KETERAMPILAN BELAJAR(BLOK I)Modul IKETERAMPILAN BELAJAR
KELOMPOK 1TESALONIKA PRATIWIJ11113001MEILISA
YUSRIYANTIJ11113002ST. NURWALYANA SAWALJ11113003FYNNA
RABBANIJ11113004IZZAH SYAHIDAHJ11113005BAGUS SETIAWANJ11113006NURUL
ANNISAJ11113007NADIAH GALUH AZIZZAHJ11113008FIKRIYAH
NURJ11113009NURUL AFIYAHJ11113010AINUN NUR ARIFAHJ11113011M. AKIRA
T.J11113012A. GHINA ZAKIYAH ZJ11113013NUR AMALIAJ11113014UCE
AYUANDYKAJ11113015MUKHLAS ARDIANSYAHJ11113016KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah yang Maha Esa, maka
penyusun Makalah Keterampilan Belajar dapat selesai. Makalah ini
diharapkan dapat menjadi pedoman untuk pelaksanaan Blok 1 pada
kurikulum berbasis kompetensi di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin.Pada pembelajaran blok 1 diharapkan
mahamahamahasiswa menguasai dan menerapkan pengetahuan tentang
konsep-konsep pembelajaran pada program pendidikan dokter gigi
sehingga mahamahamahasiswa akan mampu menjalani blok-blok
selanjutnya. Blok 1 merupakan perkenalan kepada mahamahamahasiswa
tentang sistem pembelajaran dan metode pembelajaran program
pendidikan dokter gigi yang berprinsip perpusat pada
mahamahamahasiswa dan pembelajaran berbasis masalah.Penyusun
menyadari masih banyak kekurangna pada makalah ini dan perlu
dilakukan evaluasi bagi penyempurnaannya. Untuk itu diharapkan
saran dan kritik bagi penyempurnaan makalah ini.Terima Kasih kepada
konributor, sejawa dan seluruh pihak yang terlibat dalam makalah
ini. Semoga blok 1 dapat berjalan sesuai tujuan dan memberikan
manfaat bagi kita semua.
Makassar, september 2013
Tim Penyusun
LATAR BELAKANG
Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam
keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan
yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses
pendidikan.Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam
bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang
positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari
bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang
dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di
museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar
merupakan tindakan dan perilaku mahamahasiswa yang kompleks. Kata
keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau
cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar.
Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah
tidak dapat dikatakan terampil. Sedangkan ruang lingkup
keterampilan sendiri cukup luas, meliputi kegiatan berupa
perbuatan, berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan
sebagai.Dalam pembelajaran, keterampilan dirancang sebagai proses
komunikasi belajar untuk mengubah perilaku mahamahasiswa menjadi
cekat, cepat, dan tepat dalam melakukan atau menghadapi sesuatu.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah
suatu bentuk kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan
dalam mengerjakan sesuatu secara efektif dan efisien.Sedangkan
maksud dari keterampilan belajar itu sendiri adalah suatu
kepandaian dan sikap positif dalam hal pencarian ilmu pengetahuan
dan wawasan, yang dimana ada nya kecekatan dalam berproses ketika
mendapatkan sejumlah bahan yang telah dipelajari. Sehingga dengan
adanya keterampilan belajar sebagai penunjang untuk melakukan
berbagai kegiatan pencarian wawasan .
PEMBAHASAN TOPIK
1. JelaskanpengertianMind set, Soft skill, PBL, KBK, Interaksi,
Mind map, Management waktu, Hard skill!2.
Bagaimanacaramengembangkan Soft skill, Mind set, Interaksi, Mind
map, Management waktu, Hard skill?3. Bagaimana penerapan system
PBL?4. Apa saja kelebihandankekurangan PBL?5. Bagaimanakah sistem
KBK? Jelaskan!6. Kelebihandankekurangan KBK?7.
Adakahsistempembelajaran yang lain selain KBK dan PBL?Jelaskan!8.
Mengapamahamahamahasiswakesulitanberinterkasi?Apasolusinya?9.
Mengapamahamahamahasiswaharusbelajar? Jelaskan!10.
Bagaimanamahamahamahasiswamemanfaatkansumberbelajar?11.
Apa-apasajasumberbelajar? Jelaskan!12. Bagaimanasistembelajar di
lab dankelas?13. Apadansiapapenunjangakademikmahamahamahasiswa?14.
Jelaskantahapuntukmenyelesaikantugasdenganbaik?15.
Apahubunganantara soft skill dan hard skill? Jelaskan!16.
Solusidarimahamahamahasiswagalau?Jelaskan!
SKENARIO
Seorang mahamahamahasiswa yang berasal dari daerah melanjutkan
pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Unhas yang telah menganut
sistem pembelajaran berbasis kompetensi (KBK) dengan metode
pembelajaran problem based learning (PBL), dia mengalami kesulitan
dalam memanfaatkan sumber-sumber belajar, baik berupa sumber
belajar dari internet, bacaan dari buku teks, hasil belajar dari
kelas dan laboratorium padahal dia sudah mencoba untuk memetakan
hasil-hasil belajar yang sudah didapatkan. Dia merasa memiliki
tidak cukup waktu untuk menyelesaikan semua tugasnya dan mengakanu
kesulitan berinteraksi dengan orang-orang sekelilingnya di kampus
padahal dia sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang
disejitarnya dan merasa bahwa kemampuan soft skill yang dia miliki
masih dangat kurang dalam menunjang aktivitas akademiknya.Kata
kunci; Mind set Interaksi PBL (problem learning skill) KBK Mind map
Management waktu Belajar dari kelas Belajar dari lab Sumber belajar
Mahamahamahasiswa dari daerah Aktivitas akademik Galau
Menyelesaikan tugas Orang-orang disekeliling kampus Belajar dari
internet Dukungan dari orang-orang sekitar Belajar dari buku
teks
PEMBAHASANA. DEFENISI & PENGEMBANGAN1. DEFENISI-DEFENISIa.
Hardskill & SoftskillHard skill adalah kemampuan yang biasa
dipelajari di sekolah atau universitas yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan subyek
yang dipelajari. Misalnya, seorang mahamahamahasiswa belajar
akuntansi dengan harapan bahwa setelah belajar akuntansi dia bisa
membuat laporan keuangan. Hard skill bisa diukur dengan melakukan
tes yang ada hubungannya dengan bidang yang dipelajari. Bisa
dikatakan bahwa hard skill bersifak kasat mata atau nyata.
Sedangkan soft skill adalah sesuatu yang tak kasa mata/ imajiner/
abstrak. Tak seperti hard skill yang terukur dan bisa dipelajari,
maka soft skill tidak dipelajari secara langsung baik di sekolah
maupun universitas. Pengukurannyapun sulit. Bagaimana ukuran orang
baik itu? Apa definisi orang jujur? Bagaimana cara mengetahui
seseorang tersebut jujur ataukah tidak? Bagaimana cara membaca
pikiran orang lain? Bagaimana cara menyenangkan orang lain? Apa
yang harus dilakukan agar atasan simpati kepada kita? Bagaimana
caranya agar kita bisa mengetahui apa yang mereka pikirkan tentang
kita? dan hal-hal lainnya yang sejenis. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Harvard University, dikatakan bahwa kesuksesan
seseorang dalam bidang apapun yang sedang ia tekuni tak semata-mata
karena kemampuan intelektual yang dimiliki (hard skill) namun juga
kemampuan dalam mengelola emosi atau soft skill. Bahkan secara
gamblang penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa 80% kesuksesan
manusia ditentukan oleh bagaimana cara ia mengelola emosinya dan
sisanya baru faktor bernama hard skill.
b. KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)KBK merupakan singkatan
dari Kurikulikum Berbasis Kompetensi. KBK merupakan salah satu
upaya pemerintah, dalam hal ini Diknas, untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil
belajar yang harus dicapai mahamahasiswa., penilaian, kegiatan
belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam
membangun kurikulum di sekolah. Adapun orientasi KBK adalah hasil
dan dampak yang diharapkan muncul dari diri murid melalui
serangkaian pengalaman beljar yang bermakna, dan adanya keberagaman
yang dapat dimanifestasikan sesuai kebutuhannya. KBK akan
memberikan hasil maksimal bila dijalankan dengan lengkap dan
konsekuen dan bila pemberdayaannya memberdayakan murid.Pembelajaran
berbasis masalah (Problem-based Learning, disingkat PBL), adalah
pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi
mahamahasiswa untuk belajar. Duch, et.al. (2000) menyatakan bahwa
prinsip dasar yang mendukung konsep dari PBL sudah ada lebih dulu
dari pendidikan formal itu sendiri, yaitu bahwa pembelajaran
dimulai (diprakarsai) dengan mengajukan masalah, pertanyaan, atau
teka-teki, yang menjadikan mahamahasiswa belajar ingin
menyelesaikannya.Dalam pendekatan berbasis masalah, masalah yang
nyata dan kompleks memotivasi mahamahasiswa untuk mengidentifikasi
dan meneliti konsep dan prinsip yang mereka perlu ketahui untuk
berkembang melalui masalah tersebut. Mahamahasiswa bekerja dalam
tim kecil, dan memperoleh, mengomunikasikan, serta memadukan
informasi dalam proses yang menyerupai atau mirip dengan menemukan
(inquiry).
c. PBL (Problem Based Learning)PBL menggambarkan suatu suasana
pembelajaran yang menggunakan masalah untuk memadu, mengemudikan,
menggerakkan, atau mengarahkan pembelajaran. Pembelajaran dalam PBL
dimulai dengan suatu masalah yang harus diselesaikan, dan masalah
tersebut diajukan dengan cara sedemikian hingga para mahamahasiswa
memerlukan tambahan pengetahuan bau sebelum mereka dapat
menyelesaikan masalah tersebut.
d. Interaksi SosialInteraksi sosial merupakan
aktivitas-aktivitas yang tampak ketika antarindividu ataupun
kelopok-kelompok manusia melakukan hubungan satu sama lain. Melalui
hubungan-hubungan itu, manusia menyampaikan maksud, tujuan, dan
keinginan masing-masing. Oleh karena itu interaksi sosial menjadi
kunci kehidupan masyarakat.Menurut Gillin dan Gillin, interaksi
sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis mnyangkut
hubungan antarorang, antarkelompok, maupun antarindividu dengan
kelompok manusia. Interksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan
timbal balik. Hal ini karena dalam interaksi sosial terdapat aksi
dan reaksi dari individu yang berinteraksi. Interaksi sosial
terjadi apabila satu individu melakukan tindakan sehingga
menimbulkan reaksi dari individu-individu lain.Dengan kata lain,
interaksi sosial terjadi apabila dua orang atau lebih saling
berhadapan, bekerja sama, dan berbicara.
e. Mind MapKonsep Mind mapping asal mulanya diperkenalkan oleh
Tony Buzan tahun 1970-an. Menurutnya mind map adalah sistem
penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk
perpustakaan raksasa, yang sebenarnya ada dalam otak manusia yang
menakjubkan.Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi
membantu mahamahasiswa menggunakan seluruh potensi otak agar
optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan.
Metode ini mempermudah memasukan informasi kedalam otak dan untuk
kembali mengambil informasi dari dalam otak. Mind mapping merupakan
teknik yang paling baik dalam membantu proses berfikir otak secara
teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari
pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci
universal sehingga membuka potensi otak.
f. Mind SetDr. Ibrahim Elfiky di dalam beberapa buku
motivasinya, mindset adalah sekumpulan pikiran yang terjadi
berkali-kali di berbagai tempat dan waktu serta diperkuat dengan
keyakinan dan proyeksi sehingga menjadi kenyataan yang dapat
dipastikan di setiap tempat dan waktu yang sama.Singkatnya, dalam
setiap aspek kehidupan dan perilaku manusia ada mindset. Setiap
ruang dan waktu tak pernah lepas dari mindset. Semuanya berdasarkan
proses pikiran tertentu yang terjadi berkali-kali dan hasilnya
kerap digunakan dalam kehidupan.g. Management WaktuMengelolah waktu
lebih dari sekadar membuat daftar hal-hal yang harus dikerjakan dan
belajar mengatakan tidak. Manajemen waktu adalah sebuah
keterampilan yang memerlukan penilaian diri, perencanaan, serta
disiplin dan perbaikan yang terus menerus. Pada kenyataannya,
bahkan mereka yang menganggap dirinya ahli dalam manajemen waktu
kadang-kadang cerobohWaktu adalah sumber daya yang tidak dapat kita
beli atau jual, kita bagi dengan orang lain atau kita ambil dari
mereka. Waktu tidak dapat kita tambah atau kurangi. Setiap hari,
kita semua memiliki jumlah waktu yang sama, yaitu 24 jam. Apa yang
kita lakukan dengan waktu itulah yang membedakan. Orang yang
berhasil memaksimalkan penggunaan waktu mereka mungkin menerapkan
teknik dan sistem yang berbeda-beda, namun memiliki satu hal yang
sama. Mereka memiliki visi tentang bagaimana mereka ingin
menghabiskan waktu, visi yang mengandung kesadaran tentang
prioritas. Mereka tahu apa yang ingin mereka lakukan dengan waktu
mereka.
2. PENGEMBANGANa. Cara mengembangkan MIND SET BELAJAR : Belajar
mengambil jarak dari diri anda sendiri, sehingga anda bisa berpikir
secara obyektif tentang diri anda dan apa yang hendak anda lakukan.
Juga anda bisa melihat diri anda sebagaimana orang lain melihat
anda. Dengan wawasan yang lebih nyata tentang diri, anda bisa
menjadi orang yang lebih mawas diri, dan bertindak lebih responsif.
Bukan reaktif atas apa yang terjadi pada diri anda. Dengan begitu
locus control ada di diri anda, dalam hal ini menjadi internal
locus control. Selanjutnya anda dapat dan mampu bertanggung jawab
atas hidup anda, tidak tergantung pada pilihan orang lain; dan
dengan demikian tidak juga menyalahkan orang lain manakala anda
mengahadapi hambatan. Lebih lanjut, bertanggung jawab tidak cukup
hanya kesediaan, tetapi butuh komitmen dan upaya. Jadi apabila
seorang mahamahasiswa yang bertanggung jawab, maka hal itu berarti
anda punya kesediaan untuk belajar menjadi cendekiawan yang semakin
maju dan berkembang. Lebih jauh, anda perlu menyadari bahwa
kesempatan selama di perdosenan tinggi merupakan peluang emas untuk
menemukan apa yang sebenarnya anda ingin lakukan dengan hidup anda.
Disamping semua hal di atas, tentu saja anda memerlukan arah
perspektif sebagai orientasi berjalan dan belajar. Arah dapat anda
peroleh dari visi-misi hidup anda.(sumber : Modul MD-02 Mind Set
Belajar di Perdosenan Tinggi Oleh: Dr. Arlina Gunarya,MSc) b. Cara
mengembangkan INTERAKSI : Dalam membangun interaksi antara civitas
akademik, diperlukan adanya jaringan supportif dan komuikasi.
Jaringan supportif adalah suatu jaringan yang di dalamnya terdapat
orang-orang atau lembaga yang dapat dijadikan sumber supportif bagi
seseorang, sedangkan komunikasi adalah suatu tingkah laku,
perbuatan atau kegiatan penyampaian informasi mengenai pikiran
perasaan-perasaan. Komunikasi merupakan hal penting dalam
memberikan ide ataupun informasi yang disampaikan agar tercipta
dukungan diantara para civitas akademik. Etika sangat mempengaruhi
interaksi, yang bertujuan untuk saling mengormati satu sama lain,
yang mengarahkan perkembangan para civitas akademik menuju suasana
yang harmonis, tertib, teratur, dan damai.c. Cara mengembangkan
SOFT SKILL :1. Mengatur EmosiDiri kita adalah tuan dari emosi kita
(I Am the Master of My Emotion), sehingga kita bisa mengatur
menjadi seperti apapun bentuk emosi kita. Oleh karena itu, agar
emosi tetap berada di level yang baik/positif, maka kita harus
pandai-pandai memilih informasi yang kita terima. Informasi yang
dirasa dapat mengganggu diri kita sebaiknya ditelaah terlebih
dahulu.2. Mengkomunikasikan Diri dengan BaikTerkadang orang lain
bisa salah persepsi jika kita keliru mengkomunikasikan diri kita.
Oleh karena itu komunikasi yang baik akan menghasilkan emosi yang
baik pula, yang akan berguna untuk rencana hidup kita.3. Mengubah
Pandangan Terhadap SesuatuSetiap orang mempunyai pandangan dan
sikap tersendiri terhadap sesuatu. Terkadang pandangan dan sikap
mereka berbeda dengan pandangan kita. Perbedaan inilah yang
menuntut kita untuk mau melihat suatu hal dari kacamata oranglain
dengan mengajukan pertanyaan yang tepat.4. Selalu Berinteraksi
dengan Orang LainBerinteraksi dengan orang lain memberi kesempatan
kepada kita untuk memahami diri sendiri atas tanggapan orang lain
terhadap sikap dan perilaku yang kita tampilkan. Dari tanggapan
orang lain tersebut, kita bisa belajar sikap dan perilaku yang
harus kita tampilkan pada situasi dan kondisi tertentu.(Buku Papan
Bimbingan dan Konseling oleh : Arum Dyah. W, 2009)
d. Cara mengembangkan MANAGEMEN WAKTU :Langkah pertama :
Tentukan prioritas Anda. Pada langkah pertama ini, sasaran Anda
adalah menentukan apa yang menjadi prioritas bagi Anda. Untuk
kepentingan ini, tentu saja Anda memerlukan terlebih dahulu
menetapkan beberapa tujuan utama Anda, untuk semester berikut. (
atau beberapa bulan ke depan) Kemu dian tetapkanlah urutan tujuan
Anda, mulai dari yang Anda anggap paling atas bagi Anda.
Selanjutnya, tanyalah diri Anda : Apa yang paling penting yang
perlu saya lakukan untuk mencapai tujuan ini . Tuliskan pada
catatan Anda butir-butir yang penting untuk Anda lakukan untuk
masing-masing tujuan tersebut, selama beberapa bulan ke
depan.Langkah kedua : Rencana mingguan Berdasarkan langkah pertama,
Anda buat daftar apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan
yang Anda prioritaskan sebagai paling atas. Kemudian lakukan rating
untuk setiap kegiatan berdasarkan prioritas Anda.Langkah ketiga :
Analisis Penggunaan waktu Anda. Amati dan cermati, bagaimana Anda
menggunakan waktu selama ini, lihat kembali ecersise awal yang
sudah Anda buat. Langkah keempat : Monitoring dan Evaluasi
Lakukanlah monitoring setiap hari, seberapa banyak item di jadwal
Anda yang sudah dilaksanakan sesuai jadwal, mana yang masih perlu
kembali dijadwalkan pada hari lain. Bersamaan dengan monitoring
tersebut, checki pula jadwal untuk hari berikutnya, sambil
melakukan modifikasi-modifikasi bilamana diperlukan.
(sumber : Modul MD-05 Paradingma Waktu : AG)
e. Cara mengembangkan HARD SKILL :
Dalam mengembangkan hard skill seorang peserta didik
(mahamahasiswa) sering diadakan perlombaan-perlombaan. Selain itu,
tidak jarang pendidik memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada
anak didiknya yang memiliki prestasi baik. Bahkan pertandingan
antar mahamahasiswa dalam satu negara atapun antar negera sering
dibuat sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki seseorang. Hal ini
semata-mata bertujuan untuk mengembangkan hard skill. Selain hard
skill, seserorang tidak terlepas dari soft skill, karena seseorang
tidak terlepas dari dirinya sendiri dan orang lain. Maksudanya
adalah seseorang punya akal, hati nurani yang harus dikembangkan
untuk mampu mengatur dirinya sendiri dan untuk berinteraksi dengan
orang lain.
(Buku Papan Bimbingan dan Konseling oleh : Arum Dyah. W,
2009)
f. Cara mengembangkan MIND MAPPING :1. Tentukan permasalahan
utama anda.Dalam kasus pelajaran anak, tentu permasalahan utama
biasanya adalah suatu bab pelajaran.2. Buatlah pusat mind map
berupa gambar dan diberi judul pusat mind map ini biasanya adalah
tema atau judul bab materi pelajaran tersebut.3. Buatlah cabang
utama yang merupakan cabang yang memancar langsung dari pusat mind
map. Cabang utama ini biasanya adalah judul subbab atau
bagian-bagian dari materi pelajarannya. 4. Tuliskan 1 kata di
setiap cabang, dan kata tersebut adalah berupa kata kunci.5.
Kembangkan cabang utama dengan cabang-cabang lain berikutnya secara
berhubung.6. Kembangkan dengan gambar untuk dapat memkperkuat
informasi atau menggantikan informasi tersebut.(sumber : brain
management series, Sutanto Windura, Bli)
B. KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSIKurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) merupakan bagian dari Pendidikan Berbasik Kompetensi (PBK).
Oleh karena itu, pembahasan KBK dalam makalah ini berada pada
lingkup pembahasan KBK. Berturut-turut akan dibahas KBK secara
singkat melalui sejumlah pertanyaan sebagai berikut:1. Latar
Belakang Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)?Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) diterapkan untuk melengkapi kekurangan
pendidikan konvensional saat ini yang kenyataannya cenderung
memfokuskan pada penguasaan mata pelajaran tanpa menyentuh secara
nyata penerapannya bagi kehidupan dan hanya mendidik peserta didik
untuk sekedar mengetahui sesuatu, belum sampai pada penghayatan,
apalagi sampai pada pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari.
Praktek pendidikan konvensional cenderung abstrak, tektual, verbal,
artivicial, dan maya, sementara itu, KBK cenderung lebih riil,
konkret, nyata, dan menyentuh realitas.2. Arti Kurikulum Berbasis
Kompetensi ituKurikulum Berbasis Kompetensi adalah pendidikan yang
mengacu pada standar kompetensi yang akan dicapai dan diperlukan
oleh peserta didik. Setelah mengikuti KBK peserta didik akan mampu
melakukan sesuatu. Jadi KBK tidak sekedar mendidik peserta didik
untuk mengenal nilai (logos), tetapi juga mendidik mereka untuk
menginternalisasikan nilai-nilai ke dalam hati nuraninya (etos),
dan lebih dari itu, peserta didik diharapkan dapat menerapkan
nilai-nilai yang dipelajari ke dalam kehidupan sehari-hari
(patos)3. Pengertian KompetensiYang dimaksud dengan kompetensi
adalah kemampuan melakukan sesuatu yang berbeda dengan sekedar
kemampuan mengetahui sesuatu. Kompetensi tersusun (merupakan
peleburan) dari tiga unsur utama yaitu pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Dengan demikian, orang yang kompeten adalah orang yang
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk
melakukan/mengerjakan sesuatu.4. Perbedaan antara Pendidikan
Konvensional (PK) dan KBKPK sangat berbeda dengan KBK. Perbedaan
antara keduanya dapat dilihat pada tabel 1 berikut:Tabel 1.
Perbedaan antara PK dan KBKPendidikan Konvensional (PK)Kurikulum
Berbasis Kompetensi
Berbasis isiBerbasis kompetensi
Berbasis waktuBerbasis kinerja
Kecepatan kelompokKecepatanindividu
Umpan balik tertundaUmpan balik seketika
Berbasis textbookBerbasis bahan ajar yang multimedia
Orientasi mata pelajaranOrientasi moduler
Berbasis ruang kelasBerbasis lapangan
DosenFasilitator/nara sumber
Tujuan umumTujuan spesifik
Kreteria subyektifKriteria objektif
Acuan normaAcuan kriteria
5. Karakteristik KBKKBK memiliki karakteristik sebagai berikut:
(1) kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik diidentifikasi
berdasarkan apa yang peserta didik harus memahami mampu melakukan,
(2) kriteria digunakan untuk menilai setiap kompetensi yang telah
dirumuskan, (3) kurikulum (bahan ajar) dikembangkan berdasarkan
standar kompetensi yang telah ditetapkan, (4) penilaian didasarkan
standar kompetensi, dan (5) kemajuan belajar didasarkan atas
pencapaian kompetensi.6. KBK sebagai Sistem terdiri dari Komponen
KBK sebagai sistem tersusun dari rangkaian komponen-komponen yang
saling terkait secara hirarkis sebagai berikut: (a) standar
kompetensi, (b) kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar
kompetensi dan disebut kurikulum berbasis kompetensi/KBK, (c)
penyelenggaraan proses belajar mengajar yang mengacu pada KBK, (d)
evaluasi berdasarkan standar kompetensi dan (e) sertifikasi untuk
meyatakan penguasaan kompetensi pada tingkat tertentu. Untuk lebih
jelasnya, KBK sebagai sistem dapat dilihat pada gambar 1 (Kerangka
Kurikulum Berbasis Kompetensi)7. Penerapan KBKa. Jabarkan standar
kompetensi menjadi sub-sub kompetensi termasuk standar kinerjanya
(indikator kinerja) untuk masing-masing sub kompetensib. Kembangkan
silabus dan materi ajar yang benar-benar mengacu pada standar
kompetensi/sub-sub kompetensi, rencanakan pengalaman belajarnya,
alokasi waktunya, dan sumber bahannyac. Kembangkan dan laksanakan
proses belajar dan mengajar berdasarkan KBK dengan menggunakan
pendekatan mastery learning, learning by doing, dan individualized
learning.d. Rencanakan dan laksanakan evaluasi otentik) termasuk di
dalamnya jenis penilaian, jenis instrumen dan rumusan soalnya.e.
Berikan sertifikat sebagai pengakuan terhadap kompetensi yang telah
dicapai oleh peserta didik.
C. PROBLEM BASED LEARNING1. Latar Belakang Pentingnya PBLMenurut
D Boud dan G Faletti, PBL adalah metode pembelajaran yang diawali
dari permasalahan tanpa penjelasan lebih dahulu. Model pembelajaran
berbasis masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran mahamahasiswa pada masalah autentik sehingga
mahamahasiswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri,
menumbuhkembangkan ketrampilan yang lebih tinggi dan inkuiri,
memandirikan mahamahasiswa, dan meningkatkan kepercayaan diri
sendiri (Arends dan Abbas, 2000:12). Menurut suradijono, PBL adalah
metode pembelajaran dengan langkah awal berupa masalah dalam
pengumpulan dan pengintegrasian pengetahuan baru. Menurut H.S.
Barrows, PBL adalah metode pembelajaran yang didasarkan pada
prinsip bahwa masalah merupakan tahap awal untuk mengintegrasikan
pengetahuan. Dari pendapat para ahli, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa Problem Based Learning (PBL) adalah metode pendidikan yang
medorong mahamahasiswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama
dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia
nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan
mahamahasiswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL
menyiapkan mahamahasiswa untuk berpikir secara kritis dan analitis,
serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat
sumber-sumber pembelajaran.Dalam PBL, mahamahasiswa dituntut
bertanggungjawab atas pendidikan yang mereka jalani, serta
diarahkan untuk tidak terlalu tergantung pada dosen. PBL membentuk
mahamahasiswa mandiri yang dapat melanjutkan proses belajar pada
kehidupan dan karir yang akan mereka jalani. Seorang dosen lebih
berperan sebagai fasilitator atau tutor yang memandu mahamahasiswa
menjalani proses pendidikan. Ketika mahamahasiswa menjadi lebih
cakap dalam menjalani proses belajar, PBL tutor akan berkurang
keaktifannya.Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis MasalahBerbagai
pengembang pembelajaran berbasis masalah telah menunjukkkan
ciri-ciri pengajaran berbasis masalah sebagai berikut.1. Pengajuan
masalah atau pertanyaanPengajaran berbasis masalah bukan hanya
mengorganisasikan prinsip-prinsip atau ketrampilan akademik
tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan
pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya
secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk
mahamahasiswa. Mereka dihadapkan situasi kehidupan nyata yang
autentik , menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya
berbagai macam solusi untuk situasi itu. Menurut Arends (dalam
Abbas, 2000:13), pertanyaan dan masalah yang diajukan haruslah
memenuhi kriteria sebagai berikut.a. Autentik. Yaitu masalah harus
lebih berakar pada kehidupan dunia nyata mahamahasiswa dari pada
berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.b. Jelas. Yaitu
masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan
masalah baru bagi mahamahasiswa yang pada akhirnya menimbulkan
masalah baru bagi mahamahasiswa yang pada akhirnya menyulitkan
penyelesaian mahamahasiswa.c. Mudah dipahami. Yaitu masalah yang
diberikan hendaknya mudah dipahami mahamahasiswa. Selain itu
masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan
mahamahasiswa.d. Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Yaitu
masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas,
artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang
akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia.
Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan
pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.e. Bermanfaat. Yaitu
masalah yang telah disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik
mahamahasiswa sebagai pemecah masalah maupun dosen sebagai pembuat
masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat
meningkatkan kemampuan berfikir memecahkan masalah mahamahasiswa,
serta membangkitkan motivasi belajar mahamahasiswa. 2. Berfokus
pada keterkaitan antar disiplinMeskipun pengajaran berbasis masalah
mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu ( IPA, Matematika,
Ilmu-ilmu Sosial), masalah yang akan diselidiki telah yang dipilih
benar-benar nyata agar dalam pemecahannya mahamahasiswa meninjau
masalah itu dari banyak mata pelajaran.3. Penyelidikan
autentikPengajaran berbasis masalah mahamahasiswa melakukan
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap
masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan
masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan
dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan),
membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan. Metode penyelidikan
yang digunakan bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.4.
Menghasilkan produk/karya dan memamerkannyaPengajaran berbasis
masalah menuntut mahamahasiswa untuk menghasilkan produk tertentu
dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan
atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.
Produk itu dapat berupa transkip debat, laporan, model fisik, video
atau program komputer (Ibrahim & Nur, 2000:5-7 dalam Nurhadi,
2003:56) Pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh mahamahasiswa
bekerja sama satu sama lain (paling sering secara berpasangan atau
dalam kelompok kecil). Bekerja sama memberikan motivasi untuk
secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan
memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berfikir.
f. Unsur-unsur PBLUnsur-unsur dalam PBL terdapat 2 unsur, yaitu
:1. Unsur subjektif merupakan unsur-unsur yang terdapat pada saat
menjalankan diskusi kelompok seperti, narasumber, fasilitator,
ketua, dan sekretaris. 2. Unsur objektif adalah unsur-unsur dimana
kita mendapatkan sumber dari informasi yang kita sampaikan dalam
diskusi kelompok kita, seperti internet dan kepustakaan.
g. Memfasilitasi Pembelajaran Menggunakan PBLDalam model
pembelajaran berbasis masalah, dosen berperan sebagai penyaji
masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah dan
pemberi fasilitas penelitian. Selain itu dosen menyiapkan dukungan
dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan
intelektual mahamahasiswa. Pembelajaran berbasis masalah hanya
dapat terjadi jika dosen dapat menciptakan lingkungan kelas yang
terbuka dan membimbing pertukaran gagasan. Pembelajaran berbasis
masalah juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
akivitas mahamahasiswa, baik secara individual maupun secara
kelompok. Pada model pembelajaran berbasis masalah dosen berperan
pemberi rangsangan, pembimbing kegiatan mahamahasiswa dan penentu
arah belajar mahamahasiswa.
h. Prosedur PBLTahapan pengajaran berbasis masalahPengajaran
berbasis masalah terdiri dari lima tahapan utama (menurut Nurhadi,
2003:58-59). Kelima tahapan itu dimulai dengan dosen memperkenalkan
mahamahasiswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan
penyajian dan analisis hasil kerja mahamahasiswa.
i. Tahapan pengajaran berbasis masalahTahapan Tingkah Laku
Dosen
Tahap 1: Orientasi mahamahasiswa kepada masalahDosen menjelaskan
tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
memotivasi mahamahasiswa agar terlibat pada pemecahan masalah yang
dipilihnya.
Tahap 2: Mengorganisasi mahamahasiswa untuk belajarDosen
membantu mahamahasiswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual dan kelompokDosen
mendorong mahamahasiswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalahnya
Tahap 4: Mengembagkan dan menyajikan hasil karyaDosen membantu
mahamahasiswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan, video dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan
temannya.
Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalahDosen membantu mahamahasiswa melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan.
D. KURIKULUM LAIN1. PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN KONTEKSTUAL
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING/CTL)a. Pengertian CTLCTL adalah
suatu pendekatan pembelajaran dan pengajaran yang mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata mahamahasiswa dan
mendorong mahamahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
individu, anggota (keluarga, masyarakat, dan bangsa). Dengan
pendekatan CTL proses belajar mengajar akan lebih konkret, lebih
realistis, lebih actual, lebih nyata, lebih menyenangkan, dan lebih
bermakna. Proses belajar mengajar berpendekatan CTL ini diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar (kualitas, kreativitas,
produktivitas, efisiensi, dan efektivitas).Hasil belajar meningkat,
karena dalam CTL semua pancaindra isiwa diaktifkan dan dimanfaatkan
secara serentak dalam proses belajar mengajar melalui
kegiatan-kegiatan belajar yang lebih (aktual, konkret, realistis,
nyata, menyenangkan, dan bermakna).CTL lebih menekankan pada
pemberdayaan mahamahasiswa sehingga hasil belajar bukan sebatas
pengenalan nilai, akan tetapi penghayatan dan bahkan sampai pada
penerapan nilai-nilai dalam kehidupan nyata.Pemberdayaan
mahamahasiswa juga dapat dilihat sejauhmana CTL mampu menumbuhkan
daya kreasi, daya nalar, rasa keingintahuan, dan eksperimentasi
untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru meskipun dan
memberikan toleransi pada kekeliruan-kekeliruan akibat kreativitas
berpikir.b. Tujuan dan Hasil yang Diharapkan dari CTLPenerapan
pendekatan CTL bertujuan untuk meningkatkan pemahaman makna materi
pembelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan antara materi
yang dipelajari dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sebagai
individu, anggota keluarga, anggota masyarakat, dan anggota bangsa.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sejumlah hasil yang diharapkan dari
penerapan pendekatan CTL adalah sebagai berikut: (1) dosen yang
berwawasan CTL (2) materi pembelajaran, (3) strategi, metode, dan
teknik belajar dan mengajar, (4) media pembelajaran, (5) fasilitas
pendukung, (6) proses belajar dan mengajar, (7) kancah
pembelajaran, dan (8) suasana/iklim sekolah yang bernuansa CTL.c.
Kompenen CTL dan Penerapannya di kelasCTL memiliki
komponen-komponen sebagai berikut: konstruktivisme, inkuiri,
pertanyaan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian
otentik (Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2002).
Kontruktivisme, yang intinya bahwa pengetahuan seseorang itu hanya
dapat dibangun oleh dirinya sendiri dan bukannya diberikan oelh
orang laindan siap diambila dan diingat. Inkuiri menekankan bahwa
mempelajari sesuatu itu dapat dilakukan lebih efektif melalui
tahapan inkuiri sebagai berikut, yaitu: mengamati, menemukan dan
merumuskan masalah, mengajukan dugaan jawaban (hipotesis)
mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
Masyarakat belajar, yang esensinya bahwa belajar itu dapat
diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Kerja kelompok,
diskusi kelompok, dan pengerjaan proyek secara berkelompok adalah
contoh membangun masyarakat belajar. Pemodelan adalah pembelajaran
yang dilakukan dengan memberikan model/contoh. Model bisa berupa
benda, cara, metoda kerja, cara/ perosedur kerja, atau yang lain,
yang bisa ditiru oleh mahamahasiswa. Refleksi adalah cara berpikir
tentang apa yang dipelajari sebelumnya kemudian direnungkan apakan
yang telah dipelajari selama ini benar dan jika salah perlu
direvisi. Hasil revisi inilah yang akan merupakan penayaan dari
pengetahuan sebelumnya. Penilaian otentik adalah penilaian yang
sebenarnya terhadap perkembangan belajar mahamahasiswa sehingga
penilaian tidak bisa dilakukan hanya dengan satu cara akan tetapi
menggunakan ragam cara, misalnya kombinasi dari ulangan harian,
pekerjaan rumah, karya mahamahasiswa, laporan, hasil tes tertulis,
hasil diskusi, karya tulis, demonstrasi, dsb.CTL dapat diterapkan
secara sederhana yaitu:1) Konstruktivisme: kembangkan pemikiran
bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan, nilai,
dan keterampilan barunya2) Inkuiri: laksanakan kegiatan inkuiri
untuk semua topik sekiranya mungkin3) Pertanyaan: kembangkan sifat
ingin tahu mahamahasiswa dengan bertanya;4) Masyarakat belajar:
ciptakan masyarakat belajar melalui belajar secara kelompok5)
Modelling: hadirkan model sebagai contoh pembelajaran6) Refleksi:
lakukan reflieksi pada akhir setiap pertemuan kelas, dan7)
Penilaian otentik: lakukan penilaian otentik dengan berbagai
cara.d. Pelaksanaan CTLSeperti disampaikan sebelumnya, esensi
pendekatan CTL adalah membantu mahamahasiswa mengaitkan antara
materi yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan/situasi dunia
nyata mereka sehari-hari sebagai individu, anggota keluarga,
anggota masyarakat dan anggota bangsa dan mendorong mahamahasiswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan pendekatan
CTL, proses belajar mengajar akan lebih konkret, lebih realistis,
lebih aktual, lebih nyata, lebih menyenangkan dan lebih bermakna.
Konsep ini. Konsep ini memiliki implikasi bahwa pelaksanaan CTL
tidak harus seragam/komformitas dan dijamin adanya
keberagaman/kemajemukan sesuai dengan kekhasan dan kebolehan
konteks masing-masing mahamahasiswa. Dengan demikian tidak ada satu
resep pelaksanaan CTL yang sama yang dberlakukan ke seluruh sekolah
di Indonesia. Oleh karena itu dosen harus memiliki kesadaran dan
mulai berpikir bahwa pemahaman, penghayatan, dan
penginternalisasian konteks ke dalam proses belajar dan mengajar
sudah merupakan keharusan jika CTL merupakan pilihan pendekatan
yang dianut.Pelaksanaan CTL memerlukan perubahan-perubahan
kebiasaan dalam proses belajar mengajar, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, hingga sampai pada penilaian hasil belajarnya.
Perubahan-perubahan kebiasaan ini memunculkan sejumlah pertanyaan
yang perlu dipertimbangkan berkaitan dengan penerapan CTL, yaitu:
(1) Pembelajaran untuk apa? tujuan; (2) Pembelajaran untuk siapa?
mahamahasiswa; (3) Apa yang diajarkan? materi; (4) Pengajaran oleh
siapa? dosen; (5) Bagaimana cara mengajarkannya? strategi, metode,
teknik mengajar; (6) Dengan cara apa? media pengajaran dan
pembelajaran; (7) Pembelajaran di mana? kancah; (8) Bagaimana cara
mengevaluasinya? penilaian; (9) Berapa lama? durasi pembelajaran.
Sejumlah pertanyaan lain dapat didaftar, namun yang perlu
digarisbawahi adalah bahwa pelaksanaan CTL memerlukan pentahapan
yang perlu dipersiapkan secara matang. Pelaksanaan CTL pada tingkat
sekolah melibatkan banyak pihak, dalam dan luar sekolah. Penjelasan
pentahapan pelaksanaan CTL pada tingkat sekolah diuraikan
seperlunya seperti berikut:1) Mengkaji materi pelajaran yang akan
diajarkan kepada mahamahasiswa yaitu dengan memilah-milah materi
yang tekstual dan materi yang dapat dikaitkan dengan hal-hal yang
aktual/riil2) Mengkaji konteks kehidupan mahamahasiswa sehari-hari
(keluarga, tempat kerja, sosial, budaya, masyarakat, organisasi
sosial, dsb) secara cermat sebagai salah satu upaya untuk memahami
konteks kehidupan mahamahasiswa sehari-hari.3) Memilih materi
pelajaran yang dapat dikaitkan dengan konteks kehidupan
mahamahasiswa4) Menyusun persiapan proses belajar dan mengajar yang
telah memasukkan konteks ke dalam materi yang akan diajarkan5)
Melaksanakan proses belajar mengajar kontekstual yantiu mendorong
mahamahasiswa untuk selalu mengaitkan materi yang dipelajari dengan
pengetahuan/pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya6) Melakukan
penilaian otentik terhadap apa yang telah dipelajari oleh
mahamahasiswa. Hasil penilaian otentik terhadap apa yang telah
dipelajari oleh mahamahasiswa. Hasil penilaian digunakan sebagai
bahan persiapan dan pelaksanaan proses belajar dan mengajar yang
akan datang.e. StrategiPergeseran dari pendekatan proses belajar
mengajar konvensional menuju CTL diperlukan strategi seperti tabel
2 berikut:KonvensionalCTL
AbstrakRiil
TekstualAktual
VerbalKonkret
ArtifisialRealita
Mayanyata
2. Enquiry-Discovery Learning Enquiry-Discovery Learning :
belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam pembelajaran ini anak
diberi peluang untuk mencari, memecahkan, hingga menemukan
cara-cara penyelesaian dan jawaban jawaban sendiri dengan
menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah (problem solving
approach). Secara garis besar prosedurnya adalah :a. simulation
Dosen mulai bertanya dengan mengajukan permasalahan atau menyuruh
mahasiswa membaca atau mendengarkan uraian yang memuat
permasalahan.b. Problem statement mahasiswa diberi kesempatan
mengidentifikasi berbagai permsalahan , kemudian memilihnya.
Pemasalahan yang dipilih biasanya yang paling menarik dan fleksibel
untuk dipecahkan. Selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pernyataan
atau hipotesis , yakni pernyataan sebagai jawab sementara atas
pertanyaan yang diajukan.c. Data Collection Untuk menjawab benar
tidaknya hipotesis itu , mahasiswa diberi kesempatan untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca litelatur,
mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji oba
sendiri dan sebagainya.d. Verification (pembuktian)Berdasarkan
hasil pengolahan dan tafsiran data, pernyataan atau hipotesis yang
telah dirumuskan dicek apakah terjawab atau tidak , apakah terbukti
atau tidak.e. GeneralizationBerdasarkan hasil verifikasi tersebut,
mahasiswa belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.3.
Expository Learning Expository Learning: dalam sistem ini, dosen
menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi,
sistematis dan lengkap, mahasiswa tinggal menyimak dan mencernanya
saja . Secara garis besar prosedurnya adalah :a. Preparasi Dosen
mempersiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi.b.
Apersepsi Dosen bertanya atau memberikan uraian singkat untuk
mengarahkan perhatian mahasiswa kepada materi yang akan
diajarkan.c. PresentasiDosen menyajikan bahan dengan cara
memberikan ceramah atau menyuruh mahasiswa membaca bahan yang telah
disiapkan dari buku teks tertentu atau yang ditulis dosen
sendiri.d. ResitasiDosen bertanya dan mahasiswa menjawab sesuai
dengan bahan yang dipelajari atau mahasiswa disuruh menyatakan
kembali dengan kata-kata sendiri tentang pokok-pokok permasalahan
yang telah dipelajari.
4. Mastery LearningMastery Learning : mengusahakan upaya-upaya
yang dapat menghantarkan mahasiswa ke arah tercapainya penguasaan
penuh terhadap bahan pelajaran . Prosedur yang ditempuh adalah :a.
Melakukan Remedial (Perbaikan)Remedial, yaitu kegiatan yang
diberikan kepada mahasiswa yang belum menguasai pelajaran yang
telah dipelajari, dengan tujuan meningkatkan penguasaan mahasiswa ,
seperti mengganti metode pembelajaran , meyuruh , membaca , buku
dan peer tutor.b. Melakukan pengayaan Pengayaan diberikan kepada
mahasiswa kelompok cepat agar memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang lebih kaya, dan lebih mendalami bahan pelajaran. Kegiatan
kegiatan yang dilakukan seperti membaca buku, mengarang , kliping ,
diskusi dan sebagainya.5. Humanistic Education : Upaya-upaya untuk
membantu mahasiswa agar dapat mencapainya perwujudan dirinya sesuai
dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya. Cara
pendekatannya masih bersifat enquiry-discovery based
approaches.Karakteristik pokok metode ini antara lain,bahwa dosen
jangan membuat jarak jauh dengan mahasiswanya. Ia harus menempatkan
diri berdampingan dengan mahasiswa sebagai mahasiswa senior yang
selalu siap menjadi sumber konsultan.Taraf akhir dari proses
pembelajaran menurut pandangan ini adalah self actualization
seoptimal mungkin dari setiap mahasiswa.
E. KESULITAN INTERAKSI MAHAMAHAMAHASISWAKesulitan interaksi
mahamahamahasiswa terjadi karena tidak selamanya interaksi sosial
berupa tindakan yang bersifat kerja sama. Tindakan pertengkaran pun
termassuk interaksi sosial. Hal ini karena kedunya melakukan aksi
timbal balik walau pun dalam bentuk pertikaian.Berbeda apabila
seseorang bertemu dengan orang lain tanpa melakukan hubungan.
Peristiwa tersebut tidak dapat dikatakan sebagai interaksi
sosial.Menurut Soerjono Soekanto, walaupun orang-orang saling
bertemu tetapi tidak sling berbicara atau tidak saling menukar
tanda, interaksi sosial dapat terjadi. Hal ini karena tiap-tiap
pihak sadar adanya pihak lain. Contohnya minyak wangi yang
dikenkan, asap rokok yang dihembuskan, suara bising di jalan, dan
suara langkah kaki.Kondisi-kondisi tersebut mampu menimbulkan kesan
di benak seseorang. Hal ini mendorong seseorang melakukan tindakan
sebagai respon terhadap kesan tersebut. Peristiwa ini dapat
dikatakan interaksi sosial walaupun keduanya tidak melakukan
hubungan.Tidak semua tindakan merupakan interaksi. Tindakan yang
bagaimanakah dapat dikatakan sebagai interaksi sosial? Suatu
tindakan manusia dikatakan sebagai interaksi sosial jika memenuhi
syarat-syarat berikut.a. Melibatkan lebih dari satu orang pelakub.
Adanya komunikasi antarpelaku yang melibatkan simbol-simbol.c.
Adanya dimensi waktu yang menetukan sifat aksi yang sedang
berlangsung.d. Adanya tujuan-tujuan tertentu.Pada dasarnya, hakikat
interaksi terletak pada kesadarn mengarahkan tindakan kepada orang
lain. Selain itu interaksi sosial muncul karena adanya orientasi
timbal balik antara pihak-pihak yang bersangkutan tanpa
menghiraukan maksud perbuatannya, seperti cinta atau benci,
kesetiaan atau pengkhianatan, dan melukai atau menolong.Dengan
begitu, hubungan-hubungan yang ada dalam kehidupan manusia
merupakan suatu proses sosial. Hal ini karena hubungan
antarindividu merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial.
Aktivitas-aktivitas sosial itulah yang menjadi dasar terbentuknya
proses sosial.
F. MAHAMAHASISWA, BELAJAR DAN SUMBER BELAJARBelajar merupakan
tugas utama seorang mahamahasiswa dalam pengajaran. Ada yang
berpendapat bahwa belajar adalah kegiatan-kegiatan fisik atau
badaniah. Hasil belajar yang dicapai adalah berupa
perubahan-perubahan fisik seperti lari, megendarai mobil, memukul
bola secara baik dan sebagainya. Pandangan lain menitik beratkan
pendapatnya bahwa belajar adalah kegiatan rohaniah atau psikis.
hasil belajar yang dicapai adalah perubahan-perubahan dalam segi
psikis misalnya pengertian tentang hukum dan norma masyarakat,
bahasa, mengapresiasikan seni dan budaya, bersikap susila dan
sebagainya.Beberapa ahli telah mencoba merumuskan tafsiran tentang
belajar. Rumusan dan tafsiran yang mereka berikan sering kali
berbeda satu sama lain. Burton dalam Aunurrahman (2009: 35),
mengemukakan bahwa Belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu
dan individu dengan lingkungannya.James O. Whittaker dalam
Aunurrahman (2009: 35), menjelaskan definisi Belajar adalah proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Pendapat serupa juga diutarakan oleh Abdilla dalam Aunurrahman
(2009: 35), yang menyatakan bahwa Belajar adalah suatu usaha sadar
yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik
melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif,
afektif dan psikomotor.Meskipun ada perbedaan-perbedaan pandangan,
namun pada prinsipnya mengarah pada esensi yang sama, bahwa belajar
menunjukkan pada suatu aktifitas menuju suatu perubahan tingkah
laku pada diri individu melalui proses interaksi dengan
lingkungannya.Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya
proses belajar dalam diri mahamahasiswa. Oleh sebab itu melalui
proses pembelajaran, dosen harus berupaya secara optimal
menciptakan kondisi yang memungkinkan mahamahasiswa terdorong untuk
berperan aktif sebagai wujud nyata terjadinya proses belajar.a.
Ciri BelajarBeberapa ciri yang membedakan belajar dari kematangan,
pertumbuhan atau insting. Menurut Aunurrahman (2009: 36-37),
menjelaskan ciri umum kegiatan belajar yaitu:1. Menunjukkan suatu
aktifitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Bahwa
kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau
direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktifitas
tertentu.2. Interaksi indifidu dengan lingkungan. Lingkungan dalam
hal ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang
memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau
pengetahaun, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun suatu
yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi
menimbulkan perhatian kembali.3. Perubahan tingkah laku. Kebanyakan
merupakan suatu perubahan yang dapat diamati (observable), akan
tetapi tidak selalu perubahan tingkah laku yang dimaksudkan sebagai
hasil belajar tersebut dapat diamati. Perubahan yang dapat diamati
kebanyakan berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik, afektif,
serta perubahan kemampuan berpikir.Dari uraian mengenai ciri
belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses orang
memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Dalam hal
ini seseorang dikatakan belajar bilamana terjadi perubahan, dari
sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.Dalam dunia
pendidikan, mengetahui tersebut dipersepsikan diperoleh dari dosen.
Keadaan ini memposisikan dosen sebagai orang yang serba tahu
tentang sesuatu. Persepsi demikian dianggap keliru, sebab dalam
perkembangan teknologi yang semakin maju, belajar tidak lagi harus
tergantung pada hadir atau tidaknya dosen bersama mahamahasiswa,
karena sudah banyak intrumen-instrumen lain yang memungkinkan
seseorang melakukan aktifitas belajar. Dengan adanya kemajuan
teknologi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, peranan
dosen akan sedikit berkurang fungsi, dalam proses pembelajaran.b.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi BelajarDalam usaha menyiapkan
situasi belajar yang efisien, perlu diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar itu. Sebenarnya terlalu banyak faktor
yang dapat diketahui yang mempengaruhi proses belajar. Aunurrahman
(2009: 178-198) mendefinisikan faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar yaitu:1. Faktor internala. Ciri khas/karakteristik
mahamahasiswa.b. Sikap terhadap belajar.c. Motivasi belajar. d.
Konsentrasi belajar. e. Mengolah bahan ajar. f. Menggali hasil
belajar.g. Rasa percaya diri.h. Kebiasaan belajar.2. Faktor
eksternal a. Faktor Dosen. b. Lingkungan sosial (termasuk teman
sebaya). c. Kurikulum sekolah. d. Sarana dan prasarana.2. Hasil
Belajar Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau
pemekaran dari kecakapan-kecakapa potensial atau kapasitas yang
dimiliki seseorang (Nana Syaodik Sukmadinata, 2004: 102). Penguasn
hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku
berbentuk penguasaan, pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun
keterampilan motorik. Hasil belajar masih dapat dilihat dari
peenguasaan mahamahamahasiswa akan mata kuliah yang ditempuhnya.
Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata kuliah
tersebut dilambangkan dengan huruf, misalnya A B C D E. Hasil
belajar merupakan kemampuan mahamahamahasiswa yang diukur berapa
penguasan sikap dan keterampilan yang dicapai dalam belajarnya.
Hasil belajar mahamahamahasiswa dipengaruhi beberapa faktor, baik
yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Alat
untuk mengukur hasil belajar disebut dengan tes hasil belajar atau
achievement test (Nana Syaodik Sukmadinata, 2004:103). Hasil
belajar dapat berupa pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai.
Menurut Nana Sudjana (2002: 9), bahwa penilaian hasil belajar
adalah proses peemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang
dicapai mahamahamahasiswa dengan kriteria tertentu. Jadi penilaian
hasil belajar adalah suatu proses menentukan atau memberikan nilai
terhadap hasil blajar mahamahamahasiswa berdasarkan kriteria
tertentu. Penilaian terhadap hasil belajar dapat dilakukan dengan
cara memberikan tes. Penilaian dapat dilakukan melalui ulangan mid
semester, maupun dengan pada setiap akhir semester. Tujuan dari
dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengatahui sampai
sejauh mana materi bisa diterima oleh mahamahamahasiswa melalui
pemanfaatan media internet sebagai sumber pembelajaran.3. Sumber
PembelajaranPenggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi
pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan
penyampaian pesan pelajaran pada saat itu. Selain itu,
membangkitkan motivasi dan minat mahamahasiswa, media pembelajaran
juga dapat membantu mahamahasiswa meningkatkan pemahaman,
menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan
penafsiran data, dan memadatkan informasi.Sedangkan sumber
pembelajaran merupakan sumber dari mana bahan pelajaran dan media
pengajaran diambil, diperoleh atau dicari. Penentuan jenis sumber
pembelajaran tergantung pada jenis metode, media dan bahan
pelajaran selain itu ditentukan pula oleh kemampuan dan kesediaan
peserta didik serta lingkungan belajarnya.Sumber pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu:a) Sumber pembelajaran
yang sengaja direncanakan (learning resources by design), yakni
semua sumber yang secara khusus telah dikembangkan sebagai komponen
sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang
terarah dan bersifat formal; dan b) Sumber pembelajaran yang karena
dimanfaatkan (learning resources by utilization), yakni sumber
belajar yang tidak secara khusus didisain untuk keperluan
pembelajaran namun dapat ditemukan, diaplikasikan, dan dimanfaatkan
untuk keperluan belajar-salah satunya adalah media internet.
(Sudrajat, Diakses:http://akhmadsudrajat.wordpress. com/, pada 20
Desember 2011).Pendapat serupa juga dikemukakan yaitu Sumber
belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data,
orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik
dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi
sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar
atau mencapai kompetensi tertentu. (Sudrajat,
Diakses:http://akhmadsudrajat.wordpress. com/, pada 20 Desember
2011).Disebutkan bahwa sumber-sumber belajar dapat berbentuk:1)
Pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat.2)
Orang: dosen, instruktur, mahamahasiswa, ahli, narasumber, tokoh
masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karir.3) Bahan: buku,
transparansi, internet, film, slides, gambar, grafik yang dirancang
untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik.4) Alat/
perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD,
kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik,
obeng 5) Pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan
masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi,
debat, talk shaw.6) Lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan,
aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.
(Sudrajat, Diakses: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/, pada 20
Desember 2011).
Sebagai sumber pembelajaran, media pembelajaran diperlukan untuk
membantu dosen dalam menumbuhkan pemahaman mahamahasiswa terhadap
materi pelajaran. Penggunaan media sangat direkomendasikan dalam
proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran Ekonomi, misalnya
melalui pengalaman langsung mahamahasiswa di lingkungan masyarakat,
dramatisasi, pameran dan kumpulan benda-benda, televisi dan film,
radio recording, gambar, foto dalam berbagai ukuran yang sesuai
bagi pembelajaran Ekonomi. Untuk itu seorang dosen perlu membuat
keputusan yang bijak untuk memilih sumber pembelajaran yang sesuai
dan dapat mengoptimumkan penggunaanya. Seorang dosen perlu memiliki
kemahiran, mengenal pasti semua sumber pembelajaran yang boleh
digunakan untuk meningkatkan pembelajaran. berdasarkan penjelsan
diatas maka dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya
pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada
khususnya. Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa terdapat
berbagai macam jenis dan bentuk dari media, sehingga dalam memilih
dan menggunakan media dosen harus menyesuaikannya dengan materi
yang akan disampaikan pada mahamahasiswa, agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai secara maksimal dengan mengoptimalkan sumber
pembelajaran, terutama media internet.4. Indikator Kelengkapan
Sumber Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 515-516)
lengkap yaitu segala-galanya telah tersedia dengan sempurna
sedangkan kelengkapan berarti hal yang lengkap atau kekompletan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kelengkapan sumber
belajar adalah tersedianya segala macam apa yang ada diluar diri
seseorang yang memudahkan dan mendukung proses atau kegiatan
pengajaran untuk memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan.Sumber belajar tidak terebatas pada
sarana yang dirancang tetapi juga mengarah kepada dua hal yaitu
pemanfaatan sumber belajar, dan pengelolaan sumber belajar yang
digunakan untuk membantu mencapai tujuan pembelajaran. Suatu faktor
yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran menurut Mulyasa
antara lain belum dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal,
baik oleh dosen maupun peserta didik (Mulyasa, 2002: 47).Indikator
kelengkapan sumber belajar adalah sebagai berikut :1) Kelengkapan
buku acuan atau buku penunjang.Dosen memegang peranan penting dalam
sebuah proses belajar mengajar, tetapi mahamahasiswa juga dituntut
agar dapat memanfaatkan sumber-sumber yang ada. Dengan demikian
mahamahasiswa tidak tergantung pada dosen dan dapat belajar dengan
baik tanpa didampingi oleh dosen selama proses belajar berlangsung.
"Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, peserta didik
dituntut tidak hanya mengandalkan diri dari apa yang terjadi di
dalam kelas, tetapi harus mampu dan mau menelusuri aneka ragam
sumber belajar yang diperlukan" (Mulyasa, 2002: 47). Berdasarkan
Permendiknas No. 2 (2008: 4) Buku teks digunakan sebagai acuan
wajib oleh pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Schorling dan Batchelder (1956) memberikan empat ciri buku teks
yang baik, yaitu :a) Direkomendasikan oleh dosen-dosen yang
berpengalaman sebagai buku teks yang baik;b) Bahan ajarnya sesuai
dengan tujuan pendidikan, kebutuhan mahamahasiswa, dan kebutuhan
masyarakat;c) cukup banyak memuat teks bacaan, bahan drill dan
latihan/tugas; dand) memuat ilustrasi yang membantu mahamahasiswa
belajar.2) Pemanfaatan PerpustakaanSalah satu sumber belajar yang
cukup mendukung adalah perpustakaan. Mahamahasiswa diharapkan dapat
memanfaatkan sumber belajar karena menurut Mulyasa "pemanfaatan
sumber belajar seoptimal mungkin sangatlah penting, karena
keefektifan proses pembelajaran ditentukan oleh kemampuan peserta
didik dalam memanfaatkan sumber belajar yang ada" (Mulyasa, 2002:
50).3) Kondisi Lingkungan Non FisikLingkungan non fisik juga sangat
mendukung proses belajar mahamahasiswa, karena suasana yang ramai
akan menganggu konsentrasi sebagian mahamahasiswa. Sebaliknya
suasana yang tenang atau damai akan memberi kemudahan kepada
mahamahasiswa dalam belajar. Lingkungan non fisik misalnya suasana
belajar itu sendiri yang meliputi Suasana tenang, ramai, lelah dan
sebagainya (Ahmad Rohani & Abu Ahmadi, 1991: 155).4) Sumber
Belajar Non CetakSumber belajar non cetak misalnya : film, slides,
video, transparansi, realita, objek, dan lain-lain" (Nana Sudjana
& Ahmad Rivai, 2003: 80). Sumber ini dapat digunakan di sekolah
maupun di rumah. Melalui sumber ini mahamahasiswa dapat melatih
nalar dan mengembangkan pemahamannya melalui pembelajaran dengan
melihat secara langsung.5) Orang sebagai penyampai pesan"Orang
sebagai penyampai pesan adalah orang yang menyimpan informasi atau
menyalurkan informasi" (Nana Sudjana & Ahmad Rivai, 2003: 80).
Orang yang menyampaikan pesan secara langsung seperti dosen,
konselor, administrator, yang diniati secara khusus dan disengaja
untuk kepentingan belajar.6) Teknik penyampaian pesanTeknik
penyampaian pesan adalah "prosedur yang disiapkan dalam
mempergunakan bahan pelajaran, peralatan, situasi, dan orang untuk
menyampaikan pesan" (Nana Sudjana & Ahmad Rivai, 2003: 80).
Teknik penyampaian pesan juga dapat berupa "langkah-langkah
operasional untuk menelusuri secara lebih teliti menuju pada
penguasaan keilmuan secara tuntas" (Mulyasa, 2002: 50).
G. BELAJAR DI KELAS & LABORATORIUM1. Belajar Di KelasMenurut
buku berjudul ETNOGRAFI RUANG KELAS pengarang MARTYN HAMMERLEY
penerjemah Drs. Warsono, MAEnografi ruang kelas: dari Hammersley
berhubungan langsung dengan sebagian besar orang-orang dalam
kelompok itu. Keanekaragaman, spesialisasi dan ketidakbergantungan
terdapat dalam kadar yang mengejutkan di antara para mahamahasiswa.
(halaman 5 ). Bab 2Pembelajaran di sekolah menunjukan kepada kita
kehidupan intelektual di ruang kelas, sekali lagi juga dari
pandangan dosen yang sedang mencoba mengajarkan sesuatu kepada
sekelompok mahasiswa. ( halaman 3 )Menurut drg. Irfan Sugianto,
MmeddBelajar di kelas itu terbagi 3 yaitu : Paradigman pembelajaran
Teacher center learning Student learningSecaraumum, keberhasilan
seseorang dalam belajar ditentukan oleh 2 faktor yaitu kapasitas
atau kemam[puan untuk belajar, dan management kapasitas,Macam-macam
metode pembelajaran : Interactive lecturing Self directed learning
Problem based learningSistempembelajaran itu diantaranya :1. Kuliah
interaktif Information delivery Introduction for triggger self
study Expert lecturing2. Self study Kegiatan belajar di luar kelas
Pencarian informasi3. Problem based learning Pembelajaran kelompok
kecil 10-15orang Tutorial, self study dan pleno hasil tutorial2.
Belajar Di Laboratorium
Menurut jurnal PEMBELAJARAN DI LABORATIRIUM PUSAT PENGEMBANGAN
UGM PENYUSUN Edia Rahayuningsih, Djoko Dwiyanto
Laboratorium adalah suatu sarana atau gedung yang dirancang
khusus untuk melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian
untuk keperluan penelitian ilmiah dan praktik pembelajaran.(halaman
1 )
METODE PEMBELAJARAN DI LABORATORIUMPembelajaran di laboratorium
merupakan salah satu proses pembelajaran melalui pendekatan
pengalaman, karenanya para dosen/ instruktur perlu memberi
bimbingan kepada mahamahasiswa dalam melakukan praktikum agar
mahamahasiswa dapat mengungkapkan percobaan mereka secara kritis
dan dapat menggali kemandirian untuk menemukan sesuatu.
Prinsip dasar pembelajaran di laboratorium adalah mahamahasiswa
belajar sendiri dan saling belajar dengan mahamahasiswa lain dalam
tim. Meskipun secara prinsip dalam pembelajaran di laboratorium
mahamahasiswa belajar dengan cara mereka sendiri, tetapi dosen
menyediakan percobaan, tugas, instruksi, dan petunjuk pelaksanaan.(
halaman 19 )
Menurut KETERAMPILAN ESENSIAL DAN KOMPETENSI MOTORIK
LABORATORIUM MAHAMAHASISWA CALON DOSEN BIOLOGI DALAM KEGIATAN
PRAKTIKUM EKOLOGI Djohar Maknun*, R.R. Hertien K Surtikanti, Achmad
Munandar, Tati S Subahar Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, IndonesiaDiterima: 24 Mei 2012.
Disetujui: 21 Juni 2012. Dipublikasikan: Oktober 2012
Kegiatan laboratorium merupakan kegi- atan yang melibatkan
seluruh aktivitas, kreativi- tas dan intelektualitas mahasiswa.
Salah satu keteram- pilan dan kreativitas yang diperlukan dan harus
dikuasai mahasiswa adalah keterampilan merencana- kan suatu
percobaan, meliputi keterampilan me- nentukan alat dan bahan,
menentukan variabel, menentukan hal-hal yang perlu diamati dan
dica- tat, menentukan langkah kerja, serta cara pengo- lahan data
untuk menarik kesimpulan sementara (Ottander & Grelsson,
2006).
Menurut Woolnough (Rustaman et al., 2003) bentuk praktikum
terdiri atas praktikum yang bersifat latihan, praktikum yang
bersifat memberi pengalaman, dan praktikum yang ber- sifat
investigasi atau penyelidikan.Keterampilan laboratorium merupakan
bagian terpenting ketika melakukan penilai- an dalam keterampilan
psikomotorik. Beasley (1987) menyatakan bahwa ragam keterampilan
laboratorium yang harus dimiliki peserta didik/ mahamahasiswa
adalah: 1. Memilih, memasang, mengoperasikan, membuka, membersihkan
dan mengemba- likan peralatan; 2. Mencocokkan peralatan; 3. Membaca
alat ukur dengan teliti; 4. Menangani, menyiapkan dan menyadari
ba-143Djohar Maknun dkk. / JPII 1 (2) (2012) 141-148haya bahan
kimia; 5. Mendeteksi, mengkalibrasi dan memperbai- ki kesalahan
dalam mengatur peralatan; 6. Menggambar peralatan dengan
akurat.
H. TAHAP-TAHAP MENGERJAKAN TUGAS DENGAN BAIK1. Fasilitas dan
perangkat belajarFasilitas dan perangkat belajar yang dimaksud
tentu saja berhubungan dengan masalah material berupa kertas,
pensil/pulpen, buku catatan, meja dan kursi belajar, komputer dan
sebagainya. Semua fasilitas dan perangkat belajar tersebut sangat
membantu pelajar atau peserta didik dalam belajar terutama
mengerjakan tugas.2. Mengatur waktuPengaturan waktu belajar yang
telah diajukan dapat dijadikan pedoman, semuanya hanya tinggal
diserahkan kepada diri pribadi sendiri untuk mengaturnya sendiri.3.
Mengulangi bahan pelajaranBahan pelajaran yang baru saja diterima
dari dosen biasanya tidak hanya satu masalah melaikan
bermacam-macam, yang baik adalah mengulangi semua bahan sehingga
semuanya dapat dipahami dengan baik.4. Menghafal bahan
pelajaranDalam belajar, mengahafal bahan pelajaran merupakan salah
satu kegiatan dalam rangka penguasaan bahan, sehingga dapat
memudahkan kita mengingatnya kembali dan dapat membatu
menyelesaikan tugas dengan cepat.5. Membaca bukuMemahami secara
detail dan menyeluruh isi buku sehingga dapat membantu kita untuk
menyelesaikan tugas dengan cermat.
I. CARA MENGATASI MAHAMAHASISWA YANG GALAUMindset :Dia harus
mencoba mengatur mindsetnya, karena dia bukan lagi seorang
mahasiswa yang berada dibangku sekolah. Dia harus membuang
jauh-jauh mindset belajarnya yang sekarang. Dia harus memiliki
kemauan dari dalam dirinya sendiri, seberapa besar keinginannya
untuk membuang isi gelas dia yang dulu dan mengisinya dengan isi
yang baru. Jika begitu besar keinginannya untuk mengubah hidup,
saya yakin kemampuannya untuk mengubah mind set juga jauh lebih
besar.Kutipanbuku :Mindset adalah kepercyaan, atau sekumpulan
kepercayaan atau cara berfikir yang memengaruhi perilaku (behavior)
dan sikap (attidude) seseorang yang akhirnya menentukan level
keberhasilan hidupnya (the secret of mind set; adi w gunawanhal
14).Dia juga harus mengubah kepercayaannya bahwa dia adalah
mahamahasiswa bukan mahasiswa lagi jadi dia harus berperilaku
sebagai mahasiswa baik dengan cara belajarnya maupun sikapnya.
Berinteraksi :Dia harus coba membuka dirinya dengan orang lain.
Karena kita sebagai makhluk social tidak bias hidup sendiri apalagi
dia yang berasal dari luar daerah yang belum mengenal dengan baik
daerah tempat yang ia tinggali sekarang.Cobalah untuk berbaur
dengan orang-orang disekitar mulai dari kelompok kecil hingga
kelompok besar. Agar dia juga dapat belajar bagaimana budaya
sertabahasa yang iatempatisekarang. Dia berada di daerah lain
jadidia yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya karena
sangat mustahil lingkungannya yang menyesuaikan dengan dirinya.
Janganpernahmerasaterkucilkankarenaberasaldaridaerahtohkitasama-samamakannasi,
kitajugamemilikitujuan yang sama.
Manajemen waktu :Setiap orang akan bermasalah dengan waktu.
Maslaah yang dihadapi adalah kita tidak mungkin mengubah waktu atau
mengendalikannya. Kita tidak mungkin mempercepat waktu. Jadi,
jangan lagi kita menjadikan waktu sebagai alasan masalah mengapa
kita tidak bisa belajar dengan benar. Yang harus kita lakukan
adalah bagaimana cara kita memutuskan untuk menggunakan dan mengisi
waktu yang dijatahkan kepada kita. Dalam kasus ini mahamahasiswa
tersebut tidak cukup waktu untuk menyelesaikan semua tugasnya.
Berarti dia mempunyai masalah manajemen waktunya. Dia harus
mengatur ulang waktunya, dia harus belajar bagaimana memenejemen
waktu dengan baik apalagi dia seorang mahamahasiswa yang pastinya
akan sibuk dengan aktivitas akademik maupun non akademik.PD III
Fakultas Ilmu Komputer dan teknologi informasi bidang
kemahamahasiswaan, ibu Ati Harmoni dalam tulisannya menuliskan
:Salah satu system manajemen waktu yang bias dipilih oleh mahasiswa
adalah menggunakan system siklus ada setiap tahun ajaran atau
setiap semester.Menetapkan tujuan untuk mengukuhkan konteks
bagimana menejemen waktu.Menelusuri penggunaan waktu dan membangun
kesadaran tentang bagaimana dia akan menghabiskan waktuMembuat
rencana, dan initer masuk membuat to do lit, rencana mingguan,
rencana bulanan, dan rencana semesteran.Memantau apa yang telah
dikerjakan. Pada tahap ini anda menilai seberapa baik anda
menjalankan rencana, seberapa tepat anda menduga kegiatan-kegiatan
yang dilakukan, dan sebagainya.Pergeseran dan penyesuaian waktu
dimana anda melakukan koreksi terhadap sistem yang berjalan sebelum
memulai siklus yang baru.
SOFT SKILL Kutipanbuku ngapain kuliah kalau nggak bisa sukses ?
karya Heri Kuswarahal 47-48Untuk mengembangkan soft skill dapat
dengan mengikuti berbagai pelatihan, workshop, talkshow, seminar
dan aktif dalam organisasi.