MAKALAH KEPERAWATAN KOMPREHENSIF “ Asuhan Keperawatan Pada An.F Dengan Leukimia Limfoblastik Akut Di RS Kanker Dharmais” KELOMPOK 6 Anggota Kelompok : Nursyifa Suaebah Muhammad Saepulloh Mokhammad Aulia Rizki Ponsiana Dasmasella Pratiwi Joana
MAKALAH KEPERAWATAN KOMPREHENSIF
“ Asuhan Keperawatan Pada An.F Dengan Leukimia Limfoblastik Akut Di RS Kanker
Dharmais”
KELOMPOK 6
Anggota Kelompok : Nursyifa Suaebah Muhammad Saepulloh Mokhammad Aulia Rizki Ponsiana Dasmasella Pratiwi Joana
i
KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya penyusun masih diberi kesehatan sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An.F
Dengan Leukimia Limfoblastik Akut” ini disusun untuk memenuhi
tugas mahasiswa dalam memenuhi tugas praktek gawat
komprehensif di RS Kanker Dharmais.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dimasa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan
semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat serta
pembaca.
Jakarta,
Juni 2014
Penyusun
iii
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR...........................................iDAFTAR ISI..............................................iiBAB I....................................................1PENDAHULUAN..............................................1A. Latar Belakang....................................1B. Rumusan Masalah...................................2C. Tujuan............................................2
1............................................Tujuan Umum2
2.........................................Tujuan Khusus2
BAB II...................................................3PEMBAHASAN...............................................3A. Konsep Dasar Penyakit Leukimia Limfoblastik Akut. .3
1...............................................Definisi3
2.....................................Anatomi Fisiologi4
3...........................................Klasifikasi5
4...............................................Etiologi6
5....................................Manifestasi Klinis7
6...........................................Patogenesis9
7...............................Pemeriksaan Diagnostik9
8...........................Penatalaksanaan dan Terapi11
9............................................Pengobatan15
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Leukimia Limfoblastik Akut.....................................16
1............................................Pengkajian16
2.................................Diagnosa Keperawatan17
3...................................Rencana Keperawatan18
iv
BAB III.................................................24ASKEP PADA AN.F DENGAN LEUKIMIA LIMFOBLASTIK AKUT.......24A. Pengkajian.......................................24
1.............................................Identitas24
BAB I
PENDAHULUANA.Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk
dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable
diseases atau NCD). NCD merupakan penyebab kematian
terbesar di dunia. Dari 57 juta kematian pada tahun 2008,
63% (36 juta kematian) disebabkan oleh NCD, terutama oleh
karena penyakit kardiovaskuler (17 juta kematian), kanker
(7,6 juta kematian), penyakit paru kronis (4,2 juta
kematian) dan diabetes (1,3 juta kematian). Sekitar
seperempat dari jumlah kematian akibat NCD di dunia
terjadi pada usia sebelum 60 tahun. Angka kematian akibat
NCD lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah seluruh
kematian karena penyebab lainnya. Berbeda dengan pendapat
secara umum, 80% kematian akibat NCD justru terdapat di
negara-negara dengan berpendapatan rendah-menengah. NCD
merupakan penyebab kematian tertinggi di sebagian besar
negara-negara di Amerika, Mediterania Timur, Eropa, Asia
Tenggara dan Pasifik Barat (WHO, 2010).
Berdasarkan data distribusi kanker pada anak yang
disesuaikan dengan tahapan terakhir di RSKD DHARMAIS
dalam rentang tahun 2009-2013 menyatakan bahwa penyakit
kanker pada anak semakin meningkat setiap tahunnya, pada
tahun 2009 berjumlah 35.40% kemudian mencapai puncaknya
pada tahun 2012 sebesar 43.00% dan turun kembali pada
1
tahun 2013 menjadi 38.00%( Departemen Kesehatan Anak ,
Registrasi Kanker Anak RSKD DHARMAIS, 2014) .
Pada tahun 2013 di RSKD DHARMAIS didapatkan jenis
kanker terbanyak pada anak adalah Leukemia berjumlah 55
kasus, diikuti oleh Lymphoma berjumlah 15 kasus,
osteosarkoma berjumlah 9 kasus, Rhabdomyosarcoma
berjumlah 9 kasus, Neuroblastoma berjumlah 8 kasus,
Retinoblastoma berjumlah 8 kasus, Brain tumor berjumlah 5
kasus dan KNF berjumlah 4 kasus (Departemen Kesehatan
Anak , Registrasi Kanker Anak RSKD DHARMAIS, 2014).
Leukemia adalah proliferasi 1 jenis atau lebih sel
hematopoetik secara berlebihan, ganas, sering disertai
kelainan bentuk leukosit abnormal dan dapat disertai
anemia, trombositopenia dan berakhir dengan kematian
(Riadi Wirawan, 2002).
Faktor predisposisi leukemia belum dapat
diidentifikasi secara pasti, tetapi terdapat beberapa
faktor yang diduga sebagai faktor predisposisi yaitu
genetik, sinar radioaktif dan infeksi virus.
Leukemia menurut jenisnya dapat dibagi menjadi
leukemia akut dan kronik.Leukemia akut dapat dibagi
menjadi 2 jenis yaitu Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
dan Leukemia Mieloblastik Akut (LMA) sedangkan leukemia
kronik dibagi menjadi 2 jenis yaitu Leukemia Limfositik
Kronik (LLK) dan Leukemia Mielositik Kronik (LMK)
(Yohannes N Pasaribu & Muchtaruddin Mansyur, 2001).
Leukemia akut merupakan jenis leukemia yang sering
ditemukan yaitu sekitar 2-3 kasus per 100.000 orang
2
dengan angka kematian sebesar 4%. Leukemia limfoblastik
akut merupakan jenis leukemia yang paling sering
didapatkan pada anak usia 1-5 tahun dan terbanyak pada
anak usia 3-4 tahun (80%) sedangkan pada dewasa hanya
20%. Insidensi leukemia limfoblastik akut juga
berhubungan dengan jenis kelamin dan ras. Kasus LLA pada
laki-laki ditemukan lebih banyak daripada wanita dan
lebih banyak ditemukan pada orang kulit putih daripada
orang kulit hitam (Riadi Wirawan, 2002).
B.Rumusan Masalah1. Seperti apa Konsep Dasar penyakit pada Leukimia
Limfoblastik Akut?
2. Seperti apa Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan
Leukimia Limfoblastik Akut ?
C.Tujuan
1.Tujuan Umum Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
Leukimia Limfoblastik Akut pada anak
2.Tujuan Khususa. Dapat melakukan pengkajian secara langsung
terhadap perawatan pasien Leukimia Limfoblastik
Akut pada anak.
b. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan
mampu mengevaluasi tindakan yang telah
dilakukan pada perawatan pasien Leukimia
Limfoblastik Akut pada anak.3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit Leukimia
Limfoblastik Akut1. Definisi
Leukemia adalah keganasan yang berasal dari sel-sel
induk sistem hematopoietik yang mengakibatkan ploriferasi
sel-sel darah putih tidak terkontrol dan pada sel-sel
darah merah namun sangat jarang. (Gale, 2000 : 186).
Sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok
sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel
leukemia beredar secara sistemik dan mempengaruhi
produksi dari sel-sel darah normal lainnya. (Bakta,I
Made, 2007 :120).
Leukemia limfoblastik akut (ALL) adalah penyakit
yang berkaitan dengan sel jaringan tubuh yang
tumbuhnya melebihi dan berubah menjadi ganas tidak
normal serta bersifat ganas, yaitu sel-sel sangat muda
yang serharusnya membentuk limfosit berubah menjadi
ganas.
LLA merupakan kanker yang paling banyak dijumpai
pada anak, yaitu 25-30 % dari seluruh jenis kanker pada
anak. Angka kejadian tertinggi dilaporkan antara usia 3-6
tahun, dan laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah tubuh lemah dan
sesak nafas akibat anemia, infeksi dan demam akibat
Kekurangan sel darah putih normal, serta pendarahan
akibat kurangnya trombosit. (Rulina, 2003).ALL merupakan
penyakit yang paling umum pada anak (25% dari seluruh
kanker yang terjadi). Di Amerika Serikat, kira-kira 2400
anak dan remajamenderita ALL setiap tahun. Insiden ALL
terjadi jauh lebih tinggi pada anak-anak kulit putih
daripada kulit hitam. Perbedaan juga tampak pada jenis
kelamin, dimana kejadian ALL lebih tinggi pada anak laki-
laki kurang dari 15 tahun. Insiden kejadian 3,5 per
100.000 anak berusia kurang dari 15 tahun.Puncak insiden
pada umur 2-5 tahun dan menurun pada dewasa (Moh.
Supriatna.2002.)
2. Anatomi Fisiologia. Proses Pembentukan Sel Darah (Hematopoiesis)
Darah terdiri atas komponen sel dan plasma. Komponen
sel terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit: basofil, eosinofil, neutrofil batang,
neutrofil segmen, limfosit, monosit), dan trombosit
(keping darah/platelet). Komponen sel dalam darah
dibentuk dalam suatu proses yang dinamakan hematopoiesis.
Hematopoiesis terjadi sejak masa embrional.
Hematopoiesis menurut waktu terjadinya terbagi atas
hematopoiesis prenatal dan hematopoiesis postnatal.
Hematopoiesis prenatal terjadi selama dalam kandungan.
5
Hematopoiesis prenatal terdiri atas 3 fase: mesoblastik,
hepatik, dan mieloid. Fase mesoblastik dimulai sejak usia
mudigah 14 hari sampai minggu kesepuluh, berlangsung
di yolk sac (saccus vitelinus). Sedangkan fase hepatik berlangsung
mulai minggu keenam sampai kelahiran, berlangsung di
mesenkim hepar, dan mulai terjadi differensiasi sel. Fase
mieloid berlangsung dalam sumsum tulang pada usia mudigah
12-17 minggu, ini menandakan sudah berfungsinya sumsum
tulang untuk menghasilkan sel darah.
Organ yang berperan dalam proses hematopoiesis
adalah sumsum tulang dan organ retikuloendotelial (hati
dan spleen). Jika terdapat kelainan pada sumsum tulang,
hematopoiesis terjadi di hati dan spleen. Ini disebut
hematopoiesis ekstra medular. Sumsum tulang yang berperan
dalam pembentukan sel darah adalah sumsum tulang merah,
sedangkan sumsum kuning hanya terisi lemak. Pada anak
kurang dari 3 tahun, semua sumsum tulang dari sumsum
tulang berperan sebagai pembentuk sel darah. Sedangkan
saat dewasa, sumsum merah hanya mencakup tulang vertebra,
iga, sternum, tengkorak, sakrum, pelvis, ujung proksimal
femur dan ujung proksimal humerus.
Dalam setiap pembentukan sel darah, terjadi 3 proses
yaitu: proliferasi, diferensiasi dan maturasi. Sedangkan
komponen yang terdapat dalam proses pembentukan sel darah
mencakup: stem sel, sel progenitor, dan sel prekursor.
Seluruh komponen sel darah berasal dari hematopoietic
stem cells (HSC). HSC bersigat multipoten karena dapat
berdiferensiasi dan kemudian terbagi menjadi beberapa
6
proses terpisah yang mencakup: eritropoiesis,
mielopoiesis (granulosit dan monosit), dan trombopoiesis
(trombosit).
Proses hematopoiesis terjadi atas regulasi dari
hematopoietic growth factor. Hematopoietic growth factor
ini memiliki peran dalam proses proliferasi,
diferensiasi, supresi apoptosis, maturasi, aktivasi
fungsi saat terjadi hematopoiesis.
Sel darah yang dalam proses pematangan memiliki
karakteristik umum yang sama, yaitu:
1) Ukuran: semakin matang, ukurannya semakin kecil
2) Rasio inti:sitoplasma. Semakin matang, rasionya
semakin menurun. Hal ini menandakan bahwa inti
sel semakin mengecil saat sel darah semakin
matang.
3) Karakteristik inti: a) semakin matang maka
ukuran inti semakin kecil, b) kromatin muda
halus, lalu kasar, lalu lebih padat saat menuju
ke arah matang, c) anak inti tidak terlihat saat
sel darah matang
4) Sitoplasma pada sel muda biru tua, tanpa
granul.
7
3. Klasifikasia. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak
berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit,
granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua
kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai
bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang
paling sering terjadi.
b. Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem
mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk
akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMKjarang
menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip
dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala lebih ringan,
pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar
biasa, limpa membesar.
8
c. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast.
Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak
dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah
usia 15 LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur
berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer,
sehingga mengganggu perkembangan sel normal..
d. Leukemia Limfositik Kronis (LLC)
LLC merupakan kelainan ringan mengenai individu usia
50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak
menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan
fisik atau penanganan penyakit lain.
4. Etiologia. Faktor Predisposisi
1) Penyakit Defisiensi
Penyakit Defisiensi imun tertentu, misalnya
agannaglobulinemia; kelainan kromosom, misalnya sindrom
Down (risikonya 20 kali lipat populasi umumnya); sindrom
Bloom.
2) Virus
Virus sebagai penyebab sampai sekarang masih terus
diteliti. Sel leukemia mempunyai enzim trankriptase
(suatu enzim yang diperkirakan berasal dari virus).
Limfoma Burkitt, yang diduga disebabkan oleh virus EB,
dapat berakhir dengan leukemia.
3) Radiasi ionisasi
9
Terdapat bukti yang menyongkong dugaan bahwa radiasi
pada ibu selama kehamilan dapat meningkatkan risiko pada
janinnya. Baik dilingkungan kerja, maupun pengobatan
kanker sebelumnya. Terpapar zat-zat kimiawi seperti
benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen
anti neoplastik.
4) Herediter
Faktor herediter lebih sering pada saudara sekandung
terutama pada kembar monozigot.
5) Obat-obatan
Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti
diethylstilbestrol
b. Faktor Lain
1) Faktor eksogen seperti sinar X, sinar
radioaktif, dan bahan kimia (benzol, arsen,
preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri).
2) Faktor endogen seperti ras
3) Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom,
herediter (kadang-kadang dijumpai kasus leukemia
pada kakak-adik atau kembar satu telur).
5. Manifestasi KlinisGejala klinik leukemia akut sangat bervariasi,
tetapi pada umumnya timbul cepat, dalam beberapa hari
sampai minggu. Gejala leukemia akut dapat digolongkan
menjadi tiga yaitu;
a.Gejala kegagalan sumsum tulang:
1) Anemia
10
Anemia menimbulkan gejala pucat dan
lemah. Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang
akibat dari kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah
merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi
hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah
kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami pucat,
mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
2) Netropenia
Netropenia menimbulkan infeksi yang ditandai demam,
malaise, infeksi rongga mulut, tenggorokan, kulit,
saluran napas, dan sepsis sampai syok septic.
3) Trombositopenia
Trombositopenia menimbulkan easy bruising, memar,
purpura perdarahan kulit, perdarahan mukosa, seperti
perdarahan gusi dan epistaksis. Tanda-tanda perdarahan
dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa
seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah
kulit yang sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat
terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar
trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara
spontan.
b. Keadaan hiperkatabolik yang ditandai oleh:
1) Kaheksia
2) Keringat malam
3) Hiperurikemia yang dapat menimbulkan gout dan
gagal ginjal
c. Infiltrasi ke dalam organ menimbulkan
organomegali dan gejala lain seperti:
11
1) Nyeri tulang dan nyeri sternum
2) Limfadenopati superficial
3) Splenomegali atau hepatomegali biasanya ringan
4) Hipertrofi gusi dan infiltrasi kulit
5) Sindrom meningeal: sakit kepala, mual muntah,
mata kabur, kaku kuduk.
6) Ulserasi rectum, kelainan kulit.
7) Manifestasi ilfiltrasi organ lain yang kadang-
kadang terjadi termasuk pembengkakan testis pada
ALL atau tanda penekanan mediastinum (khusus
pada Thy-ALL atau pada penyakit limfoma T-
limfoblastik yang mempunyai hubungan dekat)
d. Gejala lain yang dijumpai adalah:
1) Leukostasis
Leukostasis terjadi jika leukosit melebihi
50.000/µL. penderita dengan leukositosis serebral
ditandai oleh sakit kepala, confusion, dan gangguan
visual. Leukostasis pulmoner ditandai oleh sesak napas,
takhipnea, ronchi, dan adanya infiltrasi pada foto
rontgen.
2) Koagulapati
Koagulapati dapat berupa DIC atau fibrinolisis
primer. DIC lebih sering dijumpai pada leukemia
promielositik akut (M3). DIC timbul pada saat pemberian
kemoterapi yaitu pada fase regimen induksi remisi.
3) Hiperurikemia
Hiperurikemia yang dapat bermanifestasi sebagai
arthritis gout dan batu ginjal.
12
4) Sindrom lisis tumor
Sindrom lisis tumor dapat dijumpai sebelum terapi,
terutama pada ALL. Tetapi sindrom lisis tumor lebih
sering dijumpai akibat kemoterapi. (Bakta,I Made,
2007 :126-127).
6. PatogenesisPada pasien LLA terjadi proliferasi patologis sel-
sel limfoid muda di sumsum tulang. Ia akan mendesak
sistem hemopoietik normal lainnya, seperti eritropoietik,
trombopoietik dan granulopoietik, sehingga sumsum tulang
didominasi sel blast dan sel-sel leukemia hingga mereka
menyebar (berinfiltrasi) sampai ke darah tepi dan organ
tubuh lainnya.
Kelainan sitogenetik yang sering ditemukan, adalah:
t(9;22)/ translokasi kromosom 9 dan 22/ fusi gen BCR-ABL/
kromosom philadelphia (CML); atau t(4;11)/ translokasi
kromosom 4 dan 11/ ALL1-AF4. Jika terjadi translokasi
semacam ini maka ia akan mengaktifkan jalur proliferasi
dan pertumbuhan sel secara abnormal sehingga terjadi
leukemia. Kelainan yang lain bisa pada karyotipe
hipdiploid dan t(10;14), atau karena hilangnya atau
inaktifnya gen supresor tumor seperti p16 dan p15, Rb dan
p53.
13
7. Pemeriksaan Diagnostika. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hitung darah lengkap (Complete Blood Count) dan
Apus Darah Tepi
a) Jumlah leukosit dapat normal, meningkat,
atau rendah pada saat diagnosis. Jumlah
leukosit biasanya berbanding langsung dengan
jumlah blas. Jumlah leukosit neutrofil
seringkali rendah
b) Hiperleukositosis (> 100.000/mm3) terjadi
pada kira-kira 15% pasien dan dapat melebih
200.000/mm3.
c) Pada umumnya terjadi anemia dan
trombositopenia
14
d) Proporsi sel blast pada hitung leukosit
bervariasi dari 0-100%
e) Hitung trombosit kurang dari 25.000/mm3
f) Kadar hemoglobin rendah
2) Aspirasi dan Biopsi sumsum tulang
Apus sumsum tulang tampak hiperselular dengan
limpoblast yang sangat banyak lebih dari 90% sel berinti
pada ALL dewasa. Jika sumsum tulang seluruhnya digantikan
oleh sel-sel leukemia, maka aspirasi sumsum tulang dapat
tidak berhasil, sehingga touch imprintdari jaringan
biopsy penting untuk evaluasi gambaran sitologi.
Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan
gambaran monoton, yaitu hanya terdiri dari sel
limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak
(aplasia sekunder).
3) Sitokimia
Pada ALL, pewarnaan Sudan Black dan mieloperoksidase
akan memberikan hasil yang negative. Mieloperoksidase
adalah enzim sitoplasmik yang ditemukan pada granula
primer dari precursor granulositik yang dapat dideteksi
pada sel blast AML.
Sitokimia berguna untuk membedakan precursor B dan
B-ALL dari T-ALL. Pewarnaan fosfatase asam akan positif
pada limfosit T yang gans, sedangkan sel B dapat
memberikan hasil yang positif pada pewarnaan periodic acid
Schiff (PAS). TdT yang diekspresikan oleh limpoblast dapat
dideteksi dengan pewarnaan imunoperoksidase atau flow cytometry
15
4) Imunofenotif (dengan sitometri arus/ Flow
cytometry)
Reagen yang dipakai untuk diagnosis dan identifikasi
subtype imunologi adalah antibody terhadap:
a) Untuk sel precursor B: CD 10 (common ALL
antigen), CD19,CD79A,CD22, cytoplasnic m-heavy
chain, dan TdT
b) Untuk sel T: CD1a,CD2,CD3,CD4,CD5 ,CD7,CD8
dan TdT
c) Untuk sel B: kappa atau lambda CD19,CD20,
dan CD22
5) Sitogenetik
Analisi sitogenetik sangat berguna karena beberapa
kelainan sitogenetik berhubungan dengan subtype ALL
tertentu, dan dapat memberikan informasi prognostik.
Translokasi t(8;14), t(2;8), dan t (8;22) hanya ditemukan
pada ALL sel B, dan kelainan kromosom ini menyebabkan
disregulasi dan ekspresi yang berlebihan dari gen c-myc
pada kromosom 8.
6) Biopsi limpa
pemeriksaan ini memeperlihatkan poriferasi sel
leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limpa yang
terdesak, seperti limposit normal, RES, granulosit,
dan pulp cell.
8. Penatalaksanaan dan Terapia. Transfusi darah
16
Biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 g%.
pada trombositopenia yang berat dan perdarahan massif,
dapat diberikan transfuse trombosit dan bila terdapat
tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
b. Kortikosteroid
(prednisone,kortison,deksametason)
Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi
sedikit dan akhirnya dihentikan.
c. Sitostatika
Selain sitostatika yang lama (6-merkatopurin atau
6-mp, metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula
yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (Oncovin),
rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai nama obat
lainnya. umumnya sitostatiska diberikan dalam kombinasi
bersama-sama dengan prednisone. Pada pemberian obat-
obatan ini sering terdapat akibat samping berupa
alopecia, stomatitis, leucopenia, infeksi sekunder atau
kandidiasis. Bila jumlah leukosit kurang dari 2000/
mm3 pemberiannya harus hati-hati.
d. Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien
dirawat dikamar yang suci hama)
e. Imunoterapi
Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang terbaru.
Setelah tercapai remisi dan jumlah sel leukemia cukup
rendah (105-106), imunoterapi mulai diberikan (mengenai
cara pengobatan yang terbaru, masih dalam pengembangan).
17
Cara pengobatan berbeda-beda pada setiap klinik
bergantung dari pengalaman, tetapi prinsipnya sama yaitu
dengan pola dasar:
1) Induksi
Dimaksudkan untuk mencapai remisi dengan
berbagai obat tersebut sampai sel blas dalam
sumsum tulang kurang dari 5%.
2) Konsolidasi
Bertujuan agar sel yang tersisa tidak cepat
memperbanyak diri lagi.
3) Rumat
Untuk mempertahankan masa remisi, agar lebih
lama. Biasanya dengan memberikan sitostatika
setengah dosis biasa.
4) Reinduksi
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Biasanya
dilakukan setiap 3-6 bulan dengan pemebrian
obat-obat seperti pada induksi selama 10-14
hari.
5) Mencegah terjadinya leukemia pada susunan saraf
pusat.
Diberikan MTX secara intratekal dan radiasi
cranial.
6) Pengobatan immunologic
Pola ini dimaksudkan menghilangkan sel leukemia
yang ada didalam tubuh agar pasien dapat
sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya
dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.
18
Pungsi sumsum tulang diulang secara rutin
setelah induksi pengobatan (setelah 6 minggu).
f. Terapi
Terapi untuk leukemia akut dapat digolongkan menjadi
dua yaitu:
1) Terapi spesifik : dalam bentuk kemoterapi
a) Induksi Remisi
Banyak obat yang dapat membuat remisi pada
leukemia limfositik akut. Pada waktu remisi, penderita
bebas dari symptom, darah tepi dan sumsum tulang normal
secara sitologis, dan pembesaran organ menghilang. Remisi
dapat diinduksi dengan obat-obatan yang efeknya hebat
tetapi terbatas. Remisi dapat dipertahankan dengan
memberikan obat lain yang mempunyai kapasitas untuk tetap
mempertahankan penderita bebas dari penyakit ini.
Berupa kemoterapi intensif untuk mencapai remisi,
yaitu suatu keadaan di mana gejala klinis menghilang,
disertai blast sumsum tulang kurang dari 5%. Dengan
pemeriksaan morfolik tidak dapat dijumpai sel leukemia
dalam sumsum tulang dan darah tepi. (Bakta,I Made, 2007 :
131-133)
Biasanya 3 obat atau lebih diberikan pada pemberian
secara berurutan yang tergantung pada regimen atau
protocol yang berlaku. Beberapa rencana induksi meliputi:
prednisone, vinkristin (Oncovin),daunorubisin
(Daunomycin), dan L-asparaginase (Elspar). Obat-obatan
lain yang mungkin dimasukan pada pengobatan awal adalah
6-merkaptopurin (Purinethol) dan Metotreksat (Mexate).
19
Allopurinol diberikan secara oral dalam dengan gabungan
kemoterapi untuk mencegah hiperurisemia dan potensial
adanya kerusakan ginjal. Setelah 4 minggu pengobatan, 85-
90% anak-anak dan lebih dari 50% orang dewasa dengan ALL
dalam remisi komplit. Teniposude (VM-26) dan sitosin
arabinosid (Ara-C) mungkin di gunakan untuk menginduksi
remisi juka regimen awal gagal. (Gale, 2000 : 185)
Obat yang dipakai terdiri atas:
- Vincristine (VCR) 1.5 mg/m2/minggu, i.v
- Predison (Pred) 6 mg/m2/hari, oral
- L Asparaginase (L asp)10.000 U/m2
- Daunorubicin 25 mg/m2/minggu-4
minggu
Regimen yang dipakai untuk ALL dengan
risiko standar terdiri atas:
- Pred + VCR
- Pred + VCR + L asp
Regimen untuk ALL denga risiko tinggi atau
ALL pada orang dewasa antara lain:
- Pred + VCR + DNR dengan atau tanap L asp
- Kelompok G!MEMA dari Italia memberikan
DNR+VCR+Pred+L asp dengan atau tanpa
siklofosfamid.
b) Fase postremisi
Suatu fase pengobatan untuk mempertahankan remisi
selama mungkin yang pada akhirnya akan menuju kesembuhan.
Hal ini dicapai dengan:
20
Kemoterapi lanjutan, terdiri atas:
- Terapi konsolidasi
- Terapi pemeliharaan (maintenance)
- Late intensification
Transplantasi sumsum tulang: merupakan
terapi konsolidasi yang memberikan
penyembuhan permanen pada sebagaian
penderita, terutama penderita yang berusia
di bawah 40 tahun.
Terapi postremisi
- Terapi untuk sanctuary phase (membasmi sel
leukemia yang bersembunyi dalam SSp
dan testis) Triple IT yang terdiri
atas: intrathecal methotrexate (MTX), Ara C
(cytosine arabinosid), dan dexamenthason
- Terapi iontensifikasi/konsolidasi:
pemberian regimen noncrossresistant
terhadap regimen induksi remisi.
- Terapi pemeliharaan (maintenance):
umumnya dipakai 6 mercaptopurine(6 MP)
peroral dan MTX tiap minggu. Di berikan
selama 2-3 tahun denga diselingi terapi
konsolidasi atau intesifikasi.
2) Terapi suportif
Terapi ini bertujuan untuk mengatasi kegagalan
sumsum tulang, baik karena proses leukemia sendiri atau
sebagai akibat terap.
21
Terapi suportif pada penderita leukemia tidak kalah
pentingnya dengan terapi spesifik karena akan menentukan
angka keberhasilan terapi. Kemoterapi intensif harus
ditunjang oleh terapi suportif yang intensif pula, kalu
tidak maka penderita dapat meninggal karena efek samping
obat, suatu kematian iatrogenic. Terapi suportif
berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan
oleh penyakit leukemia itu sendiri dan juga untuk
mengatasi efek samping obat. Terapi suportif yang
diberikan adalah;
a) Terapi untuk mengatasi anemia
Transfusi PRC untuk mempertahankan hemoglobin
sekitar 9-10 g/dl. Untuk calon transplantasi sumsum
tulang, transfusi darah sebaiknya dihindari.
b) Terapi untuk mengatasi infeksi
sama seperti kasus anemia aplastik terdiri
atas:
Antibiotika adekuat
Transfusi konsentrat granulosit
Perawatan khusus (isolasi)
Hemopoitic growth factor (G-CSF atau GM-CSF)
c) Terapi untuk mengatasi perdarahan terdiri
atas:
Transfuse konsentrat trombosit untuk
mempertahankan trombosit minimal 10 x
106/ml, idealnya diatas 20 x 106/ml
Pada M3 diberikan Heparin untuk mengatasi
DIC
22
d) Terapi untuk mengatasi hal-hal lain yaitu:
Pengelolaan leukostasis : dilakukan dengan
hidrasi intravenous dan leukapheresis.
Segera lakukan induksi remisi untuk
menurunkan jumlah leukosit
Pengelolaan sindrom lisis tumor: dengan
hidrasi yang cukup, pemberiaan alopurinol
dan alkalinisasi urin.
3) Hasil pengobatan
Hasil pengobatan tergantung pada berikut ini:
a) Tipe leukemia : pada umumnya ALL mempunyai
prognosis lebih baik dibandingkan dengan AML
b) Karakteristik faktor prognostik dari
penderita
c) Jenis regimen obat yang diberikan
7. Pengobatana. Pengobatan khusus dan harus dilakukan di rumah
sakit. Berbagai regimen pengobatannya bervariasi,
karena banyak percobaan pengobatan yang masih
terus berlangsung untuk menentukan pengobatan yang
optimum.
b. Obat-obatan kombinasi lebih baik daripada
pengobatan tunggal.
c. Jika dimungkinkan, maka pengobatan harus
diusahakan dengan berobat jalan.
d. Daya tahan tubuh penderita menurun karena sel
leukemianya, demikian pula karena obat-obatan, dan
23
karena itu infeksi oleh organisme tertentu dapat
menjadi masalah, misalnya septicemia. Organisme
yang sering ditemukan adalah
stafilokokus, pneumocystis carinii, jamur dan
sitomegalovirus.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Leukimia
Limfoblastik Akut
1. Pengkajiana. Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita
dan menyerang pada usia lebih dari 20 tahun khususnya
pada orang dewasa.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah,
lelah, wajah terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia,
muntah, sesak, nafas cepat.
2) Riwayat penyakit
Pada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji
adanya tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak,
nafas cepat. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia yaitu
demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda
trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan
membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra
medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali,
splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji
24
adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi
disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter
misal kembar monozigot.
4) Riwayat kebiasaan sehari-hari
Perbedaan pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.
5) Riwayat psikososial
a) Psikologi
Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan
cemas terhadap penyakit yang diderita. Klien sangat
membutukan dukungan dari keluarga dan perawat.
b) Sosial Ekonomi
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga
maupun dengan tetangga disekitar rumahnya dengan adanya
keluarga dan tetangga yang membesuk serta klien hidup
dalam keadaan ekonomi yang sederhana.
c. Data penunjang
Data laboratorium pada klien dengan leukemia : Anemi normokrom normositer Leukosit >15.000/mm3 (5000-10000/ mm3) Sitogenik : kelainan pada kromosom 12, 13, 14,
kadang-kadang pada kromosom 6, 11 Hb : 7,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL). Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
SDP : 60.000/cm (50.000) PT/PTT : memanjang
25
Copper serum : meningkat Zink serum : menurun
d. Penatalaksanaan
Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan
leukemia :
Transfusi bila perlu
Klorambusil
2. Diagnosa Keperawatana. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya
sistem pertahanan tubuh
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan akibat anemia
c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang
berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan mual dan muntah
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis
yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual
dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis
dari leukemia
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.26
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
mempunyai anak yang menderita leukemia (Simon,
2003).
3. Rencana Keperawatana. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya
sistem pertahanan tubuh
1) Tujuan : pasien bebas dari infeksi
2) Kriteria hasil :
Normotermia
Hasil kultur negative
Peningkatan penyembuhan
3) Intervensi
Pantau suhu dengan teliti (TTV)
Tempatkan klien dalam ruangan khusus
Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit
untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan
baik
Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua
prosedur invasive
Evaluasi keadaan klien terhadap tempat-tempat
munculnya infeksi seperti tempat penusukan
jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut
dengan baik
Berikan periode istirahat tanpa gangguan
27
Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Berikan antibiotik sesuai ketentuan
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan akibat anemia
1) Tujuan : terjadi peningkatan toleransi
aktifitas
2) Kriteria hasil :
Klien tidak pusing
Klien tidak lemah
HB 12 gr/%
Leukosit normal
Tidak anemis
3) Intervensi :
Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala
aktifitas sehari-hari
Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat
tanpa gangguan
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada
aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan
ambulasi
Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah
c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang
berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
1) Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti
perdarahan
2) Kriteria hasil : 28
HB 12gr/%
Tidak anemis
3) Intervensi :
Gunakan semua tindakan untuk mencegah
perdarahan khususnya pada daerah ekimosis
Cegah ulserasi oral dan rectal
Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan
injeksi
Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan
darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat)
Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Ajarkan orang tua dan klien yang lebih besar
ntuk mengontrol perdarahan hidung
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan mual dan muntah
1) Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume
cairan, pasien tidak mengalami mual dan muntah
2) Kriteria hasil :
Klien tidak lemah dan anemis
Turgor kulit baik
Mukosa bibir lembab, tidak sianosis
3) Intervensi :
Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya
kemoterapi
Berikan antiemetik secara teratur pada waktu
dan program kemoterapi
Kaji respon klien terhadap anti emetic29
Hindari memberikan makanan yang beraroma
menyengat
Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis
yang berhubungan dengan efek samping agen
kemoterapi
1) Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
2) Kriteria hasil :
Kesehatan oral klien baik
3) Intervensi :
Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya
ulkus oral
Hindari mengukur suhu oral
Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator
berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa
Berikan pencucian mulut yang sering dengan
cairan salin normal atau tanpa larutan
bikarbonat
Gunakan pelembab bibir
Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak
kecil
Berikan diet cair, lembut dan lunak
Inspeksi mulut setiap hari
Dorong masukan cairan dengan menggunakan
sedotan
Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen
peroksida dan susu magnesia
30
Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Berikan analgetik
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual
dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis
1) Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
2) Kriteria hasil :
Klien tidak pucat
Klien tidak anemis
Mukosa bibir lembab
Nafsu makan meningkat
Bb meningkat
3) Intervensi :
Dorong klien untuk tetap rileks saat makan
Izinkan klien memakan semua makanan yang dapat
ditoleransi, rencanakan unmtuk memperbaiki
kualitas gizi pada saat selera
makan klien meningkat
Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi
gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang
dijual bebas
Izinkan klien untuk terlibat dalam persiapan
dan pemilihan makanan
Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit
tapi sering
31
Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori
kaya nutrient
Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit
trisep
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis
dari leukemia
1) Tujuan : klien tidak mengalami nyeri atau nyeri
menurun sampai tingkat yang dapat diterima klien
2) Kriteria hasil :
Skala nyeri 3
3) Intervensi :
Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0
sampai 5
Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal
pemantauan suhu non invasif, alat akses vena
Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan
derajat kesadaran
Lakukan teknik pengurangan nyeri non
farmakologis yang tepat
Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
h. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis
dari leukemia
1) Tujuan : klien mampu mempertahankan integritas
kuli
2) Kriteria hasil :
Klien bersih
Klien merasa nyaman
3) Intervensi :
32
Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di
dalam mulut dan daerah perianal
Ubah posisi dengan sering
Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Kaji kulit yang kering terhadap efek samping
terapi kanker
Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan
menepuk kulit yang kering
Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Anjurkan memilih pakaian yang longgar dan
lembut diatas area yang teradiasi
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
1) Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan
perilaku koping positif
2) Kriteria hasil :
Keluarga tidak cemas
Klien memahami instruksi dari perawat
3) Intervensi :
Berikan penutup kepala yang adekuat selama
pemajanan pada sinar matahari, angin atau
dingin
Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis
itu tetap bersih, pendek dan halus
Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3
hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda
33
Dorong hygiene dan alat alat yang sesuai dengan
jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata
rias, dan pakaian yang menarik
j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
mempunyai anak yang menderita leukemia
1) Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan
pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau
terapi
2) Kriteria hasil :
Klien dan keluarga bisa memahami prosedur yang
disampaikan perawat
Klien dan keluarga tidak cemas
3) Intervensi :
Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan
dilakukan pada klien
Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul
tanpa gangguan dari staff
Bantu keluarga merencanakan masa depan,
khususnya dalam membantu klienmenjalani
kehidupan yang normal
Dorong keluarga untuk mengespresikan
perasaannya mengenai kehidupan kliensebelum
diagnosa dan prospek klien untuk bertahan hidup
Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka
memberitahu klien tentang hasil tindakan dan
kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan
terapi tambahan
34
BAB III
ASKEP PADA AN.F DENGAN LEUKIMIA
LIMFOBLASTIK AKUTA. Pengkajian
1. Identitasa. Klien
- Nama : An. F
- Umur : 8 tahun 6 bulan
- Jeniskelamin : Perempuan
- Pendidikan : TK
- Agama : Islam
- Pekerjaan : -
- Alamat : Jalan P. Ternate
rayablok XI no. 7 Rt 01/18
Aren Jaya Bekasi Timur
- No. RM : 162553
- DiagnosaMedik : ALL
- Tanggalmasuk : 01 Juni 2014
- Tanggalpengkajian : 03 Juni 2014
1. PenanggungJawab- Nama :- Umur : 42 Tahun- JenisKelamin :Perempuan- Pendidikan : SMA- Agama : Islam- Pekerjaan :IbuRumahTangga- Alamat :Jalan P. Ternate rayablok XI no. 7
Rt 01/18 Aren Jaya Bekasitimur- Hubungankeluarga :Ibu
A. KeluhanUtama
Ibuklienmengatakankliensudah 4 haritidak BABdansetiapselesaikhemoterapyklienmengalamisariawanB. RiwayatKesehatanSekarang
Ibuklienmengatakanmengetahuiklienmenderita ALL padabulanOktober 2013 padasaatituibuklienmengirabahwaklienmengalami DHF, saatperiksaternyataklienmengalami ALL, namunsaatmengetahuinyaklientidaklangsungdirawat.PadabulanJanuari 2014klienmengalamidemam, mualdanmuntahdanorangtuaklienmemutuskanuntukmembawaklienke UGD RS.KankerDharmais, karenaklienmengalamikejangakhirnyaklien di rawat di ruangHCU, di Ruang HCU klienmengalamipenurunankesadarandanmasukkeruang ICU selama 2 hari 2 malam. Setelahkeadaanumumstabilklien di pindahkankeruang HCU untukdilakukanobservasi, beberapa jam kemudiankliensadar.Lalusetelah di observasilebihlanjutkeadaanumumklienstabildankesadaranklienmulaimembaikklien di pindahkankeruangrawatanak.
C. RiwayatKesehatanDulu
Klienmengalami down syndromesejaklahirlalukeluargamemtuskan,klienmengikutiterapiuntukpertumbuhandanperkembangannya.BulanOktober 2013 Ibuklienmengatakanpertamakali mengetahuiklienmenderitaALL,padasaatituibuklienmengirabahwaklienmengalamiDHF,namunsaatmengetahuinyaklientidaklangsungdirawat.PadabulanJanuari 2014klienmengalamidemam,mualdanmuntahdanorangtuaklienmemutuskanuntukmembawaklienke UGD RS.KankerDharmais,karenaklienmengalamikejangakhirnyaklien di rawatdi ruang HCU, di Ruang HCU
37
klienmengalamipenurunankesadarandanmasukkeruangICU selama 2 hari 2 malam.
D. RiwayatKesehatanKeluarga
Ibuklienmengatakan di dalamkeluargatidakada yang mengalamipenyakit yang samasepertiklien.
Genogram :
E. RiwayatTumbuhKembang
F. PemeriksaanFisik
1. Tingkat Kesadaran- Kualitas : Compos mentis- Kuantitas :
ResponMotorik : 6
Responverbal : 5
ResponmembukaMata : 4 +
Jumlah: 152. Tanda-tanda vital
- Tekanandarah : 110/70 mmHg- Nadi : 60 x/menit- Respirasi : 20 x/menit- Suhu : 35,60C- BB : 24 Kg- TB : 125 cm
38
- Lingkarkepala : 48 cm - Lingkar dada : 36 cm
- LingkarLengan : 18,5 cm - Lingkarperut : 34 cm
3. PemeriksaanSistematisa. Pernapasan
Irama regular, tidakadaretraksi dada, napasspontan, suaranapasvesikuler, respirasi 20x/menit, lingkar dada 36 cm
b. Sirkulasi
Tidaksianosis, tampakpucat, CRT < 3detik, akralhangat, tidakadapembesarankelenjargetahbening
c. Neurologi
Kesadaran compos mentis, tidakadagangguanneurologis, bentukmatasimetris, konjungtivaanemis
d. Gastrointestinal
Klientidakmengalamimukositis/stomatitis, abdomen datar, tidakterjadiasites, bisingusus (+) tetapilemahsebanyak 3x/menit, klienkonstipasi4haribelum BAB, lingkarperut 34 cm.
e. Eliminasi
Kliendefekasimelalui anus, frekuensi 1 x/haritetapiselama di rawatbelum BAB, rektaltidakadalesi, pengeluaran urine spontan, klienmenggunakanpempers.
f. Integumen
Tampakkulitpucat, kulitterabahangat, tidaktampakadanyalesi,
39
g. Musculoskeletal
Tidakadakelainantulang, gerakanbebastetapiklienmengalamipenyempitanpembuluhdarah kaki semenjak 5bulan laludanbaru 1 mingguinikliendapatberjalankembali,genetalia normal.
G. KebutuhanDasar1. Makandanminum
Makanan yang paling disukaiklienadalahayamgoreng, nafsumakanklienkurang,frekuensimakan 3x seharidenganjenismakanannasidanlaukpauk, klientidakmakanbuah, klientidakmemilikialergiterhadapmakananapapun, klienminum ± 5 gelas/hari.
2. PolaTidur
Klienjarangtidursiang, klientidurmalamdaripukul 21.00-06.00 tetapiklienseringterbanguntengahmalamuntukmemastikankehadiranorangtuanya, biasanyakliensebelumtidurbermain game terlebihdahulu.
3. Polakebersihandiri
Klienselama di rawat di RS mandihanya di lap olehibunyapadapagidan sore hari, klientidakgosokgigi, kuku klientampakbersihdanpendek
4. Aktivitasbermain
Klienbiasabermaindengantemansebayanyapadasaatmasihsekolah,
40
sekarangklienseringbermainbersamaorangtuadankakakkandungnya
H. RiwayatPsikososial1. Status mental
Kliensadardanorientasibaik, klienmengalami down syndrome sejaklahir, klientidakpernahmengalamiperilakukekerasan
2. Status sosial
Hubungankliendengananggotakeluargabaik, klientinggalbersamakeluarga di rumahsendiri di daerahBekasi, di rumahklienseringbermaindengankakakkeduanya
3. Kebutuhanprivasikhusus
Klientidakadaprivasikhusus
4. Kepercayaanataubudaya / nilai-nilaikhusus yang perludiperhatikan
Ibuklienbersukujawadan ayah klienbersukuminang, klienberagama Islam, namuntidakadanilai-nilaikhusus yang perludiperhatikanberkaitandenganpenyakit yangdialamiklien.
I. SkriningGizi1. Antropometri
TinggiBadan :125 cm
BeratBadan : 24 kg
BeratbadansebelummasukRS : 25 kg
- Lingkarlenganatas : 18,5 cm - Lingkar dada : 36 cm
41
- Lingkarperut : 34 cm - Lingkarkepala : 48 cm
2. PemeriksaanLaboratorium
Tanggal02 Juni 2014
JenisPemeriksaanHasil Rujukan Satuan
HematologiRutin
Hemoglobin 11,2 12,0-16,0 g/dL
Leukosit 1,52 5,0-10,0 103/µL
Trombosit 77 150-440 103/µL
Eritrosit 3,74 4,00-5,00 106/µL
Hematokrit 33,0 37-43 %
Kimia klinik
FungsiHati
SGOT 32 0-32 u/L
SGPT 37 0-31 u/L
FungsiGinjal
UreumDarah 21 15-36 mg/dl
Kreatinindarah0,51 < 0,95 mg/dl
J. Program Therapy
42
Therapy oral :
- Dexamethasone 3x1,2 mg- GMP 1x45 mg- Cetrizine 1x1 tab (malam)- Cefixime 2x1
Therapy parenteral :
- Insentron 3x4 mg
K. ResikoCedera/Jatuh
Klientidakmemilikiresikojatuh
L. SkriningNyeri
Klientidakmengeluhnyeri, skalanyeri 0
M. Status Fungsional
Klienmembutuhkanbantuansebagiandalammemenuhikebutuhandasarnya.
N. KebutuhanEdukasi
Klienmembutuhkankebutuhanedukasikarenaklienmangalamihambatandalamkognitifdanmentalnya (Down Syndrome), tetapiklientidakmembutuhkanpenerjemahdalamkebutuhansehari-harinya, danuntukkebutuhanmembelajarannyaklienmembutuhkan stimulus tumbuhkembangdandiet&nutrisi.
43
I. ANALISA DATA
No. Data Senjang Etiologi Masalah
1.Ds :
- Ibuklienmengatakankliensudah 4haritidak BAB
- Ibuklienmengatakanklientidaksukamakanbuah
Do :- Bisingususterde
ngarlemah- Bisingusus 3x/
menit- Lingkarperut
34cm
ALL
Prosedurtherapy
Therapy oral
Side effecttherapy
Konstipasi
Konstipasi
2.Ds :
-
Do :
- Trombosit : 77.000
Factorpredisposis
i
Mutasi somaticselinduk
Poliferasiselmudadalamsumsumtulang
Selleukimiameningkat
ResikoPendarahan
44
Inhibisieritropoiesisnormal
Trombositopenia
Resikopendarahan
3.Ds :
- Ibuklienmengatakanklienmakannyahanyasedikit, terutamasetelahkemotherapykarenaklienakanmengalamisariawan
Do :
- Porsimakanklientidakhabis
- Beratbadanklienturun 1 kg dari25kg menjadi 24kg
ALL
Prosedurtherapy
Kemotherapy
Side effectkemo
Stomatitis
Tidaknafsumakan
Perubahannutrisikurangdarikebutuhantubuh
45