makalah makanan halal haramA.Latar Belakang Dijaman sekarang
banyak yang menyebut era teknologi.Manusia semakin mudah dalam
menggapai keinginan-keinginan dengan bantuan teknologi,khususnya
teknologi telekomunikasi,industri,pertanian dan ekonomi.Dengan
kemajuan di berbagai bidang maka berpangaruh juga kepada pola pikir
masyarakat.Misalkan masalah makan dan minuman,banyak manusia atau
oaring yang makan dan minum mengikuti tren yang sedang ada diwaktu
itu.Dan sering kali kita lalai tentang halal atau haram makanan
yang kita makan.Makanan budaya luar yang masuk ke Indonesia banyak
sekali,contoh:Pizza hut,Hot Dog,Steak,bir,dan minuman beralkohol
lainya. Melihat masalah yang terjadi di atas kami selaku penulis
makalah akan memberikan rambu-rambu dan penjelasan tantang makanan
dan minuman yang halal dan yang haram berdasarkan dalil-dalil Al
Quran danAl Hadist.Sehingga kita sebagai umat islam tidak salah
makan makanan yang justru makanan itu tergolong makanan yang
haram.Semoga dengan makalah ini kita bisa membedakan makanan yang
halal dan yang haram.B.Rumusan Masalah1.Apa pengertian makanan
halal dan haram ?2.Apa manfaat makan makanan yang halal?3.Bagai
mana cara penetapan makanan itu halal atau haram?4.Apa saja
contoh-contoh makanan halal dan haram ?C.Tujuan1.Memahami
pengertian makanan halal dan haram .2.Mengetahui manfaat makan
makanan yang halal.3.Memahami cara penetapan makanan itu halal atau
haram.4.Memberi contoh-contoh makanan halal dan haram.BAB
IIPEMBAHASANA)Pengertian Makanan dan Minuman HalalPada prinsipnya
semua makanan dan minuman yang asd di dunia ini halal semua untuk
dimakan dan diminum kecuali ada larangan dari Allah yaitu yang
terdapat dalam Al Quran dan yang terdapat dalam hadist Nabi
Muhammad SAW.Tiap benda di permukaan bumi menurut hukum asalnya
adalah halal kecuali kalau ada larangan secara syari. Dalam sebuah
hadist Rosulullah SAW pernah ditanyapara sahabat tentang hukum
minyak sapi (samin), keju, kulit binatangbeserta bulunya untuk
perhiasan maupun untuk tempat duduk.1).Makanan Yang Dihalalkan
Allah SWTSegala jenis makanan apa saja yang ada di dunia halal
untuk dimakan kecuali ada larangan dari Allah SWT dan Nabi Muhammad
SAW untuk dimakan. Agama Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk
memakan makanan yang halal dan baik. Makanan halal maksudnya
makanan yang diperoleh dari usaha yang diridhai Allah. Sedangkan
makanan yang baik adalah yang bermanfaat bagi tubuh, atau makanan
bergizi.Makanan yang enak dan lezat belum tentu baik untuk tubuh,
dan boleh jadi makanan tersebut berbahaya bagi kesehatan.
Selanjutnya makanan yang tidak halal bisa mengganggu kesehatan
rohani. Daging yang tumbuh dari makanan haram, akan dibakar di hari
kiamat dengan api neraka.Makanan halal dari segi jenis ada tiga :
Berupa hewan yang ada di darat maupun di laut, seperti kelinci,
ayam, kambing, sapi, burung, ikan. Berupa nabati (tumbuhan) seperti
padi, buah-buahan, sayur-sayuran dan lain-lain. Berupa hasil bumi
yang lain seperti garam semua.Makanan yang halal dari usaha yang
diperolehnya, yaitu :1).Halal makanan dari hasil bekerja yang
diperoleh dari usaha yang lain seperti bekerja sebagai buruh,
petani, pegawai, tukang, sopir, dll.2).Halal makanan dari mengemis
yang diberikan secara ikhlas, namun pekerjaan itu halal , tetapi
dibenci Allah seperti pengamen.3).Halal makanan dari hasil sedekah,
zakat, infak, hadiah, tasyakuran, walimah, warisan, wasiat,
dll.4).Halal makanan dari rampasan perang yaitu makanan yang
didapat dalam peperangan (ghoniyah).2).Minuman Yang
DihalalkanSegala jenis minuman apa saja yang ada di dunia ini halal
untuk diminum kecuali ada larangan yang mengharamkan dari Allah dan
Nabi Muhammad SAW.Minuman halal menurut jenisnya ada tiga, yaitu
:1).Halal minuman yang dihasilkan oleh hewani seperti susu sapi,
madu, minyak sawit, dll.2).Halal minuman yang dihasilkan oleh
tumbuhan seperti juice wortel, juice jeruk, juice anggur, juice
tomat, juice avokad, dll.B).Manfaat Makanan Dan Minuman Dihalalkan
Makanan dan minuman yang halalan thoyyibah atau halal dan baik
serta bergizi tentu sangat berguna bagi kita, baik untuk kebutuhan
jasmani dan rohani. Apabila makanan dan minuman yang didapatkan
dari hasil yang halal tentu sangat berguna untuk diri kita dan
keluarga kita. Hasil dari makanan minuman yang halal sangat membawa
berkah, barakah bukan bererti jumlahnya banyak, meskipun sedikit,
namun uang itu cukup untuk mencukupi kebutuhan sahari-hari dan juga
bergizi tinggi. Bermanfaat bagi pertumbuhan tubuh dan perkembangan
otak. Lain halnya dengan hasil dan jenis barang yang memang haram,
meskipun banyak sekali, tapi tidak barokah, maka Allah menyulitkan
baginya rahmat sehingga uangnnya terbuang banyak hingga habis dalam
waktu singkat. Diantara beberapa manfaat menggunakan makanan dan
minuman halal, yaitu :1).Membawa ketenangan hidup dalam kegiatan
sehari-hari,2).dapat menjaga kesehatan jasmani dan
rohani,3).Mendapat perlindungan dari Allah SWT,4).Mendapatkan iman
dan ketaqwaan kepada Allah SWT,5).Tercermin kepribadian yang jujur
dalam hidupnya dan sikap apa adanya,6).Rezeki yang diperolehnya
membawa barokah dunia akhirat.C).Dalil Naqli tentang Makanan dan
Minuman Halal1). Barang yangdi halalkan oleh Allah dalam kitab-Nya
adalah halal, dan barang yang diharamkan oleh Allah dalam kitab-Nya
adalah haram. Dan sesuatu yang tidak dilarang-Nya, mak barang itu
termasuk yang diafkan-Nya, sebagai kemudahan bagi kamu.(HR. Ibnu
Majah dan Tirmidzi) Fiqihsunnah oleh Sulaiman Ar Rasyid).2). Dan
makanlah makan yang halal lagi bik dari apa yang Allah telah telah
berikan rezekinya kepadmu bertaqwalah pada Allah yang kamu beriman
pada-Nya.(QS. Al Maidah : 88).3).Dia telah menurunkan air hujan
dari langit untuk kamu, sebagian menjadi minuman dan sebagainnya
(menyuburkannya) tumbuhan-tumbuhan yang ada (tempat tumbuhnya) kamu
menggembalakan ternakmu.(QS.An Nahl : 10)4).Wahai orang beriman
sesungguhnya arak 9khimar), berjudi, qurban untuk berhala, undian
dengan panah adalah dosa dan termasuk perbuatan syaitan, maka
juhilah agar kamu mendapat keberuntungan(QS.Al Maidah
:90)6).Sesungguhnya Saad Ibnu Ubayyin mohon pada Rosulullah SAW
agar didoakan kepada Allah supaya doanya diterima (mustajab), maka
beliau bersabda kepadanya : Perbaiki makanan, niscaya diterima
doa-doamu (HR. Tabrani)7).Maka makanlah rezeki yang halal lagi suci
yang telah diberikan Allah pada kamu(QS. An Nahl :114)D).Pengertian
Makanan dan Minuman Haram Banyak terjadi salah sangka dari
masyarakat bahwa menjari rezeki yang haram saja sulit, apalagi yang
halal. Hal itu malah memicu banyak kesalahapahaman tentang halal
dan haram suatu rezeki. Akhirnya, banyak masyarakat menghalalkan
segala cara untuk mencari rezeki, padahal belum tentu halal. Kita
sebagai orang bertaqwa hendaknya menghindari hal itu dengan banyak
mempelajari Al Quran dan Hadist tentang pengertian halal dan
haram.1).Makanan Yang DiharamkanMakanan yang diharamkan agama,
yaitu makanan dan minuman yang diharamkan di dalam Al Quran dan Al
Hadist, bila tidak terdapat petunjuk yang melarang, berarti
halal.Haramnya makanan secara garis besar dapat dibagi dua macam
:a).Haram aini, ditinjau dari sifat benda seperti daging babi,
darang, dan bangkai. Haram karena sifat tersebut, ada tiga :(1)
Berupa hewani yaitu haramnya suatu makanan yang berasal dari hewan
seperti daging babi, anjing, ulat, buaya, darah hewan itu, nanah
dll.(2) Berupa nabati (tumbuhan), yaitu haramnya suatu makanan yang
berasal dari tumbuhan seperti kecubung, ganja, buah, serta daun
beracun. Minuman buah aren, candu, morfin, air tape yang telah
bertuak berasalkan ubi, anggur yang menjadi tuakdan jenis lainnya
yang dimakan banyak kerugiannya.(3) Benda yang berasal dari perut
bumi, apabila dimakan orang tersebut, akan mati atau membahayakan
dirinya, seperti timah, gas bumi. Solar, bensin, minyak tanah, dan
lainnya.b).Haram sababi, ditinjau dari hasil usaha yang tidak
dihalalkanolah agama. Haram sababi banyak macamnya, yaitu
:1).Makanan haram yang diperoleh dari usaha dengan cara dhalim,
seperti mencuri, korupsi, menipu, merampok, dll.2).Makanan haram
yang diperoleh dari hasil judi, undian harapan, taruhan, menang
togel, dll.3).Hasil haram karena menjual makanan dan minuman haram
seperti daging babi, , miras, kemudian dibelikan makanan dan
minuman.4).Hasil haram karena telah membungakan dengan riba, yaitu
menggandakan uang.5).Hasil memakan harta anak yatim dengan boros /
tidak benar.2).Minuman Yang Diharamkan Pada prinsipnya segala
minuman apa saja halal untuk diminum selama tidak ada ayat Al Quran
dan Hadist yang mengharamkannya. Bila haram, namun masih dikonsumsi
dan dilakukan, maka niscaya tidak barokah, malah membuat penyakit
di badan. Minuman yang haram secara garis besar, yakni :a).Berupa
hewani yang haramnya suatu minuman dari hewan, seperti darah sapi,
darah kerbau, bahkan darah untuk obat seperti darah ular, darah
anjing, dan lain-lain.b).Berupa nabati atau tumbuhan seperti tuak
daribuah aren, candu, morfin, air tape bertuak dari bahan ubi,
anggur telah bertuak, dan lain sebagainya.c).Berupa berasal dari
perut bumi yaitu : haram diminum sepeti solar, bensin, spiritus,
dan lainnya yang membahayakan.E).Mudharat Makanan dan Minuman Haram
Makanan dan minuman haram, selain dilarang oleh Allah, juga
mengandung lebih banyak mudlarat (kejelekan) daripada kebaikannya.
Hasil haram meskipun banyak, namun tidak barokah atau cepat habis
dibandingkan yang halal dan barokah. Dan juga makan haram merugikan
orang lain yang tidak mengetahui hasil dari perbuatan haram itu.
Sehingga teman, kerabat iktu terkena getahnya. Dan juga yang
mencari rezeki haram tidak tenang dalam hidupnya apalagi dalam
jumlah bayak dan besar karena takut diketahui dan mencemarkan nama
baiknya dan keluarga sanak familinya.Ada beberapa mudlarat lainnya,
yaitu :(1) Doa yang dilakukan oleh pengkonsumsi makanan dan minuman
haram, tidak mustajabah (maqbul).(2) Uangnya banyak, namun tidak
barokah, diakibatkan karena syetan mengarahkannya kepada
kemaksiatan dengan uang itu.(3) Rezeki yang haram tidak barokah dan
hidupnnya tidak tenang.(4) Nama baik, kepercaan, dan martabatnya
jatuh bila ketahuan.(5) Berdosa, karena telaha malanggar aturan
Allah(6) Merusak secara jasmani dan rohani kita.F).Menerapkan
Ketentuan Makan dan Minuman Halal dan HaramBanyaknya makanan dan
minuman, belum tentu membawa nikmat. Namun, sedikit tapi barokah
karena halal, itu jauh lebih baik. Dan menjadi penyelamat keluarga
dan sanaksaudara dari hasil haram bila dibagikan.Kita sebagai
muslim seharusnya makan dan minum yang halal, karena kita selalu
beribadah kepda Allah. Bila kita mengacuhkan aturannya, bukan tidak
mungkin Allah memutuskan pintu rahmat, barokah, dan doanya tidak
mustajabah (terkabul).Sikap kita terhadap makanan dan minuman haram
:1).Hendaknya tidak makan dan minum yang hasil maksiat ataupun
haram2).Sebaiknya makan dan minum halal secukupnya .3).Menghindari
makanan dan minuman yang membahayakan tubuh.4).Menghindari
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan makanan dan
minuman.5).Menghindariperbuatan menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan rezeki.G). Jenis Makanan dan Minuman Halal dan Haram
(Versi II) Minuman yang HalalMinuman yang halal pada dasarnya dapat
dibagi menjadi 4 bagian :1. Semua jenis air atau cairan yang tidak
membahayakan bagi kehidupan manusia, baik membahayakan dari segi
jasmani, akal, jiwa, maupun aqidah.2. Air atau cairan yang tidak
memabukkan walaupun sebelumnya pernah memabukkan seperti arak yang
berubah menjadi cuka.3. Air atau cairan itu bukan berupa benda
najis atau benda suci yang terkena najis.4. Air atau cairan yang
suci itu didapatkan dengan cara-cara yang halal yang tidak
bertentangan dengan ajaran agama Islam.Minuman yang Haram1. Semua
minuman yang memabukkan atau apabila diminum menimbulkan mudharat
dan merusak badan, akal, jiwa, moral dan aqidah seperti arak,
khamar, dan sejenisnya.Allah berfirman : Mereka bertanya kepadamu
tentang khamar dan judi. Katakanlah: Pada keduanya itu terdapat
dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya
lebih besar dari manfaatnya. (QS. Al-Baqarah : 219)Dalam ayat lain
Allah berfirman : Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. (QS. Al-Maidah : 90)Nabi SAW bersabda : Sesuatu yang
memabukkan dalam keadaan banyak, maka dalam keadaan sedikit juga
tetap haram. (HR An-Nasai, Abu Dawud dan Turmudzi).1. Minuman dari
benda najis atau benda yang terkena najis.2. Minuman yang
didapatkan dengan cara-cara yang tidak halan atau yang bertentangan
dengan ajaran Islam.H. Contoh- Contoh Makanan dan Minuman Haram dan
Halal1. Contoh Makanan Haram Binatang-Binatang MatiOrang normal
harus mematikan lebih dahulu binatang yang akan dikonsumsinya. Ini
sudah jelas. Lalu, apa maksud pengharaman binatang mati? Dijelaskan
dalam 5:3 bahwa binatang-binatang mati yang diharamkan adalah yang
mati tanpa disembelih. Binatang-binatang yang mati tanpa
penyembelihan adalah yang mati karena :1. dicekik,2. dipukul dengan
keras,3. dijatuhkan kepalanya lebih dahulu,4. dilukai dengan
tanduk, atau5. dimakan oleh binatang liar.Jadi, binatang-binatang
mati yang diharamkan adalah yang mati tanpa penyembelihan. Dalam
kamus besar bahasaIndonesia,menyembelihberarti menggorok leher.
Penggorokan leher binatang dimaksudkan agar darahnya mengucur
keluar dan kemudian binatang tersebut mati. Artinya, tidak semua
binatang bisa disembelih karena ada binatang yang tidak berleher.
Contoh binatang berleher adalah kambing, ayam, dan sapi sedangkan
contoh binatang yang tidak berleher adalah ikan dan serangga. Jenis
binatang yang tidak berleher tidak bisa disembelih. Kita tidak akan
bisa mengeluarkan darah serangga dengan cara mengiris bagian antara
kepala dan perut. Demikian pula, kita tidak akan bisa menyembelih
ikan karena ikan tidak berleher. Apabila kita mengiris bagian
antara kepala dan perut ikan, darahnya tidak akan mengucur seperti
yang terjadi pada penyembelihan leher ayam atau kambing. Oleh
karena itu, binatang yang dijelaskan dalam 5:3 adalah binatang yang
bisa disembelih. DarahDijelaskan dalam 6:145 bahwa darah yang
diharamkan adalah darah yang mengalir keluar. Darah yang
dimaksudkan adalah yang mengalir dalam tubuh binatang yang keluar
jika disembelih. Sudah barang tentu, darah yang dimaksud juga dapat
keluar karena penyebab lain. Pendek kata, darah yang mengalir dalam
tubuh binatang adalah haram.Akibat dari penyembelihan
adalahpengeluaran darah sehingga kandungan darah dalam daging
menjadi semakin sedikit. Artinya, keberadaan darah dalam daging
mungkin masih ada meskipun hanya sedikit. Menurut penulis, jika
memakan sisa darah yang mungkin masih tersisa dalam daging yang
sudah dimasak, kita tidak berdosa jika itu dilakukan karena tidak
ingin berbuat dosa.Untuk menghindari makan darah ikan, kita harus
membersihkan darahnya ketika kita membersihkan perut dan kepalanya.
Ini perlu dilakukan karena darah ikan yang keluar jika diiris
adalah sedikit atau bahkan tidak ada. Darah yang berupa cairan
dikonsumsi dalam bentuk cairan. Artinya, orang mengkonsumsinya akan
meminumnya. Pengharaman darah sekaligus memperkuat pendapat penulis
yang sudah diutarakan sebelumnya bahwa pengertian makan mencakup
aktivitas memasukkan benda padat atau cair ke dalam tubuh. Dengan
kalimat lain, makanan dapat berupa benda padat atau benda cair.
Jika pengertian makan adalah memasukkan makanan ke dalam mulut
serta mengunyah dan menelannya, orang dapat berdalih bahwa meminum
darah tidak berdosa karena orang tersebut tidak memakannya tetapi
meminumnya. Binatang Yang Dipersembahkan Kepada Selain
Allah/Menyembelih Tidak Menyebut Nama Alloh SWTBinatang yang
dipersembahkan kepada selain Allah adalah haram untuk dimakan.
Meskipun demikian, hal tersebut berlaku pula untuk persembahan
bukan berupa binatang.1. Contoh Makanan Halal ORGANISME SELAIN
BINATANGADALAH HALAL Makanan yang dijelaskan keharamannya dalam 5:3
dan 6:145 adalah yang berasal dati binatang. Artinya, semua makanan
yang berasal dari organisme selain binatang pada dasarnya adalah
tidak haram alias halal. Seperti kita ketahui bahwa dalam biologi
dikenal 5 kerajaan organisme yaitu kerajaan binatang, kerajaan
tumbuhan, kerajaan jamur, kerajaan monera, dan kerajaan protista.
Selain babi, semua binatang, tumbuhan, jamur, dan mikroorganisme
adalah halal untuk dimakan. Hanya saja, makanan berasal dari
organisme-organisme tersebut harus baik agar boleh dikonsumsi.
DAGING DI PASAR DAN DI RESTORANSeringkali, kita tidak menyembelih
sendiri binatang yang akan dikonsumsi. Kita juga tidak mengetahui
sejarah daging yang akan kita makan. Ini yang terjadi ketika kita
membeli daging di pasar atau makan di restoran. Apakah boleh kita
membeli daging di pasar atau makan daging di restoran?Menurut
penulis, kita perlu percaya bahwa penjualnya sudah memahami tentang
syarat kehalalan daging. Hanya dengan rasa percaya itulah
permasalahan tersebut dapat diselesaikan. Oleh sebab itu, kita
harus memilih penjual atau restoran yang bisa dipercaya. Jika kita
tidak bisa mendapatkan yang halal padahal kita membutuhkannya, kita
dapat menerimanya sebagai keadaan terpaksa yang disertai perasaan
tidak ada ingin melanggar perintah Allah.1. Perilaku Yang
Menyimpang Merokok Merokok termasuk perilaku makan yang menyimpang
karena tujuannya tidak untuk mendapatkan energi dan unsur-unsur
kimia yang bermanfaat bagi tubuh. Perokok memasukkan asap yang
mengandung zat yang oleh para ahli dianggap sebagai zat yang tidak
menyehatkan. Sejumlah orang yang tidak setuju dengan pengonsumsian
rokok berkampanye anti rokok. Di sisi lain, para perokok berdalih
bahwa ada perokok yang dapat berumur panjang. Sampai sekarang, pro
dan kontra terhadap perilaku merokok masih terjadi. Disebutkan
dengan jelas bahwa Allah hanya mengharamkan yang disebutkan dalam
6:145. Dalam ayat tersebut, morokok tidak disebutkan sehingga tidak
termasuk yang diharamkan. Meskipun halal, merokok menjadi dilarang
untuk dikonsumsi jika menimbulkan pengaruh yang tidak baik.
Artinya, merokok dapat dinilai baik atau buruk tergantung pada
efeknya terhadap yang mengkonsumsinya. Dalam hal ini, perokok harus
mengamati efek merokok terhadap dirinya dengan seksama dan jujur
karena Allah selalu mengawasi. Jika efeknya tidak baik bagi kita
secara jasmaniah dan atau rohaniah, morokok menjadi aktivitas yang
dilarang.Narkoba Mengkonsumsi narkoba tidak termasuk yang
diharamkan dalam 6:145. Hal ini dapat dipahami karena pemakaian
narkoba adalah perilaku makan tidak normal atau menyimpang. Seperti
kita ketahui bahwa yang dijelaskan dalam 6:145; 16:115; 2:173; dan
5:3 berkaitan dengan perilaku makan manusia nornal. Sudah diketahui
secara umum bahwa efek narkoba adalah tidak baik secara jasmaniah
maupun rohaniah bagi semua orang tanpa terkecuali. Dengan kata
lain, narkoba adalah sesuatu yang tidak boleh dikonsumsi oleh
siapapun secara mutlakBAB IIIPENUTUPA.KesimpulanDari hasl
pembahasan di atas dapat di tark kesimpulan bahwa: Pada prinsipnya
semua makanan dan minuman yang asd di dunia ini halal semua untuk
dimakan dan diminum kecuali ada larangan dari Allah yaitu yang
terdapat dalam Al Quran dan yang terdapat dalam hadist Nabi
Muhammad SAW.Tiap benda di permukaan bumi menurut hukum asalnya
adalah halal kecuali kalau ada larangan secara syari. Dengan
mengetahui hukum-hukum makan halal dan makanan yang haram.Maka
dijadiakan sebagai landasan dalam menentukan makanan dan minuman
dan cara mandapatkanya sehingga kita dapat ladasan dalam pemilihan
makanan dan minuman pada saat ini dan seterusnya.Juga tak kalah
pentingnya cara mandapatkan makanan tersebut.Agar makanan dan
minuman yang kita makan sehari-hari mendapat barokah serta nikmat
dari Alloh SWT.DAFTAR PUSTAKA1. 1. Thobib Al-Asyhar,Bahaya Makanan
Haram Bagai Kesehatan Jasmani dan Rohani,Jakarat:Al-Mawadi
Prima,20031. Al-Athimah wa Ahkamis Shoyd wadz Dzaba`ih, karya
Syaikh Al-Fauzan, cet. I th. 1408 H/1988 M, penerbit: Maktabah
Al-Maarif Ar-Riyadh2. Al-Majmu, Imam An-Nawawy, Cet. Terakhir, th.
1415 H/1995 M, penerbut: Dar Ihya`ut Turots Al-Araby3. . Bidayatul
Mujtahid, Ibnu Rusyd Al-Maliky, cet. X, th. 1408 H/1988 M,
penerbit: Darul Kutubil Ilmiyah4. Al-Luqothot fima Yubahu wa
Yuhramu minal Athimah wal Masyrubat, karya Muhammad bin Hamd
Al-Hamud An-Najdymakanan halal5. Setelah memahami ketiga
pendahuluan di postngan sebelumnya, maka berikut penyebutan satu
persatu makanan yang dibahas oleh para ulama beserta hukumnya
masing-masing:6. 1. Bangkai7. Bangkai adalah semua hewan yang mati
tanpa penyembelihan yang syariy dan juga bukan hasil
perburuan.Allah -Subhanahu wa Taala- menyatakan dalam firman-Nya:8.
9. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang
buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya. (QS. Al-Ma`idah:
3)10. Dan juga dalam firmannya:11. 12. Dan janganlah kamu memakan
binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika
menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah
suatu kefasikan.(QS. Al-Anam: 121)13. Jenis-jenis bangkai
berdasarkan ayat-ayat di atas:14. 1. Al-Munhaniqoh, yaitu hewan
yang mati karena tercekik.15. 2. Al-Mauqudzah, yaitu hewan yang
mati karena terkena pukulan keras.16. 3. Al-Mutaroddiyah, yaitu
hewan yang mati karena jatuh dari tempat yang tinggi.17. 4.
An-Nathihah, yaitu hewan yang mati karena ditanduk oleh hewan
lainnya.18. 5. Hewan yang mati karena dimangsa oleh binatang
buas.19. 6. Semua hewan yang mati tanpa penyembelihan, misalnya
disetrum.20. 7. Semua hewan yang disembelih dengan sengaja tidak
membaca basmalah.21. 8. Semua hewan yang disembelih untuk selain
Allah walaupun dengan membaca basmalah.22. 9. Semua bagian tubuh
hewan yang terpotong/terpisah dari tubuhnya. Hal ini berdasarkan
hadits Abu Waqid secara marfu:23. 24. Apa-apa yang terpotong dari
hewan dalam keadaan dia (hewan itu) masih hidup, maka potongan itu
adalah bangkai. (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzy dan dishohihkan
olehnya)25. Diperkecualikan darinya 3 bangkai, ketiga bangkai ini
halal dimakan:26. 1. Ikan,karena dia termasuk hewan air dan telah
berlalu penjelasan bahwa semua hewan air adalah halal bangkainya
kecuali kodok.27. 2. Belalang. Berdasarkan hadits Ibnu Umar secara
marfu:28. : , : 29. Dihalalkan untuk kita dua bangkai dan dua
darah. Adapun kedua bangkai itu adalah ikan dan belalang. Dan
adapun kedua darah itu adalah hati dan limfa. (HR. Ahmad dan Ibnu
Majah)30. 3. Janin yang berada dalam perut hewan yang disembelih.
Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan
Ashhabus Sunan kecuali An-Nasa`iy, bahwa Nabi -Shallallahu alaihi
wasallam- bersabda:31. 32. Penyembelihan untuk janin adalah
penyembelihan induknya.33. Maksudnya jika hewan yang disembelih
sedang hamil, maka janin yang ada dalam perutnya halal untuk
dimakan tanpa harus disembelih ulang.34. [Al-Luqothot fima Yubahu
wa Yuhramu minal Ath'imah wal Masyrubat point pertama]35. 2.
Darah.36. Yakni darah yang mengalir dan terpancar. Hal ini
dijelaskan dalam surah Al-Anam ayat 145:37. Atau darah yang
mengalir.38. Dikecualikan darinya hati dan limfa sebagaimana
ditunjukkan dalam hadits Ibnu Umar yang baru berlalu. Juga
dikecualikan darinya darah yang berada dalam urat-urat setelah
penyembelihan.39. 3. Daging babi.40. Telah berlalu dalilnya dalam
surah Al-Ma`idah ayat ketiga di atas. Yang diinginkan dengan daging
babi adalah mencakup seluruh bagian-bagian tubuhnya termasuk
lemaknya. Secara biologi pun daging babi mengandung banyak
penyakit. 41. 4. Khamar.
googling
42. Allah -Subhanahu wa Taala- berfirman:43. 44. Hai orang-orang
yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan.. (QS. Al-Ma`idah: 9045. Dan dalam
hadits riwayat Muslim dari Ibnu Umar -radhiallahu anhuma- secara
marfu:46. 47. Semua yang memabukkan adalah haram, dan semua khamar
adalah haram.48. Dikiaskan dengannya semua makanan dan minuman yang
bisa menyebabkan hilangnya akal (mabuk), misalnya narkoba dengan
seluruh jenis dan macamnya.49. 5. Semua hewan buas yang
bertaring.
ihsandpra.multiply.com
50. 51. Sahabat Abu Tsalabah Al-Khusyany -radhiallahu anhu-
berkata:52. 53. Sesungguhnya Rasulullah -Shallallahu alaihi
wasallam- melarang dari (mengkonsumsi) semua hewan buas yang
bertaring. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)54. Dan dalam riwayat Muslim
darinya dengan lafazh, Semua hewan buas yang bertaring maka
memakannya adalah haram.55. Yang diinginkan di sini adalah semua
hewan buas yang bertaring dan menggunakan taringnya untuk
menghadapi dan memangsa manusia dan hewan lainnya. Lihat Al-Ifshoh
(1/457) dan Ilamul Muwaqqiin (2/117).56. Jumhur ulama berpendapat
haramnya berlandaskan hadits di atas dan hadits-hadits lain yang
semakna dengannya.57. [Asy-Syarhul Kabir (11/66), Mughniyul Muhtaj
(4/300), dan Syarh Tanwiril Abshor ma'a Hasyiyati Ibnu 'Abidin
(5/193)]58. 6. Semua burung yang memiliki cakar.
ihsandpra.multiply.com
59. Yang diinginkan dengannya adalah semua burung yang memiliki
cakar yang kuat yang dia memangsa dengannya, seperti: elang dan
rajawali. Jumhur ulama dari kalangan Imam Empat -kecuali Imam
Malik- dan selainnya menyatakan pengharamannya berdasarkan hadits
Ibnu Abbas -radhiallahu anhuma-:60. 61. Beliau (Nabi) melarang
untuk memakan semua hewan buas yang bertaring dan semua burung yang
memiliki cakar. (HR. Muslim) [Al-Majmu' (9/22), Al-Muqni'
(3/526,527), dan Takmilah Fathil Qodir (9/499)]62. 7. Jallalah.63.
Dia adalah hewan pemakan feses (kotoran) manusia atau hewan lain,
baik berupa onta, sapi, dan kambing, maupun yang berupa burung,
seperti: garuda, angsa (yang memakan feses), ayam (pemakan feses),
dan sebagian gagak. Lihat Nailul Author (8/128).64. Hukumnya adalah
haram. Ini merupakan pendapat Imam Ahmad -dalam satu riwayat- dan
salah satu dari dua pendapat dalam madzhab Syafiiyah, mereka
berdalilkan dengan hadits Ibnu Umar -radhiallahu anhuma- beliau
berkata:65. 66. Rasulullah -Shallallahu alaihi wasallam- melarang
dari memakan al-jallalah dan dari meminum susunya. (HR. Imam Lima
kecuali An-Nasa`iy (3787))67. Beberapa masalah yang berkaitan
dengan jallalah:68. 1. Tidak semua hewan yang memakan feses masuk
dalam kategori jallalah yang diharamkan, akan tetapi yang
diharamkan hanyalah hewan yang kebanyakan makanannya adalah feses
dan jarang memakan selainnya. Dikecualikan juga semua hewan air
pemakan feses, karena telah berlalu bahwa semua hewan air adalah
halal dimakan. Lihat Hasyiyatul Al-Muqni (3/529).69. 2. Jika
jallalah ini dibiarkan sementara waktu hingga isi perutnya bersih
dari feses maka tidak apa-apa memakannya ketika itu. Hanya saja
mereka berselisih pendapat mengenai berapa lamanya dia dibiarkan,
dan yang benarnya dikembalikan kepada ukuran adat kebiasaan atau
kepada sangkaan besar. Lihat Al-Majmu (9/28).70. [Al-Muqni'
(3/527,529), Mughniyul Muhtaj (4/304), dan Takmilah Fathil Qodir
(9/499-500)]71. 8. Keledai jinak (bukan yang liar).72.
Ini merupakan madzhab Imam Empat kecuali Imam Malik dalam
sebagian riwayat darinya. Dari Anas bin Malik -radhiallahu anhu-,
bahwasanya Rasulullah -Shallallahu alaihi wasallam- bersabda:73. ,
74. Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya melarang kalian untuk memakan
daging-daging keledai yang jinak, karena dia adalah najis. (HR.
Al-Bukhary dan Muslim)75. Diperkecualikan darinya keledai liar,
karena Jabir -radhiallahu anhu- berkata:76. 77. Saat (perang)
Khaibar, kami memakan kuda dan keledai liar, dan Nabi -Shallallahu
alaihi wasallam- melarang kami dari keledai jinak. (HR. Muslim)78.
Inilah pendapat yang paling kuat, sampai-sampai Imam Ibnu Abdil
Barr menyatakan, Tidak ada perselisihan di kalangan ulama zaman ini
tentang pengharamannya. Lihat Al-Mughny beserta Asy-Syarhul Kabir
(11/65). [Al-Bada`i' (5/37), Mughniyul Muhtaj (4/299), Al-Muqni'
(3/525), dan Al-Bidayah (1/344].79. 9. Kuda.
ardiantono.wordpress.com
80. 81. Telah berlalu dalam hadits Jabir bahwasanya mereka
memakan kuda saat perang Khaibar. Semakna dengannya ucapan Asma`
bintu Abi Bakr -radhiallahu anhuma-:82. 83. Kami menyembelih kuda
di zaman Rasulullah -Shallallahu alaihi wasallam- lalu kamipun
memakannya. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)84. Maka ini adalah sunnah
taqririyyah (persetujuan) dari Nabi -Shallallahu alaihi
wasallam-.85. Ini adalah pendapat jumhur ulama dari kalangan
Asy-Syafiiyyah, Al-Hanabilah, salah satu pendapat dalam madzhab
Malikiyah, serta merupakan pendapat Muhammad ibnul Hasan dan Abu
Yusuf dari kalangan Hanafiyah. Dan ini yang dikuatkan oleh Imam
Ath-Thohawy sebagaimana dalam Fathul Bary (9/650) dan Imam Ibnu
Rusyd dalam Al-Bidayah (1/3440).86. [Mughniyul Muhtaj (4/291-291),
Al-Muqni' beserta hasyiyahnya (3/528), Al-Bada`i' (5/18), dan
Asy-Syarhus Shoghir (2/185)]87. 10. Baghol.88. Dia adalah hewan
hasil peranakan antara kuda dan keledai. Jabir -radhiallahu anhuma-
berkata:89. 90. Rasulullah -Shallallahu alaihi wasallam-
mengharamkan -yakni saat perang Khaibar- daging keledai jinak dan
daging baghol. (HR. Ahmad dan At-Tirmidzy)91. Dan ini (haram)
adalah hukum untuk semua hewan hasil peranakan antara hewan yang
halal dimakan dengan yang haram dimakan. [Al-Majmu' (9/27),
Ays-Syarhul Kabir (11/75), dan Majmu' Al-Fatawa (35/208)].92. 11.
Anjing.
fachruddin54.blogspot.com
93. 94. Paraulama sepakat akan haramnya memakan anjing, di
antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah bahwa anjing termasuk
dari hewan buas yang bertaring yang telah berlalu pengharamannya.
Dan telah tsabit dari Nabi -Shallallahu alaihi wasallam- bahwa
beliau bersabda:95. 96. Sesungguhnya Allah jika mengharamkan
sesuatu maka Dia akan mengharamkan harganya [12].97. Dan telah
tsabit dalam hadits Abu Masud Al-Anshory riwayat Al-Bukhary dan
Muslim dan juga dari hadits Jabir riwayat Muslim akan haramnya
memperjualbelikan anjing. [Al-Luqothot point ke-12]98. 12. Kucing
baik yang jinak maupun yang liar.
strano66.blogspot.com
99.
Jumhur ulama menyatakan haramnya memakan kucing karena dia
termasuk hewan yang bertaring dan memangsa dengan taringnya.
Pendapat ini yang dikuatkan oleh Syaikh Al-Fauzan. Dan juga telah
warid dalam hadits Jabir riwayat Imam Muslim akan larangan
meperjualbelikan kucing, sehingga hal ini menunjukkan haramnya.
[Al-Majmu' (9/8) dan Hasyiyah Ibni 'Abidin (5/194)]100. 13.
Monyet.
hidatte.wordpress.com
101. Ini merupakan madzhab Syafiiyah dan merupakan pendapat dari
Atho`, Ikrimah, Mujahid, Makhul, dan Al-Hasan. Imam Ibnu Hazm
menyatakan, Dan monyet adalah haram, karena Allah -Taala- telah
merubah sekelompok manusia yang bermaksiat (Yahudi) menjadi babi
dan monyet sebagai hukuman atas mereka. Dan setiap orang yang masih
mempunyai panca indra yang bersih tentunya bisa memastikan bahwa
Allah -Taala- tidaklah merubah bentuk (suatu kaum) sebagai hukuman
(kepada mereka) menjadi bentuk yang baik dari hewan, maka jelaslah
bahwa monyet tidak termasuk ke dalam hewan-hewan yang baik sehingga
secara otomatis dia tergolong hewan yang khobits (jelek) [13].
[Al-Luqothot point ke-13]102. 14. Gajah.103. Madzhab jumhur ulama
menyatakan bahwa dia termasuk ke dalam kategori hewan buas yang
bertaring. Dan inilah yang dikuatkan oleh Imam Ibnu Abdil Barr,
Al-Qurthuby, Ibnu Qudamah, dan Imam An-Nawawy -rahimahumullah-.
[Al-Luqothot point ke-14]104. 15. Musang(arab: tsalab)105. Halal,
karena walaupun bertaring hanya saja dia tidak mempertakuti dan
memangsa manusia atau hewan lainnya dengan taringnya dan dia juga
termasuk dari hewan yang baik (arab: thoyyib). Ini merupakan
madzhab Malikiyah, Asy-Syafiiyah, dan salah satu dari dua riwayat
dari Imam Ahmad. [Mughniyul Muhtaj (4/299), Al-Muqni' (3/528), dan
Asy-Syarhul Kabir (11/67)]106. 16. Hyena/kucing padang pasir(arab:
Dhibun)107. Pendapat yang paling kuat di kalangan ulama -dan ini
merupakan pendapat Imam Asy-Syafiiy dan Imam Ahmad- adalah halal
dan bolehnya memakan daging hyena. Hal ini berdasarkan hadits
Abdurrahman bin Abdillah bin Abi Ammar, beliau berkata, Saya
bertanya kepada Jabir, apakah hyena termasuk hewan buruan?, beliau
menjawab, iya. Saya bertanya lagi, apakah boleh memakannya?, beliau
menjawab, boleh. Saya kembali bertanya, apakah pembolehan ini telah
diucapkan oleh Rasulullah?, beliau menjawab, iya. Diriwayatkan oleh
Imam Lima [14] dan dishohihkan oleh Al-Bukhary, At-Tirmidzy dan
selainnya. Lihat Talkhishul Khabir (4/152).108. Pendapat ini yang
dikuatkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Al-Fath (9/568) dan Imam
Asy-Syaukany.109. Adapun jika ada yang menyatakan bahwa hyena
adalah termasuk hewan buas yang bertaring, maka kita jawab bahwa
hadits Jabir di atas lebih khusus daripada hadits yang mengharamkan
hewan buas yang bertaring sehingga hadits yang bersifat khusus
lebih didahulukan. Atau dengan kata lain hyena diperkecualikan dari
pengharaman hewan buas yang bertaring. Lihat Nailul Author (8/127)
dan Ilamul Muwaqqiin (2/117).110. [Mughniyul Muhtaj (4/299) dan
Al-Muqni' (3/52)]111. 17. Kelinci.112. Berdasarkan hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhary dan Imam Muslim dari Anas bin
Malik -radhiallahu anhu-:113. 114. Sesungguhnya beliau (Nabi)
-Shallallahu alaihi wasallam- pernah diberikan hadiah berupa
potongan daging kelinci, maka beliaupun menerimanya.115. Imam Ibnu
Qudamah berkata dalam Al-Mughny, Kami tidak mengetahui ada
seorangpun yang mengatakan haramnya (kelinci) kecuali sesuatu yang
diriwayatkan dari Amr ibnul Ash. [Al-Luqothot point ke-16]116. 18.
Belalang.117. Telah berlalu dalam hadits Ibnu Umar bahwa bangkai
belalang termasuk yang diperkecualikan dari bangkai yang
diharamkan. Hal ini juga ditunjukkan oleh perkataan Anas bin Malik
-radhiallahu anhu-:118. 119. Kami berperang bersama Rasulullah
-Shallallahu alaihi wasallam- sebanyak 7 peperangan sedang kami
hanya memakan belalang. (HR. Al-Bukhary dan Muslim). [Al-Luqothot
point ke-17]120. 19. Kadal padang pasir(arab: dhobbun [15]).121.
Pendapat yang paling kuat yang merupakan madzhab Asy-Syafiiyah dan
Al-Hanabilah bahwa dhabb adalah halal dimakan, hal ini berdasarkan
sabda Nabi -Shallallahu alaihi wasallam- tentang biawak:122. 123.
Makanlah dan berikanlah makan dengannya (dhabb) karena sesungguhnya
dia adalah halal. (HR. Al-Bukhary dan Muslim dari hadits Ibnu
Umar)124. Adapun keengganan Nabi untuk memakannya, hanyalah
dikarenakan dhabb bukanlah makanan beliau, yakni beliau tidak biasa
memakannya. Hal ini sebagaimana yang beliau khabarkan sendiri dalam
sabdanya:125. 126. Tidak apa-apa, hanya saja dia bukanlah
makananku.127. Ini yang dikuatkan oleh Imam An-Nawawy dalam Syarh
Muslim (13/97). [Mughniyul Muhtaj (4/299) dan Al-Muqni'
(3/529)]128. 20. Landak.129. Syaikh Al-Fauzan menguatkan pendapat
Asy-Syafiiyyah akan boleh dan halalnya karena tidak ada satupun
dalil yang menyatakan haram dan khobitsnya. Lihat Al-Majmu
(9/10).130. 21. Ash-shurod, kodok, semut, burung hud-hud, dan
lebah.131. Kelima hewan ini haram dimakan, berdasarkan hadits Abu
Hurairah -radhiallahu anhu-, beliau berkata:132. 133. Rasulullah
-Shallallahu alaihi wasallam- melarang membunuh shurod, kodok,
semut, dan hud-hud. (HR. Ibnu Majah dengan sanad yang shohih).134.
Adapun larangan membunuh lebah, warid dalam hadits Ibnu Abbas yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Daud.135. Dan semua hewan yang
haram dibunuh maka memakannyapun haram. Karena tidak mungkin
seeokor binatang bisa dimakan kecuali setelah dibunuh. [Al-Luqothot
point ke-19 s/d 23]136. 22. Yarbu.137. Halal. Ini merupakan madzhab
Asy-Syafiiyah dan Al-Hanabilah, dan merupakan pendapat Urwah, Atho`
Al-Khurosany, Abu Tsaur, dan Ibnul Mundzir, karena asal dari segala
sesuatu adalah halal, dan tidak ada satupun dalil yang menyatakan
haramnya yarbu ini. Inilah yang dikuatkan oleh Imam Ibnu Qudamah
dalam Al-Mughny (11/71). [Hasyiyatul Muqni' (3/528) dan Mughniyul
Muhtaj (4/299)]138. 23. Kalajengking, ular, gagak, tikus, tokek,
dan cicak.139. Karena semua hewan yang diperintahkan untuk dibunuh
tanpa melalui proses penyembelihan adalah haram dimakan, karena
seandainya hewan-hewan tersebut halal untuk dimakan maka tentunya
Nabi tidak akan mengizinkan untuk membunuhnya kecuali lewat proses
penyembelihan yang syariy.140. Rasulullah -Shallallahu alaihi
wasallam- bersabda:141. : 142. Adalima (binatang) yang fasik
(jelek) yang boleh dibunuh baik dia berada di daerah halal (selain
Mekkah) maupun yang haram (Mekkah): Ular, gagak yang belang, tikus,
anjing, dan rajawali(HR. Muslim)143. Adapun tokek dan -wallahu
alam- diikutkan juga kepadanya cicak, maka telah warid dari hadits
Abu Hurairah riwayat Imam Muslim tentang anjuran membunuh wazag
(tokek). [Bidayatul Mujtahid (1/344) dan Tafsir Asy-Syinqithy
(1/273)]144. 24. Kura-kura (arab: salhafat), anjing laut, dan
kepiting(arab: sarthon).145. Telah berlalu penjelasannya pada
pendahuluan yang ketiga bahwa ketiga hewan ini adalah halal
dimakan. [Al-Luqothot point ke-28 s/d 30]146. 25. Siput (arab:
halazun) darat, serangga kecil, dan kelelawar.147. Imam Ibnu Hazm
menyatakan, Tidak halal memakan siput darat, juga tidak halal
memakan seseuatupun dari jenis serangga, seperti: tokek (masuk juga
cicak), kumbang, semut, lebah, lalat, cacing, kutu, nyamuk dan yang
sejenis dengan mereka, berdasarkan firman Allah -Taala-, Diharamkan
untuk kalian bangkai, dan firman Allah -Taala-, Kecuali yang kalian
sembelih. Dan telah jelas dalil yang menunjukkan bahwa
penyembelihan pada hewan yang bisa dikuasai/dijinakkan, tidaklah
teranggap secara syariy kecuali jika dilakukan pada tenggorokan
atau dadanya. Maka semua hewan yang tidak ada cara untuk bisa
menyembelihnya, maka tidak ada cara/jalan untuk memakannya,
sehingga hukumnya adalah haram karena tidak bisa dimakan, kecuali
bangkai yang tidak disembelih [16]. [Al-Luqothot point ke-31 s/d
34]148. Inilah secara ringkas penyebutan beberapa kaidah dalam
masalah penghalalan dan pengharaman makanan beserta
contoh-contohnya semoga bisa bermanfaat. Penyebutan makanan sampai
point ke-25 di atas bukanlah dimaksudkan untuk membatasi bahwa
makanan yang haram jumlahnya hanya sekitar itu, akan tetapi yang
kami inginkan dengannya hanyalah menjelaskan kaidah umum dalam
masalah ini yang bisa dijadikan sebagai tolak ukur dalam menghukumi
hewan-hewan lain yang tidak sempat kami sebutkan.149. Adapun
makanan selain hewan dan juga minuman, maka hukumnya telah kami
terangkan secara global dalam pendahuluan-pendahuluan di awal
pembahasan, yang mana pendahuluan-pendahuluan ini adalah semacam
kaidah untuk menghukumi semuanya, wallahul muwaffiq.150.
http://qurandansunnah.wordpress.com/2009/11/30/lengkap-mengetahui-makanan-haram-dan-halal/
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI)
mendesak aparatur negara untuk segera mensahkan RUU Jaminan Produk
Halal. Jika tidak bisa disahkan dalam waktu dekat ini, MUI
menyarankan agar pemerintah mengeluarkan peraturan pendahulu
seperti Peraturan Presiden (Perpres) atau Instruksi Presiden
(Inpres) untuk melindungi konsumen dari produk-produk tidak
halal.
"Bisa saja pemerintah mengeluarkan aturan itu (Perpres atau
Inpres). Mengingat begitu mendesaknya payung hukum untuk melindungi
para konsumen dari produk yang tidak halal," kata Ketua MUI KH
Ma'ruf Amin saat dihubungi Republika, Kamis (20/13).
Namun demikian, Ma'ruf tetap berharap agar pengesahan RUU
Jaminan Produk Halal lebih diutamakan. Karena, sasaran dari RUU itu
mencakup kewajiban sertifikasi halal dari semua produk, pengawasan
produk, dan penindakan bagi produsen yang melanggar kehalalan
sebuah produk.
Menurut Ma'ruf, selama ini sebuah produk hanya diberikan label
sertifikasi halal oleh MUI. Namun, hal tersebut bukan merupakan
kewajiban. Sehingga, jika ada produk yang tak memiliki label halal,
tidak mendapatkan tindakan apa-apa dari aparatur negara.
"Jadi kita tidak bisa berbuat banyak jika ada produsen yang
nakal mencampur olahan dengan sesuatu yang tidak halal,"
katanya.
Rabu (12/12) kemarin, Polda Metro Jaya bersama dengan bidang
Pengendalian dan Pengawasan Suku Dinas Perternakan Jakarta Selatan,
melakukan pengerebekan di rumah toko di kawasan Cipete, Jakarta
Selatan, yang diduga sebagai tempat pengolahan daging babi.
Dalam pengerebekan tersebut, petugas menemukan 50 Kg daging babi
beku dan 15 Kg daging campuran.
Redaktur: HazliansyahReporter: Muhammad Hafil
KRITERIA MAKANAN HALALPendahuluanTermasuk di antara keluasan dan
kemudahan dalam syariat Islam, Allah -Subhanahu wa Taala-
menghalalkan semua makanan[1] yang mengandung maslahat dan manfaat,
baik yang kembalinya kepada ruh maupun jasad, baik kepada individu
maupun masyarakat. Demikian pula sebaliknya Allah mengharamkan
semua makanan yang memudhorotkan atau yang mudhorotnya lebih besar
daripada manfaatnya. Hal ini tidak lain untuk menjaga kesucian dan
kebaikan hati, akal, ruh, dan jasad, yang mana baik atau buruknya
keempat perkara inisangat ditentukan -setelah hidayah dari Allah-
dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia yang kemudian akan
berubah menjadi darah dan daging sebagai unsur penyusun hati dan
jasadnya. Karenanya Nabi -Shallallahu alaihi wasallam- pernah
bersabda: Daging mana saja yang tumbuh dari sesuatu yang haram maka
neraka lebih pantas untuknya.Makanan yang haram dalam Islam ada dua
jenis:1. Ada yang diharamkan karena dzatnya. Maksudnya asal dari
makanan tersebut memang sudah haram, seperti: bangkai, darah, babi,
anjing, khamar, dan selainnya.2. Ada yang diharamkan karena suatu
sebab yang tidak berhubungan dengan dzatnya. Maksudnya asal
makanannya adalah halal, akan tetapi dia menjadi haram karena
adanya sebab yang tidak berkaitan dengan makanan tersebut.
Misalnya: makanan dari hasil mencuri, upah perzinahan, sesajen
perdukunan, makanan yang disuguhkan dalam acara-acara yang bidah,
dan lain sebagainya.Satu hal yang sangat penting untuk diyakini
oleh setiap muslim adalah bahwa apa-apa yang Allah telah halalkan
berupa makanan, maka disitu ada kecukupan bagi mereka (manusia)
untuk tidak mengkonsumsi makanan yang haram.[Muqaddimah Al-Luqothot
fima Yubahu wa Yuhramu minal Ath'imah wal Masyrubat dan muqaddimah
Al-Ath'imah karya Al-Fauzan]Sebelum kita menyebutkan satu persatu
makanan dan minuman yang disebutkan dalam Al-Qur`an dan Sunnah
beserta hukumnya masing-masing, maka untuk lebih membantu memahami
pembahasan, kami dahului dengan beberapa pendahuluan. Pendahuluan
Pertama: Asal dari semua makanan adalah boleh dan halal sampai ada
dalil yang menyatakan haramnya.Allah -Taala- berfirman: Dia-lah
Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu. (QS.
Al-Baqarah: 29)Ayat ini menunjukkan bahwa segala sesuatu -termasuk
makanan- yang ada di bumi adalah nikmat dari Allah, maka ini
menunjukkan bahwa hukum asalnya adalah halal dan boleh, karena
Allah tidaklah memberikan nikmat kecuali yang halal dan baik.Dalam
ayat yang lain: Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu
apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu
memakannya. (QS. Al-Anam: 119)Maka semua makanan yang tidak ada
pengharamannya dalam syariat berarti adalah
halal[2].Faidah:Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan, Hukum asal
padanya (makanan) adalah halal bagi seorang muslim yang beramal
sholeh, karena Allah -Taala- tidaklah menghalalkan yang baik-baik
kecuali bagi siapa yang akan menggunakannya dalam ketaatan
kepada-Nya, bukan dalam kemaksiatan kepada-Nya. Hal ini berdasarkan
firman Allah Taala: Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah
mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan
mengerjakan amalan-amalan yang saleh. (QS. Al-Ma`idah: 93)Karenanya
tidak boleh menolong dengan sesuatu yang mubah jika akan digunakan
untuk maksiat, seperti memberikan daging dan roti kepada orang yang
akan minum-minum khamar atau akan menggunakannya dalam
kejelekan[3]. Pendahuluan Kedua: Manhaj Islam dalam penghalalan dan
pengharaman makanan adalah Islam menghalalkan semua makanan yang
halal, suci, baik, dan tidak mengandung mudhorot, demikian pula
sebaliknya Islam mengharamkan semua makanan yang haram, najis atau
ternajisi, khobits (jelek), dan yang mengandung mudhorot.Manhaj ini
ditunjukkan dalam beberapa ayat, di antaranya: Hai sekalian
manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi. (QS. Al-Baqarah: 168)Dan Allah mensifatkan Nabi Muhammad
dalam firman-Nya: Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk. (QS. Al-Araf: 157)Allah
melarang melakukan apa saja -termasuk memakan makanan- yang bisa
memudhorotkan diri, dalam firman-Nya: Dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. (QS. Al-Baqarah:
195)Juga sabda Nabi -Shallallahu alaihi wasallam-: Tidak boleh
membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang
lain.Karenanya diharamkan mengkonsumsi semua makanan dan minuman
yang bisa memudhorotkan diri -apalagi kalau sampai membunuh diri-
baik dengan segera maupun dengan cara perlahan. Misalnya: racun,
narkoba dengan semua jenis dan macamnya, rokok, dan yang
sejenisnya.Adapun makanan yang haram karena diperoleh dari cara
yang haram, maka Rasulullah -Shallallahu alaihi wasallam- telah
bersabda: Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian, dan
kehormatan-kehormatan kalian antara sesama kalian adalah haram.
(HR. Al-Bukhary dan Muslim)Faidah:1. Makna makanan yang najis
adalah jelas, adapun makanan yang ternajisi, contohnya adalah
mentega yang kejatuhan tikus. Hukumnya sebagaimana yang disebutkan
dalam hadits Maimunah -radhiallahu anha- bahwa Nabi -Shallallahu
alaihi wasallam- ditanya tentang lemak yang kejatuhan tikus, maka
beliau bersabda:, Buanglah tikusnya dan buang juga lemak yang
berada di sekitarnya lalu makanlah lemak kalian. (HR.
Al-Bukhary)Jadi jika yang kejatuhan najis adalah makanan padat,
maka cara membersihkannya adalah dengan membuang najisnya dan
makanan yang ada di sekitarnya, adapun sisanya boleh untuk dimakan.
Akan tetapi jika yang kejatuhan najis adalah makanan yang berupa
cairan, maka hukumnya dirinci; jika najis ini merubah salah satu
dari tiga sifatnya (bau, rasa, dan warna) maka makanannya dihukumi
najis sehingga tidak boleh dikonsumsi, demikian pula sebaliknya.1.
Makanan yang jelek (arab: khobits) ada dua jenis; yang jelek karena
dzatnya -seperti: darah, bangkai, dan babi- dan yang jelek karena
salah dalam memperolehnya -seperti: hasil riba dan perjudian-.
Lihat Majmu Al-Fatawa (20/334).2. Adapun ukuran kapan suatu makanan
dianggap thoyyib (baik) atau khobits (jelek), maka hal ini
dikembalikan kepada syariat. Maka apa-apa yang dihalalkan oleh
syariat maka dia adalah thoyyib dan apa-apa yang diharamkan oleh
syariat maka dia adalah khabits, ini adalah madzhab Malikiyah dan
yang dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sebagaimana yang
akan nampak dalam ucapan beliau.Adapun jumhur ulama, mereka
mengatakan bahwa yang menjadi ukuran dalam penentuannya adalah
orang-orang Arab, karena kepada merekalah asalnya diturunkan
Al-Qur`an sehingga mereka yang secara langsung diajak bicara oleh
syariat. Lihat Hasyiyah Ibni Abidin (5/194), Al-Majmu (9/25-26),
dan Asy-Syarhul Kabir (11/64).Hanya saja ini (pendapat jumhur)
adalah pendapat yang kurang kuat, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
berkata dalam menjelaskan makna firman Allah -Taala-: Mereka
menanyakan kepadamu: Apakah yang dihalalkan bagi mereka?
Katakanlah: Dihalalkan bagimu yang baik-baik.. (QS. Al-Maidah: 4)
Beliau berkata, Seandainya makna yang baik di sini adalah apa yang
dihalalkan, maka tentunya kalimat ini tidak ada faidahnya[4]. Maka
dari sini diketahuilah bahwa thoyyib dan khobits adalah sifat yang
berada pada sebuah benda, dan bukan yang diinginkan dengannya
(thoyyib) sekedar kelezatan dalam memakannya. Karena terkadang
seorang manusia menikmati (merasa lezat) dengan apa yang
membahayakan dirinya yang berupa racun[5], atau menikmati apa yang
dilarang oleh dokter[6]. Dan bukan pula yang diinginkan darinya
(thoyyib) dengan merasa nikmatnya sebagian bangsa -misalnya bangsa
Arab- terhadap suatu makanan, dan bukan pula dianggap thoyyib
karena keberadaannya sebagai makanan yang biasa dimakan (dinikmati)
oleh orang-orang Arab. Hal itu karena, keberadaan suatu makanan
biasa dimakan dan disenangi oleh sebagian bangsa atau sebaliknya
mereka tidak menyukainya karena makanan itu tidak ada di negerinya,
(semua ini) tidaklah mengharuskan Allah mengharamkan sebuah makanan
kepada segenap kaum mu`minin dengan alasan mereka (sebagian bangsa)
tidak terbiasa dengannya sebagaimana tidak mengharuskan Allah
menghalalkan suatu makanan kepada segenap kaum mu`minin dengan
alasan mereka (sebagian bangsa) terbiasa dengannya. Bagaimana
tidak, padahal orang-orang Arab (dahulu) telah terbiasa (menyukai)
dengan memakan darah, bangkai, dan selainnya padahal semuanya telah
diharamkan oleh Allah -Taala-. . . Demikian halnya Quraisy, mereka
memakan yang khobits yang telah Allah haramkan dan sebaliknya
mereka tidak menyukai makanan-makanan yang Allah tidak
mengharamkannya. -Lalu beliau membawakan hadits yang menunjukkan
Nabi tidak makan biawak, bukan karena dia haram akan tetapi karena
beliau tidak biasa memakannya[7]-. Maka dari sini jelaslah bahwa
ketidaksukaan suku Quraisy dan selainnya (dari bangsa Arab)
terhadap sebuah makanan tidaklah mengharuskan (baca: menunjukkan)
pengharaman makanan tersebut atas segenap kaum mu`minin baik yang
Arab maupun yang ajam (non-Arab). Dan juga sesungguhnya Nabi
-Shallallahu alaihi wasallam- dan para sahabat beliau, tidak
seorangpun di antara mereka yang mengharamkan makanan yang tidak
disukai oleh orang Arab dan sebaliknya tidak pernah membolehkan apa
yang (biasa) dimakan oleh orang Arab[8]. Pendahuluan Ketiga:
Makanan manusia secara umum ada dua jenis:1. Selain hewan, terdiri
dari tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, benda-benda (roti, kue dan
sejenisnya), dan yang berupa cairan (air dengan semua
bentuknya).Ibnu Hubairah -rahimahullah- dalam Al-Ifshoh (2/453)
menukil kesepakatan ulama akan halalnya jenis ini kecuali yang
mengandung mudhorot.1. Hewan, yang terdiri dari hewan darat dan
hewan air.Hewan darat juga terbagi menjadi dua;1. Jinak, yaitu
semua hewan yang hidup di sekitar manusia dan diberi makan oleh
manusia, seperti: hewan ternak2. Liar, yaitu semua hewan yang
tinggal jauh dari manusia dan tidak diberi makan oleh manusia, baik
dia buas maupun tidak. Seperti: singa, kelinci, ayam hutan, dan
sejenisnya.Hukum hewan darat dengan kedua bentuknya adalah halal
kecuali yang diharamkan oleh syariat[9], yang rinciannya insya
Allah akan datang satu persatu.Hewan air juga terbagi menjadi 2:1.
Hewan yang hidup di air yang jika dia keluar darinya akan segera
mati, contohnya adalah ikan dan yang sejenisnya.2. Hewan yang hidup
di dua alam, seperti buaya dan kepiting[10].Hukum hewan air bentuk
yang pertama, -menurut pendapat yang paling kuat- adalah halal
untuk dimakan secara mutlak. Ini adalah pendapat Al-Malikiyah dan
Asy-Syafiiyah, mereka berdalilkan dengan keumuman dalil dalam
masalah ini, di antaranya adalah firman Allah -Taala-: Dihalalkan
bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut
sebagai makanan yang lezat bagimu (QS. Al-Ma`idah: 96)Adapun
bangkainya maka ada rincian dalam hukumnya:1. Jika dia mati dengan
sebab yang jelas, misalnya: terkena lemparan batu, disetrum,
dipukul, atau karena air surut, maka hukumnya adalah halal
berdasarkan kesepakatan para ulama. Lihat Al-Mughny maa Asy-Syarhul
Kabir (11/195)2. Jika dia mati tanpa sebab yang jelas, hanya
tiba-tiba diketemukan mengapung di atas air, maka dalam hukumnya
ada perselisihan. Yang kuat adalah pendapat jumhur dari kalangan
Imam Empat kecuali Imam Malik, mereka menyatakan bahwa hukumnya
tetap halal. Mereka berdalilkan dengan keumuman sabda Rasulullah
-Shallallahu alaihi wasallam-: , Dia (laut) adalah pensuci airnya
dan halal bangkainya. (HR. Abu Daud, At-Tirmidzy, An-Nasa`iy, dan
Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Imam Al-Bukhary). Lihat At-Talkhish
(1/9)[Al-Bidayah (1/345), Asy-Syarhul Kabir (2/115), Mughniyul
Muhtaj (4/291), dan Al-Majmu' (9/32,33), Al-Mughny ma'a Asy-Syarhul
Kabir (11/84,195]Adapun bentuk yang kedua dari hewan air, yaitu
hewan yang hidup di dua alam, maka pendapat yang paling kuat adalah
pendapat Asy-Syafiiyah yang menyatakan bahwa seluruh hewan yang
hidup di dua alam -baik yang masih hidup maupun yang sudah jadi
bangkai- seluruhnya adalah halal kecuali kodok. Dikecualikan
darinya kodok karena ada hadits yang mengharamkannya[11]. Lihat
Al-Majmu (9/32-33)
[1] Arab: thoam, kata yang mencakup di dalamnya makanan dan
minuman. Lihat Tahdzibul Asma` (2/186). [2] Majmu Fatawa Ibni
Taimiyah (21/535)[3] Al-Ikhtiyarot hal. 321.[4] Yakni karena
berarti ayatnya akan bermakna, dihalalkan bagi kalian yang halal,
sehingga kalimatnya tidak memiliki faidah tambahan.[5] Seperti:
narkoba dengan semua jenisnya, rokok, dan selainnya.[6] Yakni untuk
kesembuhannya dari sebuah penyakit.[7] Akan datang haditsnya pada
point ke-19[8] Majmu Al-Fatawa (17/178-180) dan Al-Iktiyarot hal.
321.[9] Manhajus Salikin (hal. 52)[10] Lihat pembagian ini dalam
Tafsir Al-Qurthuby (6/318) dan Al-Majmu (9/31-32)[11] Akan datang
dalil pengharamannya pada penyebutan makanan yang ke-21.
Hukum Beberapa Jenis MakananSetelah memahami ketiga pendahuluan
di atas, maka berikut penyebutan satu persatu makanan yang dibahas
oleh para ulama beserta hukumnya masing-masing:1. BangkaiBangkai
adalah semua hewan yang mati tanpa penyembelihan yang syariy dan
juga bukan hasil perburuan.Allah -Subhanahu wa Taala- menyatakan
dalam firman-Nya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah,
daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah,
yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang
diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya.
(QS. Al-Ma`idah: 3)Dan juga dalam firmannya: Dan janganlah kamu
memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika
menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah
suatu kefasikan. (QS. Al-Anam: 121)Jenis-jenis bangkai berdasarkan
ayat-ayat di atas:1. Al-Munhaniqoh, yaitu hewan yang mati karena
tercekik.2. Al-Mauqudzah, yaitu hewan yang mati karena terkena
pukulan keras.3. Al-Mutaroddiyah, yaitu hewan yang mati karena
jatuh dari tempat yang tinggi.4. An-Nathihah, yaitu hewan yang mati
karena ditanduk oleh hewan lainnya.5. Hewan yang mati karena
dimangsa oleh binatang buas.6. Semua hewan yang mati tanpa
penyembelihan, misalnya disetrum.7. Semua hewan yang disembelih
dengan sengaja tidak membaca basmalah.8. Semua hewan yang
disembelih untuk selain Allah walaupun dengan membaca basmalah.9.
Semua bagian tubuh hewan yang terpotong/terpisah dari tubuhnya. Hal
ini berdasarkan hadits Abu Waqid secara marfu: Apa-apa yang
terpotong dari hewan dalam keadaan dia (hewan itu) masih hidup,
maka potongan itu adalah bangkai. (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzy
dan dishohihkan olehnya)Diperkecualikan darinya 3 bangkai, ketiga
bangkai ini halal dimakan:1. Ikan, karena dia termasuk hewan air
dan telah berlalu penjelasan bahwa semua hewan air adalah halal
bangkainya kecuali kodok.2. Belalang. Berdasarkan ucapan Ibnu Umar
yang memiliki hukum marfu: : , : Dihalalkan untuk kita dua bangkai
dan dua darah. Adapun kedua bangkai itu adalah ikan dan belalang.
Dan adapun kedua darah itu adalah hati dan limfa. (HR. Ahmad dan
Ibnu Majah)3. Janin yang berada dalam perut hewan yang disembelih.
Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan
Ashhabus Sunan kecuali An-Nasa`i, bahwa Nabi -Shallallahu alaihi
wasallam- bersabda: Penyembelihan untuk janin adalah penyembelihan
induknya.Maksudnya jika hewan yang disembelih sedang hamil, maka
janin yang ada dalam perutnya halal untuk dimakan tanpa harus
disembelih ulang.2. Darah.Yakni darah yang mengalir dan terpancar.
Hal ini dijelaskan dalam surah Al-Anam ayat 145: Atau darah yang
mengalir.Dikecualikan darinya hati dan limfa sebagaimana
ditunjukkan dalam hadits Ibnu Umar yang baru berlalu. Juga
dikecualikan darinya darah yang berada dalam urat-urat setelah
penyembelihan.3. Daging babi.Telah berlalu dalilnya dalam surah
Al-Ma`idah ayat ketiga di atas. Yang diinginkan dengan daging babi
adalah mencakup seluruh bagian-bagian tubuhnya termasuk lemaknya.4.
Khamar.Allah -Subhanahu wa Taala- berfirman: Hai orang-orang yang
beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al-Ma`idah: 90)Dan dalam
hadits riwayat Muslim dari Ibnu Umar -radhiallahu anhuma- secara
marfu: Semua yang memabukkan adalah haram, dan semua khamar adalah
haram.Dikiaskan dengannya semua makanan dan minuman yang bisa
menyebabkan hilangnya akal (mabuk), misalnya narkoba, ganja, dan
semacamnya.5. Semua hewan buas yang bertaring.Sahabat Abu Tsalabah
Al-Khusyany -radhiallahu anhu- berkata: Sesungguhnya Rasulullah
-Shallallahu alaihi wasallam- melarang dari (mengkonsumsi) semua
hewan buas yang bertaring. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)Dan dalam
riwayat Muslim darinya dengan lafazh, Semua hewan buas yang
bertaring maka memakannya adalah haram.Yang diinginkan di sini
adalah semua hewan buas yang bertaring dan menggunakan taringnya
untuk menghadapi dan memangsa manusia dan hewan lainnya. Lihat
Al-Ifshoh (1/457) dan Ilamul Muwaqqiin (2/117).Jumhur ulama
berpendapat haramnya berlandaskan hadits di atas dan hadits-hadits
lain yang semakna dengannya.[Asy-Syarhul Kabir (11/66), Mughniyul
Muhtaj (4/300), dan Syarh Tanwiril Abshor ma'a Hasyiyati Ibnu
'Abidin (5/193)]6. Semua burung yang memiliki cakar.Yang diinginkan
dengannya adalah semua burung yang memiliki cakar yang kuat yang
dia memangsa dengannya, seperti: elang dan rajawali. Jumhur ulama
dari kalangan Imam Empat -kecuali Imam Malik- dan selainnya
menyatakan pengharamannya berdasarkan hadits Ibnu Abbas
-radhiallahu anhuma-: Beliau (Nabi) melarang untuk memakan semua
hewan buas yang bertaring dan semua burung yang memiliki cakar.
(HR. Muslim)[Al-Majmu' (9/22), Al-Muqni' (3/526,527), dan Takmilah
Fathil Qodir (9/499)]7. Jallalah.Dia adalah hewan pemakan feses
(kotoran) manusia atau hewan lain, baik berupa onta, sapi, dan
kambing, maupun yang berupa burung, seperti: garuda, angsa (yang
memakan feses), ayam (pemakan feses), dan sebagian gagak. Lihat
Nailul Author (8/128).Hukumnya adalah haram. Ini merupakan pendapat
Imam Ahmad -dalam satu riwayat- dan salah satu dari dua pendapat
dalam madzhab Syafiiyah, mereka berdalilkan dengan hadits Ibnu Umar
-radhiallahu anhuma- beliau berkata: Rasulullah -Shallallahu alaihi
wasallam- melarang dari memakan al-jallalah dan dari meminum
susunya. (HR. Imam Lima kecuali An-Nasa`i (3787))Beberapa masalah
yang berkaitan dengan jallalah:1. Tidak semua hewan yang memakan
feses masuk dalam kategori jallalah yang diharamkan, akan tetapi
yang diharamkan hanyalah hewan yang kebanyakan makanannya adalah
feses dan jarang memakan selainnya. Dikecualikan juga semua hewan
air pemakan feses, karena telah berlalu bahwa semua hewan air
adalah halal dimakan. Lihat Hasyiyatul Al-Muqni (3/529).2. Jika
jallalah ini dibiarkan sementara waktu hingga isi perutnya bersih
dari feses maka tidak apa-apa memakannya ketika itu. Hanya saja
mereka berselisih pendapat mengenai berapa lamanya dia dibiarkan,
dan yang benarnya dikembalikan kepada ukuran adat kebiasaan atau
kepada sangkaan besar. Lihat Al-Majmu (9/28).[Al-Muqni'
(3/527,529), Mughniyul Muhtaj (4/304), dan Takmilah Fathil Qodir
(9/499-500)]8. Keledai jinak (bukan yang liar).Ini merupakan
madzhab Imam Empat kecuali Imam Malik dalam sebagian riwayat
darinya. Dari Anas bin Malik -radhiallahu anhu-, bahwasanya
Rasulullah -Shallallahu alaihi wasallam- bersabda: , Sesungguhnya
Allah dan Rasul-Nya melarang kalian untuk memakan daging-daging
keledai yang jinak, karena dia adalah najis. (HR. Al-Bukhary dan
Muslim)Diperkecualikan darinya keledai liar, karena Jabir
-radhiallahu anhu- berkata: Saat (perang) Khaibar, kami memakan
kuda dan keledai liar, dan Nabi -Shallallahu alaihi wasallam-
melarang kami dari keledai jinak. (HR. Muslim)Inilah pendapat yang
paling kuat, sampai-sampai Imam Ibnu Abdil Barr menyatakan, Tidak
ada perselisihan di kalangan ulama zaman ini tentang
pengharamannya. Lihat Al-Mughny beserta Asy-Syarhul Kabir
(11/65).[Al-Bada`i' (5/37), Mughniyul Muhtaj (4/299), Al-Muqni'
(3/525), dan Al-Bidayah (1/344].9. Kuda.Telah berlalu dalam hadits
Jabir bahwasanya mereka memakan kuda saat perang Khaibar. Semakna
dengannya ucapan Asma` bintu Abi Bakr -radhiallahu anhuma-: Kami
menyembelih kuda di zaman Rasulullah -Shallallahu alaihi wasallam-
lalu kamipun memakannya. (HR. Al-Bukhary dan Muslim)Maka ini adalah
sunnah taqririyyah (persetujuan) dari Nabi -Shallallahu alaihi
wasallam-.Ini adalah pendapat jumhur ulama dari kalangan
Asy-Syafiiyyah, Al-Hanabilah, salah satu pendapat dalam madzhab
Malikiyah, serta merupakan pendapat Muhammad ibnul Hasan dan Abu
Yusuf dari kalangan Hanafiyah. Dan ini yang dikuatkan oleh Imam
Ath-Thohawy sebagaimana dalam Fathul Bary (9/650) dan Imam Ibnu
Rusyd dalam Al-Bidayah (1/3440).[Mughniyul Muhtaj (4/291-291),
Al-Muqni' beserta hasyiyahnya (3/528), Al-Bada`i' (5/18), dan
Asy-Syarhus Shoghir (2/185)]10. Baghol.Dia adalah hewan hasil
peranakan antara kuda dan keledai. Jabir -radhiallahu anhuma-
berkata: Rasulullah -Shallallahu alaihi wasallam- mengharamkan
-yakni saat perang Khaibar- daging keledai jinak dan daging baghol.
(HR. Ahmad dan At-Tirmidzy)Dan ini (haram) adalah hukum untuk semua
hewan hasil peranakan antara hewan yang halal dimakan dengan yang
haram dimakan.[Al-Majmu' (9/27), Ays-Syarhul Kabir (11/75), dan
Majmu' Al-Fatawa (35/208)].11. Anjing.Para ulama sepakat akan
haramnya memakan anjing, di antara dalil yang menunjukkan hal ini
adalah bahwa anjing termasuk dari hewan buas yang bertaring yang
telah berlalu pengharamannya. Dan telah tsabit dari Nabi
-Shallallahu alaihi wasallam- bahwa beliau bersabda: Sesungguhnya
Allah jika mengharamkan sesuatu maka Dia akan mengharamkan harganya
.Maksudnya diharamkan menjualnya, menyewanya, dan seterusnya dari
bentuk tukar-menukar harga.Dan telah tsabit dalam hadits Abu Masud
Al-Anshory riwayat Al-Bukhary dan Muslim dan juga dari hadits Jabir
riwayat Muslim akan haramnya memperjualbelikan anjing.12. Kucing
baik yang jinak maupun yang liar.Jumhur ulama menyatakan haramnya
memakan kucing karena dia termasuk hewan yang bertaring dan
memangsa dengan taringnya. Pendapat ini yang dikuatkan oleh Syaikh
Al-Fauzan. Dan juga telah warid dalam hadits Jabir riwayat Imam
Muslim akan larangan meperjualbelikan kucing, sehingga hal ini
menunjukkan haramnya.[Al-Majmu' (9/8) dan Hasyiyah Ibni 'Abidin
(5/194)]13. Monyet.Ini merupakan madzhab Syafiiyah dan merupakan
pendapat dari Atho`, Ikrimah, Mujahid, Makhul, dan Al-Hasan. Imam
Ibnu Hazm menyatakan, Dan monyet adalah haram, karena Allah -Taala-
telah merubah sekelompok manusia yang bermaksiat (Yahudi) menjadi
babi dan monyet sebagai hukuman atas mereka. Dan setiap orang yang
masih mempunyai panca indra yang bersih tentunya bisa memastikan
bahwa Allah -Taala- tidaklah merubah bentuk (suatu kaum) sebagai
hukuman (kepada mereka) menjadi bentuk yang baik dari hewan, maka
jelaslah bahwa monyet tidak termasuk ke dalam hewan-hewan yang baik
sehingga secara otomatis dia tergolong hewan yang khobits (jelek).
Lihat Al-Muhalla: (7/429)14. Gajah.Madzhab jumhur ulama menyatakan
bahwa dia termasuk ke dalam kategori hewan buas yang bertaring. Dan
inilah yang dikuatkan oleh Imam Ibnu Abdil Barr, Al-Qurthuby, Ibnu
Qudamah, dan Imam An-Nawawy -rahimahumullah-.15. Musang (arab:
tsalab)Halal, karena walaupun bertaring hanya saja dia tidak
mempertakuti dan memangsa manusia atau hewan lainnya dengan
taringnya dan dia juga termasuk dari hewan yang baik (arab:
thoyyib). Ini merupakan madzhab Malikiyah, Asy-Syafiiyah, dan salah
satu dari dua riwayat dari Imam Ahmad.[Mughniyul Muhtaj (4/299),
Al-Muqni' (3/528), dan Asy-Syarhul Kabir (11/67)]16. Hyena (arab:
Dhibun)Pendapat yang paling kuat di kalangan ulama -dan ini
merupakan pendapat Imam Asy-Syafiiy dan Imam Ahmad- adalah halal
dan bolehnya memakan daging hyena (kucing padang pasir). Hal ini
berdasarkan hadits Abdurrahman bin Abdillah bin Abi Ammar, beliau
berkata, Saya bertanya kepada Jabir, Apakah hyena termasuk hewan
buruan?, beliau menjawab, Ia. Saya bertanya lagi, Apakah boleh
memakannya?, beliau menjawab, Boleh. Saya kembali bertanya, Apakah
pembolehan ini telah diucapkan oleh Rasulullah?, beliau menjawab,
Ia. Diriwayatkan oleh Imam Lima dan dishohihkan oleh Al-Bukhary,
At-Tirmidzy dan selainnya. Lihat Talkhishul Khabir (4/152).Pendapat
ini yang dikuatkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Al-Fath (9/568)
dan Imam Asy-Syaukany.Adapun jika ada yang menyatakan bahwa hyena
adalah termasuk hewan buas yang bertaring, maka kita jawab bahwa
hadits Jabir di atas lebih khusus daripada hadits yang mengharamkan
hewan buas yang bertaring sehingga hadits yang bersifat khusus
lebih didahulukan. Atau dengan kata lain hyena diperkecualikan dari
pengharaman hewan buas yang bertaring. Lihat Nailul Author (8/127)
dan Ilamul Muwaqqiin (2/117).[Mughniyul Muhtaj (4/299) dan
Al-Muqni' (3/52)]17. Kelinci.Berdasarkan hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Al-Bukhary dan Imam Muslim dari Anas bin Malik
-radhiallahu anhu-: Sesungguhnya beliau (Nabi) -Shallallahu alaihi
wasallam- pernah diberikan hadiah berupa potongan daging kelinci,
maka beliaupun menerimanya.Imam Ibnu Qudamah berkata dalam
Al-Mughny, Kami tidak mengetahuii ada seorangpun yang mengatakan
haramnya (kelinci) kecuali sesuatu yang diriwayatkan dari Amr ibnul
Ash.18. Belalang.Telah berlalu dalam hadits Ibnu Umar bahwa bangkai
belalang termasuk yang diperkecualikan dari bangkai yang
diharamkan. Hal ini juga ditunjukkan oleh perkataan Anas bin Malik
-radhiallahu anhu-: Kami berperang bersama Rasulullah -Shallallahu
alaihi wasallam- sebanyak 7 peperangan sedang kami hanya memakan
belalang. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)19. Kadal padang pasir (arab:
dhobbun).Pendapat yang paling kuat yang merupakan madzhab
Asy-Syafiiyah dan Al-Hanabilah bahwa dhobbun adalah halal dimakan,
hal ini berdasarkan sabda Nabi -Shallallahu alaihi wasallam-
tentang dhobbun: Makanlah dan berikanlah makan dengannya (dhobbun)
karena sesungguhnya dia adalah halal. (HR. Al-Bukhary dan Muslim
dari hadits Ibnu Umar)Adapun keengganan Nabi untuk memakannya,
hanyalah dikarenakan dhobbun bukanlah makanan beliau, yakni beliau
tidak biasa memakannya. Hal ini sebagaimana yang beliau khabarkan
sendiri dalam sabdanya: Tidak apa-apa, hanya saja dia bukanlah
makananku.Ini yang dikuatkan oleh Imam An-Nawawy dalam Syarh Muslim
(13/97).[Mughniyul Muhtaj (4/299) dan Al-Muqni' (3/529)]20.
Landak.Asy-Syaikh Al-Fauzan menguatkan pendapat Asy-Syafiiyyah akan
boleh dan halalnya karena tidak ada satupun dalil yang menyatakan
haram dan khobitsnya. Lihat Al-Majmu (9/10).21. Ash-shurod, kodok,
semut, burung hud-hud, dan lebah.Kelima hewan ini haram dimakan,
berdasarkan hadits Abu Hurairah -radhiallahu anhu-, beliau berkata:
Rasulullah -Shallallahu alaihi wasallam- melarang membunuh shurod,
kodok, semut, dan hud-hud. (HR. Ibnu Majah dengan sanad yang
shohih).Adapun larangan membunuh lebah, warid dalam hadits Ibnu
Abbas yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Daud.Dan semua
hewan yang haram dibunuh maka memakannyapun haram. Karena tidak
mungkin seeokor binatang bisa dimakan kecuali setelah dibunuh.22.
Yarbu.Halal. Ini merupakan madzhab Asy-Syafiiyah dan Al-Hanabilah,
dan merupakan pendapat Urwah, Atho` Al-Khurosany, Abu Tsaur, dan
Ibnul Mundzir, karena asal dari segala sesuatu adalah halal, dan
tidak ada satupun dalil yang menyatakan haramnya yarbu ini. Inilah
yang dikuatkan oleh Imam Ibnu Qudamah dalam Al-Mughny
(11/71).[Hasyiyatul Muqni' (3/528) dan Mughniyul Muhtaj (4/299)]23.
Kalajengking, ular, gagak, tikus, tokek, dan cicak.Karena semua
hewan yang diperintahkan untuk dibunuh tanpa melalui proses
penyembelihan adalah haram dimakan, karena seandainya hewan-hewan
tersebut halal untuk dimakan maka tentunya Nabi tidak akan
mengizinkan untuk membunuhnya kecuali lewat proses penyembelihan
yang syariy.Rasulullah -Shallallahu alaihi wasallam- bersabda: :
Ada lima (binatang) yang fasik (jelek) yang boleh dibunuh baik dia
berada di daerah halal (selain Mekkah) maupun yang haram (Mekkah):
Ular, gagak yang belang, tikus, anjing, dan rajawali. (HR.
Muslim)Adapun cicak dan termasuk di dalamnya tokek, maka telah
warid dari hadits Abu Hurairah riwayat Imam Muslin tentang anjuran
membunuh wazag (cicak). Lihat keterangan tambahan di:
http://al-atsariyyah.com/?p=1161[Bidayatul Mujtahid (1/344) dan
Tafsir Asy-Syinqithy (1/273)]24. Kura-kura (arab: salhafat), anjing
laut, dan kepiting (arab: sarthon).Telah berlalu penjelasannya pada
pendahuluan yang ketiga bahwa ketiga hewan ini adalah halal
dimakan.25. siput (arab: halazun), serangga kecil, dan
kelelawar.Imam Ibnu Hazm menyatakan, Tidak halal memakan siput
darat, juga tidak halal memakan seseuatupun dari jenis serangga,
seperti: cicak (masuk juga tokek), kumbang, semut, lebah, lalat,
cacing, kutu, nyamuk, dan yang sejenis dengan mereka. Berdasarkan
firman Allah Taala, Diharamkan untuk kalian bangkai, dan firman
Allah -Taala-, Kecuali yang kalian sembelih. Dan telah jelas dalil
yang menunjukkan bahwa penyembelihan pada hewan yang bisa
dikuasai/dijinakkan, tidaklah teranggap secara syari kecuali jika
dilakukan pada tenggorokan atau dadanya. Maka semua hewan yang
tidak ada cara untuk bisa menyembelihnya, maka tidak ada cara/jalan
untuk memakannya, sehingga hukumnya adalah haram karena tidak bisa
dimakan, kecuali bangkai yang tidak disembelih (misalnya ikan dan
belalang maka dia boleh dimakan tanpa penyembelihan, pent.). (Lihat
Al-Muhalla: 7/405)Maka dari penjelasan Ibnu Hazm di atas kita bise
mengetahui tidak bolehnya memakan: Kumbang, semut, lebah, lalat,
cacing, kutu, nyamuk, dan semua serangga lainnya, wallahu
alam.Inilah secara ringkas penyebutan beberapa kaidah dalam masalah
penghalalan dan pengharaman makanan beserta contoh-contohnya semoga
bisa bermanfaat. Penyebutan makanan sampai point ke-25 di atas
bukanlah dimaksudkan untuk membatasi bahwa makanan yang haram
jumlahnya hanya sekitar itu, akan tetapi yang kami inginkan
dengannya hanyalah menjelaskan kaidah umum dalam masalah ini yang
bisa dijadikan sebagai tolak ukur dalam menghukumi hewan-hewan lain
yang tidak sempat kami sebutkan.Adapun makanan selain hewan dan
juga minuman, maka hukumnya telah kami terangkan secara global
dalam pendahuluan-pendahuluan di awal pembahasan, yang mana
pendahuluan-pendahuluan ini adalah semacam kaidah untuk menghukumi
semuanya, wallahul muwaffiq.Referensi:1. Al-Athimah wa Ahkamis
Shoyd wadz Dzaba`ih, karya Syaikh Al-Fauzan, cet. I th. 1408 H/1988
M, penerbit: Maktabah Al-Maarif Ar-Riyadh.2. Al-Majmu, Imam
An-Nawawy, Cet. Terakhir, th. 1415 H/1995 M, penerbut: Dar Ihya`ut
Turots Al-Araby.3. Bidayatul Mujtahid, Ibnu Rusyd Al-Maliky, cet.
X, th. 1408 H/1988 M, penerbit: Darul Kutubil Ilmiyah .4.
Al-Luqothot fima Yubahu wa Yuhramu minal Athimah wal Masyrubat,
karya Muhammad bin Hamd Al-Hamud
An-Najdy.sumber:http://al-atsariyyah.com