MAKALAH MANAJEMEN RESIKO PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Audit Organisasi Syariah Dosen Pengampu: Dyah Rosna Yustanti, SE, Akt., M.Ak Disusun oleh: Septi Setioningsih 112221068 Shofi Rifqi Zulfah 112221070 Tri Wahyuni 112221077 JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM 0
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH
MANAJEMEN RESIKO PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Audit Organisasi Syariah
Dosen Pengampu: Dyah Rosna Yustanti, SE, Akt., M.Ak
Disusun oleh:
Septi Setioningsih 112221068
Shofi Rifqi Zulfah 112221070
Tri Wahyuni 112221077
JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2014
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, pelaksanaan sistem ekonomi Islam yang sudah
dimulai sejak awal tahun 90 an semakin semarak dengan bertambahnya
jumlah lembaga keuangan islam baik yang bank maupun non bank. Salah
satu lembaga keuangan islam yang non bank adalah Baitul Mal wat
Tamwil (BMT) yang berorientasi pada masyarakat islam bagian bawah
yang sekarang dikenal sebagai koperasi syariah. Kelahiran BMT
merupakan solusi bagi kelompok ekonomi masyarakat bawah yang
membutuhkan dana bagi pengembangan usaha kecil. BMT merupakan
lembaga ekonomi rakyat kecil yang berupaya mengembangkan usaha-
usaha produktif dan investasi dalam rangka meningkatkan kegiatan
ekonomi pengusaha kecil dengan berdasarkan prinsip syariah dan
koperasi.
Dalam Islam, koperasi tergolong sebagai syirkah/syarikah.
Lembaga ini adalah wadah kemitraan, kerjasama, kekeluargaan, dan
kebersamaan usaha yang sehat, baik, dan halal. Dan, lembaga yang seperti
itu sangat dipuji Islam seperti dalam firman Allah, “Dan bekerjasamalah
dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah saling bekerjasama dalam
dosa dan permusuhan.” (Al-Maidah: 2). Juga surat An-Nisa’: 12 dan
Shaad: 24. Bahkan, Nabi saw. tidak sekadar membolehkan, juga memberi
motivasi dengan sabdanya dalam hadits Qudsi, “Aku (Allah) merupakan
pihak ketiga yang menyertai (untuk menolong dan memberkati) kemitraan
antara dua pihak, selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak
lainnya. Jika salah satu pihak telah melakukan pengkhianatan terhadap
mitranya, maka Aku keluar dari kemitraan tersebut.” (Abu Daud dan
Hakim). Beliau juga bersabda, “Allah akan mengabulkan doa bagi dua
orang yang bermitra selama di antara mereka tidak saling mengkhianati.”
(Al-Bukhari).
1
Azas usaha Koperasi Syariah berdasarkan konsep gotong royong,
dan tidak dimonopoli oleh salah seorang pemilik modal. Begitu pula
dalam hal keuntungan yang diperoleh maupun kerugian yang diderita
harus dibagi secara sama dan proporsional.
Kini, koperasi sebagai organisasi ekonomi berbasis orang atau
keanggotaan (membership based association), menjadi substantive power
perekonomian negara-negara maju. Misalnya Denmark, AS, Singapura,
Korea, Jepang, Taiwan, dan Swedia. Meskipun, awalnya hanya
countervailing power (kekuatan pengimbang) kapitalisme swasta di bidang
ekonomi yang didominasi oleh perusahaan berdasarkan modal persahaman
(equity based association), yang sering jadi sapi perah pemilik modal
(share holders) dengan sistem dan mekanisme targeting yang memeras
pengelola.
Spirit membership based association teraktualisasikan dalam ‘tujuh
kebaikan’. Buku-buku modern menyebutnya sebagai social capital (modal
sosial). Di Indonesia semangat ekonomi kerakyatan berbasis modal sosial
mulai menggejala di era Hindia Belanda di abad ke-19, tepatnya sejak
diberlakukan UU Agraria 1870 yang menghapuskan sistem Tanam Paksa
(Cultuur Stelsel). UU itu mendorong munculnya kepemilikan lokal (local
ownership) dan inisiatif rakyat setempat yang mendapatkan porsi ekonomi
yang signifikan.
Bung Hatta dalam buku Membangun Koperasi dan Koperasi
Membangun mengkategorikan social capital ke dalam 7 nilai sebagai spirit
koperasi. Pertama, kebenaran untuk menggerakkan kepercayaan (trust).
Kedua, keadilan dalam usaha bersama. Ketiga, kebaikan dan kejujuran
mencapai perbaikan. Keempat, tanggung jawab dalam individualitas dan
solidaritas. Kelima, paham yang sehat, cerdas, dan tegas. Keenam,
kemauan menolong diri sendiri serta menggerakkan keswasembadaan dan
otoaktiva. Ketujuh, kesetiaan dalam kekeluargaan.
Formula nilai yang dikemukakan Hatta ini parallel dengan apa
yang diungkapkan oleh Kagawa, bapak koperasi Jepang dalam buku
2
Brotherhood Economics, bahwa koperasi merupakan kemitraan ekonomi
yang memacu kesejahteraan sosial bersama dan penghindaran dari isapan
kekuatan-kekeuatan yang meraih kedudukan istimewa dalam ekonomi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen?
2. Apakah yang dimaksud dengan resiko?
3. Apakah yang dimaksud manajemen resiko?
4. Apakah manajemen resiko pada lembaga keuangan syariah?
C. Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui maksud dari manajemen.
2. Untuk dapat mengetahui maksud dari resiko.
3. Untuk dapat memahami maksud dari manajemen resiko.
4. Untuk dapat memahami manajemen resiko bagi lembaga keuangan
syariah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Manajemen
Dalam literatur manajemen secara umum terdapat tiga istilah, yaitu:
1. Manajemen sebagai suatu proses. Bahwa manajemen adalah fungsi untuk
mencapai sesuatu melalui kegiatan yang dilakukan bersama dan mengawasi
kegiatan individu-individu untuk mencapai tujuan yang sama dalam suatu
organisasi.
2. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas
manajemen. Jadi segenap orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam
suatu organisasi tertentu disebut manajemen.
3. Manajemen sebagai suatu seni dan sebagai suatu ilmu pengetahuan.
Menurut G.R Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan kelompok orang kearah tujuan
organisasional atau maksud yang nyata. Sehingga, Secara umum pengertian
manajemen ialah proses untuk memperoleh tujuan organisasi melalui upaya
bersama dengan sejumlah orang atau juga sumber milik si organisasi.
B. Definisi Risiko
Risiko bukanlah kata yang asing lagi untuk telinga kita. Dimanapun
kapanpun kita akan menghadapi risiko dibalik sesuatu yang kita usahakan. Risiko
bisa didefinisikan dengan banyak cara, Hanafi mendefinisikannya sebagai
kejadian yang merugikan. Definisi lain untuk analisis investasi adalah
kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan. Risiko
inipun mempunyai jenis yang beragam.
Risiko muncul karena ada kondisi ketidakpastian. Misalnya hari ini bisa
hujan bisa juga tidak hujan, begitupun dengan investasi, dia bisa mendatangkan
keuntungan dan juga kerugian. Untuk mengatasi hal tersebut kita harus memenej
risiko sehingga akibat dari risiko tidak fatal. Kita harus bisa berada pada posisi
paling bagus di dalam risiko yang paling merugikan.
4
Contoh lain di dalam lembaga keuangan yaitu ketika komite pembiayaan
akan memutuskan untuk menyetujui atau menolak proposal pengajuan
pembiayaan calon debitur. Tiap keputusan dari dua pilihan tersebut memiliki
konsekuensi masing-masing. Menolak proposal pengajuan bisa mengakibatkan
risiko hilangnya debitur sekaligus calon nasabah potensial. Sementara, menyetujui
proposal juga bukan berarti terjaminnya keselamatan sampai akhir masa
pembiayaan. Bisa saja debitur yang diputuskan untuk dibiayai, belakangan baru
ketahuan, bukanlah termasuk debitur idaman yang bisa membayar cicilan
murabahah dan istishna’ atau mengirimkan komoditas salam dengan tepat waktu.
Hanafi mengelompokkan risiko menjadi 2 tipe
1. Risiko murni (pure risk) adalah risiko dimana kemungkinan kerugian
ada, tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Contoh risiko ini
adalah risiko kecelakaan, kebakaran, dan semacamnya.
2. Risiko spekulatif adalah risiko dimana kita mengharapkan terjadinya
kerugian dan juga keuntungan. Misalnya dalam kegiatan bisnis, kita
mengharapkan keuntungan, meskipun ada potensi kerugian.
Bentuk-bentuk risiko menurut Imam Wahyudi dkk (2013) risiko dapat
diklasifikasikan berdasarkan penyebab terjadinya dan dampak yang
ditimbulkannya. Berdasarkan penyebab terjadinya, risiko dibagi menjadi 2
1. Risiko non bisnis, risiko ini muncul dari berbagai faktor yang tidak
terkait dengan bisnis yang dijalankan, namun dampaknya akan
memengaruhi bisnis seperti kebakaran, banjir, polusi, gempa bumi, dls.
2. Risiko bisnis, risiko ini muncul karena proses bisnis yang dilakukan
bank seperti kesalahan saat membuat perencanaan, kurangnya infomasi
saat pengambilan keputusan, atau kurang optimalnya pengelolaan
asset bank. Macam risiko bisnis antara lain risiko keuangan dan risiko
non keuangan.
Sedangkan berdasarkan dampaknya risiko dibagi menjadi 2
1. Risiko Unik/ risiko non sistematis (unsystematic risk)/risiko non
sistemis (unsystemic risk), yaitu risiko yang dampaknya hanya
5
ditanggung oleh proyek atau bank atau institusi tertentu, risiko ini
terisolasi dan tidak merembet pada proyek atau institusi lain.
2. Risiko pasar, risiko ini dampaknya menyebabkan terjadinya efek
domino yakni menyeret proyek atau institusi atau sektor atau bahkan
Negara lain untuk terkena dampak risiko tersebut atau berdampak pada
keseluruhan pasar atau sistem yang ada. Risiko ini muncul sebagai
akibat adanya faktor risiko bersama dipasar dan terjadinya hubungan
inter dependensi antar unit atau institusi atau sektor ekonomi.
C. Manajemen Risiko
Di dalam beberapa situasi risiko bisa mengakibatkan kehancuran suatu
organisasi. Karena itulah risiko sangat penting untuk dikelola. Manajemen risiko
bertujuan untuk mengelola risiko sehingga organisasi bisa bertahan, atau
barangkali mengoptimalkan risiko. Perusahaan seringkali sengaja mengambil
risiko tertentu, karena melihat potensi keuntungan dibalik risiko tersebut. jadi
antara risiko dan keuntungan dalam dunia bisnis adalah berbanding lurus.
Manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang
dihadapi oleh organisasi secara komperhensif untuk tujuan meninkatkan nilai
perusahaan. Definisi lain oleh Warburg dalam Hanafi manajemen risiko adalah
seperangkat kebijakan, prosedur yang lengkap yang dipunyai organisasi, untuk
mengelola, memonitor, dan mengendalikan eksposur organisasi terhadap risiko.
Manajemen risiko dilakukan melalui proses
1. Identifikasi risiko
Ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi risiko antara lain dengan
menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak
diinginkan.
2. Evaluasi dan pengukuran risiko
Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko
dengan lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih baik,
maka risikok akan lebih mudah dikendalikan.
3. Pengelolaan risiko
6
Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara, seperti penghindaran,
ditahan, diverifikasi atau ditransfer ke pihak lain.
Penghindaran adalah cara yang paling mudah dan paling aman untuk
menelola risiko. Tetapi cara ini tidak optimal, sebagai contoh jika kita
ingin memperoleh keuntungan dari bisnis, maka mau tidak mau kita
harus keluar dan menghadapi risiko tersebut.
Ditahan adalah cara yang dalam beberapa situasi akan lebih baik dari
pada kita menhadapi risiko sendiri. Cara diverifikasi berbarti menyebar
eksposur yang kita miliki sehingga tidak terkonsentrasi pada satu atau
dua eksposur saja. Transfer risiko salah satunya adalah dengan
membeli asuransi,
D. Risiko Lembaga Keungan Syariah
Salah satu fungsi dasar lembaga keuangan adalah untuk mengelola
risiko yang muncul dalam transaksi keuangan secara efektif. Untuk
menawarkan layanan keuangan dengan biaya yang rendah, lembaga
keuangan konvensional telah mengembangkan berbagai enis kontrak,
proses, instrument, dan lembaga untuk memitigasi risiko. Namun
demikian masa depan dari industry keuangan syariah akan sangat
bergantung pada kemampuan lembaga-lembaga tersebut dalam
mengelola risiko yang muncul dari operasionalnya.
Secara teoritis ekonom muslim bahwa risiko pada sisi liabilitas,
bank syariah hanya memiliki dana investasi (investment deposit).
Sedangkan pada sisi asset dana investasi ini selanjutnya akan
disalurkan melalui kontrak bagi hasil.
Risko yang dihadapi oleh bank dapat dikelompokkan menjadi dua
jenis, yaitu risiko finansial dan risiko nonfinansial. Risiko finansial
selanjutnya dibedakan menjaadi 2, yaitu:
1. Risiko pasar adalah risiko yang melekat pada instrument dan
asset yang diperdagangkan di pasar. Risiko pasar bisa muncul
dari sumber-sumber mikro maupun makro. Risi psar sistematik
7
merupakan hasil dari keseluruhan perubahan harga dan
kebijakan dalam perekonomian. Sedangkan risiko pasar
nonsistemik muncul ketika harga asset atau instrument yang
spesifik mengalami perubahan akibat suatu peristiwa yang
mempengaruhi instrument atau asset.
a. Risiko suku bunga adalah eksposur kondisi keuangan bank
terhadap perubahan suku bunga. Risiko suku bunga bisa
muncul dari berbagai sumber. Risiko penentuan harga
ulang muncul karena perbedaan waktu jatuh tempo dan
repricing asset , liabillitas dan item-item dalam off-
balanace sheet
b. Risiko kredit adalah risiko kegagalan nasabah untuk
memenuhi kewajibannya secara penuh dan tepat waktu
sesuai dengan kesepakatan. Risiko kredit dapat muncul
dalam banking book dan trading book bank. Dalam banking
book risiko kredit terjadi pada saat nasabah gagal
memenuhi kewajiban untuk mambayar utangnya secara
penuh pada waktu yang telah disepakati. Akibat dari risiko
kredit ini, terdapat ketidakpastian pada laba bersih dan
nilai pasar dari ekuitas uang muncul dari keterlambatan
atau tidak terbayarnya pokok pinjaman beserta bunganya.
Adapun risiko kredit pada trading book, juga muncul akibat
ketidakmampuan atau ketidakmauan nasabah untuk
memenuhi kewajiban yang tertuang dalam kontrak. Hal ini
bisa memicu risiko pembayaran, yaitu ketika satu pihak
bersepakat untuk membayar atau mengirimkan asset
sebelum asset atau dana cash tersebut ia terima, sehingga