KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Pembagian Zona B Terhadap Baku Mutu Kebisingan tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Pengendalian Bising.Makalah
ini merupakan inovasi pembelajaran untuk memahami penelitian secara
mendalam, semoga makalah ini dapat berguna untuk Mahasiswa pada
umumnya.Dengan perasaan yang sangat lega kami ucapkan Alhamdulillah
karena dapat menyelesaikan tugas secara berkelompok. Pada
kesempatan ini kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kami
yang tak terhingga kepada dosen yang bertanggung jawab pada program
studi Teknik Lingkungan yang senantiasa menyisihkan waktunya demi
terlaksananya kegiatan ini.Kami juga menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami sangat membutuhkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang
lebih baik lagi.
Gowa, 12 Februari 2014
Penyusun
iiDAFTAR ISI HalamanHALAMAN
JUDUL.....................................................................................iKATA
PENGANTAR..................................................................................iiDAFTAR
ISI.................................................................................................
iiiDAFTAR
GAMBAR.....................................................................................
ivDAFTAR
TABEL..........................................................................................
vBAB
IPENDAHULUAN..........................................................................
11.1 Latar
Belakang..........................................................................
11.2 Rumusan
Masalah.................................................................
11.3
Tujuan......................................................................................
21.4
Kegunaan..................................................................................21.5
Sistematika
Penulis.....................................................................3BAB
IIPEMBAHASAN.............................................................................32.1Sumber
Kebisingan Zona
B......................................................62.2
Pengaruh Kebisingan Zona
B...................................................92.3 Solusi
Penanganan di atas Baku Kebisinganyang telah di
tetapkan......................................................................21BAB
V
PENUTUP........................................................................................215.1
Kesimpulan...............................................................................215.2
Saran.........................................................................................21
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................22
iiiDAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman2.1Kebisingan Lalu
Lintas........................................................................42.2
Slogan Anti
Kebisingan....................................................................
92.3 Penanaman Pohon Mengurangi Suara
Bising................................... 102.4 Strategi Penanganan
Sumber Bunyi..................................................112.5
Bahan Barrier-Barier atau
Panel.......................................................122.6
Prinsip Kerja Penghalang Bising di
Perumahan............................... 122.7 Perencanaan Dinding
Menghindari Kebisingan...............................142.8 Ambang
Batas Kebisingan Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No 07/2009.......................................... 162.9
Kegiatan Silence
Zone.....................................................................182.10
Alat Sumbat Telinga dan Tutup
Telinga.......................................... 19
ivDAFTAR TABEL
Gambar Halaman3.1Sumber Kebisingan Beserta Tingkat
Kebisingan...........................63.2 Pengaruh Kebisingan Di
Perumahan.............................................. 73.3
Pengaruh Kebisingan di Tempat
Rekreasi......................................83.4 Baku Tingkat
Kebisingan di
Perumahan........................................133.5Baku Tingkat
Kebisingan di Tempat Pendidikan.......................... 153.6
Baku Tingkat Kebisingan
Kejut..................................................... 153.7
Baku Tingkat Kebisingan di Tempat
Rekreasi............................... 19
v
BAB 1PENDAHULUANI.1 Latar BelakangMeningkatnya mobilitas
masyarakat memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang
memadai, aman, nyaman, dan terjangkau bagi masyarakat. Peningkatan
pendapatan membuat masyarakat mampu untuk membeli kendaraan seperti
sepeda motor maupun mobil sebagai sarana transportasi pribadi.
Peningkatan perekonomian daerah juga menyebabkan kebutuhan akan
sarana transportasi lain seperti bus dan truk meningkat. Akibatnya,
semakin hari jumlah arus lalu lintas dan jenis kendaraan yang
menggunakan ruas-ruas jalan semakin bertambah. Hal ini menimbulkan
masalah di bidang transportasi, salah satunya adalah masalah polusi
suara (kebisingan) yang ditimbulkan oleh lalu lintas terhadap
lingkungan sekitarnya, yang salah satunya adalah kawasan
pendidikan.Selain kawasan pendidikan, lalu lintas juga merupakan
sumber bising dan pencemaran yang dapat mengancam kehidupan
masyarakat umum, terutama bagi mereka yang bermukim di kawasan
perkotaan. Masalah kebisingan tidak boleh dianggap sederhana,
karena jika tingkat kebisingan tersebut sudah melebihi dari tingkat
yang dijinkan, maka akan berakibat yang kurang baik bagi manusia.
Oleh karena itu, perlu adanya suatu penelitian tentang kebisingan
dari suatu hunian penduduk atau tempat fasilitas umum lainnya, agar
dapat dilakukan pengurangan atau penghilangan sumber bunyi yang
dapat mengurangi adanya kebisingan.Berbagai upaya telah dilakukan
oleh pemerintah dan perusahaan-perusahaan untuk menanggulangi
masalah kebisingan, namun sejauh ini upaya-upaya tersebut masih
belum memenuhi harapan sesuai dengan keinginan kita. Dalam makalah
ini akan di bahas secara detail mengenai pembagian zona pada titik
kebisingan khususnya daerah Zona B yang diperuntukkan bagi
perumahan, tempat pendidikan, rekreasi dan sejenisnya.
I.2 Rumusan Masalah1. Apa saja yang menjadi sumber kebisingan
zona B ?2. Bagaimana pengaruh kebisingan zona B terhadap kondisi
kesehatan masyarakat ?3. Bagaimana solusi penanganan akibat
kebisingan zona B diatas baku mutu yang telah di tetapkan ?
1I.3 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
memberikan pengetahuan serta membantu pembaca untuk memahami
karakteristik pembagian zona kebisingan khususnya zona B.
Karakteristiknya terdiri dari sumber, serta memberikan solusi
pengendalian/penanganan kebisingan pada kawasan/lingkungan yang
terkena kebisingan diatas baku mutu yang telah ditetapkan. dan
untuk selanjutnya mengetahui tingkat paparan kebisingan di
lingkungan pemukimam baik itu perumahan, tempat pendidikan maupun
tempat rekreasi sehingga dapat dilakukan tindakan pengendalian.
I.4 Sistematika penulisDalam sistematika penulis yang akan kami
sajikan, maka terdapat tiga bab diantaranya:a. Bab 1 merupakan
pendahuluan. Pada bab ini memuat latar belakang, tujuan yang akan
dicapai, rumusan masalah, serta bagaimana sistematika penulis dalam
menyusun sebuah laporan.b. Bab 2 merupakan isi. Pada bab ini memuat
tiga rumusan masalah pokok yang akan kita bahas.c. Bab 3 merupakan
penutup. Pada akhir bab ini memuat kesimpulan, saran, dan daftar
pustaka.
2BAB IIPEMBAHASAN
Bising merupakan semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja
yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 718/MENKES/PER/XI/1987
menyebutkan pembagian tingkat kebisingan menurut empat zona (Wiyadi
1996) :1. Zona A (Kebisingan antara 35 dB sampai 45 dB)Zona yang
diperuntukkan bagi penelitian, rumah sakit, tempat perawatan
kesehatan atau sosial dan sejenisnya.2. Zona B (Kebisingan antara
45 dB sampai 55 dB)Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat
pendidikan, rekreasi dan sejenisnya.3. Zona C (Kebisingan antara 50
dB sampai 60 dB)Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran,
pertokoan, perdagangan, pasar dan sejenisnya.4. Zona D (Kebisingan
antara 60 dB sampai 70 dB)Zona yang diperuntukkan bagi industri,
pabrik, stasiun kereta api, terminal bus dan sejenisnya. Tingkat
bising yang terjadi pada masing masing kawasan berbeda beda. Untuk
itu perlu diketahui sumber - sumber kebisingapn yang terjadi di
sekitar zona dan bagaimana cara menangganinya karena hampir semua
aspek kehidupan modern menimbulkan bising utamanya pada zona B yang
di peruntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi.
II.1 Sumber Kebisingan Zona B 1. Perumahan Permasalahan yang
saat ini menjadi isu di lingkungan perumahan adalah peningkatan
pencemaran udara dan kebisingan. Sumber kebisingan yang dominan di
lingkungan perumahan adalah berasal dari lalu-lintas kendaraan
bermotor. Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia semakin tahun
semakin meningkat, akibatnya lingkungan perumahan di perkotaan
menjadi bising. Kebisingan sendiri terkait dengan kepadatan lalu
lintas. Kondisi ini ditambah dengan penyediaan sarana jalan yang
tidak memadai menjadikan lingkungan 3perumahan menjadi jalan pintas
ke jalan umum. Hal ini semakin menimbulkan kebisingan di lingkungan
perumahan. Kebisingan lalu lintas berasal dari suara yang
dihasilkan dari kendaraan bermotor, terutama dari mesin kendaraan,
knalpot, klakson, serta akibat interaksi antara roda dengan jalan.
Kendaraan berat seperti (truk, bus) dan mobil penumpang merupakan
sumber kebisingan utama di jalan raya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya kebisingan lalu lintas antara lain kecepatan
kendaraan, volume lalu lintas, gradien jalan dan jenis permukaan
jalan..
Gambar 2.1 : Kebisingan Lalu Lintas
2. Tempat pendidikan Dalam proses kegiatan belajar mengajar
sebuah sekolah maupun perguruan tinggi diperlukan suasana yang
tenang dan nyaman sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan
sesuai harapan. Namun kondisi tersebut sulit untuk diciptakan
karena ada saja sumber kebisingan suara yang di timbulkan oleh
transportasi seperti kendaraan bermotor. Suara sepeda motor yang
ngebut tanpa memikirkan keselamatan pengguna jalan yang lain, suara
klakson serta suara knalpot motor. Kesulitan pengaturan kebisingan
knalpot untuk motor karena konsumen banyak yang mengganti knalpot
mereka dengan bukan standar pabrikan.
4Kebisingan di sekolah dapat dipengaruhi oleh lokasi pendirian
gedung sekolah yang dekat dengan sumber kebisingan seperti jalan
raya, bandar udara, pasar dan sebagainya. Sedangkan intensitas
kebisingan tersebut dipengaruhi oleh jarak, waktu keberlangsungan
dari peningkatan emisi suara di suatu tempat dan begitu pun untuk
lingkungan sekolah.
3. Tempat rekreasi Saat ini banyak sekali ditemukan tempat
tempat publik yang memiliki tingkat kebisingan yang di bawah batas
aman 80 desibel. Misalnya pada tempat rekreasi yang sering orang
orang kunjungi yaitu mal mal di kota besar. Hasil yang di peroleh
rata rata tingkat kebisingan yang di hasilkan adalah 94,4 128
desibel. Sementara ambang batas yang diperkenankan hanya 70 dBA.
Tentu saja kondisi ini sangat memprihatinkan bagi masyarakat
khususnya anak anak yang sering menghabiskan waktu berjam jam di
tempat hiburan tersebut. Perubahan perilaku menjadi mudah marah dan
agresif, sehingga menjadi pemicu tindak kekerasan yang kerap
terjadi di ruang-ruang publik sebagai akibat dari kebisingan. Hal
tersebut diakibatkan oleh makin meningkatnya sumber-sumber polusi
kebisingan di sekitar kita, antara lain: meningkatnya penggunaan
perangkat pengeras suara di ruang - ruang publik kebisingan yang
berasal dari mal, paparan suara bioskop, pertunjukan musik seperti
musik rock, pengeras suara di tempat tempat hiburan seperti ketika
menggelar hajatan, di rolling coster dan lain lain yang tidak
mengindahkan ambang batas kebisingan serta penataan akustik dari
bangunan yang tidak memenuhi syarat.
5Berikut ini tabel sumber kebisingan beserta tingkat
kebisingannya :
Tabel 3.1 : Sumber Kebisingan Beserta Tingkat Kebisingannya
II.2 Pengaruh Kebisingan Zona B 1. Perumahan Pengaruh kebisingan
di lingkungan perumahan terhadap kesehatan masyarakat antara lain
gangguan komunikasi, gangguan psikologis, keluhan dan tindakan
demonstrasi, gangguan belajar, gangguan istirahat, gangguan sholat,
gangguan tidur dan gangguan lainnya. Dimana dominan sumber
kebisingan di lingkungan perumahan berasal dari lalu-lintas
transportasi. Penduduk yang tinggal di sekitar jalan raya
(intensitas bising antara 65,3-76,1 dBA) mempunyai risiko dan
menderita ketulian pada frekuensi percakapan sebesar 26 kali lebih
besar dari penduduk yang tidak terpapar kebisingan (53 dBA); dan
penduduk yang tinggal di pemukiman bising sekitar rel kereta api
(63,3-69,9 dBA) mempunyai risiko menderita ketulian pada frekuensi
percakapan 8 kali lebih besar dari penduduk yang tidak terpapar
kebisingan (< 55 dBA).
6No Kendaraan (%)Velocity (m/s) Pengaruh pada Gedung Reaksi
Masyarakat
1 Kendaraan berat 73%0,00 0,15 Tidak ada pengaruh Tidak
terganggu/terasa
2 Bis Kota 51%0,15 0,3 Tidak ada pengaruh Mulai terasa
3 Bis antar kota 42%2,00 Standar untuk gedung kuno Terasa
4 Kendaraan Berat 36%2,5 Tidak menggangu gedung-gedung Bila
terus-menerus mulai menggangu
5 Sepeda Motor 21%5 Standar untuk gedung arsitektural Menggangu
untuk orang didalam Gedung
6 Mobil 12%10 -15 Merusak gedung arsitektural dan structural
(minor) Menggangu orang-orang di jalan dan Jembatan
Tabel 3.2 : Pengaruh Kebisingan Di Perumahan
2. Tempat Pendidikan Pengaruh yang nyata terhadap intensitas
bising (bunyi) di lingkungan pendidikanantara lain penurunan daya
ingat / memori jangka pendek. Semakin tinggi intensitas kebisingan
akan semakin menurun memori jangka pendek terhadap seseorang
utamanya bagi pelajar. Selain itu dapat menurunkan prestasi
belajar, berkurangnya konsentrasi belajar, dan juga menyebabkan
masalah bersuara pada guru. Guru yang mengajar di sekolah yang
terpapar bising memiliki risiko kelelahan bersuara 3,4 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan guru di sekolah yang tidak terpapar
bising, dan guru dengan intensitas suara yang tinggi saat mengajar
akan mengalami kelelahan bersuara 3,2 kali lebih sering
dibandingkan guru dengan intensitas suara rendah. Lingkungan
sekolah yang bising menyebabkan guru harus berbicara dengan suara
yang keras agar dapat didengar sehingga berdampak pada kualitas
suara.
