Makalah Prosiding Lokakarya Ilmiah Nasional Aplikasi Optik dan Fotonik (LINOF 2015) ISSN XXX-XXX Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Tangerang Selatan 9-10 Juni 2015 1
Makalah Prosiding
Lokakarya Ilmiah Nasional Aplikasi Optik dan Fotonik (LINOF 2015)
ISSN XXX-XXX
Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Tangerang Selatan 9-10 Juni 2015
1
Makalah Prosiding
Lokakarya Ilmiah Nasional Aplikasi Optik dan Fotonik (LINOF 2015)
ISSN XXX-XXX
Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Tangerang Selatan 9-10 Juni 2015
2
Makalah Prosiding
Lokakarya Ilmiah Nasional Aplikasi Optik dan Fotonik (LINOF 2015)
ISSN XXX-XXX
Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Tangerang Selatan 9-10 Juni 2015
3
Makalah Prosiding
Lokakarya Ilmiah Nasional Aplikasi Optik dan Fotonik (LINOF 2015)
ISSN XXX-XXX
Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Tangerang Selatan 9-10 Juni 2015
4
Makalah Prosiding
Lokakarya Ilmiah Nasional Aplikasi Optik dan Fotonik (LINOF 2015)
ISSN XXX-XXX
Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Tangerang Selatan 9-10 Juni 2015
5
Makalah Prosiding
Lokakarya Ilmiah Nasional Aplikasi Optik dan Fotonik (LINOF 2015)
ISSN XXX-XXX
Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Tangerang Selatan 9-10 Juni 2015
6
Makalah Prosiding
Lokakarya Ilmiah Nasional Aplikasi Optik dan Fotonik (LINOF 2015)
ISSN XXX-XXX
Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Tangerang Selatan 9-10 Juni 2015
7
Makalah Prosiding
Lokakarya Ilmiah Nasional Aplikasi Optik dan Fotonik (LINOF 2015)
ISSN XXX-XXX
Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Tangerang Selatan 9-10 Juni 2015
8
KARAKTERISASI EMISI UNSUR KARBON C I 247,8 nm DENGAN LASER-INDUCED
BREAKDOWN SPECTROSCOPY (LIBS)
Hery Suyanto
1, Nyoman Wendri
1, Ni Wayan Sariasih
1, Ni Nyoman Ratini
1
1Jurusan Fisika, FMIPA- Universitas Udayana
Jl. Kampus Bukit Jimbaran, Badung-Bali 80361
Email : [email protected]
ABSTRAK
Karbon (C) merupakan suatu unsur yang mempunyai banyak keistimewaan diantaranya dapat
berikatan kovalen rangkap dengan unsur-unsur lain termasuk gas baik secara rantai linear maupun
siklik yang cukup kuat. Dibalik keistimewaan ini, ada kesulitan untuk mendeteksi unsur karbon
dilingkungan udara dengan beberapa peralatan tertentu. Hal ini dapat diatasi dengan teknik Laser-
Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS) melalui metode penundaan waktu deteksi (delay time
detection). Bila laser Nd-YAG (1064 nm, 7 ns) difokuskan pada permukaan sampel karbon
(grafit), maka sebagian kecil sampel terablasikan dengan kecepatan tinggi dan terjadi kompresi
adiabatik dengan lingkungan udara dan terbentuk plasma. Plasma berisikan elektron-elektron,
atom-atom netral, ion-ion dan atom-atom tereksitasi. Elektron-elektron dalam atom-atom C yang
tereksitasi akan segera kembali ke keadaan dasar (ground state) sambil mengemisikan foton
dengan panjang gelombang 247,8 nm. Emisi ini ditangkap oleh spektrometer dan ditampilkan
sebagai intensitas fungsi panjang gelombang. Hasil menunjukkan bahwa setiap peningkatan energi
laser sebesar 20 mJ (80 mJ, 100 mJ, 120 mJ), maka ada peningkatan nilai intensitas emisi C I
247,8 nm rata-rata sebesar 1,5 kali. Data juga menampilkan bahwa kondisi optimum pendeteksian
emisi C I 247,8 nm berada di antara waktu tunda deteksi 0 - 1 μs. Hal ini disebabkan karena,
setelah waktu tersebut atom C sebagian besar berekombinasi dengan gas nitrogen yang ada
dilingkungan (udara) dan membentuk senyawa CN. Berdasarkan hasil penelitian bahwa kondisi
optimum pendeteksian molekul CN berada diantara 1 – 3 μs dan ratio CN/C paling tinggi terjadi
pada saat menggunakan energi laser 80 mJ dibandingkan energi laser lebih tinggi 100 mJ maupun
120 mJ. Untuk membuktikan adanya rekombinasi antara atom C dengan gas nitrogen, maka telah
dilakukan penelitian di lingkungan gas He dan ditemukan intensitas emisi CN yang sangat kecil
yang mana diasumsikan bahwa CN tersebut berasal dari dalam bahan dan bukan hasil rekombinasi
atom C dengan gas nitrogen di lingkungan.
Kata kunci : karbon (C), LIBS, waktu tunda deteksi
PENDAHULUAN
Laser-induced breakdown spectroscopy (LIBS) merupakan peralatan serbaguna yang
mana dapat sebagai alat analisis dan juga sebagai peralatan eksperimen untuk hampir semua bahan
dengan hampir tidak membutuhkan prepasi sampel dan hampir tidak merusak sampel (non-
destructive test). Metode peralatan ini didasarkan pada pendeteksian secara optik dari emisi atom
maupun molekul dalam plasma laser.1 Beberapa parameter penting yang harus diperhatikan
dengan teknik ini diantaranya : laser (lebar pulsa, panjang gelombang dan energi laser), waktu
tunggu deteksi (delay time detection) dan lingkungan gas penyangga disekitar sampel.2 Dengan
mengkombinasikan parameter-parameter tersebut, maka akan dapat mengkarakterisasi suatu atom
Makalah Prosiding
Lokakarya Ilmiah Nasional Aplikasi Optik dan Fotonik (LINOF 2015)
ISSN XXX-XXX
Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Tangerang Selatan 9-10 Juni 2015
9
atau molekul bahkan dapat mengetahui proses rekombinasi antara atom dengan gas membentuk
molekul.
Karbon atau zat arang merupakan unsur kimia yang mempunyai simbol C dan nomor atom
6 pada tabel periodik. Karbon merupakan unsur non-logam dan bervalensi 4 (tetravalen), yang
berarti bahwa terdapat empat elektron yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen.3
Karbon memiliki beberapa jenis alotrop, yang paling terkenal adalah grafit, intan, dan karbon
amorf. Sifat-sifat fisika karbon bervariasi bergantung pada jenis alotropnya.4 Semua alotrop karbon
berbentuk padat dalam kondisi normal, tetapi grafit merupakan alotrop yang paling stabil secara
termodinamik di antara alotrop-alotrop lainnya. Semua alotrop karbon sangat stabil dan
memerlukan suhu yang sangat tinggi (titik didih 48270C) untuk bereaksi, bahkan dengan oksigen
dan nitrogen. Karbon dapat membentuk lebih banyak senyawa daripada unsur-unsur lainnya,
dengan hampir 10 juta senyawa organik murni yang telah dideskripsikan sampai sekarang.5
Berdasarkan sifat karbon tersebut diatas maka sulit untuk mendeteksi atom karbon secara
terpisah, kecuali dengan peralatan yang berdasarkan sifat optik seperti LIBS. Ini disebabkan
karena atom karbon merupakan unsur ringan dan mudah berikatan dengan unsur-unsur lain
termasuk dengan gas seperti oksigen, hidrogen dan nitrogen di udara untuk membentuk senyawa
CO, CH dan CN. Berdasarkan kenyataan tersebut maka pada makalah ini membahas karakteristik
atom karbon dengan LIBS yang mana untuk mengetahui berapa waktu tunggu deteksi (delay time
detection) dan energi laser yang optimum untuk mendeteksinya. Selain itu juga membahas
fenomena rekombinasi atom karbon dengan gas nitrogen baik di lingkungan udara maupun di
lingkungan gas nitrogen murni.
SET-UP EKSPERIMEN
Set-up eksperimen pada penelitian ini seperti ditunjukkan pada gambar 1. Laser Nd-YAG
(1064 nm, 7 ns) dengan energi 80, 100 dan 120 mJ difokuskan oleh lensa Quartz (f =10 cm) pada
permukaan lempengan sampel karbon (grafit) dilingkungan udara 1 atm. Sebagian kecil sampel
akan terablasikan dengan kecepatan sangat tinggi dan terjadi kompresi adiabatik dengan gas
penyangga lingkungan dan menghasilkan gelombang kejut (shockwave), sehingga terbentuklah
plasma.6 Energi gelombang kejut ini digunakan untuk mengeksitasi atom-atom yang terablasi.
Elektron-elektron dalam atom-atom tereksitasi kembali ke keadaan dasar (ground state) sambil
mengemisikan foton dengan panjang gelombang yang sesuai jenis atomnya. Selanjutnya foton ini
ditangkap oleh spektrometer HR 2500++
( spectrometer range 200 – 980 nm, resolusi 0.1 nm
(FWHM), 7 detector CCDs with a combined 14,336 pixels ) dan ditampilkan sebagai spektra
intensitas fungsi panjang gelombang dengan software OOILIB dan OOICOR. Intensitas
menunjukan konsentrasi atomnya sedangkan panjang gelombang menunjukkan jenis atomnya.
Makalah Prosiding
Lokakarya Ilmiah Nasional Aplikasi Optik dan Fotonik (LINOF 2015)
ISSN XXX-XXX
Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Tangerang Selatan 9-10 Juni 2015
10
Dengan memvariasi energi laser, jenis gas penyangga dan waktu tunggu deteksi akan diperoleh
karakteristik dari suatu atom karbon dan senyawanya.7,8
Gambar 1. Laser Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS).9
Dalam penelitian ini menggunakan energi laser 80, 100 dan 120 mJ; gas penyangga : udara,
nitrogen dan helium pada 1 atm; dan waktu tunggu deteksi dari 0 sampai 4 µs.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada saat laser dengan energi 80 mJ difokuskan pada permukaan sampel karbon (grafit),
maka sebagian kecil sampel terablasikan dan terjadi kompresi adiabatis dengan gas lingkungan
yang selanjutnya terbentuk plasma. Elektron-elektron dalam atom-atom netral karbon yang
tereksitasi dalam plasma kembali ke ground state sambil mengemisikan foton dan ditangkap oleh
spektrometer dengan waktu tunggu deteksi 0 μs yang selanjutnya ditampilkan sebagai intensitas
fungsi panjang gelombang seperti pada gambar 2.
Gambar 2. Spektrum Emisi Karbon C I 247,8 nm pada tekanan 1 atm di lingkungan gas :
Udara, N2 dan He
0
20
40
60
80
100
120
140
247 247.5 248 248.5
inte
nsi
tas,
a.u
panjang gelombang, nm
Udara, 0 μs
N2 30 ml/s, 0 μs
He 30 ml/s , 0 μs
Sampel : Lempengan Karbon (grafit) Energi Laser : 80 mJ lingkungan gas : udara, N2, He (1 atm) waktu tunggu deteksi : 0 μs
C I
24
7.8
Makalah Prosiding
Lokakarya Ilmiah Nasional Aplikasi Optik dan Fotonik (LINOF 2015)
ISSN XXX-XXX
Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Tangerang Selatan 9-10 Juni 2015
11
Gambar 2, menunjukkan intensitas emisi atom netral karbon C I 247,8 nm fungsi panjang
gelombang yang berada pada lingkungan gas udara, nitrogen (N2) dan helium(He). Grafik
menunjukkan bahwa intensitas atom karbon dilingkungan gas He paling tinggi dibandingkan di
udara dan di gas N2. Ini disebabkan karena hampir semua atom karbon yang terablasi dari sampel
akan tereksitasi akibat adanya energi gelombang kejut serta cadangan gas panas yang dihasilkan
oleh gas He yang selanjutnya mengemisikan foton dengan panjang gelombang 247,8 nm. Selain
dari itu, karena dilingkungan gas He dengan kemurnian 99,99%, maka atom C tidak dapat
berikatan gas lain seperti N, O dan H untuk membentuk molekul CN, CO dan CH sehingga
intensitas karbon paling tinggi. Sebaliknya, intensitas emisi karbon C I 247,8 nm dilingkungan gas
N2 paling rendah dibandingkan dilingkungan udara maupun gas He. Ini karena sebagian besar
atom karbon yang terablasi dari sampel berekombinasi dengan gas N2 disekitarnya dan
membentuk molekul CN. Untuk membuktikan kenyataan-kenyataan tersebut, maka ditinjau
spektrum molekul CN yang ditampilkan pada gambar 3.
Gambar 3. Spektrum Emisi CN pada tekanan 1 atm di lingkungan gas : Udara, N2 dan He
Gambar 3 menunjukkan spektrum emisi molekul CN (CN 386,03 nm ; CN 387,1 dan CN
388,3 nm) dilingkungan gas udara, N2 dan He. Besarnya intensitas emisi CN kebalikan dengan
nilai intensitas C pada gambar 2. Nilai intensitas emisi molekul CN yang berada pada lingkungan
gas N2 adalah paling tinggi. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar atom karbon
yang terablasi dari sampel berikatan dengan gas N2 membentuk molekul CN. Demikian juga
intensitas molekul CN dilingkungan gas He adalah paling rendah yang mana ini karena hampir
tidak ada gas nitrogen di lingkungan gas He sehingga atom karbon tidak berikatan dengan
20
40
60
80
100
120
380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390
inte
nsi
tas,
a.u
Panjang gelombang, nm
Udara, 0 μs
N2 30 ml/s, 0 μs
He 30 ml/s , 0 μs
Sampel : Lempengan Karbon (grafit)
Energi Laser : 80 mJ
lingkungan gas : udara, N2, He (1 atm)
waktu tunggu deteksi : 0 μs
CN
388.3
nm
CN
387.1
nm
CN
386.0
3 n
m
Makalah Prosiding
Lokakarya Ilmiah Nasional Aplikasi Optik dan Fotonik (LINOF 2015)
ISSN XXX-XXX
Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Tangerang Selatan 9-10 Juni 2015
12
nitrogen. Sedangkan dilingkungan udara, baik intensitas emisi karbon maupun molekul CN selalu
berada diantara lingkungan gas He dan gas N2.
Untuk memahami sifat atau karakteristik emisi atom netral karbon C I 247,8 nm dan
molekul CN 388,3 nm, maka perlu dilihat pengaruhnya terhadap perubahan energi laser dan waktu
tunggu deteksi (delay time detection) yang hasilnya seperti ditunjukkan pada gambar 4,5 dan 6.
Gambar 4. Intensitas emisi atom karbon C I 247,8 nm dan molekul CN I 388,3 nm
fungsi waktu tunggu untuk energi laser 80 mJ di lingkungn udara 1 atm.
Gambar 5. Intensitas emisi atom karbon C I 247,8 nm dan molekul CN I 388,3 nm
fungsi waktu tunggu untuk energi laser 100 mJ di lingkungn udara 1 atm.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0 1 2 3 4
inte
nsi
tas,
a.u
waktu tunggu deteksi, μs
CN I 388,3 nm
C I 247,8 nm
sampel : lempengan Karbon (grafit)
laser energi : 80 mJ
dilingkungan : di udara (1 atm)
0
10
20
30
40
50
60
0 1 2 3 4
inte
nsi
tas,
a.u
waktu tunggu deteksi, μs
CN I 388,3 nm
C I 247,8 nm
sampel : lempengan Karbon (grafit)
laser energi : 100 mJ
dilingkungan : di udara (1 atm)
Makalah Prosiding
Lokakarya Ilmiah Nasional Aplikasi Optik dan Fotonik (LINOF 2015)
ISSN XXX-XXX
Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Tangerang Selatan 9-10 Juni 2015
13
Gambar 6. Intensitas emisi atom karbon C I 247,8 nm dan molekul CN I 388,3 nm
fungsi waktu tunggu untuk energi laser 120 mJ di lingkungn udara 1 atm.
Gambar 4, 5 dan 6, merupakan intensitas emisi karbon C I 247,8 nm dan molekul CN
388,3 nm fungsi waktu tunggu deteksi dari 0 – 4 μs yang masing-masing menggunakan energi
laser 80, 100 dan 120 mJ di lingkungan udara 1 atm. Secara umum grafik menunjukkan intensitas
emisi atom karbon C I 247,8 nm menurun dengan bertambahnya waktu deteksi dan meningkat
sebesar 1,5 kali dengan bertambahnya energi laser sebesar 20 mJ. Ini disebabkan semakin besar
energi laser, maka jumlah atom-atom karbon yang terablasi dan tereksitasi juga semakin banyak
yang mana akan mengemisikan banyak foton. Akan tetapi, semakin lama waktu tunggu deteksi,
maka semakin habis jumlah fotonnya yang mengakibatkan intensitasnya menurun. Selain dari itu
semakin lama waktu tunggu deteksi, maka semakin banyak atom-atom karbon yang berekombinasi
dengan gas nitrogen (N2) yang ada di udara dan membentuk molekul CN, sehingga jumlah emisi
atom karbon menurun. Pembentukan molekul CN ini diyakini berasal dari hasil rekombinasi antara
atom-atom karbon dari sampel dengan gas nitrogen yang ada disekitar sampel. Ini dapat dilihat
pada gambar 4,5 dan 6, bahwa menurunnya intensitas atom karbon akan dibarengi dengan
meningkatnya molekul CN. Berdasarkan gambar 4,5 dan 6, bahwa pendeksian atom netral karbon
C I 247,8 nm sebaiknya dilakukan diantara waktu tunggu deteksi 0 – 1 μs. Sedangkan waktu
tunggu deteksi untuk molekul CN sebaiknya dilakukan diantara 1 – 3 μs.
Untuk melihat probabilitas terbentuknya rekombinasi antara atom karbon dengan gas
nitrogen disekitarnya, maka perlu dihitung rasio antara CN dengan C fungsi waktu tunggu deteksi
dan hasilnya seperti pada gambar 7.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 1 2 3 4
inte
nsi
tas,
a.u
waktu tunggu deteksi, μs
CN I 388,3 nm
C I 247,8 nm
sampel : lempengan Karbon (grafit)
laser energi : 120 mJ
dilingkungan : di udara (1 atm)
Makalah Prosiding
Lokakarya Ilmiah Nasional Aplikasi Optik dan Fotonik (LINOF 2015)
ISSN XXX-XXX
Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Tangerang Selatan 9-10 Juni 2015
14
Gambar 7. Ratio intensitas CN/C fungsi waktu tunda deteksi dari 0 – 3 μs,
untuk energi laser 80, 100 dan 120 mJ di lingkungan udara 1 atm.
Gambar 7, menunjukkan ratio intensitas CN/C fungsi waktu tunda deteksi dari 0 – 3 μs,
untuk energi laser 80, 100 dan 120 mJ di lingkungan udara 1 atm. Berdasarkan data pada gambar
tersebut, bahwa dengan menggunakan energi laser 80 mJ akan terjadi rekombinasi antara atom
karbon C dengan gas nitrogen di udara yang paling besar dibandingkan dengan menggunakan
energi laser 100 mJ maupun 120 mJ. Ini disebabkan karena semakin rendah energi laser, semakin
rendah kecepatan atom karbon yang terablasikan sehingga menghasilkan energi gelombang kejut
yang rendah dan menyebabkan banyak atom karbon berikatan dengan gas nitrogen membentuk
CN.
KESIMPULAN
Berdasarkan data penelitian bahwa ada korelasi nilai intensitas emisi atom karbon C
dengan nilai intensitas emisi molekul CN pada eksperimen di lingkungan udara 1 atm. Penurunan
intensitas emisi atom C fungsi waktu tunda deteksi akan diikuti peningkatan intensitas emisi
molekul CN. Pendeteksian atom C sebaiknya dilakukan pada waktu tunggu deteksi antara waktu 0
– 1 μs, sedangkan untuk molekul CN berada antara 1 – 3 μs untuk semua energi laser 80, 100 dan
120 mJ. Penelitian untuk pendeteksian CN sebaiknya dilakukan pada energi laser yang lebih
rendah. Data menunjukkan bahwa rasio intensitas CN/C untuk energi laser 80 mJ paling besar
dibandingkan dengan energi laser 100 dan 120 mJ. Untuk menunjukkan adanya rekombinasi
antara atom C dengan gas nitrogen, maka telah dilakukan penelitian di lingkungan gas He dan
ditemukan intensitas emisi CN yang sangat kecil yang mana diasumsikan bahwa CN tersebut
berasal dari dalam bahan dan bukan hasil rekombinasi atom C dengan gas nitrogen.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Rat
io inte
nsi
tas
CN
/C
waktu tunggu deteksi, μs
Ratio CN/C (80 mJ)
Ratio CN/C (100 mJ)
Ratio CN/C (120mJ)
sampel : Karbon grafit
laser energi : 80,100, 120 mJ
dilingkungan : di udara (1 atm)
Makalah Prosiding
Lokakarya Ilmiah Nasional Aplikasi Optik dan Fotonik (LINOF 2015)
ISSN XXX-XXX
Pusat Penelitian Fisika – LIPI, Tangerang Selatan 9-10 Juni 2015
15
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terimakasih atas dukungan pendanaan penelitian ini dari dana
PNBP Universitas Udayana melalui skim Hibah Penelitian Unggulan Program Studi Tahun
Anggaran 2015 dengan Surat Perjanjian Penugasan Nomor: 1308/UN14.1.28.1/PP/2015
DAFTAR PUSTAKA
1. H.R. Griem, Principles of Plasma Spectroscopy (Cambridge Univ. Press, Cambridge, 1997)
2. D.A. Cramers and L. J. Radziemski, Handbook of Laser-Induced Breakdown Spectroscopy
(Wiley, New York, 2006)
3. "Periodic Table: Date of Discovery". Chemical Elements.com. Diakses 2007-03-13
4. "World of Carbon - Interactive Nano-visulisation in Science &Engineering Edukation (IN-
VSEE)". Diakses 2008-10-09.
5. Chemistry Operations (December 15, 2003). "Carbon". Los Alamos National Laboratory.
Diakses 2008-10-09
6. W.S. Budi, H. Suyanto, K.H. Kurniawan, M.O. Tjia, K. Kagawa.” Shock Exitation and Cooling
Stage in the Laser Plasma Induced by a Q-Swictched Nd:YAG laser at Low Pressure”. Appl.
Spectroscopy. 1999.53(6).719-730
7. D.A. Cremers, L.J. Radziemski, Laser-Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS) Fundamentals
and Applications, UK :Cambridge University Press, Cambridge, 2006
8. Marincan Pardede, Rinda Hedwig, Syahrun N.A, Kurnia Lahna, Nasrullah Idris, Eric Jobiliong,
Hery Suyanto, A.M. Marpaung, M.M. Suliyanti, Muliadi Ramli, M.O. Tjia, T.J. Lie, Zener
Sukra Lie, D.P. Kurniawan, K. H. Kurniawan, dan K. Kagawa. “ Quantitative and Sensitive
Analysis of CN Molecules Using Laser Induced Low Pressure He Plasma”. Journal of Applied
Physics, AIP. 2015. Vol. 117, number 11(113302 1-7).
9. Suyanto, H. Diktat kuliah Spektroskopi terapan. Bukit Jimbaran: Universitas Udayana, 2012.
TANYA-JAWAB :
1. Pertanyaan dari Mogari (UKI): Bagaimana cara mendeteksi unsur-unsur atau molekul di
udara bebas secara langsung dengan metode LIBS?
Jawaban: LIBS juga menawarkan pendeteksian secara insitu, jadi laser langsung difokuskan
pada udara dan terbentuk plasma yang mana emisinya ditangkap dengan detektor melalui fiber
yang kemudian ditampilkan spektrum intensitas fungsi panjang gelombang yang selanjutnya
dianalisis dengan software addlibs untuk menentukan jenis-jenis unsurnya(di demokan) . Untuk
menjangkau jarak agak jauh, maka diperlukan lensa yang mempunyai jarak fokus yang lebih
panjang.