Top Banner
UNIVERSITAS INDONESIA TEKNOLOGI KEMASAN UNTUK PRODUK PANGAN DAN OBAT Oleh Kelompok 6: Alristo Sanal Annisa Kurnia Fachryan Zuhri Firdhauzi Kusuma Rachmani Kharis Mukhifullah Lidya Ayu Pratiwi Nadia Kurniawan FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA DEPOK 2014
31

Makalah Pengemasan Pra UTS.pdf

Nov 16, 2015

Download

Documents

southeast90
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • UNIVERSITAS INDONESIA

    TEKNOLOGI KEMASAN UNTUK PRODUK PANGAN DAN OBAT

    Oleh Kelompok 6:

    Alristo Sanal

    Annisa Kurnia

    Fachryan Zuhri

    Firdhauzi Kusuma Rachmani

    Kharis Mukhifullah

    Lidya Ayu Pratiwi

    Nadia Kurniawan

    FAKULTAS TEKNIK

    PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

    DEPOK

    2014

  • ii

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

    BAB 1 ............................................................................................................................... 1

    KEMASAN DAN PERKEMBANGANNYA .................................................................. 1

    1.1. Definisi Kemasan ............................................................................................... 1

    1.2. Fungsi Kemasan ................................................................................................. 1

    1.3. Sejarah Perkembangan Kemasan dari Zaman Dahulu hingga Sekarang ........... 3

    BAB 2 ............................................................................................................................... 5

    KEMASAN UNTUK PANGAN DAN OBAT ................................................................ 5

    2.1. Kemasan Obat .................................................................................................... 5

    2.2. Kemasan Pangan ................................................................................................ 6

    BAB 3 ............................................................................................................................... 9

    TEKNOLOGI KEMASAN UNTUK PANGAN DAN OBAT ........................................ 9

    3.1. Teknologi Kemasan Pangan .............................................................................. 9

    3.1.1. Teknologi Kemasan Pangan Jangka Panjang ............................................. 9

    3.1.2. Teknologi Kemasan Minuman dan Pangan Basah ................................... 16

    3.2. Teknologi Kemasan Obat ................................................................................ 20

    3.2.1. Teknologi Kemasan Obat Padat ............................................................... 20

    3.2.2. Teknologi Kemasan Obat Cair ................................................................. 24

  • UNIVERSITAS INDONESIA 1

    BAB 1

    KEMASAN DAN PERKEMBANGANNYA

    1.1. Definisi Kemasan

    Kemasan atau packaging, jika diartikan secara umum adalah bagian terluar yang

    membungkus suatu produk dengan tujuan untuk melindungi produk dari cuaca,

    guncangan, dan benturan-benturan terhadap benda lain. Setiap bentuk benda yang

    membungkus suatu benda didalamnya dapat disebut dengan packaging atau kemasan,

    selama benda tersebut dapat melindungi isinya.

    Untuk menampilkan image dan pandangan terhadap suatu isi produk, maka

    kemasan biasanya dibentuk atau didesain sedemikian rupa, sehingga pesan yang akan

    disampaikan produsen dapat ditangkap oleh konsumen produk dengan baik.

    Untuk membuat suatu kemasan, tidak hanya tergantung dari material-material

    tertentu saja, tetapi juga terdapat berbagai jenis material yang dapat digunakan. Material

    kemasan tersebut biasanya ditentukan berdasarkan komposisi dan ketahanan dari

    produk.

    1.2. Fungsi Kemasan

    Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan melindungi

    produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga produk dapat lebih mudah disimpan,

    diangkut, dan dipasarkan. Secara umum, fungsi pengemasan pada bahan pangan adalah

    sebagai berikut:

    a. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga ke konsumen, agar

    produk tidak tercecer, terutama untuk produk dalam fasa cairan, pasta, atau

    butiran

    b. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet,

    panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan

    mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk

    c. Sebagai identitas produk. Dalam hal ini, kemasan dapat digunakan sebagai alat

    komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada

    kemasan

  • UNIVERSITAS INDONESIA 2

    d. Meningkatkan efisiensi, karena dapat memudahkan pengiriman dan

    penyimpanan dan memudahkan penghitungan isi (misal: satu kemasan berisi 10

    buah, 1 lusin, 1 gross, dsb)

    e. Melindungi pengaruh buruk dari luar dan melindungi pengaruh buruk dari

    produk itu sendiri, misalnya produk yang dikemas berupa produk yang berbau

    tajam atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun, dan produk yang

    dapat melunturkan warna

    f. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan kecap dan

    sirup yang mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan kemasan

    botol plastik sebagai pengganti botol kaca

    g. Menambah daya tarik konsumen

    h. Sarana informasi dan iklan

    i. Memberikan kenyamanan bagi konsumen

    Fungsi pada poin f, g, dan h merupakan fungsi tambahan dari kemasan. Akan

    tetapi dengan semakin meningkatnya persaingan dalam industri pangan, fungsi

    tambahan ini justru lebih ditonjolkan, sehingga penampilan kemasan harus betul-betul

    menarik bagi calon pembeli, dengan cara sebagai berikut:

    a. Mencetak kemasan dengan kombinasi beberapa warna dan mengkilat sehingga

    terlihat menarik dan terkesan mewah

    b. Dapat memberi kesan bahwa produk memiliki mutu yang tinggi

    c. Desainnya secara teknis memudahkan konsumen untuk membukanya

    d. Desainnya secara teknis mengikuti teknologi mutakhir sehingga produk yang

    dikemasnya terkesan modern dan mengikuti perkembangan zaman

    Disamping fungsi-fungsi diatas, kemasan juga memiliki peranan penting dalam

    industri pangan, yaitu sebagai berikut:

    a. Pengenal identitas produk

    b. Penghias produk

    c. Piranti monitor

    d. Media promosi

    e. Media penyuluhan atau petunjuk cara penggunaan dan manfaat produk yang ada

    didalamnya

  • UNIVERSITAS INDONESIA 3

    f. Pelindung bagi konsumen

    g. Sumber informasi mengenai isi/produk, juga sebagai pertimbangan pengambilan

    keputusan untuk membeli produk tersebut atau tidak

    1.3. Sejarah Perkembangan Kemasan dari Zaman Dahulu hingga Sekarang

    Pengemasan bahan pangan sudah lama dikenal dan digunakan untuk keperluan

    manusia. Pada zaman prasejarah, orang masih menggunakan bahan kemasan dari bahan-

    bahan alam seperti daun-daun, kulit buah, kulit kayu, pelepah, batu-batuan, cangkang

    kerang, dan kulit binatang. Pada zaman Paleolitik, perkembangan pengemasan baru

    sampai pada pembuatan keranjang dari rumput atau dari ranting-ranting kayu yang

    lentur.

    Pada zaman Neolitik, mulai dikenal wadah dari logam yang dibentuk berupa

    cawan untuk minum. Pada zaman ini, dikenal pula bentuk-bentuk kemasan seperti

    cawan, baki, dan bentuk lain yang terbuat dari tanah liat. Pada zaman Sumerian,

    kemasan jenis kaca sudah mulai dikenal dalam bentuk toples kecil yang digunakan

    untuk mengemas cairan berharga seperti ramuan obat-obatan atau parfum.

    Pada tahun 750-an, terjadi penyebarluasan pemakaian botol, toples, dan

    tempayan yang terbuat dari tanah. Pengrajin yang terampil membuat container keramik

    dan container dekoratif lainnya untuk menyimpan kemenyan, wewangian, dan salep.

    Pada awal tahun 1800-an, ketika populasi penduduk di Eropa dan Amerika

    semakin tumbuh, tong, kotak kayu, dan kantong serat digunakan secara luas sebagai

    material kemasan. Seiring dengan permintaan barang konsumen yang semakin

    meningkat, perkembangan kaleng, aluminium, kaca, dan kantong kertas muncul sebagai

    sumber daya kemasan yang signifikan.

    Pada tahun 1817, kotak kardus pertama kali dibuat di Inggris 200 tahun setelah

    orang Cina menemukan kertas, dan berubah menjadi perkembangan revolusioner pada

    akhir abad ke-19. Kemasan kardus diproduksi secara komersial pada tahun 1839.

    Prinsip Litografi dalam proses pencetakan kemasan ditemukan oleh Alois

    Senefelder pada tahun 1798, yang merupakan titik signifikan dalam sejarah desain

    kemasan, dan semakin maju dengan diadakannya produksi massal. Karena semua

    kemasan, mulai dari kotak kardus, peti kayu, botol, dan kaleng memiliki label kertas,

  • UNIVERSITAS INDONESIA 4

    proses litografi label cetakan menjadi salah satu perkembangan yang patut dicatat pada

    masa itu. Selanjutnya, setiap label atau pembungkus dicetak dengan tangan memakai

    mesin press kayu diatas kertas buatan tangan.

    Pada tahun 1980-an, dimana persaingan dalam dunia usaha semakin tajam dan

    kalangan produsen saling berlomba untuk merebut perhatian calon konsumen, bentuk

    dan model kemasan dirasa sangat penting peranannya dalam strategi pemasaran. Disini,

    kemasan harus mampu menarik perhatian konsumen, membujuk konsumen, dan

    menggambarkan keistimewaan produk. Pada saat inilah kemasan mengambil alih tugas

    penjualan pada saat jual beli terjadi.

    Pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan banyaknya merek-merek produk

    dengan jenis yang sama dan dijual bersamaan, produsen mulai menyadari kebutuhan

    untuk menyeret insinyur teknologi pengemasan kedalam tim pengembangan kualitas

    produk dan desainer kemasan sebagai bagian tim pemasaran.

  • UNIVERSITAS INDONESIA 5

    BAB 2

    KEMASAN UNTUK PANGAN DAN OBAT

    Pengemasan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan mutlak

    diperlukan dalam persaingan dunia usaha seperti saat ini. Saat ini kemasan merupakan

    faktor yang sangat penting karena fungsin dan kegunaanya dalam meningkatkan mutu

    produk dan daya jual dari produk. Kemasan telah banyak digunakan pada berbagai hal

    seperti pangan, obat-obatan, barang elektronik, minuman dan lain-lain. Pada makalah

    ini kami akan membahas lebih lanjut tentang pengemasan pada obat dan pangan.

    2.1. Kemasan Obat

    Suatu sediaan obat diakui keberadaannya, jika disertai kemasan akhir dengan

    penandaan yang lengkap. Harus ada gabungan yang tepat dari kedua unsur pokok

    tersebut untuk mempertahankan shelf life yang memadai. Pengemasan obat adalah

    suatu metode ekonomis yang memberikan kenyamanan, identifikasi, penyajian dan

    perlindungan terhadap suatu sediaan obat sampai dikonsumsi. Perlindungan adalah

    kegunaan utama untuk pengemasan sediaan obat.

    Perlindungan sediaan obat harus dilakukan terhadap bahaya lingkungan seperti

    kelembaban, kontaminasi mikroba, oksigen dan cahaya matahari serta bahaya fisik

    seperti penyimpanan dan pengangkutan. Kebutuhan perlindungan diterapkan bukan

    hanya selama penyimpananshelf life yang normal, tetapi juga harus termasuk periode

    penggunaan sediaan. Selain itu, sediaan obat harus kompetibel dengan kemasan dan

    bahan kemasan tidak merubah karakteristik stabilitas dari sediaan obat. Kegagalan

    untuk melindungi dapat menghasilkan kerusakan produk atau terjadinya produk

    sampingan yang berbahaya. Proses pengemasan dilakukan di dalam rumah sakit besar

    maupun kecil dikarnakan industri farmasi telah membuat semua sediaan obat sehingga

    peranan apoteker rumah sakit berubah dari formulator menjadi pengemas.

  • UNIVERSITAS INDONESIA 6

    Gambar 2.1. Kemasan obat (Sumber : google.com)

    Kemasan obat sangat diperlukan karena memiliki fungsi utama yaitu:

    Fungsi pokok dari suatu kemasan obat adalah mewadahi sediaan obat agar tidak

    membiarkannya menjadi bagian dari lingkungan. Terutama hal ini mensyaratkan

    suatu kemasan tidak bocor dan tetap kedap terhadap pengaruh bahan-bahan

    formulasi sediaan obat dan cukup kuat menahan isinya selama distribusi fisik.

    Perlindungan adalah fungsi kemasan yang paling penting. Sediaan obat harus

    dilindungi terhadap kerusakan fisik, kehilangan kandungan atau bahan ramuan

    dan terhadap gangguan dari komponen lingkungan yang tidak dikehendaki,

    seperti uap air, oksigen, cairan, kotoran, kontaminasi dan cahaya matahari

    Memberi identitas terhadap isinya secara lengkap dan tepat

    Membolehkan isinya dapat digunakan dengan cepat, mudah dan aman.

    Di dunia obat atau farmasi sering menggunakan kemasan unit tunggal yaitu

    suatu kemasan sekali pakai diistilahkan dengan kemasan satu dosis. Kemasan obat unit

    tunggal dapat ditampilkan pada skala besar oleh pabrik farmasi atau pada skala kecil

    oleh apotek yang menyalurkan obat tersebut.

    2.2. Kemasan Pangan

    Kemasan pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan atau

    membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak.

    Sedangkan bahan kemasan pangan adalah zat kimia yang digunakan sebagai bahan

    dasar dan bahan tambahan kemasan pangan.

  • UNIVERSITAS INDONESIA 7

    Gambar 2.2. Kemasan pangan (Sumber : google.com)

    Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan melindungi

    produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan

    dipasarkan. Kemasan pada bahan pangan sangat diperlukan karena memiliki fungsi

    sebagai berikut:

    1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga kekonsumen, agar

    produk tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran

    2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet,

    panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan

    mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk.

    3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat

    komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada

    kemasan.

    4. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan

    berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan

    penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia perdagangan.

    5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, Melindungi pengaruh buruk dari produk

    di dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau

    tajam, atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang

    dapat menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat melindungi

    produk-produk lain di sekitarnya.

  • UNIVERSITAS INDONESIA 8

    6. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan kecap dan

    syrup mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan kemasan botol

    plastik.

    7. Menambah daya tarik calon pembeli

    8. Sarana informasi dan iklan

    9. Memberi kenyamanan bagi pemakai.

    Di samping fungsi-fungsi di atas, kemasan juga mempunyai peranan penting

    dalam industri pangan, yaitu:

    1. Pengenal jatidiri/identitas produk

    2. Penghias produk

    3. Piranti monitor

    4. Media promosi

    5. Media penyuluhan atau petunjuk cara penggunaan dan manfaat produk yang ada

    di dalamnya

    6. Bagi pemerintah kemasan dapat digunakan sebagai usaha perlindungan

    konsumen

    7. Bagi konsumen kemasan dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang

    isi/produk, dan ini diperlukan dalam mengambil keputusan untuk membeli

    produk tersebut atau tidak.

    Begitu pentingnya kemasan dalam perdagangan, membuat setiap produsen terus

    berinovasi menciptakan kemasan-kemasan yang fungsional dan menarik.

  • UNIVERSITAS INDONESIA 9

    BAB 3

    TEKNOLOGI KEMASAN UNTUK PANGAN DAN OBAT

    3.1. Teknologi Kemasan Pangan

    3.1.1. Teknologi Kemasan Pangan Jangka Panjang

    Pangan jangka panjang merupakan produk makanan yang disimpan dalam waktu

    yang lama (jangka waktu panjang). Produk seperti ini tentu saja memerlukan teknologi

    tertentu agar kualitas dari pangan/makanan tetap terjaga. Berikut ini merupakan

    teknologi yang digunakan untuk dapat menjaga kualitas makanan sehingga dapat

    disimpan dalam waktu yang lama.

    3.1.1.1. Segel Manual

    Teknologi penyegel menggunakan pemanas untuk merekatkan kemasan plastik

    yang ingin disegel. Tujuan penyegelan adalah melindungi makanan dari lingkungan

    terutama dari udara yang dapat mempengaruhi kualitas makanan.

    Segel Tangan Manual

    Gambar 3.1. Mesin segel manual tangan (Sumber: http://www.mesinpengemas.com)

    Model segel manual ini adalah mesin pengemas yang pengoperasiannya

    menggunakan tangan. Mesin ini bisa digunakan untuk mengemas aneka produk dalam

    kemasan plastik. Mesin ini biasanya dipakai oleh home industri dengan beragam produk

    (produk makanan, obat, dll) yang dikemas dalam kantong plastik.

  • UNIVERSITAS INDONESIA 10

    Segel Pedal Manual

    Gambar 3.2. Mesin segel manual pegas (Sumber: http://www.tokomesin.com)

    Sama seperti Segel Tangan Manual, tetapi alat ini menggunakan kaki saat proses

    penekanannya.

    3.1.1.2. Segel Otomatis dan Semi Otomatis

    Teknologi penyegel otomatis memeliki tujuan yang serupa dengan penyegel

    manual. Teknologi ini menggunakan pemanas untuk merekatkan kemasan plastik yang

    ingin disegel.

    Segel Semi Otomatis

    Gambar 3.3. Mesin segel semi otomatis (Sumber: http://www.mesinpengemas.com)

    Segel ini menggunakan gear untuk memutar kemasan yang ingin di seal. Jadi

    kita cukup memasukkan kepala kemasan ke gear tersebut dan langsung otomatis

    tersegel tanpa harus melakukan penekanan seperti pada segel manual.

    Sealer Full Otomatis

  • UNIVERSITAS INDONESIA 11

    Gambar 3.4. Mesin segel otomatis (Sumber: http://www.mesinpengemas.com)

    Teknologi kemasan jenis ini sudah full otomatis semuanya sehingga nantinya

    cukup menambah pangan dan mengganti plastik pengemasnya jika sudah habis. Contoh

    produk yang dapt dikemas alat ini antara lain: gula pasir, bubuk kopi, susu bubuk,

    krimer, bubuk coklat campuran, bubuk jamu, serbuk daun teh, serbuk fiber pelangsing,

    serbuk sari buah, serbuk minuman suplemen, serbuk jelly, tepung agar-agar, MSG,

    sodium cyclamate, bubuk pewarna makanan, bubuk bumbu dapur, tepung penyedap

    rasa, tepung beras, bubuk deterjen, bedak parfum (deodorant), pupuk majemuk,

    camilan/makanan kering, biskuit, makaroni, biji kopi, kacang tanah, biji kacang-

    kacangan, rempah-rempah, permen bulat, pil jamu, dan lain-lain. Model segelnya pun

    bermacam-macam:

  • UNIVERSITAS INDONESIA 12

    Gambar 3.5. Hasil penyegelan mesin segel otomatis (a) segel bantal, (b) segel tengah,

    (c) segel tiga sisi, (d) produk bersegel tiga sisi, (e) segel empat sisi, (f) produk bersegel empat sisi

    (Sumber: Google)

    3.1.1.3. Mesin Shrink

    Teknologi ini menggunakan panas dari sinar infra merah untuk memanaskan

    plastik sehingga plastik bisa ketat dengan botol/kotak kemasan/lainnya yang ingin

    dikemas sehingga tidak mudah terbuka.

    Mesin Shrink Tunnel tanpa Kaki

    Gambar 3.6. Mesin shrink tunnel tanpa kaki (Sumber: http://www.mesinpengemas.com)

    Mesin ini bisa Anda gunakan untuk mengemas produk dengan plastik (kemasan

    plastik rapat pada body produk). Berbagai produk : produk dalam kaleng, produk dalam

  • UNIVERSITAS INDONESIA 13

    botol, dll. Sumber pemanasan dari mesin ini adalah tabung infra merah. Suhu

    pemanasan bisa diatur secara otomatis, tidak bising.

    Mesin Shrink Tunnel dengan Kaki

    Gambar 3.7. Mesin shrink tunnel dengan kaki (Sumber: http://www.mesinpengemas.com)

    Kelebihan alat ini dari Shrink Tunnel sebelumnya adalah alat ini memiliki kaki.

    Jadi tidak perlu menggunakan meja lagi untuk menaruhnya.

    3.1.1.4. Penyegel Vakum

    Teknologi ini menghisap seluruh udara di dalam kemasan dan saat kondisinya

    sudah vakum, langsung dilakukan penyegelan.

    Penyegel Vakum Portable Manual

    Gambar 3.8. Mesin penyegel vakum portable (Sumber: http://www.mesinpengemas.com)

    Mesin Pengemas Vakum Portable ini dikhususkan untuk rumah tangga. Mesin

    ini bisa dibawa ke mana-mana, cocok untuk ibu-ibu rumah tangga

  • UNIVERSITAS INDONESIA 14

    Penyegel Vakum Semi Otomatis

    Gambar 3.9. Mesin penyegel vakum semi otomatis (Sumber: http://www.mesinpengemas.com)

    Mesin pengemas vakum ini adalah peralatan yang bisa digunakan secara semi

    otomatis untuk mengemas produk secara vakum. Dengan pengemasan secara vakum,

    maka produk yang Anda kemas akan aman dari oksidasi, kerusakan biologis, dan bisa

    lebih bertahan lama dan tetap fresh. Mesin ini bisa Anda gunanakan untuk produk apa

    saja. Produk-produk yang cocok dikemas dengan mesin ini antara lain : bakso, ikan,

    roti, makanan agar lebih awet, dan lain-lain.

    Penyegel Vakum Otomatis

    Gambar 3.10. Mesin penyegel vakum otomatis (Sumber: http://www.mesinpengemas.com)

    Vakum jenis ini tidak perlu di buka tutup lagi di bagian dalamnya. Cukup

    langsung ditaruh kemasan yang ingin disegel. Lebih mudah dan simpel.

  • UNIVERSITAS INDONESIA 15

    3.1.1.5. Penyegel Bertekanan

    Gambar 3.10. Mesin penyegel bertekanan (Sumber: http://www.tokomesin.com)

    Teknologi ini berkebalikan dengan teknologi Penyegelan Vakum. Dimana

    kemasan diisi dengan udara sebelum disegel. Pengisian gas pada kemasan sebelum

    proses penyegelan ditujukan untuk menciptakan balon yang berguna untuk melindungi

    barang saat dikirim. Atau mengisi udara pada produk makanan ringan, seperti keripik,

    snack, dll. Penyegel jenis ini, cocok digunakan untuk kemasan pembungkus yang kecil

    dan memakai system pengontrol suhu elektronik konstan (tetap) dan mekanisme

    transmisi yang berkecepatan cukup. Mesin ini dapat menyegel plastic film dari berbagai

    macam bahan seperi PE, PP, kertas alumunium, dan dapat disesuaikan dengan sistem

    sulam timbul, serta pengontrol mikro computer tipe terbaru dengan alat penghitung.

    3.1.1.6. Perbandingan Antara Berbagai Teknologi Kemasan Pangan Jangka

    Panjang

    Tabel 3.1. Tabel Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Teknologi Kemasan Pangan

    Teknologi Penyegelan Kelebihan Kekurangan

    Segel manual, semi

    otomatis, dan otomatis

    Sangat mudah dilakukan

    dan biayanya murah

    Produk dapat teroksidasi

    karena masih ada udara luar

    yang ikut tersegel. Jika

    prosuk berupa kue kering

    akan mudah rusak karena

    tertekan saat dikemas.

  • UNIVERSITAS INDONESIA 16

    Teknologi Penyegelan Kelebihan Kekurangan

    Shrink Dapat menguatkan

    kemasan yang sudah ada

    (kemasan yang digunakan

    sebelum melewati mesin

    shrink)

    Hanya dapat diaplikasikan

    pada kemasan tertentu

    Penyegel vakum Dapat menghilangkan

    kemungkinan busuknya

    produk akibat oksidasi

    Biaya peralatan relatif lebih

    mahal

    Penyegel bertekanan Dapat menjaga produk dari

    tekanan luar saat proses

    distribusi

    Harganya mahal, baik dari

    alat maupun gas, karena

    biasanya menggunakan gas

    nitrogen agar makanan

    tidak teroksidasi oleh gas

    oksigen

    3.1.2. Teknologi Kemasan Minuman dan Pangan Basah

    Dalam teknologi kemasan pangan basah ini maksudnya adalah teknologi

    kemasan yang digunakan untuk pangan yang berbentuk cair atau mengandung cairan

    didalamnya, seperti susu, serta pangan segar yang masih banyak mengandung air atau

    uap air. Disini akan dibahas tentang penggunaan teknologi kemasan untuk mengemas

    produk-produk makanan dan minuman saat ini. Untuk produk minuman, seperti susu

    misalnya, banyak yang memilih untuk membungkusnya dengan kemasan kertas dalam

    berbagai ukuran. Teknologi kemasan yang digunakan adalah teknologi kemasan aseptis

    yang terdiri dari beberapa lapisan material pada kemasan tersebut. Untuk kemasan

    pangan segar seperti sayuran dan buah, kini menggunakan teknologi pengemasan MAP

    (Modified Atmosphere Packaging).

  • UNIVERSITAS INDONESIA 17

    3.1.3.1. Teknologi Kemasan Susu

    Kemasan pada produk susu kebanyakan saat ini adalah mengunakan teknologi

    aseptik dengan bahan kertas karton. Produk susu merupakan salah satu produk yang

    sangat sensitif terhadap kerusakan karena memang produknya yang mudah ditumbuhi

    bakteri dan zat kontaminan lainnya.

    Pengemasan Aseptik dalam arti sempit berarti pengisian bahan pangan dingin

    yang telah disterilisasi dan steril ke dalam kemasan yang telah disterilisasi dan steril,

    dalam lingkungan steril sehingga dapat mencegah terjadinya kontaminasi pada saat

    pengisian dan penutupan wadah. Di bidang teknologi pengemasan pangan, mungkin

    pengemasan aseptis merupakan teknologi pengemasan yang paling dinamis dalam

    perkembangannya. Di Eropa, pengisian dan pengemasan bahan pangan yang telah

    mengalami proses sterilisasi telah mencapai teknologi tingkat tinggi, dan makin penting

    dari waktu ke waktu.

    Gambar 3.11. Konsep pengemasan aseptik

    Dari skema di atas, dapat dilihat bahwa konsep kemasan steril berawal dari

    produk pangan atau minuman yang sudah terlebih dahulu steril. Misalnya susu, telah

    dilakukan proses sterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan Ultra High

    Temperature. Lalu produk pangan tersebut juga dipindahkan menuju lingkungan steril

    dengan kondisi yang aseptik pula untuk dimasukan ke dalam kemasan. Material

    kemasan yang akan memuat produk tersebut juga sudah mengalami tahap sterilisasi

    sehingga pada akhirnya didapatkanlah sebuah kemasan aseptik.

  • UNIVERSITAS INDONESIA 18

    Kemasan untuk susu yang saat ini digunakan adalah material kertas karton yang

    mana terdiri dari beberapa lapisan material lainnya yang bertujuan untuk menjaga

    keaseptikan kemasan.

    Gambar 3.12. Contoh bahan kemasan untuk produk susu

    Keuntungan dari teknologi kemasan ini adalah:

    1) Metode sterilisasi bahan pangan sangat efektif .

    2) Tidak ada residu berbahaya pada kemasan.

    3) Metode ramah lingkungan dan aman secara toksikologi.

    4) Metode pengemasan cocok untuk bahan pangan asam rendah atau asam tinggi.

    5) Menunjang teknik pelabelan yang menarik

    3.1.3.2. Teknologi Kemasan Pangan Segar

    Teknologi kemasan pangan segar yang ada saat ini adalah menggunakan

    teknologi MAP (Modified Atmosphere Packaging). Penerapan teknologi ini digunakan

    karena untuk membuat memperpanjang masa simpan produk pangan sayuran dan buah

    agar tetap segar selama mungkin walaupun sudah disimpan dalam suatu kemasan. Hal

    ini juga bertujuan untuk meningkatka kualitas produk sayuran dan buah segar dipasaran.

    Modified Atmosphere Packaging (MAP) merupakan teknologi yang

    berlandaskan pada modifikasi komposisi gas atmosfer dalam kemasan yang mana

    komposisinya berbeda pada kandungan udara biasanya (20.9 % O2, 78% N2, dan 0.03%

    CO2). Komposisi gas yang dimodifikasi harus disesuaikan untuk masing-masing produk

    atau makanan. Dibandingkan dengan proses kimia atau termal, kemasan dengan gas

    pelindung merupakan proses yang lembut. Terkadang, metode lain untuk

  • UNIVERSITAS INDONESIA 19

    memperpanjang umur simpan juga digunakan dalam sebuah kombinasi. Menggunakan

    MAP hanya menunda kerusakan dan pembusukan pangan. Untuk itu, proses yang

    higienis dan kualitas yang tinggi dari bahan baku harus terjamin.

    Gambar 3.13. Contoh kemasan yang menggunakan teknologi MAP

    MAP digunakan untuk berbagai tipe produk, dimana campuran gas dalam

    kemasan bergantung pada tipe produknya, material kemasannya, dan temperatur

    penyimpanan. Tetapi untuk buah-buahan dan sayuran merupakan respiring products

    dimana interaksi dengan material kemaan dengan produknya sangatlah penting. Jika

    permeabilitas (untuk O2 dan CO2) dari lapisan kemasan disesuaikan dengan respirasi

    produk, sebuah kesetimbangan atmosfir yang termodifikasi atau Equilibrium Modified

    Atmosphere tersebut akan terjadi dalam kemasan dan umur simpan produk akan

    meningkat. EMAP (Equilibrium Modified Atmosphere Packaging) banyak digunakan

    pada produk sayuran dan buah potong.

    Gambar 3.14. Mekanisme yang terjadi pada EMAP

    Jika kita mengatur permeabilitas dari film untuk digunakan pada kemasan untuk

    laju respirasi dari produk, komposisi gas yang menguntungkan untuk produk dapat

    terjadi dengan sendirinya. Tujuannya adalah untuk mengontrol konsentrasi oksigen dan

    karbon dioksida. Kesetimbangan atmosfer ini dipengaruhi oleh interaksi antara respirasi

  • UNIVERSITAS INDONESIA 20

    produk dan permeabilitas film. Karena film secara umum film tidak cukup permeabel

    untuk aplikasi tersebut, sifat film dapat diterapkan dengan mikro-perforasi.

    Keunggulan dari teknologi ini adalah dapat meningkatkan umur simpan produk

    dengan sedikit limbah dan mengurangi biaya sebesar 50%. Kekurangannya adalah

    sangat bergatung pada kualitas pengolahan produk dan kesterilan bahan baku karena

    tujuan dari MAP ini adalah menghambat pertumbuhan bakteri dan mencegah kerusakan.

    Jika prosesnya saja sudah buruk, maka menggunakan teknologi ini pun akan percuma.

    3.2. Teknologi Kemasan Obat

    3.2.1. Teknologi Kemasan Obat Padat

    Berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan kemasan), kemasan

    obat padat juga terdiri atas kemasan primer, kemasan sekunder dan kemasan tersier.

    Kemasan primer obat padat merupakan kemasan yang langsung mewadahi atau

    membungkus obat (bersentuhan langsung dengan obat) misalnya kemasan strip dan

    blister. Kemasan sekunder obat padat merupakan kemasan yang berfungsi melindungi

    kemasan primer obat, biasanya dikenal dengan inner box dari karton ataupun plastik

    klip, yang umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas produk. Kemasan sekunder

    ini juga dapat digunakan untuk melindungi obat yang peka terhadap cahaya, dimana

    panjang gelombang cahaya yang dapat diterima antara 290-450 nm. Kemasan tersier

    obat padat yakni kemasan yang melindungi kemasan primer dan kemasan sekunder

    obat, biasa dikenal dengan outer box dan bisa berupa kantong plastik putih (tidak boleh

    kantong plastik daur ulang) untuk mengindari kontaminasi.

    3.2.1.1. Teknologi Kemasan Strip

    Kemasan strip merupakan kemasan untuk obat yang dikonsumsi secara per oral

    dengan sistem dosis tunggal. Kemasan strip digunakan untuk sediaan padat berupa

    tablet, kapsul, kaplet, pil, lozenges, dll. Teknik untuk mengemas kemasan strip disebut

    juga strip packaging atau stripping. Metode ini sudah berlangsung lebih dari seperempat

    abad. Metodenya adalah dengan mengemas dengan dua lapisan atas/ bawah, dan

    kemudian disegel dan dipotong. Produk akan jatuh kedalam mold yang panas, kemudian

    dibentuk kemasan dan mewadahi produk tersebut. Ukuran dan kedalaman dari mold

  • UNIVERSITAS INDONESIA 21

    (cetakan) tersebut harus cukup untuk menampung produk dan membentuk kantong, dan

    jangan sampai produk tertekan. Produk yang disegel antara dua lapisan tipis ini

    biasanya mempunyai segel dan dipisahkan dari bungkus-bungkus yang bedekatan

    karena adanya perforasi (lubang kecil untuk memudahkan dalam membuka kemasan).

    Pemilihan material kemasan harus tepat, agar tidak ada migrasi dari produk keluar.

    Gambar 3.15. Contoh kemasan strip (Sumber: Khoiriyani, Yessy, dkk. 2012)

    Bahan penyusun strip diantaranya adalah PLM (polycellonium), PLO

    (Polycello) dan PLN (Polynium). PLM merupakan bahan strip yang paling umum,

    dimana kandungannya adalah polycello atau cellophan dan alumunium. Cellophan

    adalah sejenis bahan dari serat selulosa yang berbentuk tipis transparan, fungsinya

    dalam kemasan adalah untuk menempelkan pewarna pada strip. Bahan yang biasa

    dipakai adalah MST/ MT dan PT cellophan. Alumunium sendiri berfungsi untuk

    menjaga obat dari pengaruh cahaya, kelembaban dan panas (suhu). Semakin tebal

    alumunium yang digunakan akan semakin membuat tingkat proteksi terhadap produk

    menjadi lebih baik. Namun harus dilihat dari sisi mesin strip, apakah kompatibel atau

    tidak karena bisa jadi semakin tebal akan menggangu proses stripping. Antara selophan

    dan alumunium ini terdapat satu lapisan yakni PE atau Polyetilen yang berfungsi untuk

    melekatkan selophan dan alumunium. Lapisan setelah alumunium sendiri adalah PE

    lagi, fungsinya kali ini adalah untuk membuat dua PLM dapat saling melekat saat

    distripping. Jadi secara garis besar, ada 4 lapisan dalam PLM yakni selophan (terluar),

    PE, Alu, PE (terdalam). Pembuatan PLM secara garis besar yaitu selophan dicetak dan

    diberi warna lalu PE dicairkan. Kemudian Alu dan selophan dipasang dalam masing-

    masing silindernya, saat akan ditemukan maka diberi cairan PE, sehingga keduanya

    melekat. Lalu dilapis dengan PE kembali pada bagian dalam. Untuk PLO dan PLN

    hampir sama dengan PLM. Hanya saja PLO komposisinya adalah selophan dan PE

    sehingga sifatnya elastis dan tembus pandang (contoh: antimo tablet). Sedangkan PLN

    kandungannya adalah Alu dan PE.

  • UNIVERSITAS INDONESIA 22

    Gambar 3.16. Mesin stripping (Sumber: Khoiriyani, Yessy, dkk. 2012)

    Gambar 3.17. Sistem pengemas strip (Sumber: Mayangsari, Ayu, dkk. 2012)

    Sistem kerja mesin strip sendiri cukup sederhana yakni dengan menyiapkan dua

    PLM pada rollernya. Kemudian, ditengahnya dimasukkan dalam strip dan dipanasi

    sehingga PE mencair dan akan melekatkan kedua PLM. Pemeriksaan strip juga

    sederhana, cukup diperiksa kesesuaian antara warna dan teks, lebar PLM dalam satu rol,

    dan kebersihan PLM. Saat produksi, dilakukan pengecekan kualitas PLM dengan tes

    kebocoran menggunakan metilen blue dalam pressure chamber.

    3.2.1.2. Teknologi Kemasan Blister

    Beberapa jenis sediaan obat padat seperti tablet dan kapsul ada yang

    menggunakan kemasan blister. Dengan kemasan jenis ini, bentuk dan warna obat dapat

    terlihat dikarenakan sebagian sisi kemasannya yang bening. Kemasan blister dibentuk

    dengan melunakkan suatu lembaran resin termoplastik dengan pemanasan, dan menarik

    (dalam vakum) lembaran plastik yang telah lunak itu ke dalam suatu cetakan

    membentuk ruang untuk diisi produk. Produk yang akan dikemas kemudian dilepas

    melalui happer dan masuk ke cetakan plastik tempat produk tersebut. Setelah itu,

  • UNIVERSITAS INDONESIA 23

    lembar foil yang sudah dilapisi dengan lacquer dipakai untuk menutup lembar plastik

    yang sudah dibentuk dan berisi produk, lalu dipotong. Strip dibentuk dalam tray,

    dipotong sesuai mold (cetakan) dan dimasukkan dalam kotak karton.

    Gambar 3.18. Contoh kemasan blister (Sumber: Khoiriyani, Yessy, dkk. 2012)

    Kemasan blister terdiri dari dua lapisan kemasan yang berbeda yakni PTP (Press

    Trough Packaging) dan Plastik. Komposisi PTP ini adalah alu dan polyethylene.

    Sedangkan plastik yang digunakan bisa PVC atau PVdC (Polyvinyldene chloride) yang

    transparan, , tergantung dari bahan yang akan diblister. Jika bahan sensitif dengan

    kelembapan maka akan lebih disarankan PVDC karena perlindungan yang diberikan

    terhadap produk lebih besar. Proses produksi awalnya yaitu PVC dibentuk dengan

    dipanaskan terlebih dahulu dengan heater namun tidak sampai cair, lalu dibentuk sesuai

    dengan cetakannya atau nama kerennya forming. Proses forming sendiri prinsipnya

    adalah dengan memberikan tekanan udara untuk membentuk plastik panas dan cooler

    sehingga plastik yang tertekan udara dalam cetakan akan terbentuk namun tidak bisa

    kembali ke bentuk semula karena ada proses pendinginan. Kemudian tablet dimasukkan

    dalam forming baik manual atau otomatis dan disealing dengan PTP menggunakan

    panas pada bagian sampingnya. Baru kemudian dipotong sesuai ukuran blister dengan

    menggunakan alat pemotong khusus.

  • UNIVERSITAS INDONESIA 24

    Gambar 3.19. Mesin pengemas blister (Sumber: Khoiriyani, Yessy, dkk. 2012)

    Kelebihan dari pengemasan obat dengan strip dan blister ini antara lain:

    mempertahankan dan menyatakan keaslian produk; membantu konsumen dalam

    menentukan ukuran dosis obat yang diperlukan; untuk blister, kemasannya mudah untuk

    dibuka dimana konsumen dapat membuka kemasan dari bagian belakangnya saja karena

    jenisnya yang mudah dikelupas, material yang digunakan membuatnya ringan,

    teknologi pembuatannya masih cukup sederhana dan biaya yang diperlukan untuk

    proses pengemasannya tidak mahal.

    3.2.2. Teknologi Kemasan Obat Cair

    3.2.2.1. Teknologi Kemasan Obat Cair Oral

    Obat cair yang dikonsumsi secara oral membutuhkan kemasan yang tetap

    menjaga kualitas obat (terutama dari sinar) dan memfasilitasi pengeluaran obat dari

    kemasan dengan mudah. Salah satu teknologi kemasan untuk obat cair yang dikonsumsi

    secara oral adalah menggunakan botol boston round atau Winchester bottle. Botol

    boston round adalah kemasan obat cair berbahan kaca amber yang berwarna cokelat.

    Bahan kaca Amber dan warna botol yang gelap berfungsi untuk menghindari kontak

    sinar UV ke dalam obat karena kaca Amber itu sendiri yang bersifat light resistance.

    Selain itu, kemasan yang terbuat dari kaca tidak bereaksi dengan obat yang dikemasnya

    sehingga kemasan ini tetap menjaga kualitas obat. Sebagai tambahan, tutup botol ini

    dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan memfasilitasi pengeluaran obat dengan mudah.

    Jenis tutup botol boston round diantaranya adalah:

    a. Tutup dengan pipet (terutama untuk obat cair oral dengan dosis yang sedikit)

  • UNIVERSITAS INDONESIA 25

    b. Tutup dengan spray (terutama untuk obat cair oral yang disemprotkan ke mulut)

    c. Bottle Top Dispensers (terutama untuk botol boston round yang bervolume

    besar)

    d. Yorker Dispensing Bottles

    e. Children friendly (tutup botol boston round yang tidak mudah dibuka oleh anak-

    anak karena perlu ditekan terlebih dahulu)

    Gambar 3.20. Jenis Tutup botol boston round

    (Sumber : Medi-Dose, 2010. http://www.medidose.com/Liquid-Packaging.aspx)

    Kelebihan :

    Menjaga kualitas obat dari paparan sinar

    Bahan kaca tidak bereaksi dengan obat sehingga menjaga kualitas

    Jenis tutupnya yang bermacam-macam dapat disesuaikan dengan kebutuhan

    Kelemahan :

    Lebih berat dari plastik dan tidak mudah dibawa (perlu penanganan agar tidak

    pecah).

    3.2.2.2. Teknologi Kemasan Obat cair Topikal

    Salah satu obat cair topikal adalah obat tetes mata. Obat ini harus steril sehingga

    membutuhkan kemasan yang memiliki saluran keluaran yang kecil untuk meminimalisir

    kontaminasi. Oleh karena itu, obat tetes mata memiliki ujung keluaran yang mengecil

    dan akan mengeluarkan tetesan obat atau dropplet. Agar tetap hygienis, bagian

    mengecil botol tersebut ditutup kembali dengan tutup yang bentuknya hampir sama

    dengan ujung keluaran. Botol tetes mata ini biasanya berbahan plastik khusus (special

  • UNIVERSITAS INDONESIA 26

    zinc stearate-free resin) agar lebih mudah dibawa oleh konsumen. Bahan plastik ini

    meminimalisir resiko pembentukan partikulat pada larutan obat tetes mata.

    Gambar 3.21. Kemasan obat tetes mata

    (Sumber : Medi-Dose, 2010. http://www.medidose.com/Liquid-Packaging.aspx)

    3.2.2.3. Teknologi Kemasan Obat Cair Parenteral

    Kemasan obat parenteral (injeksi) dan produk steril lainnya harus dikemas

    sedemikian rupa agar kemasan tersebut dapat memelihara sterilitas produk sampai obat

    tersebut digunakan dan mencegah kontaminasi saat pembukaan. Teknologi pengemasan

    untuk obat cair parenteral ini dilaksanakan dengan teknik aseptik untuk meminimalisir

    kontaminasi. Teknik aseptik ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu:

    a. Pencucian dan sterilisasi (umumnya temperatur tinggi) kemasan yang berasal

    dari warehouse

    b. Pengisian sekaligus penyegelan agar tidak ada kontak obat dengan udara

    sehingga dapat meminimalisir kontaminasi.

    c. Inspeksi (menggunakan alat atau visual)

    d. Labelling

    Semua teknik aseptik ini perlu dilakukan untuk semua jenis kemasan obat cair

    parenteral. Jenis kemasan yang biasa digunakan untuk obat sediaan parenteral ini

    adalah:

    Gambar 3.22. Proses Filling, Sealing, dan Inspeksi dengan teknik aseptik

    (Sumber : Gabrielis.(2008). Filling, Stoppering And Capping Machine.)

  • UNIVERSITAS INDONESIA 27

    Ampoules

    Kemasan ini adalah kemasan obat parenteral yang paling tua dan biasanya terbuat

    dari bahan kaca atau gelas. Kemasan ini hanya dapat digunakan sekali. Ampoules

    dibuka di bagian leher botol. Hal ini menyebabkan mungkinnya kontaminasi oleh

    partikel kaca saat pembukaan. Oleh karena itu, produk (obat) harus di saring sebelum di

    administrasikan. Kelebihan :

    Bahan kaca tidak bereaksi dengan produk yang dikemasnya.

    Kekurangan :

    Hanya sekali pakai sehingga sampah yang dihasilkan banyak

    Partikel kaca saat membuka memungkinkan kontaminasi pada obat

    Bahan kaca memiliki kemungkinan rusak yang lebih besar

    Vial

    Container ini terbuat dari kaca atau plastik yang ditutup dengan penutup berbahan

    karet (rubber stopper) dan disegel dengan aluminium. Kelebihan kemasan vial

    dibandingkan dengan ampoules adalah :

    Dapat di desain untuk dosis yang banyak (multiple doses) jika ditambahkan

    dengan agen bakteriostatik

    Produk (obat) lebih mudah dikeluarkan dari vial dibandingkan dengan ampoules

    Tidak ada resiko partikel kaca pada obat selama proses pembukaan.

    Namun, vial memiliki kelemahan yaitu :

    Kemungkinan terjadinya kontaminasi karena multiple dosis.

    Prefilled Syringe

    Kemasan ini di desain untuk administrasi yang cepat dan kecepatan waktu yang

    maksimum. Penghantaran obat dalam keadaan darurat biasanya tersedia dalam bentuk

    injeksi yang dikemas dengan prefilled syringes. Kemasan ini terbuat dari plastik dan

    tersedia sekaligus dengan jarum suntiknya. Oleh karena itu, kelebihan kemasan ini

    adalah :

    Praktis untuk injeksi dan cocok untuk keadaan darurat

    Administrasi obat yang lebih cepat

  • UNIVERSITAS INDONESIA 28

    Kelemahan kemasan ini adalah :

    Limbah dari kemasan ini banyak karena kemasan ini hanya sekali pakai

    Larutan Infus

    Larutan infus terbagi menjadi dua yaitu SVP dan LVP. Small volume parenteral

    (SVP), memiliki volume sekitar 100 ml. Sedangkan large volume parenteral (LVP)

    memiliki volume 100 ml atau lebih. Larutan infus digunakan untuk obat atau cairan

    yang harus diberikan secara kontinyu. Kemasan ini terbuat dari polimer plastik, terdiri

    dari PVC dan Polyolefin. Kedua jenis plastik tersebut memiliki kelebihan dari kaca

    yaitu daya tahan, mudah penyimpanan dan pembuangan, tidak berat, dan lebih aman.

    Kelebihan :

    Kemasan ini sesuai untuk obat cair steril yang diperlukan dalam jumlah yang

    banyak.

    Kelemahan :

    Volume nya yang banyak tidak memungkinkan untuk dibawa-bawa.

    (a) (b)

    (c) (d)

    Gambar 3.23. (a) Ampoules, (b) Vial, (c) Prefilled syringe, dan (d) Larutan infus.

    (Sumber : Swapnil Pharmacist. 2011. http://www.slideshare.net/parenteral-preparation-

    equipments-and-layout

  • UNIVERSITAS INDONESIA 29

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. Fungsi Kemasan & Pengemasan | Kemasan & Pemasaran.

    http://balekemas.wordpress.com/2011/01/10/fungsi-kemasan-pengemasan/

    (diakses tanggal 30 Maret 2014)

    Anonim. Sejarah Perkembangan Teknik Kemasan | Blog Polimedia.

    http://dosen.polimedia.ac.id/nova/2013/11/11/sejarah-perkembangan-teknik-

    kemasan/ (diakses tanggal 30 Maret 2014)

    Gabrielis. 2008. Filling, Stoppering, and Capping Machine. http://www.gabrielis.de/

    downloads/gabrielis_FlexiconFPC50.pdf [diakses 30 Maret 18:14]

    Khoiriyani, Yessy, dkk. 2012. Packaging Pharmaceutical Product.

    http://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/05/19/packaging-

    pharmaceutical product/" (Diakses pada 30 Maret 2014 pukul 06.03)

    Mayangsari, Ayu. 2012. Teknologi Pengemasan untuk Produk Farmasi.

    https://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/05/22/381/comment-page-

    1/ (Diakses pada 29 Maret 2014 pukul 14.47)

    Medi-Dose. 2010. Liquid Packaging. http://www.medidose.com/Liquid-Packaging.aspx

    (diakses 30 Maret 20:39)

    Paliling,corolus.2013.Pengemasan Pangan.

    http://carolus.blog.teknikindustri.ft.mercubuana.ac.id/?p=23 (diakses tanggal 30

    Maret 2014)

    Pilchik, Ron. 2000. Pharmaceutical Blister Packaging, Part I dan II.

    h e f lis e f (Diakses pada 30 Maret 2014 pukul

    19.34)

    Reddy, Vamsikhrisna. 2101. Primary and Secondary Packaging.

    http://www.slideshare.net/ vamsikrishnareddy57/primary-and-second-packaging

    [diakses 29 Maret 09:55]

    Sinegar,J.P.2003.Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan .Jakarta : Penerbit Buku

    Kedokteran EGC