Judul buku : Kontekstualisasi Hukum Keluarga di Dunia Islam
Penulis : Atun Wardatun & HamdanTebal Halaman : 144 hlm. Ukuran
Buku : 14 x 21 cm
Tahun Terbit : Cetakan I, Juli 2014
Penerbit
: LEPPIM IAIN Mataram
Kota
: Mataram
ISBN
: 978-602-99946-9-8
Sekilas isi buku
Sebagai penegasan, perkawinan merupakan aspek penting dan sakral
dalam ajaran islam. Al-Quran telah menghimpun tidak kurang dari 80
ayat yang berbicara secara substantive tentang perkawinan ini, baik
dengan lafadz nikah (menghimpun) maupunn zawwaja
(berpasang-pasangan), dengan tujuan terbinanya perjanjian yang
kokoh (mitsaqon ghalizan) antara suami isteri.
Dengan demikian, gagasan pembaharuan hukum keluarga ini memiliki
dua tujuan utama, yaitu: pertama, menciptakan unifikasi hukum, baik
unifikasi (penyatuan) hokum yang berlaku untuk seluruh warga Negara
tanpa memandang agama, unifikasi antara dua aliran pokok dalam
sejarah hokum muslim, maupun unifikasi untuk memadukan antar
madzhab dalam kalangan sunni itu sendiri, bahkan unifikasi hukum
dalam satu madzhab tertentu, kedua, pengangkatan harkat dan status
hokum wanita serta tuntutan masyarakat di era modernyang makin
kosmopolitan.
Permasalahan usia menikah dalam ketentuan fiqh biasanya ditandai
dengan masa akil baligh, baik bagi laki-laki maupun wanita. Pada
usia baligh tersebut , seseorang dikatakan telah mukallaf, yakni
mampu menanggung beban hukum (taklif) dan sudah bisa menerima
konsekuensi dari dilakukannya atau ditinggalkannya sebuah aturan.
Sebagaimana dimaklumi, ketentuan usia minimal untuk menikah didalam
kalangan madzhab fiqh berbeda-beda. Hal ini karena jika kembali
pada syariat Islam sendiri, batas minimal umur bagi seseorang untuk
melakukan perkawinan tidak ditetapkan secara jelas dan tegas.
Al-Quran dan hadist hanya menetapkan dugaan, isyarat, dan
tanda-tanda saja.
Tujuan mulia pernikahan akan sulit terwujud apabila
masing-masing pasangan belum masak jiwa raganya. Kematangan dan
integritas pribadi yang stabil akan sangat berpengaruh didalam
menyelesaikan setiap problem yang muncul dalam menghadapi liku-liku
dalam rumah tangga. Banyak kasus menunjukkan bahwa banyaknya
perceraian cenderung didominasi karena akibat kawin dalam usia
muda.
Turki. Dalam ketentuan undang-undang terbaru, melalui institusi
pengadilan, Turki masih boleh mengizinkan pernikahan pada usia 15
tahun bagi laki-laki dan 14 tahun bagi wanita.
Iran. Negara ini merujuk konsep hokum keluarganya pada madzhab
mayoritas, yakni Jafari Isna Asyari. Undang-undangnya menegaskan
usia minimum perkawinan bagi pria adalah 18 tahun dan wanita 15
tahun.
Atun Wardatun adalah guru tetap fakultas syariah IAIN Mataram
sejak tahun 2000. Gelar sarjana diperoleh dari Fakultas Syariah UIN
sunan ampel Surabaya tahun 1997. Dan Hamdan, sehari-hari adalah
Dosen STKIP Hamzanwadi selong Lombok timur, dosen IAIN Hamzanwadi
pancor Lombok Timur, Dosen IKIP Mataram, Dosen AKBID Bhakti Kencana
mataram. Buku ini hadir dengan membahas tentang eksistensi
pernikahan yang mana pernikahan merupakan peristiwa yang sangat
sakral sehingga membutuhkan pemikiran yang matang dan pedoman yang
kuat untuk mampu membangunnya. Buku ini hadir untuk mereka yang mau
mendalami tentang arti pernikahan itu sendiri, bagaimana menentukan
usia pernikahan yang tepat. Buku ini juga bermaksud menunjukkan
bahwa undang-undang hukum keluarga dihampir seluruh dunia islam
telah beranjak dari ketentuan fiqh konvensional, bahkan ada yang
meninggalkan hukum syariah dan menggantinya dengan hukum sekuler.
Buku ini hadir dengan XII sub tema, mulai dari masalah Pendataran
dan Pencatatan Perkawinan sampai masalah Keabsahan dan Pengelolaan
Wakaf Keluarga.
Kelebihan BukuPada buku ini penulis menghadirkan wacana-wacana
yang tidak hanya terkait dengan dalam Negara namun juga memberikan
sejumlah refrensi yang berkaitan dengan Negara lain sehingga akan
sangat menambah wawasan bagi pembaca sekalian. Buku ini juga
menghasilkan kajian/diskusi dan evaluasi didalamnya shingga lebih
memudahkan pembaca untuk memahami apa yang dibacanya. Buku ini juga
hadir dengan desain cover yang menarik sehingga membuat pembaca
akan senang untuk memilikinya dan kertas yang digunakanpun tidak
mudah rusak dan ringan untuk dibawa kesekolah atau kuliah.
Kekurangan.
Bahasa yang digunakan penulis disini terkesan kurang baik,
seperti pemakaian bahasa perkawinan, akan lebih baik kalau penulis
menggunakan kata Pernikahan di dalamnya, karna menurut saya kata
perkawinan lebih identik digunakan pada binatang bukan pada manusia
itu sendiri.Saran Pembaca
Buku ini sangat layak dibaca oleh para guru, mahasiswa, terutama
bagi mereka yang ingin mengetahui lebih makna pernikahan,
eksistensinya di lingkungan keluarga dan masyakat, penentuan usia
pernikahan yang tepat. Dan buku ini sangat tidak cocok untuk dibaca
untuk anak SMP atau yang dibawah umur karna belum merupakan
waktunya.