MAKALAH MUNCULNYA FIRQAH FIRQAH DALAM ISLAMIsmuha El
bustanyIslamSabtu, 05 April 2014
A. PendahuluanSejalan dengan berkembangnya dan meluasnya Islam
di dunia, sudah barang tentu perkembangan itu tidak terlepas dari
berbagai problematika yang timbul, baik yang timbul dari dalam
Islam itu sendiri maupun dari luar Islam. Dan diantara problematika
yang timbul dari dalam diri Islam itu sendiri adalah timbulnya
firqah atau golongan yang benihnya sudah mulai dirasakan tatkala
nabi Muhammad saw sudah meninggal.Sejarah Islam telah mencatat
tentang banyaknya firqah-firqah atau golongan-golongan yang ada di
dalam tubuh umat Islam. Dan berdasarkan keterangan dari beberapa
hadis, dari kesemua firqah/golongan tersebut semuanya dikatakan
sebagai firqah/golongan yang sesat kecuali hanya satu golongan. Hal
ini tentunya didasarkan atas dasar keterangan dari matan hadis yang
sudah sering kita jumpai bahkan sudah sering kita kaji. , : , :
.Artinya: Abdullah bin Amr berkatan: Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya umat bani Israil terpecah belah menjadi tujuh puluh
dua golongan. Dan umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh
tiga golongan, kesemuanya akan masuk ke neraka kecuali satu
golongan yang akan selamat. Para sahabat bertanya: Siapakah satu
golongan yang selamat itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: yaitu
golongan yang mengikuti ajarannku dan ajaran para Sahabatku.Memang
ada yang menilai hadis tersebut mengandung kelemahan. Akan tetapi,
apabila dijadikan pegangan dan pedoman untuk mengukur pandangan dan
perilaku yang dapat dibenarkan oleh ajarang Islam, pastilah lebih
baik dibanding keterangan para pakar yang belum pasti kekuatan dan
kebenarannya.B. Pembahasan1. Sejarah Munculnya Firqah-Firqah dalam
IslamRealitas kesejarahan tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam
terpecah menjadi tujuh puluh tiga kelompok, berdasarkan keteranga
dari hadis-hadis shahih dan mutawatir. Para pakar juga juga telah
menguraikan perinciannya tentang makna dan siapa saja dari tujuh
puluh tiga kelompok itu. Akan tetapi pertanyaan yang tidak jarang
terjadi adalah: bagaimanakah motif utama terjadinya perpecahan
dikalangan umat Islam?Setelah Nabi Muhammad saw wafat, timbullah
persoalan, siapakah yang berhak memegang khilafah. Karena semasa
Rasulullah masih hidup tidak memberikan ketentuan yang konkrit
bagaimana kepemimpinan umat Islam setelah ia wafat. Masalah
kepemimpinan/ke-khalifahan ini semakin menonjol pada saat masa
akhir pemerintahan khalifah Utsman bin Affan, muncul apa yang
disebutperistiwa Ali vs Utsman.Memang pada masa pemerintahan
Khalifah Abu Bakar dan Umar, dan sebagian besar masa pemerintahan
Khalifah Utsman, kaum muslimin berada dalam iklim dan suasana yang
kondusif, senang dan harmonis. Perselisihan dan kemelut internal
relatif tidak terjadi. Hal ini karena disamping kebijakan politik
yang diambil mereka tidak membuka lahirnya friksi internasional dan
gerakan oposisi, juga karena pada saat itu kaum muslimin disibukkan
dengan jihad dan ekspansi militer Islam kedaerah-daerah sekitar
jazirah Arab, sebagai pemerataan jalan bagi penyebarluasan dakwah
Islam keseluruh dunia.Timbulnya aliran-aliran teologi Islam tidak
terlepas dari fitnah-fitnah yang beredar setelah wafatnya
Rasulullah Saw. Setelah Rasulullah Saw wafat peran sebagai kepala
Negara digantikan oleh para sahabat-sahabatnya, yang disebut
khulafaur Rasyidin yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin
Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Namun, ketika pada masa Utsman bin
Affan mulai timbul adanya perpecahan antara umat Islam yang
disebabkan oleh banyaknya fitnah yang timbul pada masa itu. Sejarah
mencatat, akibat dari banyaknya fitnah yang timbulkan pada masa itu
menyebabkan perpecahan pada umat Islam, dari masalah politik sampai
pada masalah teologis.Awal mula perpecahan bisa kita simak sejak
kematian Utsman bin Affan r.a. Ahli sejarah menggambarkan Utsman
sebagai orang yang lemah dan tak sanggup menentang ambisi
keluarganya yang kaya dan berpengaruh itu untuk menjadi gubernur.
Tindakan-tindakan yang dijalankan Utsman ini mengakibatkan reaksi
yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Sahabat-sahabat nabi setelah
melihat tindakan Utsman ini mulai meninggalkan khalifah yang ketiga
ini. Perasaan tidak senang akan kondisi ini mengakibatkan
terjadinya pemberontakan, seperti adanya lima ratus pemberontak
berkumpul dan kemudian bergerak ke Madinah. Perkembangan suasana di
Madinah ini membawa pada pembunuhan Utsman oleh pemuka-pemuka
pemberontak di Mesir ini.Setelah Utsman wafat Ali sebagai calon
terkuat menjadi khalifah keempat. Tetapi segera ia mendapat
tantangan dari pemuka-pemuka yang ingin pula menjadi khalifah,
terutama Talhah dan Zubeir dari Mekkah yang mendapat sokongan dari
Aisyah. Tantangan ini dapat dipatahkan Ali dalam pertempuran yang
terjadi di Irak tahun 656 M. Talhah dan Zubeir mati terbunuh dan
Aisyah dikirim kembali ke Mekkah.Setelah terjadi pembunuhana atas
diri utsman bin affan r.a, timbul perselisihan yang lain lagi,
yaitu persoalan dosa besar, tentang bagaimana hukum orang yang
mengerjakan dosa membunuh. Lantas persoalan tersebut berkembang ke
masalah-masalah yang lain yang terkait. Misalnya bagaimanakah
pengertian imam itu, dan bagaimana pula batasan-batasannya, serta
hubungannya dengan amal perbuatan yang lain. Dari akibat persoalan
dosa besar tersebut, akhirnya timbullah golongan-golongan besar
yang diantaranya bernama, Khawarij, Murjiah, Jabariyah, Qodariyah,
Mutazilah, Syiah dan masih banyak lagi.2. Penyebab Munculnya
Firqah-Firqah dalam IslamSecara garis besar perselisihan faham
dalam Islam itu didasari atas dua macam. Pertama, perselisihan
dalam masalah cabang syariat Islam. Kedua, perselisihan pendapat
dalam masalah aqidah/itiqad. Dan kedua hal tersebut disebabkan pula
oleh beberapa faktor, diantaranya:1. Faktor politikSebagaimana
telah sedikit banyak dipaparkan dibagian awal, bahwa timbulnya
perselisihan dikalangan umat Islam itu adalah bermula dari masalah
kekhalifahan/kepemimpinan, tetapi kemudian merembet kepersoalan
agama. Perkembangan dari soal politik sampai menjadi soal agama
inilah yang perlu diperhatikan, karena dampaknya akan semakin
serius. Kiranya yang menghembukannya adalah kaum munafiqin yang
dipimpin oleh Abdullah bin saba. Kenyataannya perbedaan pendapat
yang terjadi saat itu tidak hanya sekedar sebuah perselisihan
pendapat atau ide, tetapi sampai mengarah pada peperangan yang
membawa korban beribu-ribu umat Islam. Timbulnya kelompok-kelompok
syiah, khawarij karena lantaran ambisinya untuk merebut kekuasaan,
memperkuat kelompok, mereka tempuh melalui pendekatan agama, mereka
berpijak pada aqidah agama.2. Faktor akulturasiAkulturasi yang
dimaksudkan adalah perpaduan antara dua kebuyaan atau lebih
sehingga mewujudkan suatu model budaya yang baru. Misalnya, ketika
Islam masuk kesuatu daerah/negeri, maka terjadilah akulturasi
antara nilai-nilai ajaran Islam dengan bentuk budaya lokal.
Disamping itu banyak pula buku-buku filsafat yunani dan romawi
diterjemahkan ke dalam bahas arab. Akibat pergesera nilai yang
mempunyai dampak positifnya wawasan berfikir umat Islam semakin
maju sehingga banyak ditemukan ilmu-ilmu umum, seperti ilmu
kedokteran, ilmu fisika, ilmu biologi dan lain sebagainya. Dalam
segi negatifnya, akibat filsafat dalam Islam terjadi pada sebagian
kaum muslim yang merumuskan masalah tauhid dengan kacamata filsafat
yang sebenarnya tidak boleh dirumuskan dari kacamata filsafat
melainkan dengan berdasarkan rumusan yang berdasarkan wahyu yang
bersifat qathI tidak boleh dengan menggunakan akal pikiran.3.
Faktor infiltrasiYang dimaksudkan dalam infiltrasi ini adalah
adanya campur tangan dari pihak luar, misalnya masuknya pemikiran
atau ajaran agama lain ke dalam Islam. Banyak orang masuk Islam
namun mereka belum sepenuhnya meninggalkan syariat agama lama,
sehingga ajaran-ajaran agama lama masih melekat dan menyusup ke
dalam Islam. Diantara mereka tersebut adalah golongan murjiah,
qodariyah, jabariyah, mujasimah. Dan apabila kita mempelajari
pemikiran-pemikiran golongan tersebut banyak dipengaruhi oleh
ajaran agama yahudi, nasrani dan majusi.
C. KesimpulanMunculnya berbagai macam firqah/golongan yang
terjadi di dalam tubuh Islam itu sendiri berdasarkan sedikit
penjelasan paparan di atas maka kita dapat mengambil beberapa
kesimpulan, diantarnya adalah bahwa salah satu penyebab timbulnya
firqah-firqah tersebut adalah disebabkan dari tiga sebab umum yang
meliputi:1. Faktor politikFaktor politik ini dimulai sejak wafatnya
Rasulullah saw dan mulai sangat kelihatan menonjol ketika akhir
masa pemerintahan khalifah utsman bin affan ra.2. Faktor
akulturasiPerpaduan antara dua kebuyaan atau lebih sehingga
mewujudkan suatu model budaya yang baru.3. Faktor infiltrasiAdanya
campur tangan dari pihak luar, misalnya masuknya pemikiran atau
ajaran agama lain ke dalam Islam sehingga ajaran-ajaran agama lama
masih melekat dan menyusup ke dalam Islam.DAFTAR PUSTAKA Drs.
Hasanuddin. H.A, Pendidikan Aswaja & Ke-NU-an, Surabaya, CV.
Sahabat Ilmu, Harun Nasution. Sejarah Teologi Islam. Jakarta:
UI-Press. 2006. Muhammad Idrus Ramli, Pengantar Sejarah Ahlussunnah
Wal-Jamaah, Surabaya, Katulistiwa. Sahilun A Nasir. Pengantar Ilmu
Kalam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1994
ALIRAN-ALIRAN SESAT DAN FIRQAH-FIRQAH DALAM ISLAMALIRAN-ALIRAN
SESAT DAN FIRQAH-FIRQAH DALAM ISLAM
Dalam sejarah islam telah tercatat adanya aliran-aliran yang
menyimpang dan firqoh-firqoh (golongan) di lingkungan umat
islam,yang di antara satu sama lain bertentangan pahamnya secara
tajam yang sulit untuk diperdamaikan apalagi untuk dipersatukan.
Hal ini sudah menjadi fakta dalam sejarah dang tidak bisa dirubah
lagi dan sudah menjadi ilmu pengetahuan yang temaktub (tertulis)
dalam kitab-kitab agama terutama dalam kitab-kitab ushuludin
(artinya pokok-pokok agama).Barang siapa yang membaca kitab-kitab
ushuludin akan menjumpai di dalamnya perkataan-perkataan
:syi"ah,khawarij,mu"tazilah,qadariyah,jabariyah,bahaiyah,,ahmadiyah
dan wahabisalafy(akidah mujasimmah-musyabibah) dan lain
sebaginya.umat islam khususnya yang berpengetahuan agama tidak
heran melihat dan membaca hal ini,karena nabi muhammad saw sudah
juga mengabarkan pada masa hidup beliau.Banyak terdapat
hadist-hadist yang berkaitan dengan akan adanya aliran-aliran sesat
firqah-firqah yang berselisihan paham dalam lingkungan umat islam
diantara hadist-hadist ini adalah: 1.kesatu nabi saw bersabda:
Artinya maka bahwasanya siapa yang hidup (lama) di antaramu niscaya
akan melihat perselisihan (paham) yang banyak ketika itu pegang
teguhlah sunnahku dan sunnah khalifah rasyidin (sayyidina abu bakar
siddik/sayyidina umat bn khatab/sayidina usman bn afan/sayidina ali
semoga allah meridhoi mereka) yang diberi hidayah,pegang teguhlah
itu dan gigitlah dengan gerahammu.(hadist riwayat imam abu
daud,sunan abu daud juz 4 hal 201). Tujuan hadist ini terang bahwa
akan ada perselisihan-perselisihan paham (contoh soal bid"ah itu
sesat ada juga bid'ah itu di bagi dua bid"ah hasanah dan bid"ah
dholalah,seperti contoh sayidina umar berkata tentang shalat
tarawih berkata: ini sebaik-baik bid"ah artinya ada bid"ah baik
menurut khalifah ke 2 yang telah mendapat petunjuk sesuai hadist di
atas ) dalam lingkungan umat islam,dan bahwa nabi muhammad saw
menyuruh umat islam ketika melihat perselisihan-perselisihan itu
supaya berpegang teguh dengan sunnah nabi saw dan sunnah khalifah
rasyidin (seperti perkataan saydina umar tadi tentang bid"ah itu
ada yang baik bahkan sebaik-baik bid"ah ,siapa lagi yang lebih
paham tentang soal bid"ah). 2 kedua nabi muhammad saw bersabda
:Akan ada di lingkungan umatku 30 orang pembohong yang mengaku
bahwa ia nabi.saya adalah nabi penutup tidak ada lagi nabi
sesudahku (riwayat tirmidzi lihat sahih tirmidzi juz 9 hal 63) 3
ketiga nabi muhammad`saw bersabda: Akan keluar suatu kaum akhir
zaman orang-orang muda berpaham jelek (sering menjelekkan dan
menghina dan menghujat dan mencaci maki orang yang tidak sepaham
dengannya), mereka banyak mengucapkan perkataan khairil
barriyah(maksudnya firman -firman allah yang dibawa oleh nabi
seperti contoh ini selalu membaca alquran dan membaca hadist tapi
memahaminya tanpa guru alias belajar dan memahami langsung tanpa
rujukan para ulama -ulama terdahulu/merasa pinter sendiri bahwa
dialah yang paling benar),iman mereka tidak melampau /sampai
kerongkongan mereka (artinya mereka membaca alquran dan hadist
tidak sampai ke hati mereka oleh karena hatinya keras dan hanya
bisa memerintah dan melarang sedang dia tidak mengamalkan nya
contoh nabi melarang menghujat dan mencaci saudaranya hal ini
dilarang oleh nabi saw dan mereka tidak mengamalkanya) mereka
keluar dari agama sebagai meluncurnya /keluarnya anak panah dari
busurnya ,kalau orang orang ini berjumpa dengan mu lawanlah mereka.
(hadist sahih riwayat imam bukhori dan lihat fathul bari juz 15 hal
315.(ingat fathul bari yang bukan di teliti oleh abduz aziz bn baz
ulama wahabi).Terang dalam dalam hadist ini bahwa akan ada menurut
nabi saw sekumpulan orang-orang muda yang sok aksi mengeluarkan
fatwa-fatwa agama berdasarkan alquran dan hadist (contoh ini
bid"ah,ini syirik ,ini kafir, ini khurafat dan membuat hukum baru
dan mereka rata-rata ulamanya masih muda_muda sy yakin anda bisa
lihat saat ini sudah banyak yang seperti itu),akan tetapi keimanan
mereka tipis sekali dan bahkan keimanannya keluar dari dirinya
secepat keluar anak panah dari busurnya.Maksudnya ialah bahwa
mereka banyak ngomong/berbicara hadist-hadist (ini hadist sohih dan
ini hadist palsu) dan alquran tetapi mereka tidak beragama ,tidak
menjalankan tuntunan agama seperti berkata baik /santun kepada
saudaranya dan tidak menghina dan mencaci maki atau mengkafirkan
saudaranya. 4 keempat bersabda nabi muhammad saw:artinya dari
huzaifah rda beliau berkata bersabda nabi muhammad saw: bagi
tiap-tiap umat ada majusinya dan majusi umat saya adalah orang yang
mengingkari taqdir.kalau mereka mati jangan dihadiri pemakamannnya
dan kalau mereka sakit jangan di jenguk mereka adalah kelompok
dajjal,memang tuhan berhak untuk memasukkanya mereka ke kelompok
dajjal.( riwayat imam abu daud,sunan abu daud juz 4 hal 222). 5 ke
lima nabi muhammad saw bersabda: Ada dua firqah dari umatku yang
pada hakikatnya mereka tidak ada sangkut paut dengan islam yaitu
kaum murji"ah dan qadariyah. (hadist riwayat imam tirmidzi juz 8
hal 316).Kaum murji"ah dan qadariyah tak ada hubungannya dengan
islam kata nabi muhammad saw.nauzubillah. 6 ke enam nabi muhammad
saw bersabda : Dari abi hurairah berkata bahwa nabi muhammad saw
bersabda:telah berfirqah-firqah orang yahudi atas 71 firqah dan
orang nashara seperti itu pula dan akan berfirqah ummatku atas 73
firqah.(hadist riwayat imam tirmidzi ,lihat sahih tirmidzi juz 10
hal 109). 7 ke tujuh nabi muhammad sawa bersabda: Artinya
bahwasanya bani israel telah berfirqah-firqah sebanyak 72 millah
(firqah) dan akan berfirqah umatku sebanyak 73 firqah semuanya
masuk neraka kecuali satu.para sahabat yang mendengar ucapan ini
bertanya : siapakah yang satu itu ya rasulullah ? nabi saw
bersabda: yang satu itu ialah orang yang berpegang (ber i"tiqad)
sebagai peganganku (i"tiqadku) dan pegangan sahabat-sahabat ku
(hadist ini diriwayatkan oleh imam tirmidzi lihat sohih tirmidzi
juz 10 hal 109). 8 kedelapan tersebut dalam kitab atthabrani bahwa
nabi bersabda : Demi tuhan yang memegang jiwa muhammad ditangannya
akan berfirqah umatku sebanyak 73 firqah yang satu masuk surga dan
yang lain masuk neraka .bertanya para sahabat :siapakah firqah
(yang tidak masuk neraka) itu ya rasulullah saw? nabi muhammad saw
menjawab : AHLUSUNNAH WAL JAMAAAH (yang akidahnya ALLAH ITU ADA
TANPA TEMPAT DAN ARAH dan bila ada yang berkeyakinan sebaliknya dia
bukan ahlusunnah wal jamaah).Hadist yang serupa ini artinya
tersebut juga dalam kitab "almilal wan nihal" juz 1 halaman
11,karangan syahrastani (wafat 548 h). 9 ke sembilan nabi muhammad
saw bersabda: Artinya akan ada segolongan dari umatku yang tetap
atas kebenaran sampai hari kiamat dan mereka tetap atas kebenaran
itu ( nabi pernah bersabda bahwa para ulama pewaris para nabi.
artinya nabi mewarisi ilmu kepada para sahabat dan dilanjutkan
kepada para anak sahabat dan dilanjutkan para tabi"in dan
dilanjutkan oleh para ulama -ulama besar terdahulu yang mewarisi
ilmu nya kepada ulama -ulama sekarang yang akidahnya ALLAH ADA
TANPA TEMPAT DAN ARAH) dan misinya mempersatukan umat islam dan
bukan memecah umat islam dari dari dalam .harap pahami
itu.).(hadist riwayat imam bukhori lihat fathul bari juz 17 hal 56)
bukan fathul bari yang di tulis oleh ulama mufti saudi/ulama wahabi
yg berakidah mujassim dan musyabihah) hati-hati.Melihat hadist
-hadist yang sahih ini dapat diambil kesimpulan :1. Nabi muhammad
saw mengabarkan sesuatu yang akan terjadi dalam lingkungan umat
islam secara mu"jizat yaitu: mengabarkan hal-hali yang akan
terjadi,kabar ini tentu diterima beliau dari tuhannya.2. Sesudah
nabi saw wafat akan ada perselisihan paham yang banyak sampai 73
paham/aliran (berkeyakinan).3. Ada segolongan orang -orang muda
pada akhir zaman yang sok aksi (merasa paling pintar dalam soal
hukum islam dan merasa paling benar yang mengikuti alquran dan
sunnah katanya.contoh islam masuk indonesia sudah tua dan
mengislamkan kerajaan-kerjaaan hindu dan budha ke dalam islam sejak
700 tahun dan sudah melekat pada umat islanm indonesia lalu baru
baru ini timbul /kedatangan paham paham baru yang berumur muda yang
mereka berani mengatakan bahwa umat islam di indonesia
terdahulu/tua adalah paham sesat dan menyimpang bahkan mereka
berani mengkafrikan umat islam terdahulu dan anehnya mereka paham
dari orang orang muda dan paham baru yang merasa paling benar
),mengeluarkan dalil-dalil dari alquran maupun hadist tetapi
keimanannya tidak melewati kerongkongannya (artinya pintar membaca
alquran dan hadist tapi tidak mengamalkanya .contoh nabi melarang
mengkafirkan sesama muslim dan mencaci,menghujat dan menghina
bahkan menghalalkan saudaranya yang muslim tapi mereka sebaliknya
melanggar itu.nauzubillah.4. Ada dua golongan yang tidak ada
sangkut pautnya dengan islam yaitu kaum murji"ah dan qadariyah.5.
Ada 30 orang pembohong yang akan menda"wakan /mengaku bahwa ia nabi
padahal nabi sesudah nabi muhammad saw tidak ada lagi,dan ada orang
orang khawarij yang paling jahat dan paham yang mengikutinya
.(contoh musailamah kazzab,ahmadiyah ,mirza gulam ahmad,ahmad
mossodik dan masih ada bakal timbul).nauzubillah.6. Diantara yang
73 golongan (firqah-firqah) itu ada satu yang benar yaitu golongan
ahlusunnah wal jamaah (yang berakidah ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN
ARAH) yang selalu berpegang kepada sunnah nabi dan sunnah klhalifah
rasyidin.(yang mereka mencontoh ahklak dan santun dalam berda"wah
nabi saw dan klalifah rasyidin).7. mereka akan selalu
mempertahankan kebenaran keyakinannya (i"toqadnya ALLAH ADA TANPA
TEMPAT DAN ARAH) sampai hari kiamat.Dan sekarang barang siapa yang
meneliti sejarah perkembangan islam berabad-abad
pertama,kedua,ketiga dan sampai kepada zaman kita sekarang apa yang
disabdakan oleh nabi muhammad saw sudah nyata kebenaranya ,jelas
allah sebut dalam alquran surat annajm ayat 3 dan 4 yang
artinya:Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa
napsunya dan ucapannya itu tiada lain hanya lah wahyu yang
diwahyukan(kepadanya).Tersebut dalam kitab bugyatul mustarsyidin
karangan mufti syeikh sayid abdurahman bn muhammad bn husien bn
umar yang dimashurkan dengan gelar ba"alwi pada halaman 398 cetakan
mathba"ah amin abdul majid cairo (138 h) bahwa firqah yang sesat
dan menyesatkan itu berpokok pada 7 firqah yaitu: 1.Kaum syi"ah
kaum yang berlebih-lebihan memuja sayidina ali karamaullah
wajhah,mereka tidak mengakui khalifa-khalifa abu bakar,umar dan
usman semoga allah meridhoi mereka amin.kaum syiah kemudian
terpecah menjadi 22 aliran. 2.Kaum khawarij yaitu kaum yang
berlebih-lebihan membenci sayidina ali kw,bahkan ada diantaranya
yang mengkafirkan sayidina ali kw da firqah ini berfatwa bahwa
orang-orang yang membuat dosa -dosa besar menjadi kafir.(hati-hati
saat ini sudah banyak paham-paham yang mengikuti paham khawarij
seperti mengkafirkan orang semaunya dan mengkafirkan ulama -ulama
terdahulu yang mereka sangat soleh dan berakhlak dan merasa paling
benar hanya dia lah yang islam yang lain dan yang bukan paham nya
kafir)kaum khawarij kemudian terpecah menjadi 22 aliran. 3.Kaum
mu"tazilah yaitu kaum yang berpaham tuhan tidak mempunyai sipat
bahwa manusia membuat pekerjaannya sendiri, bahwa tuhan tidak bisa
dilihat dengan mata dalam surga,bahwa orang yang mengerjakan dosa
besar diletakkan diantara dua tempat dan mi"raj nabi muhammad hanya
dengan ruh saja dan lain-lain.kaum mu"tazilah berpecah menjadi 20
aliran. Kaum murji"ah yaitu kaum yang memfatwakan bahwa membuat
ma"siyat (kedurhakaan) tidak memberi mudharat kalau sudah beriman
sebagai keadaanya membuat kebajikan tidak memberi manfaat kalau
kafir.kaum murji"ah terbagi menjadi 5 aliran. Kaum najariyah yaitu
kaum yang memfatwakan bahwa perbuatan manusia adalah mahkluk yakni
dijadikan tuhan tetapimereka berpendapat bahwa sipat tuhan tidak
ada.kaum najariyah pecah menjadi 3 aliran. Kaum jabariyah yaitu
kaum yang menfatwakan bahwa manusia majbur artinya berdaya
apa-apa.kasab atau usaba tidak ada sama sekali.kaum ini hanya 1
aliran. Kaum musyabbibah (wahabisalafy )yaitu kaum yang memfatwakan
bahwa ada keserupaan tuhan dengan manusia,umpamanya
bertangan,berkaki,duduk dikursi,naik tangga,turun tangga dan
lain-lain.(contoh kongkrit yaitu ulama-ulama wahabisalafy yang
telah menyimpang akidah nya seperti ulama -ulama najd/riyadh contoh
rujukan /keyakinannya tercatat dalam kitab-kitab mereka: 1.Ibnu
taimiyahDi dalam kitab andalan wahabi-salafi yaitu Majmu al-Fatawa
Ibnu Taimiyyah al-Harrani imam wahabi juz 4 halaman 374
:Sesungguhnya Muhammad Rasulullah didudukkan Allah di atas Arsy
bersama Allah .Di dalam kitab Syarh Hadits an-Nuzul halaman 400
cetakan Dar al-Ashimah disebutkan bahwasanya Ibnu Taimiyyah
berkata: Semua hadits yang datang dari Nabi dengan lafadz quud dan
julus (duduk) bagi Allah seperti hadits Jafar bin Abi Thalib dan
hadits Umar, lebih utama untuk tidak disamakan dengan anggota tubuh
manusia .Dalam halaman yang sama Ibnu Taimiyyah berkata :Jika Allah
duduk di atas kursi, maka terdengarlah suara suara saat duduk
sebagaimana suara penunggang bintang tunggangan karena beratnya
Kitab tersebut dicetak di Riyadh tahun 1993, penerbit Dar
al-Ashimah yang ditaliq oleh Muhammad al-Khamis.Di dalam kitab
ad-Darimi (bukan ulama sunni al-Hafdiz ad-Darimi pengarang hadits
sunan) halaman 73 disebutkan :Allah turun dari Arsy ke kursinya
.Kitab itu terbitan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah yang ditaliq oleh
Muhamamd Hamid alFaqiy.Kitab ad-Darimi (al-wahhabu) ini dipuji-puji
oleh Ibnu Taimiyyah dan menganjurkannya untuk dipelajari, sebab
inilah wahabi menjadi taqlid buta..Tapi akidah mereka ini
disembunyikan dan tidak pernah dipublikasikan ke khalayak
umum.Sekedar info :Lafadz duduk bagi Allah tidak pernah ada dalam
al-Quran dan hadits. 2 syeikh Hamud bn abdullah altuwaijiri syaikh
wahabisalafy yaitu :Di dalam kitab Aqidah ahlu Iman fii Khalqi Adam
ala shurati ar-Rahman karya Hamud bin Abdullah at-Tuajari syaikh
wahabi, yang dicetak di Riyadh oleh penerbit Dar al-Liwa cetakan
kedua, disebutkan dalam halama 16 : Berkata Ibnu Qathibah Lalu aku
melihat di dalam Taurat : Sesungguhnya Allah ketika menciptakan
langit dan bumi, Dia berkata : Kami ciptakan manusia dengan
bentukku .Pada halaman berikutnya di halaman 17 disebutkan : Di
dalam hadits Ibnu Abbas : Sesungguhnya Musa ketika memukul batu
untuk Bani Israil lalu keluar air dan berkata : Minumlah wahai
keledai, maka Allah mewahyukan pada Musa Engkau telah mencela satu
makhluk dari makhlukku yang Aku telah ciptakan mereka dengan
rupaku, lalu engkau samakan mereka dengan keledai Musa terus
ditegor oleh Allah .Naudzu billah dari pendustaan pada Allah dan
pada para nabi-Nya. 3 ulama wahabi salafy yang mensyarah riyadul
sholihin versi Muhammad bn salih al-utsaimin yaitu:Di dalam kitab
Fatawa al-Aqidah karya Muhammad bin Shalih al-Utsaimin yang dicetak
Maktabah as-Sunnah cetakan pertama tahun 1992 di Mesir, pada
halaman 72 Ibnu Utsaimin berkata : Dalam hal ini dijelaskan adanya
penetapan akan ucapan Allah Swt. Dan sesungguhnya ucapan Allah itu
berupa huruf dan suara. Karena asli ucapan itu harus adanya suara.
Maka jika dikatakan ucapan, maka sudah pasti ada suara. dalam kitab
Fatawa al-Aqidah karya Muhammad bin Shalih al-Utsaimin yang
diterbitkan oleh Maktabah as-Sunnah cetakan pertama halaman 90,
al-Utsaimin berkata : kesimpulannya, sesungguhnya kedua tangan
Allah itu ada dua tanpa ragu lagi. Satu tangannya berlainan dari
tangan satunya. Jika kita sifatkan tangan Allah dengan sebelah
kiri, maka yang dimaksud bukanlah suatu hal yang kurang dari tangan
kanannya . Di dalam kitab Syarh Hadits an-Nuzul cetakan Dar
al-Ashimah halaman 182, Ibnu Taimiyyah berkata : Sesungguhnya Allah
itu di atas langit dengan Dzatnya . 4ulama mereka wahabisalafy
yaituDi dalam kitab Qurrah Uyun al-Muwahhidin karya Abdurrahman bin
Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab (cicit Muhammad bin Abdul
wahhab), cetakan Maktabah al-Muayyad tahun 1990 cetakan pertama,
halaman 263 disebutkan : Sepakat kaum muslimin dari Ahlus sunnah
bahwa sesungguhnya Allah beristiwa di Arsy dengan dzat-NyaAllah
beristiwa di atas Arsy secara hakekat bukan majaz ..Dan masih
segudang lagi akidah-akidah wahabisalafy yang meyakini tuhannya
dengan sipat-sipat makhluknya sebagaimana akidah musyabbibah.Dan
jika saya beberkan semuanya maka akan menjadi lembaran yang sangat
banyak.Cukup yang singkat sedikit ini membuktikan bahwa
akidah/mereka berfatwa yang sesungguhnya akidah musyabbibah.kaum
ini hanya 1 aliran saja.Jadi jumlahnya adalah :1.Kaum syiah
...............................22 aliran.2.kaum
khawarij............................20 aliran.3.Kaum
mu"tazilah........................ 20 aliran4.kaum
murji"ah............................05 aliran5.Kaum
najariyah...........................03 aliran.6.Kaum
jabariyah...........................01 aliran.7.Kaum musyabibah
(wahabisalafy)...01 aliran
jumlah 72 aliran.Kalau ditambah dengan 1 aliran lagi dengan
paham ahlusunnah wal jamaah (yang berakidah ALLAH ADA TANPA TEMPAT
DAN ARAH) maka cukuplah menjadi 73 firqah sebagaimana yang sudah
diterangkan oleh nabi kita muhammad saw di dalam hadist yang sudah
disebutkan di atas.Adapun kaum qadariyah termasuk golongan kaum
mu"tazilah kaum bahaiyah dan ahmadiyah qadyan masuk golongan kaum
syiah.Demikian uraian kami semoga bermanfaat buat kaum muslimin
indonesia dan dunia.hamb allah
Diposkan olehBELAJARTENTANGISLAMdi16.27Kirimkan Ini lewat
EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest8 komentar:1. resta25 Oktober 2014 18.32Astaghfirullah...
janganlah anda menghina dan mencela firqoh tertentu karena salafy
adalah golongan salafus sholeh(orang orang sholeh terdahulu)
berfikir sebelum bertindak, pelajari ilmunya baru berkomentar
jangan turuti hawa nafsu tuk menghina dn mencela sesama umat islam
islam tidak mengajarkan yang seperti itu, jangan menganggap
golongan anda yang paling benar dan bertaubatlah..
Terimakasih....
73 Golongan (Firqah DalamIslam)March 30, 2013bymatsumaru 1
CommentDalam sejarah Islam telah tercatat adanya firqah-firqah
(faham/golongan) dalam lingkungan umat, dimana satu dengan lainnya
bertentangan faham secara tajam dan sulit untuk didamaikan, apalagi
disatukan.Hal ini telah menjadi fakta sejarah yang tidak dapat
dirubah lagi dan sudah menjadi pengetahuan yang terdapat dalam
buku-buku agama terutama buku-buku Ushuluddin.Dalam buku-buku
Ushuluddin itu terdapat beberapa nama kelompok, antara lain;Syiah,
Khawarij, Mutazilah, Qadariyah, Jabariyah, Ahlussunnah wal Jamaah
(Sunni), Mujassimah, Bahaiyah, Ahmadiyah, Wahabiyah, Ibnu
Taimiyahdan lain-lain.Hal ini tidak terlalu mengherankan karena
Nabi Muhammad SAW semasa hidup telah mengabarkan hal
ini.Hadits-hadits yang menerangkan tentang adanya firqah-firqah ini
antara lain :1. Bersabda Nabi Muhammad SAW :Bahwasanya siapa yang
hidup (lama) di antara kamu niscaya akan melihat perselisihan
(faham) yang banyak. Ketika itu pegang teguhlah Sunnahku dan Sunnah
Khalifah Rasyidin yang diberi hidayah. Pegang teguhlah itu dan
gigitlah dengan gerahammu (HR Abu Daud)2. Bersabda Nabi Muhammad
SAW :Akan ada di lingkungan ummatku 30 orang pembohong yang
mendakwakan bahwa dirinya adalah Nabi. Saya adalah Nabi penutup,
tidak ada lagi Nabi sesudahku (HR Tarmidzi)3. Bersabda Nabi
Muhammad SAW :Akan keluar suatu kaum akhir zaman, orang-orang muda
berfaham jelek. Mereka banyak mengucapkan perkataan Khairil Bariyah
(maksudnya firman-firman Allah SWT yang dibawa oleh Nabi). Iman
mereka tidak melampaui kerongkongan mereka. Mereka keluar dari
agama sebagai meluncurnya anak panah dari busurnya. Kalau
orang-orang ini berjumpa denganmu lawanlah mereka (HR Bukhari)Jelas
dalam hadits ini bahwa akan ada sekumpulan orang-orang muda yang
sok aksi mengeluarkan fatwa-fatwa agama berdasarkan Al Quran dan
hadits, tetapi keimanan mereka tipis sekali dan bahkan keimanan itu
keluar dari dirinya secepat anak panah meninggalkan busurnya.
Maksudnya adalah bahwa mereka banyak berbicara tentang Al-Quran dan
hadits, tetapi mereka tidak melaksanakan tuntunan agama seperti
shalat, puasa dll.4. Bersabda Nabi Muhammad SAW :Adadua firqah dari
ummatku yang pada hakekatnya mereka tidak bersangkut paut dengan
Islam, yaitu kaum Murjiah dan kaum Qadariyah (HR Tarmidzi)Firqah
Murjiah dan Qadariyah tak ada hubungannya dengan Islam, kata Nabi
Muhammad SAW. Naudzubillah!5. Bersabda Nabi Muhammad SAW :Dari
Hudzaifah Rda., beliau berkata, Bersabda Rasulullah SAW : Bagi
tiap-tiap ummat ada majusinya, dan majusi ummatku adalah orang yang
mengingkari takdir. Kalau mereka mati jangan dihadiri pemakamannya
dan kalau mereka sakit jangan dijenguk. Mereka adalah kelompok
dajjal. Memang Tuhan berhak memasukkan mereka ke dalam kelompok
dajjal (HR Abu Daud)6. Bersabda Nabi Muhammad SAW :Dari Abi
Hurairah Rda., beliau berkata, Bersabda Rasulullah SAW : Telah
berfirqah-firqah orang Yahudi atas 71 firqah dan orang Nashara
seperti itu pula dan akan berfirqah ummatku atas 73 firqah (HR
Tarmidzi)7. Bersabda Nabi Muhammad SAW :Bahwasanya Bani Israil
telah berfirqah-firqah sebanyak 72 millah (firqah) dan akan
berfirqah ummatku sebanyak 73 firqah, semuanya masuk neraka kecuali
satu. Sahabat-sahabat yang mendengar ucapan ini bertanya, siapakah
yang satu itu, Ya Rasulullah? Nabi menjawab, Yang satu itu adalah
orang yang berpegang (ber-itiqad) sebagai peganganku (itiqad-ku)
dan pegangan sahabat-sahabatku (HR Tarmidzi)8. Bersabda Nabi
Muhammad SAW :Demi Tuhan yang memegang jiwa Muhammad di tangan-Nya,
akan berfirqah ummatku sebanyak 73 firqah, yang satu masuk surga
dan yang lain masuk neraka. Bertanya para sahabat, siapakah firqah
(yang tidak masuk neraka) itu, Ya Rasulullah? Nabi menjawab,
Ahlussunnah wal Jamaah (HR Thabrani)Hadits yang mengandung arti dan
maksud seperti ini juga terdapat dalam buku Al Milal wan Nihal
karangan Syahrastani (wafat 1127M/548H)9. Bersabda Nabi Muhammad
SAW :Akan ada segolongan ummatku yang tetap atas kebenaran sampai
hari kiamat dan mereka tetap atas kebenaran itu (HR Bukhari)Melihat
hadits-hadits yang sahih ini dapat diambil kesimpulan :1. Nabi
Muhammad SAW mengabarkan sesuatu yang akan terjadi dalam lingkungan
ummat Islam secara mujizat, yaitu mengabarkan hal-hal yang akan
terjadi. Kabar ini tentu Beliau terima dari Allah SWT.2. Sesudah
Nabi wafat akan ada perselisihan faham yang banyak, sampai 73 faham
(itiqad/firqah).3.Adasegolongan orang-orang muda pada akhir zaman
yang sok aksi mengeluarkan dalil-dalil dari Al-Quran, tetapi
keimanan mereka tidak melewati kerongkongannya.4.Adadua golongan
yang tidak bersangkut paut dengan Islam, yaitu faham Murjiah dan
Qadariyah.5.Ada30 orang pembohong yang akan mendakwakan bahwa
dirinya adalah Nabi, padahal tidak ada lagi Nabi sesudah Nabi
Muhammad SAW. Dan ada orang-orang Khawarij yang paling jahat.6. Di
antara 73 golongan itu ada satu yang benar yaitu golongan
Ahlussunnah wal Jamaah yang selalu berpegang teguh kepada Sunnah
Nabi dan Sunnah Khalifah Rasyidin.7. Mereka ini akan selalu
mempertahankan kebenaran itiqad-nya sampai hari kiamat.Melihat
kenyataan sekarang, dan dengan meneliti sejarah perkembangan Islam
sejak abad pertama Hijriyah hingga sekarang, apa yang disampaikan
Nabi Muhammad SAW telah terjadi dengan nyata.Di dalam bukuBugyatul
Mustarsyidinkarangan Mufti Sheikh Sayid Abdurrahman bin Muhammad
bin Husein bin Umar, yang terkenal dengan gelar BaAlawi, cetakan
Mathbaah Amin Abdul Majid Kairo (Mesir) tahun 1960M/1381H, halaman
398, bahwa 72 firqah yang sesat itu bertumpu pada 7 firqah yaitu
:1. Faham Syiah, kaum yang berlebih-lebihan memuja Saidina Ali bin
Abi Thalib. Mereka tidak mengakui Khalifah Rasyidin yang lain
seperti Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq, Khalifah Umar Ibnu Khattab
dan Khalifah Utsman bin Affan. Kaum Syiah terpecah menjadi22
aliran. Termasuk pengikut Syiah adalah Kaum Bahaiyah dan Kaum
Ahmadiyah Qad-yan.2. Faham Khawarij, yaitu kaum kaum yang
berlebih-lebihan membenci Saidina Ali bin Abi Thalib, bahkan di
antaranya ada yang mengkafirkan Saidina Ali. Firqah ini berfatwa
bahwa orang-orang yang membuat dosa besar menjadi kafir. Kaum
Khawarij terpecah menjadi20 aliran.3. Faham Mutazilah, yaitu kaum
yang berfaham bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat, bahwa manusia
membuat pekerjaannya sendiri, Tuhan tidak bisa dilihat dengan mata
dalam surga, orang yang mengerjakan dosa besar diletakkan di antara
dua tempat, dan miraj Nabi Muhammad SAW hanya dengan roh saja, dll.
Kaum Mutazilah terpecah menjadi20 aliran, termasuk di antaranya
adalah Kaum Qadariyah.4. Faham Murjiah, yaitu kaum yang memfatwakan
bahwa membuat maksiat (kedurhakaan) tidak memberi mudharat jika
sudah beriman, sebaliknya membuat kebaikan dan kebajikan tidak
bermanfaat jika kafir. Kaum ini terpecah menjadi5 aliran.5. Faham
Najariyah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa perbuatan manusia
adalah makhluk, yaitu dijadikan Tuhan, tetapi mereka berpendapat
bahwa sifat Tuhan tidak ada. Kaum Najariyah terpecah menjadi3
aliran.6. Faham Jabariyah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa
manusia majbur, artinya tidak berdaya apa-apa. Kasab atau usaha
tidak ada sama sekali. Kaum ini hanya1 aliran.7. Faham Musyabbihah,
yaitu kaum yang memfatwakan bahwa ada keserupaan Tuhan dengan
manusia, misal bertangan, berkaki, duduk di kursi, naik dan turun
tangga dll. Kaum ini hanya1 aliransaja. Kaum Ibnu Taimiyah termasuk
dalam golongan ini, dan Kaum Wahabi adalah termasuk kaum pelaksana
dari faham Ibnu Taimiyah.Jika ditambah dengan1 aliranlagi
yaituAhlussunnah wal Jamaahmaka menjadi73 firqah, seperti yang
dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadits Imam Tarmidzi.
Artinya : Kaum yahudi terpecah menjadi 71 firqah (pecahan), kaum
nasrani menjadi 72 firqah, sedangkan UMMATKU AKAN TERPECAH MENJADI
73 FIRQAH. Yg selamat di antara mereka SATU, sedangkan sisanya
binasa. Sahabat bertanya :siapakah yg selamat itu? nabi menjawab:
Ahlussunnah wal Jamaah, sahabat bertanya lagi: apakah ahlussunnah
wal jamaah itu? Nabi mejawab: apa yg aku perbuat hari ini dan para
sahabatku. (HR. Tabrani) 2. SEJARAH Timbulnya aliran-aliran teologi
Islam tidak terlepas dari fitnah-fitnah yang beredar setelah
wafatnya Rasulullah Saw. Setelah Rasulullah Saw wafat peran sebagai
kepala Negara digantikan oleh para sahaba t-sahabatnya, yang
disebut khulafaur Rasyidin yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman
bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Namun, ketika pada masa Utsman
bin Affan mulai timbul adanya perpecahan antara umat Islam yang
diseba bkan oleh banyaknya fitnah yang timbul pada masa itu. 3.Nabi
Muhammad SAW wafat pada tanggal 02 Rabiul Awwal 11H atau 08 Juni
632M. Pada hari Beliau wafat sekelompok Kaum Anshar (sahabat Nabi
yang berasal dari Madinah) berkumpul di satu tempat yang bernama
Saqifah Bani Saidah untuk mencari Khalifah (pemimpin pengganti
Nabi). Kaum Anshar ini dipimpin oleh Saad bin Ubadah (Ketua Umum
Anshar dari suku Khazraj). Mendengar hal ini Kaum Muhajirin
(sahabat Nabi yang berasal dari Makkah dan pindah ke Madinah)
datang ke Saqifah dengan dipimpin oleh Sayyidina Abu Bakar
as-Shiddiq Rda. Setelah terjadi perdebatan yang cukup sengit dimana
Kaum Anshar mencalonkan Saad bin Ubaidah sebagai calon Khalifah dan
Kaum Muhajirin mengajukan Abu Bakar atau Umar bin Khattab sebagai
calon Khalifah, akhirnya semua sepakat untuk mengangkat sahabat
yang paling utama yaitu Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq sebagai
Khalifah pengganti Nabi. (bats tulisan) 4.Dalam rapat itu tidak ada
seorangpun yang mengemukakan Sayyidina Ali bin Abi Thalib sebagai
Khalifah. Faham Syiah belum ada ketika itu, yang ada hanya Kaum
Anshar dan Muhajirin, tetapi perselisihan tersebut tidak
menimbulkan firqah dalam Ushuluddin karena perselisihan tersebut
telah selesai dengan diangkatnya Sayyidina Abu Bakar sebagai
Khalifah secara aklamasi. Pada tahun 30H timbul Faham Syiah yang
disulut oleh Abdullah bin Saba yang beroposisi terhadap Khalifah
Utsman bin Affan. Abdullah bin Saba adalah seorang pendeta Yahudi
dari Yaman yang masuk Islam. Ketika ia datang ke Madinah tidak
terlalu mendapat penghargaan dari Khalifah dan dari umat Islam
lainnya sehingga ia menjadi jengkel. 5.Setelah terjadi Perang
Siffin, perang saudara sesama Islam antara tentara Khalifah Ali bin
Abi Thalib dengan tentara Muawiyah bin Abu Sofyan (Gubernur Syria)
pada tahun 37H timbul pula Faham Khawarij, yaitu orang-orang yang
keluar dari Sayyidina Ali dan Muawiyah. Pada awal abad kedua
Hijriah timbul pula Faham Mutazilah yaitu kaum yang dipimpin oleh
Washil bin Atha (80-113H) dan Umar bin Ubeid (wafat 145H). 6.Kaum
Mutazilah ini mengeluarkan fatwa yang ganjil-ganjil, berlainan
dengan itiqad Nabi dan sahabat-sahabat beliau. Di antara fatwa yang
ganjil tersebut adalah adanya manzilah bainal manzilatein yaitu ada
tempat di antara dua tempat neraka dan surga, bahwa Tuhan tidak
mempunyai sifat, Al-Quran adalah makhluk, miraj Nabi hanya dengan
roh saja, bahwa pertimbangan akal lebih didahulukan dari hadits
Nabi, bahwa surga dan neraka akan lenyap dsb. Kemudian timbul Faham
Qadariyah yang mengatakan bahwa perbuatan manusia diciptakan oleh
manusia sendiri, tidak bersangkut paut dengan Tuhan. Hak mencipta
telah diberikan Tuhan kepada manusia sehingga Tuhan tidak tahu dan
tidak peduli lagi akan apa yang diperbuat oleh manusia. Batas
penjls 7.Kemudian timbul pula Faham Jabariyah yang mengatakan bahwa
sekalian yang terjadi adalah dari Tuhan, manusia tidak memiliki
daya apa-apa, tidak ada usaha dan tidak ada ikhtiar. Selanjutnya
timbul Faham Musyabbihah, yaitu faham yang menyerupakan Tuhan
dengan makhluk, punya tangan dan kaki, duduk di atas kursi, turun
tangga seperti manusia, Tuhan adalah cahaya seperti lampu dan
sebagainya. Dan timbul pula faham-faham yang keliru tentang
tawassul dan washilah, tentang ziarah dan istighatsah dari Ibnu
Taimiyah yang semuanya mengacaukan dunia Islam dan kaum muslimin.
8. Munculnya Itiqad Ahlussunnah wal Jamaah Sebagai reaksi dari
timbulnya firqah-firqah yang sesat tadi, maka pada akhir abad
ketiga Hijriyah muncullah golongan yang yang bernama Ahlussunnah
wal Jamaah yang dikepalai oleh dua orang ulama besar dalam
Ushuluddin yaitu Sheikh Abu Hasan Ali al-Asyari dan Sheikh Abu
Mansur al-Maturidi. Perkataan Ahlussunnah wal Jamaah kadangkadang
dipendekkan menjadi Ahlussunnah saja atau Sunni saja dan
kadang-kadang disebut Asyari atau Asyairah, dikaitkan kepada guru
besarnya yang pertama yaitu Abu Hasan Ali al-Asyari. 9.Beliau pada
mulanya adalah murid dari bapak tirinya, seorang ulama besar kaum
Mutazilah yaitu Sheikh Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab al-Jabai
yang wafat pada tahun 303H, namun kemudian beliau tobat dan keluar
dari golongan Mutazilah tersebut (jangan keliru, Sheikh Abu Ali
Muhammad bin Abdul Wahab al-Jabai ini bukanlah Muhammad bin Abdul
Wahab, pembangun Faham Wahabi di Nejdi tahun 1115H-1206H).
10.Keistimewaan beliau dalam menegakkan fahamnya dan dalam
mengarang adalah dengan mengutamakan dalil-dalil Al-Quran dan
hadits serta mempertimbangkan akal pikiran, berbeda dengan Faham
Mutazilah yang mendasarkan pemikirannya atas akal dan falsafah
Yunani dalam hal Ushuluddin, serta berbeda pula dengan Faham
Mujassimah yang mendasarkan fahamnya atas arti lahir Al-Quran dan
hadits sehingga sampai mengatakan bahwa Tuhan bertangan, memiliki
wajah/muka, duduk di atas Arsy dan lain sebagainya yang keliru.
11.SYIAH 73 FIRQAH 22 KHAWARIJ 20 MUTAZILAH 20 MURJIAH 5 NAJARIYAH
2 JABARIYAH 1 QADARIYAH 1 MUSYABBIHAH 1 ASWAJA 1 12.SYIAH Syiah
secara bahasa berarti pengikut, pendukung, partai, atau
kelompok,sedangkan secara terminology adalah sebagian kaum muslimin
yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk kepada
keturunan Nabi Muhammad Saw, atau orang yang disebut sebagai
ahl-bait. Kaum yang mengagung-agungkan Sayyidina Ali Kw, mereka
tidak mengakui khalifah Rasyidin yang lain seperti Khlifah
Sayyidina Abu Bakar, Sayidina Umar dan Sayyidina Usman bahkan
membencinya. Kaum ini di sulut oleh Abdullah bin Saba, seorang
pendeta yahudi dari Yaman yang masuk islam. Ketika ia datang ke
Madinah tidak mendapat perhatian dari khalifah dan umat islam
lainnya sehingga ia menjadi jengkel. 13. DOKTRINYA; 1. Tauhid.
Tuhan adalah Esa, baik ekstensi maupun esensiNya. Keesaan adalah
mutlak. Keesaan Tuhan tidak murakkab (tersusun).Tuhan tidak
membutuhkan sesuatu, Ia berdiri sendiri, dan tidak dibatasi oleh
ciptaan- Nya. 2. Nubuwah. Setiap mahkluk membutuhkan petunjuk, baik
petunjuk dari Tuhan maupun dari manusia. Rasul merupakan petunjuk
hakiki utusan Tuhan yang diutus untuk memberikan acuan dalam
membedakan antara baik dan buruk di alam semesta. Tuhan telah
mengutus 124.000 rasul untuk memberikan petunjuk kepada manusia. 3.
Maad. Maad adalah hari akhir untuk menghadapi Tuhan di akhirat.
Mati adalah kehidupan transit dari kehidupan dunia menuju kehidupan
akhirat. 4. Imamah. Imamah adalah institusi yang diinagurasikan
Tuhan untuk memberikan petunjuk manusia yang dipilih dari keturunan
Ibrahim dan didelegasikan kepada keturunan Muhammad Saw. 5. Adl.
Tuhan menciptakan kebaikan di Alam semesta ini merupakan keadilan.
Tuhan memberikan akal kepada manusia untuk mengetahui perkara yang
salah melalui perasaan. Manusia dapat menggunakan indranya untuk
melakukan perbuatan, baik perbuatan baik maupun perbuatan buruk.
Jadi, manusia dapat memanfaatkan potensi berkehendak sebagai
anugrah Tuhan untuk mewujudkan dan bertanggung jawab atas
perbuatannya. 14.KHAWARIJ Kata khawarij secara etimologi berasal
dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang berarti keluar, muncul, timbul
atau memberontak. Syahrastani mengartikan khawarij sebagai kelompok
masyarakat yang memberontak dan tidak mengakui terhadap imam yang
sah dan sudah disepakati oleh kaum muslimin, baik pada masa
sahabat, pada masa tabiin maupun pada masa sesudahnya. Kaum kaum
yang berlebih-lebihan membenci Saidina Ali bin Abi Thalib, bahkan
di antaranya ada yang mengkafirkan Saidina Ali. Firqah ini berfatwa
bahwa orang-orang yang membuat dosa besar menjadi KAFIR.
15.DOKTRINYA: 1. Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Utsman)
adalah sah. Tetapi setelah tahun ketujuh dari masa kekhalifahannya,
Utsman r.a dianggap telah menyeleweng; 2. Pasukan perang jamal yang
telah melawan Ali juga Kafir; 3. Seseorang yang berdosa besar tidak
lagi disebut muslim sehingga harus dibunuh. Yang lebih parah,
mereka menganggap bahwa seorang muslim dapat menjadi kafir apabila
ia tidak mau membunuh muslim lain yang telah dianggap kafir dengan
resiko ia menanggung beban harus dilenyapkan pula; 4. Adanya waad
dan waid (Orang yang baik harus masuk surga, sedangkan yang jahat
harus masuk kedalam neraka); 5. Amar maruf nahi munkar; 6.
Memalingkan ayat-ayat al-Quran yang tampak Mutasabihat (samar); 7.
Quran adalah makhluk; 8. Manusia bebas memutuskan perbuatannya,
bukan dari Tuhan; 16.MUTAZILAH Secara harfiyah kata Mutazilah
berasal dari kata itazala yang berarti berpisah atau memisahkan
diri, yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri. Kaum yang
mengagungkan akal pikiran dan bersifat filosofis, aliran ini
dicetuskan oleh Washil bin Atho (700-750 M) salah seorang murid
Hasan Al Basri. Kaum yang berfaham bahwa Tuhan tidak mempunyai
sifat, bahwa manusia membuat pekerjaannya sendiri, Tuhan tidak bisa
dilihat dengan mata dalam surga, orang yang mengerjakan dosa besar
diletakkan di antara dua tempat, dan miraj Nabi Muhammad SAW hanya
dengan roh saja, 17.DOKTRIN TAUHID 1. Tauhid (pengesaan Tuhan)
merupakan prinsip utama dan intisari ajaran Mutazilah. Tuhanlah
satu-satunya yang Esa, yang unik dan tidak satupun yang
menyamai-Nya. Karena itu, Dia-lah yang qadim. Bila ada yang qadim
lebih dari satu, maka telah terjadi taadud al qudama (tebilangnya
zat yang tak berpemulaan). 2. Mutazilah menolak konsep Tuhan
memiliki sifat-sifat, penggambaran fisik, dan Tuhan dilihat dengan
mata kepala. AL-ADL Perbuatan Manusia Berbuat baik dan terbaik
Mengutus Rasul 18. PERBUATAN MANUSIA Menurut Mutazilah, melakukan
dan menciptakan perbuatannya sendiri, terlepas dari kehendak dan
kekuasaan Tuhan, baik secara langsung maupun tidak. Konsep ini
memiliki konsekuensi logis dengan keadilan Tuhan, yaitu apapun yang
akan diterima manusia di akhirat merupakan balasan perbuatannya di
dunia. BERBUAT BAIK DAN TERBAIK Maksudnya adalah kewajiban Tuhan
untuk berbuat baik, bahkan terbaik untuk manusia. Tuhan tidak
mungkin jahat dan penganiaya, karena hal tersebut tidak layak bagi
Tuhan. Jika Tuhan berlaku jahat terhadap seseorang dan berlaku
jahat kepada orang lain berarti Ia tidak adil. Maka Tuhan pastilah
berbuat yang terbaik bagi manusia. MENGUTUS RASUL Mengutus rasul
bagi manusia merupakan kewajiban bagi Tuhan dengan alasan sebagai
berikut : 1. Tuhan wajib berlaku baik kepada manusia. 2. Al-Quran
secara tegas menyatakan kewajiban Tuhan untuk memberikan belas
kasih kepada manusia (QS 26:29). 3. Tujuan diciptakan manusia
adalah untuk beribadah kepada- Nya. 4. Al-Waad wa al-Waid (janji
dan ancaman Allah) pasti akan dilaksanakan. 5. Al-Manzilah bain
al-Manzilatain (tempat diantara dua tempat) 6. Al-Amru bi al-Maruf
wa an-Nahy an Munkar. 19.MURJIAH Nama Murjiah berasal dari kata
irja atau arjaa yang bermakna penundaan, penangguhan, dan
pengharapan. Memberi harapan dalam artian memberi harapan kepada
para pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan Allah Swt.
Selain itu, irjaa juga bisa memiliki arti meletakkan di belakang
atau mengemudikan, yaitu orang yang mengemudikan amal dan iman.
Oleh karena itu, Murjiah berarti orang yang menunda penjelasan
kedudukan seseorang yang bersengketa, yakni Ali dan Muawiyah serta
pasukannya masing-masing, ke hari kiamat kelak. Kaum yang
memfatwakan bahwa membuat maksiat (kedurhakaan) tidak memberi
mudharat jika sudah beriman, sebaliknya membuat kebaikan dan
kebajikan tidak bermanfaat jika kafir. Teori lain mengatakan bahwa
ketika terjadi perseteruan Ali dan Muawiyah, dilakukan Tahkim atas
usulan Amr bin Ash, pengikut Muawiyah. Kelompok Ali terpecah
menjadi dua kubu, yang pro dan yang kontra. Kelompok kontra
akhirnya keluar dari Ali, yaitu kelompok Khawarij, yang memandang
bahwa keputusan takhim bertentangan dengan al-Quran. Oleh karena
itu, pelakunya melakukan dosa besar dan pelakunya dapat dihukumi
kafir. Pendapat ini ditolak oleh sebagian sahabat yang kemudian
disebut Murjiah, yang mengatakan bahwa pembuat dosa besar tetaplah
mukmin, tidak kafir, sementara dosanya diserahkan kepada Allah,
apakah dia akan mengampuninya atau tidak. 20.DOKTRIN 1. 2. 3. 4. 5.
Menurut W. M. Watt dan Abu Ala al Maududi doktrindoktin Murjiah
secara umum sebagai berikut: Penangguhan keputusan terhadap Ali dan
Muawiyah hingga Allah yang memutuskannya di hari kiamat kelak.
Penangguhan Ali untuk menduduki rangking keempat dalam peringkat
al- Khalifah ar-Rasyidun. Pemberian harapan terhadap orang muslim
yang berdosa besar unt uk mendapat ampunan dan rahmat dari Allah
Swt. Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Adapun
amal dan perbuatan tidak merupakan suatu keharusan bagi adanya
iman. Seseorang tetap dianggap mukmin walaupun meninggalkan
perbuatan yang diwajibkan dan melakukan dosa besar. Dasar
keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di
hati,setiap maksiat tidak dapat mendatangkan madarat atas
seseorang.Untuk mendapat ampunan, manusia hanya cukup dengan
menjauhkan diri dari syirik dan mati dalam keadaan akidah tauhid.
21.NAJARIYAH Kaum yang menyatakan perbuatan manusia adalah makhluk,
yaitu dijadikan Tuhan dan tidak percaya pada sifat Allah yang 20.
22.JABARIYAH Kata Jabariyah berasal dari kata Jabara yang
mengandung arti memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu.
AsySyahrastani mengartikan Jabariah sebagai menolak adanya
perbuatan dan menya darkan semua perbuatan kepada Allah Swt. Kaum
yang memfatwakan bahwa manusia majbur, artinya tidak berdaya
apa-apa. Kasab atau usaha tidak ada sama sekali. 23.DOKTRIN 1.
Fatalisme, yakni kepasrahan total yang menganggap manusia tidak
dapat melakukan apaapa, tidak memiliki daya, dan dipaksa berbuat
oleh Allah Swt. 2. Surga dan Neraka tidak kekal, tidak ada yang
kekal selain Allah Swt. 3. Iman adalah marifat atau membenarkan
dalam hati. Dalam hal ini, pendapat ini sama dengan konsep iman
yang di ajarkan Murjiah. 4. Kalam Tuhan adalah Makhluk. 5. Tuhan
tidak dapat dilihat di akhirat. 24.MUSYABBIHAH Kaum yang
memfatwakan bahwa ada keserupaan Tuhan dengan manusia, misal
bertangan, berkaki, duduk di kursi, naik dan turun tangga dll.
BERPECAHNYA UMAT MENJADI TUJUH PULUH TIGA FIRQAH
Oleh: Ayatullah Ja'far Subhani
Diriwayatkan dalam kitab Shahih dan Musnad, juga oleh penulis
yang tulisannya berkaitan dengan masalah Al Milal wan Nihal, dari
Nabi Mulia saw bersabda:"sesungguhnya umatku (kelak) akan berpecah
menjadi tujuh puluh tiga golongan (firqah)." Hadis ini amat popular
di kalangan para teolog, penyair dan pujangga (udaba'). Akan
tetapi, kini mesti dilakukan penyelidikan hadis tersebut lebih
lanjut secara teliti dan cermat:
1. Hadis tersebut, yang dinukil dengan sanad yang sahih, apakah
dapat dijadikan hujah ataukah tidak?
2. Nas manakah yang disabdakan Nabi saw, sementara nas-nas hadis
tersebut berlainan redaksinya.
3. dari sekian banyak firqah, yang manakah yang dimaksud sebagai
firqah yang selamat? Sedangkan Nabi saw telah memberitakan hanya
satu firqah saja yang selamat, sebagaimana yang akan dijelaskan
nanti.
4. kemudian firqah-firqah apa saja yang jumlahnya tujuh puluh
dua itu, sebagaimana telah diberitakan oleh Nabi saw tentang
kemunculannya setelah beliau wafat? Dan apakah firqah-firqah atau
kelompok Islam yang ada hingga kini sudah mencapai jumlah tersebut.
Untuk lebih jelasnya, mari kita membahas keempat persoalan
diatas:
a. Sanad Hadis
Hadis tersebut, yang dirawikan dalam kitab Shahih dan Musnad,
telah disebutkan dengan pelbagai sanad yang berlainan. Dalam buku
berjudul Takhrij Ahadits al Kasysyaf, Hafizh 'Abdullah ibn Yusuf
ibn Muhammad Al Zaelaqi Al Mishri (wafat tahun 762 H.) telah
berupaya menghimpun dan menulis berbagai sanad serta matan hadits
tersebut. Lalu dia mengamati dan menganalisis hadis tersebut, baik
dari segi sanad maupun matannya, yang hal ini belum pernah
dilakukan oleh ulama sebelumnya.
Meskipun masalah pengumpulan (kodifikasi) sanad-sanad hadis
berada diluar cakupan pembahasan ini, namun untuk itu amat perlu
kami uraikan secara umum.Sebagian ulama tidak meyakini kesahihan
hadits tersebut, seperti Ibn Hazm. Dalam bukunya yang berjudul Al
Fashl fil Ahwa' wal Milal, Ibn Hazm mengatakan:"mereka yang telah
mengutip hadis Rasulullah saw seperti: "bahwasanya kaum Qadariyah
dan Murji'ah termasuk kelompok umat Majusi.'Dalam hadis yang
lain:"Umat ini akan berpecah menjadi tujuh puluhan firqah,
kesemuanya masuk neraka kecuali satu firqah yang masuk
surga.'Selanjutnya - kata Ibn Hazm - kedua hadis tersebut, jika
ditinjau dari segi isnadnya tidak sahih sama sekali. Maka hadis
semacam itu tidak dapat dijadikan hujah bagi yang menyatakan bahwa
hadis itu disampaikan secara "khabar wahid"(yaitu suatu berita atau
hadis yang sampai kepada kita, nilainya tidak mencapai pada batas
mutawatir. Khabar wahid tidak dapat dijadikan hujah, hanya sampai
pada tingkat Zhan (sangkaan) saja. Di sini timbul selisih pendapat
antara ulama dalam menentukan hujah bagi Khabar Wahid. Yang
mengemukakan dalil syar'I, sehingga Zhan (sangkaan) tersebut
dinyatakan sebagai Khabar Wahid yang dapat dijadikan hujah.
Disamping ada yang tidak menerima dalil syar'I sebagai hujah bagi
Zhan (sangkaan) tersebut, sehingga menafikan kehujahan Khabar
Wahid. (Syaikh Al Baha'I, Al Wajizah, hal 4-6, wafat 1030 H)),
apalagi yang tidak meyakini seperti itu."( Al Fashl fil Ahwa' wal
Milal, juz 1, hal 248). Sebagian lain meyakini kesahihan hadis
diatas, dengan alasan karena panjangnya sanad. Dalam buku berjudul
Al Farqu Bainal Firaq, karya Muhaqqiq Muhyiddin
menuliskan:"Ketahuilah, bahwa ulama telah berbeda pendapat dalam
menentukan kesahihan hadis tersebut. Sebagian berpendapat bahwa
hadis itu sama sekali tidak sahih, karena ditinjau dari segi
silsilah periwayatannya, dan dari sanad-sanad yang meriwayatkan
hadis tersebut dianggap lemah (dha'if). Dan hadis seperti ini tidak
boleh dijadikan hujah. Sebagian berpendapat sahih dengan melihat
sejumlah silsilah periwayatan hadis yang cukup memadai serta
banyaknya sahabat yang telah meriwayatkan hadis itu dari Rasulullah
saw."(Al Farqu Bainal Firaq, komentar, hal 7-8).
Al Hakim An Naisyaburi juga merawikan hadis itu dengan sanad
sahih yang diabsahkan oleh Syaikhain (Abu Bakar dan Umar). Hadis
ini mengatakan:"Telah memberitakan kepada kami Ahmad ibn Muhammad
ibn Salamah Al 'Anzi. Telah menceritakan kepada kami Utsman ibn
Sa'id Al Darimi, Amru ibn 'Aun dan Wahab ibn Baqiyyah Al
Washithiyyin. Telah menceritakan kepada kami Khalid ibn Abdullah,
dari Muhammad ibn 'Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah bahwa
Rasul saw bersabda:"Umat Yahudi (akan) berpecah menjadi tujuh puluh
satu, atau tujuh puluh dua firqah. Dan umat Nasrani berpecah
menjadi tujuh puluh satu, atau tujuh puluh dua firqah. Sedangkan
Umat-ku (akan) berpecah menjadi tujuh puluh tiga firqah." Hadis ini
sahih sesuai dengan kriteria Muslim, namun keduanya (Bukhari dan
Muslim) tidak meriwayatkannya." (Al Mustadrak 'Ala al Shahihain,
juz 1, hal 128. juga diriwayatkan dengan sanad lain, yang
serangkaian sanadnya dijumpai Muhammad ibn 'Amr yang tidak boleh
berhujah dengannya seorang. Dan dalam sanad yang lain dijumpai nama
yang dilemahkan. Namun al Hakim menjadikan keduanya sebagai saksi
sah dalam sanadnya).Adz Dzahabi menafikan (kesahihan) hadits itu.
Karena pada sederetan sanadnya dijumpai nama Muhammad ibn 'Amru
yang tidak boleh dijadikan hujah, tapi hendaknya dirangkaikan
dengan perawi selainnya (yang benar-benar dipercaya, sehingga
terangkat karenanya). (At Tabshir fid Din, mukaddimah, hal 9).
Jadi, jika keadaan sanad yang diupayakan oleh al Hakim
dikategorikan sebagai sanad sahih, lalu bagaimana keadaan seluruh
deretan sanad yang lain. Padahal ia telah merawikannya dengan
serangkaian sanad yang berlainan. Ia mengatakan:"Hadis ini telah
dirawikan dari Abdullah ibn 'Amr ibn Al 'Ash, dan dari Amr ibn Auf
Al Muzani dengan dua sanad yang terpisah, salah satunya Abdurrahman
ibn Ziyad Al Afriqi dan yang lainnya adalah Katsir ibn Abdullah Al
Muzani, yang tidak boleh berhujah dengan keduanya.( Al Mustadrak
'Ala al Shahihain, juz 1, hal 128. kitab Al 'Ilm). Demikianlah
keadaan hadits yang telah dikutip oleh Al Hakim dalam
Mustadrak-nya.
Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan
Turmuzi dalam Sunan-nya serta Ibnu Majah dalam Shahih-nya, Asy
Syaikh Muhammad Zahid Al Kautsari, dalam bukunya, menulis:"adapun
hadis yang dirawikan dalam Shahih Ibn Majah, Sunan Al Baihaqi dan
selainnya, pada sebagian sanadnya dijumpai nama Abdurrahman ibn
Ziyad ibn An'am. Pada sebagian yang lain ditemukan nama-nama
seperti Katsir ibn Abdullah, Ibad ibn Yusuf, Rasyid ibn Sa'ad dan
Al Walid ibn Muslim. Pada sebagian yang lain ditemui nama
orang-orang yang tidak dikenal (majahil), sebagaimana dijelaskan
dalam buku-buku kumpulan hadits. Dalam kitab Takhrij Ahadits Al
Kasysyaf, Al Hafizh Az Zaelaqi menguraikan ihwal jalannya sanad
hadis tersebut secara detail."(At Tabshir fid Din, mukaddimah, hal
9).
Demikianlah apa yang dikatakan oleh sebagian (orang) mengenai
keadaan sanad hadis. Dan yang membuat lemahnya sanad adalah karena
banyaknya pengutipan dan periwayatannya, yang sederetan sanadnya
berlainan. Sementara ulama Syi'ah, Syeikh Shaduqi, dalam kitab
Khishal-nya (beliau adalah Muhammad bin Ali Al Husain bin Bawaih al
Qummi, dikenal dengan panggilan Syeikh Shaduqi (wafat 381 H). karya
tulisnya yang lain adalah "Man Laa Yahdhuruhul faqih", termasuk
salah satu kumpulan kitab-kitab empat. Karya tulisnya mencapai
kurang lebih 300 buku). Menyebutkan bahwa hadis dibawah judul Bab
tujuh puluh keatas. (Al Khishal, juz 2, hal 584, bab as Sab'in wa
ma fawq, hadis 10 dan 11). Begitu pula al 'Allamah Majlisi dalam
Bihar-nya (beliau adalah syaikh Muhammad Baqir bin Muhammad Taqi
bin Maqshud Ali Al Majlisi (1037-1110 H), salah seorang ulama besar
Syi'ah Imamiyah Itsna 'Asyariyah. Karya tulisnya yang lain, Biharul
Anwar 110 jilid, meliputi sejarah Islam, hadis, sirah, dan
selainnya. Dan karya beliau yang mencapai 50 lebih itu, baik
ditulis dengan bahasa arab maupun Persia.). boleh jadi, upaya
pengutipan sejumlah itu membenarkan kita untuk berargumentasi
dengan hadis.
b. Ikhtilaf Dalam Nas-nas Hadis
Pada pembahasan sebelum ini telah kami singgung pertentangan
beberapa nas hadis. Sebab, paling tidak, keganjilan itu adalah
akibat akibat kemusykilan sanadnya. Ikhtilaf persoalan ini membawa
kerumitan ke pelbagai segi yang beraneka ragam, yang tidak mungkin
dapat berpegang pada salah satunya. Berikut ini indikasi
perselisihan-perselisihan tersebut.
1.Ikhtilaf Dalam Bilangan Firqah
Al Hakim meriwayatkan bahwa sejumlah firqah Yahudi dan Nasrani
adalah tujuh puluh satu dan tujuh puluh dua. Sementara Abdul Qahir
al Baghdadi meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Abu
Hurairah:"Umat Yahudi berpecah menjadi 71 firqah, sedangkan umat
Nasrani berpecah menjadi 72 firqah."Dan dalam waktu yang sama Al
Baghdadi merawikan dengan sanad yang lain, "bahwa bani Israil
berpecah menjadi 72 millah." Kemudian, lanjut Al Baghdadi:"sungguh
akan datang suatu (malapetaka yang menimpa) atas umatku sebagaimana
keadaan itu menimpa atas umat bani Israil. Yakni bani Israil akan
berpecah menjadi 72 millah (sekte), sedangkan umatku (kelak) akan
berpecah menjadi 73 millah." Sementara ada riwayat, dengan sanad
yang berbeda pula yang mengatakan bahwa bani Israil berpecah
menjadi 71 firqah. (Al Farqu Bainal Firaq, hal 5). Jika melihat
kedua kutipan yang terakhir, maka yang dimaksudkan bani Israil
adalah lebih umum dari sekadar umat Yahudi dan Nasrani. Dengan
demikian, jumlah bilangan firqah 72 adalah benar. Memang, pada
kutipan terakhir dapat ditafsirkan sebagai khusus bagi umat Yahudi
dan Bani Israil.
2.Ikhtilaf Dalam Bilangan Firqah Najiyah (selamat) dan Halikah
(binasa)
Banyak riwayat yang menerangkan bahwa firqah yang selamat adalah
satu, sedangkan selainnya binasa. Al Baghdadi merawikan hadis yang
sanadnya sampai pada Rasul saw:"kesemuanya masuk neraka, kecuali
satu golongan saja."(Al Farqu Bainal Firaq, hal 76). Hadits seperti
ini juga diriwayatkan oleh Turmuzi dan Ibnu Majah. (At Turmudzi,
juz 25, kitab al Iman, hal 26, hadits 2641; Ibnu Majah, juz 2, hal
479, bab Iftiraqul ummah).Sementara itu, dalam kitab berjudul Ahsan
Al Taqasim fi Ma'rifat Al Aqalim, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin
Abu Bakar al Bisyari (wafat tahun 380 H) meriwayatkannya dengan
bentuk hadis yang kontradiktif. Ia menyebutkan, bahwa hadis 72 di
surga dan satu firqah di neraka adalah merupakan sanad-sanad yang
sahih. Dan hadis 72 di neraka dan satu firqah Najiyah adalah hadis
paling popular.(Edisi Leiden, 1324 H/1906 M).
3.Ikhtilaf Dalam Penentuan Firqah Najiyah
Berbagai penukilan hadis firqah "Najiyah" berpijak pada ucapan
yang megatakan bahwa semua firqah di Neraka, kecuali satu firqah
(Najiyah). Diriwayatkan pula oleh Al Hakim (Al Mustadrak 'Alash
Shahihain, juz 1, hal 128), Abdul Qahir al Baghdadi (Al Farqu
Bainal Firaq, hal 7), Abu Dawud (Sunan Abu Dawud, juz 4, hal 198,
kitab As Sunnah) dan Ibnu Majah (Sunan Ibnu Majah, juz 2, hal 479,
bab Iftiraqul Umam) bahwa Rasulullah saw bersabda:"kecuali hanya
satu, yaitu "Al Jama'ah." Atau, "Al Islam wa Jama'atuhum." At
Turmudzi (Sunan At Turmudzi, juz 5, hal 26, kitab Al Iman, hadis
2641) dan Syahrastani (al Milal wa Al Nihal, hal 13) meriwayatkan
bahwa Nabi saw memberitakan firqah "Najiyah": "ajaran-ajaran yang
ada padaku dan para sahabatku)." Al Hakim meriwayatkan juga bahwa
Rasulullah saw telah memberitakan batasan tentang banyaknya firqah
yang binasa, katanya:"Umatku akan berpecah menjadi tujuh puluhan
firqah, yang paling besar adalah satu firqah yaitu, kaum yang
melihat segala persoalan dengan ra'yunya, mengharamkan yang halal
dan menghalalkan yang haram." Kemudian - lanjut al Hakim, hadis ini
sahih, sesuai dengan kriteria "Syaikhain" (Bukhari dan Muslim).
Namun keduanya tidak meriwayatkannya.(Al Mustadrak 'Alash
Shahihain, juz 4, hal 430).
Kemudian, penulis buku Rawdhah al Jannah merawikan dari kitab Al
Jam' Bainat Tafsir, bahwa Nabi saw telah mendefinisikan firqah
'Najiyah' dengan ucapannya: "Mereka adalah aku dan
Syi'ahku."(Rawdhatul Jannah, hal 548, edisi lama).Hal-hal diatas
menggambarkan dengan jelas berlarutnya perselisihan dalam
menentukan batasan-batasan dan cirri-ciri firqah 'Najiyah'. Untuk
mengetahui persoalan itu secara benar dan jelas, sebaiknya anda
menyimak uraian berikut ini.
c. Siapakah Firqah Najiyah Itu?
Kini saatnya kita menginjak pada persoalan ketiga, yang meminta
perhatian pembaca yang budiman dengan seksama, sehingga pembaca
dapat mengikuti pembahasan tentang firqah 'Najiyah'.
Asy-Syaikh Muhammad Abduh menulis:"Masalah firqah Najiyah yang
dikatakan dalam hadis yaitu, "yang ada dalam ajaran Nabi dan
Sahabatnya), yang hingga kini pengertian hadis ini masih kabur dan
tidak jelas. Karena setiap kelompok yang taat dan patuh kepada
risalah Nabi, sudah barang tentu, akan menonjolkan dirinya sebagai
apa yang dimaksudkan oleh hadis itu. Selanjutnya - kata Syaikh
Abduh:"Namun, yang membuat hati saya lega, karena adanya hadis yang
menyebutkan firqah yang binasa (halak) adalah hanya satu
firqah."(Al Manar, juz 8, hal 221-222).
Berdasarkan hal diatas, maka ada dua cirri penting firqah
Najiyah:
Ciri pertama, adanya kata 'Al Jama'ah' yang terkadang
dilambangkan sebagai firqah 'Najiyah', dan pada pengertian lain
dilambangkan sebagai firqah 'Halak' (binasa). Dengan demikian,
tidak boleh bersandar pada hal tersebut, karena:
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Auf bin Malik bahwa Rasul saw
bersabda:"Kaum Yahudi berpecahdemi Zat yang diriku ada
ditangan-Nya. Sungguh, umatku akan berpecah menjadi 73 firqah, satu
firqah di Surga dan 72 di Neraka." Siapakah mereka itu ya
Rasulullah? Tanya sahabat." 'Al Jama'ah', jawab beliau.(Sunan Ibnu
Majah, juz 2, hal 479, bab Iftiraqul Umam). Sementara pada riwayat
lain Nabi saw berkata:"Millah ini (yakni umat Islam - penerj.) akan
berpecah menjadi 73. 72 di Neraka sedang satu 'Millah' di Surga,
yaitu 'Al Jama'ah' "(Sunan Abu Dawud, juz 4, hal 198, kitab As
Sunnah; Al Mustadrak 'Alash Shahihain, juz 1, hal 128). Dan setelah
mengamati kedua hadis ini. Maka, pada hadis pertama, tampak adanya
'kata ganti plural', dan 'kata ganti singular' pada hadis kedua.
Jadi, hal itu menguatkan kembalinya kata ganti tersebut pada hadis
pertama, yakni ditujukan kepada 72, sedangkan kembalinya kata ganti
singular ditujukan kepada 'Lafaz Wahidah' (lafaz tunggal). Atas
dasar itulah, lafaz 'Al Jama'ah' adakalanya dilambangkan sebagai
kebinasaan (halak), dan ada kalanya pula dilambangkan sebagai
keselamatan (najat). Padahal sebagian besar nas hadis tidak
menyebut-nyebut lafal itu. Dan tidak benar jika dikatakan bahwa si
perawi tidak mengutipnya, atau melupakannya. Karena, upaya
menyebutkan ciri-ciri firqah Najiyah atau firqah selain itu (yakni
halak) merupakan perkara esensial dalam pembahasan ini.
Ada juga hadis yang menyebut kata 'Al Islam', yang dikaitkan
dengan kata 'Al Jama'ah', padahal kata 'Al Islam' tidak perlu
diberi tambahan kata 'Al Jama'ah'. Sebab, telah jelas dan gambling
bahwa Islam adalah Haqq (benar). Namun, yang amat penting adalah
mengenali mana Muslim dan mana non-Muslim.
Ciri yang kedua, riwayat hadis dengan pengertian, "ma ana
'alaihil yaum wa ash habi" atau ma ana 'alaihi wa ash habi". Dalam
pada itu lambing 'Najat' (keselamatan) jelas sekali. Pertama, pada
sebagian nas riwayat dijumpai adanya tambahan semacam itu. Dan
tidak benar jika dikatakan bahwa si perawi tidak menukilnya karena
berasumsi hal itu tidak penting. Kedua, satu-satu tolok ukur
kebinasaan dan keselamatan adalah pribadi Nabi saw. Adapun mengenai
para sahabatnya, tidak boleh menjadikan mereka tolok ukur pemberi
hidayah (petunjuk) dan keselamatan. Jadi, jika mereka ternyata
membangkan atau menyalahi beliau saw sedikit atau pun banyak, maka
tidak mungkin menjadikan mereka sebagai suri tauladan pembawa
keselamatan. Atas dasar itu, maka sangat mengherankan jika lafal
'wa ash habi' dirangkaikan dengan lafal Nabi saw. Yang ketiga,
sahabat beliau seluruhnya, atau mayoritas sahabat. Jadi untuk
pengertian yang pertama, diasumsikan tidak ada perselisihan sahabat
dalam kecenderungan dan sikap politik dan keagamaan mereka setelah
wafat Rasul saw. Padahal yang terjadi sebaliknya. Terjadi
perselisihan di saqifah (bani Sa'adah) dan peristiwa-peristiwa
setelahnya. Dan pengertian kedua, ada hal yang tidak diperhatikan
oleh Ahlusunnah, bahwa mayoritas sahabat telah menyalahi perlakuan
khalifah ketiga (Utsman bin Affan), yang menjadi korban pembunuhan
yang dilakukan oleh orang-orang Mesir dan Kufah yang disaksikan
oleh sebagian sahabat.Dan tentunya menyalahi kenyataan jika 'Ash
Habi' ditafsirkan sebagai mayoritas. Menurut dugaan, tambahan itu
adalah dari si perawi hadis demi menguatkan kedudukan sahabat dan
menjadikan mereka tumpuan satu-satunya yang berperan sebagai
penyuluh hidayah setelah beliau saw wafat. Dan saya kira bahwa
Rasul al Hidayah ialah yang dapat memberikan definisi firqah
'Najiyah' dengan ciri-ciri yang jelas dan gambling. Karena setiap
firqah (kelompok) akan menganggap dirinya termasuk: 'Ma 'alaihim
Nabiy' atau juga: 'Ma 'alaihi ash Habuhu'.
Setiap orang (lelaki) menganggap dirinyaPernah berhubungan
(cinta) dengan si LailaNamun demikian, si LailaMenolak klaim
mereka
Akhirnya, kami kutipkan sebuah hadis dari Al Hakim bahwa Nabi
saw bersabda:"Firqah yang terbesar adalah kaum yang menyelesaikan
perkara dengan ra'yunya." Tambahan itu disisipkan ke dalam hadis
oleh sebagian Muslim Ahlusunnah untuk mengecam 'Ash Habul Qiyas'.
Padahal qiyas, menurut pengertian Pakar ilmu Ushul adalah
permasalahan yang belum dikenal oleh para sahabat. Bahkan pada
periode timbulnya hadis 'Iftiraq', sabda Nabi saw yang memberi
batasan tentang firqah binasa tidak dikenal.
Hadis-hadis Tentang Masa Depan Sahabat
Amat banyak hadis Nabi saw yang menerangkan kondisi masa dengan
para sahabat, sehingga membuat kami berpaling tidak berpegang pada
ajaran dan ideology mereka, dan tidak menerima ke-shahihan pada
penghujung sebagian dari riwayat yang lalu, seperti kalimat: 'Ma
ana 'alaihi wa ash habi'. Karena Nabi saw telah memberitakan ihwal
mereka setelah sepeninggal beliau, seperti mengada-adakan perkara
yang mungkar serta bid'ah yang diharamkan, sehingga mereka pun
banyak berpaling menjadi murtad. Akibat perlakuan demikian itu,
mereka dijauhkan dari 'Al Haudh' (sebuah telaga Nabi saw dan
Ahlubait-nya di hari Akhirat nanti) dan mereka pun saling menjauh
darinya. Hadis-hadis seperti ini diriwayatkan oleh Syaikhain
(Bukhari dan Muslim) dan selainnya. Ibnu Atsir juga menghimpunnya
dalam kitab 'Jami'ul Ushul' pada bab IV ketika membahas 'Al Haudh',
Ash Shirath dan Al Mizan. Berikut ini sebagian kutipan hadis
itu:
1. Asy Syaikhain meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud bahwa Rasulullah
saw bersabda:"Aku akan menjadi pendahulumu (meninggalkan dunia ini)
di telaga Al Haudh. Sungguh benar-benar akan dihadirkan kepadaku
orang-orang diantara kalian, hingga ketika kuulurkan (tanganku)
untuk menggapai mereka, mereka malah menjauh ketakutan dariku. Aku
pun berkata: Ya Rabb, (apakah mereka itu) sahabatku? Allah Swt
menjawab: sesungguhnya engkau tidak mengetahui perlakuan yang
mereka perbuat sepeninggalmu."
2. Diriwayatkan oleh Syaikhain bahwa Rasul saw bersabda:"akan
datang mengunjungiku pada hari kiamat kelak kelompok sahabatku,
atau (menurut riwayat lain, dari umatku). Tapi mereka dijauhkan
dari Al Haudh. Lalu kutanyakan: Ya Rabb, (apakah mereka itu)
sahabatku? Dia berkata: sesungguhnya engkau tidak mengetahui
perlakuan yang mereka perbuat sepeninggal engkau. Pada dasarnya
mereka berpaling ke belakang (murtad dari agama - penerj.)"
Dan masih banyak lagi hadis Nabi saw tentang masalah itu,
sehingga kita tidak boleh tergesa-gesa mengambil kesimpulan bahwa
seluruh sahabat baik dan adil, semata hanya karena ber-shuhbah
(bersahabat) dengan beliau saw. Dan cukup kiranya mengetahui secara
umum melalui fakta kefasikan, kemurtadan serta bid'ah mereka. Dan
pengetahuan umum mengenai keadaan mereka ini membuat kami tak dapat
membenarkan setiap sahabat itu adil, bahwa mayoritas sahabat jika
bersepakat atas sesuatu persoalan dijadikan sebagai dalil atau
bukti kebenaran dan keabsahannya.
Namun hal itu tidak berarti bahwa seluruh sahabat berperangai
dan berperilaku sedemikian itu. Banyak diantara sahabat Nabi saw
yang Tsiqah (terpercaya) keadilannya serta takwa. Adapun
kredibilitas (keadilan) sahabat, akan diuraikan nanti dalam bab
analisis akidah Ahlul Hadis.
Firqah-firqah Najiyah Di Bawah Sorotan Nas-nas Lain
Seandainya Syaikh Al Azhar (yakni Muhammad Abduh) merujuk kepada
nas-nas Nabi saw yang lain, niscaya dia akan memperoleh gambaran
adanya firqah Najiyah sejelas-jelasnya. Karena nas-nas Nabi saw
satu dengan yang lain saling mengikat, sebagiannya menerangkan
sebagian yang lain. Dan berikut ini beberapa kutipan hadis Nabi saw
yang memiliki kaitan erat dan menjelaskan hadis yang lalu.
1. Hadis Ats Tsaqalain
Rasulullah saw bersabda:"Hai manusia, aku tinggalkan sesuatu
yang akan menghindarkan kamu dari kesesatan, selagi kamu berpegang
teguh padanya: Kitab Allah Swt (Al Qur'an) dan 'Itrahku,
Ahlulbait-ku."(diriwayatkan oleh Turmudzi dan Nasai dalam kedua
Shahih-nya; lihat Kanzul 'Ummal, juz 1, hal 44, bab Al I'tisham bil
Kitab was Sunnah).
Imam (Ahmad) Hambali meriwayatkan dari Nabi saw bahwa Nabi saw
bersabda:"Kutinggalkan kepadamu dua penggantiku: Kitabullah, tali
penghubung yang membentang antara langit dan bumi, dan Itrah-ku,
Ahlubait-ku. Keduanya tak akan berpisah sehingga berjumpa denganku
di telaga Al Haudh." (Musnad al Imam Ahmad Hambali, juz 5, hal
182-189).
Al Hakim, dalam Mustadrak-nya, juga meriwayatkan dari Nabi saw
yang berkata:"aku merasa segera akan dipanggil (oleh Allah) dan aku
akan menunaikan panggilan itu. Kutinggalkan padamu Ats Tsaqalain,
yaitu Kitabullah, serta Itrah-ku (kerabatku). Kitabullah, tali
penghubung antara langit dan bumi. Dan Itrah-ku, Ahlulbait-ku. Dan
sesungguhnya Allah Yang Maha Mengetahui telah berfirman kepada-ku
bahwa keduanya tak akan berpisah, sehingga berjumpa kembali
dengan-ku di Al Haudh. Oleh karena itu, jagalah baik-baik, kedua
peninggalanku itu."(Mustadrak Al Hakim, juz 3, hal 148. dikatakan
bahwa sanadnya adalah sahih, sesuai dengan kriteria Bukhari dan
Muslim, namun keduanya tidak meriwayatkannya).
Meskipun nas-nas di atas satu sama lain berbeda redaksi dari
rawinya, namun hal itu tidak berpengaruh sama sekali. Karena Nabi
saw telah berulang kali menyampaikan pesan-pesannya itu dibeberapa
tempat yang berlainan. Diantaranya disebutkan bahwa hadis itu
diucapkan Rasulullah saw di Arafah pada waktu melakukan ibadah haji
perpisahan (wada'). Kemudian beliau mengucapkan lagi ketika sakit
menjelang wafat, dihadapan para sahabat yang memenuhi ruangan kamar
beliau. Lalu pernah juga beliau mengucapkannya di Ghadir Khum.
Adapula riwayat menyebutkan ucapan beliau itu disaat Nabi saw
pulang dari Thaif ketika beliau berpidato di hadapan para sahabat.
Nah, demikian itu Rasulullah saw sengaja mengulang-ulang pesannya
itu di pelbagai tempat dan situasi yang tak lain untuk menunjukkan
betapa besar perhatian beliau terhadap Al Kitab Al 'Aziz dan Itrah
Thahirah.(lihat Al Muraja'at, dialog no. 8. dikutip pada tempat
yang berlainan).
Mengamati hadis-hadis tersebut, yang telah mencapai tingkat
mutawatir yang tidak akan ada tandingannya, kecuali hadis Al Ghadir
yang menuntun manusia kepada hukum, dan bagi yang tidak berpegang
pada kedua-duanya akan tersesat. Jadi, mereka yang berpegang pada
keduanya adalah firqah Najiyah. Sementara yang menyeleweng dan
menyimpang dari keduanya, atau mendahului keduanya, maka mereka itu
dianggap sebagai firqah yang binasa (halak). Ath Thabari telah
menukil ucapan Rasulullah saw pada penghujung hadis:"maka janganlah
kamu mendahului keduanya, nanti kamu binasa. Janganlah pula kamu
ketinggalan dari mereka, nanti kamu celaka. Dan janganlah mengajari
mereka, sebab mereka itu lebih mengerti dari kamu."(Ash Shawaiq Al
Muhriqah, hal 135, bab wasiat Nabi saw kepada mereka).
2. Hadis As Safinah
Hadis ini, sebagaimana halnya hadis yang lalu, merupakan bukti
tambahan untuk menghilangkan keraguan hadis iftiraq di atas. Al
Hakim merawikan dengan sanad yang sampai kepada Abu Dzar Al
Ghifari. Abu Dzar ra. seraya memegangi pintu Ka'bah berkata:"Barang
siapa mengenal aku, maka akulah Abu Dzar Al Ghifari. Aku pernah
mendengar bahwa Rasulullah saw bersabda:"sesungguhnya kedudukan
Ahlulbait as diantara kamu, laksana bather Nuh as pada kaumnya,
barang siapa yang ikut berlayar bersamanya, dia akan selamat. Dan
siapa saja yang tidak ikut serta bersamanya, dia akan tenggelam."
(Al Mustadrak 'Alash Shahihain, juz 3, hal 151).
Maksud serta pengertian disamakannya mereka (Ahlulbait as)
dengan bahtera Nuh as ialah, siapa pun yang berlindung pada mereka
dalam urusan agama dan Ushul serta Furu' (syari'at yang sesuai
dengan petunjuk para Imam dari kalangan Ahlulbait as - penerj.),
maka ia akan selamat dari azab api neraka. Sebaliknya, siapa pun
yang tidak mau bersama mereka, akan sama halnya seperti mereka
yang, pada saat mengamuknya taufan (air bah) di zaman Nabi Nuh as,
berupaya mencari perlindungan di puncak gunung agar terhindar dari
azab Allah Swt. Jadi, tak pelak lagi bahwa yang ini tenggelam di
air, sedang yang itu di Neraka.(lihat Al Qur'an surah Hud ayat
25).
Berkata Ibnu Hajar:"menamsilkan mereka dengan bahtera Nuh as
(safinah Nuh) berarti siapa pun mencintai dan menghormati mereka
sebagai manifestasi rasa terima kasih serta syukur kepada Allah Swt
yang telah melimpahkan karunianya dan mengikuti petunjuk para ulama
dari kalangan mereka, maka akan selamat dari akibat penyimpangan
mereka. Sebaliknya siapa pun yang menyimpang dari ajaran-ajaran
mereka, niscaya ia akan tenggelam di lautan pengingkaran nikmat
Allah Swt, dan dia pun akan binasa dalam arus gelombang
kebatilan."(Ungkapan Ibnu Hajar tersebut dikomentari oleh Sayid
Syarafuddin al Musawi dalam kitab Al Muraja'at dengan komentar yang
indah sekali:"tanyakan padanya mengapa ia sendiri tidak mengakui
petunjuk para Imam Ahlulbait as, baik dalam soal furu'uddin dan
kaidah-kaidahnya, sampai pada," dan mengapa ia tidak ikut bersama
mereka, agar selamat dari bahaya tenggelam di lautan pengingkaran
nikmat Allah, dan terhindar dari kesesatan di lembah
kebatilan?).
3. Hadis: Ahlulbait Pengaman Bagi Umatku
Diriwayatkan oleh Al Hakim dari Ibnu Abbas bahwa Rasul saw
bersabda:
"Bintang-bintang (di langit) adalah petunjuk keselamatan bagi
penghuni bumi dari bahaya tenggelam. Sedangkan Ahlulbait as adalah
penyelamat umatku dari bahaya perselisihan (masalah dalam agama).
Bila salah satu kabilah arab berselisih atau menyeleweng (dari
hukum Allah Swt), niscaya mereka akan bercerai berai dan menjadi
partai Iblis." Kemudian ia mengatakan, hadis ini sahih
sanad-sanadnya, sesuai kriteria Bukhari dan Muslim, namun keduanya
tidak meriwayatkannya.(Al Mustadrak 'Alash Shahihain, juz 3, hal
149).
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa hadis-hadis tersebut diatas
menerangkan hadis iftiraq, sekaligus memberikan definisi atas
firqah Najiyah. Perlu pula kami kutipkan hadis iftiraq lain yang
dinukil oleh ulama ahlusunnah, Imam Hafizh bin Muhammad Ash
Shaghani (wafat tahun 650 H) dalam kitabnya berjudul Asy Syams Al
Munirah. Ia menyebutkan hadis Nabi saw:"Umat saudaraku Isa as
(akan) berpecah menjadi tujuh puluh dua firqah, dan umatku (akan)
berpecah menjadi 73 firqah, kesemuanya celaka kecuali satu
golongan. Ketika mendengar itu, muslimun (sahabat) tidak sanggup
menahan kesedihan dan berteriak menangis. Lalu mereka menghadap
kepada beliau saw dan berkata: Ya Rasulullah, bagaimana kami supaya
dapat sampai ke jalan keselamatan itu sepeninggal engkau, dan
bagaimana pula kami mengenali firqah Najiyah sehingga kami dapat
berpegang kepadanya! Beliau berkata: kutinggalkan padamu, yang
apabila kalian berpegang kepadanya, niscaya kalian tidak akan sesat
selamanya setelah kepergianku: Kitabullah dan Itrahku Ahlulbaitku.
Sesungguhnya Allah Swt yang Maha Mengetahui telah berfirman
kepadaku bahwa keduanya tak akan berpisah, sehingga berjumpa
kembali denganku di Al Haudh."(Asy Syamsul Munirah, naskahnya
tersimpan di perpustakaan ar Radhawi - Masyhad, no. 1706.).
Saya yakin bahwa orang-orang arif lagi bijaksana, yang apabila
mau kembali menelaah dengan seksama kepada nas-nas hadis yang
berkenaan dengan Al Itrah yaitu hadis-hadis yang menganjurkan
(dengan sangat) untuk senantiasa kembali (berpegang) pada mereka
(yakni ajaran-ajaran Ahlulbait as - penerj.), maka paling tidak
akan memahami maksud firqah Najiyah dalam hadis Iftiraq diatas. Dan
ditopang pula oleh ayat Tathhir (Qs. 33:33) yang membuktikan
kema'shuman mereka. Maka, apabila kaum muslim berpegang teguh pada
pimpinan Ahlulbait as yang ma'shum (termasuk ajaran-ajarannya),
niscaya terjaga dan terpelihara dari kekeliruan. Namun sebaliknya,
jika mereka berpegang pada pimpinan yang salah dan keliru (tidak
ma'shum), bahkan akan timbul penyimpangan yang berakibat pada
kebinasaan. Beberapa bait syair dari Asy Syafi'I menerangkan
pengenalannya terhadap firqah Najiyah. Syair itu dikutip oleh Asy
Syafi'I al Hadhrami (Imam Abu Bakar bin Syihabuddin - penerj.)
dalam bukunya berjudul Rasyfatus Shadi.( Rasyfatus Shadi, hal
25).
d. Timbulnya Firqah-firqah Dalam Islam
Kini saatnya kita memasuki pembahasan bagian keempat. Nabi saw
memberitakan bahwa umat Islam akan berpecah mencapai jumlah yang
besar. Tapi problemnya, firqah-firqah terbesar (hingga kini) tidak
mencapai jumlah bilangan seperti yang disebutkan dalam hadis
iftiraq. Tampaknya firqah-firqah terbesar tidak melebihi empat
kelompok:
Pertama:Qadariyah (Mu'tazilah beserta pengikutnya)
Kedua:Shifatiyah (Ahlul Hadis dan Asya'irah)
Ketiga:Khawarij
Keempat:Syi'ah
Demikianlah keempat firqah (kelompok) yang ada. Kendati telah
bercabang-cabang menjadi beberapa sempalan seperti kaum Murji'ah
dan Karamiyah dengan segenap firqahnya. Meski demikian, jumlah
tersebut belum mencapai bilangan seperti yang termaktub dalam hadis
iftiraq. Tapi, Syahrastani tetap bersikeras membenarkan jumlah itu.
Selanjutnya ia menyebutkan:"kemudian setiap firqah bercabang
menjadi beberapa golongan, dan setiap firqah berpecah lagi menjadi
beberapa sempalan, demikian seterusnya hingga mencapai jumlah 73
firqah."(Al Milal wa An Nihal, juz 1, hal 15).
Mengamati pandangan diatas, maka yang dimaksud "min ummati"
(dalam hadis Iftiraq) adalah firqah-firqah Islamiyah yang beriman
kepada risalah Nabi saw dan Kitabullah. Dan jumlah firqah Islamiyah
seperti itu merupakan awal pembahasan, karena yang dimaksudkan
adalah perselisihan berkisar masalah akidah yang tidak keluar dari
hal kebinasaan dan keselamatan.
Adapun ikhtilaf menyangkut pokok-pokok ajaran Islam dan
pengetahuan Islam yang tidak berkaitan dengan persoalan hidayah
(petunjuk) dan kesesatan, bahkan tidak dikategorikan sebagai inti
Akidah Islamiyah. Karena hal itu tidak termasuk dalam kerangka
pembahasan hadis tersebut. Maka, perselisihan pandangan antara
Asy'ariyah dan Mu'tazilah adalah dalam masalah-masalah:"adanya
perantara antara ada (wujud) dan tidak ada ('adam)", "hakikat jism
(materi), alam (al kaun; air, api, tanah, udara), warna dan bagian
yang tak dapat dipisahkan serta "Tafrah" (yaitu kelompok yang
meyakini bahwa suatu benda (pelaku) apabila melewati diatas suatu
tempat ke tempat lain, yang diantara keduanya - menurut hematnya -
ada beberapa tempat (zaman) yang tidak dilaluinya, tidak pula
melewati di hadapannya, dan tidak juga singgah padanya).
Jadi, hasil ijtihad yang berbeda-beda melahirkan beberapa firqah
(golongan) dalam ilmu kalam (teologi), bukan berarti menyebabkan
mereka terjerembab ke dalam neraka, kendati kebenaran (al Haqq)
adalah satu. Dan tidak benar kepercayaan mereka tentang itu
dikategorikan sebagai firqah-firqah yang dinas-kan oleh ucapan Nabi
saw diatas.
Yang jelas firqah-firqah tercela dalam Islam adalah kelompok
yang cenderung mengikuti hawa nafsu yang menyesatkan dan menyimpang
dan menyalahi firqah Najiyah dalam beberapa pokok permasalahan yang
termasuk inti ajaran agama seperti, tauhid dan bagian-bagiannya,
keadilan, qadha dan qadar, Tajsim, Tanzih, jab, ikhtiar, hidayah,
kesesatan, melihat Allah, Imamah, khilafah dan lain-lainnya.
Adapun ikhtilaf dalam persoalan yang tidak ada kaitannya dengan
masalah agama dan akidah Islamiyah, maka bagi yang menyalahi dan
yang sesuai dalam hal tersebut tidak termasuk dalam kategori hadis
Iftiraq. Alhasil, banyak kelompok Islam yang berselisih dalam
masalah aqliyah dan kauniyah yang tidak ada hubungannya dengan
masalah agama (syari'at), atau masalah yang manusia tidak
dipertanyakan tentang pada masa hidup dan sepeninggalnya dan tidak
punya kewajiban meyakininya.
Upaya-upaya Untuk Mengoreksi Jumlah Bilangan
Ada beberapa usaha untuk men-tashhih pengertian hadis iftiraq
diatas:
1. Bilangan (71, 72, 73) adalah ungkapan yang sifat mubalaghah
(hiperbola) bilangan banyak, seperti firman Allah Swt dalam Al
Qur'an surah at Taubah ayat 80 yang artinya:"Kamu memohon ampun
bagi mereka atau tidak, (adalah sama saja). Kendatipun kamu
memohonkan ampun bagi mereka 70 kali, namun Allah sekali-kali tidak
akan memberi ampunan kepada mereka."
Berdasarkan pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa,
upaya itu gagal dan tidak mengena, karena hal itu dapat dibenarkan
jika riwayat hadis dinyatakan dengan bentuk bilangan 70 atau selain
dari bilangan puluhan (10, 30, 40, 80, 90, - penerj.). sebab
ungkapan seperti itu telah popular dan dikenal, tapi yang
terkandung dalam riwayat hadis tidak demikian halnya.
Coba perhatikan hadis iftiraq di atas bahwa Nabi saw menyebutkan
kaum Majusi dengan bilangan 70, kaum Yahudi 71, umat Nasrani 72,
dan umat Islam dengan 73. dan sederetan bilangan sedemikian itu
dapat dipahami dengan mudah, bahwa yang dimaksud adalah
firqah-firqah yang sampai pada batasan tersebut secara hakiki
(rill) bukannya "mubalaghi" (yakni ucapan bersifat berlebihan).
2. pada hakikatnya, prinsip yang diyakini firqah-firqah itu
tidak mencapai bilangan termaktub, bahkan setengah atau
seperempatnya pun tidak, demikian pula masalah cabangnya, sedangkan
para ulama berselisih pendapat dalam hal pencabangannya, sementara
manusia tengah kebingungan mempertimbangkan sikapnya ajaran firqah
mana yang masuk dalam pertimbangannya. Apakah ia hendak mengikuti
pokok-pokoknya atau cabang-cabangnya. Apabila mengambil cabangnya,
lalu sejauh mana kadar pengambilannya. Meskipun begitu, hadis itu
tidak hanya berlaku pada masa silam saja, karena hadis Turmudzi
memberitakan berpecahnya umat Muhammad saw, sedangkan umatnya terus
berlanjut hingga bumi ini dan segala isinya diminta kembali oleh
Sang Pencipta, Allah Swt, sebaik-baik pewaris.
Mestinya untuk setiap periode ia memberitakan firqah-firqah yang
muncul diseputar umat, dari permulaan terjadinya hingga saat si
pembicara memberitakannya, kendati jumlah bilangan itu mencapai apa
yang dimaksudkan dalam hadis itu, atau tidak mencapai jumlah
bilangan itu. Jadi, kemungkinan, bahkan tidak diragukan, kalaupun
hadis itu shahih, maka yang sekarang terjadi pada manusia sesuai
dengan yang diberitakan oleh hadis Nabi saw.(Al Farqu Bainal Firaq,
hal 7).
Meskipun demikian, masih ada usaha ketiga untuk membenarkan
hadis itu dengan menempuh jalan lain. Upaya ini pun sama sekali
tidak dapat dibenarkan, karena Imam Asy'ari yang menyatakan bahwa
Syi'ah Ghulat terpecah menjadi 15 firqah, dan Syi'ah Imamiyah
menjadi 24 firqah, seperti pendapat Asy Syahrastani yang
menyebutkan dan menggolongkan Mu'tazilah sebanyak 12
firqahsedangkan kaum Khawarij terdiri dari beberapa firqah:
Muhakkimah, Azariyah, Najdat, Baihasiyah, 'Ajaridah, Tsa'alibah,
Ibadhiyah dan Shufariyah.
Namun, pada dasarnya seluruh sempalan Syi'ah, Mu'tazilah dan
Khawarij cenderung berpijak dan bekeyakinan pada pokok-pokok yang
khas yang sudah diketahui. Sempalan kaum Khawarij bersepakat pada
pokok yang amat popular, yaitu menyalahkan tindakan dan perilaku
Utsman bin Affan dan Imam Ali as dalam masalah Tahkim dan Takfir
terhadap para pelaku dosa besar yang kekal dalam neraka. Jadi,
tidak dapat dibenarkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap
sempalan dikategorikan sebagai firqah, kendati terdapat
perselisihan dalam sempalan itu tentang masalah yang sifatnya
parsial. Demikian juga, persoalan sempalan lainnya.
Abdurrahman Badhawi, salah seorang penulis kontemporer,
menyatakan bahwa hadis iftiraq bukan termasuk hadis shahih, dengan
mengungkap beberapa alas an berikut ini:
Pertama,disebutkannya bilangan (71-72-73) adalah diada-adakan
(mufta'al) yang tidak dapat dibenarkan . apalagi hadis seperti itu
keluar dari lisan Nabi saw.
Kedua,bukanlah kekuasaan Nabi saw untuk ber-tanabbu'
(memberitahukan sesuatu yang akan terjadi) dengan menentukan jumlah
bilangan firqah yang akan berpecah menjadi beberapa golongan
muslim.
Ketiga,kami pun tidak menemukan teks hadis semacam itu, baik
yang dinukil oleh penulis-penulis abad ke-2 atau pun abad ke-3 H.
dan seandainya hadis itu sahih, niscaya sudah ada sejak masa
terdahulu.
Keempat,setiap firqah berupaya menyisipkan - pada penghujung
najis - dengan riwayat yang sesuai dengannya. Perawi ahlusunnah,
misalnya, mengartikan firqah Najiyah sebagai kelompok ahlusunnah.
Mu'tazilah berasumsi bahwa yang dimaksud firqah Najiyah adalah
kelompok Mu'tazilah dan begitu seterusnya.
Berkata Badhawi:"Sungguh terdapat penyimpangan besar yang
diperbuat oleh penganalisis sejarah firqah dalam menyebutkan
(sekte-sekte tertentu ke dalam trend-trend principle hingga
mencapai) jumlah 73 firqah. Mereka mengabaikan kenyataan bahwa
berpecahnya kaum muslim tidak berakhir pada periode mereka saja,
melainkan - sudah barang tentu - akan bermunculah firqah-firqah
baru secara terus-menerus di masa mendatang.
Jadi, anggapan mereka ini jelas keliru, karena tidak
memperhitungkan dengan cermat akan munculnya firqah-firqah baru
dalam Islam untuk masa kemudian.(Madzahibul Islamiyah, juz 1, hal
34). Tak pelak lagi, alas an-alasan yang dikemukakan diatas
tidaklah dapat dibenarkan, melainkan alas an keempatlah yang dapat
dibenarkan.
Adapun alas an pertama, bukti yang dituangkan senada dengan
pernyataan hadis itu sendiri, namun tidak menjelaskan alasan
ketidaksahihan hadis itu. Dan mengenai alasan kedua, alasan yang
segera terbayang setelah memahami ungkapannya, adalah bahwa Nabi
saw tak berkuasa untuk ber-tanabbu' dengan peristiwa-peristiwa yang
akan terjadi dimasa mendatang, tetapi alasan ini pun batil dan
tidak dapat diterima, karena adanya kesaksian dari kitab-kitab
kumpulan hadis Shahih dan Sunan yang kandungan isinya menjelaskan
bagaimana Nabi saw ber-tanbbu' mengenai pelbagai peristiwa yang
akan terjadi pada umatnya dengan izin Allah Swt.(Mafahimul Qur'an,
juz 3, hal 503-508).
Mengamati ungkapan diatas tampaknya si penulis bermaksud lain,
yaitu Nabi saw tidak sepatutnya mengetengahkan Tanabbu' seperti
itu, karena tidak disukai dan membahayakan umatnya. Tapi, alasan
itu juga tidak dapat diterima lantaran Tanabbu'-tanabbu' lainnya
yang serupa itu sering dituangkan oleh Nabi saw. Nabi saw
bertanabbu' dengan masa depan suram yang ditujukan bagi Dzul
Khuwaishirah dari kelompok Khawarij. Ia berkata kepada Nabi
saw:"berlaku adil." Nabi saw berkata:"celakalah kamu, siapa lagi
yang akan berbuat adil, jika aku tidak. Sungguh, kamu orang yang
merugi." - Umar bin Khaththab yang saat itu hadir, berkata:"Ya
Rasulullah, perkenankanlah aku untuk memenggal lehernya."beliau
berkata:"biarkan dia, karena ia mempunyai pengikut, seorang
diantara kalian akan meremehkan amalan shalatnya dan puasanya. Bila
membaca Al Qur'an, bacaan mereka tidak akan mampu melampaui
kerongkongannya. Mereka menjauh dari Islam, seperti anak panah
melesat dari busurnya. Sementara bila diteliti ujung panahnya, tak
ada bekas yang tampak padanya."(At Taj, kitab Al Fitan, juz 5, hal
286).
Lantas, apa bedanya antara Tanabbu' itu serta yang serupa itu
yang dituturkan dalam hadis-hadis Nabi saw, dan bertanabbu' dengan
berpecahnya umat yang mencapai beberapa firqah itu. Mengenai
alasannya yang ketiga, sangat aneh sekali. Sebabnya, beberapa hadis
tentang itu telah diriwayatkan oleh Abu Dawud (202-275 H) dalam
Sunan-nya, At Turmudzi (209-279 H) meriwayatkan dalam Shahih-nya,
Ibnu Majah (218-276) dalam Sunan-nya, Ahmad bin Hambal (241 H)
dalam Musnad-nya. Kesemuanya itu adalah tokoh-tokoh ulama ahli
hadis abad ke-3 hijriyah. Berikut ini sebagian hadis yang