BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of South East Asia Nations) adalah perhimpunan negara-negara di wilayah Asia Tenggara yang dibentuk pada tahun 1967. Perhimpunan regional ini merupakan salah satu kawasan yang paling dinamis dan berkembang cepat di dunia. Secara bersama-sama, anggota-anggotanya – Brunei, Myanmar, Thailand, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam – merupakan mitra dagang Amerika Serikat terbesar ke lima. Hal ini menunjukkan bahwa telah terbina hubungan dagang yang baik di antara keduanya. Namun demikian, hubungan perdagangan antar negara ASEAN belum menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Hal ini disebabkan oleh banyaknya produk-produk negara-negara ASEAN yang bersaing satu sama lain. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN membentuk kawasan perdagangan bebas ASEAN yang lebih dikenal dengan ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun 1992 dengan tujuan menciptakan pasar bersama pada tahun 2008 (Ball, 2000:199). Negara Indonesia sebagai salah satu pendiri ASEAN turut serta menyetujui diadakannya AFTA. Sebagai konsekuensinya, Indonesia yang didominasi oleh 4
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASEAN (Association of South East Asia Nations) adalah
perhimpunan negara-negara di wilayah Asia Tenggara
yang dibentuk pada tahun 1967. Perhimpunan regional
ini merupakan salah satu kawasan yang paling dinamis
dan berkembang cepat di dunia. Secara bersama-sama,
anggota-anggotanya – Brunei, Myanmar, Thailand,
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan
Vietnam – merupakan mitra dagang Amerika Serikat
terbesar ke lima. Hal ini menunjukkan bahwa telah
terbina hubungan dagang yang baik di antara
keduanya. Namun demikian, hubungan perdagangan antar
negara ASEAN belum menunjukkan pertumbuhan ekonomi
yang cepat. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
produk-produk negara-negara ASEAN yang bersaing satu
sama lain. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal
tersebut, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN
membentuk kawasan perdagangan bebas ASEAN yang lebih
dikenal dengan ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun
1992 dengan tujuan menciptakan pasar bersama pada
tahun 2008 (Ball, 2000:199).
Negara Indonesia sebagai salah satu pendiri ASEAN
turut serta menyetujui diadakannya AFTA. Sebagai
konsekuensinya, Indonesia yang didominasi oleh
4
pengusah-pengusaha UMKM akan mengalami dampak yang
sangat besar oleh persetujuan tersebut. Sebab dengan
adanya perdagangan bebas di wilayah ASEAN persaingan
antar pelaku ekonomi akan menjadi lebih ketat dan
lingkup pemasaran tidak hanya dalam wilayah nasional
tetapi sampai seluruh wilayah negara anggota ASEAN.
Dengan demikian dalam upaya mempersiapkan diri
menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
dalam era AFTA, UMKM perlu mengetahui hal-hal yang
akan mempengaruhi perkembangan usahanya. Sehingga ke
depannya UMKM Indonesia dapat membuat suatu strategi
yang membuatnya mampu bersaing dan memenangkan
persaingan dalam kancah ASEAN di era AFTA.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian AFTA?
2. Apakah pengaruh dibentuknya AFTA bagi
perekonomian Indonesia?
3. Apa pengaruh dibentuknya AFTA bagi UMKM di
Indonesia?
4. Apa strategi yang harus dilakukan oleh UMKM
Indonesia dalam menghadapi persaingan perdagangan
bebas di wilayah Asia Tenggara?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian AFTA
5
2. Mengetahui pengaruh dibentuknya AFTA bagi
perekonomian Indonesia
3. Mengetahui pengaruh dibentuknya AFTA bagiUMKM
Indonesia
4. Mengetahui strategi yang harus dilakukan UMKM
Indonesia dalam menghadapi persaingan perdagangan
bebas di Asia Tenggara
D. ManfaatMelalui makalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat secara teoretis maupun praktis.
1. Manfaat Teoretis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran
tentang apa saja tantangan yang mungkin terjadi dan
strategi apa yang dapat dilakukan oleh UMKM Indonesia
dalam menghadapi era perdagangan bebas di kawasan Asia
Tenggara pada tahun 2015.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Dengan makalah ini, diharapkan masyarakat pada umumnya
dan pengusaha mikro, kecil, menengah pada khususnya dapat
mempersiapkan usahanya dalam menghadapi era perdagangan
bebas di kawasan Asia Tenggara.
b. Bagi Penyusun
Dengan makalah ini, diharapkan penyusun sebagai calon
guru lebih menguasai dan mendalami materi tentang
fenomena-fenomena ekonomi yang terjadi di sekitar
lingkungan, khususnya fenomena AFTA yang akan
dilaksanakan secara menyeluruh pada tahun 2015 mendatang.
