Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah Peradaban Islam memiliki banyak cerita di
dalamnya. Cerita tentang penyebaran, kebudayaan dan tokoh-
tokoh yang berpengaruh. Dalam salah satu bab menceritakan
tentang Perang Salib. Sebagai gambaran, Perang Salib yang
familiar bagi kita adalah suatu perang keagamaan yang sangat
terkenal. Jika kita pernah menonton film Kingdom of Heaven,
mungkin kita memiliki sedikit gambaran tentang Perang Salib
ini. Disebut Perang Salib karena para tentara atau pejuang
Kristen ini menggunakan simbol salib ditameng, baju, topi
dan segala atribut berperangnya. Perang Salib ini terbagi
atas beberapa periode. Didalamnya, terdapat banyak tokoh-
tokoh yang menarik cerita saat pemimpin perang ini yang
dapat menambah wawasan kita.
1.2 Rumusan Masalah
Setelah dipaparkan sedikit dalam latar belakang di atas,
didapatlah rumusan masalah yaitu:
1. Apa itu Perang Salib?
2. Apa yang menjadi latar belakang yang memicu terjadinya
Perang Salib antara kaum Muslim dan Kristen?
3. Bagaimana periodisasi Perang Salib?
4. Pengaruh apa yang menyebar setelah terjadinya Perang
Salib?
[1]
Page 2
5. Siapa sajakah tokoh-tokoh terkenal dalam Perang Salib?
BAB II
PERANG SALIB
2.1 Pengertian Perang Salib
Perang Salib (The Crusades) adalah gerakan umat Kristen di
Eropa yang memerangi umat Muslim di Palestina secara berulang-
ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk
merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslim dan
mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur. Dinamakan
Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur
dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan
panji-panji mereka.
Istilah ini juga digunakan untuk ekspedisi-ekspedisi
kecil yang terjadi selama abad ke-16 di wilayah di luar
Benua Eropa, biasanya terhadap kaum pagan dan kaum non-
Kristiani untuk alasan campuran; antara agama, ekonomi, dan
politik. Skema penomoran tradisional atas Perang Salib
memasukkan 9 ekspedisi besar ke Tanah Suci selama Abad ke-11
[2]
Page 3
sampai dengan Abad ke-13. “Perang Salib” lainnya yang tidak
bernomor berlanjut hingga Abad ke-16 dan berakhir ketika iklim
politik dan agama di Eropa berubah secara signifikan selama
masa Renaissance.
Perang Salib pada hakikatnya bukan perang agama,
melainkan perang merebut kekuasaan daerah. Hal ini dibuktikan
bahwa tentara Salib dan tentara Muslim saling bertukar ilmu
pengetahuan.
2.2 Latar Belakang Penyebab Terjadinya Perang Salib
Terjadinya Perang Salib antara kedua belah pihak, Islam
dengan Kristen disebabkan oleh faktor-faktor utama yaitu
agama, politik dan sosial ekonomi.
1. Faktor Agama
Pada tahun 1009, kalifah Bani Fatimiyah, Al-Hakim bi-Amr
Allah memerintahkan penghancuran Gereja Makam
Kudus (Church of the Holy Sepulchre). Penerusnya memperbolehkan
Kekaisaran Byzantium untuk membangun gereja itu kembali
dan memperbolehkan para peziarah untuk berziarah di
tempat itu lagi. Akan tetapi, banyak laporan yang beredar
di Barat tentang kekejaman kaum Muslim terhadap para
peziarah Kristen. Laporan yang didapat dari para peziarah
yang pulang ini kemudian memainkan peranan penting dalam
perkembangan Perang Salib pada akhir abad itu. Mereka
merasa mendapat perlakuan jelek dari orang-orang Seljuk
yang fanatic. Umat Kristen merasa perlakuan para penguasa
[3]
Page 4
Dinasti Seljuk sangat berbeda dengan para penguasa Islam
lainnya yang pernah menguasai kawasan itu sebelumnya.
Sebelumnya, Paus Urbanus II memerintahkan untuk
ekspedisi besar-besaran atas permintaan Alexius I yang
ingin merebut kembali Asia Kecil (Anatolia) yang direbut
Turki Utsmani. Semangat ini semakin besar tatkala Paus
menerima berita bahwa Khalifah Abdul Hakim-yang menguasai
Palestina saat itu-menaikkan pajak ziarah ke Palestina
bagi orang-orang Kristen Eropa. “Ini perampokan! Oleh
karena itu, tanah suci Palestina harus direbut kembali,”
kata Paus. Disanalah kaum Kristen merasa semakin sulit
berziarah dan ingin merebut kembali daerah Palestina.
2. Faktor Politik
Kekalahan Bizantium (sejak tahun 330 M disebut
Constantinopel atau sekarang Istanbul Turki) tahun 1071 M
di Manzikart (Malazkird atau Malasyird, Armenia) dan Asia
kecil jatuh ke bawah kekuasaan Seljuk, mendorong Kaisar
Alexius I Comnenus (Kaisar Constantinopel) meminta
bantuan seperti yang sudah dipaparkan di atas kepada Paus
Urbanus II untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah-
daerah pendudukan Dinasti Seljuk. Sementara itu, kondisi
kekuasaan Islam sedang melemah sehingga orang-orang
Kristen di Eropa berani untuk ikut dalam Perang Salib.
Dinasti Fathimiyah dalam keadaan lumpuh dan kekuasaan
Islam di Andalusia semakin goyah dengan dikuasainya
Toledo dan Sicilia oleh Kristen Spanyol.
[4]
Page 5
3. Faktor Sosial Ekonomi
Pedagang-pedangan besar di pantai timur Laut Tengah,
terutama yang berada di kota Venezia, Genoa dan Pisa
berambisi untuk menguasai kota-kota dagang di sepanjang
pantai timur dan selatan Laut Tengah sehingga rela
menanggung sebagian dana Perang Salib. Apabila pihak
Kristen Eropa menang, mereka menjadikan kawasan itu
sebagai pusat perdagangan mereka. Stratifikasi sosial
masyarakat Eropa terdiri dari tiga kelompok yaitu kaum
gereja, kaum bangsawan dan ksatria dan rakyat jelata.
Ketika rakyat jelata dimobilisasi oleh pihak gereja untuk
ikut Perang Salib dijanjikan kebebasan dan kesejahteraan
yang lebih baik bila menang perang, mereka menyambut
secara spontan dan berduyun-duyun terlibat dalam perang
itu.
Saat itu, di Eropa berlaku hukum waris bahwa anak tertua
yang berhak menerima harta warisam, apabila anak tertua
meninggal maka harta warisan harus diserahkan kepada
gereja. Oleh karena itu, populasi orang miskin meningkat
sehingga anak-anak yang miskin beramai-ramai mengikuti
seruan mobilisasi umum Perang Salib dengan harapan
mendapatkan perbaikan ekonomi.
Pada tahun 1063, Paus Alexander II memberikan restu
kepausan bagi kaum Kristen Iberia untuk memerangi
kaum Muslim. Paus memberikan baik restu kepausan standar
[5]
Page 6
maupun pengampunan bagi siapa saja yang terbunuh dalam
pertempuran tersebut. Maka, permintaan yang datang
dari Kekaisaran Byzantium yang sedang terancam oleh
ekspansi kaum Muslim Seljuk , menjadi perhatian semua orang
di Eropa. Hal ini terjadi pada tahun 1074, dari
Kaisar Michael VII kepada Paus Gregorius VII dan sekali
lagi pada tahun 1095, dari Kaisar Alexius I
Comnenus kepada Paus Urbanus II.
Seorang tentara Salib, sesudah memberikan sumpah
sucinya, akan menerima sebuah salib dari Paus atau
wakilnya dan sejak saat itu akan dianggap sebagai
“tentara gereja”. Hal ini sebagian adalah karena
adanya Kontroversi Pentahbisan, yang berlangsung mulai
tahun 1075 dan masih berlangsung selama Perang Salib
Pertama. Karena kedua belah pihak yang terlibat
dalam Kontroversi Pentahbisan berusaha untuk menarik
pendapat publik, maka masyarakat menjadi terlibat secara
pribadi dalam pertentangan keagamaan yang dramatis.
Hasilnya adalah kebangkitan semangat Kristen dan
ketertarikan publik pada masalah-masalah keagamaan. Hal
ini kemudian diperkuat oleh propaganda keagamaan tentang
Perang untuk Keadilan untuk mengambil kembali Tanah Suci
– yang termasuk Yerusalem (dimana kematian, kebangkitan
dan pengangkatan Yesus ke Surga terjadi menurut ajaran
Kristen) dan Antiokhia (kota Kristen yang pertama) - dari
orang Muslim. Selanjutnya, “Penebusan Dosa” adalah faktor
penentu dalam hal ini. Ini menjadi dorongan bagi setiap
orang yang merasa pernah berdosa untuk mencari cara
[6]
Page 7
menghindar dari kutukan abadi di Neraka. Persoalan ini
diperdebatkan dengan hangat oleh para tentara salib
tentang apa sebenarnya arti dari “penebusan dosa” itu.
Kebanyakan mereka percaya bahwa dengan merebut Yerusalem
kembali, mereka akan dijamin masuk surga pada saat mereka
meninggal dunia. Akan tetapi, kontroversi yang terjadi
adalah apa sebenarnya yang dijanjikan oleh paus yang
berkuasa pada saat itu. Suatu teori menyatakan bahwa jika
seseorang gugur ketika bertempur untuk Yerusalemlah
“penebusan dosa” itu berlaku. Teori ini mendekati kepada
apa yang diucapkan oleh Paus Urbanus II dalam pidato-
pidatonya. Ini berarti bahwa jika para tentara salib
berhasil merebut Yerusalem, maka orang-orang yang selamat
dalam pertempuran tidak akan diberikan “penebusan”. Teori
yang lain menyebutkan bahwa jika seseorang telah sampai
ke Yerusalem, orang tersebut akan dibebaskan dari dosa-
dosanya sebelum Perang Salib. Oleh karena itu, orang
tersebut akan tetap bisa masuk Neraka jika melakukan dosa
sesudah Perang Salib. Seluruh faktor inilah yang
memberikan dukungan masyarakat kepada Perang Salib
Pertama dan kebangkitan keagamaan pada abad ke-12.
2.3 Periodisasi Perang Salib
Dikutip dari Wikipedia terdapat empat periodisasi Perang
Salib, yakni Perang Salib I, perang Salib II, Perang Salib III
dan Perang Salib IV.
2.3.1 Perang Salib I
[7]
Page 8
Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa,
sebagian besar bangsa Perancis dan Norman, berangkat
menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara
Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond,
dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal
18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun
1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka
mendirikan County Edessa dengan Baldwin sebagai raja.
Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiokhia dan
mendirikan Kepangeranan Antiokhia di Timur, Bohemond
dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil
menduduki Baitul Maqdis (Yerusalem) pada 15 Juli 1099 M
dan mendirikan Kerajaan Yerusalem dengan rajanya,
Godfrey. Setelah penaklukan Baitul Maqdis itu, tentara
Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai
kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M) dan kota Tyre (1124
M). Di Tripoli mereka mendirikan County Tripoli, rajanya
adalah Raymond.
Selanjutnya, Syeikh Imaduddin Zengi pada tahun 1144 M,
penguasa Mosul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali
Aleppo, Hamimah, dan Edessa. Namun ia wafat tahun 1146 M.
Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Syeikh Nuruddin
Zengi. Syeikh Nuruddin berhasil merebut
kembali Antiokhia pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151
M, seluruh Edessa dapat direbut kembali.
2.3.2 Perang Salib II
[8]
Page 9
Kejatuhan County Edessa ini menyebabkan orang-
orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua. Paus
Eugenius IIImenyampaikan perang suci yang disambut
positif oleh raja Perancis Louis VII dan
raja Jerman Conrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib
untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi,
gerak maju mereka dihambat oleh Syeikh Nuruddin Zengi.
Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan
Conrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya.
Syeikh Nuruddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang
kemudian dipegang oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi yang
berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175
M, setelah berhasil mencegah pasukan salib untuk
menguasai Mesir. Hasil peperangan Shalahuddin yang
terbesar adalah merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187
M, setelah beberapa bulan sebelumnya dalam Pertempuran
Hittin, Shalahuddin berhasil mengalahkan pasukan gabungan
County Tripoli dan Kerajaan Yerusalaem melalui taktik
penguasaan daerah. Dengan demikian berakhirlah Kerajaan
Latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun
berakhir. Sehabis Yerusalem, tinggal Tirus merupakan kota
besar Kerajaan Yerusalem yang tersisa. Tirus yang saat
itu dipimpin oleh Conrad dari Montferrat berhasil sukses
dari pengepungan yang dilakukan Shalahuddin sebanyak dua
kali. Shalahuddin kemudian mundur dan menaklukan kota
lain, seperti Arsuf dan Jaffa.
[9]
Page 10
2.3.3 Perang Salib III
Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum Muslim sangat
memukul perasaan Tentara Salib. Mereka pun menyusun
rencana balasan. Selanjutnya, Tentara Salib dipimpin
oleh Frederick Barbarossa raja Jerman, Richard si Hati
Singa raja Inggris, danPhilip
Augustus raja Perancis memunculkan Perang Salib III.
Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M dengan dua jalur
berbeda. Pasukan Richard dan Philip melalui jalur laut
dan pasukan Barbarossa - saat itu merupakan yang
terbanyak di Eropa - melalui jalur darat, melewati
Konstantinopel. Namun, Barbarossa meninggal di
daerah Cilicia karena tenggelam di sungai, sehingga
menyisakan Richard dan Philip. Sebelum menuju Tanah Suci,
Richard dan Philip sempat menguasaiSiprus dan
mendirikan Kerajaan Siprus. Meskipun mendapat tantangan
berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasil
merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan
Latin. Philip kemudian balik ke Perancis untuk
"menyelesaikan" masalah kekuasaan di Perancis dan hanya
tinggal Richard yang melanjutkan Perang Salib III.
Richard tidak mampu memasuki Palestina lebih jauh, meski
bisa beberapa kali mengalahkan Shalahuddin. Pada tanggal
2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara Tentara Salib
[10]
Page 11
dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh al-Ramlah.
Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen
yang pergi berziarah ke Baitul Maqdis tidak akan
diganggu.
2.3.4 Perang Salib IV
Pada tahun 1219 M, meletus kembali peperangan yang
dikenal dengan Perang Salib periode keenam, dimana
tentara Kristen dipimpin oleh raja Jerman, Frederik II,
mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum
ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-
orang Kristen Koptik. Dalam serangan tersebut, mereka
berhasil menduduki Dimyath, raja Mesir dari Dinasti
Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil, membuat
penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick
bersedia melepaskan Dimyath, sementara al-Malik al-Kamil
melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan
kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim
bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan
berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum
muslimin tahun 1247 M, pada masa pemerintahan al-Malik
al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya.
Ketika Mesir dikuasai oleh Dinasti Mamalik yang
menggantikan posisi Dinasti Ayyubiyyah, pimpinan perang
dipegang olehBaibars, Qalawun, dan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali
oleh kaum Muslim tahun 1291 M. Demikianlah Perang Salib
[11]
Page 12
yang berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di
Barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir dari sana.
Tambahan yang dikutip dari buku Sejarah Peradaban
Islam oleh Ratu Suntiah, M.Ag dan Maslani M.Ag, pada
periode ketiga Perang Salib atau menurut Wikipedia Perang
Salib IV, telah terukir dalam sejarah munculnya pahlawan
wanita yang terkenal gagah berani yaitu Syajar ad-Durr.
Ia berhasil menghancurkan pasukan raja Louis IX dari
Perancis dan sekaligus menangkap raja tersebut. Pahlawan
wanita inipun telah mampu menunjukkan sikap kebesaran
Islam dengan membebaskan dan mengizinkan raja Louis IX
kembali ke negerinya. Setelah Mesir dikuasai Dinasti
Mamalik, pimpinan perang dipegang oleh Baybars yang
berhasil merebut kembali seluruh benteng yang dikuasai
tentara Salib. Pada tahun 1286 M, kota Yaffa dapat
ditaklukkan, tahun 1289 M menaklukan kota Tripoli
(Libanon) dan kota Akka dikuasai pada tahun 1291 M. Sejak
saat itu tentara Salib habis di seluruh benua Timur.
Sedangkan Christopher Tyerman membagi Perang Salib ke
dalam 9 periode.
Pertama, sejak tahun 1905 M sampai 1099 M. Sepanjang
periode ini berhasil membangun 4 kerajaan, yakni Kerajaan
Jerusalem, Kerajaan Antiokhia, Kerajaan Edessa dan
Kerajaan Tripoli.
Kedua, sejak tahun 1147 M sampai 1149 M. Pada periode
ini, kemenangan ada di pihak umat muslim.
[12]
Page 13
Ketiga, sejak tahun 1187 M sampai 1192 M. Selama
periode ini, Shalahuddin menjadi tokoh yang tidak hanya
dihormati oleh umat Islam, tetapi juga umat Kristen,
karena terkenal kebijaksanaannya.
Keempat, sejak tahun 1202 M hingga 1204 M. Pada
periode ini Paus Innocent III bermaksud mengusir
Ayyubiyah Mesir.
Kelima, sejak tahun 1217 M sampai 1221 M. Sejak tahun
1221 M, pihak muslim dan Kristen menyetujui perjanjian
damai selama 8 tahun. Tentara Salib melanggar janji.
Akhirnya, mereka melakukan perlawanan kembali.
Keenam, sejak tahun 1228 M sampai 1229 M. Kristen
menguasai sebagian besar Jerusalem, sedangkan orang
muslim diberi kekuasaan terhadap Masjid Al-Aqsha.
Ketujuh, sejak tahun 1248 M sampai 1254 M. Pada tahun
1243 M, kaum Templar Kristen melanggar perjanjian
perdamaian dan berkonflik dengan Mesir. Tetapi, mereka
menelan kekalahan, dan tentara muslim pun tetap tak
terkalahan.
Kedelapan, sejak tahun 1270 M hingga 1271 M. Tentara
Salib kali ini hendak menaklukan Tunisia. Tetapi, hanya 2
bulan berselang, Lois IX meninggal dunia.
Kesembilan, sejak tahun 1271 M sampai 1272 M. Dengan
jatuhnya Antiokhia (pada tahun 1268 M), orang-orang
Kristen dibantai oleh tentara Muslim sehingga
pemerintahan Kristen di Levant habis kisahnya. Pada tahun
1400-an, Turki Utsmani yang di pimpin oleh Mehmed II
tidak hanya menjajah sejumlah kerajaan di Eropa, Asia,
[13]
Page 14
dan Afrika, tetapi juga berhasil membersihkan sisa-sisa
tentara salib di Timur Tengah.
2.4 Kondisi Sesudah Perang Salib dan Pengaruhnya
Perang Salib Pertama melepaskan gelombang semangat
perasaan paling suci sendiri yang diekspresikan dengan
pembantaian terhadap orang-orang Yahudi yang menyertai
pergerakan tentara Salib melintasi Eropa dan juga perlakuan
kasar terhadap pemeluk Kristen Ortodoks Timur. Kekerasan
terhadap Kristen Ortodoks ini berpuncak pada penjarahan
kota Konstantinopel pada tahun 1024, dimana seluruh kekuatan
tentara Salib ikut serta. Selama terjadinya serangan-serangan
terhadap orang Yahudi, pendeta lokal dan orang Kristen
berupaya melindungi orang Yahudi dari pasukan Salib yang
melintas. Orang Yahudi seringkali diberikan perlindungan di
dalam gereja atau bangunan Kristen lainnya, akan tetapi, massa
yang beringas selalu menerobos masuk dan membunuh mereka tanpa
pandang bulu.
Pada abad ke-13, Perang Salib tidak pernah mencapai
tingkat kepopuleran yang tinggi di masyarakat. Sesudah
kota Akka jatuh untuk terakhir kalinya pada tahun 1291 dan
sesudah penghancuran bangsa Ositania (Perancis Selatan) yang
berpaham Katarisme pada Perang Salib Albigensian, ide Perang
Salib mengalami kemerosotan nilai yang diakibatkan oleh
pembenaran lembaga Kepausan terhadap agresi politik dan
wilayah yang terjadi di Katolik Eropa.
[14]
Page 15
Orde Ksatria Salib mempertahankan wilayah adalah
orde Ksatria Hospitaller. Sesudah kejatuhan Akka yang
terakhir, orde ini menguasai Pulau Rhodes dan pada abad ke-16
dibuang ke Malta. Tentara-tentara Salib yang terakhir ini
akhirnya dibubarkan oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798.
Pihak Islam pada akhirnya dapat memenangkan Perang Salib
yang sangat melelahkan, berlangsung tahun 1096-1291 M.
Walaupun menang, umat Islam sebenarnya mengalami kerugian yang
luar biasa karena peperangan itu terjadi di kawasan dunia
Islam (Turki, Palestina dan Mesir). Sebaliknya bagi pihak
Kristen, mereka menderita kekalahan dalam Perang Salib, namun
mendapatkan hikmah yang tidak ternilai harganya karena mereka
dapat berkenalan dengan kebudayaan dan peradaban Islam yang
sudah maju. Kebudayaan dan peradaban yang mereka peroleh dari
Timur-Islam menyebabkan lahirnya Renaissans (kembali
bangkitnya peradaban di Eropa) di Barat. Kebudayaan yang
mereka bawa ke Barat terutama dalam bidang militer, seni,
penidustrian, perdagangan, pertanian, astronomi, kesehatan dan
kepribadian.
Perang Salib memiliki efek yang buruk tetapi terlokalisir
pada dunia Islam. Dimana persamaan antara “Bangsa Frank”
dengan “Tentara Salib” meninggalkan bekas yang amat dalam.
Muslim secara tradisional mengelu-elukan Saladin, seorang
ksatria Kurdi, sebagai pahlawan Perang Salib. Pada abad ke-21,
sebagian dunia Arab, seperti gerakan kemerdekaan Arab dan
gerakan Pan-Islamisme masih terus menyebut keterlibatan dunia
Barat di Timur Tengah sebagai “perang salib”. Perang Salib
[15]
Page 16
dianggap oleh dunia Islam sebagai pembantaian yang kejam dan
keji oleh kaum Kristen Eropa.
Konsekuensi yang secara jangka panjang menghancurkan
tentang perang salib, menurut ahli sejarah Peter Mansfield,
adalah pembentukan mental dunia Islam yang cenderung menarik
diri. Menurut Peter Mansfield, “Diserang dari berbagai arah,
dunia Islam berpaling ke dirinya sendiri. Ia menjadi sangat
sensitive dan defensive……sikap yang tumbuh menjadi semakin
buruk seiring dengan perkembangan dunia, suatu proses dimana
dunia Islam merasa dikucilkan, terus berlanjut.”
Dalam bidang militer, dunia Barat menemukan persenjataan
dan teknin berperang yang belum pernah mereka temui sebelumnya
di negerinya, seperti penggunaan bahan-bahan peledak untuk
melontarkan peluru, pertarungan senjata dengan menunggang
kuda, teknik melatih burung merpati untuk kepentingan
informasi militer dan penggunaan alat-alat rebana dan gendang
untuk memberi semangat kepada pasukan militer di medang
perang.
Dalam bidang perindustrian, mereka banyak menemukan kain
tenun sekaligus peralatan tenun di dunia Timur. Untuk itu
mereka mengimpor berbagai jenis kain seperti mosselin, satin
dan damast dari Timur ke Barat. Mereka juga menemukan berbagai
jenis parfum, kemenyan dan getah Arab yang dapat mengharumkan
ruangan.
Dalam bidang pertanian, mereka menemukan system pertanian
yang sama sekali baru di dunia Barat dari dunia Timur-Islam
seperti model irigasi yang praktis dan jenis tumbuh-tumbuhan
[16]
Page 17
dan buah-buahan yang beraneka macam. Di samping itu, mereka
menemukan gula yang dianggap cukup penting.
Dalam bidang perdagangan, Kebutuhan untuk memuat,
mengirimkan dan menyediakan balatentara yang besar menumbuhkan
perdagangan di seluruh Eropa. Jalan-jalan yang sebagian besar
tidak pernah digunakan sejak masa pendudukan Romawi, terlihat
mengalami peningkatan disebabkan oleh para pedagang yang
berniat mengembangkan usahanya. Ini bukan saja karena Perang
Salib mempersiapkan Eropa untuk bepergian akan tetapi lebih
karena banyak orang ingin bepergian setelah diperkenalkan
dengan produk-produk dari timur. Hal ini juga membantu pada
masa-masa awal Renaissance di Itali, karena banyak negara-kota
di Itali yang sejak awal memiliki hubungan perdagangan yang
penting dan menguntungkan dengan negara-negara Salib, baik
di Tanah Suci maupun kemudian di daerah-daerah
bekas Byzantium.
Pertumbuhan perdagangan membawa banyak barang
ke Eropa yang sebelumnya tidak mereka kenal atau amat jarang
ditemukan dan sangat mahal. Barang-barang ini termasuk
berbagai macam rempah-rempah, gading, batu-batu mulia, teknik
pembuatan barang kaca yang maju, bentuk awal dari mesiu,
jeruk, apel, hasil-hasil tanaman Asia lainnya dan banyak lagi.
Sebagai akibat hubungan perniagaan dengan Timur
menyebabkan mereka menggunakan mata uang sebagai alat tukar
barang, sebelumnya mereka menggunakan system barter. Kontak
perdagangan antara Timur dan Barat semakin pesat, dimana Mesir
dan Syria sangat besar artinya sebagai lintas perdagangan.
Kekayaan kerajaan dan rakyat kian melimpah hingga membuka[17]
Page 18
jalan perdagangan sampai ke Tanjung Harapan dan lama kelamaan
perdagangan dan kemajuan Timur berpindah ke Barat (Eropa).
Ilmu astronomi yang dikembangkan Islam sejak abad ke-9
telah mempengaruhi lahirnya berbagai observatorium di dunia
Barat. Mereka juga meniru rumah sakit dan tempat pemandian.
Berita perjalanan Marcopolo dalam mencari benua Amerika di
abad ke-13 sebagai langkah awal perjalanan Colombus ke Amerika
tahun 1492 M. sikap dan kepribadian umat Islam di Timur telah
memberikan pengaruh positif terhadap nilai-nilai kemanusiaan
di Eropa yang sebelumnya tidak mendapatkan perhatian.
Orang Armenia merupakan pendukung setia Tentara Salib.
Di Pegunungan Kaukasus di Georgia, di dataran
tinggiKhevsureti yang terpencil, ada sebuah suku yang
disebut Khevsurs yang dianggap merupakan keturunan langsung
dari sebuah kelompok tentara salib yang terpisah dari induk
pasukannya dan tetap dalam keadaan terisolasi dengan sebagian
budaya perang salib yang masih utuh. Memasuki abad ke-20,
peninggalan dari baju perang, persenjataan dan baju rantai
masih digunakan dan terus diturunkan dalam komunitas tersebut.
Ahli ethnografi Rusia, Arnold Zisserman, yang menghabiskan 25
tahun (1842 – 1862) di pegunungan Kaukasus, percaya bahwa
kelompok dari dataran tinggi Georgia ini adalah keturunan dari
tentara Salib yang terakhir berdasarkan dari kebiasaan,
bahasa, kesenian dan bukti-bukti yang lain. Penjelajah
Amerika Richard Halliburton melihat dan mencatat kebiasaan
suku ini pada tahun 1935.
[18]
Page 19
2.5 Tokoh-Tokoh Terkenal dalam Perang Salib
2.5.1 Tokoh Terkenal Dari Pihak Islam
1. Abu Ali Mansur Tariqul Hakim (sang penghancur
Tanah Suci Jerusalem)
Abu Ali Mansur Tariqul Hakim atau Al-Hakim (985-1021
M) adalah khalifah keenam Fatimiyah dan termasuk salah
satu dari 16 imam Ismaili. Ia dikatakan sebagai tokoh
yang paling harus bertanggung jawab terhadap terjadinya
Perang Salib. Al-Hakim menyerukan penghancuran sistematis
terhadap Tanah Suci Jerusalem pada tahun 1009 M. Sebelum
ayahnya meninggal, ayahnya berpesan supaya orang yang
menggantikan kedudukannya adalah Al-Hakim. Setelah
ayahnya dikuburkan, Al-Hakim disumpah oleh Barjawan, guru
pribadinya, pada 14 Oktober tahun itu pula, sebagai
Khalifah Fatimiyah ke-16 dengan julukan al-Amr Al-Hakim
Billah. Setelah Al-Hakim dewasa, ia menjadi orang yang
fanatik terhadap sekte Ismailiah. Ia banyak menaklukan
wilayah di Asia kecil dan Afrika Utara sambil menyebarkan
pengaruh Ismailiah. Al-Hakim membangun gerakan bernama
Druze. Dalam gerakan itu, Al-Hakim menamakan dirinya
sebagai “Manifestasi Allah” dan “Penguasa dunia yang
hanya bisa dikomando oleh Allah”. Pernyataan sejumlah
sarjana Sunni dan Syi’ah yang mengakuinya sebagai
keturunan Ali bin Abi Thalib agar ia masuk dalam jajaran
16 Imam Ismaili. Ia memerintahkan kepada pasukannya untuk
menghancurkan Jerusalem yang merupakan pusat tempat
ibadah umat Yahudi dan Kristen. Tindakan inilah yang
membuat Konsili Kepausan Roma menyerukan perang terhadap
[19]
Page 20
umat Muslim, yang akhirnya menjadi perang terbesar
sepanjang masa, yakni Perang Salib. Tetapi, di sisi lain,
Al-Hakim merupakan salah satu Khalifah yang sangat
mendukung pertumbuhan ilmu pengetahuan dengan mendirikan
pusat keilmuan yang diberi nama Darul Ilmi (Rumah
Pengetahuan).
Pada tahun 1004 M, Al-Hakim memutuskan bahwa orang
Kristen tidak boleh lagi merayakan Paskah. Pada tahun
1005 M, Al Hakim memerintahkan kepada umat Kristen dan
Yahudi untuk menggunakan pakaian turban (baju khas bangsa
Arab) hitam. Selain itu, wanita nonmuslim harus memakai
sepatu dengan warna yang berbeda : yang satu berwarna
merah, sedangkan yang lainnya berwarna hitam. Kebijakan
ini berlaku hingga tahun 1014 M. Pada tahun 1007-1012 M,
sikap Al-Hakim berubah 180o. Ia lebih memberikan banyak
toleransi kepada umat muslim dari golongan Sunni dan
Syi’ah, sedangkan umat nonmuslim dimusuhi. Puncaknya,
pada 18 oktober 1009 M, Al-Hakim memerintahkan
penghancuran terhadap Makam Suci dan bangunan terkait di
Jerusalem. Banyak umat Kristen dan Yahudi yang dipaksa
memeluk agama Islam. Kemudian, pada tahun 1042 M, Kaisar
Byzantium Konstantinus IX melakukan Rekonstruksi Makam
Suci atas izin penerus Al-Hakim.
Petrus Hermit, mengadu kepada Paus Urbanus II bahwa
jemaatnya ketika hendak berziarah ke Jerusalem dicegat,
dan banyak dari jemaatnya yang dibantai dengan sadis.
Urbanus langsung membentuk Dewan, dari sanalah terjadi
Perang Salib yang memakan jutaan lebih nyawa dari kedua
[20]
Page 21
belah pihak itu, baik pihak Kristen maupun Islam. Pada
tahun 1012-1021 M, Al-Hakim mengizinkan umat Kristen dan
Yahudi yang masuk Islam kembali kepada agamanya dan
membangun rumah ibadahnya. Ironisnya, gerakan Ad-Darazi
yang dibentuknya dinyatakannya sebagai agama baru, dan
Al-Hakim menganggap diri sebagai Nabinya yang menerima
wahyu Ilahi. Akhirnya Al-Hakim banyak dituduh Murtad
darahnya dan dinyatakan halal. Pada 13 Februari 1021 M,
saat usianya 36 tahun, Al-Hakim dikabarkan ke Bukit Al-
Muqattam, diluar Kairo dan ia pun tidak pernah kembali.
Hingga pada suatu hari, keledai dan baju yang dipakai
oleh Al-Hakim ditemukan berlumuran darah. Mayatnya pun
hilang. Hingga kini, tidak diketahui letak makamnya, saat
itu pula, kedudukan Al-Hakim sebagai Khalifah Dinasti
Fatimiyah digantikan ileh putranya yang bernama Ali Az-
Zahir.
2. Kilij Arsalan (Penghadang Gempuran Tentara Salib
Periode Awal)
Kilij Arsalan adalah Sultan Seljuk di wilayah Rum
sejak tahun 1092 M sampai kematiannya pada tahun 1107 M.
Ia memerintah Rum saat terjadinya Perang Salib I sehingga
wilayah kekuasaannya menjadi salah satu sasaran dari
berbagai serangan kaum Salib Frank. Pada tahun 1101 M,
Kilij Arsalan mendirikan kembali Kesultanan Rum setelah
kematian Malik Syah I dari Kekhalifahan Seljuk di Turki.
Kilij Arsalan berusaha meneruskan perjuangan ayahnya
untuk mengusir dan membasmi tentara Salib yang semakin
[21]
Page 22
beringas. Selanjutnya, Kilij Arsalan mengambil alih ibu
kota Nicea sembari menggantikan Ghazni Al-Amin, Gubernur
Nicea yang ditunjuk oleh Sultan Malik Syah pada tahun
1093 M. Suku-suku mulai berpencar-pencar, seperti suku
Danishmends, Mangujukids, Saltuqids, Chaka,
Tengribirmish, Artuqids dan Akhlat-Syah. Kilij Arsalan,
meskipun pernah menjadi tawanan politik Sultan Malik
Syah, merasa miris pula. Ia tidak tega bila akhirnya
Seljuk Turki dihancurkan oleh Byzantium, musuh bebuyutan
terdekatnya. Kilij Arsalan menikahi putri pimpinan suku
Chaka sebagai sebuah upaya bersekutu dengannya untuk
melawan Byzantium. Pada tahun 1094 M, Kilij Arsalan
menerima surat dari Alexius yang menerangkan bahwa Chaka
akan berpindah haluan politik dan bergabung dengan
Byzantium. Kilij Arsalan mengundang ayah mertuanya
disebuah pesta dan jamuan makan ditenda militernya. Lalu,
Kilij Arsalan membunuh ayah mertuanya tersebut saat ia
mabuk.
Tentara Salib dipimpin oleh Uskup Prancis yang
bernama Petrus Hermit dan Walter, yang tiba di Nicea pada
tahun 1096 M. Tentara Salib berjumlah sekitar 400.000
membunuh rakyat-rakyat sipil. Kilij Arsalan marah besar.
Sehingga, hampir seluruh tentara salib terbunuh, sekitar
30.000 tentara salib dijadikan budak, dan ada pula yang
dijual. Pada Mei 1097 M, saat peperangannya dengan
tentara Ghazi Malik di Danishmends, Kilij Arsalan
mendapatkan kabar bahwa tentara salib mengepung Nicea.
Kilij Arsalan dikepung oleh tentara salib dan dikalahkan.
[22]
Page 23
Akhirnya Nicea diserahkan oleh Kilij Arsalan ke
Byzantium. Pada pertengahan tahun 1097 M, Konstantinopel
memaksa Byzantium untuk memberikan Nicea kembali ke
Seljuk tanpa tebusan. Pada 29 Juni 1097 M, gabungan
tentara Danishmend dan Rum mengepung tentara salib di
dekat Dorylaeum. Pemanah Kilj Arsalan tidak mampu
menembus garis pertahanan tentara salib. Pada 1 juli,
Kilij Arsalan menginstruksikan kepada tentaranya untuk
menghancurkan lahan pertanian dan pasokan air disepanjang
rute kota Dorylaeum. Hal ini dilakukan dalam rangka
melumpuhkan pasokan Logistik tentara salib. Sehingga,
karenanya ia dapat memukul mundur tentara salib. Kilij
Arsalan menyerang tentara salib.
Pada tahun 1101 M, Kilij Arsalan berhasil
mengalahkan tentara salib yang lain di Heraclea Cybistra,
yang hendak membantu peperangan tentara salib di Syria.
Hal ini merupakan kemenangan terpenting bagi Turki.
Setelah kemenangan tersebut, Kilij Arsalan memindahkan
ibu kota Turki ke Konya. Di sana pula, Kilij Arsalan
mengalahkan kekuatan tentara salib yang dipimpin oleh
William II of Nevers yang berusaha menyerangnya. Pada
tahun 1104 M, Kilij Arsalan berperang kembali dengan
Danishmends, serta menuntut tebusan kepada Bohemond.
Setelah periode Perang Salib I, Kilij Arsalan menaklukkan
Harran dan Diyarbakr yang memang merupakan daerah
bidikannya. Pada tahun 1107 M, Kilij Arsalan juga
menaklukkan Mosul. Pada pertempuran di dekat sungai
[23]
Page 24
Khabur. Kilij Arsalan ditawan kemudian ia dibunuh oleh
tentara Mehmed I.
3. Imaduddin Zanky (Penakluk Negara Salib)
Imaduddin Zanky (yang di Barat terkenal dengan nama
Zengi) adalah panglima perang muslim yang mengagumkan,
yang upayanya diarahkan untuk memerangi kaum Frank,
Ekspansionis awal yang menamakan diri sebagai tentara
salib. Imaduddin Zanky berhasil menaklukkan negara
pertama dari negara-negara tentara salib bagi Islam,
ketika ia merebut Edessa (Raha) pada tahun 1144 M, yang
merupakan negara pertama kaum salib. Pada prasasti di
Aleppo yang bertuliskan Muharram 537 H/Agustus 1142 M,
Imaduddin Zanky dijuluki sebagai penakluk orang-orang
kafir dan orang-orang musyrik, pemimpin pra pejuang
jihad, penolong para pasukan, dan pelindung wilayah-
eilayah muslim. Imaduddin Zanky adalah putra Kasim Ad-
Daulah Aqsankar, ketika Kasim meninggal secara
mengenaskan di tangan Tutuch, saudara Malik Syah, karena
iri atas kesuksesannya meredam kekacauan politik di Halab
pada tahun 1092 M, akhirnya posisinya digantikan oleh
Imaduddin Zanky. Kemudian ia terkenal setelah menaklukkan
Al-Mustarsyid (Khalifah Abbasiyah) pada tahun 1126 M.
Imaduddin Zanky menduduki beberapa posisi
strategis. Pertama, menjadi syahnakiyyah (wakil sultan) di
Damaskus, yang bertugas mengawasi gerak-gerik
kekhalifahan Abbasiyah yang telah bertekuk
lutut. Kedua, menjadi attabek (kesultanan wilayah) pada
[24]
Page 25
tahun 1127 M di Mousul. Ketiga, mewakili Sultan Mahmud
meredam pemberontakan di Halab Bani Artaq dan Bani Saljuk
setelah Izzuddin Mas’ud al-Bursuqi
wafat. Keempat, mematahkan serbuan gabungan tentara salib
dari Raha, Suruj, dan Piraios yang ingin menguasai
wilayah Carrhae.
Josselin (Raja Raha) dan Bohemond II (Raja
Anthiokia) yang sudah lama berniat menaklukkan dan
menguasai Halab membatalkan niat dan rencana mereka. Hal
tersebut membuat Imaduddin Zanky semakin laluasa
menjalankan beberapa rencananya. Pertama, menikahi Hanun,
putri Ridwan bin Tutuch, mantan Raja Halab, untuk
menguatkan posisinya di wilayah Syria
Utara. Kedua, mempengaruhi dan mengajak bergabung Halab,
serta tiga orang pimpinan kaum muslimin yang menguasai
berbagai wilayah strategis untuk bersatu padu dalam
menghadapi tentara salib, yakni Buri bin Tughtukin yang
menguasai wilayah Damaskus, Hamah dan Hauran,
Shamshamuddin Khair Khan bin Qoraja yang menguasai
wilayah Homs dan Sultan bin Munqidz, penguasa wilayah
Syizar. Sekitar 20.000 prajurit yang berasal dari
berbagai pasukan kerajaan Islam berkumpul di Diyar Bakar,
kemudian berunding untuk mengadakan penyerbuan terhadap
Imaduddin Zanky. Untungnya, kekuatan pasukan Imaduddin
Zanky lebih kuat sehingga semua penentangnya dapat ia
tumpas, dan akhirnya ia dapat mengkukuhkan diri sebagai
penguasa sekaligus pemersatu kaum muslimin di wilayah
Asia Kecil dan kawasan Syria Utara. Sepeninggalnya Sultan
[25]
Page 26
Mahmud, tahta Saljuk jatuh ketangan Bakar Daud, putra
Sultan Mahmud. Sedangkan Imaduddin Zanky tampaknya tidak
suka terhadap Bakar Daud sehingga akhirnya ia berkoloni
dengan berbagai kekuatan intern Saljuk lainnya untuk
menggempur Saljuk Syah.
Imaduddin Zanky berusaha menyerang dua Eksponen
kerajaan Islam, namun ia gagal lagi, sehingga ia harus
melarikan diri ke Mosur. Pada saat itu pula, Bakar Daud
menyerang balik Imaduddin Zanky dan berhasil menguasai
daerah kekuasaan Imaduddin Zanky di wilayah Irak dan
Syria. Ketika peta kekuasaan Imaduddin Zanky melemah,
tentara salib menguasai Halab, ini terjadi pada tahun
1132 M. Imaduddin Zanky tidak surut semangat. Ia berusaha
bangkit kembali. Harapannya untuk menyatukan kekuatan
kaum muslimin dalam menghadapi tentara salib muncul
kembali ketika Imaduddin Zanky bersama dengan Sultan
Mas’ud berhasil menaklukkan dan menguasai tahta
kekhalifahan Abbasiyah al-Murtarsyid Billah di Baghdad.
Selanjutnya, Imaduddin Zanky kembali membuat berbagai
gebrakan terhadap tentara salib, yang membuatnya bisa
menguasai wilayah Ats-Tsarib, Zardana, Tal Aghda,
Ma’aratun Nukman, dan Kfr Thab. Bahkan, wilayah Syizar,
Homs dan Qansarin yang dulu merupakan pusat pergerakan
tentara salib pun mampu dikuasai oleh Imaduddin Zanky.
Pada tahun 137 M ia harus berhadapan dengan gabungan
tentara tempur salib di Benteng Barin. Sekitar 2.000
tentara salib, termasuk pimpinan pasukannya, Bohemond II,
berhasil ditawan oleh kaum muslimin. Imaduddin Zanky
[26]
Page 27
akhirnya dapat mempersatukan Eksponen kekuatan di
sepanjang Daratan Mosul, Halab, Baghdad dan Asia Kecil.
Kemudian, Volk, Kaisar Jerusalem dan pelindung utama
tentara salib, melancarkan siasat buruknya dengan
mengadakan pendekatan ke berbagai pihak kaum muslimin,
yakni Damaskus dan Bani Fatimiyah. Ketika Volk dan
tentara salib melemah karena ditinggalkan oleh pihak
Byzantium, Imaduddin Zanky dan pasukannya bersiap-siap
merebut kembali wilayah kekuasaan Islam yang telah
diduduki oleh tentara salib, termasuk Raha. Pada 28
November 1144, Raha ditaklukkan oleh kaum muslimin,
sedangkan tahtanya diserahkan kepada Imaduddin Zanky.
Penduduk Raha yang rata-rata Nasrani awalnya tidak mau
dipimpin oleh Imaduddin Zanky. Tetapi, Imaduddin Zanky
menanggapinya dengan cara diplomasi sekaligus pendekatan
yang halus dan manusiawi, serta menjanjikan akan memimpin
Raha secara adil dan bijaksana. Imaduddin Zanky
menunjukkan bukti toleransi yang tinggi dengan membiarkan
atau tidak mengusik berbagai kegiatan keagamaan mereka di
gereja. Akhirnya, alih-alih tidak suka, rakyat Raha
bertambah hormat dan simpati terhadap pemerintahannya.
Imaduddin Zanky menaklukkan satu demi satu wilayah
kekuasaan Islam yang diduduki oleh tentara salib, seperti
Suruj yang direbutnya pada januari 1145. Tetapi kekuasaan
ini tidak bertahan lama. Tentara salib segera berusaha
merebut dan menguasai kembali wilayah-wilayah yang telah
ditaklukkan oleh Imaduddin Zanky. Mereka melakukan jalur
diplomatis dan politis dengan Damaskus dan Bani Artaq.
[27]
Page 28
Imaduddin Zanky menuju Ja’bar untuk menaklukkan dan
merebut benteng pertahanan tentara salib yang terletak di
Eufrat. Namun, ternyata garis hidupnya menentukan hasil
yang lain. Sebab, pada pertengahan Rabi’ul Awal 541
H/September 1146 M, Imaduddin Zanky menemukan ajalnya di
ujung pedang seorang tentara salib yang kabarnya sebagai
mantan budak bernama Byrnaqas.
4. Nuruddin Mahmud (Propagandis Semangat Perang Umat
Muslim)
Nuruddin Mahmud adalah putra kedua Imaduddin Zanky.
Ia sebagai pangl ima Islam ketika pecah Perang Salib
II pada tahun 1148 M, serta pengambil alih Raha (Edessa)
dan Aleppo dari pihak tentara salib. Tahun 1149 M,
berhasil memukul mundur kaum Frank. Atas pencapaiannya
tersebut, Nuruddin Mahmud disebut sebagai tokoh pemimpin
kaum muslimin terbesar kedua setelah Shalahuddin al-
Ayyubi dalam sejarah Perang Salib. Selama
kepemimpinannya, Nuruddin Mahmud menuai banyak kesuksesan
dalam menaklukkan tentara salib, yang dianggap sebagai
fase kebangkitan kaum muslimin kedua setelah periode
kepemimpinan Imaduddin Zanky. Nuruddin Mahmud secara
perlahan dapat menyatukan Mesir dan Syria, serta
menaklukkan kaum salib Frank yang dikomandoi oleh Kaisar
Jerman (Conrad III), Raja Prancis (Lois VII) dari
Anthiokia, dan Roha (Edessa). Seusai Dinasti Fatimiyah di
Mesir dikuasainya, Nuruddin Mahmud meletakkan fondasi
penyatuan kaum muslimin dan menegaskan kembali Legitimasi
[28]
Page 29
satu-satunya Khalifah Abbasiyah yang bemadzhab Sunni.
Perang Salib II di nilai sebagai titik balik bangkitnya
kaum muslimin dari kekalahan. Semangat jihad pertama kali
didengungkan pada masa-masa ini. Itu semua berkat peran
besar Nuruddin Mahmud. Dalam ambisinya menyatukan kaum
muslimin, Nuruddin Mahmud terpaksa melakukannya dengan
cara memerangi dan menguasai kekuatan-kekuatan penting
kaum Islam Sunni di Syria dan Syi’ah Ismailiyah sekaligus
fraksi-fraksi lain di Mesir untuk menyadarkan mereka
bahwa musuh utama kaum muslimin adalah kaum salib Frank.
Kaum muslimin berhasil memukul mundur tentara Frank
dengan koloni abadi salib, yakni Byzantium, dari Aleppo
dan Raha. Akhirnya, setelah bertahun-tahun Aleppo dan
Raha dikuasai oleh tentara salib, semuanya itu jatuh
kembali ketangan kaum muslimin. Pada akhir oktober 1147
M, Josselin dan Baudouin (dua panglima salib) berhasil
menduduki sejumlah pos penting di Raha, sehingga tinggal
satu benteng terakhir yang masih harus ditaklukkannya
supaya sempurna Raha dikuasai oleh tentara salib, yakni
benteng wilayah kuasa Nuruddin Mahmud. Meskipun dengan
kekuatan yang tak sebanding dengan besarnya kekuatan
tentara salib, Nuruddin Mahmud berusaha mempertahankannya
agar tidak jatuh ketangan lawan. Hal yang menarik dari
Nuruddin Mahmud adalah ia sebagai pemimpin perang yang
bijaksana. Meskipun memusuhi tentara salib, ia tetap
berusaha semaksimal mungkin mengambil jalur perjanjian
damai dengan mereka. Misalnya, dengan Byzantium pada
tahun 1159 M dan kaum Frank yang menguasai Jerusalem pada
[29]
Page 30
tahun 1161 M. Tentara Nuruddin Mahmud tidak hanya terdiri
atas tentara istana dan seluruh Eksponen rakyat Damaskus,
Syria, dan Mesir, tetapi juga para ulama Fiqh, Sufi,
Imam, penghafal al-Qur’an, Khatib, dan Hakim. Titik
balik kehidupan Nuruddin Mahmud terjadi ketika ia
ditimpa penyakit serius pada oktober 1159 M sekaligus
kekalahannya melawan kaum Frank pada tahun 1163 M dalam
pertempuran di Al-Buqay’ah. Penyakit dan kekalahan ini
menimbulkan pengaruh yang mendalam terhadap kehidupan
pribadi dan kebijakan Nuruddin Mahmud. Pada masa
kepemimpinan Nuruddin Mahmud, kemajuan di bidang
keilmuan, Ritualitas Islam, dan kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan lainnya berkembang pesat di Syria,
Damaskus serta Mesir. Semuanya itu dibuktikan dengan
banyaknya monument, benteng, menara, madrasah, masjid,
biara sufi, rumah sakit, rumah penampungan anak yatim,
gedung-gedung dan inskripsi-inskripsi penting atas nama
Nuruddin Mahmud di daerah-daerah tersebut.
5. Asaduddin Shirkuh (Panglima Perang Muslim
Terbesar)
Asaduddin Shirkuh adalah seorang jenderal yang gagah
berani. Ia merupakan Komandan Angkatan Perang Syria yang
telah memukul mundur tentara salib, baik di Syria maupun
Mesir. Sekitar tahun 1130 M ketika Shaddadid digulingkan,
Sa’di memindahkan keluarganya ke Baghdad, kemudian
Tikrit, yang disana ia diangkat sebagai Gubernur Tikrit.
Ayyub menggantikan ayahnya sebagai Gubernur Tikrit ketika
[30]
Page 31
Sa’di meninggal dunia. Asaduddin Shirkuh menjabat sebagai
panglima perang. Pada suatu kali, ia bersitegang dengan
seorang Kristen secara sangat a lot sehingga ia
membunuhnya. Lalu, karena dianggap sebagai pengacau
perdamaian dengan kaum salib, ia dan saudara-sudaranya
(termasuk Ayyub) diasingkan. Itu terjadi pada tahun 1138
M. Konon, keponakan Asaduddin Shirkuh yang bernama Yusuf
(kemudian dikenal sebagai Shalahuddin) lahir pada waktu
malam ketika mereka sedang dalam perjalanan. Asaduddin
Shirkuh, keluarga, dan saudara-saudaranya meminta suaka
ke Dinasti Zengi (Zanky) di Mosul. Zanky menerima mereka
dengan baik dan penuh suka cita. Setelah beberapa lama
diketahui bahwa Asaduddin Shirkuh memiliki kecakapan
militer yang bagus, kemudian Nuruddin Mahmud, putra
Zanky, menariknya sebagai tentara anggota. Asaduddin
Shirkuh dipercayai memerintah kota Homs sebagai Negara
bahan Mosul. Sementara itu, Ayyub diserahi tanggung jawab
sebagai Gubernur Baalbek dan Damaskus atas Rekomendasi
Nuruddin Mahmud pada tahun 1154 M. Asaduddin Shirkuh dan
pasukannya berhasil membekuk pasukan Shawar-Amalric I,
serta menyerang daerah-daerah kekuasaan tentara salib di
Timur Dekat. Bahkan, ia hampir memenangkan dan menguasai
Kerajaan Antiokhia (salah satu Kerajaan Salib terbesar).
Peperangan ini berakhir dengan perjanjian damai pada
Agustus 1167 M, yang isinya sebagai berikut :
1. Pertukatan tawanan perang
2. Asaduddin Shirkuh dan Shalahuddin al –Ayyubi
harus kembali ke Syria
[31]
Page 32
3. Amauric I harus kembali ke Jerusalem
4. Kota Alexandria diserahkan kembali kepda Shawar
Pada tahun 1167 M, tentara salib yang dipimpin oleh
Amauric I melanggar perjanjian damai tersebut, yaitu ia
menyerang Mesir dan bermaksud menguasainya. Amalric I
bersekutu dengan kekaisaran Byzantium. Mengetahui hal
itu, Shawar beralih aliansi, yaitu memusuhi Amalric I dan
bergabung dengan Asaduddin Shirkuh yang memang mengetahui
gelagat ini lebih awal akhirnya menerima Shawar dengan
senang hati. Asaduddin Shirkuh adalah sebuah nam dari
Kurdi-Persia yang secara harfiyah berarti “Singa (dari)
gunung”. Sedangkan gelar kehormatan, yaitu Asad Ad-Din
bermakna “Singa Iman”. Orang-orang salib (dan barat pada
umumnya) memanggilnya Siraconus.
6. Hasan Al-Sabbah (sang Pembunuh Bayaran)
Hasan Al-Sabbah (1050-1124) ialah seorang ulama
Persia, dai Islam, dan seorang pengikut Fanatik Madzhab
Ismailiyah Nizari. Ia memiliki banyak pengikut, dan basis
kekuatannya terletak di pegunungan Alborz, Iran Utara.
Tempat itu bernama Alamut, ia adalah pendiri dan tokoh
sentral kelompok Hassasin atau Assasin , sebuah kelompok
yang menurut Barat sebagai kelompok teroris pertama di
dunia. Hassasin adalah cabang dari Islam Syi’ah
Ismailiyah, yang daerah kekuasaannya mencakup Irak, Iran,
Syria dan Lebanon. Mereka mengirim orang-orangnya untuk
membunuh pemimpin penting Sunni yang dianggapnya kaum
kafir perebut tahta. Hassasin banyak membunuh pemimpin
[32]
Page 33
utama tentara salib dalam periode Perang Salib III,
serta para raja di Kerajaan Salib di Asia Kecil. Hassasin
berarti pengikut Hassan Al-Sabbah. Pada usia 17 tahun,
Hasan Al-Sabbah bersumpah setia kepada Al-Muntansir.
Sebagai Da’i, ia amat terkenal dan banyak orang
mengaguminya. Saat itu, banyak umat Kristen yang masuk
Islam dan banyak pula orang Sunni yang menjadi Syi’ah.
Karena menjadi Nomaden atas buruan para musuhnya, ia dan
para pengikutnya pun menyerang Alamut pada tahun 1088 M
untuk dijadikan sebagai basis kekuatannya. Kaum Hassasin
menjadi semakin kuat. Rencana pembunuhan terhadap ulama,
imam, dan khalifah Sunni pun dilancarkan. Tidak hanya
itu, mereka juga merencanakan pembunuhan terhadap para
pembesar tentara salib sekaligus Raja Salib di wilayah
Asia Kecil yang telah dikuasainya.
Adapun para pemimpin dari pihak Islam yang telah dibunuh
dan dibantai adalah :
1. Nizam al-Mulk pada tahun 1092 M. ia
adalah wazir Dinasti Abbasiyah yang paling terkenal
2. AL-AFDHAL Shahanshah pada tahun 1122 M. Ia
ialah wazir Dinasti Fatimiyah yang telah memenjarakan
pembunuhan terhadap Nizar
3. Ibnu al-Khashshab, pada tahun 1125 M. Ia adalah
Sultan Aleppo
4. Al-Bursuqi pada tahun 1126 M. Ia ialah Sultan
Mosul.
Para pemimpin tentara salib dan raja di Negara-negara
salib Asia Kecil yang telah dibunuh sebagai berikut :
[33]
Page 34
1. Conrad de Montferrat pada tahun 1192 M. Ia adalah
Raja Jerusalem pada periode perang salib III
2. Raymond II pada tahun 1152 M. Ia adalah Raja
Tripoli dan termasuk salah satu panglima perang salib
yang terkenal
3. Pangeran Edward I of England pada tahun 1271 M.
Ia adalah Raja Inggris sekaligus Raja Jerusalem.
Kaum Hussasin menjadi lemah. Akhirnya, tahun demi
tahun, Hassasin menghilang ditelan sejarah. Sementara
itu, jauh sebelum penaklukkan Alamut oleh Hulagu, yakni
pada tahun 1124 M, Hasan al-Sabbah meninggal dunia di
Alamut.
7. Shalahuddin al-Ayyubi (Tokoh Terbesar Kesatria
Muslim Sepanjang Sejarah Perang Salib)
Salahudin Al Ayubi atau sering juga di sebut sebagai
“Saladin” di dunia barat, merupakan panglima perang Muslim
yang dikagumi kepiawaian berperang serta keshalihannya baik
kepada kawan dan lawan-lawannya. Keberanian dan
kepahlawanannya tercatat sejarah di kancah perang salib.
Juli 1192 sepasukan muslim dalam perang salib menyerang
tenda-tenda pasukan salib diluar benteng kota Jaffa,
termasuk didalamnya ada tenda Raja Inggris, Richard I. Raja
Richard pun menyongsong serangan pasukan muslim dengan
berjalan kaki bersama para prajuritnya. Perbandingan pasukan
muslim dengan Kristen adalah 4:1. Salahudin Al Ayubi yang
melihat Richard dalam kondisi seperti itu berkata kepada
[34]
Page 35
saudaranya : ” Bagaimana mungkin seorang raja berjalan kaki
bersama prajuritnya? Pergilah ambil kuda Arab ini dan
berikan kepadanya, seorang laki-laki sehebat dia tidak
seharusnya berada di tempat ini dengan berjalan kaki “.
Fragmen diatas dicatat sebagai salah satu karakter yang
pemurah dari Salahudin, bahkan kepada musuhnya sekalipun.
Walalupun sedang diatas angin tetap berlaku adil dan
menghormati lawan-lawannya.
Salahudin lahir disebuah kastil di Takreet tepi sungai
Tigris (daerah Irak) tahun 1137 Masehi atau 532 Hijriyah.
Bernama asli Salah al-Din Yusuf bin Ayub. Ayahnya Najm ad-
Din masih keturunan suku Kurdi dan menjadi pengelola kastil
itu. Setelah kelahiran Salahudin keluarga Najm-ad-Din
bertolak ke Mosul, akibat ada konflik didalam kastil. Di
Mosul , keluarga Najm bertemu dan membantu Zangi, seorang
penguasa arab yang mencoba menyatukan daerah-daerah muslim
yang terpecah menjadi beberapa kerajaan seperti Suriah,
Antiokhia, Aleppo, Tripoli, Horns, Yarussalem, Damaskus.
Zangi berhasil menguasai Suriah selanjutnya Zangi
bersiap untuk menghadapi serbuan tentara Salib dari Eropa
yang telah mulai memasuki Palestina. Zangi bersama
saudaranya; Nuruddin menjadi mentor bagi Salahudin kecil
yang mulai tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarga
ksatria. Dari kecil sudah mulai terlihat karakter kuat
Salahudin yang rendah hati, santu serta penuh belas kasih.
Zangi meninggal digantikan Nuruddin. Paman Salahudin,
Shirkuh kemudian ditunjuk untuk menaklukan Mesir yang saat
itu sedang dikuasai dinasti Fatimiyah. Setelah penyerangan
[35]
Page 36
kelima kali, tahun 1189 Mesir dapat dikuasai. Shirkuh
kemudian meninggal. Selanjutnya Salahudin diangkat oleh
Nuruddin menjadi pengganti Shirkuh.
Salahudin yang masih muda dan dinggap “hijau” ternyata
mampu melakukan mobilisasi dan reorganisasi pasukan dan
perekonomian di Mesir, terutama untuk menghadapi kemungkinan
serbuan balatentara Salib. Berkali-kali serangan pasukan
Salib ke Mesir dapat Salahudin patahkan. Akan tetapi
keberhasilan Salahudin dalam memimpin mesir mengakibatkan
Nuruddin merasa khawatir tersaingi. Akibatnya hubungan
mereka memburuk. Tahun 1175 Nuruddin mengirimkan pasukan
untuk menaklukan Mesir. Tetapi Nuruddin meninggal saat
armadanya sedang dalam perjalanan. Akhirnya penyerangan
dibatalkan. Tampuk kekuasaan diserahkan kepada putranya yang
masih sangat muda. Salahudin berangkat ke Damaskus untuk
mengucapkan bela sungkawa. Kedatangannya banyak disambut
dan dielu-elukan. Salahudin yang santun berniat untuk
menyerahkan kekuasaan kepada raja yang baru dan masih belia
ini. Pada tahun itu juga raja muda ini sakit dan meninggal.
Posisinya digantikan oleh Salahudin yang diangkat menjadi
pemimpin kekhalifahan Suriah dan Mesir.
Saat Salahudin berkuasa, perang salib sedang berjalan
dalam fase kedua dengan dikuasainya Yerussalem oleh pasukan
Salib. Namun pasukan Salib tidak mampu menaklukan Damaskus
dan Kairo. Saat itu terjadi gencatan senjata antara
Salahudin dengan Raja Yerussalem dari pasukan Salib, Guy de
Lusignan.
[36]
Page 37
Perang Salib yang disebut-sebut sebagai fase ketiga
dipicu oleh penyerangan pasukan Salib terhadap rombongan
peziarah muslim dari Damaskus. Penyerangan ini dipimpin oleh
Reginald de Chattilon penguasa kastil di Kerak yang
merupakan bagian dari Kerajaan Yerussalem. Seluruh rombongan
kafilah ini dibantai termasuk saudara perempuan Salahudin.
Insiden ini menghancurkan kesepakatan gencatan senjata
antara Damaskus dan Yerussalem. Maret 1187 setelah bulan
suci Ramadhan, Salahudin menyerukan Jihad Qittal. Pasukan
muslimin bergerak menaklukan benteng-benteng pasukan Salib.
Puncak kegemilangan Salahudin terjadi di Perang Hattin.
Perang Hattin terjadi di bulan Juli yang kering.
Pasukan muslim dengan jumlah 25000 orang mengepung tentara
salib di daerah Hattin yang menyerupai tanduk. Pasukan
muslim terdiri atas 12000 orang pasukan berkuda (kavaleri)
sisanya adalah pasukan jalan kaki (infanteri). Kavaleri
pasukan muslim menunggangi kuda yaman yang gesit dengan
pakaian dari katun ringan (kazaghand) untuk meminimalisir
panas terik di padang pasir. Mereka terorganisir dengan
baik, berkomunikasi dengan bahasa arab. Pasukan dibagi
menjadi beberapa skuadron kecil dengan menggunakan
taktik hit and run.
Pasukan salib terdiri atas tiga bagian. Bagian depan
pasukan adalah pasukan Hospitaler, bagian tengah adalah
batalyon kerajaan yang dipimpin Guy de Lusignan yang juga
membawa Salib besar sebagai lambang kerajaan. Bagian
belakang adalah pasukan ordo Knight Templaryang dipimpin Balian
dari Ibelin. Bahasa yang mereka gunakan bercampur antara
[37]
Page 38
bahasa Inggris, Perancis dan beberapa bahasa eropa lainnya.
Seperti umumnya tentara Eropa mereka menggunakan baju zirah
dari besi yang berat, yang sebetulnya tidak cocok digunakan
di perang padang pasir. Salahudin memanfaatkan celah-celah
ini. Malam harinya pasukan muslimin membakar rumput kering
disekeliling pasukan Salib yang sudah sangat kepanasan dan
kehausan. Besok paginya Salahudin membagikan anak panah
tambahan pada pasukan kavalerinya untuk membabat habis kuda
tunggangan musuh. Tanpa kuda dan payah kepanasan, pasukan
salib menjadi jauh berkurang kekuatannya. Saat peperangan
berlangsung dengan kondisi suhu yang panas hampir semua
pasukan salib tewas. Raja Yerussalem Guy de Lusignan
berhasil ditawan sedangkan Reginald de Chattilon yang pernah
membantai khalifah kaum muslimin langsung dipancung. Kepada
Raja Guy, Salahudin memperlakukan dengan baik dan dibebaskan
dengan tebusan beberapa tahun kemudian.
Dari Hattin, Salahudin bergerak menuju kota-kota Acre,
Beirut dan Sidon untuk dibebaskan. Selanjutnya Salahudin
bergerak menuju Yerussalem. Dalam pembebasan kota-kota
ataupun benteng Salahudin selalu mengutamakan jalur
diplomasi dan penyerahan daripada langsung melakukan
penyerbuan militer. Pasukan Salahudin mengepung Kota
Yerussalem , pasukan salib di Yerussalem dipimpin oleh
Balian dari Obelin. Empat hari kemudian Salahudin menerima
penawaran menyerah dari Balian. Yerussalem diserahkan
ketangan kaum muslimin. Salahuddin menjamin kebebasan dan
keamanan kaum Kristen dan Yahudi. Fragmen ini di
abadikan dalam film “Kingdom Of Heaven” besutan sutradara
[38]
Page 39
Ridley Scott. Tanggal 27 Rajab 583 Hijriyah atau bertepatan
dengan Isra Mi’raj Rasulullah SAW, Salahudin memasuki kota
Yerussalem.
Ada suatu percakapan dalam film Kingdom Of Heaven yang
menarik bagi penulis, yang kurang lebih seperti ini :
Balian : ”Saya serahkan kunci kota Yerussalem kepada anda,
tapi anda harus dapat bisa menjamin keselamatan kami, orang-
orang non-muslim”
Salahudin: ”Saya akan jamin keselamatan anda”
Balian : ” Apa yang dapat menjamin kami bahwa anda akan
menepati janji anda ?” (Balian masih ingat saat-saat
Yerussalem jatuh ke tangan pasukan Salib, banyak penduduk
sipil muslim yang dibantai sampai kota Yerussalem sesak oleh
mayat, dan Balian khawatir Salahudin melakukan hal yang sama
)
Salahudin : ” (diam sejenak..menatap tajam Balian) Saya akan
menepati janji, Insya Allah, saya adalah Salahudin saya
bukan seperti orang-orang anda”.
Di Yerussalem, Salahudin kembali menampilkan kebijakan dan
sikap yang adil sebagai pemimpin yang shalih. Mesjid Al-
Aqsa dan Mesjid Umar bin Khattab dibersihkan tetapi untuk
Gereja Makam Suci tetap dibuka serta umat Kristiani
diberikan kebebasan untuk beribadah didalamnya. Salahudin
berkata :” Muslim yang baik harus memuliakan tempat ibadah
agama lain”. Sangat kontras dengan yang dilakukan para
pasukan Salib di awal penaklukan kota Yerussalem (awal
[39]
Page 40
perang salib), sejarah mencatat kota Yerussalem digenangi
darah dan mayat dari penduduk muslimin yang dibantai. Sikap
Salahudin yang pemaaf dan murah hati disertai ketegasan
adalah contoh kebaikan bagi seluruh alam yang diperintahkan
ajaran Islam.
Salahudin Al-Ayubi tidak tinggal di istana megah. Ia
justru tinggal di mesjid kecil bernama Al-Khanagah di
Dolorossa. Ruangan yang dimilikinya luasnya hanya bisa
menampung kurang dari 6 orang.Walaupun sebagai raja besar
dan pemenang perang, Salahudin sangat menjunjung tinggi
kesederhanaan dan menjauhi kemewahan serta korupsi.
Salahudin berhasil mempertahankan Yerussalem dari
serangan musuh besarnya Richard The Lion Heart, Raja
Inggris. Richard menyerang dan mengepung Yerussalem
Desember 1191 dan Juli 1192. Namun penyerangan-
penyerangannya dapat digagalkan oleh Salahudin. Kepada
musuhnya pun Salahudin berlaku penuh murah hati. Saat
Richard sakit dan terluka, Salahudin menghentikan
pertempuran serta mengirimkan hadiah serta tim pengobatan
kepada Richard. Richard pun kembali ke Inggris tanpa
berhasil mengalahkan Salahudin.
Sepanjang sejarah Yerussalem sebagai kota suci bagi
tiga agama, sejak ditaklukan Salahudin, Yerussalem belum
pernah jatuh ketangan pihak lain. Baru setelah Perang Dunia
I, Yerussalem jatuh ketangan Inggris yang kemudian
diserahkan ke tangan Israel.
Semasa hidupnya Salahudin lebih banyak tinggal di
barak militer bersama para prajuritnya dibandingkan hidup
[40]
Page 41
dalam lingkungan istana. Salahudin wafat 4 Maret 1193 di
Damaskus. Para pengurus jenazah sempat terkaget-kaget
karena ternyata Salahudin tidak memiliki harta. Ia hanya
memiliki selembar kain kafan yang selalu di bawanya dalam
setiap perjalanan dan uang senilai 66 dirham nasirian (mata
uang Suriah waktu itu). Sampai sekarang Salahudin Al-Ayubi
tetap dikenang sebagai pahlawan besar yang penuh sikap
murah hati.
8. Al-Malik al-Adil Syaifudin; Komandan Perang
Ayyubiyah yang tanpa Komporomi
Al-Malik al-Adil Syaifudin (1145-1218M) atau yang
sering dipanggil Al-Adil I bernama lengkap Al-Malik al-
adil Syaifudin Abu Bakar bin Ayyub. Dari nama Syaifudin
inilah, tentara salib memberi julukan Saphadin. Al-Adil I
adalah putra Najmuddin Ayyub yang merupakan saudara
bungsu dari Shalahuddin al-Ayyubi. Ia memerintah Dinasti
Ayyubiyah sejak 1200 M- kematiannya 1218M.
Setelah kematian Shalahuddin al-Ayyubi, Dinasti
Ayyubiyah menghadapi pemberontakan Izzudin di Mosul. Al-
Adillah yang dapat mengatasi pemberontakan ini. Ia juga
menentukan orang yang berhak menjadi khalifah Ayyubiyah
ketika terjadi perselisihan di antar anak Shalahuddin al-
Ayyubi, yaitu Al-Azizdan Al-Afdhal, dan ia memilih Al-
Aziz.
Setelah kematian Al-Aziz, Al-Afdhal mencoba
mengambil alih jabatan, tapi Al-Malik al-Adil Syaifudin
[41]
Page 42
menganggap ia tidak pantas menjadi khalifah. Akhirnya
terjadi peperangan di antara paman dan keponakan itu dan
dimenangkan Al-Malik al-Adil Syaifuddin, dan akhirnya ia
diangkat menjadi Khalifah Ayyubiyah yang berpusat di
Damaskus.
Al-Malik al-Adil Syaifuddin dilahirkan pada Juni
1145M di Damaskus. Pertama kali menjabat sebagai perwira
perang ketika ia dan Shalahuddin al-Ayyubi diajak oleh
pamannya, Syirkuh, untuk mrngabdi pada Nuruddin Zanky
dalam perang di Mesir tahun 1168-1169M.
Saat kematian Nuruddin Mahmud tahun 1174M, Al-Malik
al-adil Syaifuddin mendukung saudaranya, Shalahuddin al-
Ayyubi, menjadi pemimpin Mesir, ia menjadi Sultan Syiria.
Disana ia berperang tentara salib sampai 8 tahun,sejak
1175-1183M.
Tahun 1176M, tentara salib menyerang kota Kairo
secara brutal. Al-Malik al-Adil marah besar dan balik
menyerang mereka habis-habisan. Perang terjadi selama
berhari-hari dan banyak memakan korban di kedua belak
pihak dengan kemenangan di kubu Al-Malik al-Adil
Syaifuddin dan berhasil menawan 3.000 tentara salib yang
3.000 tawanan ini langsung digantung di pohon.
Al-Malik al-Adil Syaifuddin menjabat sebagai
Gubernur Aleppo sejak tahun 1183M-1186M. dia memegang
jabatan selama 3 tahun sebab harus kembali ke Mesir untuk
memepertahankannya dari serangan pembalasan tentara salib
selama Perang Salib III (1186-1192M).
[42]
Page 43
Al-Malik al-Adil Syaifuddin diangkat
oleh Shalahuddin al-Ayyubi menjadi Gubernur Mesir Utara
selama hanya 1tahun (1192-1193M) untuk menekan
pemberontakan Izzudin dari Mosul.
Sepeninggal Al-Aziz dan pasca terjadi pertikaian
antara paman dan ponakan ini, Al-Afdhal berencana
membunuh Al-Adil sehingga terjadi pertempuran besar
antara keduanya di Bilbeis 1200M dengan kemenangan di
pihak Al-Adil. Setelah itu Al-Adil memproklamirkan diri
sebagai Khalifah Ayyubiyah dengan daerah kekuasaan yang
sangat luas melebihi wilayah Mesir dan Syiria, selama
hamper 2 dekade, 1200-1218M. pada awal pemerintahannya ia
mengadakan hubungan dan perdagangan dengan kerajaan
tentara salib serta mengubah nama kota Ahlat menjadi
Ahlatshahs tahun1207M.
Niat baiknya berhubungan dengan tentara salib banyak
dikhianati. Awalnya ia sabar, tapi ada kabara bahwa
Gereja Roma menyerukan Perang Salib periode V ia siap
menerima tantangan.
Takdir memang tidak mengizinkannya utnuk perang
lagi, setelah mempersiapkan bala tentaranya, ia jatuh
sakit hingga ajal menjemput pada 1218M. kemudian
perjuangan dilanjutkan anaknya, Malik al-Kamil.
9. Al-Malik al-Kamil Muhammad Dipuja sekaligus Dicaci
Al-Malik al-Kamil Nasrudin Abu al-Mali Muhammad (1180-
1238M). Khalifah Dinasti Ayyubiyah generasi ketiga yang
[43]
Page 44
lahir sebagai keturunan suku Kurdi dengan daerah
kekuasaan di Mesir.
Al-Kamil dipuja sekaligus dicaci oleh umat muslim
masa itu. Ia dipuji karena berhasil mengalahkan tentara
salib sebanyak dua kali dan dicaci karena menyerahkan
kembali kota Jerusalem kepada tentara salib.
Usaha pertamanya sebagai khalifah adalah pada tahun
1218M, ketika ia dan pasukan berusaha “membersihkan”
wilayah Mesir dari tentara salib, dan memduduki kota itu
pada tahun berikutnya. Serangan tentara salib ke Mesir
berhasil dipatahkan oleh pasukan Al-Kamil berkat
dukungan penting dari Republik aritim Italia.
Kekusaan itu tidak berlangsung lama, sebab Al-Kamil
segera dating untuk membebaskan tanah Mesir. Hal ini
ditandai dengan peperangan panjang berkisar 2 tahun (129-
1221M) yang dimenangkan kaum muslim.
Tahun 1912, Al-Kamil hamper kehilangan tahtanya
karena konspirasi yang dilakukan oleh kaum Kristen
Koptik. Setelah mempertimbangkanya dengan matang ia
memilih meninggalkan Mesir ke Yaman. Akhirnya konspirasi
kaum Kristen Koptik berhasil dipadamkan oleh saudaranya
Al-Mu’azzam, dan Al-Kamil kembali mendapatkan tahtanya.
Sikap Al-Kamil lebih terbuka dengan tentara salib
daripada pendahulunya yang menyebabkan marah para
saudara, pemimpin kaum muslimin serta rakyat Mesir. Tapi
watak Al-Kamil keras tidak dapat dibengkokkan oleh
apapun.
[44]
Page 45
Al-Kamil banyak membuat tawaran damai dan semuanya
ditolak pemimpin tentara salib atas doktrin dari wakil
kepausan Eropa. Berkali-kali ia menawarkan untuk
mengembalikan Jerusalem ke tangan tentara salib dan
membangun kembali dindingnya (yang dirobohkan kembali
oleh adiknya).
Dalam pemerintahannya, Al-Kamil menandatangani
beberapa perjanjian dagang dengan Negara Eropa dan
membangun kemitraan erat dengan kaum Kristen. Usaha ini
dilakukan untuk menjadikan fondasi ekonomi Dinasti
Ayyubiyah kuat dan tidak mudah rapuh. Ia mengembanakan
irigasi, pertanian, dan pendidikan di ranah Mesir. Bahkan
ia beniat untuk mempelajari agama Kristin(meskipun
ditentang oleh penguasa muslim), sehingga Gereja Koptik
mengakuinya sebagai raja yang paling murah hati sepanjang
sejarah Dinasti Ayyubiyah.
Setelah kenaikan tahtanya, St. Francis berdiskusi
masalah keagamaanya dan keputusan membuatnya terkooptasi.
Beberapa kali ia mengajak untuk merubah sistem kesultanan
dengan sistem pemerintahan modern yang diajarkan oleh St.
Francis yang ditujukan untuk memeudahkan merongrong
kekuasaanIslam pastinya. Namun tidak berhasil.
Awal 1219M, rakyat mesir mengalami kelaparan saat
Nil gagal banjir. Tahun 1221 M, ia menawarkan perjanjian
damai yg kembali ditolak. Tentara salib menyerang Mesir
lagi, tetapi sudah diantisipasi Al-Kamil sehingga
kemenangan di tangan muslim dan tentara salib menyerah.
[45]
Page 46
Dan menerima perjanjian gencatan senjata selama 8 tahun
dan berakhirlah perang salib V.
10. Al-Malik al-Zhahir Baybar; Penangkis Ancaman Salib
dab Mongol
Baybar adalah Khalifah Dinasti Mamluk di Mesir
generasi ke-4. Berhasil mengakhiri perang salib di Syiria
serta menyatukan Mesir dan Syiria menjadi satu Negara
kuat. Baybar dikenal sebagai orang yang garang di medan
perang yang juga lihai berdiplomasi. Ia lahir di Crimea
Kipchak Turki tahun 1260M. Menurut pengakuannya ia pernah
dijual sebagai budak di Syiria dan dibeli pangeran Turki.
Tapi karena ada katarak dia dijual ke seorang perwira
Mamluk lalu dikirim ke Mesir untuk menjadi pengawal
Dinasti Ayyubiyah, yakni As-Shalih. Tahun 1250 M,
diangkat sebagai komandan angkatan perang
2.5.2 Tokoh Terkenal dari Pihak Kristen
1. Paus Urbanus II; Penyulut Terjadinya Perang
Salib I
Paus Urbanus II atau Urbanus II adalah Paus yang
kuat sekaligus politikus yang peka menghadapi keadaan
yang menguntungkan. Namun, bukan karena itu semua yang
mebuat namanya begitu besar dan dikenang hingga kini,
tetapi lantaran peristiwa yang terjadi pada 27 November
1095. Saat itu ia meprakarsai dan menggerakkan suatu
persidangan dewan gereja yang besar di prancis.
[46]
Page 47
Dalam waktu hanya berselang beberapa bulan setelah
pidato urbanus II, perang Salib I pun terjadi. Perang
tersebut diikuti dengan serangkaian perang perang suci
lanjutan yang lama hingga 200 tahun lamanya.
Dalam pidato tersebut, Urbanus II menyatakan bahwa
siapa saja (kaum Kristen) yang berangkat ke Jerusalem
demi menyelamatkan “kuburan Tuhan Yesus”, ia akan
mendapatkan penebusan dosa dan masuk surga, dengan
gagasan tersebut banyak yang menggap sebagai gagasan
pertama yang menimbulkan perang salib yang terjadi
sepanjang abad. Yel – yel yang di populerkan oleh Urbanus
II, yang akhirnya menjadi selogan perang salib ialah “
dues lo volt” (perang kehendak tuhan).
Karna didorong dengan semangat perang beratus –
ratus bahkan beribu – ribu orang umat Kristen dari
seluruh plosok negeri Eropa berduyun – dyuyun datang ke
Vatikan, Roma, untuk meminta restu Paus sekaligus
mengikuti prosesi pengambilan sumpah dan pemberangkatan.
2. Petrus Hermit; Penyebabar Isu dan Penyulut Api Salib
Petris hermit ( yang meninggal dunia pada 8 Juli
1131 M) adalah seorang imam Kristen dari Amies, yang
termasuk dalah satu tokoh penting dalam sejarah perang
Salib I. sejarah pribadi dan keluarganya tidak banyak
diketahui orang.
Adapun yang diketahui bahwa jauh sebelum perang
salib terjadi, yakni sebelum tahun 1096 M, ia dan
jemaatnya mencoba berziarah ke Jerusalem. Tetapi,
[47]
Page 48
pengakuan kepada Urbanus II, ia dicegah oleh tentara
muslis Seljuk sebelum sampai ke Jerusalem, serta banyak
jemaatnya yang dibunuh dan disiksa .
Pengakuan yang belum tentu dan belum teruji
kebenarannya inilah yang membangkitkan kemarahan umat
Kristen Eropa terhadap umat muslim Timur, terutama
khalifah Seljuk.
Perlu diketahui bahwa Perang Salib yang
sesungguhnya (antara tentara islam – Kristen) tidak
terjadi serta – merta. Perang elite itu diawali oleh
perang sipil, yakni perang antara tentara Perang Salib
rakyat yang dipimpin oleh Petrus Hermit dengan orang –
orang sipil turki.
Petrus Hermit pula yang disebut sebagai penggerak
pertama terjadinya Perang Salib rakyat. Kelak, tentara
yang dibawanya untuk menghadapi muslim Seljuk adalah
rakyat jelata yang terdiri atas para budak, orang miskin,
penjahat, dan pencuri.
2. Bohemond I; The New Buamundus Gigas
Bohemond I lahir pada tahun 1058 M di San Marco
Gentano, Calabria, Normandia. Ia adalah putra dari
keluarga bangsawan Normandia. Ayahnya bernama Norman
Robet Guiscard, Raja Apulia dan Calabria, sedangkan
ibunya ialah Alberada dari Buonalbergo.
Bohemond I (1058-1111 M) adalah pangeran Taranto
dan Raja Antiokhia. Ia merupakan pemimpin Perang Salib I.
Pada Perang Salib itu, kaum Frank (sebutan bagi tentara
[48]
Page 49
salib Kristen) belum memiliki pemimpin militer secara
langsung, dan hanya tentara nonprofessional yang diisi
oleh berbagai elemen masyarakat eropa yang menjadi
relawan perang atas provokasi dari pihak gereja, terutama
oleh pemimpinnya, Urbanus II.
Bohenmond I mendampingi ayahnya dalam serangan
besar ke kekaisaran Byzantium pada rentang waktu 1085
M, serta memerintahkan tentara normandia selama absennya
Guiscard dalam perang karena adanya sebuah urusan
kerajaan selama 2 tahun.
Ketika bohemond I memerintah Antiokhia, tentara
salib lainnya pindah ke selatan hingga direbutnya
Jerusalem oleh pihak salib dari Dinasti Seljuk. Ini
prestasi terbesar kedua bagi bohemand I dalam Perang
Salib.
3. Alexius I Comnenus; Si Licik dari Byzantium
Alexius I (1056-1118 M) adalah kaisar Byzantium
periode 1081 – 1118 M. Pengangkatan sebagai kaisar
ditandai oleh gempuran dua kerajaan besar, yakni dinasti
Seljuk turki di Asia kecil dan Normandia di Balkan barat.
Tetapi ia dapat bertahan menghadapi dua tekanan tersebut.
Alexius I merupakan salah satu tokoh utama pemicu
pecahnya Perang Salib, yakni ketika sudah tidak punya
cara lagi untuk menghadapi rongrongan tentara Seljuk, ia
pergi ke kepausan barat dan menghasut meraka.
Pada tahun 1094 M, muncul lagi serangan terhadap
Byzantium. Kali ini dari Cumans, yang menyerang
[49]
Page 50
kekaisaran di Balkan, tetapi serangan itupun dapat di
gagalkan oleh Alexius I.
Tentara salib mendirikan kerajaan Antiokhia dengan
rajanya Bohenmond I. lantaran marah karena itu, Alexsius
I langsung menyerang Antiokhia. Tentara Bohemond I kalah
dalam peperangan ini.
4. Robert II of Flander; Komandan Pusat Tentara
Salib Pertama
Robert II (1054 – 1111 M) memimpin Flander (suatu
wilayah di kerajaan Perancis kuno) sejak tahun 1093 M
hingga kematiannya. Ia dikenal sebagai Robert Jerusalem
atau Robert Crusader setelah menjadi salah satu tokoh
Kristen yang memimpin perang salib I.
Robert II disambut oleh Kaisar Byzantium, Alexius.
Tetapi sangat disayangkan bahwa Alexius I menuntut
mereka mengambil janji bahwa setiap jajahan kelak
diberikan kepada Byzantium.
Setelah itu Robert II keluar dari kota Jerusalem
untuk menghadapi tentara Fatimiyah dibawah pimpinan
Shahanshah Al-Afdal yang datang untuk merebut kembali
Jerusalem.
6. Godfrey de Bouillon; Raja Pertama Negara Salib
Jerusalem
Godfrey de Bouillon adalah putra kedua Pangeran
Boulgne Eustace I dan Putri Ida of Lorraine, yang lahir
pada tahun 1060 M di Boulgne sur Mer. Sebagai anak kedua,
ia harus mengalah pada kakaknya, Eustace, untuk warisan[50]
Page 51
harta dan kekuasaan di Bouillon. Namun pamannya, Godfrey
the Hunchback, yang meninggal dunia tanpa anak, lalu
mewariskan harta dan kekuasaannya kepadanya. Lorraine
Lower sebuah kerajaan kecil. Pada tahun 1095 M, Urbanus
II menyerukan perang salib untuk membebaskan Jerusalem
dari tentara muslim Seljuk, serta membantu kekaisaran
Bynzantium yang dibombardir tentara Seljuk. Tanpa pikir
panjang, Godfrey menjual sebagian besar tanah kekuasaanya
kepada Uskup de Liege dan Uskup Verdun. Karena umurnya
lebih tua, Raymond dipilih menjadi pemimpin dari beberapa
barisan tentara Perang Salib I. Sementara itu, Godfrey
beserta dua saudaranya menjadi rombongan tersendiri dari
sejumlah rombongan memilih jalur yang berbeda-beda dan
terpisah hingga sampai di Jerusalem. Rombongsn Godfrey
berangkat pada Agustusb1096 M dengan 40.000 pasukan.
Mereka tiba di Konstantinopel dan diterima baik oleh
Kaisar Alexius
I.
Tentara salib dan Alexius I Comneus memiliki tujuan
berbeda. Alexius menginginkan untuk merebut kembali
wilayah yang telah diambil dinasti Seljuk, sedangkan
tentara salib membebaskan Jerussalem dari kaum muslimin
dan mengembalikan kekuasaan kristen di sana. Kemenangan
besar pertama mereka dengan dibantu Byzantium berhasil
menaklukkan kota Nicea, dekat wilayah yang dikuasai
dinasti Seljuk. Godfrey memainkan peranan penting dalam
pertempuran hingga akhirnya Jerusalem dapat direbut
tentara salib tahun 1099. Setelah lemengan ini, tentara
[51]
Page 52
salib membagi tugas, Uskup le Puy tewas di Antiokhia,
Bohemond I dan Baldwin memutuskan tinggal di sana.
Sebagian prajurit kembali ke selatan Jerussalem,
sedangkan Raymond de Toulouse tentara paling kuat ke
Tancred dan Godfrey bergabung bersamanya. Tentara salib
dihadang tentara Seljuk ketika berada di selatan
Palestina. Agustus 1098 M, terdengar kabar bahwa tentara
Fatimiyah telah mengambil Jerusalem dari kaum Frank
Kristen. Namun, Godfrey dapat merebut kembali Jerusalem.
Tentara salib tiba di kota pada Juni 1099 M, Godfrey dan
beberapa ksatria adalah pihak yang pertama kali menduduki
benteng dan memasuki kota Jerusalem. Setelah kemenangan
besar itu, seluruh elemen kaum Frank sepakat untuk
membentuk suatu kerajaan Jerusalem agar kota suci itu
dapat dijaga dengan baik. Maka, 22 Juli dewan dibentuk di
gereja Makam Suci dan yang ditunjuk sebagai Raja ialah
Raymod de Toulouse, namun ia menolak. Akhirnya posisi itu
jatuh pada Godfrey yang sebelumnya mengajukan syarat
untuk menerima posisi itu.
Godfrey juga harus menghadapi pihak oposisi Dagobert
Pisa, Patriark Jerusalem yang bersekutu dengan Tancred of
Betlehem. Karena ketidakfokusannya, Ascalon tidak bisa
ditaklukkan dan tetap menjadi otoritas Dinasti Fatimiyah.
Hingga tahun 1100 M, Godfrey tidak dapat memperluas
wilayah kekuasaannya, hanya sedikit wilayah saja. Ia
meninggal dunia tahun 1100 M ada banyak pendapat mengenai
kematiannya ini, meskipun demikian semua sejarawan
sepakat bahwa ia meninggal karena sakit berkepanjangan.
[52]
Page 53
7. Guy de Lusignan; si Bijak yang paling
dihujat
Setelah tiba ditanah suci tahun 1170 M, Guy de
Lusignan berupaya mencegah insiden politik di kerajaan
salib Jerusalem yang kala itu dipimpin oleh Baldwin IV.
Dalam beberapa tahun, Baldwin sakit parah dan terus
memburuk. Gut de Lusignan pun diangkat menjadi gubernur
Jerusalem dan dianugerahi mahkota oleh putri Jerusalem
tahun 1186 M. Pertempurannya dengan Shalahudin al-Ayyubi,
akhirnya ia ditangkap dan Jerusalem jatuh di tangan
Sshalahudin al –Ayyubi. Setelah satu tahun di penjara
Damaskus, ia dibebaskan oleh Shalahudin al-Ayyubi, tetapi
ia menolak masuk ke Tirus, salah satu benteng terakhir
tentara salib oleh Condrad of Montferrat.
Guy de Lusigan berada dibarisan Conrad sebagai Raja
Jerusalem sedangkan Richard lebih mendukung Guy dibanding
Conrad. Conrad dibunuh oleh Hashshashin diduga karena
keterlibatan Richard dan Guy. Guy diberikan kompesansi
atas pencabutan mahkotanya oleh Conrad dulu, dengan
diberi kekuasaan di Siprus pada tahun 1192 M. Pada tahun
1174 M, keberhasilan Guy di Jerusalem tidak dapat
dipisahkan denagn dukungan sosial dan politik raja
Jerusalem, Baldwin IV. Ketika Baldwin IV menyerah pada
penyakitnya tahun 1185 M, Baldwin V diangkat menjadi raja
sayangnya, ia sakit-sakitan dan akhirnya meninggal dunia
1 tahun kemudian pada 1186 M. Akhirnya Guy de Lusignan
[53]
Page 54
dinobatkan sebagai Raja Jerusalem walaupun ada konflik
dari oposisi.
Tahun 1187 M, Guy de Lusignan mencoba mengepung
Shalahudin al-Ayyubi di Tiberias, namun ia malah dikepung
dan kekurangan air. Akibatnya, Guy de Lsignan, Godfrey,
Raynald dan Humphrey ditahan oleh Shalahudin al-Ayyubi.
Guy de Lusignan dipenjarakan di Dmaskus. Sybilla menulis
surat kepada Shalahudin al-Ayyubi agar suaminya
dibebaskan. Shalahudin pun membebaskan Guy tahun 1188 M,
kemudian diizinkan kembali pada istrinya. Guy dan Sybilla
mencari perlindungan di Tirus. Tetapi conrad menolak
mereka, akhirnya mereka berkemah di luar tembok kota
selama berbulan-bulan. Sybilla akhirnya meninggal karena
penyakit epidemi pada musim panas tahun 1190 M bersama
anak bungsu perempuan mereka. Kmatian istrinya berakibat
buruk pada Guy. Banyaknya pemberontakkan sehingga Guy
kehilangan otoritas sebagai raja
Jerusalem.
Guy de Lusignan meninggal pada tahun 1194 M,
dimakamkan di Gereja Templar di Nicosia. Ditimur, Guy
dikenal sebagai raja bijaksan yang cinta damai, di barat,
ia dihujat karena telah menyerahkan Jerusalem ke tangan
Muslim. Sehingga ia diibaratkan tokoh lemah, pengecut dan
penakut.
8. Baldwin IV; Raja bertopeng yang paling
angkuh
[54]
Page 55
Adiknya adalah Ratu Sybilla of Jerusalem sedangkan
keponakannya ialah Baldwin V, Raja Jerusalem yang kelak
menggantikannya. Baldwin IV menghabiskan masa mudanya di
kerajaan ayahnya (Jerusalem) dan meiliki sedikit kontak
dengan ibunya. Baldwin IV didik oleh sejarawan bernama
William of Tirus, seseorang yang kemudian menjadi Uskup
Agung Tirus. William menemukan penyakit pada Baldwin IV.
Setelah beberapa tahun, nyatalah penyakit itu adalah
kusta dan lepra. Baldwin IV harus memakai topeng untuk
menutupi wajahnya dan baju kebesarannya menutup seluruh
tubunhya.
Ayahnya meninggal pada 1174 M sehingga ia dimahkotai
sebagai raja pada usia 13 tahun sebagai penderita kusta,
Baldwin IV tidak diharapkan untuk memerintah, maka
diharapkan kakaknya, Putri Sybilla dan adiknya, Putri
Isabella, mengambil posisinya. Posisi Raymond III sebagai
raja sementara berhenti pada ulang tahun penobatan
Baldwin IV sebagai raja muda. Baldwin IV langsung
mempersiapkan pasukan ke Damaskus dan menyerang benteng
di sekitar lembah Beqaa, tanpa meratifikasi perjanjian
antara Raymond III dengan Shalahudin. Baldwin IV
merencanakan serangan terhadap basis kekuatan Shalahudin
al-Ayyubi di Mesir. Pada bulan Novembar, Baldwin IV dan
Raynald of Chatillon mengalahkan Shalahudin al-Ayyubi
dengan bantuan Ksatria Tempalar pada pertempuran terkenal
di
Montgisard.
[55]
Page 56
Setelah Shalahudin membalas serangan dalam
pertempuran Belvoir Castle tahun 1182 M, mata Baldwin IV
buta dan tidak bisa berjalan, diangkatlah Guy sebagai
gantinya, namun Baldwin IV tidak senang dengan tindakan
Guy sebagai pemimpin. Ekspedisi militer tentara salib
hari demi hari terus melemah akibat buruknya kondisi
Baldwin IV sekaligus melemahnya Baldwin V dan Raymond
dalam mengendalikan kerajaan Jerusalem. Baldwin IV
meninggal pada 1185 M, beberapa bulan setelah kematian
ibunya di Acre. Meskipun seringkali menderita kusta,
Balwin mampu mempertahankan dirinya sebagai raja lebih
lama daripada yang
diharapkan.
9. Richard the Lion Heart; Panglima terbesar Pasukan
salib
Richard lahir pada 8 September 1157 M di Beaumont
Palace, sebagai anak dari Raja Henry II of England dan
Matilda. Pada tahun 1169 M, Raja Henry II membagi wilayah
kerajaan untuk ketiga putranya. Henry III akan menjadi
Raja Inggris dan memiliki kendali atas Anjou, Maine, dan
Normandia. Godfrey atas Brittany dan Richard atas
Aquitaine dan Poitiers. Sejak tahun 1180 M hingga 1183 M,
terjadi ketegangan antara Henry II dan Richard. Pasalnya,
Richard disuruh hormat pada Henry III sebagai raja muda
akhirnya pada tahun 1183 M, ayahnya menginvasi aquitane
terhadap Henry III dan Godfrey namun, Richard dan
pasukannnya mampu menahan serangan mereka, konflik
berhenti ketika pada juni 1183 M, Henry III meninggal.
[56]
Page 57
Pada 6 Juli 1189 M, Henry II meninggal dunia dan Richard
pun ditasbihkan sebagai Raja Inggris pada 20 Juli 1189
M.
Usaha Richard yang pertama ialah membasmi pemeluk
Yahudi Inggris atau memaksa mereka dibaptis sebagai
pemeluk Kristen. Setelah berhasil mengusir orang Yahudi
dari daratan Inggris, Richard berkonsentrasi pada perang
salib. Richard mulai membuat tentara salib baru yang ia
himpun di tanah Eropa, ia rela menghabiskan warisan
ayahnya, menjual tanah jajahan dan membebaskan para
tawanan untuk ikut perang bersamanya. Akhirnya, Richar
berhasil membentuk tentara salib yang tediri atas 4000
tentara bersnjata, 4000 tentara pejalan kaki dan sekitar
100 armada kapal. Tahun 1190 M, Richard dan Philip II
bersama angkatan perangnya berangkat menuju Jerusalem.
Pada oktober, bangsa Messina memberontak dan
menuntut pasukan Richard-Philip pergi. Maka Messina
diserang dan ditaklukan oleh Richard pada 4 oktober 1190
M. Pada april 1191 M, Richard dengan armada perangnya
meninggalkan Messina untuk meneruskan perjalanannya. Pada
1 Juni Richard berhasil menaklukan seluruh pulau Siprus,
Siprus menjadi benteng besar bagi umat kristen hingga
pertempuran Lepanto tabun 1971 M. Ia juga menyerang acre
pada 8 Juni 1191 M mengetahui berita ini, Shalahudin al-
Ayyubi marah dan mengerahkan pasukannya sehingga perang
besar terjadi di Acre dimenangkan oleh Richard. 7
September 1911 M terjadi pernga lagi dengan Shalahudin si
[57]
Page 58
Arsuf. Peperangan dimenangkan oleh Richard sehingga
Ascalon dikuasainya.
Condrad of Montferrrat yang hendak ditasbihkan
sebagai Raja Jerusalem meninggal dunia ditangan
Hashshashin pada 28 April 1192 M, sehingga Jerusalem
diambil alih oleh tentara muslim. Richard membuat
perjanjian damai dengan Shalahudain al-Ayyubi, namun
Shalahudin menolak dan bergerak merobohkan benteng
Ascalon. Richard menyerang Mesir, namun gagal akhirnya ia
meminta perjanjian damai kepada Shalahudin al-Ayyubi
dengan ketentuan harus menyerahkan Ascalon. Perjanjiannya
adalah gencatan senjata 3 tahun dan meminta akses
kehadiran umat kristen ke Jerusalem guna beribadah.
9. Frederick II
Frederik lahir di Jesi dekat Ancons, Italia. Ia anak
dari Kaisar Henry VI dan Putri Constance. Ayahnya
meninggal, lalu ia dinobatkan sebagai kaisar ibunyalah
yang menggantikan posisi suaminya sebagai Ratu Sisilia.
Frederick II adalah panglima perang tentara salib pada
Perang Salib VI ia merupakan pelindung ilmu pengetahuan
dan seni, selain berperang ke Jerusalem, diam-diam ia
berusaha mentransfer ilmu pengetahuan muslimin ke Eropa.
Pada periode perang salib ia hanya mengirimkan pasukan ke
Mesir dibawah komando Lois I, Raja Bavaria. Ia terus
menunda keberangkatannya ke Jerusalem. Karena desakan,
akhirnya Frederick II memulai ekspedisi Perang Salib
tahun 1228 M. Ia mengambil jalur tanpa pertumpahan darah
[58]
Page 59
diantara kedua belah pihak dan mengambil negosiasi. Ini
merupakan strateginya untuk mendapatkan kembali kerajaan
Jerussalem. Buktinya, pada 18 Maret 1229 M, Frederick II
mengambil alih Jerusalem tanpa pertumpahan darah dan
Frederick II pun menobatkan diri sebagai raja Jerusalem
yang baru.
Namun ada kendala dalam penobatnya sebagai raja oleh
Paus. Akhirnya Frederick II menyerang Vatikan Roma dan
memporak-porandakan wilayah kepausan, pihak kepausan pun
menyerang balik Frederick II. Sitasi ini berlanjut hingga
1243 M. Frederick II meninggal dunia oleh penyakitnya
pada 13 Desember 1250 M di Castil Fiorentino Puglia.
Frederick II bersikap keras terhadap kaum kristen
sementara ia sangat mendukung dunia sosial muslimin.
Kenyelenehannya inilah yang membuat Frederick II dikenang
oleh kaum muslimin, dikutuk oleh kaum kristen.
10. Paus Innocent III; pendendam dan pengucil dari Roma
Innocent III disebut sebagai salah satu paus yang
paling kuat dan berpegaruh dalam sjarah kepausan karena
mempunyai kekuasaan kontrol yag kuat terhadap negara
kristen di Eropa. Salah satu kebijakan Innocent III ialah
menyerukan kepada tentara kristen untuk memulai pernag
salib IV mempergunakan kekuasaanya yang laur biasa untuk
mengendaliakan dan memanggil tentara bangsa-bangsa Eropa
kristen seperti kaum Frank dan Inggris.
Innocent III memutuskan untuk tidak hanya merebut
kota Jeruslae, tetapi juga Syria, Israel, Yordania, dan
[59]
Page 60
Palestina dari kekuasaan kaum muslim. Hal ini merupaka
reaksi atas kemengangan tentara muslim dibawah pimpinan
Shalahudin al-Ayyubi. Raja, feodal dan bangsawan yang
tidakmau tunduk kepadanya dibunuh diam-diam atau dengan
penuh konsfiratif dikucilkan. Juga pepernagan internal
antara akum kristen Eropa dan kaum Konstantinopel yang
memang merupakan musuh bebuyutan antara gereja barat dan
timur.
Setelah berangkat ke Jerusalem, tentara Perang Salib
itu langsung menyerang pemimpin Venesia, Zadar pada tahun
1202 M, agar mereka dapat mempergunakan armada lautnya
menuju Konstantinopel. Tentara salib juga menyerang
Konstantinopel serta mengambil perlangkapan armada kapal,
senjata dan angkatan perang Konstantinopel. Innocent III
merasa sedih apalagi mendengar berita penyerangan
terhadap Byzantium. 15 November 1215 M, Innocent III
membuka pertemuan Dewan Lateran IV, pertemuan tersebut
menghasilakn 70 kebijakan antara lain mendorong rakyat
untuk mendirikan lembaga pendidikan dan menetapkan
kedudukan rohaniawan lebih tinggi dari kaum awam. Tahun
1217 M, tentara salib yang baru sudah terbenuk dengan
mapan , namun Innocent III tiba-tiba meninggal dunia pada
16 Juli 1216 M di Perugia.
11. Edward I; si Alim dari Inggris, penyulut perang salib
jild terakhir
Tahun 1265 M, Edward I berperang melawan Simont de
Montfort yang memberontak terhadap kerajaan Inggris.
[60]
Page 61
Edward I mengalahkannya 2 tahun kemudian. Ketika Inggris
menjadi tenang, Edward I ikut ekspedisi Perang Salib ke
Jerusalem. Dalam perjalanannya, tahun 1272 ayahnya
meninggal dunia lalu ia pulang ke Inggris dan 19 Agustus
1274 M, ia dimahkotai sebagai raja Inggris. Edward I
mengadakan ekspedisi ke Jerusalem untuk menunaikan
niatnya dalam sebuah upacara sakral pada 24 Juni 1268 M,
dengan saudaranya, Edmund dan sepupunya, Henry
Almain.
Dalam hal ini, mereka menyulut Perang Salib IX.
Selain mereka, terlibat pula Earl of Gloucester, bekas
musuh Edward I. Halangan terbesar adalah persoalan dana,
Raja Perancis membantu namun tidak juga cukup, Edward
menunggu hasil pajak rakyatnya. Tentara salib dimaksudkan
membantu meringankan kubu kristen yang terkepung di Acre,
tapi raja Louis IX mengalihkan ke Tunisia. Namun rencana
itu gagal, sebagian demi meyerang nyawa Loius IX.
Kematian Louis IX memaksa Charles meninggalkan Sisilia ke
Perancis untuk dinaikkan tahta sebagia raja
Perancis.
Semenjak tahun 1244 M sampai saat itu, kerajaan
tersebut masih dikuasai oleh kaum muslim. Adapun pusat
kekuatan kerajaan kristen pindah ke Acre. Tentara muslim
Mamluk yang dipimpin oleh Baybar setalah menaklukkan
Jerusalaem kemudian mengancam Acre. Meskipun pasukan
Edward I banyak di banding tentara Baybar, namun
mengalahkannya adalah peluang kecil. Akhirnya Edward I
[61]
Page 62
meminta bantuan Mongol, sayangnya baik serangan Mongol ke
Aleppo maupun Edward ke Qaqun, kembali gagal. 24
September meninggalkan Acre menuju Sisilia, ia mendapat
kabar bahwa ayahnya meninggal dunia. Ia sangat terpukul
dan sedih. Edward I dinobatkan sebagai raja Inggris
menggantikan posisi ayahnya.
Di Inggris, Edward I dihadapkan pada sejumlah
kegentingan internal kerajaan Inggris mengenai banyak
hal, terutama revolusi administrasi dan hukum, sehingga
konsentrasinya terhadap tentara salib sedikit tersita.
Keterkenalan Edward I sebagai salah satu tokoh perrang
salib yang dikenang bukanlah karena prestasi dalam
menaklukan banyak wilayah kekuasaan tentara muslim,
tetapi ia tokoh yang menyulut terjadinya perang salib IX
setelah vakum selama beberapa tahun.
12. Vlad Dracula III; Ksatria paling ‘haus darah’
[62]
Page 63
Nama aslinya Vlad Tepes
(dibaca Tse-pesh). Dia lahir
sekitar bulan Desember 1431 M
di Benteng Sighisoara,
Transylvania, Rumania.
Ayahnya bernama Basarab (Vlad
II), yang terkenal dengan
sebutan Vlad Dracul, karena
keanggotaannya dalam Orde
Naga. Dalam bahasa Rumania, “Dracul” berarti naga.
Sedangkan akhiran “ulea” artinya “anak dari”. Dari
gabungan kedua kata itu, Vlad Tepes dipanggil dengan nama
Vlad Draculea ( dalam bahasa Inggris dibaca Dracula),
yang berarti anak dari sang naga.
Ayah Dracula adalah seorang panglima militer yang lebih
sering berada di medan perang ketimbang di rumah. Praktis
Dracula hanya mengenal sosok sang Ibu, Cneajna, seorang
bangsawan dari kerajaan Moldavia. Sang ibu memang
memberikan kasih sayang dan pendidikan bagi Dracula.
Namun itu tidak mencukupi untuk menghadapi situasi
mencekam di Wallachia saat itu. Pembantaian sudah menjadi
tontonan harian. Seorang raja yang semalam masih
berkuasa, di pagi hari kepalanya sudah diarak keliling
kota oleh para pemberontak.
Pada usia 11 tahun, Dracula bersama adiknya, Radu,
dikirim ke Turki. Hal ini dilakukan sang Ayah sebagai
jaminan kesetiaannya kepada kerajaan Turki Ustmani yang
[63]
Page 64
telah membantunya merebut tahta Wallachia dari tangan
Janos Hunyadi. Selama di Turki, kakak beradik ini memeluk
agama Islam, bahkan mereka juga sekolah di madrasah untuk
belajar ilmu agama. Tak seperti adiknya yang tekun
belajar, Dracula justru sering mencuri waktu untuk
melihat eksekusi hukuman mati di alun-alun. Begitu
senangnya dia melihat kepala-kepala tanpa badan dipancang
di ujung tombak. Sampai-sampai sehari saja tidak ada
hukuman mati, maka dia segera menangkap burung atau
tikus, kemudian menyiksanya dengan tombak kecil sampai
mati.
Dengan status muslimnya, Dracula mempunyai
kesempatan belajar kemiliteran pada para prajurit Turki
yang terkenal andal dalam berperang. Dalam waktu singkat
dia bisa menguasai seni berperang Turki, bahkan melebihi
prajurit Turki lainnya. Hal ini menarik perhatian Sultan
Muhammad II ( di Eropa disebut Sultan Mehmed II). Hingga
pada tahun 1448 M, menyusul kematian Ayah dan kakaknya,
Mircea, yang dibunuh dalam kudeta yang diorganisir Janos
Hunyadi, Kerajaan Turki mengirim Dracula untuk merebut
Wallachia dari tangan salib Kerajaan Honggaria. Saat itu
Dracula berusia 17 tahun.
Dengan bantuan Turki Dracula dapat merebut tahta
Wallachia. Setelah itu, sebagian besar pasukan kembali ke
Turki dengan menyisakan sebagian kecil di Wallachia.
Tanpa pernah diduga, Dracula murtad dan berkhianat. Dia
menyatakan memisahkan diri dari Ke Khilafahan Turki. Para
[64]
Page 65
prajurit Turki yang tersisa di Wallachia ditangkapi.
Setelah beberapa hari disekap di ruang bawah tanah,
mereka diarak telanjang bulat menuju tempat eksekusi di
pinggir kota. Di tempat ini seluruh sisa prajurit Turki
dieksekusi dengan cara disula. Yakni dengan ditusuk
duburnya dengan balok runcing sebesar lengan, kemudian
dipancangkan di tengah lapangan.
Dua bulan kemudian Janos Hunyadi berhasil merebut
tahta Wallachia dari tangan Dracula. Namun pada tahun
1456 hingga 1462 Dracula kembali berkuasa di Wallachia.
Masa pemerintahannya kali ini adalah masa-masa teror yang
sangat mengerikan. Yang menjadi korban aksi sadisnya
bukan hanya umat Islam yang tinggal di Wallachia, tapi
juga para tuan tanah dan rakyat Wallachia yang beragama
Khatolik.
Di hari Paskah tahun 1459, Dracula mengumpulkan para
bangsawan dan tuan tanah beserta keluarganya di sebuah
gereja dalam sebuah jamuan makan. Setelah semuanya
selesai makan, dia memerintahkan semua orang yang ada
ditempat itu ditangkap. Para bangsawan yang terlibat
pembunuhan ayah dan kakaknya dibunuh dengan cara disula.
Sedang lainnya dijadikan budak pembangunan benteng untuk
kepentingan darurat di kota Poenari, di tepi sungai
Agres. Sejarawan Yunani, Chalcondyles, memperkirakan
jumlah semua tahanan mencapai 300 kepala keluarga.
Terdiri dari laki-laki dan perempuan, orang tua, bahkan
anak-anak.
[65]
Page 66
Aksi Dracula terhadap umat Islam di Wallachia jauh
lebih sadis lagi. Selama masa kekuasaannya, tak kurang
dari 300 ribu umat Islam dibantainya. Berikut sejumlah
peristiwa yang digunakan Dracula sebagai ajang
pembantaian umat Islam:
Pembataian terhadap prajurit Turki di ibu kota Wallachia,
Tirgoviste. Ini terjadi pada awal kedatangannya di sana,
setelah mengumumkan perlawanannya terhadap Khilafah
utsmaniyah.
Pada 1456, Dracula membakar hidup-hidup 400 pemuda
Turki yang sedang menimba ilmu pengetahuan di Wallachia.
Mereka ditangkapi dan ditelanjangi, lalu diarak keliling
kota yang akhirnya masukkan ke dalam sebuah aula. Aula
tersebut lalu dibakar dengan ratusan pemuda Turki di
dalamnya.
Aksi brutal lainnya, adalah pembakaran para petani
dan fakir miskin Muslim Wallachia pada acara penobatan
kekuasaannya. Para petani dan fakir miskin ini
dikumpulkan dalam jamuan makan malam di salah satu
ruangan istana. Tanpa sadar mereka dikunci dari luar,
kemudian ruangan itu dibakar.
Dendam Dracula terhadap Turki dan Islam semakin
menjadi. Untuk menyambut hari peringatan St. Bartholome,
1459, dia memerintahkan pasukannya untuk menangkapi para
pedagang Turki yang ada di Wallachia. Dalam waktu sebulan
terkumpullah 30 ribu pedagang Turki beserta keluarganya.
Para pedagang yang ditawan ditelanjangi lalu digiring[66]
Page 67
menuju lapangan penyulaan. Lalu mereka disula satu
persatu.
Aksi kejam lainnya adalah dengan menyebar virus
penyakit mematikan ke wilayah-wilayah yang didiami kaum
Muslimin. Dia juga memerintahkan pasukannya meracuni
Sungai Danube. Ini adalah taktik Dracula untuk membunuh
pasukan Khilafah utsmaniyah yang membangun kubu
pertahanan di selatan Sungai Danube.
Pada 1462 M, Khalifah utsmani, Muhammad II mengirim
60 ribu pasukan untuk menangkap Dracula hidup atau mati.
Pemimpin pasukan adalah Radu, adik kandung Dracula.
Mengetahui rencana serangan ini, Dracula menyiapkan aksi
terkejamnya untuk menyambut pasukan Turki.
Sepekan sebelum penyerangan, dia memerintahkan
pasukannya untuk memburu seluruh umat Islam yang tersisa
di wilayahnya. Terkumpullah 20 ribu umat Islam yang
terdiri dari pasukan Turki yang tertawan, para petani,
dan rakyat lainnya. Selama empat hari mereka digiring
dengan telanjang bulat dari Tirgoviste menuju tepi Sungai
Danube. Dua hari sebelum pertempuran, para tawanan disula
secara masal di sebuah tanah lapang. Mayat-mayat tersula
tersebut kemudian diseret menuju tepi sungai. Lalu
dipancang di kiri dan kanan jalan, yang membentang sejauh
10 km untuk menyambut pasukan Turki.
Pemandangan mengerikan ini hampir membuat pasukan
Turki turun mental. Namun semangat mereka kembali bangkit
[67]
Page 68
saat melihat sang Sultan begitu berani menerjang musuh.
Mereka terus merangsek maju, mendesak pasukan Dracula
melewati Tirgoviste hingga ke Benteng Poenari.
Pasukan Turki yang dipimpin Radu berhasil mengepung
Benteng Poenari. Merasa terdesak, isteri Dracula memilih
bunuh diri dengan terjun dari salah satu menara benteng.
Sedang Dracula melarikan diri ke Honggaria melalui lorong
rahasia. Hingga tahun 1475 M Wallachia dikuasai oleh
Khilafah Turki Utsmaniyah, sebelum akhirnya direbut
kembali oleh Dracula yang disokong pasukan salib dari
Transylvania dan Moldavia.
Dracula tewas dalam pertempuran melawan pasukan
Turki pimpinan Sultan Muhammad II di tepi Danau Snagov,
pada Desember 1476. Kepala Dracula dipenggal, kemudian
dibawa ke Konstantinopel untuk dipertunjukkan kepada
rakyat Turki. Sedang badannya dikuburkan di Biara Snagov
oleh para biarawan.
Selain melalui cerita turun-temurun rakyat Rumania,
bukti-bukti sejarah terkait riwayat kelam Drakula juga
tercatat dengan baik di sejumlah pamflet yang beredar di
Jerman dan Rusia.
[68]
Page 69
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perang Salib adalah kumpulan gelombang dari pertikaian
agama bersenjata yang dimulai oleh kaum Kristiani pada
[69]
Page 70
periode 1095 – 1291; biasanya direstui oleh Paus atas
nama Agama Kristen, dengan tujuan untuk menguasai kembali
Yerusalem dan “Tanah Suci” dari kekuasaan kaum Muslim,
awalnya diluncurkan sebagai jawaban atas permintaan dari
Kekaisaran Bizantium yang beragama Kristen Ortodoks Timur
untuk melawan ekspansi dari Dinasti Seljuk yang beragama
Islam ke Anatolia. Perang Salib ini juga dipengaruhi
faktor agama, politik dan ekonomi. Beberapa tokoh yang
terkenal dalam Perang Salib ini adalah Abu Ali Mansur
Tariqul Hakim, Kilij Arsalan, Imaduddin Zanky, Nuruddin
Mahmud, Asaduddin Shirkuh, Hasan Al-Sabbah, Shalahuddin
al-Ayyubi, Al-Malik al-Adil Syaifudin, Al-Malik al-Kamil
Muhammad, Al-Malik al-Zhahir Baybar, Paus Urbanus II,
Petrus Hermit, Bohemond I, Alexius I Comnenus, Robert II
of Flander, Godfrey de Bouillon, Guy de Lusignan,
Baldwin IV, Richard the Lion Heart, Frederick II, Paus
Innocent III, Edward I, Vlad Dracula.
3.2 Saran
Para pembaca yang budiman, di penghujung tulisan ini kami
berharap semoga kita semua mampu mengartikan dan memahami
cerita tentang Perang Salib ini. Semoga tidak membuat
kita saling membenci, akan tetapi terus menjaga kerukunan
sesama umat manusia. Semoga pembaca yang budiman tidak
puas akan hasil makalah ini dan dapat menindaklanjutinya.
[70]
Page 71
DAFTAR PUSTAKA
Suntiah, Ratu dan Maslani. 2014. Sejarah Peradaban Islam.
Bandung: Interes Media.
http://hestiara.blogspot.com/2012/07/buku-tokoh-tokoh-perang-
salib-paling_4422.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Salib
http://indraazzikra.blogspot.com/p/salahudin-al-ayyubi-sang-
legenda-perang.html
http://warofweekly.blogspot.com/2011/05/tokoh-tokoh-yang-
berpengaruh-pada.html
http://www.beritaunik.net/misteri-dunia/kisah-keganasan-
dracula-di-perang-salib.html
http://www.islampos.com/perang-salib-bagaimana-permulaan-
akhirnya-42239/
[71]