-
UNIVERSITAS INDONESIA
TEKNOLOGI KEMASAN UNTUK PRODUK PANGAN DAN OBAT
Oleh Kelompok 6:
Alristo Sanal
Annisa Kurnia
Fachryan Zuhri
Firdhauzi Kusuma Rachmani
Kharis Mukhifullah
Lidya Ayu Pratiwi
Nadia Kurniawan
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
DEPOK
2014
-
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
....................................................................................................................
ii
BAB 1
...............................................................................................................................
1
KEMASAN DAN PERKEMBANGANNYA
..................................................................
1
1.1. Definisi Kemasan
...............................................................................................
1
1.2. Fungsi Kemasan
.................................................................................................
1
1.3. Sejarah Perkembangan Kemasan dari Zaman Dahulu hingga
Sekarang ........... 3
BAB 2
...............................................................................................................................
5
KEMASAN UNTUK PANGAN DAN OBAT
................................................................
5
2.1. Kemasan Obat
....................................................................................................
5
2.2. Kemasan Pangan
................................................................................................
6
BAB 3
...............................................................................................................................
9
TEKNOLOGI KEMASAN UNTUK PANGAN DAN OBAT
........................................ 9
3.1. Teknologi Kemasan Pangan
..............................................................................
9
3.1.1. Teknologi Kemasan Pangan Jangka Panjang
............................................. 9
3.1.2. Teknologi Kemasan Minuman dan Pangan Basah
................................... 16
3.2. Teknologi Kemasan Obat
................................................................................
20
3.2.1. Teknologi Kemasan Obat Padat
...............................................................
20
3.2.2. Teknologi Kemasan Obat Cair
.................................................................
24
-
UNIVERSITAS INDONESIA 1
BAB 1
KEMASAN DAN PERKEMBANGANNYA
1.1. Definisi Kemasan
Kemasan atau packaging, jika diartikan secara umum adalah bagian
terluar yang
membungkus suatu produk dengan tujuan untuk melindungi produk
dari cuaca,
guncangan, dan benturan-benturan terhadap benda lain. Setiap
bentuk benda yang
membungkus suatu benda didalamnya dapat disebut dengan packaging
atau kemasan,
selama benda tersebut dapat melindungi isinya.
Untuk menampilkan image dan pandangan terhadap suatu isi produk,
maka
kemasan biasanya dibentuk atau didesain sedemikian rupa,
sehingga pesan yang akan
disampaikan produsen dapat ditangkap oleh konsumen produk dengan
baik.
Untuk membuat suatu kemasan, tidak hanya tergantung dari
material-material
tertentu saja, tetapi juga terdapat berbagai jenis material yang
dapat digunakan. Material
kemasan tersebut biasanya ditentukan berdasarkan komposisi dan
ketahanan dari
produk.
1.2. Fungsi Kemasan
Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan
melindungi
produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga produk dapat lebih
mudah disimpan,
diangkut, dan dipasarkan. Secara umum, fungsi pengemasan pada
bahan pangan adalah
sebagai berikut:
a. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga ke
konsumen, agar
produk tidak tercecer, terutama untuk produk dalam fasa cairan,
pasta, atau
butiran
b. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari
sinar ultraviolet,
panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari
kotoran dan
mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk
c. Sebagai identitas produk. Dalam hal ini, kemasan dapat
digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang
terdapat pada
kemasan
-
UNIVERSITAS INDONESIA 2
d. Meningkatkan efisiensi, karena dapat memudahkan pengiriman
dan
penyimpanan dan memudahkan penghitungan isi (misal: satu kemasan
berisi 10
buah, 1 lusin, 1 gross, dsb)
e. Melindungi pengaruh buruk dari luar dan melindungi pengaruh
buruk dari
produk itu sendiri, misalnya produk yang dikemas berupa produk
yang berbau
tajam atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun, dan
produk yang
dapat melunturkan warna
f. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan
kecap dan
sirup yang mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan
kemasan
botol plastik sebagai pengganti botol kaca
g. Menambah daya tarik konsumen
h. Sarana informasi dan iklan
i. Memberikan kenyamanan bagi konsumen
Fungsi pada poin f, g, dan h merupakan fungsi tambahan dari
kemasan. Akan
tetapi dengan semakin meningkatnya persaingan dalam industri
pangan, fungsi
tambahan ini justru lebih ditonjolkan, sehingga penampilan
kemasan harus betul-betul
menarik bagi calon pembeli, dengan cara sebagai berikut:
a. Mencetak kemasan dengan kombinasi beberapa warna dan
mengkilat sehingga
terlihat menarik dan terkesan mewah
b. Dapat memberi kesan bahwa produk memiliki mutu yang
tinggi
c. Desainnya secara teknis memudahkan konsumen untuk
membukanya
d. Desainnya secara teknis mengikuti teknologi mutakhir sehingga
produk yang
dikemasnya terkesan modern dan mengikuti perkembangan zaman
Disamping fungsi-fungsi diatas, kemasan juga memiliki peranan
penting dalam
industri pangan, yaitu sebagai berikut:
a. Pengenal identitas produk
b. Penghias produk
c. Piranti monitor
d. Media promosi
e. Media penyuluhan atau petunjuk cara penggunaan dan manfaat
produk yang ada
didalamnya
-
UNIVERSITAS INDONESIA 3
f. Pelindung bagi konsumen
g. Sumber informasi mengenai isi/produk, juga sebagai
pertimbangan pengambilan
keputusan untuk membeli produk tersebut atau tidak
1.3. Sejarah Perkembangan Kemasan dari Zaman Dahulu hingga
Sekarang
Pengemasan bahan pangan sudah lama dikenal dan digunakan untuk
keperluan
manusia. Pada zaman prasejarah, orang masih menggunakan bahan
kemasan dari bahan-
bahan alam seperti daun-daun, kulit buah, kulit kayu, pelepah,
batu-batuan, cangkang
kerang, dan kulit binatang. Pada zaman Paleolitik, perkembangan
pengemasan baru
sampai pada pembuatan keranjang dari rumput atau dari
ranting-ranting kayu yang
lentur.
Pada zaman Neolitik, mulai dikenal wadah dari logam yang
dibentuk berupa
cawan untuk minum. Pada zaman ini, dikenal pula bentuk-bentuk
kemasan seperti
cawan, baki, dan bentuk lain yang terbuat dari tanah liat. Pada
zaman Sumerian,
kemasan jenis kaca sudah mulai dikenal dalam bentuk toples kecil
yang digunakan
untuk mengemas cairan berharga seperti ramuan obat-obatan atau
parfum.
Pada tahun 750-an, terjadi penyebarluasan pemakaian botol,
toples, dan
tempayan yang terbuat dari tanah. Pengrajin yang terampil
membuat container keramik
dan container dekoratif lainnya untuk menyimpan kemenyan,
wewangian, dan salep.
Pada awal tahun 1800-an, ketika populasi penduduk di Eropa dan
Amerika
semakin tumbuh, tong, kotak kayu, dan kantong serat digunakan
secara luas sebagai
material kemasan. Seiring dengan permintaan barang konsumen yang
semakin
meningkat, perkembangan kaleng, aluminium, kaca, dan kantong
kertas muncul sebagai
sumber daya kemasan yang signifikan.
Pada tahun 1817, kotak kardus pertama kali dibuat di Inggris 200
tahun setelah
orang Cina menemukan kertas, dan berubah menjadi perkembangan
revolusioner pada
akhir abad ke-19. Kemasan kardus diproduksi secara komersial
pada tahun 1839.
Prinsip Litografi dalam proses pencetakan kemasan ditemukan oleh
Alois
Senefelder pada tahun 1798, yang merupakan titik signifikan
dalam sejarah desain
kemasan, dan semakin maju dengan diadakannya produksi massal.
Karena semua
kemasan, mulai dari kotak kardus, peti kayu, botol, dan kaleng
memiliki label kertas,
-
UNIVERSITAS INDONESIA 4
proses litografi label cetakan menjadi salah satu perkembangan
yang patut dicatat pada
masa itu. Selanjutnya, setiap label atau pembungkus dicetak
dengan tangan memakai
mesin press kayu diatas kertas buatan tangan.
Pada tahun 1980-an, dimana persaingan dalam dunia usaha semakin
tajam dan
kalangan produsen saling berlomba untuk merebut perhatian calon
konsumen, bentuk
dan model kemasan dirasa sangat penting peranannya dalam
strategi pemasaran. Disini,
kemasan harus mampu menarik perhatian konsumen, membujuk
konsumen, dan
menggambarkan keistimewaan produk. Pada saat inilah kemasan
mengambil alih tugas
penjualan pada saat jual beli terjadi.
Pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan banyaknya merek-merek
produk
dengan jenis yang sama dan dijual bersamaan, produsen mulai
menyadari kebutuhan
untuk menyeret insinyur teknologi pengemasan kedalam tim
pengembangan kualitas
produk dan desainer kemasan sebagai bagian tim pemasaran.
-
UNIVERSITAS INDONESIA 5
BAB 2
KEMASAN UNTUK PANGAN DAN OBAT
Pengemasan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan
mutlak
diperlukan dalam persaingan dunia usaha seperti saat ini. Saat
ini kemasan merupakan
faktor yang sangat penting karena fungsin dan kegunaanya dalam
meningkatkan mutu
produk dan daya jual dari produk. Kemasan telah banyak digunakan
pada berbagai hal
seperti pangan, obat-obatan, barang elektronik, minuman dan
lain-lain. Pada makalah
ini kami akan membahas lebih lanjut tentang pengemasan pada obat
dan pangan.
2.1. Kemasan Obat
Suatu sediaan obat diakui keberadaannya, jika disertai kemasan
akhir dengan
penandaan yang lengkap. Harus ada gabungan yang tepat dari kedua
unsur pokok
tersebut untuk mempertahankan shelf life yang memadai.
Pengemasan obat adalah
suatu metode ekonomis yang memberikan kenyamanan, identifikasi,
penyajian dan
perlindungan terhadap suatu sediaan obat sampai dikonsumsi.
Perlindungan adalah
kegunaan utama untuk pengemasan sediaan obat.
Perlindungan sediaan obat harus dilakukan terhadap bahaya
lingkungan seperti
kelembaban, kontaminasi mikroba, oksigen dan cahaya matahari
serta bahaya fisik
seperti penyimpanan dan pengangkutan. Kebutuhan perlindungan
diterapkan bukan
hanya selama penyimpananshelf life yang normal, tetapi juga
harus termasuk periode
penggunaan sediaan. Selain itu, sediaan obat harus kompetibel
dengan kemasan dan
bahan kemasan tidak merubah karakteristik stabilitas dari
sediaan obat. Kegagalan
untuk melindungi dapat menghasilkan kerusakan produk atau
terjadinya produk
sampingan yang berbahaya. Proses pengemasan dilakukan di dalam
rumah sakit besar
maupun kecil dikarnakan industri farmasi telah membuat semua
sediaan obat sehingga
peranan apoteker rumah sakit berubah dari formulator menjadi
pengemas.
-
UNIVERSITAS INDONESIA 6
Gambar 2.1. Kemasan obat (Sumber : google.com)
Kemasan obat sangat diperlukan karena memiliki fungsi utama
yaitu:
Fungsi pokok dari suatu kemasan obat adalah mewadahi sediaan
obat agar tidak
membiarkannya menjadi bagian dari lingkungan. Terutama hal ini
mensyaratkan
suatu kemasan tidak bocor dan tetap kedap terhadap pengaruh
bahan-bahan
formulasi sediaan obat dan cukup kuat menahan isinya selama
distribusi fisik.
Perlindungan adalah fungsi kemasan yang paling penting. Sediaan
obat harus
dilindungi terhadap kerusakan fisik, kehilangan kandungan atau
bahan ramuan
dan terhadap gangguan dari komponen lingkungan yang tidak
dikehendaki,
seperti uap air, oksigen, cairan, kotoran, kontaminasi dan
cahaya matahari
Memberi identitas terhadap isinya secara lengkap dan tepat
Membolehkan isinya dapat digunakan dengan cepat, mudah dan
aman.