6
BAB II
PEMBAHASAN
1. PengertianAFTA (ASEAN Free Trade Area)
Dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi bagi
negara-negara yang tergabung dalam Perhimpunan
Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) serta menjadikan
ASEAN sebagai basis produksi internasional, ASEAN
membentuk Framework Agreement on Enhancing Economic
Cooperation yang kemudian melahirkan ASEAN Free Trade
Area (AFTA) pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
ASEAN IV di Singapura tahun1992.
AFTA merupakan hasil dari kesepakatan negara-
negara anggota ASEAN untuk mengadakan suatu kawasan
regional bebas perdagangan yang direncanakanakan
dicapai dalam kurun waktu 15 tahun (1993-2008). Pada
KTT ASEAN di Bangkok tahun 1995, jangka waktu
tersebut dikurangi menjadi 10 tahun, dengan
ketetapan bahwa penghapusan rintangan dimulai tahun
1993 (Badan Kebijakan Fiskal-Pusat Kebijakan
Pendapatan Negara)
Tujuan strategis AFTA adalah meningkatkan
keunggulan komparatif regional ASEAN sebagai suatu
kesatuan unit produksi. Untuk mencapai tujuan tersebut
7
maka negara anggota ASEAN berkomitmen untuk
melakukan penghapusan tarif dan non-tarif untuk
meningkatkan efisiensi ekonomi, produktivitas dan
daya saing negara anggota ASEAN.Untuk menepati
komitmen tersebut maka disusunlah Agreemen on Common
Effective Preferential Tariffs for ASEAN Free Trade Area (The CEPT-AFTA
Agreement) yang merupakan suatu skema tarif untuk
mewujudkan AFTA melalui penurunan tarif dari 0%
sampai 5%, penghapusan pembatasan kuantitatif, dan
hambatan non-tarif lainnya.
Produk CEPT-AFTA diklasifikasikan kedalam 4
daftar, yaitu :
1. Inclusion List (IL)
Inclusion List (IL) merupakan daftar yang berisi
produk-produk yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Jadwal penurunan tarif
b. Tidak ada pembatasan kwantitatif
c. Non-tarifnya harus dihapuskan dalam waktu 5
tahun.
2. General Exception List (GEL)
General Exception List (GEL) merupakan daftar produk-
produk yang secara permanen tidak dimasukkan dalam
CEPT-AFTA. Hal ini disebabkan alasan keamanan
nasional, keselamatan, atau kesehatan bagi manusia,
binatang, dan tumbuhan, nilai barang-barang seni,
8
serta melestarikan objek-objek arkeologi dan budaya.
Produk yang termasuk dalam general exception di
Indonesia misalnya senjata dan amunisi, narkotika,
minuman berakohol, dan lain-lain. Ketentuan mengenai
General Exceptions dalam perjanjian CEPT konsisten
dengan Artikel X dari General Agreement on Tariffs and Trade
(GATT).
3. Temporary Exclusions List (TEL)
Temporary Exclusions List (TEL) merupakan daftar produk-
produk yang dikecualikan sementara untuk dimasukkan
dalam skema CEPT-AFTA. Produk-produk TEL barang
manufaktur harus dimasukkan ke dalam IL paling
lambat 1 Januari 2002. Produk-produk dalam TEL tidak
dapat menikmati konsensi tarif CEPT-AFTA dari negara
anggota ASEAN lainnya. Produk dalam TEL tidak ada
hubungannya sama sekali dengan produk-produk yang
tercakup dalam ketentuan General Exceptions.
