Top Banner
MAKALAH MANAJEMEN RESIKO PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Audit Organisasi Syariah Dosen Pengampu: Dyah Rosna Yustanti, SE, Akt., M.Ak Disusun oleh: Septi Setioningsih 112221068 Shofi Rifqi Zulfah 112221070 Tri Wahyuni 112221077 JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM 0
34

Makalah Manajemen Resiko 2

Jul 17, 2016

Download

Documents

menjelaskan manajemen resiko
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makalah Manajemen Resiko 2

MAKALAH

MANAJEMEN RESIKO PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Audit Organisasi Syariah

Dosen Pengampu: Dyah Rosna Yustanti, SE, Akt., M.Ak

Disusun oleh:

Septi Setioningsih 112221068

Shofi Rifqi Zulfah 112221070

Tri Wahyuni 112221077

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2014

0

Page 2: Makalah Manajemen Resiko 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia, pelaksanaan sistem ekonomi Islam yang sudah

dimulai sejak awal tahun 90 an semakin semarak dengan bertambahnya

jumlah lembaga keuangan islam baik yang bank maupun non bank. Salah

satu lembaga keuangan islam yang non bank adalah Baitul Mal wat

Tamwil (BMT) yang berorientasi pada masyarakat islam bagian bawah

yang sekarang dikenal sebagai koperasi syariah. Kelahiran BMT

merupakan solusi bagi kelompok ekonomi masyarakat bawah yang

membutuhkan dana bagi pengembangan usaha kecil. BMT merupakan

lembaga ekonomi rakyat kecil yang berupaya mengembangkan usaha-

usaha produktif dan investasi dalam rangka meningkatkan kegiatan

ekonomi pengusaha kecil dengan berdasarkan prinsip syariah dan

koperasi.

Dalam Islam, koperasi tergolong sebagai syirkah/syarikah.

Lembaga ini adalah wadah kemitraan, kerjasama, kekeluargaan, dan

kebersamaan usaha yang sehat, baik, dan halal. Dan, lembaga yang seperti

itu sangat dipuji Islam seperti dalam firman Allah, “Dan bekerjasamalah

dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah saling bekerjasama dalam

dosa dan permusuhan.” (Al-Maidah: 2). Juga surat An-Nisa’: 12 dan

Shaad: 24. Bahkan, Nabi saw. tidak sekadar membolehkan, juga memberi

motivasi dengan sabdanya dalam hadits Qudsi, “Aku (Allah) merupakan

pihak ketiga yang menyertai (untuk menolong dan memberkati) kemitraan

antara dua pihak, selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak

lainnya. Jika salah satu pihak telah melakukan pengkhianatan terhadap

mitranya, maka Aku keluar dari kemitraan tersebut.” (Abu Daud dan

Hakim). Beliau juga bersabda, “Allah akan mengabulkan doa bagi dua

orang yang bermitra selama di antara mereka tidak saling mengkhianati.”

(Al-Bukhari).

1

Page 3: Makalah Manajemen Resiko 2

Azas usaha Koperasi Syariah berdasarkan konsep gotong royong,

dan tidak dimonopoli oleh salah seorang pemilik modal. Begitu pula

dalam hal keuntungan yang diperoleh maupun kerugian yang diderita

harus dibagi secara sama dan proporsional.

Kini, koperasi sebagai organisasi ekonomi berbasis orang atau

keanggotaan (membership based association), menjadi substantive power

perekonomian negara-negara maju. Misalnya Denmark, AS, Singapura,

Korea, Jepang, Taiwan, dan Swedia. Meskipun, awalnya hanya

countervailing power (kekuatan pengimbang) kapitalisme swasta di bidang

ekonomi yang didominasi oleh perusahaan berdasarkan modal persahaman

(equity based association), yang sering jadi sapi perah pemilik modal

(share holders) dengan sistem dan mekanisme targeting yang memeras

pengelola.

Spirit membership based association teraktualisasikan dalam ‘tujuh

kebaikan’. Buku-buku modern menyebutnya sebagai social capital (modal

sosial). Di Indonesia semangat ekonomi kerakyatan berbasis modal sosial

mulai menggejala di era Hindia Belanda di abad ke-19, tepatnya sejak

diberlakukan UU Agraria 1870 yang menghapuskan sistem Tanam Paksa

(Cultuur Stelsel). UU itu mendorong munculnya kepemilikan lokal (local

ownership) dan inisiatif rakyat setempat yang mendapatkan porsi ekonomi

yang signifikan.

Bung Hatta dalam buku Membangun Koperasi dan Koperasi

Membangun mengkategorikan social capital ke dalam 7 nilai sebagai spirit

koperasi. Pertama, kebenaran untuk menggerakkan kepercayaan (trust).

Kedua, keadilan dalam usaha bersama. Ketiga, kebaikan dan kejujuran

mencapai perbaikan. Keempat, tanggung jawab dalam individualitas dan

solidaritas. Kelima, paham yang sehat, cerdas, dan tegas. Keenam,

kemauan menolong diri sendiri serta menggerakkan keswasembadaan dan

otoaktiva. Ketujuh, kesetiaan dalam kekeluargaan.

Formula nilai yang dikemukakan Hatta ini parallel dengan apa

yang diungkapkan oleh Kagawa, bapak koperasi Jepang dalam buku

2

Page 4: Makalah Manajemen Resiko 2

Brotherhood Economics, bahwa koperasi merupakan kemitraan ekonomi

yang memacu kesejahteraan sosial bersama dan penghindaran dari isapan

kekuatan-kekeuatan yang meraih kedudukan istimewa dalam ekonomi.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen?

2. Apakah yang dimaksud dengan resiko?

3. Apakah yang dimaksud manajemen resiko?

4. Apakah manajemen resiko pada lembaga keuangan syariah?

C. Tujuan

1. Untuk dapat mengetahui maksud dari manajemen.

2. Untuk dapat mengetahui maksud dari resiko.

3. Untuk dapat memahami maksud dari manajemen resiko.

4. Untuk dapat memahami manajemen resiko bagi lembaga keuangan

syariah.

3

Page 5: Makalah Manajemen Resiko 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Manajemen

Dalam literatur manajemen secara umum terdapat tiga istilah, yaitu:

1. Manajemen sebagai suatu proses. Bahwa manajemen adalah fungsi untuk

mencapai sesuatu melalui kegiatan yang dilakukan bersama dan mengawasi

kegiatan individu-individu untuk mencapai tujuan yang sama dalam suatu

organisasi.

2. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas

manajemen. Jadi segenap orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam

suatu organisasi tertentu disebut manajemen.

3. Manajemen sebagai suatu seni dan sebagai suatu ilmu pengetahuan.

Menurut G.R Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang

melibatkan bimbingan atau pengarahan kelompok orang kearah tujuan

organisasional atau maksud yang nyata. Sehingga, Secara umum pengertian

manajemen ialah proses untuk memperoleh tujuan organisasi melalui upaya

bersama dengan sejumlah orang atau juga sumber milik si organisasi.

B. Definisi Risiko

Risiko bukanlah kata yang asing lagi untuk telinga kita. Dimanapun

kapanpun kita akan menghadapi risiko dibalik sesuatu yang kita usahakan. Risiko

bisa didefinisikan dengan banyak cara, Hanafi mendefinisikannya sebagai

kejadian yang merugikan. Definisi lain untuk analisis investasi adalah

kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan. Risiko

inipun mempunyai jenis yang beragam.

Risiko muncul karena ada kondisi ketidakpastian. Misalnya hari ini bisa

hujan bisa juga tidak hujan, begitupun dengan investasi, dia bisa mendatangkan

keuntungan dan juga kerugian. Untuk mengatasi hal tersebut kita harus memenej

risiko sehingga akibat dari risiko tidak fatal. Kita harus bisa berada pada posisi

paling bagus di dalam risiko yang paling merugikan.

4

Page 6: Makalah Manajemen Resiko 2

Contoh lain di dalam lembaga keuangan yaitu ketika komite pembiayaan

akan memutuskan untuk menyetujui atau menolak proposal pengajuan

pembiayaan calon debitur. Tiap keputusan dari dua pilihan tersebut memiliki

konsekuensi masing-masing. Menolak proposal pengajuan bisa mengakibatkan

risiko hilangnya debitur sekaligus calon nasabah potensial. Sementara, menyetujui

proposal juga bukan berarti terjaminnya keselamatan sampai akhir masa

pembiayaan. Bisa saja debitur yang diputuskan untuk dibiayai, belakangan baru

ketahuan, bukanlah termasuk debitur idaman yang bisa membayar cicilan

murabahah dan istishna’ atau mengirimkan komoditas salam dengan tepat waktu.

Hanafi mengelompokkan risiko menjadi 2 tipe

1. Risiko murni (pure risk) adalah risiko dimana kemungkinan kerugian

ada, tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Contoh risiko ini

adalah risiko kecelakaan, kebakaran, dan semacamnya.

2. Risiko spekulatif adalah risiko dimana kita mengharapkan terjadinya

kerugian dan juga keuntungan. Misalnya dalam kegiatan bisnis, kita

mengharapkan keuntungan, meskipun ada potensi kerugian.

Bentuk-bentuk risiko menurut Imam Wahyudi dkk (2013) risiko dapat

diklasifikasikan berdasarkan penyebab terjadinya dan dampak yang

ditimbulkannya. Berdasarkan penyebab terjadinya, risiko dibagi menjadi 2

1. Risiko non bisnis, risiko ini muncul dari berbagai faktor yang tidak

terkait dengan bisnis yang dijalankan, namun dampaknya akan

memengaruhi bisnis seperti kebakaran, banjir, polusi, gempa bumi, dls.

2. Risiko bisnis, risiko ini muncul karena proses bisnis yang dilakukan

bank seperti kesalahan saat membuat perencanaan, kurangnya infomasi

saat pengambilan keputusan, atau kurang optimalnya pengelolaan

asset bank. Macam risiko bisnis antara lain risiko keuangan dan risiko

non keuangan.

Sedangkan berdasarkan dampaknya risiko dibagi menjadi 2

1. Risiko Unik/ risiko non sistematis (unsystematic risk)/risiko non

sistemis (unsystemic risk), yaitu risiko yang dampaknya hanya

5

Page 7: Makalah Manajemen Resiko 2

ditanggung oleh proyek atau bank atau institusi tertentu, risiko ini

terisolasi dan tidak merembet pada proyek atau institusi lain.

2. Risiko pasar, risiko ini dampaknya menyebabkan terjadinya efek

domino yakni menyeret proyek atau institusi atau sektor atau bahkan

Negara lain untuk terkena dampak risiko tersebut atau berdampak pada

keseluruhan pasar atau sistem yang ada. Risiko ini muncul sebagai

akibat adanya faktor risiko bersama dipasar dan terjadinya hubungan

inter dependensi antar unit atau institusi atau sektor ekonomi.

C. Manajemen Risiko

Di dalam beberapa situasi risiko bisa mengakibatkan kehancuran suatu

organisasi. Karena itulah risiko sangat penting untuk dikelola. Manajemen risiko

bertujuan untuk mengelola risiko sehingga organisasi bisa bertahan, atau

barangkali mengoptimalkan risiko. Perusahaan seringkali sengaja mengambil

risiko tertentu, karena melihat potensi keuntungan dibalik risiko tersebut. jadi

antara risiko dan keuntungan dalam dunia bisnis adalah berbanding lurus.

Manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang

dihadapi oleh organisasi secara komperhensif untuk tujuan meninkatkan nilai

perusahaan. Definisi lain oleh Warburg dalam Hanafi manajemen risiko adalah

seperangkat kebijakan, prosedur yang lengkap yang dipunyai organisasi, untuk

mengelola, memonitor, dan mengendalikan eksposur organisasi terhadap risiko.

Manajemen risiko dilakukan melalui proses

1. Identifikasi risiko

Ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi risiko antara lain dengan

menelusuri sumber risiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak

diinginkan.

2. Evaluasi dan pengukuran risiko

Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko

dengan lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih baik,

maka risikok akan lebih mudah dikendalikan.

3. Pengelolaan risiko

6

Page 8: Makalah Manajemen Resiko 2

Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara, seperti penghindaran,

ditahan, diverifikasi atau ditransfer ke pihak lain.

Penghindaran adalah cara yang paling mudah dan paling aman untuk

menelola risiko. Tetapi cara ini tidak optimal, sebagai contoh jika kita

ingin memperoleh keuntungan dari bisnis, maka mau tidak mau kita

harus keluar dan menghadapi risiko tersebut.

Ditahan adalah cara yang dalam beberapa situasi akan lebih baik dari

pada kita menhadapi risiko sendiri. Cara diverifikasi berbarti menyebar

eksposur yang kita miliki sehingga tidak terkonsentrasi pada satu atau

dua eksposur saja. Transfer risiko salah satunya adalah dengan

membeli asuransi,

D. Risiko Lembaga Keungan Syariah

Salah satu fungsi dasar lembaga keuangan adalah untuk mengelola

risiko yang muncul dalam transaksi keuangan secara efektif. Untuk

menawarkan layanan keuangan dengan biaya yang rendah, lembaga

keuangan konvensional telah mengembangkan berbagai enis kontrak,

proses, instrument, dan lembaga untuk memitigasi risiko. Namun

demikian masa depan dari industry keuangan syariah akan sangat

bergantung pada kemampuan lembaga-lembaga tersebut dalam

mengelola risiko yang muncul dari operasionalnya.

Secara teoritis ekonom muslim bahwa risiko pada sisi liabilitas,

bank syariah hanya memiliki dana investasi (investment deposit).

Sedangkan pada sisi asset dana investasi ini selanjutnya akan

disalurkan melalui kontrak bagi hasil.

Risko yang dihadapi oleh bank dapat dikelompokkan menjadi dua

jenis, yaitu risiko finansial dan risiko nonfinansial. Risiko finansial

selanjutnya dibedakan menjaadi 2, yaitu:

1. Risiko pasar adalah risiko yang melekat pada instrument dan

asset yang diperdagangkan di pasar. Risiko pasar bisa muncul

dari sumber-sumber mikro maupun makro. Risi psar sistematik

7

Page 9: Makalah Manajemen Resiko 2

merupakan hasil dari keseluruhan perubahan harga dan

kebijakan dalam perekonomian. Sedangkan risiko pasar

nonsistemik muncul ketika harga asset atau instrument yang

spesifik mengalami perubahan akibat suatu peristiwa yang

mempengaruhi instrument atau asset.

a. Risiko suku bunga adalah eksposur kondisi keuangan bank

terhadap perubahan suku bunga. Risiko suku bunga bisa

muncul dari berbagai sumber. Risiko penentuan harga

ulang muncul karena perbedaan waktu jatuh tempo dan

repricing asset , liabillitas dan item-item dalam off-

balanace sheet

b. Risiko kredit adalah risiko kegagalan nasabah untuk

memenuhi kewajibannya secara penuh dan tepat waktu

sesuai dengan kesepakatan. Risiko kredit dapat muncul

dalam banking book dan trading book bank. Dalam banking

book risiko kredit terjadi pada saat nasabah gagal

memenuhi kewajiban untuk mambayar utangnya secara

penuh pada waktu yang telah disepakati. Akibat dari risiko

kredit ini, terdapat ketidakpastian pada laba bersih dan

nilai pasar dari ekuitas uang muncul dari keterlambatan

atau tidak terbayarnya pokok pinjaman beserta bunganya.

Adapun risiko kredit pada trading book, juga muncul akibat

ketidakmampuan atau ketidakmauan nasabah untuk

memenuhi kewajiban yang tertuang dalam kontrak. Hal ini

bisa memicu risiko pembayaran, yaitu ketika satu pihak

bersepakat untuk membayar atau mengirimkan asset

sebelum asset atau dana cash tersebut ia terima, sehingga

mengakibatkan risiko kerugian. Pentingnya menghitung

kemungkinan kerugian untuk memperkecil kerugian kredit

yang meliputi perhitungan dan usaha. Dalam bank syariah

perhitungan kemungkinan kerugian relative lebih kompleks

8

Page 10: Makalah Manajemen Resiko 2

dan heterogen. Bank syariah mengadopsi pendekatan

berbasis rating internal (IRB Approach), hal ini mendprong

bank syariah untuk melakukan pengembangan sistem

dengan tujuan bertahap untuk memenuhi kriteria IRB

Approach. Adapun teknik mitigasi resiko kredit dalam bank

syariah, yaitu:

Pencandangan atas kerugian kredit

Jaminan

On Balance Sheet Netting

Garansi

Deratif Kredit dan sekuritas

Memitigasi resiko kontrak

Rating internal

RAROC

Model komputerisasi

2. Risiko likuiditas muncul akibat ketidakcukupan likuiditas

untuk memenuhi kebutuhan opersional telah mereduksi

kemampuan bank untuk memenuhi liabilitasnya pada saat jatuh

tempo. Risiko ini juga dapat muncul akibat sulitnya bank

mendapatkan dana cash pada biaya wajar, baik melalui

pinjaman atau menjual asset. Salah satu aspek dalam

manajemen asset liabilitas di dalam bisnis perbankan adalah

untuk meminimalkan risiko likuiditas. Beberapa alasan bank

syariah dihadapkan pada resiko likuiditas:

Terdapat larangan fiqh bagi bank syariah untuk

melakukan sekuitisasi asetnya, yang umunya berupa

utang.

Dengan lambatnya pengembangan instrument

keuangan, bank syariah tidak akan mampu

mendapatkan dana dari pasar secara cepat.

9

Page 11: Makalah Manajemen Resiko 2

Bank syariah memerlukan fasilitas Lender of Last

Resort (LLR) sebagai fasilitas untuk menyediakan

likuiditas dalam kondisi darurat.

Dengan tidak adanya persoalan likuiditas pada saat ini,

bank syariah belum memiliki sistem manajemen

likuiditas secara formal.

Risiko nonfinansial

1. Risiko operasional adalah konsep yang tidak terdefinisikan

dengan jelas, risiko ini bisa muncul akibat kesalahan atau

kecelakaan yang bersifat manusiawi ataupun teknis. Ini

merupakan risiko kerugian yang secara langsung maupun tidak

langsung dihasilkan oleh ketidakcukupan atau kegagalan proses

internal, faktor manusia, ketidakcukupan atau kegagalan proses

internal, faktor manusia, teknologi atau akibat faktor-faktor

internal.

2. Risiko hukum berhubungan dengan risiko tidak terlaksananya

kontrak. Risiko hukum terkait dengan masalah undang-undang,

legislasi, dan regulasi yang dapat memengaruhi pemenuhan

kontrak atau transaksi. Risiko hukum bisa datang dari faktor

eksternal (regulasi yang memengaruhi aktivitas bisnis tertentu)

ataupun faktor internal yaitu terkait dengan manajemen atau

pegawai bank (seperti penyelewengan, pelanggaran hukum dan

regulasi. Risiko hukum bisa juga dikategorikan sebagai bagian

dari risiko opersional.

Risiko pada bank islam bersifat unik dan relative lebih beragam

ketimbang bank konvensional. Hal tersebut karena bank islam tidak hanya

dihadapkan pada risiko-risiko tradisional seperti risikko kredit, risiko

pasar, risiko likuiditas, dan risiko operasional, tapi juga risiko-risiko yang

muncul karena keunikan karakteristik bisnis dan akadnya. Risiko-risiko

unik itu diantaranya adalah risiko kepatuhan syariah, risiko pembiayaan,

risiko imbal hasil, risiko investasi, dan sebagainya.

10

Page 12: Makalah Manajemen Resiko 2

Berdasarkan PBI Nomor 13/23/PBI/2011 tentang penerapan

Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Terdapat 10 risiko yang dihadapi bank islam, yaitu: risiko kredit, risiko

likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategis,

risiko kepatuhan, risiko imbal hasil, dan risiko investasi. Delapan risiko

pertama merupakan risiko yang umum dihadapi oleh bank konvensional.

Dan 2 risiko terahir merupakan risiko yang khusus dihadapai oleh bank

islam. Berikut risiko yang dihadapi bank islam di Indonesia:

1. Risiko kredit, risiko yang muncul akibat kegagalan nasabah

atau pihak lain dalam memenuhi liabilitas kepada bank islam

sesuai kontrak. Risiko kredit yang dihadapi oleh bank islam

sangat terkait dengan bentuk akad bentuk pembiayaannya. Pada

akad murabahah atau istishna’, risiko kredit terjadi pada saat

bank islam menyerahkan asset kepada debitur tetapi tidak

menerima pembayaran tepat pada waktunya.

2. Risiko pasar, risiko pasar muncul akibat adanya pergerakan

harga pasar dari portofolio asset yang dimiliki oleh bank dan

dapat merugikan bank. Risiko ini hanya muncul jika bank

memegang asset, namun tidak untuk dimiliki atau dipengang

hingga jatuh tempo, melainkan untuk dijual kembali.

Lazimnya, cakupan risiko pasar meliputi risiko nilai tukar,

risiko komoditas, dan risiko ekuitas. Mengingat keunikan bank

islam dalam praktiknya, risiko pasar yang dihadapi bank islam

berbeda dari pada risiko pasar pada umumnya. Risiko ini sering

muncul pada saat pembiayaan, misalnya risiko mark-up pada

akad pembiayaan. Risiko pada akad salam akibat perubahan

harga komoditas selama periode waktu antara penyerahan dan

penjualan komoditas.

3. Risiko likuiditas, risiko ini muncul sebagai konsekuensi logis

dari ketidaksamaan waktu jatuh tempo antara sumber

pendanaan bank, yakni DPK dan akad pembiayaan bank

11

Page 13: Makalah Manajemen Resiko 2

kepada debitur. Apalagi jika pembiayaan bank mengalami

gagal bayar.

4. Risiko operasional, risiko operasional melekat pada setiap

aktivitas bank.

5. Risiko hukum, risiko ini muncul akibat tuntutan hukum/

kelembagaan aspek yuridish. Risiko ini timbul karena adanya

tuntutan secara hukum dan ketiadaan peraturan perundang-

undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan, seperti

tidak dipenuhinya syarat syah kontrak atau pengikatan agunan

yang tidak sempurna.

6. Risiko reputasi, risiko reputasi terjadi akibat menurunnya

tingkat kepercayaan pemangku kepentingan (stacke holder)

yang bersumber dari persepsi negative terhadap bank.

Pemangku kepentingan bank meliputi: nasabah, debitur,

investor, regulator, dan masyarakat umum, meskipun belum

menjadi nasabah bank. Hal-hal yang sangat berpengaruh pada

reputasi bank adalah manajemen, pelayanan, ketaatan pada

aturan, kompetensi, dan sebagainya. Risiko ini timbul, antara

lain, karena adanya pemberitaan media dan atau rumor

menengenai bank yang bersifat negative serta adanya strategi

komunikasi bank yang kurang efektif.

7. Risiko strategis, risiko ini terjadi akibat ketidaktepatan dalam

pengambilan dan atau pelaksanaan suatu keputusan strategis

serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan

bisnis. Risiko ini timbul, antara lain, karena bank menetapkan

strategi yang kurang sejalan dengan visi dan misi bank,

melakukan analisis lingkungan strategis yang tidak

komprehensif, dan atau terdapat ketidaksesuaian rencana

strategis antara level strategis. Selain itu, risiko strategis dapat

juga muncul karena kegagalan bank dalam mengantisipasi

perubahan lingkungan bisnis, seperti perubahan teknologi,

12

Page 14: Makalah Manajemen Resiko 2

perubahan kondisi ekonomi makro, dinamika kompetisi

dipasar, dan perubahan kebijakan otoritas terkait.

8. Risiko kepatuhan, risiko ini muncul akibat bank tidak

mematuhi dan atau tidak melaksanakan peraturan perundang-

undangan, ketentuan yang berlaku, dan prinsip syariah. Selain

harus memenuhi semua regulasi dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, sebagaimana pada bank konvensional,

bank islam diharuskan memenuhi prinsip-prinsip syariah dalam

aktivitas bisninsya.

9. Risiko imbal hasil, risiko ini terjadi akibat perubahan tingkat

imbal hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah dan

memengaruhi perilaku nasabah. Risiko ini muncul sebagai

akibat terjadinya perubahan tingkat imbal hasil yang diterima

bank dari penyaluran dana ke debitur. Ketika menaruh dananya

di bank, nasabah memiliki ekspektasi imbal hasil yang ingin

didapat. Bagi nasabah rasional, terjadinya perubahan ekspektasi

imbal hasil akan memengaruhi perilakunya. Perubahan

ekspektasi ini dapat disebabkan oleh faktor internal, seperti

menurunnya nilai asset bank, turunnya pendapatan bagi hasil

bank dari debitur, dan gagal bayarnya debitur, dan faktor

eksternal, seperti naiknya imbal hasil yang ditawarkan bank

lain. Perubahan ekpekstasi tingkat imbal hasil tersebut dapat

memicu pemindahan dana ke bank lain.

10. Risiko investasi, risiko ini muncul akibat bank ikut

menanggung kerugian usaha debitur yang dibiayai dalam

pembiayaan berbasis bagi hasil. Berdasarkan fatwa DSN MUI,

perhitungan bagi hasil tidak hanya didasarkan atas jumlah

pendapatan atau penjualan yang diperoleh debitur, namun telah

dikurangi dengan biaya pokonya. Risiko investasi ini makin

besar jika basis bagi hasilnya berdasarkan atas laba operasi atau

laba neto usaha debitur. Bahkan, jika sampai usaha debitur

13

Page 15: Makalah Manajemen Resiko 2

bangkrut, bank dapat kehilangan pokok pembiayaan yang

diberikan kepada debitur.

Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah tentang bagaimana bank secara aktif memilih

jenis dan tingkat risiko yang sesuai dengan kegiatan usaha bank tersebut. Dalam

manajemen risiko, tercermin tingkat keberanan sebuah bank dalam mengambil

risiko untuk mendapatkan keuntungan. Konsekuensi keberanian bank dalam

mengambil risiko ini tidak hanya menjadi tanggung jawab devisi manajemen

risiko, melainkan menjadi tugas dan tanggung jawab bersama semua elemen

dalam bank. Menurut IFSB manajemen risiko adalah proses dalam mengeksekusi

semua elemen manajemen risiko yang terdiri dari identifikasi, mitigasi,

pemantauan, pelaporan dan pegendalian risiko. Diantara syarat keberhasilan

manajemen risiko ini adalah adanya implementasikebijakan, limit, prosedur,yang

sesuai, dan manajemen sistem informasi yang efektif dalam pelaporan risiko.

Ihwan abidin bisri menguraikan konsep dasar proses dan sistem

manajemen risiko, yaitu:

1. Membangun lingkungan manajemen risiko yang tepat serta kebijakan

prosedur yang sehat.

Pada tahap ini keseluruhan tujuan berhubungan dengan keseluruhan

tujuan dan strategi bank terhadap risiko dan kebijakan-kebijakan

manajemen terhadapnya. Dewan direksi harus bertanggung jawab

untuk menjelaskan keseluruhan tujuan,kebijakan, dan strategi

manajemen risiko dalam sebuah lembaga keuangan. Dewan direksi

harus meyakinkan bahwa pihak manajemen mengambil langkah-

langkah yang tepat untuk mengidentifikasi, mengukur, memonitor, dan

mengontrol risiko-risiko ini. Manajemen juga harus menetapkan

prosedur dan kebijakan yang akan dipakai yang melliputi review

manajemen risiko, batas toleransi risiko yang tepat, sistem pengukuran

risiko yang memadai, sistem pelaporan yang komperhensif, dan sistem

kontrol internal yang efektif.

2. Menciptakan proses pengukuran, mitigasi, dan monitoring yang tepat.

14

Page 16: Makalah Manajemen Resiko 2

Langkah yang diambil untuk tujuan pengukuran dan monitoring adalah

pembuatan standar bagi pengkatagorian dan review risiko, penilaian

serta konsisten dan rating eksposur risiko. Tindakan yang perlu

diambil adalah meniptakan standar menginventaris risiko berdasarkan

asset, serta membuat laporan manajemen risiko dan laporan audit

secara berkala.

3. Kontrol internal yang cukup.

Bank harus mempunyai kontrol internal untuk memastikan bahwa

semua kebijakan telah terlaksana. Sebuah sistem kontrol internal yang

efektif mencakup proses identifikasi dan evaluasi berbagai jenis risiko

yang cukup dan terdapat sistem informasi yang memadai untuk

mendukungnya.

Proses manajemen risiko Bank Islam menurut Imam Wayudi

(2013) dengan melakukan tahap penentuan konteks. Pada tahap ini semua

hal terkait dengan rincian manajemen risiko dijelaskan dan didefinisikan.

Tahap penentuan konteks ini bertujuan untuk memperoleh gambaran

menyeluruh atas parameter dasar, ruang lingkup, dan kerangka kerja

manajemen risiko , mengidentifikasi lingkungan penerapan manajemen

risiko, mengetahui dan menetapkan para pemangku kepentingan utama,

dan menetapkan kriteria untuk menganilisis dan mengevaluasi risiko.

1) Proses Manajemen Risiko Kredit.

Dewan direksi harus menguraikan keseluruhan strategi manajemen

risiko kredit dengan menunjukkan kemauan bank untuk menyalurkan

pembiayaan di berbagai pembiayaan dan berbagai sektor usaha, lokasi

geografis, jangka waktu, dan tingkat profitabilitas tertentu. Sejalan

dengan hal itu juga harus memahami tujuan dari kualitas kredit,

pendapatan, pertumbuhan, dan hubungan timbal balik antara risiko

dengan tingkat return dari aktivitas yang dijalankan. Dan yang

terpenting manajemen risiko kredit tersebut harus dikomunikasikan

pada seluruh bagian perusahaan.

15

Page 17: Makalah Manajemen Resiko 2

Senior manajemen bank bertanggung jawab untuk melaksanakan

strategi manajemen risiko kredit yang telah ditetapkan oleh dewan

direksi, yaitu dengan mengembangkan prosedur-prosedur tertulis yang

merefleksikan keseluruhan strategi serta meyakinkan pelaksanaannya.

Prosedur yang dibuat harus memuat kebijakan-kebijakan untuk

mengidentifikasi, mengukur, memonitor, dan mengontrol risiko kredit.

Perhatian juga harus diberikan pada asperk diversifikasi fortofolio

dengan menetapkan batas minimum pemberian kredit pada satu

kawasan, dan produk-produk individu. Bank dapat menggunakan

pengujian dalam menetapkan limit dan memonitoring dengan

memperimbangkan siklus usaha, suku bunga yang berlaku dan

perubahan-perubahan yang terjadi di pasar. Bagi bank yang

menyalurkan kredit berskala internasional, juga perlu menilai risiko

Negara dima na ia berhubungan.

Bank harus beroperasi pada kriteria penyaluran kredit yang sehat dan

teridentifikasi dengan jelas. Hal ini diperlukan untuk menilai risiko riil

dari nasabah atau peminjam dalam rangka memperkecil

penyalahgunaan fasilitas kredit. Bank memerlukan informasi tentang

berbagai faktor yang berhubungan dengan nasabah yang akan

diberikan kredit, diantaranya adalah tujuan fasilitas kredit dan sumber

pengembalian, profil risiko nasabah dan sensitivitasnya terhadap

kondisi ekonomi dan perubahan pasar, reputasi, dan kapasitas nasabah

untuk mengembalikan pinjaman, dan kemampuan nasabah untuk

memberikan jaminan.

Pemberian kredit selalu terkait dengan dua hal yaitu menerima risiko

dan pemberian kredit. Kredit harus dinilai sehingga dapat

merefleksikan risiko nasabah dan dapat ditentukan biaya atasnya.

Terkait dengan kredit yang potensial.

2) Manajemen risiko suku bunga

Risiko suku bunga pada produk-produk baru harus dijelaskan melalui

analisis waktu jatuh tempo, masa repricing dan pengembalian suatu

16

Page 18: Makalah Manajemen Resiko 2

instrument. Sistem pengukuran ini harus mampu memanfaatkan

konsep keuangan dan teknik manajemen risiko yang diterima secara

umum untuk menilai seluruh risiko suku bunga yang melekat pada

asset, liabilitas, dan posisi-posisi dalam off-balancesheet. Diantara

teknik-teknik yang dapat dipergunakan untuk mengukur risiko suku

bunga adalah GAP Analysit, duration GAP, dan GAP simulation. Bank

harus menetapkan sekenario ‘terburuk’ dan meyakinkan bahwa

rencana kontingensi telah tersedia untuk menanggulangi situasi ini.

3) Manajemen risiko likuiditas

Bisnis perbankan berhubungan dengan dana seseorang yang sewaktu-

waktu dapat ditarik sehingga manajemen likuiditas merupakan hal

yang sangat penting bagi bank. Senior manajemen harus memastikan

bahwa risiko likuiditas telah terkelola secara efektif dengan

menentukan serangkaian prosedur dan kebijakan. Esensi dari masalah

manajemen likuiditas muncul dari adanya kenyataan bahwa terdapat

hubungan timbale balik antara likuiditas dan profitabilitas, dan adanya

mismatch antara permintaan dan penawaran asset-aset yang likuid.

Misalnya, posisi likuiditas bank memberikan perioritas pada

pengalokasian dana. Dengan asumsi bahwa opportunity cost dari dana-

dana yang likuid adalah tetap, maka setela memiliki likuiditas yang

cukup, bank harus melakukan investasi yang dapat mendatangkan

keuntungan. Keputusan mengenai kebutuhan likuiditas bank harus

dianalisis secara terus menerus untuk menghindari adanya kelebihan

dan kekurangan likuiditas. Unsure terpenting dalam risiko likuiditas

adalah untuk menghitung kebutuhan likuiditas bank. Arus kas bersih

(net cash flow), baik defisit maupun surplus, merupakan indikator

penting dari krisis dan kelebihan likuiditas dalam rentang waktu

tertentu. Setelah mengidentifikasi kebutuhan likuiditas, serangkaian

scenario terburuk dapat dianalisis untuk menghitung kemungkinan

kerugian bank dan buruknya kondisi perekonomian secara luas.

Respos yang memungkinkan atas krisis ini meliputi kecepatan proses

17

Page 19: Makalah Manajemen Resiko 2

likuidasi asset dan sumber-sumber dana yang dapat dipakai bank pada

saat krisis. Fungsi audit internal juga harus mereview proses

manajemen likuiditas secara berkala, untuk mengidentifikasi masalah

dan kelemahan dalam mengambil langkah-;angkah yang tepat.

4) Manajemen risiko operasional

Risiko operasional bisa muncul akibat kegagalan faktor manusia,

proses, dan teknologi, manajemen atas risiko ini lebih kompleks lagi.

Risiko operasional memang cukup kompleks sehingga sangat sulit

untuk mengukurnya. Sebagian besar teknik pengukuran risiko

operasional yang ada masih sangat sederhana dan bersifat

eksperimental. Namun demikian, bank dapat mengumpulkan informasi

tentang berbagai jenis dari laporan dan rencana yang dipublikasikan

dalam lembaga (seperti laporan audit, laporan pengawasan, laporan

manajemen, rencana bisnis, rencana operasional, tingkat error, dan

lain-lain). Sementara terdapat berbagai sumber risiko ooperasional,

yang perlu dikelola melalui berbagai cara. Terutama risiko yang

muncul akibat faktor manusia perlu dikelola, dimonitor, dan dikontrol

secara efektif, yaitu melalui pembuatan prosedur operasi yang

memadai.

18

Page 20: Makalah Manajemen Resiko 2

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Menurut G.R Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja

yang melibatkan bimbingan atau pengarahan kelompok orang kearah tujuan

organisasional atau maksud yang nyata. Sehingga, Secara umum pengertian

manajemen ialah proses untuk memperoleh tujuan organisasi melalui upaya

bersama dengan sejumlah orang atau juga sumber milik si organisasi.

Hanafi mengelompokkan risiko menjadi 2 tipe yaitu Risiko murni (pure

risk) contoh risiko ini adalah risiko kecelakaan, kebakaran, dan semacamnya. Juga

Risiko spekulatif misalnya dalam kegiatan bisnis, kita mengharapkan keuntungan,

meskipun ada potensi kerugian.

Bentuk-bentuk risiko menurut Imam Wahyudi dkk (2013) risiko dapat

diklasifikasikan berdasarkan penyebab terjadinya dan dampak yang

ditimbulkannya. Berdasarkan penyebab terjadinya, risiko dibagi menjadi 2 yaitu

Risiko non bisnis dan Risiko bisnis.

Sedangkan berdasarkan dampaknya risiko dibagi menjadi 2 yaitu Risiko

Unik/ risiko non sistematis (unsystematic risk)/risiko non sistemis (unsystemic

risk dan Risiko pasar.

Manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang

dihadapi oleh organisasi secara komperhensif untuk tujuan meninkatkan nilai

perusahaan. Definisi lain oleh Warburg dalam Hanafi manajemen risiko adalah

seperangkat kebijakan, prosedur yang lengkap yang dipunyai organisasi, untuk

mengelola, memonitor, dan mengendalikan eksposur organisasi terhadap risiko

Berdasarkan PBI Nomor 13/23/PBI/2011 tentang penerapan Manajemen

Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Terdapat 10 risiko

yang dihadapi bank islam, yaitu: risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko

operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategis, risiko kepatuhan, risiko

imbal hasil, dan risiko investasi. Delapan risiko pertama merupakan risiko yang

umum dihadapi oleh bank konvensional. Dan 2 risiko terahir merupakan risiko

yang khusus dihadapai oleh bank islam.

19

Page 21: Makalah Manajemen Resiko 2

Daftar Pustaka

Hanafi, M. Mamduh, 2006, Manajemen Risiko,edisi 2, (Yogyakarta: Unit

Penerbit Dan Percetakan).

Khan, Tariqullah dan Habib Ahmed, 2008, Manajemen Risiko Lembaga

Keuangan Syariah, (Jakarta: PT Bumi Aksara).

http://abufitriambardi.blogspot.com/2010/09/menerapkan-managemen-resiko-

pada.html

http://rafse.wordpress.com/2014/06/23/manajemen-risiko-pada-koperasi-

syariah-bmt/ F R I D A Y , A U G U S T 3 1 , 2 0 0 7

20