Di dunia obat atau farmasi sering menggunakan kemasan unit
tunggal yaitu
suatu kemasan sekali pakai diistilahkan dengan kemasan satu
dosis. Kemasan obat unit
tunggal dapat ditampilkan pada skala besar oleh pabrik farmasi
atau pada skala kecil
oleh apotek yang menyalurkan obat tersebut.
2.2. Kemasan Pangan
Kemasan pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan
atau
membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan
maupun tidak.
Sedangkan bahan kemasan pangan adalah zat kimia yang digunakan
sebagai bahan
dasar dan bahan tambahan kemasan pangan.
-
UNIVERSITAS INDONESIA 7
Gambar 2.2. Kemasan pangan (Sumber : google.com)
Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan
melindungi
produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan,
diangkut dan
dipasarkan. Kemasan pada bahan pangan sangat diperlukan karena
memiliki fungsi
sebagai berikut:
1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga
kekonsumen, agar
produk tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau
butiran
2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari
sinar ultraviolet,
panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari
kotoran dan
mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk.
3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat
digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang
terdapat pada
kemasan.
4. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan
(satu kemasan
berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan
pengiriman dan
penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia perdagangan.
5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, Melindungi pengaruh
buruk dari produk
di dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk
yang berbau
tajam, atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan
produk yang
dapat menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat
melindungi
produk-produk lain di sekitarnya.
-
UNIVERSITAS INDONESIA 8
6. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan
kecap dan
syrup mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan
kemasan botol
plastik.
7. Menambah daya tarik calon pembeli
8. Sarana informasi dan iklan
9. Memberi kenyamanan bagi pemakai.
Di samping fungsi-fungsi di atas, kemasan juga mempunyai peranan
penting
dalam industri pangan, yaitu:
1. Pengenal jatidiri/identitas produk
2. Penghias produk
3. Piranti monitor
4. Media promosi
5. Media penyuluhan atau petunjuk cara penggunaan dan manfaat
produk yang ada
di dalamnya
6. Bagi pemerintah kemasan dapat digunakan sebagai usaha
perlindungan
konsumen
7. Bagi konsumen kemasan dapat digunakan sebagai sumber
informasi tentang
isi/produk, dan ini diperlukan dalam mengambil keputusan untuk
membeli
produk tersebut atau tidak.
Begitu pentingnya kemasan dalam perdagangan, membuat setiap
produsen terus
berinovasi menciptakan kemasan-kemasan yang fungsional dan
menarik.
-
UNIVERSITAS INDONESIA 9
BAB 3
TEKNOLOGI KEMASAN UNTUK PANGAN DAN OBAT
3.1. Teknologi Kemasan Pangan
3.1.1. Teknologi Kemasan Pangan Jangka Panjang
Pangan jangka panjang merupakan produk makanan yang disimpan
dalam waktu
yang lama (jangka waktu panjang). Produk seperti ini tentu saja
memerlukan teknologi
tertentu agar kualitas dari pangan/makanan tetap terjaga.
Berikut ini merupakan
teknologi yang digunakan untuk dapat menjaga kualitas makanan
sehingga dapat
disimpan dalam waktu yang lama.
3.1.1.1. Segel Manual
Teknologi penyegel menggunakan pemanas untuk merekatkan kemasan
plastik
yang ingin disegel. Tujuan penyegelan adalah melindungi makanan
dari lingkungan
terutama dari udara yang dapat mempengaruhi kualitas
makanan.
Segel Tangan Manual
Gambar 3.1. Mesin segel manual tangan (Sumber:
http://www.mesinpengemas.com)
Model segel manual ini adalah mesin pengemas yang
pengoperasiannya
menggunakan tangan. Mesin ini bisa digunakan untuk mengemas
aneka produk dalam
kemasan plastik. Mesin ini biasanya dipakai oleh home industri
dengan beragam produk
(produk makanan, obat, dll) yang dikemas dalam kantong
plastik.
-
UNIVERSITAS INDONESIA 10
Segel Pedal Manual
Gambar 3.2. Mesin segel manual pegas (Sumber:
http://www.tokomesin.com)
Sama seperti Segel Tangan Manual, tetapi alat ini menggunakan
kaki saat proses
penekanannya.
3.1.1.2. Segel Otomatis dan Semi Otomatis
Teknologi penyegel otomatis memeliki tujuan yang serupa dengan
penyegel
manual. Teknologi ini menggunakan pemanas untuk merekatkan
kemasan plastik yang
ingin disegel.
Segel Semi Otomatis
Gambar 3.3. Mesin segel semi otomatis (Sumber:
http://www.mesinpengemas.com)
Segel ini menggunakan gear untuk memutar kemasan yang ingin di
seal. Jadi
kita cukup memasukkan kepala kemasan ke gear tersebut dan
langsung otomatis
tersegel tanpa harus melakukan penekanan seperti pada segel
manual.
Sealer Full Otomatis
-
UNIVERSITAS INDONESIA 11
Gambar 3.4. Mesin segel otomatis (Sumber:
http://www.mesinpengemas.com)
Teknologi kemasan jenis ini sudah full otomatis semuanya
sehingga nantinya
cukup menambah pangan dan mengganti plastik pengemasnya jika
sudah habis. Contoh
produk yang dapt dikemas alat ini antara lain: gula pasir, bubuk
kopi, susu bubuk,
krimer, bubuk coklat campuran, bubuk jamu, serbuk daun teh,
serbuk fiber pelangsing,
serbuk sari buah, serbuk minuman suplemen, serbuk jelly, tepung
agar-agar, MSG,
sodium cyclamate, bubuk pewarna makanan, bubuk bumbu dapur,
tepung penyedap
rasa, tepung beras, bubuk deterjen, bedak parfum (deodorant),
pupuk majemuk,
camilan/makanan kering, biskuit, makaroni, biji kopi, kacang
tanah, biji kacang-
kacangan, rempah-rempah, permen bulat, pil jamu, dan lain-lain.
Model segelnya pun
bermacam-macam:
-
UNIVERSITAS INDONESIA 12
Gambar 3.5. Hasil penyegelan mesin segel otomatis (a) segel
bantal, (b) segel tengah,
(c) segel tiga sisi, (d) produk bersegel tiga sisi, (e) segel
empat sisi, (f) produk bersegel empat sisi
(Sumber: Google)
3.1.1.3. Mesin Shrink
Teknologi ini menggunakan panas dari sinar infra merah untuk
memanaskan
plastik sehingga plastik bisa ketat dengan botol/kotak
kemasan/lainnya yang ingin
dikemas sehingga tidak mudah terbuka.
Mesin Shrink Tunnel tanpa Kaki
Gambar 3.6. Mesin shrink tunnel tanpa kaki (Sumber:
http://www.mesinpengemas.com)
Mesin ini bisa Anda gunakan untuk mengemas produk dengan plastik
(kemasan
plastik rapat pada body produk). Berbagai produk : produk dalam
kaleng, produk dalam
-
UNIVERSITAS INDONESIA 13
botol, dll. Sumber pemanasan dari mesin ini adalah tabung infra
merah. Suhu
pemanasan bisa diatur secara otomatis, tidak bising.
Mesin Shrink Tunnel dengan Kaki
Gambar 3.7. Mesin shrink tunnel dengan kaki (Sumber:
http://www.mesinpengemas.com)
Kelebihan alat ini dari Shrink Tunnel sebelumnya adalah alat ini
memiliki kaki.
Jadi tidak perlu menggunakan meja lagi untuk menaruhnya.
3.1.1.4. Penyegel Vakum
Teknologi ini menghisap seluruh udara di dalam kemasan dan saat
kondisinya
sudah vakum, langsung dilakukan penyegelan.
Penyegel Vakum Portable Manual
Gambar 3.8. Mesin penyegel vakum portable (Sumber:
http://www.mesinpengemas.com)
Mesin Pengemas Vakum Portable ini dikhususkan untuk rumah
tangga. Mesin
ini bisa dibawa ke mana-mana, cocok untuk ibu-ibu rumah
tangga
-
UNIVERSITAS INDONESIA 14
Penyegel Vakum Semi Otomatis
Gambar 3.9. Mesin penyegel vakum semi otomatis (Sumber:
http://www.mesinpengemas.com)
Mesin pengemas vakum ini adalah peralatan yang bisa digunakan
secara semi
otomatis untuk mengemas produk secara vakum. Dengan pengemasan
secara vakum,
maka produk yang Anda kemas akan aman dari oksidasi, kerusakan
biologis, dan bisa
lebih bertahan lama dan tetap fresh. Mesin ini bisa Anda
gunanakan untuk produk apa
saja. Produk-produk yang cocok dikemas dengan mesin ini antara
lain : bakso, ikan,
roti, makanan agar lebih awet, dan lain-lain.
Penyegel Vakum Otomatis
Gambar 3.10. Mesin penyegel vakum otomatis (Sumber:
http://www.mesinpengemas.com)
Vakum jenis ini tidak perlu di buka tutup lagi di bagian
dalamnya. Cukup
langsung ditaruh kemasan yang ingin disegel. Lebih mudah dan
simpel.
-
UNIVERSITAS INDONESIA 15
3.1.1.5. Penyegel Bertekanan
Gambar 3.10. Mesin penyegel bertekanan (Sumber:
http://www.tokomesin.com)
Teknologi ini berkebalikan dengan teknologi Penyegelan Vakum.
Dimana
kemasan diisi dengan udara sebelum disegel. Pengisian gas pada
kemasan sebelum
proses penyegelan ditujukan untuk menciptakan balon yang berguna
untuk melindungi
barang saat dikirim. Atau mengisi udara pada produk makanan
ringan, seperti keripik,
snack, dll. Penyegel jenis ini, cocok digunakan untuk kemasan
pembungkus yang kecil
dan memakai system pengontrol suhu elektronik konstan (tetap)
dan mekanisme
transmisi yang berkecepatan cukup. Mesin ini dapat menyegel
plastic film dari berbagai
macam bahan seperi PE, PP, kertas alumunium, dan dapat
disesuaikan dengan sistem
sulam timbul, serta pengontrol mikro computer tipe terbaru
dengan alat penghitung.
3.1.1.6. Perbandingan Antara Berbagai Teknologi Kemasan Pangan
Jangka
Panjang
Tabel 3.1. Tabel Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Teknologi
Kemasan Pangan
Teknologi Penyegelan Kelebihan Kekurangan
Segel manual, semi
otomatis, dan otomatis
Sangat mudah dilakukan
dan biayanya murah
Produk dapat teroksidasi
karena masih ada udara luar
yang ikut tersegel. Jika
prosuk berupa kue kering
akan mudah rusak karena
tertekan saat dikemas.
-
UNIVERSITAS INDONESIA 16
Teknologi Penyegelan Kelebihan Kekurangan
Shrink Dapat menguatkan
kemasan yang sudah ada
(kemasan yang digunakan
sebelum melewati mesin
shrink)
Hanya dapat diaplikasikan
pada kemasan tertentu
Penyegel vakum Dapat menghilangkan
kemungkinan busuknya
produk akibat oksidasi
Biaya peralatan relatif lebih
mahal
Penyegel bertekanan Dapat menjaga produk dari
tekanan luar saat proses
distribusi
Harganya mahal, baik dari
alat maupun gas, karena
biasanya menggunakan gas
nitrogen agar makanan
tidak teroksidasi oleh gas
oksigen
3.1.2. Teknologi Kemasan Minuman dan Pangan Basah
Dalam teknologi kemasan pangan basah ini maksudnya adalah
teknologi
kemasan yang digunakan untuk pangan yang berbentuk cair atau
mengandung cairan
didalamnya, seperti susu, serta pangan segar yang masih banyak
mengandung air atau
uap air. Disini akan dibahas tentang penggunaan teknologi
kemasan untuk mengemas
produk-produk makanan dan minuman saat ini. Untuk produk
minuman, seperti susu
misalnya, banyak yang memilih untuk membungkusnya dengan kemasan
kertas dalam
berbagai ukuran. Teknologi kemasan yang digunakan adalah
teknologi kemasan aseptis
yang terdiri dari beberapa lapisan material pada kemasan
tersebut. Untuk kemasan
pangan segar seperti sayuran dan buah, kini menggunakan
teknologi pengemasan MAP
(Modified Atmosphere Packaging).
-
UNIVERSITAS INDONESIA 17
3.1.3.1. Teknologi Kemasan Susu
Kemasan pada produk susu kebanyakan saat ini adalah mengunakan
teknologi
aseptik dengan bahan kertas karton. Produk susu merupakan salah
satu produk yang
sangat sensitif terhadap kerusakan karena memang produknya yang
mudah ditumbuhi
bakteri dan zat kontaminan lainnya.
Pengemasan Aseptik dalam arti sempit berarti pengisian bahan
pangan dingin
yang telah disterilisasi dan steril ke dalam kemasan yang telah
disterilisasi dan steril,
dalam lingkungan steril sehingga dapat mencegah terjadinya
kontaminasi pada saat
pengisian dan penutupan wadah. Di bidang teknologi pengemasan
pangan, mungkin
pengemasan aseptis merupakan teknologi pengemasan yang paling
dinamis dalam
perkembangannya. Di Eropa, pengisian dan pengemasan bahan pangan
yang telah
mengalami proses sterilisasi telah mencapai teknologi tingkat
tinggi, dan makin penting
dari waktu ke waktu.
Gambar 3.11. Konsep pengemasan aseptik
Dari skema di atas, dapat dilihat bahwa konsep kemasan steril
berawal dari
produk pangan atau minuman yang sudah terlebih dahulu steril.
Misalnya susu, telah
dilakukan proses sterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan
Ultra High
Temperature. Lalu produk pangan tersebut juga dipindahkan menuju
lingkungan steril
dengan kondisi yang aseptik pula untuk dimasukan ke dalam
kemasan. Material
kemasan yang akan memuat produk tersebut juga sudah mengalami
tahap sterilisasi
sehingga pada akhirnya didapatkanlah sebuah kemasan aseptik.
-
UNIVERSITAS INDONESIA 18
Kemasan untuk susu yang saat ini digunakan adalah material
kertas karton yang
mana terdiri dari beberapa lapisan material lainnya yang
bertujuan untuk menjaga
keaseptikan kemasan.
Gambar 3.12. Contoh bahan kemasan untuk produk susu
Keuntungan dari teknologi kemasan ini adalah:
1) Metode sterilisasi bahan pangan sangat efektif .
2) Tidak ada residu berbahaya pada kemasan.
3) Metode ramah lingkungan dan aman secara toksikologi.
4) Metode pengemasan cocok untuk bahan pangan asam rendah atau
asam tinggi.
5) Menunjang teknik pelabelan yang menarik
3.1.3.2. Teknologi Kemasan Pangan Segar
Teknologi kemasan pangan segar yang ada saat ini adalah
menggunakan
teknologi MAP (Modified Atmosphere Packaging). Penerapan
teknologi ini digunakan
karena untuk membuat memperpanjang masa simpan produk pangan
sayuran dan buah
agar tetap segar selama mungkin walaupun sudah disimpan dalam
suatu kemasan. Hal
ini juga bertujuan untuk meningkatka kualitas produk sayuran dan
buah segar dipasaran.
Modified Atmosphere Packaging (MAP) merupakan teknologi yang
berlandaskan pada modifikasi komposisi gas atmosfer dalam
kemasan yang mana
komposisinya berbeda pada kandungan udara biasanya (20.9 % O2,
78% N2, dan 0.03%
CO2). Komposisi gas yang dimodifikasi harus disesuaikan untuk
masing-masing produk
atau makanan. Dibandingkan dengan proses kimia atau termal,
kemasan dengan gas
pelindung merupakan proses yang lembut. Terkadang, metode lain
untuk
-
UNIVERSITAS INDONESIA 19
memperpanjang umur simpan juga digunakan dalam sebuah kombinasi.
Menggunakan
MAP hanya menunda kerusakan dan pembusukan pangan. Untuk itu,
proses yang
higienis dan kualitas yang tinggi dari bahan baku harus
terjamin.
Gambar 3.13. Contoh kemasan yang menggunakan teknologi MAP
MAP digunakan untuk berbagai tipe produk, dimana campuran gas
dalam
kemasan bergantung pada tipe produknya, material kemasannya, dan
temperatur
penyimpanan. Tetapi untuk buah-buahan dan sayuran merupakan
respiring products
dimana interaksi dengan material kemaan dengan produknya
sangatlah penting. Jika
permeabilitas (untuk O2 dan CO2) dari lapisan kemasan
disesuaikan dengan respirasi
produk, sebuah kesetimbangan atmosfir yang termodifikasi atau
Equilibrium Modified
Atmosphere tersebut akan terjadi dalam kemasan dan umur simpan
produk akan
meningkat. EMAP (Equilibrium Modified Atmosphere Packaging)
banyak digunakan
pada produk sayuran dan buah potong.
Gambar 3.14. Mekanisme yang terjadi pada EMAP
Jika kita mengatur permeabilitas dari film untuk digunakan pada
kemasan untuk
laju respirasi dari produk, komposisi gas yang menguntungkan
untuk produk dapat
terjadi dengan sendirinya. Tujuannya adalah untuk mengontrol
konsentrasi oksigen dan
karbon dioksida. Kesetimbangan atmosfer ini dipengaruhi oleh
interaksi antara respirasi
-
UNIVERSITAS INDONESIA 20
produk dan permeabilitas film. Karena film secara umum film
tidak cukup permeabel
untuk aplikasi tersebut, sifat film dapat diterapkan dengan
mikro-perforasi.
Keunggulan dari teknologi ini adalah dapat meningkatkan umur
simpan produk
dengan sedikit limbah dan mengurangi biaya sebesar 50%.
Kekurangannya adalah
sangat bergatung pada kualitas pengolahan produk dan kesterilan
bahan baku karena
tujuan dari MAP ini adalah menghambat pertumbuhan bakteri dan
mencegah kerusakan.
Jika prosesnya saja sudah buruk, maka menggunakan teknologi ini
pun akan percuma.