4. Sensitive List (SL)
Sensitive List (SL) merupakan daftar yang berisi
produk-produk pertanian bukan olahan (Unprocessed
Agricultural Products = UAP ).
a. Produk-produk pertanian bukan olahan adalah
bahan baku pertanian dan produk-produk bukan
olahan yang tercakup dalam pos tarif 1-24 dari
Harmonized System Code (HS), dan bahan baku
9
pertanian yang sejenis serta produk-produk bukan
olahan yang tercakup dalam pos-pos tarif HS.
b. Produk-produk yang telah mengalami perubahan
bentuk sedikit dibanding bentuk asalnya. Produk
dalam SL harus dimasukkan ke dalam CEPT-AFTA
dengan jangka waktu untuk masing-masing negara
sebagai berikut: Brunei Darussalam, Indonesia,
Malaysia, Filipina dan Thailand tahun 2003;
Vietnam tahun 2013; Laos dan Myanmar tahun 2015;
Kamboja tahun 2017. Contoh : beras, gula, produk
daging, gandum, bawang putih, cengkeh. (Dirjen
KPI Departemen Perdagangan, AFTA dan
Implementasinya)
Tujuan dibentuknya AFTA antara lain:
1. menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi
yang kompetitif sehingga produk ASEAN memiliki
daya saing kuat di pasar global.
2. menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI).
3. meningkatkan perdagangan antar negara anggota
ASEAN (intra-ASEAN Trade).
Pada KTT ASEAN ke-9 tanggal 7-8 Oktober 2003 di
Bali, enam negara anggota ASEAN Original Signatories of CEPT-
AFTA yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia,
Philipina, Singapura dan Thailand, sepakat untuk
mencapai target bea masuk dengan tingkat tarif 0%
minimal 60% dari Inclusion List (IL) tahun 2003; bea
10
masuk dengan tingkat tarif 0% minimal 80% dari
Inclusion List (IL) tahun 2007; dan pada tahun 2010
seluruh tarif bea masuk dengan tingkat tarif 0%
harus sudah 100% untuk anggota ASEAN yang baru,
tarif 0% tahun 2006 untuk Vietnam, tahun 2008 untuk
Laos dan Myanmar dan tahun 2010 untuk Kamboja.
Jadwal penurunan atau pengurangan tarif bea masuk
adalah sebagai berikut:
a. Inclusion List
Negara Anggota
AFTAJadwal Penurunan/Penghapusan
ASEAN -6
1. Tahun 2003: 60% produk dengan
tarif 0%
2. Tahun 2007: 80% produk dengan
tarif 0%
3. Tahun 2010: 100% produk dengan
tarif 0%
Vietnam
1. Tahun 2006: 60% produk dengan
tarif 0%
2. Tahun 2010: 80% produk dengan
tarif 0%
3. Tahun 2015: 100% produk dengan
tarif 0%Laos dan Myanmar 1. Tahun 2008: 60% produk dengan
tarif 0%
2. Tahun 2012: 80% produk dengan
tarif 0%
11
3. Tahun 2015: 100% produk dengan
tarif 0%
Kamboja
1. Tahun 2010: 60% produk dengan
tarif 0%
2. Tahun 2015: 100% produk dengan
tarif 0%
Sumber: Badan Kebijakan Fiskal-Pusat Kebijakan Pendapatan
Negara
b. Non Inclusion List
TEL harus dipindah ke IL
GEL dapat dipertahankan apabila konsisten dengan
artikel 9 CEPT Agreement, yaitu untuk melindungi :
Keamanan Nasional
Moral
Kehidupan Manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan
dan kesehatan
Benda-benda seni, bersejarah dan purbakala
2. Pengaruh Dibentuknya AFTA bagi Perekonomian
Indonesia
Negara Indoesia sebagai salah satu pendiri ASEAN
turut serta menyetujui diadakannya AFTA. Oleh karena
itu, mau tidak mau AFTA akan memberikan dampak bagi
Indonesia baik pada aspek ekonomi, sosial, politik,
budaya, dan lain-lain. Dampak yang timbul akibat
12
diberlakukannya AFTA bagi perekonomian Indonesia
antara lain:
a. Dampak Positif
Dibentuknya AFTA memberikan dampak positif bagi
perekonomian Indonesia sebagai berikut:
1. Bagi pengusaha Indonesia yang memiliki jaringan
pemasaran ke luar negeri sehingga sering melakukan
aktivitas ekspor, pasar ASEAN yang mempunyai
jumlah penduduk kurang lebih 500 juta jiwa dengan
tingkat pendapatan yang beragam memberikan peluang
usaha yang sangat besar (tabel daftar pendapatan
per kapita negara-negara ASEAN 2003-2011 dapat
dilihat di lampiran Tabel 1). Luasnya daerah
pemasaran yang sangat potensial ini akan
memungkinkan berkembangnya usaha dengan pesat dan
menguntungkan.
