BAB IPendahuluanLatar Belakang Sejak adanya program Imunnisasi
di Dunia, khususnya di Negara Indonesia sendiri, tidaklah gampang
terhadap masyarakat yang menerima program imunisasiyang sagat
fundamental untuk preventif kesehatan anak dalam menjalani tumbuh
kembangnya. Rendahnya cakupan imunisasi lengkap di Indonesia, 46,2
persen, menunjukkan upaya pencegahan penyakit belum mendapat
perhatian serius. Karena itu, perlu komitmen bersama untuk
menggalakkan kembali kampanye imunisasi bagi bayi dan anak balita.
Dari hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 oleh Departemen
Kesehatan dan Badan Pusat Statistik, cakupan imunisasi lengkap anak
usia 12 23 bulan sebesar 46,2 persen. Mereka mendapat vaksinasi
BCG, polio 3 kali, DPT 3 kali, hepatitis B 3 kali, dan campak.
Provinsi dengan cakupan imunisasi lengkap paling buruk adalah
Sulawesi Barat (17,3 persen). Kabupaten/kota dengan cakupan
imunisasi lengkap nol persen adalah Waropen, Tolikara, Paniai,
Puncak Jaya, dan Yahukimo. Bila seorang anak tak mendapat vaksinasi
lengkap, kemungkinan terhindar dari penyakit kurang dari 80 persen.
Tahun 1990 Indonesia sudah mencapai universal child immunization
(UCI) nasional. UCI adalah tercapainya cakupan minimal 80 persen
imunisasi lengkap bayi sebelum usia 1 tahun untuk antigen BCG 1
kali, DPT 3 kali, campak 1 kali, polio 3 kali, lalu tahun 1997
masuk hepatitis B 3 kali. Laporan Depkes menunjukkan, pencapaian
UCI desa di Indonesia tahun 2007 dengan indikator cakupan imunisasi
campak 76,1 persen, tahun 2008 sebesar 68,3 persen. Provinsi dengan
cakupan UCI rendah antara lain Lampung, Jawa Barat, Banten,
Sulawesi Tenggara, Maluku. Atas dasar data itu, para pemakalah
membentuk diskusi sederhana untuk mengangkat serta menuangkanya
kedalam suatu makalah sederhana di ruang lingkup Mata Kuliah
Keperawatan Anak, yaitu: Perspective Pediatric Nursing terhadap
Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan
Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi.Perspective Pediatric
Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan
Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata
Kuliah Keperawatan Anak)
|1
Tujuan Tujuan makalah ini secara umum adalah untuk mengupas dari
interpretasi berbagai sumber tentang Mata Kuliah Keperawatan Anak
terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak
sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi.
Manfaat Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi: Pemerintah
Sebagai bahan evaluasi guna lebih meningkatkan kinerja Program
Imunisasi bagi masyarakat luas. Masyarakat Sebagai bahan wawasan,
guna tidak terlalu khawatir digelar kegiatan imunisasi dari
permerintah. Instansi/Intelegensi Kesehatan Sebagai bahan penunjang
dalam mengontrol laju program kegiatan Imunisasi. Pendidikan
Sebagai sarana wawasan dan penunjang dalam mengarungi lautan
pendidikan.
Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam
Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak)
|2
BAB IITinjauan PustakaIMUNISASI Pengertian Imunisasi Kata imun
berasal dari bahasa latin imunitas yang berarti pembebasan atau
kekebalan yang di berikan senator rommawi selama jabatan mereka
terhadap kewajian sebagai warga negara biasa dan terhadap dakwaan
dalam sejarah istilah ini kemudian berkembang, sehingga
pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit dan
lebih sepesipik lagi terhadap penyakit menular, kumat disebut
antigen, pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh maka
sebagai reaksi tubuh akan membuat zat anti yang di sebut anti body.
Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari
sel-sel serta produk zat-zat yang di hasilkannya yang bekerja sama
secara kulitif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti
kuman-kuman penyakit atau racun yang masuk ke dalam tubuh (depkes
RI, 2002) Pada umumnya reaksi pertama tubuh untuk membentuk
antibody tidak terlalu kuat, karena tybuh belum mempunyai
pengalaman, tetapi pada reaksi kedua-ke tiga dan seterusnya,,tubuh
sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga
pembentukan anti body terjadi dalam waktu lebih cepat dalam jumlah
lebih banyak, itulah sebabnya pada beberapa penyakit yang di anggap
berbahaya di lakukan imunisasi dan vaksinasi, hal ini di maksudkan
sebagai pencegahan, agar tubuh tidak terjadi penyakit,atau
seandainya terkena tidak menimbulkan akibat fatal.(Ditjen PP dan
PL. Depkes RI, 2005) Mekanisme pertahanan tubuh disebut imunitas.
Ada 2 jenis imunitas yaitu alamaiah dan buatan. Imunitas alamiah
mungkin terbatas pada spesies tertentu. Jika pertahanan tubuh atau
resistensi tubuh terhadap infeksi dengan memasukan perlindungan
dari luar hal ini disebut imunitas buatan, jika di berikan
perlindungan dari luar dan berlangsung tidak lama,,atau tidak ada
partisipasi pertahanan dalam tubuh dari dalam, yang biasa di sebut
anti body.hal ini di sebut imunitas pasif, sebaliknya jika
perlindungan dari luar membuat tubuh memiliki simpanan anti body
yang berfungsi melawan penyakit tertentu makan tubuh secara aktif
berpartisipasiPerspective Pediatric Nursing terhadap Program
Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh
Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak)
|3
menolak infeksi disebut imunitas aktif tidak seperti imunitas
pasif, imunitas aktif berlangsung lebih lama. Jadi cara memperoleh
imunitas aktif buatan untuk melindungi diri dari melawan penyakit
tertentu dengan memasukan suatu zat dalam tubuh melalui
penyuntikasn atau secara oral di sebut imunisasi bahan atau agen
yang di gunakan untk memproduksi imunitas disebut faksin (Gupte.
2004; 146)
Tujuan Imunisasi Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk
mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atu
populasi atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia
seperti pada imunisasi cacar (IDAL, 2005; 7)
Manfaat Pemberian Imunisasi Menurut (umar: 2006) manfaat
keteraturan imunisasi adalah: Untuk mencegah dan melindungi bayi
dari berbagai penyakit yang menyebabkan kecacatan atau kematian;
Terbentuknya kekebalan tubuh yang optimal; Mempercepat proses
pengembangan kekebalan tubuh; Bayi yang mendapatkan imunisasi
secara teratur akan lebih kebal terhadap penyakit dibandingkan bayi
yang medapatkan iunisasi secara tidak teratur; serta Menghambat
pengembangan penyakit menular di masyarakat.
Tempat Mendapatkan Imunisasi Adapun tempat-tempat pelayanan
imunisasi adalah sebagai berikut: posyandu, puskesmas, rumahsakit
bersalin, rumah sakit pemerintah, praktek doktor atau bidan, atau
rumah sakit suasta.
Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam
Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak)
|4
Macam-macam Imunisasi Imunisasi BCG Vaksinasi BCG memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan
1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan
karena keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara
intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun
diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1
tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini mengandung bakteri
Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000
1.000.000partikel
/dosis. Kontraindikasi untuk
vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan
(misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan
steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV). Reaksi yang mungkin
terjadi: Reaksi lokal: 1 2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat
penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras.
Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi
nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini
akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8 12 minggu dengan
meninggalkan jaringan parut. Reaksi regional: pembesaran kelenjar
getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun
demam, yang akan menghilang dalam waktu 3 6 bulan. Komplikasi yang
mungkin timbul adalah: Pembentukan abses (penimbunan nanah) di
tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini
akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila
abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses
dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat. Limfadenitis
supurativa , terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau
dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2 6
bulan.
Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam
Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak)
|5
Imunisasi DPT Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang
melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah
suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat
menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk
rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai
dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang
melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat
menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat
bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan
komplikasi serius, seperti pneumonia , kejang dan kerusakan otak.
Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada
rahang serta kejang. Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa
diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun.Biasanya
vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada
otot lengan atau paha. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali,
yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan
4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu.
Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia
prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap
vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT. Setelah
mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster
vaksin Td pada usia 14 16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena
vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10
tahun perlu diberikan booster). Hampir 85% anak yang mendapatkan
minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan
memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun. DPT
sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan
atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping
tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam
vaksin.Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah
dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang
dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak)
|6
Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi
berikut: demam tinggi (lebih dari 40,50Celsius) kejang kejang demam
(resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami
kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya) syok
(kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon). Jika anak sedang
menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi
DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami
kejang, penyakit otak atau
perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai
kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan. 1 2 hari
setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam
ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan.
Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan
asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di tempat
penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering
menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.
Imunisasi DT Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap
toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus.
Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang
tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi
masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus. Cara pemberian
imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin
disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL. Vaksin ini
tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau
menderita demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi adalah
demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang
biasanya berlangsung selama 1-2 hari.
Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam
Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak)
|7
Imunisasi TT Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid ) memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS ( Anti Tetanus
Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif)
maupun pengobatan penyakit tetanus. Kepada ibu hamil, imunisasi TT
diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7
bulan dan 8 bulan. Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau
lengan sebanyak 0,5 mL. Efek samping dari tetanus toksoid adalah
reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan,
pembengkakan dan rasa nyeri. Imunisasi polio memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit poliomielitis.
Imunisasi Polio Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan
pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa
menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk
menelan. Polio bisa
menyebabkan kematian. Terdapat 2 macam vaksin polio: IPV
(Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio
yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan OPV (Oral Polio
Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah
dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk
trivalen (TOPV ) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk
monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio. Imunisasi dasar
polio diberikan 4 kali (polio I, II, III dan IV) dengan interval
tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1
tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5 6
tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia
umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2
tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan
sendok yang berisi air gula.Perspective Pediatric Nursing terhadap
Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan
Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan
Anak)
|8
Kontra indikasi pemberian vaksin polio: Diare berat Gangguan
Kehamilan. Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan
kejangkejang. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan
respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat
diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat
yang tertinggi. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar,
kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara
rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio
masih banyak ditemukan. Kepada orang dewasa yang belum pernah
mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi,
sebaiknya hanya diberikan IPV. Kepada orang yang pernah mengalami
reaksi alergi hebat (anafilaktik ) setelah pemberian IPV,
streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan
IPV. Sebaiknya diberikan OPV. Kepada penderita gangguan sistem
kekebalan (misalnya penderita AIDS , infeksi HIV, leukemia, kanker,
limfoma ), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan
kepada orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi
kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya.IPV bisa
diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang
menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan
imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar pulih. IPV bisa
menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang
biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari. kekebalan (karena
obat imunosupresan,
kemoterapi, kortikosteroid)
Imunisasi Campak Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit campak ( bulan atau lebih. Pada kejadian luar
biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan
kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5
mL.Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam
Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak)
|9
Kontra indikasi pemberian vaksin campak: infeksi akut yang
disertai demam lebih dari 38 derajat Celsius gangguan sistem
kekebalan pemakaian obat imunosupresan alergi terhadap protein
telur hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin wanita
hamil. Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit,
diare, konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis
(jarang).
Imunisasi MMR Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap
campak,
gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali.
Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata
berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia.
Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti
pembengkakan otak dan bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam,
sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar
liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan
meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan
pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan kemandulan.
Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan
pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa
menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan. Jika
seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau
kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli).
Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi
penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme
dengan pemberian vaksin MMR. Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang
melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak Jerman.
Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan
padaPerspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam
Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 10
pembengkakan
pada
buah
zakar
sehingga
terjadi
keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan
imunisasi kepada bayi yang berumur 9 12 bulan. Suntikan pertama
diberikan pada saat anak berumur 12 15 bulan. Suntikan pertama
mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat,
karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4 6
tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11 13 tahun
(sebelum masuk SMP). Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang
dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun
1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1
kali suntikan MMR sebelum masuk SD. Dewasa yang lahir pada tahun
1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki kekebalan
karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut
pada masa kanak-kanak. Pada 90 98% orang yang menerimanya, suntikan
MMR akan memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak,
campak Jerman dan gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk
memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh
suntikan pertama. Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh
masing-masing komponen vaksin: Komponen campak Measles 1 2 minggu
setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal
ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR.
Demam 39,50Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi
pada 5 15% anak yang menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya
muncul dalam waktu 1 2 minggu setelah disuntik dan berlangsung
hanya selama 1 2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada
suntikan MMR kedua. Komponen gondongan Mumps Pembengkakan ringan
pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama
beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1 2 minggu setelah menerima
suntikan MMR. Komponen campak Jerman Rubella
Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam
Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 11
Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang
berlangsung selama 1 3 hari, timbul dalam waktu 1 2 mingu setelah
menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14 15% anak yang
mendapat suntikan MMR. Nyeri atau kekakuan sendi yang ringan selama
beberapa hari, timbul dalam waktu 1 3 minggu setelah menerima
suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang
menerima suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang
menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus
berlangsung selama beberapa bulan(hilangtimbul). Artritis
(pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan
terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10%
orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan
sendi akibat artritis ini. Nyeri atau mati rasa pada tangan atau
kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang dewasa.
Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang
berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya
kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1 2 minggu setelah
suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi.
Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan
efek samping yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak
Jerman merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang
sangat serius. Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai
anak pulih. Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada: anak
yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin anak
yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin anak yang mengalami
gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia , limfoma maupun
akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau
obati
imunosupresan .
Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam
Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 12
wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil Imunisasi
Hib Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus
influenza tipe b. Organisme ini bisa
menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat
yang bisa menyebabkan anak tersedak. Vaksin Hib diberikan sebanyak
3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6
bulan.
Imunisasi Varisella Imunisasi varisella memberikan perlindungan
terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang
membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk
keropeng yang akan mengelupas. Setiap anak yang berumur 12 18 bulan
dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani
imunisasi varisella. Anakanak yang mendapatkan suntikan varisella
sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada
anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah
mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar
air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4 8
minggu. Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat
menular. Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat
fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit yang sangat
serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan
beberapa diantaranya meninggal. Cacar air pada orang dewasa
cenderung menimbulkan komplikasi yang lebih serius. Vaksin ini 90
100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil
orang yang menderita cacar air meskipun telah
mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan,
hanya menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya
menimbulkan 250-500 lepuhan yang terasa gatal) dan masa
pemulihannya
Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam
Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 13
biasanya lebih cepat. Vaksin varisella memberikan kekebalan
jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga
seumur hidup. Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan,
yaitu berupa: Demam nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan
ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan. Efek
samping yang lebih berat adalah: kejang demam, yang bisa terjadi
dalam waktu 1 6 minggu setelah penyuntikan pneumonia reaksi alergi
sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan,
kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan
perilaku. Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa menit sampai
beberapa jam setelah suntikan dilakukan dan sangat jarang terjadi.
Ensefalitis Penurunan koordinasi otot. Imunisasi varisella
sebaiknya tidak diberikan kepada: Wanita hamil atau wanita menyusui
Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem
kekebalan yang lemah atau yang memiliki riwayat keluarga dengan
kelainan imunosupresif bawaan Anak-anak atau orang dewasa yang
alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin karena vaksin
mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut Anak-anak atau orang
dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau gangguan sistem
kekebalan tubuh (misalnya AIDS) Anak-anak atau orang dewasa yang
sedang mengkonsumsi kortikosteroid Setiap orang yang baru saja
menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnya
Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam
Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 14
Anak-anak atau orang dewasa yang 3 6 bulan yang lalu menerima
suntikan immunoglobulin.
Imunisasi HBV Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap
hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa
menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama diberikan
segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif,
bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar
diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara
suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara
suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun
setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan
dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada
otot lengan atau paha. Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg
positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (
hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam
setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2
bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak
diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada
saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status
HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi
berumur lebih dari 1 minggu). Pemberian imunisasi kepada anak yang
sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin
HBV dapat diberikan kepada ibu hamil. Efek samping dari vaksin HBV
adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam
ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang
akan hilang dalam beberapa hari.
Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam
Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 15
Imunisasi Pneumokokus Konjugata Imunisasi pneumokokus konjugata
melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan
infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang
lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).
Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga
dapat digunakan pada anak-anak yang lebih besar yang memiliki
resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.
Keteraturan Pemberian Imunisasi Keteraturan imunisasi adalah
pemberian imunisasi sesuai umur dan jadwal yang telah di tentukan
secara teratur akan memberikan kekebalan pada bayi sehingga apabila
terkena inveksi bayi akan kebal terhadap penyakit yang menyerang
sehinga tidak menimbulkan kecacatan atau kematian Pemberian
imunisasi pada tahun pertama kelahiran mampu melawan penyakit
menular yang sering pada bayi.
Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam
Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 16
Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam
Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 17
PROSES TUMBUH KEMBANG
Pengertian Tumbuh Kembang Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran
fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau
seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak ) sel-sel
tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel, jadi pertumbuhan
lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang yaitu
menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti
pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar
kepala.(IDAI, 2002) Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan
jumlah sel serta jaringan interseluler berarti bertambahnya ukuran
fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat
diukur dengan satuan panjang dan berat (Depkes RI, 2005).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dari struktur/fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat
diperkirkan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi
sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang terorganisasi
(IDAI, 2002) Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus,
bicara dan bahasa serta sosialasi dan kemandirian (Depkes RI,
2005). Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan
terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi
seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau
resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan
kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk
terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Pentingnya Tumbuh Kembang Anak Pada saat dalam kandungan,
pertumbuhan janin biasanya bisa diukur dari perkiraan berat badan
dan panjang badan janin. Saat lahir berat badan dan tinggi badan
anak merupakan aspek fisik yang selalu menjadi perhatian utama pada
saat pemeriksaan rutin di praktek Dokter Spesialis Anak.
Sedangkan
perkembangan mental dan intelektual dinilai dari bertambahnya
kemampuan danPerspective Pediatric Nursing terhadap Program
Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh
Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) |
18
fungsi masing-masing bagian tubuh anak meliputi aspek emosi,
intelektual (kecerdasan) dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan. Faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang
anak adalah faktor genetik yang akan menentukan sifat bawaan si
anak dimana anak mempunyai kemampuan dengan ciri khas yang sama
yang dipunyai oleh orang tuanya. Selain itu penelitian membuktikan
bahwa faktor nutrisi juga memegang peranan penting, bahkan sejak
masa pra konsepsi (perencanaan kehamilan). Faktor berikutnya adalah
faktor lingkungan dimana anak itu tumbuh dan berkembang sejak dari
dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang baik akan membawa
pengaruh yang baik, begitu juga sebaliknya, lingkungan yang
kurang/tidak baik akan menghambat tumbuh kembangnya. Ada 3
kebutuhan dasar anak yang perlu diingat. Yang pertama adalah
kebutuhan fisik (ASUH) diantaranya pangan (nutrisi) yang sehat,
ASI, imunisasi dasar lengkap, pakaian, kesehatan, lingkungan yang
baik, dan lain-lain. Yang kedua adalah kebutuhan emosi/kasih sayang
(ASIH), yaitu
diperlukannya ikatan dan kepercayaan yang kuat antara orang tua
dan anak untuk menjamin tumbuh kembang yang seimbang secara fisik,
mental dan sosialnya. Dan yang ketiga adalah kebutuhan akan
stimulasi mental (ASAH) untuk mengembangkan kemampuan dalam
berpikir, berkreatifitas, bergaul, produktivitas dan banyak hal
lainnya. Anak yang memperoleh ASUH, ASIH dan ASAH yang baik dan
memadai akan mengalami tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan
potensi genetik yang dimilikinya. Pemberian imunisasi pada anak
adalah penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap
penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi misalnya
penyakit TBC, diphteri tetanus, pertusis, polio, campak, dan
hepatitis B. Bahkan sekarang telah masuk ke Indonesia vaksin MMR
untuk mencegah measles (campak), mumps (parotitis) dan rubela
(campak jerman). Dengan melaksanakan imunisasi yang lengkap maka
diharapkan dapat dicegah timbulnya penyakit-penyakit yang
menimbulkan cacat dan kematian. Pada tahun pertama kehidupannya, si
kecil sangat membutuhkan keberadaan orang lain, khususnya orang
tua, yang dapat memenuhi segala kebutuhannya. Usahakan untuk selalu
berada dekat dengan si kecil, dan responsif terhadap berbagai
kebutuhan yang dia ungkapkan dengan menangis atauPerspective
Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan
Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi
(Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 19
mengoceh. Si kecil akan menangkap hal ini sebagai bentuk
pemahaman orangtua terhadap kebutuhannya. Stimulasi yang diberikan
dianjurkan dengan cara penuh kasih sayang sehingga jalinan
kelekatan yang hangat antara anak dan orangtua akan terbentuk. Rasa
percaya diri dan rasa aman pun akan tumbuh dalam diri si kecil.
Tumbuh Kembang Anak usia 0 12 Bulan Rentang Usia 0 3 bulan Yang
dapat dilakukan si kecil Melepaskan menggenggam Mengangkat
tengkurap Mengoceh; 'aah', 'uuh Melihat ke wajah seseorang dan
tersenyum Mengenal penglihatan, pendengaran dan kontak 3 6 bulan
Mengangkat kepala 900 dan Ibunya dengan kepala 450 bila jemarinya
yang
mengangkat dada dengan terumpu pada tangan saat tengkurap
Memegang benda di kedua tangan Berusaha meraih benda Memasukkan
benda ke mulut 6 9 bulan Duduk tanpa dibantu Memindahkan benda dari
tangan
yang satu ke tangan yang lainnya Tengkurap dan berbalik sendiri
Mengucapkan da-da, ma-ma 9 12 bulan Berdiri Mengerti kalau benda
ditutupi sesuatu itu tidak hilang Perbendaharaan kata mulai
banyakPerspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah
dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang
dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 20
Mengerti sederhana
perintah
atau
larangan
Tumbuh Kembang Anak Usia Todler Anak usia toddler (1 3 th)
mempunyai sistem control tubuh yang mulai membaik,hampir setiap
organ mengalami maturitas
maksimal.Pengalaman dan perilaku mereka mulai dipengaruhi oleh
lingkungandiluar keluarga terdekat,mereka mulai berinteraksi dengan
teman,mengembangkan perilaku/moral secara simbolis,kemampuan
berbahasa yang minimal.Sebagai sumber pelayanan kesehatan
,perawat berkepentingan untuk mengetahui konsep tumbuh kembang anak
usia toddler guna memberikan asuhan keperawatan anak dengan
optimal. Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada
individu,yaitu secara bertahap,berat dan tinggi anak semakin
bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi
baik secara kognitif,psikososial maupun spiritual (Supartini,
2000). Anak usia toddler memiliki karakteristik tersendiri dalam
berbagai ranah pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan
Perkembangan Biologis secara umum pertumbuhan baik dari segi berat
maupun tinggi badan berjalan cukup stabil/lambat. Rata-rata
bertambah sekitar 2,3 tinggi badan bertambah sekitar 6 7cm kg
/tahun, sedangkan
/tahun ( tungkai bawah lebih dominant
untuk bertambah dibanding anggota tubuh lain). Hampir semua
fungsi tubuh sudah matang dan stabil sehingga dapat beradaptasi
dengan berbagai perubahan dan stress,sehingga saat ini sudah bisa
diajarkan toilet training .Pada fase ini perkembangan motorik
sangat menonjol. Perkembangan psikososial Menurut Sigmund Freud,
pada fase ini tergolong dalam fase Anal dimana pusat kesenangan
anak pada perilaku menahan faeses bahkan kadangkala anak
bermain-main dengan faesesnya. Anak belajar mengidentifikasi
tentang perbedaan antara dirinya dengan orang lain disekitarnya.
Konflik yang sering terjadi adalah adanya Oedipus complex atau
katarsis yaitu dimana seorang anak laki-laki
Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam
Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 21
menyadari bahwa ayahnya lebih kuat dan lebih besar dibandingkan
dirinya.sedangkan pada wanita disebut dengan Elektra complex.
Sedangkan Erickson menggolongkan tahap ini dalam fase Otonomi vs
Guilt, ini (inisiatif berpusat vs pada rasa malu dan bersalah)
untuk
Perkembangan
kemampuan
anak
mengontrol tubuh dan lingkungannya. Adapun Piaget bahwa saat ini
merupakan Fase
Preoperasional dimana sifat egosentris sangat menonjol. Pada
fase ini.sering ditemukan ketidakmampuan untuk menempatkan diri
sendiri ditempat orang lain. Kohlberg menggolongkan masa ini dalam
Fase Konvensional ,Anak mulai belajar baik dan buruk,benar atau
salah melaui budaya sebagai dasar peletakan nilai moral. Kohlberg
menggolongkan fase ini dalam 3 tahap,yaitu Egosentris ,kebaikan
seperti apa yang saya mau, tahap berikutnya adalah Oreintasi
hukuman dan ketaatan,baik dan buruk sebagai konsekuensi tindakan,
dan tahapan yang terakhir adalah Inisiatif,Anak menjalankan aturan
sebagai sesuatu yang menyenangkan dirinya. Komunikasi, adanya rasa
ingin tahu yang besar dan belum fasihnya kemampuan bahasa, sehingga
pada saat memberikan penjelasan kepada anak toddler gunakanlah
kata-kata yang sederhana dan singkat.Anak usia toddler memiliki
kebutuhan nutrisi yang tinggi karena mereka terus bergerak.
kebutuhan nutrisi tiap anak sekitar 1800 kalori dan akan
menurunpada setiap pertambahan usia sekitar 90 kkal/kg BB Pengaruh
permaianan sangatlah penting pada masa ini, yaitu berpengaruh dalam
Perkembangan intelektual dimana dengan melakukan eksplorasi dan
manipulasi terhadap alat permainan, mulai mengambangkan
otonomi dalam permainan, dan belajar memecahkan masalah. Tak
kalah penting pula pengaruh terhadap perkembangan moral, yaitu anak
akan mempelajari nilai benar dan salah dalam permainan sehingga
mereka dapat diterima/lingkungannya. Permainan yang tepat adalah
solitary play (1 2 th) dan parallel play (2 3 tahun).
Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam
Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 22
Kecenderungan cedera, karakteristiknya yang tidak bisa diam,
penuh rasa ingin tahu sering menjadi penyebab cedera fatal bahkan
sampai kematian apabila orang tua kurang waspada.
Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah Anak usia pra sekolah adalah
anak yang berusia antara 3 6 tahun (Wong, 2000), anak usia
prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan
dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, Secara fisik anak pada
tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB
14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB ratarata 95 cm.
Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hampir sama dengan tahun
sebelumnya.BB mencapai 16,7 kg dan TB 103 cm sehingga TB sudah
mencapai dua kali lipat dari TB saat lahir.Frekuensi nadi dan
pernafasan turun sedikit demi sedikit.Pertumbuhan pada tahun kelima
sampai akhir masa pra sekolah BB rata-rata mencapai 18,7 kg dan TB
110 cm,yang mulai ada perubahan adalah pada gigi yaitu kemungkinan
munculnya gigi permanent ssudah dapat terjadi. Sementara tidak jauh
beda dalam segi perkembangan, kemampuan beberapa aspek vital anak
mengalami peningkatan-peningkatan signifikan dari tahun ketahun,
diantaranya adalah Aspek motorik : Tahun ketiga Anak mampu berdiri
diatas satu kaki untuk beberapa detik,menaiki tangga dengan kaki
bergantian,dan turun dengan dua kaki untuk melangkah ,melompat
panjang. Anak mampu menyusu balok menara 9 10 kotak.membangun
jembatan dengan 3 kotak, mampu memasukkan bijibijian kedalam kotak
berleher sempit dengan benar dan dalam serta
menggambar
anak
dapat
meniru
lingkaran
dana
silangan
menyebutkannya. Tahun keempat Anak sudah dapat melompat dan
meloncat dengan satu kaki,menangkap bola dengan tepat,berjalan
mnuruni tangga dengan kaki bergantian.anak sudah mampu menggunakan
gunting dengan baik untuk memotongPerspective Pediatric Nursing
terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak
sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah
Keperawatan Anak) | 23
gambar mrngikutio garis,dapat memasang sepatu tetapi belum dapat
mengikat talinya . Tahun kelima Pada tahun kelima sampai ke enam
anak sudah mampu melompat dan meloncat pada kaki bergantian serta
melempar dan menangkap bola dengan baik .Anak sudah mampu
menggunakan gunting dan alat sederhana sepreti pensil dengan sangat
baik,mampu mengikat tali sepatu,anak juga sidah mampu mencetak
beberapa huruf,angka atau kata seperti nama panggilan. Aspek Bahasa
Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jurang
dari 900 kata, mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata
atau lebih dan pada tahun kelima sampai keenam mencapai 2100 kata,
mengunakan 6 sampai 8 kata, menyebut 4 warna atau lebih, dapat
menggambar dengan banyak komentar serta menyebutkan bagiannya,
mengetahui waktu seperti hari, minggu dan bulan, anak juga sudah
mampu mengikuti 3 perintah sekaligus.
Aspek Sosial Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu
berpakaian dan makan sendiri, rentang perhatian meningkat
,mengetahui jenis kelaminnya sendiri, dalam permainan sering
mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi.tahun
keempat anak sudah cenderung mandiri dank eras kepala atau tidak
sabar, agresif secara fisik dan vweerbal, mendapat kebanggan dalam
pencapaian, masih mempunyai banyak rasa takut. pada akhir usia
prasekolah anak sudah jarang memberontak, lebih tenang, mandiri,
dapat dipercaya, lebih bertanggung jawab, mencoba untuk hidup
berdasarkan outran, bersikap lebih baik, dalam permainan sudah
mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang. Aspek Kognitif Tahun
ketiga berada pada fase pereptual,anak cenderung egosentrik dalam
berfikir dan berperilaku, mulai memahami waktu,Perspective
Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan
Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi
(Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 24
mengalami perbaikan konsep tentang ruang, dan mulai dapat
memandang konsep dari perspektif yang berbeda. Tahun keempat anak
berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih baik, menilai
sesuatu menurut dimensinya, penilaian muncul berdasarkan
persepsi, egosentris mulai berkurang, kesadaran social lebih
tinggi, mereka patuh kepada orang tua karena mempunyai batasan
bukan karena memahami hal benar atau salah. Pada akhir masa
prasekolah anaka sudah mampu memandang perspektif orang lain dan
mentoleransinya tetapi belum memahaminya,anak sangat ingin tahu
tentang factual dunia.
Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah Pada usia ini anak disebut juga
priode intelektual, karena merupakan tahap pertama anak menggunakan
sebagian waktunya untuk
mengembangkan kemampuan intelektualnya. Anak usia ini sedang
belajar di sekolah dasar (SD) dan mendapat pelajaran tentang Ilmu
Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Perhatian anak sedang
ditujukan kepada dunia pengetahuan tentang dunia dan alam
sekelilingnya serta senang sekali membaca tentang cerita
petualangan yang menambah pengalamannya. Pada usia ini terjadi
perubahan-perubahan dari usia sebelumnya diantaranya ialah: Minat
Minatnya objektif, perhatian lebih ditujukan pada dunia kenyataan
atau dinia objektif yang dianalisa serta menunjukkan adanya hokum
sebab akibat. Anak akan mampu menyelesaikan tugas yang diberikan.
Jika lingkungannya mendukung anak akan lebih mudah untuk belajar
kebiasaan seperti tidur dan bangun pada waktunya, makan, belajar,
pada waktu dan tempatnya, dan anak mudah diajak kerja sama dan
patuh. Ikut aktif dalam kepramukaan akan sangat membantu dalam
pembentukan kepribadian yang stabil. Untuk mengembangkan minat
tergantung pada kesempatan yang ada, misalnya saja seorang anak
yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak religius kemungkinan
besar anak tidak menauh minatPerspective Pediatric Nursing terhadap
Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan
Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan
Anak) | 25
pada agama. Dalam pengembangan minat, hubungan antar pribadi
lebih menunjanga dari pada pengajaran khusus, juga suka atau tidak
suka memainkan peranan penting, seperti anak yang tidak menyukai
gurunya cenderung tidak menyukai pelajarannya.
Kesempurnaan Menurut Ericson anak nampak rajin dan aktif karena
ingin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan padanya. Karenanya
jaga jangan sampai anak rendah diri, usahakan anak merasxa tenang,
mampu berprestasi. Priode ini disebut usia sekolah kareana itu anak
tidak boleh gagal dalam sekolahnya. Ia harus memperoleh kepuasan
atas keberhasilannya dan kepuasan ini akan memperkuat perkembangan
kepribadiannya. Sikap sukses akan memberikan perasaan mampu pada
dirinya yang akan menjadi modal dasar untuk menyelesaikan
tugas-tugas lebih lanjut dan lebih berat.
Bermain Dengan kemajuan usianya dan bertambah popularnya bentuk
hiburan seperti bacaan, film dan televisi maka kegiatan bermain
menjadi berkurang.
Permasalahan Dunianya makin luas demikian pula minatnya dengan
pelajaran formal di sekolah, pembahasan mengenai lingkungan
meningkat.melalui kemampuan membaca anak dapat bertukar pikiran
dengan teman-teman sebayanya. Dengan demikian anak mengembangkan
sikap yang realistis mengenai hidup.
Moral Kontaknya anak dengan orang lain membuat pandangan atau
konsepnya semakin luas. Ia menemukan apa yang selama ini dianggap
benar atau salah di rumah yang tidak selamanya sesuai dengan di
luar rumah. Sehingga ukuran-ukuran baru mengenaiPerspective
Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan
Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi
(Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 26
moral
anak
tumbuh
secara
bertahap
yang
kadang-kadang
bertentangan dengan yang dianut orang tua. Anak mengemban rasa
kejujuran dan keadil;an yang tinggi dan ia tidak segan-segan
memprotes bila ia diperlakukan tidak adil.
Hubungan Keluarga Walaupun lingkungan anak telah bertambah luas
pengaruh orang tua masih membekas dalam perkembangan
kepribadiannya. Misalnya orang tua yang berambisi, dapat
mempengaruhi anak menjadi kurang tenang, tidak aman dan tidak
menerima bila gagal mencapai harapan-harapan orang tua.
Salah Didikan Jika salah didikan akan timbul berbagai masalah
prilaku seperti mengompol, berbohong, suka berkelahi, nakal dan
malas belajar, mengganggu adik-adiknya, melancong, melamun, lari
dari rumah, tidak naik kelas, merokok, dsb. Untuk memperbaiki salah
penyesuaiian diri perlu diteliti latar belakang kehidupan anak,
mengapa hal itu terjadi, sering ditemukan sebabnya, karena kurang
perhatian orang tua.
Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam
Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 27
BAB IIIPembahasanPROGRAM IMUNISASI MENURUT PANDANGAN BERBAGAI
KALANGAN
UNICEF UNICEF mendukung pemerintah Indonesia dalam
penyelenggaraan kegiatan imunisasi . Semua kegiatan ini telah
terbukti sebagai cara yang paling efektif dan hemat biaya dalam
upaya mengurangi angka kematian anak.
WHO Menurut WHO, dianjurkan pemberian 5 jenis macam imunisasi
terhadap anak , terutama imunisasi campak 1 kali dengan dosis 0,5
ml pada bayi berusia 9 bulan.
DINAS KESEHATAN PROFINSI DKI JAKARTA Menurut Undang-Undang Nomor
23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Paradigma Sehat dilaksanakan
melalui beberapa kegiatan antara lain
pemberantasan penyakit. Salah satu upaya pemberantasan penyakit
menular adalah upaya pengebalan (imunisasi). Imunisasi merupakan
upaya prioritas yang dapat dipilih oleh semua wilayah mengingat
bahwa imunisasi merupakan upaya yang efektif dan diperlukan oleh
semua daerah. Upaya imunisasi diselenggarakan di indonesia sejak
tahun 1956. Upaya ini merupakan upaya kesehatan masyarakat yang
terbukti paling cost effective. Dengan upaya imunisasi terbukti
bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan indonesia dinyatakan bebas
dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya
imunisasi diperluas menjadi program pengembangan imunisasi
dalamrangka pencegahan penularan terhadap penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (pd3i) yaitu, tuberkulosis, difteri,
pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis b. Dengan upaya
imunisasi pula, kita sudah dapat menekan penyakit polio dan sejak
tahun 1995 tidak ditemukan lagi virus polio liar di indonesia.
Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam
Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 28
DIRJEN PP PL (Pengendalian Penyakit Penyehatan Lingkungan)
Dirjen PP PL mengemukakan, imunisasi adalah upaya meningkatkan
kekebalan tubuh seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit ,
sehingga dapat mencegah/mengurangi pengaruh infeksi organisme alami
ataupun yang liar. Karenanya vaksinasi dan imunisasi sangat
penting
MUI (Majelis Ulama Indonesia) Menurut Ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI), KH Maruf Amin dalam
rangka peringatan Hari Anak Nasional serta seminar dan lokakarya
nasional sosialisasi Vaksin Imunisasi Halal dan Baik di kantor MUI,
Jalan Proklamasi, Jakarta (Sabtu, 23/7). Dalam kesempatan ini Maruf
juga mengatakan bahwa vaksin imunisasi itu halal dan baik. Vaksin
yang dipergunakan untuk umat haruslah halal. Pimpinan MUI yang juga
sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ini
mengemukakan, MUI mengemban misi dan amanah Himayatu wa
RiayatulUmmah, memelihara dan melindungi umat, dengan ketetapan
fatwa halal-haram. Tujuannya, agar umat terhindar dari hal-hal yang
diharamkan dan dilarang agama, seperti penggunaan vaksin yang
proses produksinya tidak sesuai dengan syariat Islam. Ketetapan
fatwa itu sendiri didasarkan pada hasil penelitian ilmiah oleh para
ahli yang berkompeten dan berdedikasi untuk kepentingan umat dengan
lembaga LPPOM MUI. Penekanan oleh Ketua MUI ini mengemuka,
mengingat hampir semua vaksin yang beredar dan dipergunakan di
Indonesia, tidak jelas status kehalalannya menurut syariat Islam.
Ir. Osmena Gunawan, Wakil Direktur LPPOM MUI meminta dan menuntut
komitmen yang kuat dari pihak perusahaan sebagai produsen vaksin
untuk masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama
Islam agar menyediakan produk vaksin yang halal. Kami meminta
komitmen perusahaan untuk benar-benar menghasilkan vaksin yang
halal. Karena hingga kini, sudah enam tahun sejak tahun 2005 ketika
MUI mengeluarkan fatwa No. 16 tahun 2005, tentang kedaruratan
penggunaan vaksin polio, belum ada berita tentang perkembangan
pembuatan dan produksi vaksin yang halal, ujar Osmena. Dalam Fatwa
tahun 2005 itu disebutkan, sebagaimana juga diakui sendiri oleh
pihak produsen, semua vaksin polio yang diproduksi saat ini (tahun
2005),Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah
dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang
dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 29
baik di dalam maupun di luar negeri, masih menggunakan media dan
proses yang belum sepenuhnya sesuai dengan syariat Islam sehingga
fatwa MUI
mempersyaratkan, pemberian vaksin polio diperbolehkan sementara,
sepanjang belum ada vaksin yang produksinya menggunakan media dan
proses yang sesuai dengan syariat Islam.
KETUA UMUM (IDI) IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA Sudjatmiko
mengatakan bahwa, Imunisasi mutlak diperlukan untuk meningkatkan
kekebalan tubuh. Begitu juga dengan vaksinasi diharapkan
menumbuhkan kekebalan tubuh manusia.
Elemen Masayarakat Unsur dari substansi komponen masyarakat yang
menjadi sumber pencetakan fundamental kepribadian tumbuh kembang
seorang anak adalah Keluarga itu sendiri. Di dalam keluarga yang
sangat erat adalah seorang Ibu (yang memiliki sosok wanita
pendidik, pelindung seorang anak). Dalam sudut perspektif seperti
ini kami menyisir faktor-faktor seorang Ibu melaksanakan program
imunisasi, ada beberapa faktor penunjang ibu medasari, diantaranya:
Umur Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang
yang sangat utama.Umur mempunyai hubungan dengan tingkat
keterpaparan, besarnya risk serta sifat resistensi.Perbedaan
pengalaman terhadap masalah kesehatan/penyakit dan pengambilan
keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut (Noor,N.N,2000)
Beberapa studi menemukan bahwa usia ibu, ras,pendidikan, dan status
sosial ekonomi berhubungan dengan cakupan imunisasi dan opini orang
tua tentang vaksin berhubungan dengan status imunisasi anak
mereka.( Ali, Muhammad, 2002) . Dari penelitian Ali,Muhammad (2002)
didapatkan bahwa usia ibu berhubungan dengan pengetahuan dan
perilaku mereka terhadap
imunisasi (p < 0,05).Penelitian ini menunjukkan hasil yang
sama dengan penelitian Lubis (1990;dalam
Ali,Muhammad,2002).Penelitian Salma
Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam
Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 30
Padri,dkk (2000) juga menemukan bahwa faktor utama yang
berhubungan dengan imunisasi campak adalah umur ibu (OR 2,53 95%
CI: 1.21 5.27).Selanjutnya hasil penelitian Ibrahim D.P.(2001)
menunjukkan bahwa karakteristik ibu yang erat hubungannya dengan
status imunisasi campak anak umur 9-36 bulan adalah: umur ibu yaitu
umur ibu yang dihitung sejak lahir sampai saat penelitian.
Pendidikan Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses
perubahan tingkah laku, semakin tinggi pendidikan seseorang maka
dalam memilih tempat-tempat pelayanan kesehatan semakin
diperhitungkan. Menurut Azwar (1996), merupakan suatu faktor yang
mempengaruhi perilaku seseorang dan pendidikan dapat mendewasakan
seseorang serta
berperilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat keputusan
dengan lebih tepat. Peran seorang ibu pada program imunisasi
sangatlah penting. Karenanya suatu pemahaman tentang program ini
amat diperlukan untuk kalangan tersebut.Pemahaman ibu atau
pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat dipengaruhi oeleh tingkat
pendidikan ibu.
(Ali,Muhammad,2002). Slamet (1999), menyebutkan semakin tinggi
tingkat pendidikan atau pengetahuan pelayanan seseorang maka
semakin tempat membutuhkan berobat bagi pusat-pusat dirinya dan
kesehatan
sebagai
keluarganya. Dengan berpendidikan tinggi, maka wawasan
pengatehuan semakin bertambah dan semakin menyadari bahwa begitu
penting kesehatan bagi kehidupan sehingga termotivasi untuk
melakukan
kunjungan ke pusat-pusat pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Sejalan dengan pendapat Slamet, Singarimbun (1986), juga
menyebutkan
kelengkapan status imunisasi anak tertinggi pada ibu yang
berpendidikan SLTP keatas sebanyak 30,1%.Berdasarkan penelitian
Idwar (2001) juga disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seorang ibu maka makin besar peluang untuk
mengimunisasikan bayinya yaitu 2,215 kali untuk pendidikan tamat
SLTA/ke atas dan 0,961 kali untuk pendidikanPerspective Pediatric
Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan
Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata
Kuliah Keperawatan Anak) | 31
tamat SLTP/sederajat. Ibu yang berpendidikan mempunyai
pengertian lebih baik tentang pencegahan penyakit dan kesadaran
lebih tinggi terhadap masalah-masalah kesehatan yang sedikit banyak
telah diajarkan di sekolah.
Status Sosial Ekonomi Terdapatnya penyebaran masalah kesehatan
yang berbeda
berdasarkan status sosial ekonomi pada umumnya dipengaruhi oleh
2 (dua) hal, yaitu: a) Karena terdapatnya perbedaan kemampuan
ekonomis dalam mencegah penyakit atau mendapatkan pelayanan
kesehatan, b) Karena terdapatnya perbedaan sikap hidup dan perilaku
hidup yang dimiliki. (Azwar, Azrul, 1999). Menurut Noor, N. N
(2000) menyebutkan dengan berbagai status variabel sangat erat
hubungannya merupakan hubungannya
sosio
ekonomi
sehingga erat
karakteristik. dengan
Status
sosio
ekonomi
pekerjaan/jenisnya,
pendapatan
keluarga, daerah tempat tinggal/geografis, kebiasaan hidup dan
lain sebagainya.Status ekonomi berhubungan erat pula dengan faktor
psikologi dalam masyarakat. Noor, N. N (2000). Hollingshead dan
Redlich (dalam Azwar, Azrul,1999) dalam
melakukan penelitian sosial menggunakan indikator pekerjaan,
pendidikan dan keadaan tempat tinggal dalam menentukan status
sosial
ekonomi.Sedangkan Parker & Bennet memakai indikator
pendapatan, pendidikan, jumlah anak dan sikap terhadap kesehatan.
Hasil penelitian Ramli,M.R (1988) menunjukkan bahwa faktor yang
berpengaruh terhadap kejadian drop out atau tidak lengkapnya status
imunisasi bayi diantaranya adalah : faktor jarak rumah ke tempat
pelayanan imunisasi. Jarak antara rumah responden dengan pusat
pelayanan kesehatan terdekat, sebagian besar (78%) adalah kurang
dari 1 km. Jarak kurang dari 1 km ini masih tergolong dekat. Dengan
jarak yang tidak terlalu jauh dari pusat pelayanan
kesehatan,diharapkan masyarakat dapat memanfaatkannya untuk
kesehatan keluarganya. Sejalan dengan Ramli,Perspective Pediatric
Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan
Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata
Kuliah Keperawatan Anak) | 32
kesimpulan penelitian Idwar (2001) juga menyebutkan ada hubungan
yang bermakna antara status imunisasi dengan jarak dekat
dibandingkan yang jauh sebesar 1,01 kali. Sedangkan untuk jarak
sedang dibandingkan dengan jarak jauh tidak terlihat adanya
hubungan yang bermakna. Ibu akan mencari pelayanan kesehatan yang
terdekat dengan rumahnya karena pertimbangan aktivitas lain yang
harus diselesaikan yang terpaksa ditunda. Selanjutnya Depkes RI
(2000) menyebutkan komponen pendukung ibu melakukan imunisasi dasar
pada bayi antara lain kemampuan individu menggunakan pelayanan
kesehatan yang diperkirakan berdasarkan pada faktor pendidikan,
pengetahuan, sumber pendapatan atau penghasilan. (Depkes RI, 2000).
Pada masa yang akan datang di Indonesia akan terjadi perubahan dari
negara agraris menjadi negara industri. Dengan terjadinya peralihan
itu, mengakibatkan banyak tenaga kerja yang kemungkinan tidak akan
tertampung di sektor industri, sehingga sebagian besar diantaranya
akan terjun ke lapangan kerja informal. Sementara itu, karena
adanya perbaikan pendidikan dan perhatian terhadap perempuan
menyebabkan semakin meningkatnya tenaga kerja perempuan, baik di
sektor formal maupun informal.batasan Ibu yang bekerja adalah
ibu-ibu yang melakukan aktifitas ekonomi mencari penghasilan baik
di sektor formal maupun informal, yang dilakukan secara reguler di
luar rumah.Tentunya aktifitas ibu yang bekerja akan berpengaruh
terhadap waktu yang dimiliki ibu untuk memberikan pelayanan/kasih
sayang terhadap anaknya termasuk perhatian ibu pada imunisasi dasar
anak tersebut. Dari penelitian Ali,Muhammad (2002) didapatkan bahwa
tidak terdapat perbedaan pengetahuan tentang imunisasi antara ibu
yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja, dimana tingkat
pengetahuan tentang imunisasi ini masih sangat kurang. Begitupun,
walau tanpa dasar pengetahuan yang memadai ternyata di kalangan ibu
tidak bekerja sikap dan perilaku mereka tentang imunisasi lebih
baik dibanding ibu yang bekerja.Namun menurut hasil kesimpulan
penelitian Idwar (2000), justru menyebutkan bahwa ibu yang bekerja
mempunyai risiko 2,324 kali untuk mengimunisasikan bayinya
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerjaPerspective Pediatric
Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan
Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata
Kuliah Keperawatan Anak) | 33
disebabkan kurangnya informasi yang diterima ibu rumah tangga
dibandingkan dengan ibu yang bekerja.
Pengetahuan Pengetahuan adalah seluruh pemikiran, gagasan, ide,
konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala
isinya termasuk manusia dan kehidupan. Pengetahuan mencakup
penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu,
termasuk praktek atau kemauan teknis dalam memecahkan berbagai
persoalan hidup yang belum dibuktikan secara sistimatis. (Azwar,
1996) Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu melalui mata dan
telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Slamet (1999), pengetahuan
yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat
yaitu tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, memahami diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari atau kondisi yang sebenarnya, analisa merupakan suatu
kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Evaluasi
ini terkait dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Tanggung jawab keluarga
terutama para ibu terhadap imunisasi bayi/balita sangat memegang
peranan penting sehingga akan diperoleh suatu manfaat terhadap
keberhasilan imunisasi serta peningkatan
kesehatan anak. Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh
komponen-komponen individu secara tidak pendorong langsung yang
menggambarkan dengan faktor-faktor penggunaan
berhubungan
pelayanan kesehatan yang mencakup beberapa faktor, terutama
faktor pengetahuan ibu tentang kelengkapan status imunisasi dasar
bayi atauPerspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah
dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang
dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 34
anak.
Komponen
pendukung
antara
lain
kemampuan
individu
menggunakan pelayanan kesehatan yang diperkirakan berdasarkan
pada faktor pendidikan, pengetahuan, sumber pendapatan atau
penghasilan. (Depkes RI, 2000) Faktor pengetahuan memegang peranan
penting dalam menjaga kebersihan dan hidup sehat. Slamet (1999)
menegaskan bahwa wawasan pengetahuan dan komunikasi untuk
pengembangan lingkungan yang bersih dan sehat harus dikembangkan
yaitu dengan pendidikan dan meningkatkan pengetahuan. Dengan adanya
pendidikan dan pengetahuan mendorong kemauan dan kemampuan yang
ditujukan terutama kepada para ibu sebagai anggota masyarakat
memberikan dorongan dan motivasi untuk menggunakan sarana pelayanan
kesehatan. Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari pendidikan atau
pengamatan serta informasi yang didapat seseorang. Pengetahuan
dapat menambah ilmu dari seseorang serta merupakan proses dasar
dari kehidupan manusia. Melalui pengetahuan, manusia dapat
melakukan perubahanperubahan kualitatif individu sehingga tingkah
lakunya berkembang. Semua aktivitas yang dilakukan para ibu seperti
dalam pelaksanaan imunisasi bayi tidak lain adalah hasil yang
diperoleh dari pendidikan. (Slamet, 1999) Pendidikan seseorang
merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi
pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat-tempat pelayanan
kesehatan semakin diperhitungkan. Menurut Azwar (1996), merupakan
suatu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dan pendidikan
dapat mendewasakan seseorang serta
berperilaku baik, sehingga dapat memilih dan membuat keputusan
dengan lebih tepat. Pendidikan kesehatan dapat membantu para ibu
atau kelompok masyarakat disamping dapat meningkatkan pengetahuan
juga untuk meningkatkan kemampuan (perilakunya) untuk mencapai
derajat
kesehatan yang optimal. Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu
sangat mempengaruhi terlaksananya kegiatan pelaksanaan imunisasi
anak/ bayi, baik itu pendidikan formal maupun non formal. Tahap
pendidikan sangat menentukan kemampuan seseorang dalam mengatasi
masalah dalamPerspective Pediatric Nursing terhadap Program
Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh
Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) |
35
kehidupannya baik dilingkungan sosial maupun dilingkungan
kerjanya. (Notoatmodjo, 1996).
Pekerjaan Pekerjaan juga sangat mempengaruhi perhatian suami
dalam mengawasi kondisi istri. Suami yang bekerja pada jalur
produksi atau melakukan pekerjaan yang tidak menyenangkan dan
pekerjaantangan yang sulit dapat membuat suami tertekan. Dalam
keadaan ini besarnya penghasilan merupakan pendorong semangat
utama. Agar yang dilakukan menjanjikan peningkatan pendapatan,
sebagai suatu alat untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Paritas Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu saat ini.
Tingkat paritas yang tinggi mempengaruhi dukungan pada ibu.
Perspective Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam
Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam
Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 36
BAB IVPenutup Kesimpulan Imunisasi adalah cara memperoleh
imunitas aktif buatan untuk melindungi diri dari melawan penyakit
tertentu dengan memasukan suatu zat dalam tubuh melalui
penyuntikasn atau secara oral di sebut imunisasi bahan atau agen
yang di gunakan untk memproduksi imunitas disebut faksin (Gupte.
2004; 146). Tujuan imunisasi, antara lain: Untuk mencegah bayi dari
berbagai penyakit, Terbentuknya kekebalan tubuh yang optimal,
Mempercepat proses pengembangan kekebalan tubuh, Menghambat
pengembangan penyakit menular. Bisa didapatkan di posyandu,
puskesmas, rumahsakit bersalin, rumah sakit pemerintah, praktek
doktor atau bidan, atau rumah sakit suasta. Dan akan mendapatkan
macammacam imunisasi (Imunisasi BCG, DPT, TT, Polio, Campak,
MMR,Varisella, HBV, Pneumokokus Konjugata) sesuai waktu kebutuhan.
Dengan seiring tumbuh kembang anak (usia toddler, usia pra-sekolah,
maupun usia sekolah) diharapkan seorang sudah mendapatkan imunisasi
yang diprogramkan pemerintah dan bidang kesehatan. Badan
Intelegensi seperti: UNICEF, WHO, DINAS KESEHATAN PROFINSI DKI
JAKARTA, DIRJEN PP PL (Pengendalian Penyakit Penyehatan
Lingkungan), MUI (Majelis Ulama Indonesia), IKATAN DOKTER ANAK
INDONESIA , hingga ke Elemen Masayarakat terkecil yaitu sampai
sosok Ibu yang miliki berbagai faktor (Umur, Pendidikan, Status
Sosial Ekonomi, Pengetahuan, Pekerjaan, Paritas) yang terkadang
jarang terlihat oleh kita semua dalam mengayuh program imunisasi
ini. Saran Dari kami pemakalah, coba untuk Pemerintah, sebagai
bahan evaluasi guna lebih meningkatkan kinerja Program Imunisasi
bagi masyarakat luas.. Dan bagi Masyarakat, sebagai bahan wawasan,
guna tidak terlalu khawatir digelar kegiatan imunisasi dari
permerintah.tersebut, guna menyehatkan anak-anak bangsa. Bagi
Instansi/Intelegensi Kesehatan, sebagai bahan penunjang dalam
mengontrol laju program kegiatan Imunisasi, agar bisa berjalan
secara optimal.Perspective Pediatric Nursing terhadap Program
Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh
Kembang dalam Lingkup Imunisasi (Mata Kuliah Keperawatan Anak) |
37
Dan bagi sarana Pendidikan, agar tetap sebagai wadah bagi sarana
penambah wawasan dan penunjang dalam mengarungi lautan pendidikan,
serta membentuk para anak-anak bangsa yang akan menerima tongkat
estafet dari para pendahulu yang telah menlandasi program imunisasi
ini.
Kritik dan Saran Rekontruksi dari Pembaca
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________.Perspective
Pediatric Nursing terhadap Program Pemerintah dalam Meningkatkan
Kesehatan Anak sesuai dengan Tumbuh Kembang dalam Lingkup Imunisasi
(Mata Kuliah Keperawatan Anak) | 38