BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang sangat subur karena berada di kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di dalamnya banyak terdapat gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan permukaan muda kembali yang kaya akan unsur hara. Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah Indonesia banyak dimanfaatkan tidak sesuai aturan yang berlaku demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga tidak memperhatikan juga dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut. Pengelolaan tanah tersebut bisa dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja sesuai keadaan kebutuhan seseorang. Salah satu diantaranya, penyelenggaraan pembangunan di tanah air tidak bisa disangkal lagi telah menimbulkan berbagai dampak positif bagi masyarakat luas, seperti pembangunan industri dan pertambangan telah menciptakan lapangan kerja baru bagi penduduk di sekitarnya. Namun keberhasilan itu seringkali diikuti oleh dampak negatif yang merugikan masyarakat dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber
daya alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang
sangat subur karena berada di kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di
dalamnya banyak terdapat gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan
permukaan muda kembali yang kaya akan unsur hara.
Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah
Indonesia banyak dimanfaatkan tidak sesuai aturan yang berlaku demi memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Sehingga tidak memperhatikan juga dampak jangka
panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut. Pengelolaan tanah
tersebut bisa dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja sesuai keadaan
kebutuhan seseorang.
Salah satu diantaranya, penyelenggaraan pembangunan di tanah air tidak
bisa disangkal lagi telah menimbulkan berbagai dampak positif bagi masyarakat
luas, seperti pembangunan industri dan pertambangan telah menciptakan lapangan
kerja baru bagi penduduk di sekitarnya. Namun keberhasilan itu seringkali diikuti
oleh dampak negatif yang merugikan masyarakat dan lingkungan. Akan lebih
bijak lagi jika dampak negatif tersebut bisa diminimalisir, sehingga keberhasilan
penyelenggaraan pembangunan pun bisa lebih baik lagi.
Pembangunan kawasan industri di daerah-daerah pertanian dan sekitarnya
menyebabkan berkurangnya luas areal pertanian, pencemaran tanah dan badan air
yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil/ produk pertanian,
terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia atau makhluk hidup lain.
Sedangkan kegiatan pertambangan menyebabkan kerusakan tanah, erosi dan
sedimentasi, serta kekeringan. Kerusakan akibat kegiatan pertambangan adalah
berubah atau hilangnya bentuk permukaan bumi (landscape), terutama
pertambangan yang dilakukan secara terbuka (opened mining) meninggalkan
lubang-lubang besar di permukaan bumi. Untuk memperoleh bijih tambang,
permukaan tanah dikupas dan digali dengan menggunakan alat-alat berat. Para
pengelola pertambangan meninggalkan areal bekas tambang begitu saja tanpa
melakukan upaya rehabilitasi atau reklamasi. Sehingga bekas tempat yang
ditinggalkan tersebut tidak diperhatikan dan mengalami kerusakan pada tanah
sekitarnya.
Dampak negatif yang menimpa lahan pertanian dan lingkungan tersebut
perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena limbah industri yang mencemari
lahan pertanian tersebut mengandung sejumlah unsur-unsur kimia berbahaya yang
bisa mencemari badan air serta merusak tanah dan tanaman yang akan berakibat
lebih jauh terhadap kesehatan makhluk hidup. Berdasarkan uraian tersebut, sangat
diperlukan pengkajian khusus yang membahas mengenai pencemaran tanah
beserta dampaknya terhadap lingkungan di sekitarnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pencemaran tanah?
2. Komponen apa saja yang menyebabkan terjadinya pencemaran tanah?
3. Dampak apa saja yang diperoleh akibat pencemaran tanah?
4. Bagaimana cara menanggulangi dampak pencemaran tanaha?
5. Apa yang dimaksud dengan konservasi tanah dan air serta peranan pupuk
terhadap kesuburan tanah pertanian?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian pencemaran tanah
2. Mengetahui berbagai jenis komponen penyebab terjadinya pencemaran tanah
3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran tanah
4. Mengetahui cara menanggulangi dampak pencemaran tanah
5. Mengetahui konservasi tanah dan air serta peranan pupuk terhadap kesuburan
tanah pertanian
D. RUANG LINGKUP
Makalah ini membahas mengenai pencemaran tanah, dimulai dari gambaran,
dampak, cara menanggulangi pencemaran tanah. Selain itu, dibahas juga tentang
konservasi tanah dan air serta peranan pupuk terhadap kesuburan tanah pertanian.
BAB II
ANALISIS PERMASALAHAN
A. PEMBAHASAN
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia
masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi
karena kebocoran limbah cair san bahan kimia industri atau fasilitas
komersial, penggunaan pestisida, kecelakaan kendaraaan pengangkut
minyak, zat kimia, atau limbah, air limbah dari tempat penimbunan sampah
serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah dengan tidak memenuhi
syarat yang berlaku (illegal dumping).
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang
Pengendalian kerusakan tanah untuk produksi bio massa: “Tanah adalah salah
satu komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari
bahan mineral dan bahan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi,
dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya.” Namun, berbagai macam aktivitas manusia telah
menyebabkan terjadinya kerusakan tanah. Di dalam PP No. 150 th. 2000 di
sebutkan bahwa “Kerusakan tanah untuk produksi biomassa adalah
berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui kriteria baku kerusakan tanah”.
Ketika suatu zat berbahaya (beracun) telah mencemari permukaan
tanah, maka zat berbahaya tersebut dapat menguap, tersapu air hujan dan
dapat masuk ke dalam tanah. Zat berbahaya yang masuk ke dalam tanah akan
mengendap sebagai zat kimia beracun didalam tanah. Zat beracun yang
terdapat didalam tanah akan berdampak negatif pada manusia ketika terjadi
kontak langsung langsung tidak langsung atau dapat juga mencemari air tanah
dan udara disekitarnya.
1. KOMPONEN-KOMPONEN BAHAN PENCEMARAN TANAH
a. Limbah domestik
Limbah domestik dapat berasal dari daerah pemukiman
penduduk, daerah perdagangan seperti pasar atau tempat usaha
lainnya, daerah kelembagaan seperti kantor-kantor pemerintahan dan
swasta serta tempat wisata, yang dapat berupa limbah padat dan cair.
Limbah padat berupa senyawa anorganik yang tidak dapat
dimusnahkan atau diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik,
serat, keramik, kaleng-kaleng dan bekas bahan bangunan,
menyebabkan tanah menjadi kurang subur. Bahan pencemar itu
akan tetap utuh hingga 300 tahun yang akan datang. Bungkus
plastik yang kita buang ke lingkungan akan tetap ada dan
mungkin akan ditemukan oleh anak cucu kita setelah ratusan
tahun kemudian. Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang
menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar
tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air dan mineral
yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah
mikroorganisme di dalam tanahpun akan berkurang akibatnya
tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh
makanan untuk berkembang.
Limbah cair berupa deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah
akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh
mikro-organisme didalam tanah.
b. Limbah industri
Limbah Industri berasal dari sisa-sisa produksi industri. Limbah
industri berupa:
Limbah padat yang merupakan hasil buangan industri berupa
padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan.
Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon,
plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.
Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu
proses produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan
logam dan industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak,
khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses
industri pelapisan logam seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari
tanah. Merupakan zat yang sangat beracun terhadap
mikroorganisme. Jika meresap ke dalam tanah akan
mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme yang memiliki
fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah.
c. Limbah pertanian
Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk
menyuburkan tanah atau tanaman, misalnya pupuk urea dan pestisida
untuk pemberantas hama tanaman. Penggunaan pupuk yang terus
menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang
menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami
jenis tanaman tertentu karena hara tanah semakin berkurang. Dan
penggunaan pestisida bukan saja mematikan hama tanaman tetapi
juga mikroorganisme yang berguna di dalam tanah. Padahal
kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme didalamnya.
Selain itu, penggunaan pestisida yang terus menerus akan
mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut.
2. DAMPAK YANG DITIMBULKAN AKIBAT PENCEMARAN
TANAH
Berbagai dampak ditimbulkan akibat pencemaran tanah diantaranya:
a. Pada kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada
tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi
yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida
merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat
berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan
otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada
konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena
leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat
menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati.
PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan
karmabat dapat menyebabkan gangguan pada saraf otot. Berbagai
pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan
ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam
dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih,
iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di
atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat
menyebabkan Kematian.
b. Pada Ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap
ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari
adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang
rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan
metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup
di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan
beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi
akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai
makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan
terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat
menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi
pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-
efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung
menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat
Kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme
tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil
pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada
konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan
tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh
yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan
terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
3. CARA MENANGGULANGI DAMPAK PENCEMARAN TANAH
Ada 2 cara untuk penanganan pencemaran tanah
a. Remidiasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan
tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau
on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah
pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah,
terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar
dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah
aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu,
tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat
pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat
pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan
instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih
mahal dan rumit.
Hal yang perlu diketahui dalam remediasi:
Jenis pencemar (organik atau anorganik, berbahaya atau tidak)
Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari tanah
tersebut
Perbandingan jumlah Carbon (C), Nitrogen (N) dan Fospat (F)
dalam tanah
Jenis tanah
Kondisi tanah (basah atau kering)
Seberapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut
Kondisi pencemaran (sangat penting untuk segera dibersihkan
atau masih bisa ditunda)
b. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah
dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi
bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi
bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan
air).
Konsep Bioremediasi:
1) Biodegradasi
Transformasi atau detoksifikasi kontaminan oleh organisme
2) Mineralisasi
Konversi lengkap suatu kontaminan organik menjadi penyusun
anorganiknya oleh spesies mikroorganisme tunggal atau
kelompok.
3) Transformasi suatu kontaminan tanpa penyediaan karbon atau
energi untuk mikroba degradasi
Kriteria untuk Bioremidiasi
1) Organisme yang digunakan harus mempunyai aktivitas
metabolisme yang dapat mendegradasikan dengan kecepatan
memadai sehingga dapat membuat konsentrasi kontaminan pada
ambang batas aturan yang ada
2) Kontaminan yang dijadikan sasaran harus tersedia untuk proses
biologi
3) Tempat dilakukan bioremediasi harus mempunyai kondisi tanah
yang kondusif
4) Biaya harus lebih murah dari penggunaan teknologi lain.
Teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi:
1) Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar)
dengan penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks,
optimasi Ph, dan sebagainya
2) Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu
mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi
khusus
3) Penerapan immobilized enzymes
4) Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan
atau mengubah pencemar.
Strategi untuk bioremediasi:
1) Bioremediasi pasif atau intrinsik adalah bioremediasi alami
terhadap suatu lokasi yang terkontaminasi dengan menggunakan
mikroorganisme asli
2) Biostimulasi adalah penambahan hara seperti Nitrogen dan
Fospor
3) Bioventing adalah bentuk biostimulasi dengan gas
(oksigen&metana)
4) Landfarming adalah aplikasi pencampuran kontaminan ke dalam
permukaan tanah yang terkontaminasi
5) Pengomposan adalah penggunaan mikroba thermofilik aerobik
pada timbunan tanah
6) Fitoremediasi adalah penggunaan tanaman untuk menyerap atau
merubah kontaminan, serta membantu membersihkan berbagai
pencemar yang mengandung logam, pestisida dan minyak.
4. KONSERVASI TANAH DAN AIR SERTA PERANAN PUPUK
TERHADAP KESUBURAN TANAH
a. Konservasi Tanah dan Air
Konservasi tanah atau biasa disebut dengan pengawetan tanah
adalah usaha pengendalian erosi, melakukan koreksi (pemeliharaan
atau perbaikan) tanah-tanah yang mengalami kekurangan unsur hara
serta daya produksinya, dengan maksud agar segalanya dapat
dipulihkan kembali atau memperoleh peningkatan. Konservasi air
adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah untuk pertanian
seefisien mungkin dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir
yang merusak dan terdapat cukup air pada musim kemarau.
Konservasi tanah dan air merupakan dua hal yang berhubungan sangat
erat. Berbagai tindakan konservasi tanah sama halnya dengan tindakan
konservasi air. Tujuan konservasi tanah adalah untuk mencegah
kerusakan tanah, memperbaiki tanah rusak, memelihara serta
menaikkan produktivitas tanah agar tercapai produksi setinggi-
tingginya dalam waktu tidak terbatas. Tindakan-tindakan konservasi
tanah dapat dilakukan melalui berbagai metode, yaitu metode
vegetatif, mekanik dan kimia.
1) Metode Vegetatif
Metode vegetatif adalah metode pengawetan tanah dengan cara
menanam vegetasi (tumbuhan) pada lahan yang dilestarikan. Metode
ini sangat efektif dalam pengontrolan erosi. Ada beberapa cara
mengawetkan tanah melalui metode vegetatif antara lain:
Penghijauan, yaitu penanaman kembali hutan-hutan gundul
dengan jenis tanaman tahunan seperti akasia, angsana,
flamboyant. Fungsinya untuk mencegah erosi, mempertahankan
kesuburan tanah, dan menyerap debu/kotoran di udara lapisan
bawah.
Reboisasi, yaitu penanaman kembali hutan gundul dengan jenis
tanaman keras seperti pinus, jati, rasamala, cemara. Fungsinya
untuk menahan erosi dan diambil kayunya.
Penanaman secara kontur (contour strip cropping), yaitu
menanami lahan searah dengan garis kontur. Fungsinya untuk
menghambat kecepatan aliran air dan memperbesar resapan air ke
dalam tanah. Cara ini sangat cocok dilakukan pada lahan dengan
kemiringan 3 – 8%.
Penanaman tumbuhan penutup tanah (buffering), yaitu menanam
lahan dengan tumbuhan keras seperti pinus, jati, cemara.
Fungsinya untuk menghambat penghancuran tanah permukaan
oleh air hujan, memperlambat erosi dan memperkaya bahan
organik tanah.
Penanaman tanaman secara berbaris (strip cropping), yaitu
melakukan pe-nanaman berbagai jenis tanaman secara berbaris
(larikan). Penanaman berbaris tegak lurus terhadap arah aliran air
atau arah angin. Pada daerah yang hampir datar jarak tanaman
diperbesar, pada kemiringan lebih dari 8% jarak tanaman
dirapatkan. Fungsinya untuk mengurangi kecepatan erosi dan
mempertahankan kesuburan tanah.
Pergiliran tanaman (croprotation), yaitu penanaman tanaman
secara bergantian (bergilir) dalam satu lahan. Jenis tanamannya
disesuaikan dengan musim. Fungsinya untuk menjaga agar
kesuburan tanah tidak berkurang. Pergiliran tanaman memberikan
keuntungan-keuntungan lain seperti :
o Pemberantasan hama penyakit, menekan populasi hama dan
penyakit karena memutuskan si klus hidup hama dan
penyakit atau mengurangi sumber makanan dan tempat
hidupnya
o Pemberantasan gulma, penanaman satu jenis tanaman tertentu
terus menerus akan meningkatkan pertumbuhan jenis-jenis
gulma tertentu.
o Mempertahankan dan memperbaiki sifat-sifat fisik dan
kesuburan tanah, jika sisa tanaman pergiliran dijadikan mulsa
atau dibenamkan dalam tanah akan mempertinggi
kemampuan tanah menahan dan menyerap air, mempertinggi
stabilitas agregat dan kapasitas infiltrasi tanah dan tanaman
tersebut adalah tanaman leguminosa akan menambah
kandungan nitrogen tanah, dan akan memelihara
keseimbangan unsur hara karena absorpsi unsure dari
kedalaman yang berbeda.
2) Metode mekanik
Metode mekanik adalah metode mengawetkan tanah melalui
teknik-teknik pengolahan tanah yang dapat memperlambat aliran
permukaan (run off), menampung dan menyalurkan aliran permukaan
dengan kekuatan tidak merusak. Beberapa cara yang umum dilakukan
pada metode mekanik antara lain:
Pengolahan tanah menurut garis kontur (contour village), yaitu
pengolahan tanah sejajar garis kontur. Fungsinya untuk
menghambat aliran air, dan memperbesar resapan air.
Pembuatan tanggul/guludan/pematang bersaluran, yaitu dalam
pembuatan tanggul sejajar dengan kontur. Fungsinya agar air
hujan dapat tertampung dan meresap ke dalam tanah. Pada
tanggul dapat ditanami palawija.
Pembuatan teras (terrassering), yaitu membuat teras-teras
(tangga-tangga) pada lahan miring dengan lereng yang panjang.
Fungsinya untuk memperpendek panjang lereng, memperbesar
resapan air dan mengurangi erosi.
Pembuatan saluran air (drainase). Saluran pelepasan air ini dibuat
untuk memotong lereng panjang menjadi lereng yang pendek,
sehingga aliran dapat diperlambat dan mengatur aliran air sampai
ke sungai.
Metode pengawetan tanah akan sangat efektif apabila metode
mekanik dikombinasikan dengan metode vegetatif misalnya terrassering
dan buffering.
3) Metode Kimia
Metode kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk
memperbaiki struktur tanah, yaitu meningkatkan kemantapan agregat
(struktur tanah). Tanah dengan struktur yang mantap tidak mudah
hancur oleh pukulan air hujan, sehingga air infiltrasi tetap besar dan
aliran air permukaan (run off) tetap kecil.
Penggunaan bahan kimia untuk pengawetan tanah belum banyak
dilakukan, walaupun cukup efektif tetapi biayanya mahal. Pada saat
sekarang ini umumnya masih dalam tingkat percobaan-percobaan.
Beberapa jenis bahan kimia yang sering digunakan untuk tujuan ini
antara lain Bitumen dan Krilium. Emulsi dari bahan kimia tersebut
dicampur dengan air, misalnya dengan perbandingan 1:3, kemudian
dicampur dengan tanah. Metode kimia juga menggunakan preparat
kimia sintetis atau alami. Preparat ini disebut Soil Conditioner atau
pemantap struktur tanah. Sesuai dengan namanya Soil Conditioner ini
digunakan untuk membentuk struktur tanah yang stabil. Senyawa yang
terbentuk akan menyebabkan tanah menjadi stabil.
b. Tanah Pertanian
Tanah pertanian adalah tanah yang digunakan untuk pertanian.
Tanah pertanian ini sangat diperlukan bagi para petani untuk bercocok
tanam. Tanah pertanian yang subur adalah tanah yang bisa menjadi
tempat bagi perkembangan serta pertumbuhan tanaman dan dapat
menyuburkan tanaman.
Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran baik
volume, bobot dan jumlah sel yang bersifat irreversibel (tidak dapat
kembali ke bentuk semula). Perkembangan adalah perubahan atau
diferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa. Tanah pertanian
yang baik sangat dipengaruhi oleh struktur tanah, temperatur tanah,
mikroba tanah, nutrisi dan bahan organik dalam tanah, serta pH tanah.
c. Pupuk
Pupuk adalah zat, baik sistetis atau organik, yang ditambahkan ke
tanah untuk meningkatkan pasokan nutrisi penting yang meningkatkan
pertumbuhan tanaman dan vegetasi di dalam tanah. Tujuan pemupukan
ialah untuk memperbaiki kesuburan tanah dengan memberikan zat-zat
pada tanah yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
menyuburkan tanaman.
Klasifikasi kandungan pupuk berdasarkan tingkat kebutuhan tanah
dibagi kedalam tiga bagian, yaitu:
1) Makronutrien yang meliputi Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen
(O), Nitrogen (N), Posfor (P), Potassium (K)
2) Mikronutrien yang meliputi Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn),