1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari perspektif psikologi perkembangan, manusia adalah makhluk yang senantiasa mengalami perubahan atau change over time. Sejak dari masa konsepsi hingga meninggal dunia, manusia secara bertahap mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu aspek perkembangan psikososial yang dialami manusia adalah perkembangan tingkah laku. Perilaku manusia terhadap lingkungannya memberikan kemungkinan –kemungkinan atau kesempatan kepada individu, bagaimana individu mengambil manfaat dari kesempatan yang di berikan oleh lingkungaan tergantung kepada individu yang bersangkutan, sekalipun pengaruh lingkungan tidak bersifat memaksa, namun tidak dapat di ingkari bahwa peranan lingkungan cukup besar dalam perkembangan individu. B. Rumusan Masalah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ditinjau dari perspektif psikologi perkembangan, manusia adalah makhluk
yang senantiasa mengalami perubahan atau change over time. Sejak dari masa
konsepsi hingga meninggal dunia, manusia secara bertahap mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu aspek perkembangan psikososial
yang dialami manusia adalah perkembangan tingkah laku.
Perilaku manusia terhadap lingkungannya memberikan kemungkinan –
kemungkinan atau kesempatan kepada individu, bagaimana individu mengambil
manfaat dari kesempatan yang di berikan oleh lingkungaan tergantung kepada
individu yang bersangkutan, sekalipun pengaruh lingkungan tidak bersifat
memaksa, namun tidak dapat di ingkari bahwa peranan lingkungan cukup besar
dalam perkembangan individu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
makalah ini dapat dikemukakan sebagai berikut ;
1. Apa Pengertian Tingkah Laku Dan Psikologi Tingkah Laku?
2. Apa Saja Aliran Psikologi Tingkah Laku?
3. Jelaskan Pendekatan Psikologi Tingkah Laku?
4. Bagaimana Cara Mempelajari PsikologiTingkah Laku?
2
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah ;
1. Menjelaskan Pengertian Tingkah Laku Dan Psikologi Tingkah Laku.
2. Menjelaskan Aliran Psikologi Tingkah Laku
3. Menjelaskan Pendekatan Psikologi Tingkah Laku.
4. Menjelaskan Cara Mempelajari Psikologi Tingkah Laku.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tingkah Laku Dan Psikologi Tingkah Laku
Secara biologis tingkah laku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme yang bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak
langsung. Secara oprasional tingkah laku dapat diartikan suatu respon organisme
atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. Sedangkan menurut
Ensiklopedi Amerika, tingkah laku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap
lingkungan. Tingkah laku timbul apabila ada sesuatu yang dapat menimbulkan
reaksi, yakni disebut dengan rangsangan. Menurut Ribert Kwick (1974) tingkah
laku adalah tindakan atau prilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan
dapat dipelajari. Secara umum prilaku manusia pada hakekatnya adalah proses
interaksi individu dengan lingkungan sebagai monivestasi hayati bahwa dia adalah
makhluk hidup.
Menurut Drs. Sunaryo M.Kes tingkah laku adalah aktivitas yang timbul
karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun
tidak langsung. Jadi, Psikologi Perilaku mempelajari bagaimana mengembangkan
perilaku hidup organisme dalam menanggapi kondisi tertentu. Pengkondisian
klasik dan operan mendefinisikan Perilaku Psikologi. Psikologi perilaku
didasarkan pada teori bahwa perilaku semua dipelajari melalui pengkondisian.
Perilaku Psikologi, juga dikenal sebagai behaviorisme, berpendapat bahwa semua
perilaku yang diperoleh oleh interaksi dengan lingkungan, melalui dua jenis utama
conditioning, operant conditioning dan pengkondisian klasik. Perilaku psikolog
4
berteori bahwa semua perilaku dapat dipelajari dan dinilai tanpa
mempertimbangkan keadaan mental internal. Tingkah laku mempunyai beberapa
dimensi, yaitu:
1. fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi dan
intensitasnya.
2. ruang, suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik
maupun sosial) dimana perilaku itu terjadi.
3. waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun
masa yang akan datang
B. Aliran Psikologi Tingkah Laku
Pandangan belajar menurut aliran tingkah laku tidak lain adalah perubahan
dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons.
Adapun Penganut psikologi tingkah laku, yaitu :
1. Teori Belajar Thorn Dike
Thorndike memandang belajar sebagai suatu usaha memecahkan problem.
Berdasarkan eksperimen yang dilakukannya ia memperoleh tiga buah hukum
dalam belajar, yaitu :
a. Hukum Akibat (Law of effect) menyatakan bahwa tercapainya keadaan
yang memuaskan akan memperkuat hubungan antara stimulus dan respon.
Maksudnya, bila respon terhadap stimulus menimbulkan sesuatu yang
menimbulkan sesuatu yang memuaskan (mengenakkan) maka bila
stimulus itu muncul lagi subjek akan memberikan respons yang lebih
cepat, tepat, dan intens.
5
b. Hukum Latihan (Law of axercise) menyatakan bahwa respons terhadap
stimulus dapat diperkuat dengan seringnya respons itu dipergunakan. Hal
ini menghasilkan implikasi bahwa pratik , khususnya pengulangan dalam
pelajaran adalah penting dilakukan.
c. Hukum Kesiapan (Law of readiness) mengajarkan bahwa dalam
memberikan respons subjek harus siap dan disiapkan. Hukum ini
menyangkut syarat kematangan dalam pengajaran, baik dalam pengajaran
fisik maupun mental dan intelek
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar,
yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan
tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat
diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
2. Teori Belajar Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih
mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep
belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan
antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya,
yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang
dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima
seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan
6
saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon
yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.
Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya
perilaku. Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar
harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta
memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang
mungkin timbul akibat respon tersebut. Dari eksperimen yang dilakukan B.F.
Skinner menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
a. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
b. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah
diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat,
maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
3. Teori Belajar Ausubel
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut “
pengatur kemajuan belajar” (advance organizer), didefinisikan dan
dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar
adalah konsep atau informasi umum yang mewadai (mencakup) semua isi
pelajaran yang akan diajarksn kepada siswa. Ausubel percaya bahwa advance
organizer dapat memberikan 3 macam mamfaat yaitu:
a. Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang
akan dipelajari oleh siswa.
7
b. Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang
sedang dipelajari siswa “saat ini” dengan apa yang “akan” dipelajari siswa.
c. Mampu membantu siswa untu k memahami bahan belajar secara lebih
mudah.
4. Teori Belajar Gagne
Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi yang banyak melakukan
penelitian mengenai fase-fase belajar, tipe-tipe kegiatan belajar, dan hirarki
belajar. Dalam penelitiannya ia banyak menggunakan materi matematika sebagai
medium untuk menguji penerapan teorinya. Gagne menyatakan belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Gagne mengemukakan delapan fase dalam
suatu tindakan belajar. Kedelapan fese yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Fase Motivasi
Siswa (yang belajar) harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan,
bahwa belajar akan memperoleh hadiah. Misalnya, siswa-siswa dapat
mengharapkan bahwa informasi akan memenuhi keingintahuan mereka tentang
suatu pokok bahasan, akan berguna bagi mereka atau dapat menolong mereka
untuk memperoleh angka yang lebih baik.
b. Fase Pengenalan
Siswa harus memberi perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari
suatu kajian instruksional, jika belajar akan terjadi. Misalnya, siswa
memperhatikan aspek-aspek yang relevan tentang apa yang dikatakan guru, atau
tentang gagasan-gagasan utama dalam buku teks.