2. Pasar ASEAN yang sebelum diberlakukan AFTA
terpisah, akan terintegrasi dan tingkat persaingan
regional akan lebih ketat, karena dimisalkan
pesaing yang awalnya hanya produsen Indonesia,
menjadi produsen ASEAN. Adanya integrasi wilayah
tersebut akan meningkatkan jumlah investasi.
Ditambah lagi Indonesaia memiliki sumber daya alam
dan manusia yang sangat banyak.
3. Dengan tingkat tarif yang rendah yaitu 0%-5% pada
tahun 2003 akan memperbesar dan meningkatkan
13
perdagangan intra ASEAN. Tarif impor yang rendah
akan mengakibatkan harga pengadaan barang impor
lebih rendah, sehingga meningkatkan daya beli bagi
konsumen industri maupun konsumen akhir.
Keuntungan yang diperoleh konsumen barang-barang
industri adalah akan terciptanya peningkatan
efisiensi pengadaan bahan baku usaha, sehingga
produk yang dihasilkan akan menghabiskan biaya
produksi yang lebih rendah, dan selanjutnya akan
meningkatkan daya saing produk tersebut di pasar.
Keuntungan yang didapatkan konsumen akhir antara
lain penurunan harga barang konsumsi impor
sehingga dapat meningkatkan variasi alternatif
barang di pasar. Persaingan di dalam negeri yang
semakin ketat akan menurunkan harga, sehingga
meningkatkan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan
konsumen.
4. Para pengusaha Indonesia akan lebih banyak
memiliki kesempatan untuk melakukan kerjasama
bisnis dengan perusahaan negara lain yang
tergabung dalam ASEAN.
5. Pengusaha/produsen Indonesia dituntut untuk
meningkatkan kemampuan dalam menjalankan bisnis
secara profesional sehingga dapat memenangkan
kompetisi dari produk yang berasal dari negara
anggota ASEAN lainnya baik dalam memanfaatkan
14
peluang pasar domestik maupun pasar negara anggota
ASEAN lainnya.
6. Dengan adanya AFTA dapat mendatangkan devisa
negara yang kemudian bisa digunakan untuk
keperluan impor; misalnya, impor bahan pangan bila
suatu saat Indonesia mengalami masa-masa paceklik
akibat musim kemarau yang berkepanjangan atau
terjadinya bencana alam (Todaro, 2000:85)
7. Dengan dihapuskannya tariff menjadi 0% cenderung
menghapuskan setiap distorsi harga yang
diakibatkan oleh intervensi pemerintah yang salah
arah, baik itu di pasar ekspor maupun pasar valuta
asing, serta menyempurnakan alokasi pasar yang
akan mengikis praktek-praktek korupsi dan
perburuan rente nonproduktif yang seringkali
timbul sebagai akibat dari intervensi pemerintah
yang terlalu aktif. (Todaro, 2000: 85)
8. Dapat mempromosikan pemerataan akses ke setiap
sumber daya yang langka, serta memperbaiki
kualitas alokasi sumber daya secara keseluruhan.
(Todaro, 2000: 85)
9. Negara-negara ASEAN yang sebagian besar memiliki
keunggulan dalam komoditi primer yang hampir mirip
dengan adanya integrasi ekonomi akan terpilih satu
negara yang memiliki keunggulan komparatif dalam
15
meproduksi barang tertentu, sehingga dapat menekan
biaya produksi.
10. Dalam proses penentuan negara mana yang pada
akhirnya memiliki keunggulan komparatif dalam
memproduksi barang tertentu, maka setiap negara
akan berusaha memperbaharui teknologi yang dipakai
sehingga dapat meningkatan tingkat efisiensi dan
daya saing kualitas serta kuantitas produk.
Persaingan dalam mengembangkan teknologi dan
akumulasi keahlian teknis serta bakat-bakat
kewirausahaan akan mempercepat industrialisasi
negara-negara berkembang. (Todaro, 2000: 84)
11. Dengan mengandalkan keunggulan komparatif
yang dimiliki setiap negara, negara-negara ASEAN
dapat mengurangi instabilitas ekspor yang
seringkali dialami apabila melakukan hubungan
perdagangan dengan negara maju, dikarenakan
fluktuasi kegiatan ekonomi di negara-negara maju.
(Todaro, 2000: 90)
b. Dampak Negatif
Selain menimbulkan dampak positif, dibentuknya
AFTA juga memiliki dsmpsk negative, antara lain:
1. Pada KTT Informal ASEAN ke-4 di
Singapura (24-25 November 2000) terjadinya
integrasi wilayah merupakan suatu masalah
16
dikarenakan masih adanya kesenjangan antar negara
yang sudah lama menjadi anggota ASEAN dengan yang
masih baru. Hal tersebut akan menyebabkan
persaingan antar negara ASEAN secara tidak
seimbang.
2. Meskipun dengan diberlakukannya AFTA
area pemasaran semakin luas, tetapi apabila produk
pengusaha Indonesia tidak dapat bersaing dengan
produk dari negara lain maka peluang untuk
meningkatkan kembali daya saing perusahaannya akan
lebih sulit. Hal tersebut dikarenakan saat
perusahaan yang tadinya gagal bersaing memulai
usahanya lagi dari awal, perusahaan lain sudah
berkembang jauh dan akan lebih sulit dikejar
ketinggalannya.
3. Mudahnya kegiatan ekspor impor tenaga
kerja dengan negara lain menyebabkan kekhawatiran
bahwa tekanan produk ekspor negara lain akan
menggusur produk domestik, sehingga nantinya akan
melenyapkan lapangan kerja dan sumber nafkah
tenaga kerja Indonesia apabila tidak mampu
bersaing.
3. Pengaruh Dibentuknya AFTA bagi UMKM Indonesia
Indonesia yang didominasi oleh pengusah-pengusaha
UMKM akan mendapatkan dampak yang sangat besar.
17
Sebab dengan adanya perdagangan bebas di wilayah
ASEAN, persaingan antar pelaku ekonomi akan menjadi
lebih ketat dan lingkup pemasaran tidak hanya dalam
wilayah nasional tetapi sampai seluruh wilayah
negara anggota ASEAN.
Dalam upaya mempersiapkan diri menghadapi
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dalam era
AFTA maka UMKM perlu mengetahui hal-hal yang akan
mempengaruhi perkembangan usahanya. Sehingga ke
depannya UMKM Indonesia dapat membuat suatu strategi
yang membuatnya mampu bersaing dan memenangkan
persaingan dalam kancah ASEAN di era AFTA. Hal-hal
yang akan memengaruhi UMKM Indonesia setelah
diberlakukannya AFTA antara lain:
a. Suatu kebijakan deregulasi dalam bidang ekonomi
dan perdagangan serta investasi di banyak negara,
termasuk di Indonesia, cenderung menyebabkan
meluasnya aktivitas perdagangan dalam maupun luar
negeri sehingga dapat meningkatkan ekspor non-
migas. Hubungannya dengan AFTA, keuntungan yang
dapat dirasakan oleh para pelaku UMKM (termasuk
yang mengekspor maupun mengimpor barang ke/dari
luar negeri) akan sangat dipengaruhi oleh harga
pabrik (producer price), aksesibilitas pasar, serta
laba yang didapat dari penjualan barang produksi.
Apabila tersedia area pemasaran yang baik dan
18
margin untuk hal tersebut positif maka pada
umumnya para pengusaha dan distributor baru akan
merasakan manfaat dari perdagangan bebas ASEAN.
b. Hal yang berbeda terjadi pada pengusaha UMKM yang
bergerak di bidang pengolahan dan pertanian.
Tantangan yang lebih besar lagi dan memerlukan
persiapan yang matang dialami oleh pengusaha UMKM
sektor pengolahan dan pertanian karena dalam
proses produksinya terdapat keterkaitan dengan
factor teknologi, pengetahuan, dan manajemen.
