BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembuatan Makalah Manusia selalu untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya.Untuk mempertahankan keseimbangan tersebut manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi dengan baik. Abraham Maslow mengemukakan teori kebutuhan dasar manusia yang menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu : pertama, kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar bagi manusia,, kedua kebutuhan rasa aman dan perlindungan yang dibagi menjadi perlindungan fisik melindungi perlindungan atas tubuh atau hidup, perlindungan psikologis yaitu perlindungan atas ancaman pengalaman yang baru atau asing. Ketiga kebutuhan rasa cinta yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki. Keempat yaitu kebutuhan akan harga diri maupun dihargai oleh orang lain, dan yang terakhir dan tertinggi adalah kebutuhan aktualisasi diri. Manusia memiliki kenbutuhan dasar yang heterogen. Pada dasarnya, setiap orang sebenarnya memiliki kebutuhan yang sama, tetapi dengan perbedaan budaya, yang berkaitan dengan gaya hidup dalam kebutuhan, kebutuhanpun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Jika gagal 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembuatan Makalah
Manusia selalu untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya.Untuk
mempertahankan keseimbangan tersebut manusia memiliki kebutuhan tertentu yang
harus dipenuhi dengan baik. Abraham Maslow mengemukakan teori kebutuhan dasar
manusia yang menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu
: pertama, kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar bagi manusia,,
kedua kebutuhan rasa aman dan perlindungan yang dibagi menjadi perlindungan fisik
melindungi perlindungan atas tubuh atau hidup, perlindungan psikologis yaitu
perlindungan atas ancaman pengalaman yang baru atau asing. Ketiga kebutuhan rasa
cinta yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki. Keempat yaitu kebutuhan akan
harga diri maupun dihargai oleh orang lain, dan yang terakhir dan tertinggi adalah
kebutuhan aktualisasi diri.
Manusia memiliki kenbutuhan dasar yang heterogen. Pada dasarnya, setiap
orang sebenarnya memiliki kebutuhan yang sama, tetapi dengan perbedaan budaya,
yang berkaitan dengan gaya hidup dalam kebutuhan, kebutuhanpun ikut berbeda.
Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang
ada. Jika gagal memenuhi kebutuhannya manusia akan berpikir keras dan berusaha
mendapatkannya. Pemenuhan kebutuhan dasar pada manusia dipengaruhi oleh
berbagai factor yaitu : penyakit, hubungan keluarga, konsep diri, dan tahap
perkembangan. \
Kebutuhan fisiologis atau kebutuhan fisik manusia merupakan kebutuhan yang
paling mendasar yang harus terpenuhi sehingga kelangsungan hidup dapat bertahan.
Kebutuhan fisik yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu mobilisasi. Mobilisasi
mencakup kemampuan individu untuk bergerak bebas, mudah dan teratur, pengaturan
posisi sebagai salah satu cara mengurangi risiko terjadinya dekubitus atau pressure
area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh, serta mempertahankan posisi
tubuh dengan bbenar sesuai body alignment (strukutr tubuh) .
1
1.2 Tujuan Pembuatan Makalah
1. Untuk memenuhi teknik mobilisasi yang sesuai dalam praktik keperawatan
2. Untuk mencegah timbulnya komplikasi gangguan penyakit tambahan yang
disebabkan karena bed rest dalam jangka waktu lama pada pasien
3. Untuk menerapkan teknik posisi badan yang baik dan benar pada perawat dan
pasien.
1.3 Ruang Lingkup Pembuatan Makalah
Pembuatan makalah ini dibatasi hanya pada pembahasan konsep dasar mobilisasi
mulai dari anatomi fisiologi sistem pergerakan, pengertian mobilisasi, teknik
mobilisasi yang benar bagi perawat dan pasien, gangguan mobilisasi, serta proses
keperawatan untuk gangguan mobilisasi.
1.4 Metoda Pembuatan Makalah
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metoda studi
kepustakaan.
1.5 Sistematika Pembuatan Makalah
Makalah ini tersusun atas empat BAB yaitu :
BAB I Pendahuluan berisikan tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup penulisan,
metoda penulisan, dan sistematika penulisan
BAB II Tinjauan Kepustakaan berisikan tentang
BAB III Pembahsan berisikan tentang
BAB IV Penutup berisikan tentang
2
BAB II
Tinjauan Kepustakaan
2.1 Fisiologi Pergerakan
Koordinasi gerakan tubuh merupakan fungsi yang terintegrasi dari sistem skeletal,
otot skelet, dan sistem saraf. Karena ketiga sistem ini berhubungan erat dengan
mekanisme pendukung tubuh, sistem ini dapat dianggap sebagai satu unit fungsional.
