2005. Kebiasaan Pakan Ikan Brek (Puntius arphoides) yang Tertangkap di Sungai Serayu. Laporan Penelitian. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.
Hartanto, A.Y. 2000. Perkembangan Embrio dan Mortalitas Larva Ikan Nilem (Osteochilus hasselti CV. Dalam Media dengn pH Berbeda
Haryono, 2008. Proses Domestikasi Ikan Tambra (Tor spp.) Untuk Pemanfaatan Berkelanjutan. http://www.biotek.lipi.go.id. Diakses 17 April 2008.
Iguchi, K. 2004. Simultaneous Maturation of Two Discrete Oocyte Batches in Ayu. Journal Ichthyological Research Vol. 51 (4): 386-388. Springer, Japan.
Inayawati, E. 1997. Pengaruh Hipofisasi pada Pemijahan Ikan Nilem (Osteochilus hasselti CV.) Terhadap Fertilitas, Daya Tetas, Morfologi Ovarium dan Waktu Untuk Mencapai Masa Mijah Berikutnya. Laporan Penelitian. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto
Kime, A. 2008. Production of germ-line chimera in rainbow trout by blastomere trasplantation. Mol. Rep. Dev. 59:380-389.
Kottelat, M., Whitten, J. A., Wirjoatmodjo, S. & Kartikasari, S.N. 1996. Freshwater Fish of Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta: Periplus Edition, Ltd.
Kouril J., Svoboda A., Hamackova J., Kalab P., Kolarova J., Lepicova A., Sedova M., Savina L., Rendon P.M., Svobodova Z., Barth T., Vykusova B. (2007): Repeated administration of different hormonal preparations for artificial propagation and their effects on reproduction, survival and blood biochemistry profiles of female tench (Tinca tinca L.). Czech Journal of Animal Science, Vol (52), pp : 183–188.
Kouril J., J. Mraz, J. Hamackova, T. Barth (2008): Hormonal induction of tench (Tinca tinca L.) with the same treatments at two sequential reproductive seasons. J. Cybium, Vol. (32_, pp : 61-66.
Kroupova H., Machova J., Svobodova Z. (2005): Nitrite influence on fish: a review. J. Veterinarni Medicina, Vol. (50), pp : 461–471.
Lestari, W. dan Sugiharto. 2008. Studi Bioekologi Ikan Sungai Mastacembelus unicolor dari Sungai Serayu yang Terancam Punah, dalam Upaya Membangun Strategi Konservasi. Laporan Penelitian Fundamental DIKTI.
Mananos E., N. Duncan, C. Mylonas (2009): Reproduction and control of ovulation, spermiation and spawning in cultured fish. 3–80. In: Cabrita E., Robles V., Herraez P. (eds.): Methods in Reproductive Aquaculture:J. Marine and Freshwater Species. CRC Press, Florida. 549 pp.
Moyle, P. B., and Cech, J. J. 1988. Fishes an Introduction to Ichthyology 2nd Edition. Prentice Hall, New Jersey.Nasution, S. H., Sulistiono., D, Soedharma., I, Muchsin., dan S, Wirdjoatmodjo. 2007. Kajian Aspek Reproduksi
Ikan Endemik Bonti-bonti (Paratherina striata) di Danau Towuti Sulawesi Selatan. Jurnal Biologi Indonesia 4(4):225-237.
Ningsih, D. 1998. fekunditas Ikan Mas (Cyprynus carprio L. ) Pasca Mijah Yang Diberi Ekstrak Urin Wanita Pasca Menoupouse. Laporan Penelitian. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
Chaves-Pozo. E, S. Liarte, L. Vargas-Chacoff,4 A. Garcı´a-Lo´pez, V. Mulero, J. Meseguer, J.M. Mancera, and A. Garcı´a-Ayala. 2007. 17Beta-Estradiol Triggers Postspawning in Spermatogenically Active Gilthead Seabream (Sparus aurata L.) Males. J. Biology Reproduction 76, pp.: 142–148
Purnomo, S.H. Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Seminar Nasional Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 2010, Jurusan Perikanan UGM, Yogyakarta.
Ravaglia, M.A. and M.C. Maggese. 2002. Oogenesis in the swamp eel Synbranchus marmoratus (Bloch, 1795) (Teleostei; synbranchidae). Ovarian anatomy, stages of oocyte development and micropyle structure. J. Biocell (Mendoza). Argentina. Vol.26, no.3. pp. : 12 – 26.
Ross, R. 1997. Fisheries Conservation and Management. USA: Prentice Hall, Inc.
Rukayah, S., Setijanto dan I. Sulistyo. 2003. Kajian Strategi Reproduktif Ikan Senggaringan (Mystus nigriceps) di Sungai : Upaya Menuju Diversifikasi Budidaya Perairan. Laporan Penelitian Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.
Setijanto dan I. Sulistyo. 2002. Biologi Ikan Senggaringan (Mystus negriceps): Acuan Dasar Domestikasi dan Budidaya. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto.
Sinaga, T.P. 1995. Bioekologi Komunitas Ikan di Sungai Banjaran, Purwokerto. Thesis IPB, Bogor.Soeminto, M. Santoso dan P. Susatyo, Pembentukan Jantan Homogamet (XX) lewat Gynogenesis dan Pemberian
andriol pada ikan Nilem (Osteochilus hasselti c.v). Laporan penelitian Fakultas Biologi. Laporan penelitian Fakultas Biologi, Unsoed, Purwokerto.
Suhenda, N.,Rusmaedi dan A. Hardjamulia. 2002. Pertumbuhan dan Perkembangan Gonad Empat Stok Ikan Baung (Mystus nemurus) Generasi Pertama Stok Jatiluhur. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 10 : 2.
Sulaeman, 2005. Perikanan kita kemana akan dibawa? Warta Penelitian Perikanan Indonesia 11(3): 17-23 Susatyo, P. dan Soeminto. 2002. Viabilitas Telur Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C.V.) yang Ditunda
Oviposisinya Setelah Menunjukkan Gejala Mijah. Biosfera. Scientific Journal. Vol. 12 (2) Juni.Susatyo, P. dan Sugiharto. 2001. Aspek Perubahan Hormonal dan Histologis Selama Perkembangan Ovarium
Belut Sawah (Monopterus albus Zuiew) yang Diinduksi Secara Artifisial. Biosfera.Scientific Journal. Vol. 16 Mei 2000.
Susatyo, P., Sugiharto dan W. Lestari. 2009. Penelusuran Aspek Bioreproduksi, Ekologis, Filogenetis Beberapa Jenis Ikan Tangkapan dari Sungai Serayu Banyumas Sebagai Dasar Domestikasi dan Diversifikasi Budidaya. Laporan Penelitian Insentif Dasar RISTEK tahun 2009. Lembaga Penelitian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Wooton, J. 1991. Ecology of Teleost Fish. New York: Chapman & Hall
Yaron, Z. 1995. Endocrine control of gametogenesis and spawning induction in the carp. J. Aquaculture, Vol. (129), pp : 49–73.
Yuliantin, F. 1997. Viabilitas Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Setelah Diovulasikan. Laporan Penelitian. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto