1 PENDIDIKAN ISLAM FORMAL (Membentuk Generasi Rabbani) MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam yang dibimbing oleh : Dr. Burhanuddin TR, M.Pd. Oleh : Kelompok 7 Hesti Rahmawati 1203772 Reni Resti Amelia 1203357 Anita Yulia Pratiwi 1205213 PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PENDIDIKAN ISLAM FORMAL
(Membentuk Generasi Rabbani)
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Seminar Pendidikan Agama Islam
yang dibimbing oleh : Dr. Burhanuddin TR, M.Pd.
Oleh :
Kelompok 7
Hesti Rahmawati 1203772
Reni Resti Amelia 1203357
Anita Yulia Pratiwi 1205213
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS PURWAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya milik Allah SWT atas hidayah-Nya penyusunan makalah
dapat diselesaikan. Makalah ini berjudul “Pendidikan Islam Formal.”
Shalawat serta salam penyusun panjatkan kepada junjungan Nabi Besar Umat
Islam yaitu Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya yang senantiasa
mencurahkan hidayah dan inayah-Nya kepada hamba-hambanya yang ingin menuju
ke jalan yang di ridhai oleh-Nya.
Berbicara mengenai pendidikan islam akan membahas sesuatu yang kompleks
dengan berbagai esensi dan kebijakan yang ada di dalam pendidikan islam. Sehingga
diperlukan pemahaman yang lebih mendalam mengenai gaya atau model pendidikan
islam bagi pengembangan pendidikan islam dimasa yang akan datang.
Makalah ini memaparkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan landasan
pendidikan, sistem pendidikan, permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia.
Sehingga penyusun dapat pula mengkaji tentang sistem pendidikan nasional yang di
perlukan oleh masyarakat di masa depan.
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat memberikan kontribusi yang
bermakna bagi pengembangan wawasan baik untuk penyusun maupun bagi para
pembaca.
Terimakasih diucapkan untuk dosen pembimbing, Burhanuddin TR. yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, sehingga penulisan makalah
ini dapat berjalan dengan lancar.
Purwakarta, April 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................iDAFTAR ISI.................................................................................................................iiBAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1B. Rumusan Masalah...............................................................................................2C. Tujuan.................................................................................................................2D. Manfaat...............................................................................................................3E. Kajian Teoritik....................................................................................................3F. Sistematika Penulisan.........................................................................................6
BAB II PENDIDIKAN ISLAM FORMAL...................................................................7A. Pendidikan Islam................................................................................................7
1. Definisi Pendidikan Islam...............................................................................72. Tujuan Pendidikan Islam.................................................................................83. Fungsi Pendidikan Islam.................................................................................94. Manajemen Pendidikan Islam.......................................................................10
B. Sekolah atau Madrasah sebagai Lembaga Pendidikan Formal........................111. Arti Sekolah...................................................................................................112. Fungsi Sekolah atau Madrasah......................................................................113. Jenjang Lembaga Pendidikan Islam Formal.................................................134. Peran Madrasah dan Pondok Pesantren.........................................................14
C. Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan islam Formal....................................141. Arti Pesantren................................................................................................142. Tujuan dan Ciri-Ciri Pondok Pesantren........................................................153. Kekurangan dan Kelebihan...........................................................................17
D. Komponen-komponen Pendidikan Islam Formal.............................................171. Kurikulum.....................................................................................................172. Pendidik.........................................................................................................213. Peserta Didik.................................................................................................224. Metode Pendidikan Islam..............................................................................22
BAB III SIMPULAN..................................................................................................24DAFTAR RUJUKAN..................................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Islam menurut Minarti (2012, hlm. 25) dalam bukunya “Ilmu
Pendidikan Islam” menjelaskan bahwa pendidikan Islam merupakan pendidikan
yang secara khas memiliki ciri islami, berbeda dengan konsep pendidikan lain
yang kajiannya lebih menfokuskan pada pemberdayaan umat berdasarkan Al-
qur’an dan hadits. Artinya, kajian pendidikan Islam bukan sekedar menyangkut
aspek normatif ajaran Islam, tetapi juga terapannya dalam ragam materi, institusi,
budaya, nilai, dan dampaknya terhadap pemberdayaan umat.
Langgulung (2003, hlm. 4) berpendapat bahwa pendidikan itu mempunyai
asas-asas tempat ia tegak dalam materi, interaksi, inovasi, dan cita-citanya. Jadi ia
seperti kedokteran, misalnya tekhnik atau pertanian. Masing-masing tidak dapat
berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu arena dimana dipraktekkan sejumlah ilmu
yang erat hubungan satu sama lain dan jalin menjalin.
Muhaimin (2001, hlm.35) mengungkapkan bahwa selama ini munculnya
berbagai pemikiran dan kebijakan tentang pembinaan pendidikan Islam secara
terpadu pada pengembangan dan peningkatan kualitas madrasah, IAIN/STAIN,
adalah beberapa contoh menifestasi yang diusahakan agar mampu menjadikan
manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sebagaimana tertuang dalam tujuan pendidikan nasional (UU No. 2/1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional).
Namun demikian, dalam beberapa hal agaknya pemikiran konseptual
pengembangan pengembangan pendidikan islam dan beberapa kebijakan yang
diambil kadang-kadang terkesan menggebu-gebu, idealis, romantis, atau bahkan
kurang relistis sehingga para pelaksana di lapangan kadang-kadang mengalami
beberapa hambatan dan kesulitan untuk merealisasikannya atau bahkan intensitas
pelaksanaan dan efektivitasnya masih dipertanyakan (Muhaimin, 2001, hlm.36).
Burhanuddin dan Sopian (2011, hlm.79) mengungkapkan bahwa fenomena
dekadensi moral dikalangan remaja semakin hari semakin memprihatinkan.
1
2
Pergaulan bebas, free sex, penyalahgunaan narkoba, tawuran antar pelajar atau
mahasiswa, dan sebagainya menjadi menghiasi topik pemberitaan.
An. Nahlawi dalam Tim Dosen PAI UPI (2014, hlm. 113) memaparkan
bahwa fenomena ‘anak hilang’ telah lama menjadi masalah dunia pendidikan
yang serius, baik di Barat maupun di Timur. Ini menunjukan kecemasan orang tua
tentang anak-anaknya di zaman modern akibat pendidikan yang salah kaprah.
Karenanya Nabi SAW adalah sebaik-baik pendidik yang dididik oleh Allah Ta’ala
yang telah menciptakan manusia manusia unggul dengan Islam yang dibawanya.
Islam merupakan solusi atas aneka permasalahan yang dihadapi manusia,
termasuk masalah akhlak dan pendidikan.
Bagi masyarakat Islam, mengkaji dan mengembangkan pendidikan Islam
untuk melahirkan manusia-manusia unggul (insan kamil) dengan berpegang teguh
kepada Al-qur’an dan sunnah merupakan suatu bentuk kemutlakan, baik pada
ranah teoretis-normatif maupun aplikatif-normatif.
Berdasarkan hal-hal tersebut, diperlukan pemahaman yang lebih mendalam
mengenai gaya atau model pendidikan Islam untuk kemajuan pendidikan Islam
dimasa yang akan datang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan Islam, serta bagaimana fungsi, tujuan,
dan manajemen yang digunakan dalam pendidikan Islam?
2. Apa yang dimaksud sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan
formal? Bagaimana jenjang, fungsi serta peran madrasah tersebut?
3. Apakah pesantren sebagai lembaga pendidkan Islam formal? Apa tujuan dan
ciri-cirinya? Serta kekurangan dan kelebihan pondok pesantren tersebut?
4. Apa saja komponen-komponen yang ada dalam pendidikan Islam formal serta
bagaimana fungsinya?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui tentang :
1. Pendidikan Islam.
3
2. Sekolah atau madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam Formal, serta
mengetahui jenjang, fungsi serta peran sekolah atau madrasah tersebut
3. Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam Formal, serta mengetahui
kekurangan dan kelebihan juga tujuan dan ciri-ciri pesantren tersebut.
4. Komponen-komponen yang ada dalam penddikan Islam serta mengetahui
fungsi dari komponen tersebut.
D. Manfaat
Manfaat penyusunan makalah ini adalah :
1. Bagi Penyusun
Memahami dengan benar gaya atau model pendidikan di Indonesia sebagai
salah satu materi perkuliahan pendidikan lingkungan sosial budaya dan teknologi
yang akan menjadi bekal profesionalitas penyusun di masa yang akan datang.
2. Bagi Pembaca
Mengetahui gaya atau model pendidikan Indonesia sebagai bahan untuk
memahami realita kebijakan-kebijakan pendidikan yang ada.
E. Kajian Teoritik
Menurut Arifin yang dikutip oleh Oemar (Tohirin, 2011, hlm. 9)
menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku
individu dilandasi oleh nilai-nilai Islami dalam kehidupan pribadinya atau
kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses
kependidikan.
Langgulung (Soleha dan Rada, 2011, hlm. 15) berpendapat bahwa konsep
pendidikan Islam adalah sebagai berikut: Pertama, pendidikan Islam harus
mampu merangsang tumbuhnya potensi yang ada pada diri setiap anak didik, hal
ini dari segi individu. Kedua, pendidikan Islam menekankan padakemampuan
manusia memperoleh pengetahuan dengan mencarinya pada alam di luar manusia.
Disini mencari lebih merupakan proses memasukkan wujud luar dari diri seorang
pelajar, dari segi pandangan masyarakat. Ketiga, memandang pendidikan sebagai
suatu transaksi, yaitu proses member dan mengambil, antara manusia dan
lingkungannya. Jadi pendidikan menurut Langgulung adalah sebagai alat
4
pengembangan potensi, pewarisan budaya, dan sebagai interaksi antara potensi
dan budaya.
Secara umum konsep pendidikan Islam mengacu kepada makna dan asal
kata yang membentuknya, kata pendidikan itu sendiri dalam hubungan dengan
Islam. Dalam konteks ini, dijelaskan secara umum sejumlah istilah yang umum
dikenal dan digunakan para pakar dalam dunia pendidikan Islam. Ada tiga istilah
yang umum digunakan dalam pendidikan Islam yakni, al-ta’lim, al-tarbiyah dan
al-ta’dib. Namun demikian, ketiga makna istilah tersebut mempunyai pengertian
tersendiri dalam pendidikan. Abuddin Nata misalnya, dengan menyetir pendapat
pakar, yang antara lain mengungkapkan pendapat Fuad ‘Abd al-Baqy dalam
bukunya, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Quranul Karim bahwa di dalam al-
Quran kata tarbiyah dengan berbagai kata yang serumpun dengannya dan diulang
sebanyak lebih dari 872 kali. Kata tersebut sebagaimana dijelaskan oleh al-Raghib
al-Asfahany, bahwa pada mulanya tarbiyah itu digunakan dalam arti:
“mengembangkan atau menumbuhkan sesuatu setahap demi setahap sampai pada
batas yang sempurna”. Nata (Soleha dan Rada, 2011, hlm. 16).
Quthub (Soleha dan Rada, 2011, hlm. 16), mengartikan tarbiyah adalah
upaya pemeliharaan jasmani peserta didik dan membantunya menumbuhkan
kematangan sikap mental sebagai pancaran akhlaq al-karimah pada diri peserta
didik. Tafsir (Soleha dan Rada, 2011, hlm. 16) memberikan pengertian tarbiyah
mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik yang dalamnya sudah
termasuk makna mengajar allama. Sedangkan Faisal (Soleha dan Rada, 2011,
hlm. 16) juga menyatakan, pendidikan Islam secara etimologi, dengan
menggunakan kata tarbiyah dan ta’lim yang masing-masing berasal dari kata
allama dan rabba, yang berarti memelihara, membesarkan, dan mendidik serta
sekaligus mengandung makna mengajar.
Minarti (2012, hlm.2) mengatakan bahwa secara normatif, Islam telah
memberikan landasan kuat bagi pelaksanaan pendidikan dengan argumentasi: 1)
Islam menekankan bahwa pendidikan merupakan kewajiban agama dimana proses
pembelajaran dan transmisi ilmu sangat bermakna bagi kehidupan manusia, 2)
seluruh rangkaian pelaksanaan pendidikan adalah ibadah kepada allah, 3) Islam
5
memberikan derajat tinggi bagi kaum terdidik, baik sarjana maupun ilmuwan (QS.
Al-Mujadilah:11) dan (QS.An-Nahl:43), 4) Islam memberikan landasan bahwa
pendidikan merupakan aktivitas sepanjang hayat atau bahkan sebagaimana hadis
nabi tentang menuntut ilmu dari buaian ibu sampai liang lahat, 5) kontsruksi
pendidikan menurut Islam bersifat dialogis, inovatif, dan terbuka dalam menerima
ilmu pengetahuan baikdari timur maupun barat. Itulah sebabnya nabi muhammad
SAW tidak alergi untuk memerintahkan umatnya menuntut imu walaupun ke
negeri china.
Selanjutnya, Langgulung (2003, hlm. 26) mengatakan bahwa mustahil kita
memahami pendidikan Islam tanpa memahami Islam sendiri, suatu kekuatan yang
memberikan hidup bagi suatau peradaban raksasa yang satu buahnya adalah
pendidikan. Pendidikan ini wujud bukan secara kebetulan di tengah-tengah rakyat,
yang kebetulan adalah orang-orang islam, tetapi dihasilkan dalam bentuk seperti
ia dihasilkan itu sebab orang-orang yang membawanya ke wujud ini adalah orang-
orang islam dan bernafas di dalam alam jagat yang penuh dengan udara islam.
Burhanuddin dan Sopian (2011, hlm.79) kemajuan yang luar biasa dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini tidak mendorong manusia untuk
lebih meyakini tuhannya, apalagi mengamalkan ajarannya. Yang terjadi adalah
manusia menjadikan IPTEK laksana tuhan dan agama mulai ditinggalkan. Inilah
potret pendidikan sekuler, yang mengabaikan aspek moral dan akhlak dalam
kehidupan manusia. Pantaslah bila yang dicetak adlah manusia pintar, cerdas
tetapi kosong dari nilai-nilai ruhaniyah intelektualnya tinggi, tetapi mental dan
ruhiyahnya rendah.
Nurwahid (Burhanuddin, dkk. 2012, hlm. 11) mengatakan Islam dengan
syariatnya adalah “satu-satunya agama yang memulai ungkapan ajarannya dengan
perintah untuk membaca yang dilandasi ideologi dan etos dengan nama Rabbmu
(bismi rabbika). Syariat yang syarat dengan pendidikan Islam ini kemudian
dipertegas oleh berbagai firman Allah lainnya yang menegaskan bahwa tugas
utama kerasulan dan karenanya salah satu inti dasar dari nilai islam yang sejatinya
diterapkan adalah masalah pendidikan. Allah berfirman (QS. Al-Jumu’ah:2).
6
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, manfaat, kajian teoritik dan sistematika penulisan.
BAB II :Isi yang membahas definisi pendidikan islam serta tujuan, fungsi
dan manajemen pendidikan Islam, sekolah sebagai pendidikan Islam formal,
pesantren sebagai pendidikan Islam formal, serta komponen-komponen
pendidikan Islam.
BAB III : Kesimpulan yang menjawab seluruh pertanyaan pada rumusan
masalah penyususnan makalah ini.
BAB II
PENDIDIKAN ISLAM FORMAL
A. Pendidikan Islam
1. Definisi Pendidikan Islam
Pengertian pendidikan Islam (Tarbiyah al-Islamiyah) oleh para ahli sangat
bervariasi, tetapi semuanya mempunyai kolerasi yang sama, yakni pendidikan adalah
proses mempersiapkan masa depan anak didik dalam mencapai tujuan hidup secara
efektif dan efisien. Dengan meminjam istilah Mocthtar Buchori “Pendidikan
antisipatoris”. (Buchori, 2001, hlm. 25-45).
Muhaimin (2001, hlm. 29) berpendapat bahwa pendidikan menurut Islam atau
pendidikan Islami, yakni pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran
dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu Al-Qur’an
dan As-Sunah.
Kemudian Bawani (Tohirin, 2011, hlm. 9-10) menyatakan bahwa pendidikan
Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
An-Nahlawy (Tohirin, 2011, hlm. 9) menyatakan bahwa pendidikan Islam
adalah penataan individual dan sosial yang dapat menyebabkan seseorang tunduk taat
pada Islam dan menerapkannya secara sempurna di dalam kehidupan individu dan
masyarakat.
Muhaimin dan Mujib (Minarti, 2012, hlm. 135) berpendapat pendidikan Islam
harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspek: 1) tujuan
dan tugas hidup manusia, yaitu manusia diciptakan bukan secara kebetulan,
melainkan punya tujuan dan tugas tertentu ( QS. 3 : 19), 2) memperhatikan sifat dasar
manusia, yaitu konsep penciptaan manusia dengan bermacam fitrah ( QS. 8 : 29),
mempunyai kemampuan beribadah dan menjadi khalifah di muka bumi ( QS. 2: 30),
3) tuntunan masyarakat baik pelestarian nilai budaya, pemenuhan kebutuhan hidup,
maupun antisipasi perkembangan tuntunan modern, 4) dimensi-dimensi kehidupan
7
8
manusia. Dalam hal ini terkandung nilai dalam mengelola kehidupan bagi
kesejahteraan dunia dan akhirat, keseimbangan dan keserasian keduanya.
Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu yang
melatar belakangi pendidikan Islam adalah hakikat manusia yang diciptakan untuk
beribadah dan menjadi khlifah di muka bumi, kemudian untuk memenuhi hal itu
perlu adanya pendidikan untuk memmperoleh ilmu yang berdasarkan nilai-nilai yang
terkandung didalam Al-Qur’an dan sunnah.
2. Tujuan Pendidikan Islam
Minarti (Langgulung, 1980, hlm 8) Menurut pandangan Islam, tujuan
pendidikan Islam sangat diwarnai dan dijiwai oleh nilai-nilai ajaran Allah. Tujuan itu
sangat dilandasi oleh nilai-nilai Al-Qur’an dan hadits seperti yang termaktub dalam
rumusan, yaitu menciptakan pribadi-pribadi yang selalu bertakwa kepada Allah,
sekaligus mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Dalam Firs world Conference on Muslim Education yang diadakan di mekah
pada tahun 1977 telah menghasilkan rumusan yang menyatakan bahwa tujuan
pendidikan islam, yaitu mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang
menyeluruh secara seimbang melalui jiwa, intelek, perasaan dan indera, oleh karena
itu pendidikan harus mencakup pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya, yaitu
fidik, mental, intelektual, imajinasi, dan kemampuan berbahasa baik baik secara
individu maupun kolektif. Tujuan akhir pendidikan islam terletak pada perilaku yang
tunduk dengan sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun
seluruh umat manusia.
Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari pembahasan tentang tujuan hidup
manusia. Tugas pendidikan adalah memelihara kehidupan manusia, oleh karenanya
diskursus pendidikan Islam harus melibatkan perbincangan tentang sifat-sifat asal
manusia dalam pandangan Islam. Jadi tujuan yang hendak dicapai pendidikan pada
hakekatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam
pribadi manusia. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang dinamis dan sistematis,
mempunyai tujuan yang luhur dan lengkap. Arah yang dinamis ini Nampak pada diri
9
manusia itu sendiri baik secara individual maupun kolektif, karena manusia
mempunyai fitrah ingin mengetahui sesuatu yang belum pernah diketahui dan
dialami. Lalunggung (Soleha dan Rada, 2011, hlm. 39)
Pendapat yang serupa, dikemukakan Zakiah Daradjat (1998, hlm. 35) bahwa
tujuan pendidikan Islam adalah membina manusia agar menjadi hamba Allah yang
saleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perbuatan, pikiran, dan perasaannya.
Sedangkan tujuan pendidikan Nasional menurut Undang-Undang No. 20 tahun
2003 Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 yang menyatakan tujuan pendidikan
adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
3. Fungsi Pendidikan Islam
Menurut Muhaimin (2002, hlm. 24) mengatakan bahwa Fungsi pendidikan
Islam meliputi tiga hal sebagai berikut : a) Menumbuhkembangkan peserta didik ke
tingkat yang normatif yang lebih baik, dengan kata lain, fungsi pendidikan Islam
merupakan kristalisasi dari nila-nilai yang terkandung dalam kandasan dasar
pendidikan Islam tersebut; b) Melestarikan ajaran Islam dalam berbagai aspek, dalam
hai ini berarti ajaran Islam itu dijadikan tetap tidak berubah dibiarkan murni seperti
keadaan semula, sekaligus dijaga, dipertahankan kelangsungan eksistensinya hingga
waktu yang tak terbatas. Hal ini khususnya yang menyangkut tekstual Quran dah
Hadits.adapun mengenai interpretasi dan pemahaman harus senantiasa dinamis
disesuaikan sesuai dengan tuntunan zaman dan kondisi masyarakat; c) Melestarikan
kebudayaan dan peradaban Islam, dalam arti buah budi dan kemajuan yang dicapai
umat Islam secara keseluruhannya mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral,
hokum, adat serta prestasi yang mereka capai (2001: 39-40).
Dengan demikian fungsi pendidikan Islam dapat mengembangkan dan
mengarahkan manusia agar mampu mengembangkan amanah dari Allah, yakni
menjalankan tugas-tugas hidupnya dimuka biumi ini, yang menyangkut tugas
khalifahan terhadap diri sendiri, rumah tangga, masyarakat serta alam sekitarnya.
10
4. Manajemen Pendidikan Islam
Menurut Mansori (Wordpress.com, 2014) beliau menjelaskan tentang
manajemen pendidikan Islam.
Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan
terjemahan langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata
laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara itu, Mochtar Efendy berpendapat bahwa
manajemen berasal dari kata kerja bahasa Inggris “To Manage” yang sinonim dengan
to hand, to control, dan to guide (mengurus, memeriksa dan memimpin). Dari sini,
manajemen dapat diartikan pengurusan, pengendalian, memimpin atau membimbing.
Ramayulis dalam bukunya, Ilmu Pendidikan Islam, menyatakan bahwa
pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir (pengaturan). Kata
ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al
Qur’an (QS. As. Sajdah: 05).
Dari isi kandungan ayat di atas, dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah
pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah
swt dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT
telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola
bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.
Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan
aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan dan
melalui orang lain. Sedangkan Sondang P Siagian, mengartikan manajemen sebagai
kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai
tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.
Manajemen Pendidikan Islam merupakan proses pemanfaatan semua sumber
daya yang dimiliki (umat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat
keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan
orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan
kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.
11
Para ulama di bidang manajemen yang menyebutkan tentang fungsi-fungsi
manajemen diantaranya adalah Mahdi bin Ibrahim, dia mengatakan bahwa fungsi
manajemen itu di antaranya adalah Fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan. Manakala para Manajer dalam pendidikan Islam telah
bisa melaksanakan tugasnya dengan tepat seuai dengan fungsi manajemen di atas,
terhindar dari semua ungkapan sumir yang menyatakan bahwa lembaga pendidikan
Islam dikelola dengan manajemen yang asal-asalan tanpa tujuan yang tepat. Maka
tidak akan ada lagi lembaga pendidikan Islam yang ketinggalan Zaman, tidak
teroganisir dengan rapi, dan tidak memiliki sisten kontrol yang sesuai.
Dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan Islam merupakan
pengelolaan sumber daya umat Islam baik perangkat keras maupun perangkat lunak
sehingga tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.
B. Sekolah atau Madrasah sebagai Lembaga Pendidikan Formal
1. Arti Sekolah
Sekolah adalah tempat proses berjalannya pembelajaran yang formal, teratur,
sistematis, mempunyai jenjang dan dalam kurun waktu tertentu, secara berlangsung,
dari mulai TK/TPA sampai ke Perguruan Tinggi, berdasarkan aturan resmi yang telah
ditetapkan. Menurut Ekoduasatudua (blogspot.com, 2011).
2. Fungsi Sekolah atau Madrasah
Menurut Ekoduasatudua (blogspot.com, 2011) adapun fungsi sekolah adalah:
a) Membantu lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajar, memperbaiki dan
memperdalam atau memperluas, tingkah laku anak atau peserta didik yang di bawa
dari keluarga serta membantu pengembangan minat dan bakat, b) Mengembangkan
kepribadian peserta didik lewat kurikulum, agar : 1) Peserta didik dapat bergaul
dengan guru, karyawan, dengan temannya sendiri dan msyarakat sekitar, 2) Peserta
didik belajar taat kepada peraturan/tahu disiplin, 3) Mempersiapkan peserta didik
terjun di masyarakat berdasarkan norma-norma yang berlaku.