2.1.1 Sistem Skeletal
Skelet adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang :
panjang, pendek, pipih dan ireguler (tidak beraturan). Tulang panjang membentuk
tinggi tibuh (mis. Femur, fibula, dan tibia pada kaki) dan panjang (mis.falang pada
jari tangan dan kaki). Tulang pendek ada dalam bentuk berkelompok, dan ketika
dikombinasikan dengan ligamen dankartilago, akan menghasilkan gerakan pada
ekstremitas. Dua contoh tulang pendek adalah tulang karpal kaki dan tulang patela di
lutut. Tulang pipih mendukung struktur bentuk, seperti tulang di tengkorak dan tulang
rusuk di thoraks. Tulang ireguler membentuk kolumna vertebrae dan beberapa tulang
tengkorak, seperti mandibula.
Skelet tempat melekatnya otot dan ligamen. Ikatan ini menyebabkan gerakan
dari bagian skelet, seperti membuka dan menutup mulut atau meluruskan lengan atau
kaki. Skelet juga melindungi organ vital. Misalnya, tengkorak melindungi otak dan
rusuk melindungi jantung dan paru. Tulang membantu keseimbangan kalsium. Tulang
dapat menyimpan kalsium dan menyebarkannya ke aliran darah jika dibutuhkan.
Klien yang mengalami gangguan pengaturan dan metebolisme kalsium beresiko
mengalami osteoporosis dan fraktur patologis (fraktur yang disebabkan kelemahan
jaringan tulang), yang dapat terjadi di semua tulang, tetapi paling sering di tulang
rusuk dan tulang penyangga.
Karakterisitk tuang meliputi kekokohan, kekakuan, dan elastisitas. Kekokohan
tulang tulang itu merupakan hasil adanya garamanorganik seperti kalsium dan fosfat,
yang tersebar dalam matriks tulang. Kekokohan berhubungan dengan kekekauan 3
tulang yang penting untuk mempertahankan tulang panjang tetap lurus, dan membuat
tulang dapat menyangga berat badan dapat berdiri. Selain itu, tulang mempunyai
tingkat elastisitas dan fleksibilitas skelet yang dapat berubah sesuai usia. Misalnya
bayi baru lahir memiliki lebih banyak kartilago dan lebih fleksibel tetapi tidak mampu
menopang berat badan. Tulang pada toddler lebih lentur daripada tulang lansia
sehingga lebih dapat bertahan dari jatuh.
2.1.1.1 Sendi
Sendi adalah hubungan diantara tulang. Setiap sendi diklasifikasikan sesuai
dengan struktur dan tingkat mobilisasinya. Ada empat klasifikasi sendi yaitu sendi
sinostotik, kartilagonus, fibrosa, dan sinovial.
Sensi sinostotik mengacu pada ikatan tulang dengan tulang.Tidak ada
pergerakan pada sendi ini, dan jaringan tulang yang dibentuk di antara tulang
mendukung kekuatan dan stabilitas.Contoh tipe sendi ini adalah sakrum pada sendi
vertebrata.
Sensi Kartilaginus atau sendi sinkonkridal , memiliki sedikit pergerakan
tetapi elastis dan menggunakan kartiago untuk menyatukan permukaannya. Sendi
kartilago dapat ditemukan ketika tulang mengalami penekanan yang konstan seperti
sendi, kostosternal antara sternum dan iga.
Sendi Fibrosa , atau sendi sindesmodial, adalah sendi tempat kedua
permukaan tulang disatukan dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya
fleksibel dan dapat digerakkan dengan jumlah terbatas.Misalnya, pada tulang pada
kaki bawah (tibia dan fibula) adalah sendi sindesmotik.
Sendi Sinovial atau sendi sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan
secara bebas karena permukaan tulang yang dilapisi oleh kartilago artikular dan
dihubungkan oleh ligamen sejajar dengan membran sinovial.Kumerus, radius dan
ulna dihubungkan oleh kartilago dan ligamen membentuk sendi putar. Tipe lain sendi
sinovial adalah sendi hinge seperti sendi interfalang pada jari.
4
2.1.1.2 Ligamen
Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih,
mengilat,fleksibel mengikat sendi menjadi satu dan menghubungkan tulang dengan
kartilago. Ligamen bersifat elastic sehingga membantu fleksibilitas sendidan
mendukung sendi.Selain itu, beberapa ligament memiliki fungsi profektif.Misalnya,
ligament antar vertebrata, ligament nonelastis, dan ligament flavum mencegah
kerusakan medulla spinalis saat punggung bergerak.
2.1.1.3 Tendon
Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengilat, yang
menghubungkan otot dengan tulang.Tendon bersifat kuat, fleksibel, dan tidak elastic,
serta mempunyai panjangdan ketebalan bervariasi.Tendon Achilles (tendon
kalkaneus) adalah tendon yang paling besar dan paling kuat dalam tubuh.Permulaan
tendon ini berada di pertengahan posterior kaki dan mengikat otot gastroknemius dan
soleus di tulang kalkaneus pada kaki bagian belakang.
2.1.1.4 Kartilago
Kartilago adalah jaringan penyambung yang tidak mempunyai vaskuler, yang
terletak terutama di sendi, dan thoraks, trakea, laring, hidung dan telinga.Sendi,
ligament, tendon, dan kartilago mendukung kekuatan dan fleksibilitas
skelet.Kekuatannya memungkinkan system skeletal mendukung tubuh.Fleksibilitas
seseorang diperlihatkan pada rentang gerak.Kekuatan dan fleksibilitas tidak terbentuk
seluruhnya dari keempat struktur tersebut. Otot skelet yag adekuat juga diperlukan.
2.1.2 Otot Skelet
Otot skelet, karena kemampuannya untuk berkontraksi dan berelaksasi,
merupakan elemen kerja dari pergerakan.Elemen kontraktil otot skelet dicapai oleh
struktur anatomis dan ikatannya pada skelet.
5
2.1.2.1 Otot Yang Penting Dalam Pergerakan
Otot yang penting dalam pergerakan melekat di region skelet
tempat pergerakan itu ditimbulkan oleh pengungkitan.Pengungkitan
terjadi ketika tulang tertentu, seperti humerus, ulna, dan radiusserta
sendi yang berhubungan seperti sendi siku, bekerjasama sebagai
pengungkit.Gerakan mengungkit adalah karakteristik dari dari
pergerakan ekstremitas atas. Otot lengan sejajar satu dan lain
memanjangkan tulang secara maksimal. Otot sejajar ini member
kekuatan dan bekerja bersama dengan tulang dan sendi untuk membuat
lengan mampu mengangkat objek.
2.1.2.2 Otot yang Penting Dalam Membentuk Tubuh Atau
Kesejajaran Tubuh
Otot terutama berfungs untuk mempertahankan postur,
berbentuk pendek, dan menyerupai kulit karena membunguks
tendondengan arah miring berkumpul sacara tidak langsung pada
tendon. Otot ekstremitas bawah ,tubuh,leher, dan punggung yang
terutama membentuk postur tubuh ( posisi tubuh dalam kaitannya
dengan ruang sekitar) . Kelompok itu bekerjasama untuk menstabilkan
dan menopang berat badan saat berdiri atau duduk, dan memungkinkan
individu tersebut untuk mempertahankan postur tubuh atau
berdiri.Postur dan pergerakan juga tergantung pada ukuran skelet dan
perkembangan otot skelet. Koordinasi dan pengaturan otot yang
berbeda tergantungpada tonus otot dan aktivitas dari otot
antagonistic,sinergistik, dan antigravitas.
Tonus Otot adalah suatu keadaan normal dari tegangan otot
yang seimbang.Ketegangan dicapai dengan kontraksi dan relaksasi
secara bergantian, tanpa gerakan aktif, serat dari kelompok otot
tertentu.Tonus otot memungkinkan bagian tubuh mempertahankan
posisi tubuh fungsional tanpa kelemahan otot.Selain itu, tonus otot
6
mendukung kembalinya aliran darah vena ke jantung, seperti yang
terjadipada otot kaki.
Kelompok otot, kelompok otot antagonistic, sinergistik, dan
antigravitas dikoordinasi oleh system saraf dan bekerjasama untuk
mempertahankan posturdan memulai pergerakan.Otot antagonistic
bekerjasama untuk menggerakkan sendi.Selama pergerakaan, otot
penggerak aktif berkontraksi, dan otot antagonisnya
berelaksasi.Misalnya ketika lengan fleksi maka otot biceps brachialis
aktif berkontraksi, dan otot antagonisnya triceps brachialis relaksasi.