Faktor-faktor produksi tersebut akan menentukan
mutu sumber daya manusia dan jiwa kewirausahaan
para produsen yang diperlukan oleh UMKM untuk
menjalankan usahanya. Oleh karena itu, pengusaha
UMKM sektor pengolahan dan pertanian tidak bisa
begitu saja merekrut tenaga kerja apabila tidak
sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan. Perekrutan
tenaga kerja dirasa akan lebih sulit karena sumber
daya manusia di Indoensia yang sebagian besar
berpendidikan rendah.
c. Adanya integrasi wilayah akan memberikan area
pemasaran yang luas dengan jumlah konsumen yang
lebih banyak bagi produk UMKM Indonesia.
d. Dihapuskannya tariff untuk melakukan ekspor maupun
impor antar negara anggota AFTA memberikan
keuntungan bagi pengusaha UMKM, karena biaya
19
produksi dan biaya pemasaran akan lebih rendah.
Oleh karena itu, harga yang dipatok untuk suatu
barang/ jasa yang diproduksi menjadi lebih murah.
e. Tingkat keketatan persaingan usaha yang tinggi
akan memicu UMKM untuk melakukan inovasi pada
produknya, dengan meningkatkan standar mutu dan
kuantitas produk, serta strategi pemasaran.
4. Strategi yang Harus Dilakukan UMKM Indonesia dalam
Menghadapi Persaingan Perdagangan Bebas di Asia
Tenggara
Seperti harapan yang disampaikan Presiden Soeharto
dalam Pidato Kenegaraan dihadapan DPR tanggal 16
Agustus 1995 bahawa saat AFTA mulai dilaksanakan,
tahun 2003, para pengusaha Indonesia pada umumnya,
dan para pengusaha UMKM pada khususnya dapat
menjamin agar pasar dalam negeri tidak lepas dari
tangan kita dan bahkan mampu menembus pasar dunia
serta mempertahankan pangsa pasar di pasar dunia (.
Dalam upaya memenuhi harapan positif tersebut dan
memanfatkan peluang serta tantangan agar tetap mampu
bertahan dengan iklim usaha yang berbeda dan
meningkatkan daya saing produk usaha, dibutuhkan
strategi yang dapat dilakukan pemerintah maupun
pemilik UMKM.
20
Terdapat beberapa persyaratan bagi pengusaha UMKM
yang harus dipenuhi agar usahanya dapat berkerja
optimal dan dapat bersaing, yaitu pendidikan, modal,
teknologi, informasi, dan input penting lainnya.
Sementara itu, pemenuhan kelima persyaratan tersebut
harus mengikuti beberapa fakta yang terjadi dalam
lingkungan usaha. Fakta-fakta tersebut seperti
perubahan pasar (selera konsumen dan perubahan
persaingan), perubahan ekonomi nasional dan global,
kemajuan teknologi, dan penemuan-penemuan material
baru untuk produksi. Dengan memperhatikan fakta-
fakta yang perlu diperhatikan oleh pengusaha UMKM,
strategi yang dapat dilakukan adalah memenuhi
persyaratan agar usaha dapat berkerja optimal
(Tambunan, 2008a-b dalam Susilo, 2010), antara lain
sebagai berikut:
1) Sumber Daya
Berdasarkan model Resource-Based View (RBV), above-
average returns bagi suatu perusahaan sangat
ditentukan oleh karakteristik di dalam perusahaan.
Model tersebut memfokuskan pada pengembangan atau
perolehan sumber daya dan kapabilitas yang
berharga, yang sulit atau tidak mungkin ditiru
oleh para pesaing (Wernerfelt, 1989 dalam Kuncoro,
2005:38). Oleh karena itu, sangatlah baik bagi
21
setiap pengusaha UMKM untuk selalu memperhatikan
kualitas sumber daya yang dimilikinya.
Strategi yang dapat dilakukan adalah
mengidentifikasi sumber daya mana saja yang mudah
ditiru dan yang tidak bisa ditiru oleh pesaing
UMKM. RBV mengidentifikasi beberapa karakteristik
yang disebut mekanisme isolasi yang membuat suatu
sumber daya sulit untuk ditiru dan menjadi
berharga (Kuncoro, 2005:42):
Superioritas Kompetitif: Apakah dengan
dimilikinya sumber daya tersebut dapat
memberikan kepuasan pelanggan usaha dengan baik?
Misalnya dua usaha jasa fotokopi yang
menyediakan layanan yang sama, tetapi yang
lokasinya lebih dekat dengan kampus akan lebih
dipilih oleh mahasiswa.
Kelangkaan Sumber Daya: Apakah psokan sumber
daya terbatas?
Kemudahan Ditiru: Apakah sumber daya mudah
ditiru dan didapatkan? Karakteristik ini
ditentukan pula oleh keunikan fisik, jalur
ketergantungan terhadap sumber daya, dan economic
deterrence (keadaan di mana dibutuhkan investasi
yang besar utnuk meniru sumber daya yang
dimiliki).
22
Appropriability: Siapa yang sebetulnya mendapatkan
keuntungan dari yang dihasilkan sumber daya?
Sumber daya yang dimiliki sendiri akan mudh
untuk dikembangkan dan dikendalikan daripada
yang mudah didapat, dibeli, maupun ditiru oleh
pesaing.
Daya Tahan: Berapa lama umur ekonomis yang
dimiliki oleh sumber daya tersebut?
Dapat Digantikan (substitutability): Berapa
ketersediaan barang substitusi dari sumber daya?
Apabila jumlahnya lebih sedikit, pengusaha UMKM
akan mendapat keuntungan dengan besarnya
konsumen yang akan membutuhkan sumber daya
tersebut.
Beberapa contoh sumber daya berdasarkan tingkat
kesulitan ditiru sebagai berikut:
Mudah ditiru: uang tunai, komoditas
Dapat ditiru: kemampuan mengantisipasi
perubahan, skala ekonomis
Sukar ditiru: loyalitas merek, kepuasan pekerja,
reputasi kejujuran
Tidak dapat ditiru: hak paten, lokasi khusus,
area khusus (hak pengusahaan hutan, hak
pertambangan, dan lain-lain)
Banyaknya bantuan modal kepada UMKM yang tidak
tepat sasaran, berpotensi menimbulkan overlapping
23
(penggelapan uang) dan moral hazard (bahaya moral).
Untuk itu perlu dilakukan adalah koordinasi
bantuan kepada UMKM sehingga tepat sasaran,
pendisiplinan kementerian/ lembaga pemberi bantuan
PERKEMBANGAN DATA USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH (UMKM) DAN USAHA BESAR (UB)TAHUN 2011 – 2012
INDIKATOR SATUAN TAHUN 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN 2011-2012
JUMLAH PANGSA(%) JUMLAH PANGSA
(%) JUMLAH (%)
(2) (3) (6) (7) (8) (9)1 UNIT USAHA (A+B) (Unit) 55,211,396 56,539,560 1,328,163 2.41A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Unit) 55,206,444 99.99 56,534,592 99.99 1,328,147 2.41
- Usaha Mikro (UMi) (Unit) 54,559,969 98.82 55,856,176 98.79 1,296,207 2.38- Usaha Kecil (UK) (Unit) 602,195 1.09 629,418 1.11 27,223 4.52- Usaha Menengah(UM) (Unit) 44,280 0.08 48,997 0.09 4,717 10.65B. Usaha Besar (UB) (Unit) 4,952 0.01 4,968 0.01 16 0.32
2 TENAGA KERJA (A+B) (Orang) 104,613,681
110,808,154 6,194,473 5.92
A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Orang) 101,722,458 97.24 107,657,509 97.16 5,935,051 5.83
- Usaha Mikro (UMi) (Orang) 94,957,797 90.77 99,859,517 90.12 4,901,720 5.16- Usaha Kecil (UK) (Orang) 3,919,992 3.75 4,535,970 4.09 615,977 15.71- Usaha Menengah(UM) (Orang) 2,844,669 2.72 3,262,023 2.94 417,354 14.67B. Usaha Besar (UB) (Orang) 2,891,224 2.76 3,150,645 2.84 259,422 8.973 PDB ATAS DASAR HARGA BERLAKU (A+B)