Makalah pembelajaran microteachingApril 20, 2014 Leave a comment
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pengertian, fungsi dan
tujuan dari pembelajaran Micro Teaching serta memahami 10
kompetensi guru, 8 keterampilan dasar mengajar dan 4 kompetensi
pendidik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pembelajaran Micro Teaching. Makalah ini berbicara mengenai
Pengertian, fungsi dan tujuan dari pembelajaran Micro Teaching
serta memahami komponen-komponen apa saja yang terdapat dalam
kompetensi dan keterampilan guru. Penulis menuliskannya dengan
mengambil dari beberapa sumber baik dari buku maupun dari internet
dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada tersebut.Penulis
berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih memiliki banyak kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi
pembaca untuk menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi
tercapainya makalah yang lebih baik.Jember, April 2014PenulisDAFTAR
ISIKATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN1. Latar belakang2.
Rumusan masalah3. TujuanBAB II PEMBAHASAN1. Pengertian micro
teaching2. BAB 1PENDAHULUAN1. Latar belakangGuru atau pendidik yang
baik adalah, mereka yang berhasil membawa peserta didik mencapai
tujuan dan hasil yang baik sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam
suatu pendidikan. Untuk mencapai efektifitas suatu pembelajaran,
tentunya dibutuhkan seorang guru profesional yang betul-betul
memahami tentang bagaimana melaksanakan suatu pembelajaran dengan
baik, serta memiliki ketrampilan (skill) dasar mengajar yang baik
sebelum melaksankan tugas sebagai seorang pendidik atau guru
.Keprofesionalisme seorang pendidik dapat diperoleh dari pelatihan
serta pengalaman belajar. Pelatihan dan pengalaman itu sendiri
dapat diperoleh antara lain dengan mengikuti pembelajaran micro
(micro teaching). Pembelajaran micro memiliki tujuan untuk
membekali para calon pendidik (guru) agar memiliki beberapa
keterampilan dasar dalam mengajar, serta dapat mendalami makna dan
strategi yang akan digunakan pada suatu proses pembelajaran. Tenaga
pendidik (guru) tentunya harus terus berlatih keterampilan tersebut
satu demi satu. Oleh karena itu, pembelajaran mikro sangat
dibutuhkan oleh seorang calon tenaga pendidik (guru) dalam bentuk
peer teaching dengan harapan agar para calon pendidik sekalius
dapat menjadi pengamat bagi teman sesama calon pendidik, untuk
saling memberikan koreksi dan masukan mengenai penguasaan
keterampilan dasar mengajar yang dimilikinya.1. Rumusan masalah1.
Apa pengertian dan tujuan dari micro teaching?2. Apa-apa saja yang
termasuk dalam 8 keterampilan dasar mengajar bagi pendidik?3.
Apa-apa saja yang termasuk dalam 10 kompetensi guru?4. Apa-apa saja
yang termasuk dalam 4 kompetensi pendidik?BAB IIPEMBAHASAN1.
PengertianSecara etimologis, micro teaching berasal dari dua kata
yaitu micro berarti kecil, terbatas, sempit dan teaching berarti
pembelajaran. Secara terminologis, micro teaching adalah redaksi
yang berbeda-beda namun mempunyai subtansi makna yang sama. Berikut
pengertian micro teaching menurut para ahli:1. Menurutcooper and
Allen(1971), pengajaranmikro(microteaching) merupakan
salahsatubentukmodelpraktekkependidikanataupelatihanmengajar.2.
Menurut Jensen (dalam Yatiman ,1999), pengajaran Micro sebagai
suatusistem yang memungkinkan seorang calon guru mengembangkan
ketrampilannya dalam menerapkan teknik mengajar tertentu.1. Mc.
LaughlindanMoulton(1975) yang menjelaskan bahwa microteaching is as
performance training method to isolate the component parts of the
teaching process, so that the trainee can master each component one
by one in a simplified teaching situation(pembelajaran mikro pada
intinya adalah suatu pendekatan atau model pembelajaran untuk
melatih penampilan/ keterampilan mengajar guru melalui bagian demi
bagian dari setiap keterampilan dasar)2. A. Perlberg(1984)
menjelaskan bahwamicro teaching is a laboratory training procedure
aimed at simplifyng the complexities of regular teaching-learning
processing(pembelajaran mikro pada dasarnya adalah sebuah
laboratorium untuk lebih menyederhanakan proses latihan kegiatan
belajar mengajar/pembelajaran).3. Sugeng Paranto (1980) menjelaskan
bahwa pembelajaran mikro merupakan salah satu cara latihan praktek
mengajar yang dilakukan dalam proses belajar mengajar yang di mikro
kan untuk membentuk mengembangkan keterampilan mengajar.Dari
beberapa uraian diatas dapat simpulkan bahwa, micro teaching adalah
suatu strategi yang telah dimodifikasi secara khusus untuk
memberikan pelatihan mengajar terhadap para calon pendidik (guru)
dengan tujuan untuk mengembangkan keterampilan dasar mengajar
seorang calon pendidik, dalam bentuk pengajaran mikro (skala
kecil), dengan menyederhanakan atau memperkecil aspek
pembelajarannya seperti jumlah murid, waktu dan materinya, sehingga
para calon pendidik dapat memahami kelebihan dan kelemahan yang
dimilikinya, serta dapat memperbaiki kelemahan dan mengembangkan
kemampuan tersebut agar dapat menjadi seorang pendidik (guru) yang
professional.Aspek-aspek pembelajaran yang dimaksud adalah dalam
segi:1) Jumlah muridJumlah murid pada suatu pembelajaran mikro
tentu berbeda dengan jumlah murid pada system pembelajaran makro.
Dalam pembelajaran mikro, jumlah murid disederhanakan atau
diperkecil menjadi 5-10 orang.2) Alokasi waktuDemikian juga dengan
waktu mengajar. Dalam pembelajaran makro (real teaching), waktu
mengajar berkisar dari 45-90 menit, namun pada pembelajaran mikro
waktu mengajar disederhakan atau diperpendek menjadi 5-10 menit.3)
Materi/bahan ajarMateri atau bahan ajar dalam pembelajaran mikro
hanya mencakup 1-2 aspek yang telah disederhanakan.1. Tujuan micro
teachingTujuan pengajaran micro teaching dapat dibagi menjadi 2
bagian yaitu, tujuan umum dan tujuan khusus.1. Tujuan umumTujuan
micro teaching menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:1.
Menurut Rostiyah, tujuan micro teaching adalah untuk mempersiapkan
calon guru menghadapi pekerjaan sepenuhnya dimuka kelas dengan
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai seorang guru
professional.2. Dwight Allen mengemukakan, bahwa tujuan
pembelajaran mikro adalah: Bagi siswa calon guru- Memberikan
pengalaman belajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan
dasar mengajar secara terpisah.- Calon guru dapat mengembangkan
keterampilan mengajarnya sebelum mereka terjun kekelas yang
sebenarnya.- Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk menguasai
beberapa keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan
bagaimana keterampilan itu diterapkan, sehingga calon guru mampu
menciptakan proses pembelajaran yang efektif, efisen dan menarik.
Bagi guru- Memberikan penyegaran dalam program pendidikan.- Guru
mendapatkan pengalaman belajar mengajar yang bersifat individual
demi perkembangan profesinya.- Mengembangkan sikap terbuka bagi
guru pembaharuan yang yang berlangsung dipranata pendidikan.Adapun
tujuan umum dari micro teaching adalah, mengembangkan atau
meningkatkan keterampilan dasar mengajar yang dimiliki oleh seorang
calon pendidik (guru), sehingga mereka memiliki kesiapan diri untuk
mengajar disuatu lembaga pendidikan (sekolah), dan dalam konteks
mengajar yang sesungguhnya.1. Tujuan khususSecara khusus, micro
teaching memiliki tujuan yaitu:- Calon guru mampu menganalisis
tingkah laku pembelajaran kawannya dan dirinya sendiri.- Calon guru
mampu melaksanakan berbagai jenis keterampilan dalam proses
pembelajaran.- Calon guru mampu mewujudkan situasi pembelajaran
yang efektif, produktif, dan efisien.- Calon guru mampu bertindak
profesional1. Delapan Keterampilan dasar mengajarUntuk menjadi
seorang tenaga pendidik (guru) yang professional, tentunya guru
harus memiliki keterampilan dasar mengajar, guna tercapainya suatu
proses pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik. Ada beberapa
keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki oleh seorang
pendidik (guru), yaitu:1. KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP
PELAJARANMembuka pelajaran merupakan kegiatan awal yang harus
dilakukan oleh seorang guru, sebelum memasuki materi atau inti dari
sebuah pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan peserta
didik (siswa) untuk mengikuti proses pembelajaran yang meliputi,
mental peserta didik, menciptakan suasana komunikatif antara
pendidik (guru) dengan peserta didik, dan menimbulkan perhatian
peserta didik kepada materi yang akan dipelajari.Aktivitas awal
yang dilakukan oleh seorang pendidik (guru), serta kalimat-kalimat
pembuka yang diucapkan guru adalah faktor utama dalam menentukan
keberhasilan jalannya seluruh proses pembelajaran. Suatu proses
pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan proses pembelajaran
tersebut dapat tercapai dengan maksimal. Tujuan pembelajaran dapat
tercapai tergantung pada strategi pengajaran yang disiapkan guru
pada awal pembelajaran.Seluruh rencana dan persiapan sebelum
mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru tidak berhasil
memfokuskan perhatian dan minat siswa pada pelajaran. Oleh karena
itu, hal-hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru pada awal
pembelajaran adalah, menciptakan suasana agar siswa secara mental,
fisik, pshikis, dan emosional terpusat pada kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan. Hal tersebut dapat dilakukan guru dengan cara
cara-cara sebagai berikut:1) Memfokuskan perhatian dan
membangkitkan minat siswaPada awal proses pembelajaran, pikiran
siswa belum dapat terfokus dengan baik pada materi dan proses
pembelajaran. Hal ini disebabkan karena masih banyak
aktifitas-aktifitas diluar kelas yang megganggu perhatian
siswa.Untuk dapat mengatasi masalah tersebut, seorang guru haru
mampu menetapkan titik hubungan antara siswa itu sendiri dengan
materi yang akan disampaikan, guru harus mampu membangkitkan
semangat dan keaktifan belajara siswa, guru harus dapat
menghubungkan antara materi yang akan disampaikan dengan minat dan
kebutuhan siswa.Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru
dalam memfokuskan perhatian dan membangkitkan minat siswa:o
Mengaitkan materi dengan berita-berita terkinio Menyampaikan
ceritao Menggunakan alat bantu/mediao Memvariasikan gaya mengajaro
Menyinggung tentang tugas-tugas yang dilakukan siswao Mengandaikan
persoalan2) Menimbulkan motivasiMenimbulkan motivasi dapat
dilakukan dengan berbagai cara:o Memberikan kehangatan dan
menunjukan sikap antusiasGuru harus menunjukan sikap yang ramah,
antusias, bersahabat dan penuh keakraban dengan peserta didiknya.o
Menimbulkan rasa ingin tahuRasa ingin tahu siswa dapat distimulus
dengan menunjukkan gambar, mendemonstrasikan sesuatu, menceritakan
sesuatu kejadian yang berkaitan dengan materi yang akan
disampaikan.o Mengemukakan ide yang bertentanganSeorang pendidik
harus bisa mengutarakan pendapat atau ide-ide yang bertentangan
serta mengutarakan probelema-problema atau situasi yang berbeda
dengan dengan kenyataan sehari-hari.3) Memberi acuanMemberi acuan
merupakan usaha mengemukakan secara spesifik dan singkat
serangkaian alternative yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran
yang jelas mengenai hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang akan
hendak ditempuh dalam mempelajari materi pembelajaran. Adapun
cara-cara yang dapat dilakukan guru adalah:o Menjelaaskan tujuan
pembelajarano Menyampaikan garis besar pembelajarano Menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran4) Mengaitkan pelajaran yang telah
dipelajari dengan topic baruPelaarn dalam pertemuan sebelumnya
harus diulang secara ringkas untuk dikaitkan dengan pelajaran yang
baru. Contoh usaha guru dalam mengaitkan adalah:o Meninjau kembali
sampai sejauh mana siswa dapat memahami pelajaran yang sudah
dipelajari sebelumnya.o Membandingkan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa dengan materi yang akan disampaikan.Sedangkan
keterampilan dalam menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan
guru untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang perlu
dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pembelajaran adalah swbagai
berikut:- Melakukan tinjauan kembali pada materi yang telah
disampaikan, dengan cara membuat rangkuman atau ringkasan mengenai
materi yang telah dijelaskan.- Mengadakan evaluasi seberapa jauh
pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan dengan cara
menyuruh siswa untuk, mendemonstrasikan keterampilan yang telah
dipahaminya, menerapkan ide-ide baru pada situais lain,
mengekspresikan pendapat sendiri, dan guru dapat memberikan
soal-soal tertulis dalam bentuk uraian.- Memberikan tindak lanjut
yaitu dalam bentuk, pekerjaan rumah, merancang sesuatu atau
berkunjung kesuatu tempat.2. KETERAMPILAN MENJELASKANDalam kaitan
dengan kegiatan belajar mengajar- mengajar, menjelaskan berarti
mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana
secara sistematis, sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siswa.
Keterampilan dalam menjelaskan materi atau bahan ajar pada proses
pembelajaran sangat dibutuhkan oleh seorang pendidik (guru), karena
betapapun pandainya seorang guru dalam menguasai suatu materi, akan
sia-sia saja apabila ia kurang atau tidak mampu menguasai
keterampilan menjelaskan bahan pelajaran yang dikuasainya.Tujuan
dari menjelaskan adalah:- Membimbing siswa memahami berbagai
konsep, hukum, prinsip atau prosedur.- Membimbing siswa menjawab
pertanyaan mengapa secara bernalar- Melibatkan siswa untuk
berpikir- Mendorong murid menghayati berbagai proses
penalaran.Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru
dalam memberikan suatu penjelasan, yaitu:- Penjelasan dapat
diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan
keperluan.- Penjelasan harus relevan dengan tujuan.- Materi yang
dijelaskan harus bermakna- Penjelasan yang diberikan sesuai degan
kemampuan dan latar belakang siswa.3. KETERAMPILAN BERTANYADalam
sebuah proses pembelajaran, bertanya memiliki peranan utama dalam
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berpikir siswa. Oleh karena
itu, guru harus mampu membuat pertanyaan yang baik dan
bermutu.Tujuan bertanya dalam suatu kegiatan pembelajran, bukan
saja hanya untuk mengetahui tingkat kemampuan yang dimiliki oleh
siswa, tetapi yang lebih pentinga adalah, dapat mendorong siswa
untuk ikut berpastisipasi aktif dalam suatu kegiatan
pembelajaran.Keterampilan bertanya meliputi 2 bagian yaitu,
keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan.a)
Keterampilan bertanya dasarKeterampilan bertanya dasar mempunyai
beberapa kemampuan dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan
segala jenis pertanyaan.Keterampilan bertanya dasar memilik
beberapa komponen, yaitu: Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan
singkat, memudahkan murid untuk memahaminya. Pemusatan perhatian,
kadang-kadang guru perlu memulai pertanyaan dengan cakupan yang
luas, kemudian memusatkanperhatian murid pada satu tugas yang lebih
sempit. Penyebaran pertanyaan, yang diajukan kepada murid,
hendaknya ditujukan ke seluruh kelas, bukan kepada murid tertentu.