8
c. Fase Perolehan
Bila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk
menerima pelajaran. Informasi tidak langsung terserap dalam memori ketika
disajikan, informasi itu di ubah kedalam bentuk yang bermakna yang
dihubungkan dengan materi yang telah ada dalam memori siswa.
d. Fase Retensi
Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka
pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali
(rehearsal), praktek (practice), elaborasi atau lain-lainnya.
e. Fase Pemanggilan
Mungkin saja kita dapat kehilangan hubungan dengan informasi dalam
memori jangka-panjang. Jadi bagian penting dalam belajar adalah belajar
memperoleh hubungan dengan apa yang telah dipelajari, untuk memangil
informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
f. Fase Generalisasi
Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar
konteks dimana informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasiatau transfer informasi
pada situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer dapat
ditolong dengan memintapara siswa untuk menggunakan informasi dalam
keadaan baru.
g. Fase Penampilan
Siswa harus memperhatikan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui
penampilan yang tampak.
9
h. Fase Umpan Balik
Para siswa memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka yang
menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang
diajarkan.
5. Teori Pavlov
Pavlof terkenal dengan teori belajar klasik. Pavlov mengemukakan konsep
pembiasaan atau conditioning. Dalam hubugannya dalam kegiatan belajar
mengajar agar siswa belajar dengan baik maka harus dibiasakan. Misalnya, agar
siswa mengerjakan soal peekerjaan rumah dengan baik, biasakanlah dengan
memeriksanya, menjelaskannya, atau memberi nilai terhadap hasil pekerjaannya.
6. Teori Baruda
Baruda mengemukakan bahwa siswa belajar itu melalui meniru.
Pengertian meniru di sini bukan berarti menyontek, tetapi meniru hal-hal yang
dilakukan oleh orang lain, terutama guru.
7. Aliran Latihan Mental
Aliran ini berkembang sampai dengan abad 20, yang mengemukakan
bahwa struktur otak manusia terdiri atas gumpalan-gumapalan otot, agar ini kuat,
maka harus dilatih dengan beban, makin banyak latihan dan beban yang makin
berat,maka otot atau otak itu makin kuat pula, oleh karna itu jika anak atau siswa
ingin pandai, maka ia harus dilatih otaknya dengan cara banyak berlatih
memahamidan mengerjakan soal-soal yang benar, makin sukar materi itu makin
pandai pula anak tersebut. Struktur kurikulum pada masa itu berisikan materi-
materi pelajaran yang sulit, sehingga orang sedikit yang bersekolah karna tidak
10
kuat untuk mengikutinya. Disamping faktor lain seperti keturunan, biaya, dan
kesadaran akan pentingya sekolah.
C. Pendekatan Psikologi Tingkah Laku
Tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam
psikologi dijelaskan beberapa cara pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan neurobiologis
Pendekatan ini mencoba menjelaskan hubungan antara perilaku yang dapat
diamati dan kejadian-kejadian mental (seperti pikiran dan emosi) menjadi proses
biologis. Penemuan-penemuan penelitian telah menunjukkan bahwa ada
hubungan yang sangat erat antara aktivitas otak dengan perilaku dan dengan
pengalaman. Misalnya, reaksi emosi, seperti rasa takut dan marah, pada hewan
dan manusia dapat dirangsang dengan aliran listrik lemah di daerah tertentu yang
jauh di bagian dalam otak. Dari berbagai penelitian dikatakan, tindakan manusia
yang paling rumit pun pada akhirnya mempunyai kemungkinan untuk di perinci
dan diteliti dasar mekanisme neurobiologisnya.
Menurut Sukadji 1986, konsepsi psikologi mengenai manusia yang hanya
didasarkan neurobiologi kurang memadai untuk menjelaskan perilaku manusia.
oleh karena itu dibutuhkan pendekatan-pendekatan lain untuk mengkaji
fenomena-fenomena psikologi. Tingkah laku manusia pada dasarnya dikendalikan
oleh aktivitas otak dan sistem syaraf. Pendekatan neurobiologis berupaya
mengaitkan perilaku yang terlihat dengan impuls listrik dan kimia yang terjadi
didalam tubuh serta menentukan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan
proses mental.
11
2. Pendekatan perilaku (Behaviorisme)
Menurut pendekatan perilaku, pada dasarnya tingkah laku adalah respon
atas stimulus yang datang. Secara sederhana dapat digambarkan dalam model S -
R atau suatu kaitan Stimulus - Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek
tanpa kerja mental sama sekali. Pendekatan ini dipelopori oleh J.B. Watson
kemudian dikembangkan oleh banyak ahli, seperti B.F.Skinner, dan melahirkan
banyak sub-aliran. Menurut Watson jika psikologi ingin diakui sebagai ilmu maka
data harus diperoleh dari yang dapat diamati dan dapat diukur. Pendekatan ini
adalah "angkatan kedua" dalam psikologi, sesudah psikoanalisis. Mazhab ini lahir
di amerika, ketika metode ilmiah dipercaya sebagai satu-satunya cara mengetahui
perilaku yang dapat diandalkan (Rakhmat,2003). Behaviorisme adalah pendekatan
yang sangat bermanfaat untuk menjelaskan persepsi interpersonal, konsep
diri,eksperimen, sosialisasi, kontrol sosial,serta ganjaran dan hukuman. Berbeda
dengan psikoanalisis yang melihat bahwa perilaku manusia lahir dari keinginan
bawah sadar mereka, behaviorisme (perilaku) menganailis perilaku manusia
hanya berdasarkan perilaku yang tampak dan dapt diukur.
Behaviorisme percaya bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari
proses belajar, manusia belajar dari lingkungannya dan dari hasil belajar itulah ia
berperilaku. Oleh karena itu, manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungannya.
Pendekatan ini juga berpendirian bahwa manusia dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial
atau psikologis. Perilaku adalah hasil pengalaman dan perilaku digerakkan atau
dimotivasikan oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi
penderitaan (Rakhmat,1994). Pendekatan ini juga disebut psikologi Stimulus-
12
Response (S-R). Pendekatan S-R yang ketat tidak mempertimbangkan
pengalaman kesadaran seseorang. Sebagaimana yang dikatakan Sukadji,
pengalaman sadar hanyalah kejadian-kejadian yang dialami dengan kesadaran
penuh. Pengalaman sadar itu hanya dapat diketahui oleh anda sendiri, seorang
peneliti hanya bisa melihat dan menilai tindakan anda, emosi yang sedang anda
alami.
3. Pendekatan kognitif
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses
mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai,
membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu
menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas
stimulus yang datang. Pendekatan kognitif adalah pendekatan yang menanggapi
keresahan orang ketika behaviorisme tidak mampu menjawab mengapa ada orang
yang berperilaku berbeda dari lingkungannya, yakni ia memiliki motif pribadinya
sendiri. Juga karena terlihat bagaimana pasifnya manusia.
4. Pendekatan psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini
bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar.
Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti
keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan
tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk
dipuaskan. Hal terpenting dari pendekatan psikoanalisis adalah bahwa tindakan
manusia mempunyai sebab. Namun, penyebabnya sering kali berupa motif-motif
13
yang tidak disadari, bukan alasan rasional yang diberikan oleh seseorang terhadap
perilakunya. Dalam pandangan psikoanalis, kepribadian manusia merupakan
interaksi antara id,ego, superego.
5. Pendekatan fenomenologi
Pendekatan fenomenologi ini lebih memperhatikan pada pengalaman
subyektif individu karena itu tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan
individu terhadap diri dan dunianya, konsep tentang dirinya, harga dirinya dan
segala hal yang menyangkut kesadaran atau aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat
tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan fenomena tentang dirinya.
6. Pendekatan Humanistik
Dalam pendekatan ini, manusia dipandang sebagai Homo Ludes
(manusia bermain). Setiap manusia hidup dalam pengalaman pribadinya yang
unik. Tidak akan ada satu manusiapun yang memiliki pengalaman yang sama.
Pendekatan ini berpendapat manusia bukan hanya sekedar wayang, yang sibuk
mencari identitas, namun ia juga berupaya mencari makna, baik makna
kehidupannya, makna kehadirannya di lingkungan, serta apa yang dapat
diberikannya kepada lingkungan. Carl Rogers mengatakan, "kecenderungan
batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi yang
normal ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta memilih jalan menuju
pengembangan dan aktualisasi diri". aktualisasi diri adalah mewujudkan diri