7Manifestasi kelelahan bersuara antara lain berupa penurunan
kualitas suara, perubahan tinggi rendahnya suara, kelelahan
otot-otot pernapasan yang berperan pada produksi suara dan
kelelahan neuromuskuler. Gejala kelelahan bersuara yang sering
ditemukan padaguru antara lain: rasa kering di tenggorok, suara
serak, cepat lelah saat bersuara dan terasa sakit saat berbicara.
Gejala ini secara langsung berhubungan dengan pemakaian suara yang
berlebihan, faktor lingkungan dan hidrasi selama berbicara
3. Tempat Rekreasi Pengaruh yang disebabkan di tempat trekreasi
dapat menimbulkan gangguan pendengaran yang dapat diartikan sebagai
perubahan pada tingkat pendengaran berakibat kesulitan dalam
melaksanakan kehidupan normal , biasanya dalam hal memahami
pembicaraan. Secara kasar gradasi gangguan pendengaran karena
bising itu sendiri dapat ditentukan menggunakan parameter
percakapan sehari-hari sebagai berikut :NormalTuli total Tidak
mengalami kesulitan dalam percakapan (6 m)
Sedangkesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak >
1,5 m
Menengahkesulitan dalam berteriak sehari-hari mulai jarak >
1,5 m
Beratkesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak < 1,5
m
Sangatkehilangan kemampuan pendengaran
Tabel 3.3 : Pengaruh Kebisingan di Tempat Rekreasi
1. TinnitusMerupakan kondisi dimana telinga terus menerus
berdenging akibat kebisingan yang beberapa jam dan kembali ke
pendengaran normal, tetapi juga dapat menjadi kondisi yang
berlangsung lama.2. Kehilangan pendengaranKondisi ini merupakan
perasaan sedikit tuli yang bersifat sementara akibat suara yang
begitu keras. Pendengaran akan pulih dari trauma ini selama
beberapa waktu dan jika kondisi ini terus berulang akan menyebabkan
kerusakan yang lebih parah. 83. Tuli permanenKondisi ini dapat
terjadi secara bertahap dan disebabkan oleh paparan kebisingan yang
terus-menerus.a. Tidak mendengarkan suara yang terlalu keras hingga
di atas 100 desibel tanpa pelindung telinga selama lebih dari 15
menit. b. Hindari paparan suara yang terlalu keras hingga lebih
dari 110 desibel. Paparan rutin yang berlangsung lebih lama dari 1
menit dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen meskipun baru
sekali terpapar suara sekeras itu.c. Gunakan pelindung telinga
ketika menggunakan mesin-mesin yang mengeluarkan suara berisik
seperti pemotong rumput. Suara dengan tingkat kebisingan lebih dari
85-90 desibel juga berpotensi merusak telinga.d. Menjaga volume TV,
radio dan handphone pada tingkat yang wajar.e. Minimalkan
penggunaan peralatan rumah tangga yang berisik dan pastikan
mengenakan telinga ketika harus menggunakannya.
II.3 Solusi Penanganan kebisingan diatas baku mutu yang telah di
tetapkan
Gambar 2.2 : Slogan Anti Kebisingan
91. Perumahan Apabila sumber kebisingannya lalu lintas,
penanganannya bisa dilakukan dengan :a. Membuat jalur hijau dan
penanaman pohon. Tanaman diyakini dapat mengurangi suara bising,
walau sejauh ini belum ada penelitian berapa besar tepatnya
penurunan kebisingan oleh sebuah pohon.
Gambar 2.3 : Penanaman Pohon Mengurangi Suara Bisingb.