Setelah memberikan waktu sejenak untuk berpikir, barulah guru
menunjuk secara acak murid lain untuk menanggapi jawaban temannya
Pemindahan giliran. Satu pertanyaan yang kompleks dapat dijawab
oleh beberapa murid, sehingga semua aktif untuk memikirkan
pertanyaan yang diberikan. Pemberian waktu berpikir. Setelah
mengajukan pertanyaan, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada
murid untuk berpikir, sebelum menjawab. Pemberian tuntunan. Jika
pertanyaan guru tidak dapat dijawab oleh murid, guru hendaknya
memberikan tuntunan.b) Keterampilan bertanya lanjutanKeterampilan
bertanyan lanjut dibentuk atas dasar penguasaan komponen-komponen
keterampilan bertanya dasar.Adapun komponen-komponen yang terdapat
pada keterampilan bertanya lanjut adalah sebagai berikut: Mengubah
tuntutan tingkat kognitif dalam dalam menjawab pertanyaan, yaitu
dari tingkat yang paling rendah (mengingat) ke tingkat yang tinggi,
seperti memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi. Pengaturan urutan pertanyaan, yaitu mulai
pertanyaanyang paling sederhana diikuti dengan yang kompleks,
sampai kepada pertanyaan yang paling kompleks. Penggunan pertanyaan
pelacak dengan berbagai tekhnik seperti: mengulangi pertanyaan
sendiri atau pertanyaan siswa menjawab pertanyaan sendiri menunjuk
dulu sebelum bertanya mengajukan pertanyaan yang mengundang jawaban
serempak mengajukan pertanyaan ganda4. KETERAMPILAN MENGADAKAN
VARIASIMengadakan variasi berarti melakukan tindakan yang beraneka
ragam yang dapat membuat sesuatu iotu menjadi tidak monoton didalam
pembelajaran, sehingga dapat menghilangkan kebosanan, meningkatkan
minat dan rasa ingin tahiu siswa, serta membuat tingkat aktifitas
siswa menjadi bertambah.Variasi dalam kegiatan belajar-mengajar
dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu:- Variasi dalam gaya mengajar,
yang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti:1. Variasi suara:
rendah, tinggi, besar, kecil2. .Memusatkan perhatian3. Membuat
kesenyapan sejenak4. Mengadakan kontak pandang5. Variasi gerakan
badan dan mimik, dan6. Mengubah posisi, misalnya dari depan kelas
ke tengah atau ke belakang kelas.- Variasi dalam penggunaan dalam
media dan bahan pelajaran, yang meliputi:1. Variasi alat dan bahan
yang bisa dilihat2. Variasi alat dan bahan yang dapat didengar,
serta3. Variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi-
Variasi dalam pola interaksi dan kegiatanPola interaksi dapat
berbentuk: klasikal, kelompok, dan perorangan sesuai dengan
keperluan, sedangkan variasi kegiatan dapat berupa mendengarkan
informasi, menelaah materi, diskusi, latihan, atau
demonstrasi.Tujuan dan manfaat mengadakan variasi adalah:-
Memelihara dan meningkatkan perhatian siswa terhadap materi dan
aktifitas pembelajaran.- Terciptanya proses pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan bagi siswa.- Menghilangkan kejenuhan dan
kebosanan sebagai akibat dari kegiatan yang bersifat rutinitas-
Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi rasa ingin tahu
melalui kegiatan investigasi dan eksplorasi.5. KETERAMPILAN
MEMBERIKAN PENGUATANPenggunaan penguatan dalam proses belajar
mengajar memiliki pengaruh yang positif terhadap proses belajar
peserta didik dan bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri,
meningkatkan motivasi, minat dan perhatian siswa terhadap
pembelajaran, membangkitkan dan memelihara perilaku, dan iklim
belajar yang kondusif sehingga siswa dapat belajar secaa
optimal.Keterampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa
komponen, antara lain:- Penguatan verbalBerupa komentar yang berupa
kata-kata pujian, dukungan, pengakuan, dorongan yang dipergunakan
untuk menguatkan tingkah laku dan penampilan siswa.- Penguatan
non-verbal1. Penguatan berupa mimic dan gerakan badan2. Penguatan
dengan cara mendekati3. Penguatan dengan sentuhan4. Penguatan
dengan kegiatan yang menyenangkan5. Penguatan berupa symbol atau
benda6. KETERAMPILAN MENGELOLA KELASKeterampilan manajemen kelas
menduduki posisi penting dalam menentukan keberhasilan kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian keterampilan manajemen kelas sangat
krusial dan fundamental dalam mendukung proses pembelajaran.
Keterampilan mengelola kelas adalah: keterampilan seorang pendidik
(guru) dalam meningkatkan sumber daya kelas demi terciptanya
pembelajaran yang efektif dan efisien. Secara garis besar
keterampilan mengelola kelas dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
(1). Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan
pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, (2). Keterampilan yang
berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.7.
KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERSEORANGAN Dalam
pengajaran kelompok kecil dan perserongan memungkinkan guru
memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya
hubungan yang lebih akrab antara guru dengan siswa.Ada 4 komponen
yang terdapa dalam keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perserongan, antara lain:- Keterampilan mendekatkan diri secara
pribadi- Keterampilan mengorganisasi- Keterampilan membimbing dan
memudahkan pelajaran- Keterampilan merencanakan dan melaksanakan
kegiatan belajar mengajar.8. KETERAMPILAN MEMIMPIN DISKUSI KELOMPOK
KECILMemimpin diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang
teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka
yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi,
pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.Ada 6 keterampilan
yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam memimpin diskusi
kelompok kecil, yaitu:- Memussatkan perhatian siswa pada materi
diskusi- Memperjelas masalah urunan pendapat- Menganalisa pandangan
siswa- Meningkatkan urunan siswa- Menyebarkan kesempatan
berpastisipasi- Menutup diskusi1. Empat kompetensi pendidikMenurut
Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat
(1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi. Adapaun kompetensi yang
dimaksud adalah sebagai berikut:1. Kompetensi pedagogik
guruUndang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dikemukakan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi
ini dengan kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi Menyusun
Rencana Pembelajaranmenurut Joni (1984:12), adalah kemampuan
merencanakan program belajar mengajar mencakup kemampuan:a)
merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaranb) merencanakan
pengelolaan kegiatan belajar mengajarc) merencanakan pengelolaan
kelasd) merencanakan penggunaan media dan sumber pengajarane)
merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan
pengajaran.Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan
rencana pembelajaran meliputi:a) mampu mendeskripsikan tujuanb)
mampu memilih materic) mampu mengorganisir materid) mampu
menentukan metode/strategi pembelajarane) mampu menentukan sumber
belajar/media/alat peraga pembelajaranf) mampu menyusun perangkat
penilaiang) mampu menentukan teknik penilaianh) mampu
mengalokasikan waktu.2. Kompetensi kepribadianMenurut Sumardi,
kompetensi kepribadian adalah sifat-sifat unggul seseorang, seperti
sifat ulet, tangguh, atau tabah dalam menghadapi tantangan atau
kesulitan, dan cepat bangkit apabila mengalami kegagalan, memiliki
etos belajar, dan etos kerja yang tinggi.Didalam peraturan
pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
pada penjelasan pasal 28 ayat 3 butir b dijelaskna bahwa yang
dimaksu dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian
yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.3. Kompetensi socialSurya
(2003:138) mengemukakan kompetensi sosial adalah kemampuan yang
diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan
orang lain. Dalam kompetensi sosial ini termasuk keterampilan dalam
interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial.Gumelar dan
Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapatAsian Institut for Teacher
Education, menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu
daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik,
membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan
datang.Menurut PPRI No.74 tahun 2008, tentang undang-undang Guru
dan Dosen sebagaimana termuat dalam penjelasan Pasal 28 Ayat 3,
yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan efisien dengan peserta didik.Dari beberapa
pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa, kompetensi sosial
adalah kemampuan seorang pendidik (guru) menjadi bagian dari
masyarakat dilingkungan sekolahnya dan mampu membangun komunikasi
yang baik dan dapat berinteraksi dengan para peserta didik, dengan
tujuan untuk menyiapkan para peserta didik menjadi bagian dari
masyarakat dilingkungannya, memiliki perilaku yang baik , serta
memiliki kemampuan dalam membimbing masyarakat kearah yang baik.4.
Kompetensi professionalYang dimaksud dengan kompetensi social
adalah kemampuan penguasaan materi secara menyeluruh atau luas dan
mendalam.Kompetensi professional yang harus dimiliki oleh seseorang
diantaranya:- Menguasai landasan pendidikan- Menguasai bahan
pengajaran- Menguasai teknologi informasi- Memiliki wawasan tentang
penelitian pendidikan- Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga
dan program pendidikan disekolah- Menguasai metode berpikir- Mampu
bekerja berencana dan terprogram- Memiliki wawasan tentang inovasi
pendidikan- Mampu memahami bimbingan konseling- Mampu
menyelenggarakan administrasi sekolah- Berani mengambil keputusan1.
Sepuluh kompetensi guruKemampuan mengajar adalah kemampuan esensial
yang harus dimilki oleh guru, tidak lain karena tugas yang paling
utama adalah mengajar. Dalam proses pembelajaran, guru menghadapi
siswa-siswa yang dinamis, baik sebagai akibat dari dinamika
internal yang berasal dari dalam diri siswa maupun sebagai akibat
tuntutan dinamika lingkungan yang sedikit banyak berpengaruh
terhadap siswa. Oleh karena itu, kemampuan mengajar harus dinamis
juga sebagai tuntutan-tuntutan siswa yang tak terelakkan. Kemampuan
mengajar guru sebenarnya merupakan pencerminan guru
ataskompetensinya. Kompetensi ini terdiri dari berbagai komponen
penting. Pada tahu 1970-an terkenal wacana tentang apa yang disebut
sebagai pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi atau
Competency Based Training Education (CBTE). Pada saat itu,
Direktorat Pendidkan Guru dan Tenaga Teknis (Disguntentis) pernah
mengeluarkan buku saku tentang sepuluh kompetensi guru, yaitu:1.
Menguasai bahan atau materiSebelum guru itu tampil di depan kelas
untuk mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus
sudah menguasai bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus
bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar
mengajar. Dengan modal penguasaan bahan, guru akan dapat
menyampaikan materi perjalanan secara dinamis. Dalam hal ini yang
dimaksud menguasai bahan bagi seorang guru, akan mengandung dua
lingkup penguasaan materi, yakni1. Menguasai bahan bidang studi
dalam kurikulum sekolah.2. Menguasai bahan pengayaan atau penunjang
bidang studi.2. Mengelola proses belajar mengajarGuru yang
kompeten, juga harus mampu mengelola program belajar-mengajar.
Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru.
Langkah-langkah itu adalah sebagai berikut:1. Merumuskan tujuan
intruksional atau pembelajaran.2. Mengenal dan dapat menggunakan
proses intruksional yang tepat.3. Melaksanakan program belajar
mengajar4. Mengenal kemampuan anak didik.5. Merencanakan dan
melaksanakan program remidial.6. Kemampuan menguasai wawasan atau
landasan pendidikanGuru harus memiliki wawasan kependidikan yang
luas dan dalam. Wawasan yang luas dan mendalam akan memudahkan guru
dalam mengambil keputusan yang tepat untuk menentukan tindakan
pendidikan. Keputusan yang tepat juga akan meminimalisasi kesalahan
guru dalam menangani peserta didiknya. Hal tersebut berimplikasi
bahwa seorang guru harus mampu menguasai berbagai landasan/wawasan
kependidikan seperti teori belajar dan prinsip-prinsip belajar.4.
Keterampilan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaranGuru harus
mampu melakukan kegiatan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan. Evaluasi bertujuan untuk menjamin kinerja
yang dicapai sesuai dengan rencana atau tujuan yang telah
ditetapkan.Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui
perubahan dan pembentukan kompetensi peserta didik , yang dapat
dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar penilaian
akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, serta penilaian program.5.
Mengenal fungsi dan program bimbingan dan konselingMenurut
etimologi bimbingan dan konseling terjemahan dan guidance dan
conseling (Inggris). Guidance berarti mengarahkan, memandu,
mengelola, dan menyalur.Dalam perspektif bimbingan dan konseling
juga diartikan bimbingan dengan istilah al-irsyad al-nafs yang
mengandund arti bimbingan kejiwaan. Pernyataan serupa juga
dikemukakan oleh Fazlul Rahman kata konseling al-irsyad atau
al-istisyarah. Kata bimbingan disebut al-Taujihi, sehingga menjadi
al-Taujih wa al-Irsyad atau al-Taujih wa al-Istisyarah. Secara
etimologi, kata irsyad berarti al-Huda, al-Dalalah, yang dalam
bahasa Indonesia berate nasehat atau konsultasi. Menurut
terminology (istilah) bimbingaan merupakan suatu proses, yang
berkelanjutan, merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus
bukan kegiatan seketika atau kebetulan. Bimbing merupakan
serangkaian tahapankegiatan yang systematis dan terencana yang
terarah kepada pencapaian tujuan.Adapaun fungsi-fungsi bimbingan
dan konseling secara umum disekolah berorientasi terhadap program
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Funsi-fungsi tersebut
dapat dikelompokkan menjadi 5 fungsi pokok, yaitu; (a) fungsi
pemahaman, (b) fungsi pencegahan, (c) fungsi perbaikan, (d) fungsi
pemeliharaan dan pengembangan dan (e) fungsi advokasi.- Fungsi
pemahaman adalah fungsi bimbingan yang membantu siswa agar memiliki
pemahaman terhadap diri sendiri.- Fungsi pencegahan adalah, fungsi
yang berkaitan dengan upaya pembimbing (guru) untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi, dan berupaya
untuk mencegah supaya masalah itu tidak tidak dialami oleh siswa.-
Fungsi pengembangan yaitu, pembimbing berupaya mencipakan
lingkungan yang kondusif, atau menfasilitasi perkembangan siswa.-
Fungsi perbaiakan yaitu, pembimbing (guru) berusaha memberikan
bantuan kepada siswa yang sedang mengalami masalah, baik menyangkut
aspek pribadi, social, belajar, maupun kariernya.- Fungsi advokasi
yakni membantu individu (siswa) menjaga agar situasi dan kondisi
semula tidak baik (mengundang masalah) yang telah menjadi baik
(terpecahkan), itu kembali menjadi tidak baik (menimbulkan masalah
kembali, seperti para pecandu narkoba, kemudian diusahakan
penyembuhannya, supaya penyakitnya tidak kambuh lagi maka perlu
diberikan bimbingan secara berkala.6. Mengenal dan menyelenggarakan
administrasi sekolahGuru di sekolah di samping berperan sebagai
pengajar, pendidik dan pembimbing juga sebagai administrator.
Dengan demikian, guru harus mengenal dan menyelenggarakan
administrasi sekolah. Hal ini sebagai upaya pemuasan layanan
terhadap para siswa.Administrasi sekolah adalah, seluruh kegiatan
administrasi sekolah baik dalam kegiatan pembinaan, pengembangan
dan pengendalian usaha-usaha pendidikan yang dikerjakan oleh
sejumlah orang yang berada dalam lingkup sekolah guna tercapainya
tujuan pendidikan yang efektif dan efisien.Adapaun tujuan
administrasi sekolah adalah sebagai berikut:- Tujuan jangka
pendekAgar tersusun dan terlaksananya suatu system pengelolaan
komponen instrumental dan proses pendidikan yang meliputi komponen
siswa, pegawai, guru, saran/prasarana, organisasi, pembiayaan,
tatausaha dan hubungan sekolah dengan masyarakat, hingga
tercapainya tujuan pendidikan.- Tujuan jangk menengahAdministrasi
pendidikan mengarah kepada pencapaian tujuan institutional setiap
jenis dan jenjang serta program pendidikan.- Tujuan jangka
panjangAdministrasi pendidikan diarahkan kepada tujuan nasional
pendidika di Indonesia, seperti yang tercantum dalam UU No. 20
Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, BAB II Pasal 3 sebagai berikut:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serat peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta betanggung jawab.7. Keterampilan dalam
pengembangan media dan sumber pembelajaranBerikut ini adalah
beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
menggunakan media sebagai berikut:1. Mengenal, memilih dan
menggunakan sesuatu media.2. Membuat alat-alat bantu pelajaran yang
sederhana.3. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka
proses belajar mengajar.4. Menggunakan buku pegangan atau buku
sumber.5. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.6.
Menggunakan unitmicroteachingdalam program pengalaman lapangan.8.
Keterampilan mengelola kelasPengelolaan kelas merupakan
keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi
pembelajaran yang kondusif dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses pembelajaran tersebut. Kegiatan-kegiatan
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang kondusif bagi
terjadinya proses pembelajaran ini misalnya menghentikan tingkah
laku siswa yang membuat perhatian kelas teralihkan, memberikan
ganjaran kepada peserta didik yang telah melakukan tugasnya dengan
baik, atau menetapkan norma kelompok yang harus ditaati
bersama.Pengelolaan kelas merupakan prasyarat mutlak bagi
terjadinya proses pembelajaran yang efektif dengan cara menciptakan
situasi yang kondusif. Suatu kondisi belajar yang kondusif dapat
tercapai jika guru mengatur peserta didik dan sarana pengajaran
serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk
mencapai tujuan pengajaran, serta hubungan interpersonal yang baik
antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan peserta
didik.9. Mengelola interaksi belajar mengajarDi dalam proses
belajar-mengajar, kegiatan interaksi antara guru dan siswa
merupakan kegiatan yang cukup dominan. Kemudian di dalam kegiatan
interaksi antara guru dan siswa dalam rangkatransfer of
knowledgedan bahkanjugatransfer of values, akan senantiasa menuntut
komponen yang serasi antara komponen yang satu dengan yang lain.
Serasi dalam hal ini berarti komponen-komponen yang ada pada
kegiatan proses belajar mengajar itu akan saling menyesuaikan dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak didik.
Jelasnya, proses interaksi antara guru dan siswa tidak semata-mata
hanya tergantung cara atau metode yang dipakai, tetapi
komponen-komponen yang lain juga akan memengaruhi keberhasilan
interaksi belajar mengajar tersebut.1. Memahami prinsip dan
menafsirkan hasil penelitian untuk keperluan pengajaran.Di samping
bertugas sebagai pendidik dan pembimbing anak didik dalam rangka
pengabdiannya kepada masyarakat, nusa dan bangsa, guru juga harus
memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini dalam
rangka menumbuhkan penalaran dan mengembangkan proses
belajar-mengajar. Setiap mata pelajaran diharapkan dapat memancing
baik siswa maupun guru untuk terus dapat menjawab. Dengan demikian,
akan menambah wawasan bagi guru dalam upaya mengembangkan interaksi
belajar mengajar yang dinamis.BAB IIIPENUTUP1. KESIMPULANMengajar
merupakan aktivitas yang kompleks yang mengandung unsur teknologi,
ilmu seni, dan pilihan nilai. Aktivitas mengajar memerlukan
kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi
kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.Guru memiliki peranan
penting dalam suatu kegiatan pembelajaran. Berhasilnya suatu proses
belajar sangat bergantung pada kompetensi-kompetensi yang dimiliki
oleh seorang guru. Oleh karena itu, untuk menjadi seoarang guru
yang profesional, para calon pendidik (guru) perlu berlatih terus
menerus, antara lain melalui Micro Teaching.Melalui micro teaching,
para calon pendidik (guru) dapat:1. Mengembangkan keterampilan
mengajarnya sebelum terjun kekelas yang sebenarnya2. Menguasai
beberapa keterampilan dasar mengajar dan memahami kapan dan
bagaimana keterampilan itu diterapkan, sehingga calaon guru mampu
menciptakan proses pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik3.
Memberikan pengalaman belajar yang nyata dan latihan sejumlah
keterampilan dasar mengajar secara terpisah.4. Memberikan pemahaman
mengenai 4 kompetensi pendidik seta 10 kompetensi guru yang harus
dimiliki oleh seorang calon pendidik.1. SARANDalam dunia pendidikan
masih banyak pendidik atau guru-guru yang belum memahami dan
mengerti pentingnya kompetensi atau keterampilan dalam mengajar.
Mereka hanya berpikir bahwa mengajar adalah hal yang biasa-biasa
saja, hal ini membuat banyak para pendidik atau guru gagal dalam
menghasilkan output-output yang berkualitas.Disamping itu juga,
kurangnya keterampilan atau kompetensi yang dimiliki oleh seorang
guru, menjadi factor utama kegagalan mereka untuk menjadi seorang
guru yang profesional.MICRO TEACHING DALAM KEGIATAN DIKLAT
GURUOleh: Syaifullah, M.PdAbstract The effectiveness of
micro-teaching in the teachers training is still questionable. Some
people think that micro-teaching should be included in the teachers
training to increase teachers teaching performance. However, some
people think it should not be included since the teachers have long
teaching experience. This article presents the concept of
micro-teaching and the importance of micro-teaching in teachers
training. Keywords: Micro-teaching, Teachers TrainingA. Pendahuluan
Guru adalah pendidik profesional. Hal ini dinyatakan dalam
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pada
pasal 1 dinyatakan: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Dari bunyi pasal 1 tersebut dapat dipahami bahwa ada
tujuh tugas pokok guru yaitu mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Untuk bisa melaksanakan tugas tersebut guru dituntut untuk memiliki
empat kompetensi yaitu, kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan professional.Kompetensi guru harus terus ditingkatkan untuk
merespon kebutuhan peningkatan kualitas pendidikan nasional.
Kualitas pendidikan nasional salah satu pilarnya adalah kualitas
guru sebagai ujung tombak pendidikan. Kualitas guru akan menentukan
kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya berpengaruh pada
kualitas hasil belajar. Peningkatan kompetensi guru salah satunya
dapat ditempuh melalui pendidikan dan pelatihan (diklat). Diantara
tujuan dilaksanaknnya diklat guru adalah untuk meningkatkan
kompetensi guru dalam melaksanakan tugasnya. Untuk mencapai tujuan
ini maka disusunlah mata diklat yang dianggap bisa menunjang
tercapainya tujuan tersebut. Diantara mata diklat inti meliputi:
kurikulum (KTSP), pembuatan persiapan mengajar( silabus dan RPP),
pendalaman materi, penilaian, dan observasi lapangan. Diantara mata
diklat inti tersebut, observasi lapangan masih dipertanyakan
sejauhmana sumbangannya dalam peningkatan kompetensi guru. Lalu ada
keinginan untuk menggantinya dengan kegiatan micro-teaching.
Tetapi, micro-teaching pun juga diperrtanyakan efektifitasnya. Ada
yang beralasan bahwa micro-teaching tidak perlu dilaksanakan karena
umumnya para guru sudah punya pengalaman mengajar yang cukup lama.
Dilain pihak ada yang berpendapat bahwa pengalaman mengajar bukan
jaminan bahwa guru bisa mengajar dengan baik. Mereka beralasan
bahwa kalau guru tidak mengikuti perkembangan pendidikan, maka cara
mengajarnya akan sudah tidak up to date lagi atau ketinggalan
zaman. Selain itu, baik tidaknya guru mengajar yang tahu adalah
orang lain. Berdasarkan penomena di atas, maka penulis tertarik
untuk menulis makalah ini. Makalah ini akan membahas tentang
pengertian micro-teaching, tujuan micro-teaching, materi
micro-teaching, dan urgensi micro-teaching dalam dikalt guru.
Tulisan ini bisa juga dijadikan sebagai acuan/bahan dalam pembuatan
panduan pelaksanaan micro-teaching dalam diklat. Karena itu,
tulisan ini diharapkan bisa menjadi sumbangan pemikiran dalam
rangka peningkatan kualitas pelaksanaan diklat.B. Konsep Dasar
Micro-Teaching1. Pengertian Micro-Teaching Micro berarti kecil,
terbatas, sempit. Teaching berarti mendidik atau mengajar.
Micro-teaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya
diperkecil atau disederhanakan. Apa yang dikecilkan atau
disederhanakan, yaitu : Jumlah siswa 5-6 orang Waktu mengajar 5 10
menit Bahan pelajaran hanya mencakup satu atau dua hal yang
sederhana Ketrampilan mengajar difokuskan beberapa ketrampilan
khusus saja.(Latief, 2008:43)Unsur micro merupakan ciri utamanya
dan berusaha untuk meyederhanakan secara sistimatis keseluruhan
proses mengajar yang ada. Usaha simplikasi ini didasari oleh asumsi
bahwa : sebelum kita dapat mengerti, dapat belajar dan dapat
melaksanakan kegiatan mengajar yang kompleks, kita harus menguasai
dulu komponen-komponen dari keseluruhan kegiatan yang ada. Maka
dengan memperkecil murid, menyingkat waktu, mempersempit
saran-saran serta membatasi ketrampilan, perhataian dapat
sepenuhnya diarahkan pada pembinaan penyempurnaan ketrampilan
khusus yang sedang dipelajari. Menurut cooper and Allen (1971),
pengajaran mikro (micro-teaching) merupakan salah satu bentuk model
praktek kependidikan atau pelatihan mengajar. Dalam konteks yang
sebenarnya, mengajar mengandung banyak tindakan, baik mencakup
teknis penyampaian materi, penggunaan metode, penggunaan media,
membimbing belajar, memberi motivasi, mengelola kelas, memberikan
penilaian dan seterusnya. Dengan kata lain, bahwa perbuatan
mengajar itu sangatlah kompleks. Oleh karena itu, dalam rangka
penguasaan keterampilan dasar mengajar, guru perlu berlatih secara
parsial, artinya tiap-tiap komponen keterampilan dasar mengajar itu
perlu dikuasai secara terpisah-pisah (isolated). Berlatih untuk
menguasai keterampilan dasar mengajar seperti itulah yang dinamakan
micro-teaching (pengajaran mikro). Pengajaran mikro
(micro-teaching) merupakan suatu situasi pengajaran yang
dilaksanakan dalam waktu dan jumlah siswa yang terbatas, yaitu
selama 5-20 menit dengan jumlah siswa sebanyak 3-10 orang. 2.
Tujuan Operasional Micro Teaching Menurut Iskandar (2009), tujuan
operasional micro-teaching adalah sebagai sebagai berikut:1.
Mengembangkan kemampuan mawas diri dan menilai orang lain.2.
Memungkinkan adanya perbaikan dalam waktu singkat.3. Menanamkan
rasa percaya pada diri dan bersifat terbuka dengan kritik orang
lain 4. Mengembangkan sikap kritis 5. Menanamkan kesadaran akan
nilai ketrampilan mngajar dan komponen-komponenya.6. Mengenal
kelemahan-kelemahan dan keliruankeliruan dalam penampilan
ketrampilan mengajar dan tahu penampilan yang baik.7. Memberi
kesempatan guru untuk melihat dan mendengar dirinya sendiri.8.
Memberi kesempatan untuk mengikuti kembali kritik dan diskusi
caranya mengajar berulangkali.9. Memungkinkan untuk membuat model
cara mengjar.10. Memungkinkan banyak orang yang dapat mengikuti
proses belajar dan tidak tentu waktunya.11. Merupakan medan untuk
mencobakan sistem atau metode baru untuk diteliti sebelum
dikembangkan.12. Memberi kesempatan pendekatan analistis mengenai
ketrampilan dan strategi mengajar.3. Materi Kegiatan (Program
Kegiatan)Yang dimaksud materi disini adalah ketrampilan yang akan
dilatih melalui penampilan dalam micro teaching. Ada sepuluh
ketrampilan khusus yang dapat dilatih dalam micro teaching yang
kesemuanya itu merupakan dalam sebuah proses belajar
mengajar.Keteampilan khusus itu meliputi:1. Ketrampilan membuka
pelajaran2. Keteampilan memberi motivasi3. Ketrampilan bertanya4.
Ketrampilan menerangkan5. Ketrampilan mendayagunakan media6.
Ketrampilan menggunakan metode yang tepat7. Ketrampilan mengadakan
interaksi8. Ketrampilan penampilan verbal dan non verbal9.
Ketrampilan penjajagan/assesment.10. Ketrampilan menutup
pelajaran.4. Aspek-aspek keterampilan yang harus ditampilkan
sebagai berikut : a.Keterampilan membuka pelajaran1) Memperhatikan
sikap dan tempat duduk siswa2) Memulai pelajaran setelah nampak
siswa siap belajar.3) Cara mengenalkan pelajaran cukup menarik.4)
Mengenalkan pokok pelajaran dengan menghubungkan pengetahuan yang
sudah diketahui oleh siswa (apersepsi).5) Hubungan antara
pendahuluan dengan inti pelajaran nampak jelas dan
logis.b.Keterampilan memberi motivasi1) Mengucapkan baik, bagus,
ya, bila siswa menjawab/ mengajukan pertanyaan2) Ada perubahan
sikap non verbal positif pada saat menenggapi pertanyaan/ jawaban
siswa.3) Memuji dan memberi dorongan dengan senyum, anggukan atas
partisipasi siswa.4) Memberi tuntunan pada siswa agar dapat memberi
jawaban yang benar.5) Memberi pengarahan sederhana dan pancingan,
agar siswa memberi jawaban yang benar.c. Keterampilan bertanya1)
Pertanyaan guru sebagian besar telah cukup jelas2) Pertanyaan guru
sebagian besar jelas kaitanya dengan masalah.3) Pertanyaan
ditunjukan keseluruhan kelas lebih dahulu, baru menunjuk4) Guru
menggunakan teknik -pause- dalam menyampaikan pertanyaan5)
Pertanyaan didistribusikan secara merata diantara para siswa.6)
Teknik menunjuk yang memungkinkan seluruh siswa siap.d.
Keterampilan menerangkan1) Keterangan guru berfokus pada inti
pelajaran2) Keterangan guru menarik perhatian siswa3) Keterangan
guru mudah ditangkap(dicerna) oleh siswa.4) Penggunaan contoh,
ilustrasi, analogi, dan semacamnya menarik perharian siswa.5) Guru
memperhatikan dengan sungguh-sungguh respon siswa yang berupa
pertanyaan, reaksi, usul dan semacamnya.6) Guru menjelaskan respon
siswa, sehingga siswa menjadi jelas dan mengerti.e. Keterampilan
mendayagunakan media1) Pemilihan media sesuai dengan PBM yang
diprogramkan2) Teknik mengkomunikasikan media tepat.3) Organisasi
mengkomunikasikan media menunjang PBM.4) Guru trampil menggunakan
media.f. Keterampilan menggunakan metode yang tepat1) Ada kecocokan
antara metode yang dipilih dengan tujuan pengajaran.2) Ada
kecocokan antara metode yang dipilih dengan materi pelajaran dan
situasi kelas.3) Dalam menggunakan metode telah memenuhi /
mengikuti sistematika metode tersebut4) Alat yang dapat menunjang
kelancaran penggunaan metode tersebut telah disiapkan.5) Menguasai
dalam penggunaan metode tersebut.6) Aspek mengadakan interaksi7)
Ada keseimbangan antara jumlah kegiatan guru (aksi) dengan kegiatan
siswa (reaksi) selama proses belajar mengajar.8) Ada pengaruh
langsung yang berupa :" Informasi" Pengarahan" Menyalahkan atau
membenarkan adalah cukup komunikatif9) Nampak ada partisipasi dari
siswa yang berupa :" Mendengarkan" Mengamati" Menjawab" Bertanya"
Mencobag. Keterampilan penampilan verbal non verbal1) Gerakan guru
wajar dan bertujuan.2) Gerakan guru bebas3) Isyarat guru
menggunakan tangan, badan, dan wajah cukup bervariasi4) Suara guru
cukup bervariasi, lemah dan keras.5) Ada pemusatan perhatian dari
pihak siswa.6) Pengertian indera melihat dan mendengar berjalan
dengan wajar.h. Keterampilan penjajagan/assesment1) Menaruh
perhatian kepada siswa yang mengalami kesulitan.2) Adanya
kesepakatan guru terhadap tanda siswa yang mengalami salah
pengertian3) Melakukan penjajagan kepada siswa tentang pelajaran
yang telah diterimanya4) Mencari/melakukan apa yang menjadi sumber
terjadinya kesulitan.5) Melakukan kegiatan untuk
mengatasi/menunjukan kesulitan siswa.i. Keterampilan menutup
pelajaran1) Dapat menyimpulkan pelajaran dengan tepat.2) Dapat
menggunakan kata-kata yang dapat membesarkan hati siswa3) Dapat
menimbulkan perasaan mampu ( sense of achievment) dari pelajaran
yang diproleh.4) Dapat mendorong siswa tertarik pada pelajaran yang
telah diterima.5. Urgensi Micro TeachingMicro Teaching dapat
digunakan dalam :1) Pendidikan pre service, yaitu bagi calon
guru:1. Sebagai persiapan calon guru sebelum benar-benar mengajar
di depan kelas.2. Sebagai usaha perbaikan penampilan calon guru.2)
Pendidikan in service, yaitu bagi guru atau penilik.1. Untuk
meningkatkan kemampuan guru mengajar rutin, supaya menemukan dan
mengetahui kelemahan-kelemahannya sendiri dan berusaha
memperbaikinya.2. Untuk meningaktkan kemampuan supervisor supaya ia
tahu apakah bimbingan, nasihat dan saran-saranya benar-benar
efektif dalam membantu peningkatan guru-gurunya.3. Untuk percobaan
melaksanakan metode baru, sebelum metode itu dilaksanakan dalam
pembelajaran yang sebenarnya.6. Persiapan PenyelenggaraanDalam
mempersiapkan penyelenggaraan micro teaching kita harus
menetapkan.1) Waktu / bilamana diadakan micro teaching2) Tempat,
dimana kapan diguanakan, pelaksanaan micro teaching3) Personalia
dalam micro teaching (calon yang praktek, peserta didik/siswa guru,
orang yang akan mengadakan observasi dan penilaian, ahli teknik
alat rekaman)4) Pola micro teaching yang akan digunakan dan
dikembangkan.5) Rencana kegiatan dan prosedur kegiatan micro
teaching6) Sarana dan prasarana.7) Follow up. Dalam follow up
ditentukan kapan mengajar dikelas yang sebenarnya atau melaksanakan
tugas profesional guru.C. PENUTUP Dilihat dari tujuan dan
orgensinya, micro-teaching dapat dilaksanakan dalam kegiatan diklat
guru baik dalam kegiatan diklat reguler maupun diklat di tempat
kerja (DDTK). Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
kemampuan guru mengajar dan sejauhmana implementasi pengetahuan
yang mereka dapat dalam diklat. Selain itu, kegiatan ini bisa
dijadikan sharing pendapat antar guru untuk memperbaiki dan atau
meningkatkan performans mengajar guru. Daftar PustakaCooper and
Allen, 1971. Basic Teaching Skills. London: Oxford University
Press. Iskandar, 2009. Keterampilan Dasar Mengajar. Jakarta. Rineka
Cipta.Latief, 2008. Belajar dan Pembelajaran. STKIP PGRI
Banjarmas
Pengertian, Tujuan dan Fungsi Micro Teaching Dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran, seorang pendidik maupun calon
pendidik harus mampu menguasai materi-materi dan tata kelola sebuah
kelas dalam proses teaching learning. Penguasaan ini diperoleh
melalui latihan-latihan, atau praktek baik sesama calon guru
ataupun praktek langsung dilapangan (PPL) bagi calon guru. Kegiatan
semacam ini dikenal dengan micro teaching (pembelajaran/pengajaran
mikro) yang oleh para pakar dalam memberi pengertian saling
berbeda-beda namun intinya sama.Laughlin dan Moulton dalam Hasibuan
mendefinisikan micro teaching (pengajaran mikro) adalah sebuah
metode latihan penampilan yang dirancang secara jelas dengan jalan
mengisolasi bagian-bagian komponen dari proses mengajar, sehingga
guru (calon guru) dapat menguasasi setiap komponen satu persatu
dalam situasi mengajar yang disederhanakan.[2]Sukirman mengatakan
micro teaching adalah sebuah pembelajaran dengan salah satu
pendekatan atau cara untuk melatih penampilan mengajar yang
dilakukan secara micro atau disederhanakan.[3] Penyederhanaan
disini terkait dengan setiap komponen pembelajaran, misalnya dari
segi waktu, materi, jumlah siswa, jenis keterampilan dasar mengajar
yang dilatihkan, penggunaan metode dan media pembelajaran, dan
unsur-unsur pembelajaran lainnya.Selanjutnya Hamalik mengatakan
pengajaran mikro merupakan teknik baru dan menjadi bagian dalam
pembaruan. Penggunaan pengajaran mikro dalam rangka mengembangkan
keterampilan mengajar calon guru atau sebagai usaha peningkatan,
adalah suatu cara baru terutama dalam sistem pendidikan guru di
negera kita.[4] Sedangkan Sardiman mengatakan micro teaching adalah
meningkatkan performance yang menyangkut keterampilan dalam
mengajar atau latihan mengelola interaksi belajar
mengajar.[5]Memahami dua pendapat ini pengajaran mikro pada
dasarnya merupakan suatu metode pembelajaran berdasarkan performa
yang tekniknya dilakukan dengan cara melatihkan komponen-komponen
kompetensi dasar mengajar dalam proses pembelajaran, sehingga calon
guru benar-benar mampu menguasai setiap komponen satu persatu atau
beberapa komponen secara terpadu dalam situasi pembelajaran yang
disederhanakan.Dengan demikian, dalam micro teaching bagian sangat
penting adalah praktik mengajar sebagai bentuk nyata ditampilkannya
kompetensi yang telah dibekalkan kepada calon pendidik. Pada
umumnya praktik micro teaching dilakukan dengan model peer-teaching
(pembelajaran bersama teman sejawat), karena model ini fleksibel
dilaksanakan sebelum melakukan real-teaching dalam kelas yang
sesungguhnya. Dalam micro teaching calon pendidik dapat berlatih
unjuk kebolehan dengan kompetensi dasar mengajar secara terbatas
dan secara terpadu dari beberapa kompetensi dasar mengajar dengan
kompetensi (tujuan), materi, peserta didik, dan waktu yang relatif
dibatasi (dimikrokan).Dari uraian-uraian di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa pengertian micro teaching dalam penelitian ini
merupakan sarana latihan untuk berani tampil menghadapi kelas
dengan peserta didik yang beraneka ragam karakternya, mengendalikan
emosi, ritme pembicaraan, mengelola kelas agar kondusif untuk
proses transfer ilmu, dan lain-lain, praktik micro teaching
dilakukan sampai calon pendidik dianggap sudah cukup memadai untuk
diterjunkan dalam praktik yang sesungguhnya.2. Tujuan Micro
TeachingSetelah membahas dan memahami pengertian micro teaching di
atas, dapat dirumuskan tujuan secara umum dari micro teaching
adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam proses pembelajaran atau
kemampuan profesional calon guru dan/atau meningkatkan kemampuan
tenaga kependidikan dalam berbagai keterampilan yang spesifik.
Latihan praktek mengajar dalam situasi laboratoris, maka melalui
micro teaching, calon guru ataupun guru dapat berlatih berbagai
ketrampilan mengajar dalam keadaan terkontrol untuk meningkatkan
kompetensinya.Sardiman mengatakan tujuan dari pembelajaran mikro
adalah membekali calon guru sebelum sungguh-sungguh terjun ke
sekolah tempat latihan praktek kependidikan untuk praktek
mengajar.[6] Sedangkan menurut Dwight Allen dalam Moedjiono, tujuan
pembelajaran mikro adalah:a. Bagi siswa calon guruPertama,
memberikan pengalaman belajar yang nyata dan latihan sejumlah
keterampilan dasar mengajar secara terpisah. Kedua, calon guru
dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum mereka terjun
ke kelas yang sebenarnya. Dan ketiga, memberikan kemungkinan bagi
calon guru untuk mendapatkan bermacammacam keterampilan dasar
mengajar serta memahami kapan dan bagaimana keterampilan itu
diterapkan.b. Bagi guruPertama, memberikan penyegaran dalam program
pendidikan. Kedua, guru mendapatkan pengalaman belajar mengajar
yang bersifat individual demi perkembangan profesinya. Dan ketiga,
mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap pembaharuan yang
berlangsung di pranatan pendidikan.[7]Sebagaimana teori sebelumnya,
pengajaran mikro bukan hanya untuk calon guru saja tapi juga
digunakan untuk guru yang telah mengajar di sekolah-sekolah.
Tujuannya pun berbeda-beda, sebagaimana penjelasan Hartono dengan
mengelompokkan tujuan pengajaran mikro yakni tujuan pengajaran
mikro untuk calon guru dan tujuan untuk para guru:a. Tujuan yang
berkaitan dengan mahasiswa calon guru, yaitu Pertama, memberi
latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah dan
latihan pengalaman mengajar yang nyata; Kedua, memberi kesempatan
calon guru mengembangkan keterampilan mengajar dan bimbingan
sebelum mereka tampil di kelas yang sebenarnya; Ketiga, memberikan
kesempatan calon guru untuk mendapatkan latihan keterampilan
mengajar dan berlatih kapan harus menerapkannya.b. Tujuan yang
berkaitan dengan guru, yaitu Pertama, memberikan penyegaran
keterampilan dasar mengajar; Kedua, memberikan kesempatan menambah
pengalaman terbimbing untuk penigkatan dan pengembangan profesinya;
dan Ketiga, mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap
tanggapan/ kritik atas kekurangannya dan pembaharuan yang
berkembang di dunia pendidikan.[8]Dari pendapat ini, penulis
menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran mikro untuk memberikan
kesempatan kepada mahasiswa (calon guru) untuk berlatih
mempraktikkan beberapa keterampilan dasar mengajar di depan
temantemannya dalam suasana yang constructive, supportive, dan
bersahabat sehingga mendukung kesiapan mental, keterampilan dan
kemampuan (performance) yang terintegrasi untuk bekal praktik
mengajar sesungguhnya di sekolah/ institusi pendidikan.c. Fungsi
Micro TeachingDari berbagai literature yang penulis temukan bahwa
fungsi micro teaching secara umum penulis simpulkan bahwa
Microteaching berupaya untuk membina calon guru/tenaga kependidikan
melalui keterampilan kognitif, psikomotorik, reaktif dan
interaktif. Dalam perannya micro teaching berfungsi sebagai:a.
Fungsi IntruksionalPada fungsi ini micro teaching sebagai penyedia
fasilitas praktik/latihan bagi calon guru/tenaga kependidikan untuk
berlatih dan/atau memperbaiki dan meningkatkan keterampilan
pembelajaran, yang pada hakikatnya merupakan latihan penerapan
pengetahuan metode dan teknik mengajar dan/atau ilmu keguruan yang
telah dipelajari secara teoritik.Hal ini sebagaimana Hamalik
mengatakan bahwa pengajaran mikro berfungsi sebagai praktek
keguruan, baik dalam pre-service maupun in-sevice.[9] Dengan
demikian fungsi intruksional bagi calon guru sebagai tempat
mengasah kompetensi dan keterampilan mengajar.b. Fungsi
PembinaanFungsi selanjutnya yaitu sebagai tempat pembinaan dan
pembekalan para calon guru sebelum terjun ke lapangan (pengajaran
sebenarnya). Sardiman mengatakan bahwa micro teaching dijadikan
tempat membekali calon guru dengan memperbaiki komponen-komponen
mengajar sebelum terjun ke real class room teaching.[10]Pendapat
ini sudah jelas bahwa adanya micro teaching bagi mahasiswa calon
guru dibina dan diajarkan tata cara mengajar di kelas. Fungsi dan
manfaatnya bila dilihat sangat besar bagi calon guru terutama dalam
meningkatkan kualitas pendidikan dimasa akan datang.c. Fungsi
IntegralistikDalam dunia kependidikan, PPL (Program Pengalaman
Lapangan) menjadi hal utama untuk menguji kualitas. Bukan hanya di
sistem pendidikan keguruan saja yang melaksanakan ini bahkan
disetiap lembaga pendidikan tinggi juga menerapkannya, baik teknik,
perbankan, apalagi keguruan. Artinya, program micro teaching
merupakan bagian integral Program Pengalaman Lapangan (PPL) serta
merupakan mata kuliah prasyarat PPL dan berstatus sebagai mata
kuliah wajib lulus.d. Fungsi EksperimenKeberadaan micro teaching
berfungsi sebagai bahan uji coba bagi calon guru pakar di bidang
pembelajaran.[11] Umpamanya seorang guru atau seorang ahli
berdasarkan penelitiannya menemukan suatu model atau suatu metode
pembelajaran, maka sebelum penemuan itu dipraktekkan di lapangan,
maka terlebih dahulu diuji-cobakan di dalam micro teaching ini.
Dengan demikian hasilnya dapat dievaluasi di mana letak
kelemahannya untuk segera dilakukan perbaikan-perbaikan.Dari
fungsi-fungsi ini, bagi mahasiswa calon guru mengadakan latihan
pembelajaran pada pengajaran mikro ini yang utama adalah
performance. Hal inilah yang biasanya dikembangkan dalam pengajaran
mikro. Performance (penampilan, kinerja) adalah penampilan
seseorang yang dihayati oleh orang lain. Kesan pertama terhadap
seseorang karena kenampakan alami diri seseorang (appearance).
Selanjutnya dengan melakukan latihan yang berulangulang dalam
pengajaran mikro, performa mahasiswa calon guru diharapkan akan
menjadi perilaku (behavior). Jadi dapat dikatakan bahwa fungsi
pengajaran mikro merupakan arena melatih performance.
Footnote:[1]Zainal Asri, Micro Teaching: Disertai Dengan Pedoman
Pengalaman Lapangan, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hal.[2]J.J.
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), hal. 44.[3]Dadang Sukirman, Pembelajaran Micro
Teaching, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama, 2012), hal. 21.[4]Oemar Hamalik, Pendidikan Guru
Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, cet. 6, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), hal. 144.[5]Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hal.
189.[6]Ibid.,[7]J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar...,
hal. 46.[8]BambangHartono, Pengajaran Mikro: Strategi Pembelajaran
Calon Guru/ Guru Menguasai Keterampilan Dasar Mengajar,(Semarang:
Widya Karya, 2010), hal. 37.[9]Hamalik, Pendidikan Guru..., hal.
144.[10]Sardiman A.M, Interaksi dan..., hal. 186.[11]Asril, Micro
Teaching..., hal. 119.