A. Latar Belakang Pembaharuan di Mesir Tumbuhnya gerakan pembaharuan dalam islam, merupakan wujud dari bentuk kesadaran umat Islam dari ketertinggalan dan keterbelakangan mereka. Banyaknya persoalan yang dihadapi umat islam, dari persoalan Intern seperti adanya penyimpangan ajaran Islam dari ajaran sebenarnya dengan banyak bermunculan hadis-hadis palsu, sistem pemerintahan otoriter yang dipimpin khadewi Ismail, serta keadaan sosial keagamaan di Mesir pada saaat itu sangat memprihatinkan dengan munculnya tahayul, bid’ah dan kurafat. Kemudian ditambah lagi persoalan Ekstern umat yang ditimbulkan dari tekanan penjajahan bangsa-bangsa Barat yang menuntut segera diatasi dan dipecahkan masalahanya. Gerakan modernisasi dalam dunia Islam dipelopori oleh para tokoh Islam yang berusaha sekuat tenaga untuk kembali kepada ajaran Islam yang benar, dan berusaha kembali untuk memajukan Islam dan umatnya. Para pemimpin islam menyadari kelemahan, ketertinggalan, dan keterbelakangan dari berbagai aspeknya, setelah banyak diantara mereka yang berdialog atau berhadapan langsung dengan kemajuan peradaban bangsa Barat. Menyadari kekalahan dan kelemahan dalam berbagai aspek kehidupan dari bangsa-bangsa Barat, Umat Islam mulai bangkit kembali untuk mengejar ketertinggalan dan keterbelakangan. Bangsa yang pertama kali merasakan ketertinggalan dan keterbelakangan itu adalah Turki Utsmani dan Mesir. Secara garis besar, ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses pembaharuan pendidikan islam, yaitu:
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
A. Latar Belakang Pembaharuan di Mesir
Tumbuhnya gerakan pembaharuan dalam islam, merupakan wujud dari bentuk
kesadaran umat Islam dari ketertinggalan dan keterbelakangan mereka. Banyaknya persoalan
yang dihadapi umat islam, dari persoalan Intern seperti adanya penyimpangan ajaran Islam
dari ajaran sebenarnya dengan banyak bermunculan hadis-hadis palsu, sistem pemerintahan
otoriter yang dipimpin khadewi Ismail, serta keadaan sosial keagamaan di Mesir pada saaat
itu sangat memprihatinkan dengan munculnya tahayul, bid’ah dan kurafat. Kemudian
ditambah lagi persoalan Ekstern umat yang ditimbulkan dari tekanan penjajahan bangsa-
bangsa Barat yang menuntut segera diatasi dan dipecahkan masalahanya.
Gerakan modernisasi dalam dunia Islam dipelopori oleh para tokoh Islam yang
berusaha sekuat tenaga untuk kembali kepada ajaran Islam yang benar, dan berusaha kembali
untuk memajukan Islam dan umatnya. Para pemimpin islam menyadari kelemahan,
ketertinggalan, dan keterbelakangan dari berbagai aspeknya, setelah banyak diantara mereka
yang berdialog atau berhadapan langsung dengan kemajuan peradaban bangsa Barat.
Menyadari kekalahan dan kelemahan dalam berbagai aspek kehidupan dari bangsa-
bangsa Barat, Umat Islam mulai bangkit kembali untuk mengejar ketertinggalan dan
keterbelakangan. Bangsa yang pertama kali merasakan ketertinggalan dan keterbelakangan
itu adalah Turki Utsmani dan Mesir.
Secara garis besar, ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses
pembaharuan pendidikan islam, yaitu:
1. Faktor kebutuhan pragmatis umat islam yang sangat membutuhkan satu sistem yang
betul-betul bisa dijadikan rujukan dalam rangka mencetak manusia-manusia muslim
yang berkualitas, bertakwa, dan beriman kepadaAllah SWT.
2. Agama Islam sendiri melalui ayat suci Al-Quran banyak menyuruh atau
menganjurkan umat Islam untukselalu berfikir serta selalu membaca dan menganalisis
sesuatu untuk kemudian bisa diterapkan atau bisa menciptakan sesuatu yang baru dari
apa yang kita lihat.
3. Adanya kontak Islam dengan Barat.1
Dan secara historis, kesadaran pembaharuan dan modernisasi pendidikan di Mesir
berawal dari datangnya Napoleon Bonaparte di Alexandria, Mesir pada tanggal 2 Juli 1798 1 Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam.Jakarta: Prenada Media, 2005 hal. 165
M. Tujuan utamanya adalah menguasai daerah Timur, terutama India. Napolen Bonaparte
menjadikan Mesir, hanya sebagai batu loncatan saja untuk menguasai India, yang pada waktu
itu dibawah pengaruh kekuasaan kolonial Inggris. Konon, kedatangan Napolen ke Mesir
tidak hanya dengan pasukan perang, tetapi juga dengan membawa seratus enam puluh orang
diantaranya pakar ilmu pengetahuan, dua set percetakan dengan huruf latin, Arab,
Yunani, peralatan eksperimen (seperti: teleskop, mikroskop, kamera, dan lain sebagainya),
serta seribu orang sipil.
B. Para Tokoh Pembaharu di Mesir
1. Muhammad bin Abdul Wahab (1115 – 1206 H/1701 – 1793 M)
a. Biografi Muhammad bin abdul wahab
Muhammad bin Abdul Wahab bernama lengkap Abu Abdullah bin Abd. Al-Wahab
bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Rasyid at-Tamimi. Dia dilahirkan pada tahun 1703
M/1115 H di Uyainah, Najd, Saudi Arabia. Dia adalah pendiri kelompok ”wahabi”. Dia dan
pengikut-pengikutnya menamakan kelompoknya dengan al-Muwahidun (pendukung tauhid).
Sedangkan wahabi adalah julukan yang diberikan musuh-musuh mereka, yang juga dipakai
oleh orang-orang Eropa dan akhirnya menjadi biasa. sejak kecil Muhammad bin Abd. Wahab
telah mendapatkan pendidikan keagamaan yang cukup kuat. Dibawah asuhan ayahnya,
Muhammad bin Abd. Wahab mendapatkan pelajaran yang pertama. Ia termasuk anak yang
cerdas, hafal al-Quran dan banyak hadits Nabi sejak berusia dibawah 10 tahun. Dengan
ayahnya ia belajar fiqh mazhab Hambali, tafsir dan hadits. Ia juga banyak mempelajari kitab-
kitab karangan Ibnu Taimiyah dan Qayyim al-Jauziyyah.
Setelah beberapa lama menetap di Mekah dan Madinah, ia kemudian pindah
ke Basrah. Di sini beliau bermukim lebih lama, sehingga banyak ilmu-ilmu yang
diperolehinya, terutaman di bidang haditsdan musthalahnya, fiqih dan usul fiqhnya, serta
ilmu gramatika (ilmu qawaid). Selain belajar, ia sempat juga berdakwah di kota ini.2
Syeikh Muhammad bin `Abdul Wahab memulai dakwahnya di Basrah, tempat di
mana beliau bermukim untuk menuntut ilmu ketika itu. Akan tetapi dakwahnya di sana
kurang bersinar, karena menemui banyak rintangan dan halangan dari kalangan para ulama
menjadi wakil Sultan dengan resmi di Mesir dan rakyat sendiri tidak mempunyai organisasi
dan kekuatan untuk menentang kekuasannya, ia pun bertindak sebagai diktator.
Ia diberikan kepercayaan sebagai pemimpin militer pada era Turki Utsmani dan
menjadi seorang pemimpin tersohor kebanggaan negara Mesir, terutama dalam merevolusi
negara tersebut menjadi sebuah negara industri dan modern. Bahkan, orang Mesir sendiri
mengenalnya sebagai seorang pahlawan. Walaupun tidak dilahirkan di Mesir dan tidak
berbahasa Arab, namun keinginannya untuk membangun dan meningkatkan sumber
penghasilan ekonomi bagi negara Mesir sangat besar. Inisiatif, visi dan semangat yang
dimilikinya tak mampu menandingi pahlawan-pahlawan lain yang sezaman dengannya
Dialah pendiri dinasti Mesir yang keturunannya memerintah Mesir sampai tahun
1952. dia muncul di Mesir tahun 1799 sebagai salah seorang diantara 300 orang anggota
pasukan yang dikirim Albania atas perintah Sultan Utsmani untuk mengusir Perancis. Pada
awalnya ia berkedudukan sebagai penasehat komandan pasukan Albania, karena
kecakapannya dalam memimpin maka ia diangkat menjadi komandan penuh. Setelah berhasil
mengusir Napoleon dari Mesir, ia di angkat menjadi jendral tahun 1801. pada bulan
Nopember 1805 ia menjadi penguasa di Mesir dan bulan April 1806 ia di angkat menjadi
Wali Negara Mesir dengan gelar Pasya.
b. Pembaharuan-pembaharuan Yang Dilakukan Muhammad Ali Pasha
a) Dalam Bidang Militer
Jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon Bonaparte menyadarkan Muhammad Ali Pasha.
Ia melihat kemajuan yang dicapai negara-negara Barat, terutama Perancis, begitu hebat.
Kemajuan dalam teknologi peperangan membuat Perancis dengan mudah menguasai Mesir
(1798-1802 M). Setelah Perancis dapat diusir Inggris pada tahun 1802 M, Muhammad Ali
Pasha mengundang Save, seorang perwira tinggi Perancis untuk melatih tentara Mesir.11
Sama hanya dengan raja-raja Islam lainnya, Ali Pasha juga mementingkan hal-hal
yang berkaitan dengan kemeliteran, karena ia yakin bahwa kekuasaanyan dapat
dipertahankan dan diperbesar dengan kekuatan militer. Muhammad Ali Pasha juga
mengundang para ahli militer barat untuk melatih angkatan bersenjata Mesir dan juga
mengirim misi ke luar negeri (Eropa) guna mempelajari ilmu kemiliteran. Pada tahun 1815 M
untuk pertama kalinya Mesir mendirikan Sekolah Militer yang sebagian besar instrukturnya
didatangkan dari Eropa. Tidak hanya itu, namun ia juga banyak mengimpor persenjataan
11 Harun nasution. Pembaharaun dalam islam, PT bulan bintang, Jakarta : 2011 cet 14, hal, 27
buatan Eropa seperti buatan Jerman atau Inggris. Terinspirasi oleh pelatihan militer bangsa
Eropa, Muhammad Ali kemudian melatih bala tentaranya berdasarkan “ Nidzam al-Jadid “
atau bisa disebut dengan peraturan baru. Ia mengatur tentara-tentara Mesir dan mulai
memperkuatkannya dengan menjadikan para petani luar daerah untuk mengikuti wajib
militer. Upaya itu ternyata cukup berhasil untuk menjadikan kekuatan militer Mesir semakin
berkembang.
b) Bidang Ekonomi dan Sosial
Muhammad Ali Pasha sangat memahami bahwa di belakang kekuatan militer mesti
harus ada kekuatan ekonomi yang sanggup membelanjai pembaharuan di bidang militer dan
bidang-bidang yang bersangkutan dengan militer. Jadi dua hal yang penting baginya,
kemajuan ekonomi dan kekuatan militer, dan dua hal ini menghendaki pengetahuan atau
ilmu-ilmu modern.
Salah satu dampak perkembangan ekonomi tersebut adalah ekspor kapas ke negara
Eropa. Hal itu sangat menguntungkan, karena adanya angsuran terhadap para petugas
administrasi yang dijadikan sebagai salah satu titik poin keuntungan bagi Mesir. Selain itu
wisatawan asing juga turut menyumbangkan pendapatan bagi devisa negara.Pengambil alihan
pemilikan tanah oleh negara dan hasilnya dipergunakan untuk kepentingan pembangunan
negara. Harta kaum Mamluk yang telah dimusnahkannya dirampas, demikian pula dengan
harta-harta orang kaya di Mesir berada di bawah kekuasaannya.12
Untuk meningkatkan perkembangan ekonomi Muhammad Ali Pasha juga
membangun sistem irigasi, sehingga hasil pertanian menjadi lebih baik. Karena Mesir adalah
negara pertanian, di samping memperbaiki irigasi lama ia juga mengandalkan irigasin baru,
memasukkan penanaman kapas dari India dan Sudan dan mendatangkan ahli pertanian dari
Eropa untuk memimpin pertanian.
Dalam tatanan sosial Muhammad Ali Pasha mengubah pengaturan administrasi bagi
penduduk desa dan kota dengan sistem yang lebih modern. Pembangunan prasarana
masyarakat umum mulia digalakkan, seperti pembangunan Rumah Sakit, sekaligus
mendatangkan beberapa dokter spesialis untuk menangani problematika penduduk setempat.
Hal itu tidak lain adalah sebagai bentuk kekhawatiran Ali Pasha terhadap kesejahteraan
penduduk desa yang mengikuti wajib militer. Terutama ketika virus cacar mulai melanda
sebagian penduduk Mesir ketika itu. Usaha terhebat lainnya adalah dengan terselesaikannya
pembangunan sebuah terusan kuno yang menghubungkan antara Alexandria dengan sungai
nil. Menurut beberapa laporan, upaya tersebut diawali dengan penggalian yang mengerahkan
12 Philip K. Hitti, History of the Arab, h. 926.
kurang lebih 100.000 petani Mesir. Dari hal tersebut meningkat pulalah pusat irigasi dari
tahun 1813-1830 M hingga 18%, yang sebelumnya proyek irigasi ini sangat lemah dan
kurang menguntungkan terlebih ketika masa awal kepemimpinannya.13
c) Dalam Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan walaupun ia buta huruf, namun ia menaruh perhatian besar
pada perkembangan ilmu. Hal ini terbukti dengan dibentuknya kementrian pendidikan.
Setelah itu didirikan Sekolah Militer tahun 1815 M, Sekolah Teknik tahun 1816 M, Sekolah
Kedokteran tahun 1827 M, Sekolah Pertanian dan Apoteker tahun 1829 M, Sekolah
Pertambangan tahun 1834 M dan Sekolah Penerjemah tahun 1839 M.Selain itu, ia juga
banyak mengirim pelajar ke Perancis untuk belajar pengetahuan berupa sains dan teknologi
Barat di Perancis. Menurut catatan sejarah ia mengirim 311 pelajar Mesir ke Italia, Perancis,
Inggris dan Austria dengan mengambil disiplin keilmuan yang beragam seperti kemiliteran,
ilmu administrasi, arsitek, kedokteran dan obat-obatan.
Selain mendirikan beberapa sekolah dan mengirim pelajar ke luar ia juga melakukan
penerjemahan buku-buku terbitan Eropa dalam skala yang besar. Di samping
mendelegasikan pelajar Mesir ke Eropa ia juga mendatangkan guru-guru agung Eropa untuk
mengajar di sekolah-sekolah yang telah ia bangun. Muhammad Ali juga menerbitkan majalah
berbahasa Arab pertama kalinya yang diterbitkan tahun 1828 M, ia menamainya dengan
majalah " al-Waqa'i al-Mishriyah" (Berita Mesir). Majalah ini digunakan rezim Muhammad
Ali sebagai organ resmi pemerintah.
Inilah pembahasan singkat mengenai Muhammad Ali pasha, begitu banyak
peninggalan termegah Muhammad Ali yang bisa kita lihat di perbukitan Jabal Muqatam, ia
dengan mengerahkan desainer Yunani bernama Yusuf Bushnak akhirnya berhasil membuat
Masjid indah dengan corak menara Turki yang berwarna putih perak. Jika kita amati, masjid
ini terbuat dari bahan marmer yang menawan, maka tidak heran jika mayoritas penduduk
Mesir menamainnya sebagai masjid Alabaster. Di dalam masjid inilah jasad Muhammad Ali
dikuburkan, meskipun ia meninggal di Alexandria. Jasa lain Muhammad Ali adalah
melakukan renovasi benteng Sholahuddin yang dibangun pertama kali oleh pahlawan Perang
Salib muslim, Sholahuddin al-Ayyubi. Dalam hal ini, ia banyak melakukan perbaikan
tembok-tembok yang sudah runtuh baik yang berada didalam maupun diluar. Kemudian, ia
juga membangun sebuah istana keluarga yang dapat kita nikmati jika kita melewati Babal-
Qullah. Pada tahun 1949 istana ini dijadikan museum oleh Raja Faruq.13 Op cit. Harun Nasution hal, 29.
Dalam sejarahnya Mesir dibagi menjadi dua bagian; Kuno dan Modern. Dengan
peradabannya yang telah dimulai sejak 7000 tahun yang silam, ia termasuk salah satu
diantara negara yang menempati urutan papan atas, tujuan wisata dunia. Maka tidak heran
jika setiap jengkal tanahnya yang kita pijak merupakan saksi sejarah yang memberikan cerita
sendiri. Begitulah kira-kira diskripsi sejarahnya.
Muhammad Ali Pasha yang dianggap sebagai pendiri Mesir Modern, kekuasaannya
saat itu meliputi Sudan dan Syiria. Bahkan pasukannya pun ikut berperang bersama ke
Sultanan Usmani di Yunani, Asia Kecil, hingga ke Eropa Timur.
3. Al-Thahthawi (1801-1873)
a. Biofrafi Al Tahtawi
Al-Thahthawi lahir di Tanta pada tahun 1801 H. Nama kecilnya adalah Rafia’at ibn
al-Mahrun al-Sayyid Badhawi Rafi’ Al-Thahthawi al-Huseini. Beliau wafat pada tahun 1873
di Kairo.14 Setelah selesai sekolah di Azhar, ia dikirim Muhammad Ali Pasya ke perancis. Di
Paris, ia belajar bahasa Perancis yang dalam waktu singkat dapat ia kuasai dengan baik.
Dengan kemampuan tersebut, ia membaca dan mempelajari buku-buku sejarah, filsafat
Yunani, ilmu hitung, logika dan bahkan pemikiran para pemikir bangsa Perancis Abad ke-19,
seperti Voltaire, Condillac, Rouseau dan Montesque.15 Hal ini menyebabkan ia mempunyai
pengetahuan yang luas dalam berbagai bidang keilmuan.
Selama di Perancis, ia telah menterjemahkan 12 buku penting dalam berbagai bidang
seperti sejarah, pertambangan, akhlak dan adat istiadat, ilmu bumi, teknik, hak-hak manusia,
kesehatan jasmani dan sebagainya.16 Hasil karya-karya tersebut menunjukkan bahwa ia
mampu dan cakap dalam bidang penterjemahan. Diantara orang yang dikirim Muhammad Ali
Pasha, Al-Thahthawi tercatat sebagai satu-satunya orang yang mengkhususkan dirinya dalam
bidang penterjemahan.17 Kegiatan yang demikian merupakan salah satu yang diperlukan
dalam waktu itu. Ketika Muhammad Ali memerintah di Mesir, Al-Thahthawi memang
dimanfaatkan, bukan hanya untuk kepentingan pemerintah bahkan juga untuk kemajuan
rakyat Mesir.
14 Harun Nasution. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan.Bulan Bintang, Jakarta: 1975 hal., 32
15 Ramayulis dan Samsul Nizar. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam (Mengenal Tokoh Pendidikan di Dunia Islam dan Indonesia). PT. Ciputat Press Group, Ciputat: 2005. Hal., 36