3.2. Teknologi Kemasan Obat
3.2.1. Teknologi Kemasan Obat Padat
Berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan
kemasan), kemasan
obat padat juga terdiri atas kemasan primer, kemasan sekunder
dan kemasan tersier.
Kemasan primer obat padat merupakan kemasan yang langsung
mewadahi atau
membungkus obat (bersentuhan langsung dengan obat) misalnya
kemasan strip dan
blister. Kemasan sekunder obat padat merupakan kemasan yang
berfungsi melindungi
kemasan primer obat, biasanya dikenal dengan inner box dari
karton ataupun plastik
klip, yang umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas produk.
Kemasan sekunder
ini juga dapat digunakan untuk melindungi obat yang peka
terhadap cahaya, dimana
panjang gelombang cahaya yang dapat diterima antara 290-450 nm.
Kemasan tersier
obat padat yakni kemasan yang melindungi kemasan primer dan
kemasan sekunder
obat, biasa dikenal dengan outer box dan bisa berupa kantong
plastik putih (tidak boleh
kantong plastik daur ulang) untuk mengindari kontaminasi.
3.2.1.1. Teknologi Kemasan Strip
Kemasan strip merupakan kemasan untuk obat yang dikonsumsi
secara per oral
dengan sistem dosis tunggal. Kemasan strip digunakan untuk
sediaan padat berupa
tablet, kapsul, kaplet, pil, lozenges, dll. Teknik untuk
mengemas kemasan strip disebut
juga strip packaging atau stripping. Metode ini sudah
berlangsung lebih dari seperempat
abad. Metodenya adalah dengan mengemas dengan dua lapisan atas/
bawah, dan
kemudian disegel dan dipotong. Produk akan jatuh kedalam mold
yang panas, kemudian
dibentuk kemasan dan mewadahi produk tersebut. Ukuran dan
kedalaman dari mold
-
UNIVERSITAS INDONESIA 21
(cetakan) tersebut harus cukup untuk menampung produk dan
membentuk kantong, dan
jangan sampai produk tertekan. Produk yang disegel antara dua
lapisan tipis ini
biasanya mempunyai segel dan dipisahkan dari bungkus-bungkus
yang bedekatan
karena adanya perforasi (lubang kecil untuk memudahkan dalam
membuka kemasan).
Pemilihan material kemasan harus tepat, agar tidak ada migrasi
dari produk keluar.
Gambar 3.15. Contoh kemasan strip (Sumber: Khoiriyani, Yessy,
dkk. 2012)
Bahan penyusun strip diantaranya adalah PLM (polycellonium),
PLO
(Polycello) dan PLN (Polynium). PLM merupakan bahan strip yang
paling umum,
dimana kandungannya adalah polycello atau cellophan dan
alumunium. Cellophan
adalah sejenis bahan dari serat selulosa yang berbentuk tipis
transparan, fungsinya
dalam kemasan adalah untuk menempelkan pewarna pada strip. Bahan
yang biasa
dipakai adalah MST/ MT dan PT cellophan. Alumunium sendiri
berfungsi untuk
menjaga obat dari pengaruh cahaya, kelembaban dan panas (suhu).
Semakin tebal
alumunium yang digunakan akan semakin membuat tingkat proteksi
terhadap produk
menjadi lebih baik. Namun harus dilihat dari sisi mesin strip,
apakah kompatibel atau
tidak karena bisa jadi semakin tebal akan menggangu proses
stripping. Antara selophan
dan alumunium ini terdapat satu lapisan yakni PE atau Polyetilen
yang berfungsi untuk
melekatkan selophan dan alumunium. Lapisan setelah alumunium
sendiri adalah PE
lagi, fungsinya kali ini adalah untuk membuat dua PLM dapat
saling melekat saat
distripping. Jadi secara garis besar, ada 4 lapisan dalam PLM
yakni selophan (terluar),
PE, Alu, PE (terdalam). Pembuatan PLM secara garis besar yaitu
selophan dicetak dan
diberi warna lalu PE dicairkan. Kemudian Alu dan selophan
dipasang dalam masing-
masing silindernya, saat akan ditemukan maka diberi cairan PE,
sehingga keduanya
melekat. Lalu dilapis dengan PE kembali pada bagian dalam. Untuk
PLO dan PLN
hampir sama dengan PLM. Hanya saja PLO komposisinya adalah
selophan dan PE
sehingga sifatnya elastis dan tembus pandang (contoh: antimo
tablet). Sedangkan PLN
kandungannya adalah Alu dan PE.
-
UNIVERSITAS INDONESIA 22
Gambar 3.16. Mesin stripping (Sumber: Khoiriyani, Yessy, dkk.
2012)
Gambar 3.17. Sistem pengemas strip (Sumber: Mayangsari, Ayu,
dkk. 2012)
Sistem kerja mesin strip sendiri cukup sederhana yakni dengan
menyiapkan dua
PLM pada rollernya. Kemudian, ditengahnya dimasukkan dalam strip
dan dipanasi
sehingga PE mencair dan akan melekatkan kedua PLM. Pemeriksaan
strip juga
sederhana, cukup diperiksa kesesuaian antara warna dan teks,
lebar PLM dalam satu rol,
dan kebersihan PLM. Saat produksi, dilakukan pengecekan kualitas
PLM dengan tes
kebocoran menggunakan metilen blue dalam pressure chamber.
3.2.1.2. Teknologi Kemasan Blister
Beberapa jenis sediaan obat padat seperti tablet dan kapsul ada
yang
menggunakan kemasan blister. Dengan kemasan jenis ini, bentuk
dan warna obat dapat
terlihat dikarenakan sebagian sisi kemasannya yang bening.
Kemasan blister dibentuk
dengan melunakkan suatu lembaran resin termoplastik dengan
pemanasan, dan menarik
(dalam vakum) lembaran plastik yang telah lunak itu ke dalam
suatu cetakan
membentuk ruang untuk diisi produk. Produk yang akan dikemas
kemudian dilepas
melalui happer dan masuk ke cetakan plastik tempat produk
tersebut. Setelah itu,
-
UNIVERSITAS INDONESIA 23
lembar foil yang sudah dilapisi dengan lacquer dipakai untuk
menutup lembar plastik
yang sudah dibentuk dan berisi produk, lalu dipotong. Strip
dibentuk dalam tray,
dipotong sesuai mold (cetakan) dan dimasukkan dalam kotak
karton.
Gambar 3.18. Contoh kemasan blister (Sumber: Khoiriyani, Yessy,
dkk. 2012)
Kemasan blister terdiri dari dua lapisan kemasan yang berbeda
yakni PTP (Press
Trough Packaging) dan Plastik. Komposisi PTP ini adalah alu dan
polyethylene.
Sedangkan plastik yang digunakan bisa PVC atau PVdC
(Polyvinyldene chloride) yang
transparan, , tergantung dari bahan yang akan diblister. Jika
bahan sensitif dengan
kelembapan maka akan lebih disarankan PVDC karena perlindungan
yang diberikan
terhadap produk lebih besar. Proses produksi awalnya yaitu PVC
dibentuk dengan
dipanaskan terlebih dahulu dengan heater namun tidak sampai
cair, lalu dibentuk sesuai
dengan cetakannya atau nama kerennya forming. Proses forming
sendiri prinsipnya
adalah dengan memberikan tekanan udara untuk membentuk plastik
panas dan cooler
sehingga plastik yang tertekan udara dalam cetakan akan
terbentuk namun tidak bisa
kembali ke bentuk semula karena ada proses pendinginan. Kemudian
tablet dimasukkan
dalam forming baik manual atau otomatis dan disealing dengan PTP
menggunakan
panas pada bagian sampingnya. Baru kemudian dipotong sesuai
ukuran blister dengan
menggunakan alat pemotong khusus.
-
UNIVERSITAS INDONESIA 24
Gambar 3.19. Mesin pengemas blister (Sumber: Khoiriyani, Yessy,
dkk. 2012)
Kelebihan dari pengemasan obat dengan strip dan blister ini
antara lain:
mempertahankan dan menyatakan keaslian produk; membantu konsumen
dalam
menentukan ukuran dosis obat yang diperlukan; untuk blister,
kemasannya mudah untuk
dibuka dimana konsumen dapat membuka kemasan dari bagian
belakangnya saja karena
jenisnya yang mudah dikelupas, material yang digunakan
membuatnya ringan,
teknologi pembuatannya masih cukup sederhana dan biaya yang
diperlukan untuk
proses pengemasannya tidak mahal.
3.2.2. Teknologi Kemasan Obat Cair
3.2.2.1. Teknologi Kemasan Obat Cair Oral
Obat cair yang dikonsumsi secara oral membutuhkan kemasan yang
tetap
menjaga kualitas obat (terutama dari sinar) dan memfasilitasi
pengeluaran obat dari
kemasan dengan mudah. Salah satu teknologi kemasan untuk obat
cair yang dikonsumsi
secara oral adalah menggunakan botol boston round atau
Winchester bottle. Botol
boston round adalah kemasan obat cair berbahan kaca amber yang
berwarna cokelat.
Bahan kaca Amber dan warna botol yang gelap berfungsi untuk
menghindari kontak
sinar UV ke dalam obat karena kaca Amber itu sendiri yang
bersifat light resistance.
Selain itu, kemasan yang terbuat dari kaca tidak bereaksi dengan
obat yang dikemasnya
sehingga kemasan ini tetap menjaga kualitas obat. Sebagai
tambahan, tutup botol ini
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan memfasilitasi pengeluaran
obat dengan mudah.
Jenis tutup botol boston round diantaranya adalah:
a. Tutup dengan pipet (terutama untuk obat cair oral dengan
dosis yang sedikit)
-
UNIVERSITAS INDONESIA 25
b. Tutup dengan spray (terutama untuk obat cair oral yang
disemprotkan ke mulut)
c. Bottle Top Dispensers (terutama untuk botol boston round yang
bervolume
besar)
d. Yorker Dispensing Bottles
e. Children friendly (tutup botol boston round yang tidak mudah
dibuka oleh anak-
anak karena perlu ditekan terlebih dahulu)
Gambar 3.20. Jenis Tutup botol boston round
(Sumber : Medi-Dose, 2010.
http://www.medidose.com/Liquid-Packaging.aspx)
Kelebihan :
Menjaga kualitas obat dari paparan sinar
Bahan kaca tidak bereaksi dengan obat sehingga menjaga
kualitas
Jenis tutupnya yang bermacam-macam dapat disesuaikan dengan
kebutuhan
Kelemahan :
Lebih berat dari plastik dan tidak mudah dibawa (perlu
penanganan agar tidak
pecah).
3.2.2.2. Teknologi Kemasan Obat cair Topikal
Salah satu obat cair topikal adalah obat tetes mata. Obat ini
harus steril sehingga
membutuhkan kemasan yang memiliki saluran keluaran yang kecil
untuk meminimalisir
kontaminasi. Oleh karena itu, obat tetes mata memiliki ujung
keluaran yang mengecil
dan akan mengeluarkan tetesan obat atau dropplet. Agar tetap
hygienis, bagian
mengecil botol tersebut ditutup kembali dengan tutup yang
bentuknya hampir sama
dengan ujung keluaran. Botol tetes mata ini biasanya berbahan
plastik khusus (special
-
UNIVERSITAS INDONESIA 26
zinc stearate-free resin) agar lebih mudah dibawa oleh konsumen.
Bahan plastik ini
meminimalisir resiko pembentukan partikulat pada larutan obat
tetes mata.
Gambar 3.21. Kemasan obat tetes mata
(Sumber : Medi-Dose, 2010.
http://www.medidose.com/Liquid-Packaging.aspx)
3.2.2.3. Teknologi Kemasan Obat Cair Parenteral
Kemasan obat parenteral (injeksi) dan produk steril lainnya
harus dikemas
sedemikian rupa agar kemasan tersebut dapat memelihara
sterilitas produk sampai obat
tersebut digunakan dan mencegah kontaminasi saat pembukaan.
Teknologi pengemasan
untuk obat cair parenteral ini dilaksanakan dengan teknik
aseptik untuk meminimalisir
kontaminasi. Teknik aseptik ini terdiri dari beberapa tahapan
yaitu:
a. Pencucian dan sterilisasi (umumnya temperatur tinggi) kemasan
yang berasal
dari warehouse
b. Pengisian sekaligus penyegelan agar tidak ada kontak obat
dengan udara
sehingga dapat meminimalisir kontaminasi.
c. Inspeksi (menggunakan alat atau visual)
d. Labelling
Semua teknik aseptik ini perlu dilakukan untuk semua jenis
kemasan obat cair
parenteral. Jenis kemasan yang biasa digunakan untuk obat
sediaan parenteral ini
adalah:
Gambar 3.22. Proses Filling, Sealing, dan Inspeksi dengan teknik
aseptik
(Sumber : Gabrielis.(2008). Filling, Stoppering And Capping
Machine.)
-
UNIVERSITAS INDONESIA 27
Ampoules
Kemasan ini adalah kemasan obat parenteral yang paling tua dan
biasanya terbuat
dari bahan kaca atau gelas. Kemasan ini hanya dapat digunakan
sekali. Ampoules
dibuka di bagian leher botol. Hal ini menyebabkan mungkinnya
kontaminasi oleh
partikel kaca saat pembukaan. Oleh karena itu, produk (obat)
harus di saring sebelum di
administrasikan. Kelebihan :
Bahan kaca tidak bereaksi dengan produk yang dikemasnya.
Kekurangan :
Hanya sekali pakai sehingga sampah yang dihasilkan banyak
Partikel kaca saat membuka memungkinkan kontaminasi pada
obat
Bahan kaca memiliki kemungkinan rusak yang lebih besar
Vial
Container ini terbuat dari kaca atau plastik yang ditutup dengan
penutup berbahan
karet (rubber stopper) dan disegel dengan aluminium. Kelebihan
kemasan vial
dibandingkan dengan ampoules adalah :
Dapat di desain untuk dosis yang banyak (multiple doses) jika
ditambahkan
dengan agen bakteriostatik
Produk (obat) lebih mudah dikeluarkan dari vial dibandingkan
dengan ampoules
Tidak ada resiko partikel kaca pada obat selama proses
pembukaan.
Namun, vial memiliki kelemahan yaitu :
Kemungkinan terjadinya kontaminasi karena multiple dosis.
Prefilled Syringe
Kemasan ini di desain untuk administrasi yang cepat dan
kecepatan waktu yang
maksimum. Penghantaran obat dalam keadaan darurat biasanya
tersedia dalam bentuk
injeksi yang dikemas dengan prefilled syringes. Kemasan ini
terbuat dari plastik dan
tersedia sekaligus dengan jarum suntiknya. Oleh karena itu,
kelebihan kemasan ini
adalah :
Praktis untuk injeksi dan cocok untuk keadaan darurat
Administrasi obat yang lebih cepat
-
UNIVERSITAS INDONESIA 28
Kelemahan kemasan ini adalah :
Limbah dari kemasan ini banyak karena kemasan ini hanya sekali
pakai
Larutan Infus
Larutan infus terbagi menjadi dua yaitu SVP dan LVP. Small
volume parenteral
(SVP), memiliki volume sekitar 100 ml. Sedangkan large volume
parenteral (LVP)
memiliki volume 100 ml atau lebih. Larutan infus digunakan untuk
obat atau cairan
yang harus diberikan secara kontinyu. Kemasan ini terbuat dari
polimer plastik, terdiri
dari PVC dan Polyolefin. Kedua jenis plastik tersebut memiliki
kelebihan dari kaca
yaitu daya tahan, mudah penyimpanan dan pembuangan, tidak berat,
dan lebih aman.
Kelebihan :
Kemasan ini sesuai untuk obat cair steril yang diperlukan dalam
jumlah yang
banyak.
Kelemahan :
Volume nya yang banyak tidak memungkinkan untuk dibawa-bawa.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 3.23. (a) Ampoules, (b) Vial, (c) Prefilled syringe, dan
(d) Larutan infus.
(Sumber : Swapnil Pharmacist. 2011.
http://www.slideshare.net/parenteral-preparation-
equipments-and-layout
-
UNIVERSITAS INDONESIA 29
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Fungsi Kemasan & Pengemasan | Kemasan &
Pemasaran.
http://balekemas.wordpress.com/2011/01/10/fungsi-kemasan-pengemasan/
(diakses tanggal 30 Maret 2014)
Anonim. Sejarah Perkembangan Teknik Kemasan | Blog
Polimedia.
http://dosen.polimedia.ac.id/nova/2013/11/11/sejarah-perkembangan-teknik-
kemasan/ (diakses tanggal 30 Maret 2014)
Gabrielis. 2008. Filling, Stoppering, and Capping Machine.
http://www.gabrielis.de/
downloads/gabrielis_FlexiconFPC50.pdf [diakses 30 Maret
18:14]
Khoiriyani, Yessy, dkk. 2012. Packaging Pharmaceutical
Product.
http://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/05/19/packaging-
pharmaceutical product/" (Diakses pada 30 Maret 2014 pukul
06.03)
Mayangsari, Ayu. 2012. Teknologi Pengemasan untuk Produk
Farmasi.
https://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/05/22/381/comment-page-
1/ (Diakses pada 29 Maret 2014 pukul 14.47)
Medi-Dose. 2010. Liquid Packaging.
http://www.medidose.com/Liquid-Packaging.aspx
(diakses 30 Maret 20:39)
Paliling,corolus.2013.Pengemasan Pangan.
http://carolus.blog.teknikindustri.ft.mercubuana.ac.id/?p=23
(diakses tanggal 30
Maret 2014)
Pilchik, Ron. 2000. Pharmaceutical Blister Packaging, Part I dan
II.
h e f lis e f (Diakses pada 30 Maret 2014 pukul
19.34)
Reddy, Vamsikhrisna. 2101. Primary and Secondary Packaging.
http://www.slideshare.net/
vamsikrishnareddy57/primary-and-second-packaging
[diakses 29 Maret 09:55]
Sinegar,J.P.2003.Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan
.Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC