KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga atas perkenan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Medikal Bedah III yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Systemic Lupus Erythematosus”. Makalah ini disusun sebagai pemenuhan nilai tugas Keperawatan Medikal Bedah III. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing, dan memberikan pengarahan serta informasi yang sangat bermanfaat. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun para pembaca, khususnya para mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Jakarta, Maret 2015 Penyusun
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
rahmat dan hidayah-Nya sehingga atas perkenan-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah Keperawatan Medikal Bedah III yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Klien dengan Systemic Lupus Erythematosus”.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan nilai tugas Keperawatan Medikal
Bedah III. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, membimbing, dan memberikan pengarahan serta
informasi yang sangat bermanfaat.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun para pembaca,
khususnya para mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
Jakarta, Maret 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................................I
Daftar Isi........................................................................................................................Ii
Bab IPendahuluan..........................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
C. Sistematika Penulisan..............................................................................3
Bab II Konsep Dasar Penyakit Systemic Lupus Erythematosus................................4
A. Anatomi Fisiologi....................................................................................4
B. Pengertian................................................................................................4
C. Jenis-Jenis................................................................................................5
D. Etiologi....................................................................................................6
E. Patofisiologi.............................................................................................7
F. Manifestasi Klinis....................................................................................7
G. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................8
H. Komplikasi.............................................................................................10
I. Penatalaksanaan Medik.........................................................................11
Bab III Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Systemic Lupus Erythematosus.14
A. Pengkajian Data.....................................................................................14
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................15
C. Perencanaan...........................................................................................15
D. Evaluasi.................................................................................................18
Bab IVAsuhan Keperawatan Pada Kasus Systemic Lupus Erythematosus................19
A. Pengkajian.............................................................................................19
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................21
C. Intervensi Keperawatan.........................................................................22
D. Implementasi Keperawatan...................................................................26
E. Evaluasi Keperawatan...........................................................................29
Bab V Penutup..........................................................................................................31
A. Kesimpulan............................................................................................31
Daftar Pustaka..............................................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau yang biasa dikenal dengan
istilah Lupus adalah penyakit kronik atau menahun. SLE termasuk penyakit
collagen-vascular yaitu suatu kelompok penyakit yang melibatkan sistem
muskuloskeletal, kulit, dan pembuluh darah yang mempunyai banyak manifestasi
klinik sehingga diperlukan pengobatan yang kompleks. Etiologi dari beberapa
penyakit collagen-vascular sering tidak diketahui tetapi sistem imun terlibat
sebagai mediator terjadinya penyakit tersebut (Delafuente, 2002).
Sistem imun normal akan melindungi kita dari serangan penyakit yang
diakibatkan kuman, virus, dan lain-lain dari luar tubuh kita. Tetapi pada
penderita lupus, sistem imun menjadi berlebihan, sehingga justru menyerang
tubuh sendiri, oleh karena itu disebut penyakit autoimun. Penyakit ini akan
menyebabkan keradangan di berbagai organ tubuh kita, misalnya: kulit yang
akan berwarna kemerahan atau erythema, lalu juga sendi, paru, ginjal, otak,
darah, dan lain-lain. Oleh karena itu penyakit ini dinamakan “Sistemik,” karena
mengenai hampir seluruh bagian tubuh kita.
Kementerian Kesehatan menyatakan lebih dari 5 juta orang di seluruh
dunia terdiagnosis penyakit Lupus. Sebagian besar penderitanya ialah perempuan
di usia produktif yang ditemukan lebih dari 100.000 setiap tahun. Di Indonesia
jumlah penderita penyakit Lupus secara tepat belum diketahui tetapi diperkirakan
mencapai jumlah 1,5 juta orang (Kementerian Kesehatan, 2012).SLE dikenal
juga dengan penyakit 1000 wajah karena gejala awal penyakit ini tidak spesifik,
sehingga pada awalnya penyakit ini sangat sulit didiagnosa. Penyakit ini dibagi
menjadi tiga kategori yakni discoid lupus, systemic lupus, dan lupus obat.
Penderita SLE membutuhkan pengobatan dan perawatan yang tepat dan benar,
pengobatan yang diberikan haruslah rasional. Perawatan pada pasien SLE juga
harus diperhatikan, seperti mengurangi paparan sinar UV terhadap tubuh pasien.
Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman mengenai penyakit Systemic
Lupus Erythematosusserta asuhan keperawatan bagi penderita lupus sehingga
penulis tertarik untuk membahas topik ini.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum:
Untuk dapat memahami gambaran umum tentang Systemic Lupus
Erythematosus dan asuhan keperawatan pada klien dengan Systemic Lupus
Erythematosus.
2. Tujuan Khusus:
a. Untuk mengetahui anatomi fisiologi Systemic Lupus Erythematosus.
b. Untuk mengetahui pengertian Systemic Lupus Erythematosus.
c. Untuk mengetahui tentang jenis-jenis Systemic Lupus Erythematosus.
d. Untuk mengetahui penyebab Systemic Lupus Erythematosus.
e. Untuk mengetahui patofisiologi Systemic Lupus Erythematosus.
f. Untuk mengetahui manifestasi klinikSystemic Lupus Erythematosus.
g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Systemic Lupus
Erythematosus.
h. Untuk mengetahui komplikasi Systemic Lupus Erythematosus.
i. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan medikSystemic Lupus
Erythematosus.
j. Untuk mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan pada pasien
Systemic Lupus Erythematosus.
k. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada contoh kasusSystemic Lupus
Erythematosus.
C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 5 BAB, yaitu BAB I
Pendahuluan yang berisi; latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan. BAB II Konsep Dasar Penyakit Systemic Lupus Erythematosus. BAB
III Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Systemic Lupus Erythematosus.
BAB IV Asuhan Keperawatan Pada Kasus Systemic Lupus Erythematosus. BAB
V Penutup yang berisi kesimpulan. Dan yang terakhir adalah daftar pustaka.
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS
A. Anatomi Fisiologi
Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan
manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau
serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit.
Sistem imun terdiri dari ratusan mekanisme dan proses yang berbeda yang
semuanya siap bertindak begitu tubuh kita diserang oleh berbagai bibit penyakit
seperti virus, bakteri, mikroba, parasit dan polutan. Sebagai contoh adalah
cytokines yang mengarahkan sel-sel imun ke tempat infeksi, untuk melakukan
proses penyembuhan. Organ-organ dalam sistem imun (organ limfoid)
berdasarkan fungsinya :
1. Organ limfoid primer : organ yang terlibat dalam sintesis/ produksi sel imun,
yaitu kelenjar timus dan sumsum tulang.
2. Organ limfoid sekunder : organ yang berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya proses-proses reaksi imun. Misalnya : nodus limfe, limpa, the
loose clusters of follicles, peyer patches, MALT (Mucosa Assosiated
Lymphoid Tissue), tonsil.
B. Pengertian
Lupus adalah penyakit yang disebabkan sistem imun menyerang sel-sel
jaringan organ tubuh yang sehat. Sistem imun yang terbentuk berlebihan.
Kelainan ini dikenal dengan autoimunitas.
Systemic Lupus Erythematosus adalah suatu penyakit autoimun kronik yang
ditandai oleh terbentuknya antibodi-antibodi terhadap beberapa antigen diri yang
berlainan. Antibodi-antibodi tersebut biasanya adalah IgG atau IgM dan dapat
bekerja terhadap asam nukleat pada DNA atau RNA, protein jenjang koagulasi,
kulit, sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Komplek antigen antibodi
dapat mengendap di jaringan kapiler sehingga terjadi reaksi hipersensitivitas III,
kemudian terjadi peradangan kronik (Elizabeth, 2009).
Jadi, SLE (Systemic Lupus Erythematosus) adalah penyakit radang
multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang
mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh
terdapatnya berbagai macam autoimun dalam tubuh.
C. Jenis-Jenis
1. Discoid Lupus Erythematosus
a. Paling sering menyerang dan merupakan lupus kulit dengan manifestasi
beberapa jenis kelainan kulit.
b. Kelainan biasanya berlokalisasi simetrik di muka (terutama hidung, pipi,
telinga atau leher).
c. Ruam kulit berupa makula eritem, berbatas jelas dengan sumbatan keratin
pada folikel-folikel rambut (follicular plugs). Bila ruam atau lesi di atas
hidung dan pipi berkonfluensi dapat seperti kupu-kupu (Butterfly
Erythema).
d. Ruam biasanya tidak nyeri dan bukan penyakit gatal, tetapi bekasnya dapat
menyebabkan hilangnya rambut permanen. 5-10 % pasien dengan lupus
diskoid dapat berkembang menjadisystemic lupus erythematosus.
e. Ruam ini pulih dengan meninggalkan parut, diskoid lupus tidak serius dan
jarang sekali melibatkan organ-organ lain.
2. Sistemic Lupus Erythematosus
a. Kriteria A.R.A (The American Rheumatism Association) 1982 :
1) Eritema fasial (butterfly rash)
2) Lesi discoid
3) Fotosensitivitas
4) Ulserasi di mulut dan rinofaring
5) Arthritis (non erosif, mengenai dua atau lebih sendi perifer)
6) Serositis (pleuritis, perikarditis)
7) Kelainan ginjal :
(a) Proteinuri 0,5 g/dl atau > 3+
(b) Cellular cast : sel darah merah, Hb, granular, tubular atau mix
8) Kelainan neurologi : (kelelahan, psikosis)
9) Kelainan darah :
(a) Hemolitik anemia dengan retikulosit
(b) Leukopenia : mL
(c) Trombositopenia mL
10) Kelainan imunologi :
(a) Anti- DNA
(b) Anti-Sm
(c) Positif semu test serologik untuk sifilis
11) Anti-bodi antinuklear (8).
3. Lupus Obat
a. Timbul akibat efek samping obat akan sembuh sendiri dengan
memberhentikan obat terkait, biasanya pemakaian obat hydralazine (obat
hipertensi) dan procanamide (untuk mengobati detak jantung yang tidak
teratur)
b. Hanya 4 % dari orang yang mengkonsumsi obat-obat yang bakal
membentuk anti-bodi penyebab lupus.
D. Etiologi
Sampai saat ini penyebab SEL belum diketahui. Diduga faktor genetik,
infeksi dan lingkungan ikut berperan pada patofisiologi SEL. Kecenderungan
terjadinya SEL dapat berhubungan dengan perubahan gen MHC spesifik dan
bagaimana antigen sendiri ditunjukkan dan dikenali. Wanita lebih cenderung
mengalami SEL dibandigkan pria, karena peran hormon seks. SEL dapat
dicetuskan oleh stres, sering berkaitan dengan kehamilan atau menyususi.
Pada beberapa orang, pajanan radiasi ultraviolet yang berlebihan dapat
mencetuskan penyakit. Penyakit ini biasanya mengenai wanita muda selama
masa subur. Penyakit ini dapat bersifat ringan selama bertahun-tahun, atau dapat
berkembang dan menyebabkan kematian (Elizabeth, 2009).
E. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi
ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal
(sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia
reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat
tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa
preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut
terlibat dalam penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-obatan. Pada SLE,
peningkatan produksi autoimun diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor
yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan
jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya merangsang
antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.
F. Manifestasi Klinis
Jumlah dan jenis antibodi pada lupus, lebih besar dibandingkan dengan pada
penyakit lain, dan antibodi ini (bersama dengan faktor lainnyayang tidak
diketahui) menentukan gejala mana yang akan berkembang. Karena itu, gejala
dan beratnya penyakit, bervariasi pada setiap penderita. Perjalanan penyakit ini
bervariasi, mulai dari penyakit yang ringan sampai penyakit yang berat.
Gejala pada setiap penderita berlainan, serta ditandai oleh masa bebas gejala
(remisi) dan masa kekambuhan (eksaserbasi). Pada awal penyakit, lupus hanya
menyerang satu organ, tetapi di kemudian hari akan melibatkan organ lainnya.
1. Sistem Muskuloskeletal
a. Artralgia
b. Artritis (sinovitis)
c. Pembengkakan sendi
d. Nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, danrasa kaku pada pagi hari.
2. Sistem Integument (Kulit)
a. Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang
melintang pangkal hidung serta pipi
b. Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
3. Sistem kardiak
a. Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
4. Sistem pernafasan
a. Pleuritis atau efusi pleura.
5. Sistem vaskuler
a. Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,
b. Eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan
ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
6. Sistem perkemihan
a. Glomerulus renal yang biasanya terkena.
7. Sistem saraf
a. Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh
bentukpenyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan untuk menentukan adanya penyakit ini bervariasi, diantaranya:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Tes Anti ds-DNA
1) Batas normal : 70 – 200 IU/mL
2) Negatif : < 70 IU/mL
3) Positif : > 200 IU/mL
Antibodi ini ditemukan pada 65% – 80% penderita dengan SLE aktif dan
jarang pada penderita dengan penyakit lain. Jumlah yang tinggi merupakan
spesifik untuk SLE sedangkan kadar rendah sampai sedang dapat ditemukan
pada penderita dengan penyakit reumatik yang lain, hepatitis kronik, infeksi
mononukleosis, dan sirosis bilier. Jumlah antibodi ini dapat turun dengan
pengobatan yang tepat dan dapat meningkat pada penyebaran penyakit terutama
lupus glomerulonefritis. Jumlahnya mendekati negatif pada penyakit SLE yang
tenang (dorman).
Antibodi anti-DNA merupakan subtipe dari Antibodi antinukleus (ANA).
Ada dua tipe dari antibodi anti-DNA yaitu yang menyerang double-stranded
DNA (anti ds-DNA) dan yang menyerang single-stranded DNA (anti ss-
DNA). Anti ss-DNA kurang sensitif dan spesifik untuk SLE tapi positif untuk
penyakit autoimun yang lain. Kompleks antibodi-antigen pada penyakit autoimun
tidak hanya untuk diagnosis saja tetapi merupakan konstributor yang besar dalam
perjalanan penyakit tersebut. Kompleks tersebut akan menginduksi sistem
komplemen yang dapat menyebabkan terjadinya inflamasi baik lokal maupun
sistemik (Pagana and Pagana, 2002).
2. Tes Antinuclear antibodies (ANA)
a. Harga normal : nol
ANA digunakan untuk diagnosa SLE dan penyakit autoimun yang lain.
ANA adalah sekelompok antibodi protein yang bereaksi menyerang inti
dari suatu sel. ANA cukup sensitif untuk mendeteksi adanya SLE, hasil
yang positif terjadi pada 95% penderita SLE. Tetapi ANA tidak spesifik
untuk SLE saja karena ANA juga berkaitan dengan penyakit reumatik
yang lain. Jumlah ANA yang tinggi berkaitan dengan kemunculan
penyakit dan keaktifan penyakit tersebut. Setelah pemberian terapi maka
penyakit tidak lagi aktif sehingga jumlah ANA diperkirakan menurun.
Jika hasil tes negatif maka pasien belum tentu negatif terhadap SLE
karena harus dipertimbangkan juga data klinik dan tes laboratorium yang
lain, tetapi jika hasil tes positif maka sebaiknya dilakukan tes serologi
yang lain untuk menunjang diagnosa bahwa pasien tersebut menderita
SLE. ANA dapat meliputi anti-Smith (anti-Sm), anti-RNP (anti-
ribonukleoprotein), dan anti-SSA (Ro) atau anti-SSB (La) (Pagana and
Pagana, 2002).
3. Tes Laboratorium lain
Tes laboratorium lainnya yang digunakan untuk menunjang diagnosa serta
untuk monitoring terapi pada penyakit SLE antara lain adalah antiribosomal