1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belalang Porifera berasal dari kata porous yang berarti pori- pori yang ferre yang berarti membawa. Ia merupakan hewan bersel banyak yang paling primitif, tidak memiliki jaringan atau organ yang sejati namun masing-masing sel memperlihatkan kebebasannya sampai batas-batas tertentu. Umumnya hewan porifera dujumpai hidup dilaut, melekat pada substrat dan hanya bergerak sedikit sekali. Umumnya hewan-hewan anggota filum porifera hidup dilaut, dan hanya beberapa yang hidup di air tawar. Hewan-hewan ini tidak aktif, tidak bertangkai (tumbuh pada pangkalnya). Sel-sel yang melapisi tubuh dua sebelah luar ialah sel epitel yang berbentuk pipih sehingga disebut juga sebagai sel epitel dermal. Sel-sel yang melapisi rongga paragaster disebut sel- sel leher atau choanocyt. Selain ini pada ujungnya mempunyai flagelium ini disekeliling oleh suatu bangunan seperti leher baju yang disebut “collare”. Didalam sitoplasma dari sel-sel chonosit tersebut terdapat vakuola. Sel-sel tersebut disebut porosity, satu porosity dikelilingi oleh beberapa miosit. Diantara epithelium dermal dan lapisan choanosit-choanosit terdapat selapis 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belalang
Porifera berasal dari kata porous yang berarti pori-pori yang ferre yang
berarti membawa. Ia merupakan hewan bersel banyak yang paling primitif, tidak
memiliki jaringan atau organ yang sejati namun masing-masing sel memperlihatkan
kebebasannya sampai batas-batas tertentu. Umumnya hewan porifera dujumpai
hidup dilaut, melekat pada substrat dan hanya bergerak sedikit sekali. Umumnya
hewan-hewan anggota filum porifera hidup dilaut, dan hanya beberapa yang hidup
di air tawar. Hewan-hewan ini tidak aktif, tidak bertangkai (tumbuh pada
pangkalnya). Sel-sel yang melapisi tubuh dua sebelah luar ialah sel epitel yang
berbentuk pipih sehingga disebut juga sebagai sel epitel dermal.
Sel-sel yang melapisi rongga paragaster disebut sel-sel leher atau choanocyt.
Selain ini pada ujungnya mempunyai flagelium ini disekeliling oleh suatu bangunan
seperti leher baju yang disebut “collare”. Didalam sitoplasma dari sel-sel chonosit
tersebut terdapat vakuola. Sel-sel tersebut disebut porosity, satu porosity dikelilingi
oleh beberapa miosit. Diantara epithelium dermal dan lapisan choanosit-choanosit
terdapat selapis benda gelatin atau terdapat amubosit dan skleroblas. Pada
umumnya porifera dianggap sebagai tumbuhan. Baru pada tahun 1765 dinyatakan
sebagai hewan setelah ditemukan adanya aliran air yang terjadi di dalam tubuh
porifera. Dari 10.000 spesies porifera yang sudah teridentifikasi,sebagian besar
hidup di laut dan hanya 159 spesies hidup di air tawar, semuanya termasuk family
spongilidae. Umumnya terdapat di perairan jernih, dangkal, dan menempel di
substrat.
Porifera atau biasa disebut sebagai hewan berpori berasal dari kata pori yang
berarti lubang kecil dan fero yang berarti membawa atau mengandung. Contoh dari
porifera adalah sponsa. Sponsa merupakan hawan yang hidup menempel pada
1
2
suatu substrat di laut. Telah diketahui kira-kira 2500 spesies, ada beberapa yang
hidup di air tawar, tetapi sebagian besar hidup di laut. Nama filum ini dari kenyataan
bahwa tubuh porifera mempunyai pori-pori. Air beserta makanan masuk melalui
pori kedalam rongga di dalam tubuh dari hewan akhirnya keluar melalui oskulum.
Air yang telah disaring ini akan dibuang melalui oskulum.
Tubuh sponsa terdiri dari dua lapisan sel, diantara kedua lapisan tersebut
terdapat bagian yang tersusun dari bahan yang lunak disebut mesoglea. Sel-sel yang
membentuk lapisan dalam mempunyai flagea, yang mengatur aliran sel-sel ini dapat
”menangkap” partikel makanan. Bentuk sponsa ditentukan oleh kerangka tubuh.
Kerangka tersusun dari spikula. Spikula tersebut dari sel-sel yang terdapat dalam
mesoglea. Spikula tersusun dari silika atau kapur (kalsium karbonat). Beberapa
sponsa tidak memiliki serabut-serabut yang lentur dari zat yang disebut spongin.
Sponsa terdapat di perairan yang dangkal di daerah tropis. Bila sponsa diolah dapat
digunakan untuk bahan atau alat pembersih.
Seperti yang kita ketahui suatu organisme yang melekat pada suatu subsurat,
harus mempunyai cara untuk menyebar keturunannya ke tempat lain.
Untuk tujuan itu sponsa menghasilkan larva kecil yang dapat ”berenang” dengan
bebas. Larva tersebut memisahkan diri dari induknya dan setelah menemukan
tempat hidup yang sesuai larva akan melekat disitu dan berkembang menjadi hewan
dewasa.
Berdasar fosil porifera yang ditemukan menunjukkan bahwa sponsa adalah salah
satu hewan yang pertama kali muncul di bumi. Tetapi tidak ada bukti bahwa ada
hewan yang berkembang dari sponsa. Sponsa seakan-akan menempati suatu tempat
yang agak unik dalam dunia hewan, oleh karena itu oleh bebrapa ahli taksonomi,
porifera dimasukkan dalam suatu kelompok yang disebut protozoa
2
3
B. Tujuan
1. Mengetahui klasifikasi dari porifera dan protozoa
2. Mengetahui ciri-ciri morfologi dari porifera dan protozoa
3. Mengetahui manfaat hewan-hewan laut dari porifera dan protozoa dalam
bidang farmasi
C. Rumusan Masalah :
1. Apa klasifikasi dari porifera dan protozoa?
2. Apa ciri-ciri morfologi dari porifera dan protozoa?
3. Apa manfaat hewan-hewan laut dari porifera dan protozoa dalam bidang
farmasi?
3
4
BAB II
ISI
A. PROTOZOA
Protozoa artinya hewan pertama (protos = pertama; zoon = hewan),
digambarkan sebagai organisme mirip hewan karena dapat bergerak dan mengambil
makanan dari organisme lain. Pengklasifikasian Protozoa berdasarkan alat geraknya.
1. Ciri -ciri Protozoa :
a. Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)
b. Protozoa memiliki alat gerak yaitu ada yang berupa kaki semu, bulu getar
(cillia) atau bulu cambuk (flagel).
c. Hidup bebas, saprofit atau parasit
d. Organisme bersel tunggal
e. Eukariotik atau memiliki membran nukleus/ berinti sejati
4
5
f. Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)
g. Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup. sista, merupakan bentuk sel
protozoa yang terdehidrasi dan berdinding tebal mirip dengan endospora
yang terjadi pada bakteri
h. Protozoa mampu bertahan hidup dalam lingkungan kering maupun basah.
i. Protozoa tidak mempunyai dinding sel
j. Protozoa merupakan organisme mikroskopis yang prokariot
2. Peranan Protozoa
Peran menguntungkan :
a. Mengendalikan populasi Bakteri, sebagian Protozoa memangsa Bakteri
sebagai makanannya, sehingga dapat mengontrol jumlah populasi Bakteri di
alam.
b. Sumber makanan ikan, Di perairan sebagian Protozoa berperan sebagai
plankton (zooplankton) dan benthos yang menjadi makanan hewan air,
terutama udang, kepiting, ikan, dll.
c. Indikator minyak bumi, Fosil Foraminifera menjadi petunjuk sumber minyak,
gas, dan mineral.
d. Bahan penggosok, Endapan Radiolaria di dasar laut yang membentuk tanah
radiolaria, dapat dijadikan sebagai bahan penggosok.
Peran Merugikan : Protozoa menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan
ternak.
5
6
Penyakit-penyakit yang disebabkan Protozoa antara lain :
Jenis penyakit Protozoa
Disentri
Diare (Balantidiosis)
Penyakit tidur (Afrika)
Toksoplasmosis (kematian janin)
Malaria tertiana
Malaria quartana
Malaria tropika
Kalaazar
Surra (hewan ternak)
Entamoeba histolytica
Balantidium coli
Trypanosoma gambiense
Toxoplasma gondii
Plasmodium vivax
Plasmodium malariae
Plasmodium falciparum
Leishmania donovani
Trypanosoma evansi
3. Habitat
Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka
umumnya hidup bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan.
Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa
yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai
vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di
dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa
memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis protozoa
laut merupakan bagian dari zooplankton. Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut.
Spesies yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam, atau
genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus
termit atau di dalam rumen hewan ruminansia. Beberapa protozoa berbahaya bagi
manusia karena mereka dapat menyebabkan penyakit serius. Protozoa yang lain
membantu karena mereka memakan bakteri berbahaya dan menjadi makanan
untuk ikan dan hewan lainnya. Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni.