BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 2009 : 33). Untuk mewujudkan pembangunan kesehatan yang salah satunya adalah pokok program upaya kesehatan yang antara lain mencakup program penyakit menular seperti penyakit demam berdarah dengue. Pelaksanaan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia
yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu, secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 2009 :
33).
Untuk mewujudkan pembangunan kesehatan yang salah satunya adalah
pokok program upaya kesehatan yang antara lain mencakup program penyakit
menular seperti penyakit demam berdarah dengue. Pelaksanaan program
pemberantasan penyakit demam berdarah dengue adalah bagian dari
pembangunan kesehatan dan merupakan bagian dari upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular (Depkes, 2009: 33).
Penyakit yang disebabkan vector, khususnya yang vektornya nyamuk
merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Adapun penyakit yang
menjadi prioritas di dalam pengendalian vektor antara lain DBD. Penyakit
demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderita serta
1
semakin luas penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan
kepadatan penduduk (Depkes RI, 2007: 1).
Penyakit DBD melibatkan 3 organisme yaitu: virus dengue, nyamuk
Aedes dan host manusia. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) ditularkan
dari orang sakit ke orang sehat pada umumnya melalui gigitan nyamuk penular
(vector), yaitu nyamuk dari Genus Aedes.Penyakit ini disebabkan oleh virus
dengue yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya atau vaksinnya.
Pemberantasan yang paling sederhana dan dapat dilaksanakan pada masyarakat
adalah pemberantasan vektor. Karena virus dengue ditularkan dari orang sakit
ke orang sehat melalui gigitan nyamuk Aedes (Depkes RI, 2007: 1).
Penyakit endemik ini pertama kali didata dan dilaporkan terjadi pada
tahun 1953-1954 di Filipina. Sejak itu, penyebaran DBD dengan cepat terjadi ke
sebagian besar negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia (WHO,
2010). Insidensi demam berdarah dengue meningkat secara dramatis di seluruh
dunia dalam beberapa dekade ini. Diperkirakan, saat ini di seluruh dunia sekitar
2,5 milyar orang memiliki resiko terkena demam dengue. Mereka terutama
tinggal di daerah perkotaan negara-negara tropis dan subtropis. Diperkirakan
saat ini sekitar 50 juta kasus demam dengue ditemukan setiap tahun, dengan
500.000 kasus memerlukan penanganan di Rumah Sakit. Dari kasus di atas,
sekitar 25.000 jumlah kematian terjadi setiap tahunnya (WHO, 2010).
Di Indonesia, penyebaran demam berdarah pertama kali terdata pada
tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta (WHO, 2010). Pada tahun 2007, dilaporkan
terdapat 156.000 kasus demam dengue atau 71,4 kasus per 1.000 populasi.
Kasus ini tersebar di seluruh 33 propinsi di Indonesia; di 357 dari total 480
2
kabupaten (Dengue Report of Asia-Pacific Dengue Program Managers Meeting
2008). Dari total kasus di atas, kasus DBD berjumlah 16.803, dengan jumlah
kematian mencapai 267 jiwa. Pada tahun 2001, distribusi usia penderita
terbanyak adalah di atas 15 tahun (54,5%), sedangkan balita (1-5 tahun) 14,7%,
dan anak-anak (6-12 tahun) 30,8% (DepKes RI, 2008).
Menurut data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Solok jumlah
kasus DBD pada tahun 2010 adalah 9 orang meningkat pada tahun 2011
berjumlah 27 orang, pengobatannya berhasil semua pasien yang diobati
sembuh. dan tahun 2012 jumlah penderita DBD adalah 60 orang, sedangkan
tahun 2013 35 orang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Kejadian DBD Di Wilayah Kerja Puskesmas Se Kota
Solok Pada Bulan Januari Sampai Desember Tahun 2013
NO Puskesmas Jumlah Kejadian DBD Meninggal
1 Tanjung Paku 15 02 Tanah Garam 14 03 Nan Balimo 2 04 KTK 4 0
Jumlah 35 0(Laporan Dinas Kesehatan Kota Solok tahun 2013)
Dari tabel 1.1 diatas kasus DBD terbanyak berada pada Puskesmas
Tanjung Paku yaitu 15 orang (42,8%). Sedangkan pada tahun 2014 jumlah
kasus DBD adalah 14 kasus kemudian meningkat lagi pada tahun 2015 menjadi
15 kasus sampai bulan Juli 2015. Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku
merupakan daerah padat dan sebagian besar penduduknya sibuk bekerja
3
(Laporan Rekapitulasi Kejadian DBD Dinas Kesehatan Kota Solok pada tahun
2015).
Tingginya kasus, terutama kematian akibat DBD di Indonesia tidak
terlepas dari kontrol dan pencegahan yang lemah oleh berbagai pihak,
khususnya dari pemerintah dan masyarakat. Kebanyakan dokter di Indonesia
juga belum menerapkan standard penanganan kasus DBD, sehingga jumlah
kematian masih tinggi. Faktor penting lainnya adalah belum tersedianya obat
spesifik atau vaksin untuk menangani dengue (Delianna, 2008).
Tindakan pencegahan meluasnya penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) dilakukan dengan pengendalian terhadap vektor melalui pemberantasan
jentik nyamuk Aedes aegypty dengan beberapa metode yang tepat yaitu secara
fisik, biologis dan kimiawi. Metode ini apabila di kombinasikan dengan prilaku
menguras, menutup dan mengubur (3M) akan menjadi cara yang efektif dalam
mencegah penyakit DBD. Salah satu upaya pencegahan DBD secara kimiawi
yaitu dengan pemberian larvasida berupa butiran pasir temefos 1% terbukti
ampuh untuk memberantas jentik nyamuk Aedes aegypty selama 8-12 minggu
(WHO,2005). Butiran pasir temefos 1% lebih dikenal oleh masyarakat dengan
nama abate, pemberian abate disebut dengan abatisasi.
Dalam dunia kesehatan khususnya kesehatan lingkungan, perhatian air
dikaitkan sebagai factor perpindahan/penularan penyebab penyakit (agent). Air
membawa penyebab penyakit dari kotoran penderita, kemudian sampai ke tubuh
orang lain melalui makanan, susu dan minuman. Air juga berperan untuk
membawa penyebab penyakit non microbial seperti bahan-bahan toksik yang
dikandungnya. Penyakit-penyakit infeksi yang biasanya ditularkan melalui air
4
adalah typus abdominalis, kolera, disentri, basiller, dan lain-lain. Peracunan
logam juga dapat terjadi melalui media air.
Pengetahuan yang masih kurang dan tingkat kesadaran yang rendah
disinyalir memberikan dampak yang kurang baik terhadap kualitas kesehatan
masyarakat, kurangnya pengetahuan dengan indikasi rendahnya kesadaran akan
mengurangi perilaku masyarakat terhadap pemeliharaan kesehatan terutama
dalam upaya pencegahan DBD dan dari pengalaman terbukti bahwa perilaku
yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan
berlangsung lama. Pengetahuan akan manfaat pencegahan penyakit DBD dapat
diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Penyuluhan
tentang bagaimana pencegahan penyakit DBD banyak dilakukan oleh petugas
kesehatan baik di Posyandu, Mesjid, maupun tempat tempat umum lainnya.
Dengan pengalaman ini, pengetahuan masyarakat menjadi meningkat, yang
menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi
serta tindakan mereka untuk selalu melakukan pencegahan dengan 3 M
(Ekasari, 2005: 5).
Perilaku kesehatan adalah suatu aktivitas dilakukan oleh individu yang
menyakini dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit. (Kasl dan Cobb
(1966); Niel Niven (2002:184). Sedangkan menurut Benyamin Bloom (1908)
seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manuasia itu ke dalam 3
domain, ranah atau kawasan yakni: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan
psikomotor (tindakan).
5
B. Rumusan Masalah
Meningkatnya kasus DBD di wilayah kerja puskesmas Tanjung Paku
dari tahun 2013 ke 2014 dan belum diketahuinya bagaimana perilaku
masyarakat dalam upaya pencegahan penularan penyakit DBD di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok tahun 2015.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat dalam upaya pencegahan
penularan penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota
Solok tahun 2015
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi pengetahuan masyarakat tentang penularan penyakit
DBD di wilayah kerja Puskesmas Tanjung paku Kota Solok tahun 2015
b. Diketahui distribusi sikap masyarakat tentang penularan penyakit DBD di
wilayah kerja Puskesmas Tanjung paku Kota Solok tahun 2015
c. Diketahui distribusi tindakan pencegahan penularan penyakit DBD oleh
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanjung paku Kota Solok tahun
2015
D. Manfaat
1. Bagi Puskesmas Tanjung Paku
Diharapkan dapat menjadi pedoman bagi petugas surveilan puskesmas
Tanjung Paku dalam memberikan penyuluhan pada masyarakat guna
6
mencegah penularan penyakit DBD dan menganjurkan masyarakat agar
melakukan PSN dan 3 M plus
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat melakukan pencegahan DBD di rumah
3. Bagi Peneliti
Untuk mengaplikasikan dari teori-teori yang telah dipelajari selama bangku
kuliah dan menambah pengetahuan serta wawasan penulis tentang penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD).
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam Karya Tulis Ilmiah adalah gambaran perilaku
masyarakat dalam upaya pencegahan penularan penyakit DBD di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok pada bulan Juli 2015.
7
BAB II
ANALISA SITUASI
A. Gambaran Umum Puskesmas
1. Peta wilayah
2. Geografi
Puskesmas Tanjung Paku merupakan satu dari Puskesmas yang ada di Kota
Solok. Berdiri pada tahun 1983 dengan luas tanah 1050 M2, merupakan
Puskesmas Rawat Jalan. Puskesmas Tanjung Paku terletak di wilayah kerja
Kecamatan Tanjung Harapan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan VI Suku Kota Solok
b. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aripan Kabupaten Solok
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Saok Laweh Kabupaten Solok
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Simpang Rumbio Kota
Solok
8
Jarak antara Puskesmas Tanjung Paku dengan Ibukota Propinsi
Sumatera Barat 65 Km, dengan luas wilayah kerja 22,64 Km yang berbagi atas
4 (empat) kelurahan, yaitu :
1. Kelurahan Koto Panjang
2. Kelurahan PPA
3. Kelurahan Tanjung Paku
4. Kelurahan Kmpung Jawa
B. Visi dan Misi Puskesmas
1. Visi
Visi Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok adalah “ Terwujudnya
Pelayanan Prima Menuju Masyarakat Mandiri untuk Hidup Sehat”
2. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, ditetapkanlah misi yaitu :
1) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber PHBS
2) Meningkatkan kemitraan dengan Stake Holder bidang
kesehatan
3) Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan
4) Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) bidang kesehatan
5) Memantapkan manajemen Puskesmas dan sistem informasi
6) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja
7) Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan
upaya kesehatan masyarakat (UKM) beserta kesehatan lingkungan.
9
3. Janji Pelayanan
Melayani dengan sepenuh hati
4. Motto
Pelayanan kami pengabdian terbaik
C. Demografi dan Kependudukan
Puskesmas Tanjung Paku berpenduduk 18.756 jiwa dengan 4.323 KK,
dengan jumlah penduduk perkelurahan sebagai berikut :
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2014No Kelurahan Jumlah
PendudukJumlah KK
1 Kota Panjang 2.040 439
2 PPA 5.275 1.186
3 Tanjung Paku 5.493 1.196
4 Kampung Jawa 5.948 1.502
Jumlah 18.756 4.323
Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2014
D. Sosial Budaya
1. Agama
Puskesmas Tanjung Paku berpenduduk mayoritas beragama Islam
2. Suku
Sebagian besar masyarakatnya Suku Minang
3. Mata Pencarian
10
Masyarakat Puskesmas Tanjung Paku bermata pencarian sebagai pegawai,
pedagang dan petani.
4. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah Puskesmas Tanjung Paku
cukup lengkap, yaitu 16 TK/PAUD, 18 SD/MI, 3 SLTP, 3 SLTA dan 2 PT.
Pada tabel berikut dapat dilihat fasilitas pendidikan di wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Paku menurut Kelurahan :
Tabel 2.2
Fasilitas Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2014
No Kelurahan TK/Paud SD SLTP SLTA PT
1. Kota Panjang 1 1 0 1 0
2 PPA 3 5 0 2 1
3 Tanjung Paku 5 4 1 0 1
4 Kampung Jawa
9 8 2 0 0
Jumlah 18 18 3 3 2
Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun 2014
E. Sumber Daya Kesehatan
1. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas Tanjung Paku sudah cukup
memadai, yang masih kurang adalah tenaga non kesehatan.
11
Tabel 2.3Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2014No Jenis Tenaga Jumlah Ket
1 Dokter Umum 4 orang 1 Kepala Puskesmas
2 Dokter Gigi 1 orang
3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 4 orang TU, Gizi, Kesling, Promkes
4 Nurse 2 orang
5 S1 Keperawatan 2 orang
6 D3 Perawat 5 orang 2 kontrak, 1 sukarela
7 SPK 3 orang
8 D3 Bidan 16 orang
3 PTT, 1 sukarela
9 D1 Bidan 2 orang
10 D3 Kesling 1 orang
11 D3 Gizi 2 orang
12 D3 Gigi 1 orang
13 D3 Apikes 2 orang 1 kontrak
14 D3 Refraksi 1 orang
15 D3 AAK 1 orang
16 Tenaga Elektromedik 1 orang
17 SMAK 1 orang
18 D3 Farmasi 1 Orang
19 SMF 1 orang
20 Sopir 1 orang Kontrak
21 Petugas Jaga Malam 1 orang Kontrak
22 Cleaning Servis 1 orang Kontrak
23 Umum 1 orang
JUMLAH 55
12
orang
Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun
2014
F. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana dan prasarana kesehatan yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Paku
adalah :
Tabel 2.4. Sarana dan Prasarana Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2015
No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Puskesmas Induk 1
2 Puskesmas Pembantu 5
3 Poskeskel 4
4 Posyandu Balita 32
5 Posyandu Lansia 11
6 Apotik 4
7 Optikal 4
8 Toko Obat Berizin 4
9 RSUD/RST 1
10 Rumah Sakit Swasta 1
11 Labor 2
12 Sarana Transportasi Kendaraan Roda 4 Puskesmas Tanjung Paku
2
13 Sarana Transportasi Kendaraan Roda 2 Puskesmas Tanjung Paku
22
Jumlah 93
13
Sumber Data : Data Dasar Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok Tahun
2014
G. Sasaran
Sasaran yang digunakan diperoleh dari data sasaran program kesehatan tahun
2015 Kota Solok Kecamatan Tanjung Harapan, yaitu :
Tabel 2.5. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku
Tahun 2015
No Kelurahan Jumlah Penduduk
Jumlah KK
Bayi(0
-23bl)
Anak Balita (24-59 bln)
Balita(0-
59 bln)
Bumil Bufas
1 Kota Panjang 2.040 439 90 124 214 48 43
2 PPA 5.275 1.186 232 321 553 124 112
3 Tanjung Paku 5.493 1.196 243 334 577 129 117
4 Kampung Jawa
5.948 1.502 259 363 622 139 128
Jumlah 18.756
4.323 824 1.142 1.966 440 400
(Badan Pusat Statistik tahun 2015)
14
Tabel 2.6.Target dan Capaian SPM Puskesmas Tanjung Paku Tahun 2014 sebagai
Pelayanan wajibNo INDIKATOR KINERJA INDON
ESIA2015
TARGET 2014
CAPAIAN 2014
I Pelayanan Kesehatan Dasar1 Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 95% 95% 91%2 Cakupan Ibu hamil yang dengan komplikasi 80% 80% 100%3 Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan
atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
90% 90% 92,4%
4 Cakupan Ibu Nifas 90% 90% 92,4%5 Cakupan neonatal dengan komplikasi yang