Memperbaiki / memperhalus permukaan jalan.c. Meningkatkan
kedisiplinan berlalulintas termasuk dalam pemasangan / penggunaan
knalpot dan klaksond. Membatasi penggunaan kendaraan pribadi
melalui penerapan pembatasan plat nomor kendaraan yang dapat
dioperasikan pada kawasan atau waktu tertentu.e. Menerapkan
congestion pricing, pengenaan tarif parkir yang tinggi pada
kawasan-kawasan CBD untuk memberikan disinsentif bagi pengguna
kendaraan pribadi.f. Menyediakan fasilitas untuk mendorong
penggunaan sarana angkutan tak bermotor seperti jalur sepeda, jalur
pejalan kaki yang dapat mengurangi ketergantungan kepada kendaraan
bermotor.
Selain penanganan di atas, terdapat pengendalian kebisingan
kendaraan bermotor dapat dilakukan oleh tiga pihak yaitu; industry
otomotif sebagai produsen kendaraan bermotor, pemerintah sebagai
regulator dan masyarakat sebagai pembeli dan pengguna kendaran
bermotor.
10
Gambar 2.4 : Strategi Penanganan Sumber BunyiPengendalian
terhadap sumber bunyiSalah satu cara yang tepat untuk mengatasi
bising adalah dengan mengendalikan sumber bising itu sendiri.
Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa baku tingkat kebisingan
harus dipenuhi. Peraturan tersebut membatasi kebisingan yang boleh
dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Hal ini dapat dilakukan dengan
membatasi modifikasi kendaraan bermotor yang dapat berpotensi
menimbulkan kebisingan seperti mengganti knalpot atau klakson
kendaraan bermotor yang dapat mengganggu pendengaran.Pengendalian
terhadap jalur bisingPengendalian bising ini juga dapat dilakukan
dengan memblokir jalur bising sehingga bising tidak sampai pada
pendengar. Pemblokiran jalur bising ini bisa dilakukan dengan
menggunakan barrier seperti dengan membuat penghalang hidup/
pepohonan, sebab di tengah kota saat ini tidak memungkinkan untuk
membuat tembok penghalang ataupun gundukan tanah. Kondisi akustik
dalam gedung-gedung yang terletak bersebelahan denganjalan haruslah
dapat mengurangi bising tersebut. Oleh karena itu gedung-gedung
yang berada tepat di tepi jalan harus dibuat tertutup untuk
mengurangi bising dari lingkungan. Namun dengan kondisi yang
tertutup demikian sistem tata udara gedung juga perlu diperhatikan.
Perkembangan teknologi saat ini juga menghasilkan banyak
penemuan-penemuan di bidang akustik. Pemilihan dan pemakaian bahan
atau material dari bangunan juga sangat mempengaruhi bising yang
sampai ke dalam ruangan. Dalam perkembangannya saat ini sudah
banyak material-material yang cukup baik untuk menyerap atau bahkan
memantulkan total bunyi yang lewat. Sehingga diharapkan pemakaian
bahan-bahan penyerap bunyi tersebut dapat menghambat dan mengurangi
bising yang masuk ke dalam gedung.
11
Gambar 2.5 : Bahan barrier-barier atau panelPengendalian
terhadap penerima bisingSalah satu hal yang paling penting adalah
mengendalikan penerima bising itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara perencanaan yang baik terhadap tata guna lahan.
Misalkan dengan menempatkan tempat-tempat yang tidak boleh terdapat
bising sperti sekolah, tempat ibadah dan rumah sakit di tempat yang
tingkat kebisingannya tidak tinggi namun akses jalan harus tetap
diperhatikan.
Gambar 2.6 : Prinsip Kerja Penghalang Bising di Perumahan
12Baku mutu tingkat kebisingan di perumahan : Pemerintah
Indonesia, melalui SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No:
Kep.48/MENLH/XI/1996, tanggal 25 November 1996, tentang kriteria
batas tingkat kebisingan untuk daerah pemukiman mensyaratkan
tingkat kebisingan maksimum untuk outdoor adalah sebesar
55dBA.PERUNTUKKAN KAWASAN / LINGKUNGAN KEGIATANTINGKAT KEBISINGAN
dB (A)
a. Peruntukkan Kawasan
1) Perumahan dan Pemukiman 55
2) Perdagangan dan Jasa 70
3) Perkantoran dan Perdagangan 65
4) Ruang Terbuka Hijau 50
5) Industri70
6) Pemerintahan dan Fasilitas Umum60
7) Rekreasi 70
8) Khusus Bandar Udara* Stasiun Kereta Api* Pelabuhan Laut Cagar
Budaya
7060
b. Lingkungan Kegiatan
1) Rumah Sakit atau sejenisnya55
2) Sekolah atau sejenisnya55
3) Tempat ibadah atau sejenisnya55
Keterangan : *) disesuaikan dengan ketentuan menteri
perhubunganTabel 3.4 : Baku Tingkat Kebisingan di Perumahan
Pemerintah juga membuat Penerapan MSSR atau Management System
Sefety Riding yang memberikan nilai tambah buat lingkungan dalam
berkendaraan selain itu menyadari bagaimana mengurangi dampak
terhadap lingkungan dalam berkendaraan bermotor baik roda 2 atau
roda 4 dan itu suatu hal yang harus dipatuhi. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 718/Menkes/Per/XI/19873,
tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan, persyaratan
untuk wilayah B (wilayah yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat
pendidikan, rekreasi, dan sejenisnya) ditetapkan sebesar 45 dBA
(maksimum yang dianjurkan) sampai 55 dBA maksimum yang
diperbolehkan).
132. Tempat Pendidikan Interpretasinya semakin dekat responden
dengan sumber bising, semaki besar kebisingan yang diterima,
sehingga dampak yang terjadi akan semakin besar, hal ini
dikarenakan lingkungan sekolah tersebut masih belum memadai dalam
segi pembuatan bangunan. Untuk itu di perlukan penanganan yang
tepat :a. Seperti membangun penghalang/barier (tembok, tanaman,
dll) yang dapat meredam atau mengurangi kebisingan lalulintas agar
tidak sampai pada pendengaran anak sekolah.b. Melakukan pemasangan
gorden pada jendela, penanaman pepohonan di halaman sekolah,
pemasangan karet atau busa pada pintu ruang kelas maupun ruang yang
lainnya.c. Melakukan penataan kembali penempatan (zoning) ruang
belajar dan ruang administrasi. Untuk ruang belajar sebaiknya
ditempatkan di bagian belakang sampai tengah. Sedangkan di bagian
depan ditempatkan untuk layanan administrasi termasuk ruang guru
dan kepala sekolah.d. Penanganan kebisingan memerlukan perencanaan
dinding dengan kombinasi material antara 1/8 sampai dengan 1/4 kaca
dan sisanya dengan bahan yang masih untuk mereduksi kebisingan dari
luar bangunan sebesar 26-29 dB. Presentasi material kaca masih
memungkinkan mengingat, material kaca mampu mengurangi kebisingan
dari luar sebesar 20 dB.
Gambar 2.7 : Perencanaan Dinding Menghindari Kebisingan14Baku
mutu tingkat kebisingan di tempat pendidikan : Baku Mutu Tingkat
Kebisingan yang dikeluarkan Menteri Negara Lingkungan Hidup melalui
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor. 48 tahun 1996.
Untuk lingkungan kegiatan sekolah atau sejenisnya tingkat
kebisingan yang diiinkan adalah 55 dB(A). untuk luar ruangan dan
30dB(A) - 35 dB(A) untuk dalam ruangan).Baku Tingkat Kebisingan
MENURUT Kep.MENLH No. KEP-48/MENLH/11/1996PERUNTUKKAN KAWASAN /
LINGKUNGAN KEGIATANTINGKAT KEBISINGAN dB (A)
a. Peruntukkan Kawasan
1) Perumahan dan Pemukiman 55
2) Perdagangan dan Jasa 70
3) Perkantoran dan Perdagangan 65
4) Ruang Terbuka Hijau 50
5) Industri70
6) Pemerintahan dan Fasilitas Umum60
7) Rekreasi 70
8) Khusus Bandar Udara* Stasiun Kereta Api* Pelabuhan Laut Cagar
Budaya
7060
b. Lingkungan Kegiatan
1) Rumah Sakit atau sejenisnya55
2) Sekolah atau sejenisnya55
3) Tempat ibadah atau sejenisnya55
Keterangan : *) disesuaikan dengan ketentuan menteri
perhubunganTabel 3.5 : Baku Tingkat Kebisingan di Tempat
Pendidikan
Baku Tingkat Kebisingan Kejut Peruntukkan Kawasan / Lingkungan
KegiatanTingkat Kebisingan Ls/Lm, dB (A)
Semua Jenis Peruntukkan Dan Atau Lingkungan KegiatanSiang hari :
20 dB (A) di atas baku tungkat kebisingan Malam hari : 15 dB (A) di
atas Baku Tingkat Kebisingan
Tabel 3.6 : Baku Tingkat Kebisingan Kejut
15Ambang batas kebisingan di tempat pendidikan :Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No 07/2009 pasal 1 angka 1 tentang
Ambang Batas Kebisingan Kendaraan Bermotor Tipe Baru yang di
keluarkan pada tanggal 6 April 2009. Peraturan ini menjelaskan
secara rinci mengenai ambang batas kebisingan. Berikut ini bunyinya
Ambang batas kebisingan kendaraan bermotor tipe baru adalah batas
maksimum energi suara yang boleh dikeluarkan langsung dari mesin
dan/atau transmisi kendaraan bermotor tipe baru. Dalam Permen LH
tersebut disebutkan bahwa batas ambang kebisingan sepeda motor
terdiri atas, untuk tipe 80 cc ke bawah maksimal 85 desibel (db).
Lalu, tipe 80-175cc maksimal 90 db dan 175cc ke atas maksimal 90
db. Jadi, pengertian Knalpot Standar pada saat ini, perdebatannya
hanya didasarkan pada bentuk yang dikeluarkan oleh pabrik, bukan
didasarkan pada tingkat kebisingan yang dikeluarkan oleh knalpot
tersebut.
Gambar 2.8 : Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No 07/2009
16Ambang batas mengenai kebisingan knalpot motor yaitu Undang
Undang No 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)
disebutkan bahwa untuk syarat kelaikan jalan, sepeda motor harus
memenuhi ambang kebisingan. dalam UU tersebut sudah ada aturan soal
sanksi kebisingan. Pelanggar aturan diancam sanksi pidana penjara
maksimal satu bulan atau sanksi denda maksimal Rp 250
ribu.Kementerian Negara Lingkungan Hidup telah menerbitkan
Peraturan Menteri No. 09 tahun 2009 tentang Ambang Batas Kebisingan
Kendaraan bermotor tipe baru yang bertujuan untuk:1. Mengurangi
beban pencemaran udara akibat dari kebisingan kendaraan bermotor di
kota-kota di Indonesia melalui peningkatan standard-standard
Lingkungan hidup. 2. Mendorong industri kendaraan bermotor untuk
meningkatkan teknologi dalam memproduksi kendaraan. 3.
Menginformasikan dan mendorong masyarakat untuk memilih kendaraan
yang ramah lingkungan.
Ruang lingkup yang diatur dalam Permen LH tersebut adalah: a.
Ambang batas kebisingan kendaraa bermotor tipe aru b. Metode uji
kebisingan kendaraan bermotor tipe baru c. Tata cara pelaporan uji
kebisinga kendaraan bermotor tipe baru Uji Kebisingan dilakukan
oleh laboratorium yang terakreditasi di dalam negeri. Laboratorium
terakreditasi adalah laboratorium yang terakreditasi oleh lembaga
akreditasi nasional dan atau badan yang diakui secara internasional
Uji kebisingan kendaraan bermotor tipe baru merupakan bagian dari
persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor.
3. Tempat Rekreasi Untuk itu penanganan yang dapat dilakukan
adalah :1. Dengan membuat silence zone atau daerah tenang bebas
suara klakson dan suara mesin motor atau mobil. Pemerintah bisa
menetapkan satu kawasan sebagai area percontohan misalnya pada
taman kota. Di wilayah yang sudah ditetapkan sebagai silence zone
tidak boleh ada kendaraan bermotor yang lewat. Hanya pejalan
kaki
17atau pengguna sepeda saja yang boleh melintas. Silence zone
dengan istilah yang berbeda-beda sudah diterapkan di negara-negara
maju. Mereka ingin menikmati hidup di kota besar tanpa harus
terkena polusi dan kebisingan yang mengganggu. Jalur jalan dan
taman di kawasan silence zone bisa dinikmati masyarakat yang
membutuhkan ketenangan. Mereka bisa bersantai bersama keluarga
tanpa ada gangguan. Daerah ini bisa menjadi area rekreasi dan
wisata gratis.Gambar 2.9 : Kegiatan Silence Zone2. Pentingnya
untukmemperhatikan perencanaan sistem interior seperti ventilasi
pada auditorium di gedung bioskop dan tempat pertunjukan, guna
menghindari tingkat gangguan kebisingan yang berlebihan. 3. Duduk
sejauh mungkin dari panggung atau pengeras suara ketika menyaksikan
pertunjukan musik.4. Memakai earplug ( sumbat telinga) yang akan
mencegah ini akan mengurangi kebisingan 10 30 dB.5. Gunakan ear
muffs atau penutup telinga; ini akan mengurangi kebisingan 20 40
dB.6. Gunakan helm; ini akan mengurangi kebisingan 5 15 Db.7. Jauhi
sumber suara (speaker) jika anda seorang dugem sejati.8. Peran
orang tua dibutuhkan untuk mengawasi anak-anaknya agar tidak
terlalu sering pergi ke pusat arena permainan.
18
Gambar 2.10 : Alat Sumbat Telinga dan Tutup Telinga
Baku mutu tingkat kebisingan di tempat rekreasi :Baku Tingkat
Kebisingan MENURUT Kep.MENLH No. KEP-48/MENLH/11/1996PERUNTUKKAN
KAWASAN / LINGKUNGAN KEGIATANTINGKAT KEBISINGAN dB (A)
a. Peruntukkan Kawasan
1) Perumahan dan Pemukiman 55
2) Perdagangan dan Jasa 70
3) Perkantoran dan Perdagangan 65
4) Ruang Terbuka Hijau 50
5) Industri70
6) Pemerintahan dan Fasilitas Umum60
7) Rekreasi 70
8) Khusus Bandar Udara* Stasiun Kereta Api* Pelabuhan Laut Cagar
Budaya
7060
b. Lingkungan Kegiatan
1) Rumah Sakit atau sejenisnya55
2) Sekolah atau sejenisnya55
3) Tempat ibadah atau sejenisnya55
Keterangan : *) disesuaikan dengan ketentuan menteri
perhubunganTabel 3.7 : Baku Tingkat Kebisingan di Tempat
Rekreasi
19Ambang batas kebisingan di tempat rekeasi :Tingkat kebisingan
di tempat terbuka dan di lahan bervegetasi pada kawasan Taman Monas
sebagai tempat rekreasi telah rnelewati batas maksimum yang
diperkenankan (50 dBA-60 dBA), ditetapkan oleh Gubernur DKI dan
telah melewati nilai ambang batas (NAB) yang ditetapkan oleh
Menteri Negara Lingkungan Hidup dalam Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No 48/MENLH/II/1996 sebagai tempat rekeasi 70
dBA.
20BAB 1IIPENUTUPIII.1 Kesimpulan1. fluktuasi tingkat kebisingan
yang di peruntukan pada kawasan pemukiman, tempat pendidikan,
rekreasi dan sejenisnya saat ini di perkirakan sudah melewati baku
mutu lingkungan dimana penyumbang tingkat kebisingan terbesar
adalah bersumber dari arus kendaraan bermotor.2. Penerapan
peraturan perundangan tentang kebisingan dan dampaknya secara tegas
dan konsisten. Selain itu melakukan pembinaan dan pengawasan dengan
melakukan penyuluhan dan pemantauan kebisingan dan dampaknya secara
berkala yang melibatkan lintas program dan sektor terkait.3. Agar
kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu
diambil tindakan seperti penggunaan peredam pada sumber bising,
penyekatan, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, pembuatan
bukit buatan ataupun pengaturan tata letak ruang dan penggunaan
alat pelindung diri sehingga kebisingan tidak mengganggu kesehatan
atau membahayakan.
III.2 Saran1. Adapun yang menjadi saran kami adalah memberikan
perlindungan kepada masyarakat melalui upaya pemantauan dan
penilaian kondisi kebisingan yang ada di sekitar. Selain itu
kiranya masyarakat di harapkan lebih mengendalikan aktivitasnya
untuk mengendalikan kebisingan yang terjadi karena dapat
menimbulkan pengaruh negatif. Sekecil apapun dampak negatif yang
akan menimpa manusia bila mungkin hendaknya hal tersebut
dihindarkan, baik dengan pendekatan administratif, teknis maupun
sosial. Marilah kita kembangkan slogan MELINDUNGI YANG SEHAT TANPA
MENGABAIKAN YANG SAKIT.2. Diperlukan usaha-usaha untuk
meredamkebisingan sertadibuatnya peraturan tentangkarakteristik
kendaraan seperti kombinasisuara mesin, sistem pembuangan dan roda
kendaraan.
21Daftar Pustaka Croome, D.J., and Mashrae, 1977, Noise
Buildings and People, Pergamon Press, Oxford. Departement of
Transport,1988, Calculation of Road Traffic Noise Levels, HMSO,
London Menteri Lingkungan Hidup, 1996, Kep-48/MENKLH/1996 tentang
Baku tingkat kebisingan peruntukan kawasan/lingkungan. Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2004, Pedoman Prediksi Kebisingan
Akibat Lalu Lintas Pedoman Teknis No. 10-2004-B. Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2005, Mitigasi Dampak Kebisingan
Akibat Lalu Lintas Jalan Pedoman Teknis No. 16-2005-B. Hidayati,
Nurul, 2007, Pengaruh Arus Lalu Lintas Terhadap Kebisingan (Studi
Kasus Beberapa Zona Pendidikan di Surakarta), Dinamika Teknik
Sipil, Volume 7, Nomor 1, hal. 45 54 Sharp,C. and Jenning,T., 1976,
Transport and the Environment, Leicester University Press,
Leicester. 300
22PEMBAGIAN ZONA B TERHADAP BAKU MUTU KEBISINGAN
OLEH KELOMPOK
OKTAFIANI ROMON D 121 12 261NURUL FITRI RASYIDD 121 12
264NOVIETA ROSIANASARID 121 12 901
PROGRAM STUDI S 1 TEKNIK LINGKUNGANJURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS
TEKNIKUNIVERSITAS HASANUDDIN2013
i