Otot sinergistik berkontraksi bersama untuk menyempurnakan gerakan
yang sama. Ketika lengan fleksi, kekuatan otot kontraksi dan kekuatan
biceps brachialis ditingkatkan oleh kontraksi otot sinergistik, yaitu
brachialis. Otot antigravitas terutama berpengaruh pada stabilisasi
sendi. Otot secara terus menerus melawan efek gravitasi tubuh dan
mempertahankan postur tegak atau duduk. Pada dewasa, otot
antigravitas adalah kaki, gluteus maksimus, quadrisep femoris otot
soleus dan punggung.
2.1.3 Sistem Saraf
Pergerakan dan postur tubuh diatur oleh sistem saraf. Area motorik volunter
utama, berada di korteks serebral,yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.
Umumnya serabut motorik turun dari jalur motorik dan bersilangan pada tingkat
medula. Sehingga serabut motorik dari jalur motorik kanan mengawali gerakan
volunter untuk tubuh bagian kiri, dan serabut motorik dari jalur motorik kiri
mengawali gerakan volunter untuk tubuh bagian kanan.
Selama gerakan volunter, impuls turun dari jalur motorik ke medula spinalis.
Impuls keluar dari mdula spinalismelalui saraf otot eferen dan berjalan melalui saraf
ke otot sehingga terjadi gerakan. Impuls ini diatur oleh sinaps, yang menjaga impuls
berjalan satu arah.
7
Transmisi impuls ke dari sistem saraf ke muskulo skeletal merupakan
peristiwa kimia listrik dan membutuhkan neurotransmitter. Pada dasarnta,
neurotransmitter merupakan substansi kimia seperti asetilkolin yang memindahkan
impuls listrik dari saraf yang bersilangan pada simpul mioneural ke otot.
Neurotransmitter mencapai otot dan menstimulasinya sehingga menyebabkan
pergerakan.
Pergerakan dapat terganggu oleh adanya perubahan neurotransmitter yang
perjalanannya dari saraf ke otot, atau pada aktivasi dari aktivitas otot. Postur juga
diatur oleh sistem saraf. Postur ditentukan dari koordinasi propiosepsi dan
keseimbangan. Propiosepsi merupaakan sensasi yang didapat melalui stimulasi dari
dalam tubuh mengenai posisi tubuh dan aktivitas otot tertentu. Propiosepsi di dalam
tubuh dipantau oleh proprioseptor, yang merupakan tempat ujung saraf, di otot,
tendon, dan sendi. Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mecapai dan
mempertahankan postur tubuh tetap tegak melawan gravitasi (duduk atau berdiri)
untuk mengatur seluruh ketrampilan aktivitas motorik (Glick, 1992).
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergerakan Tubuh
1. Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat mmengaruhi system muskulos keletal
dan system saraf berupa penurunan koordinasi.
2. Nutrisi
Membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurang nutrisi
menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit.
3. Emosi
Penyebab menurunnya kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi
yang baik.
8
4. Situasi dan kebiasaan
Menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
5. Gaya hidup
Menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan menimbulkan
kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat mengganggu
koordinasi antara system musculoskeletal dan saraf.
6. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik akan mengurangi energi yang telah
dikeluarkan, dan pengetahuan yang kurang akan menjadikan seseorang
berisiko mengalami gangguan koordinasi system musculoskeletal dan
saraf.
2.3 Mekanik Tubuh
Mekanisme tubuh adalah penggunaan tubuh secara efisien, terkordinasi dan
aman untuk menghasilkan gerakan dan mempertahankan keseimbangan selama
melakukan aktivitas. Penggunaan/gerakan tubuh yang tepat akan meningkatkan fungsi
moskuloskeletal, mengurangi kebutuhan energi untuk bergerak dan mempertahankan
keseimbangan. Hal ini dapat mengurangi kelelahan, kekakuan dan resiko terhadap
injury. Beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan yaitu:
1. Gerakan(ambulating)
Gerakan yang benar dapat membantu dalam mempertahankan keseimbangan tubuh. Contoh pada saat berjalan.. Menahan (squatting)
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok..
2. Menarik(pulling)
Menarik dengan benar akan memudahkan dalam memindahkan benda.
3. Mengangkat(lifting)
9
Cara pergerakan dengan menggunakan daya tarik ke atas.
4. Memutar(pivoting)
Gerakan untuk berputarnya anggota tubuh dengan bertumpu pada
tulang belakang
2.4 Mobilitas dan Ambulasi
Ambulasi merupakan upaya seseorang untuk mc;lakukan latihan jalan
atau berpindah tempat. Mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk mc;menuhi
kerja.Embolus adalah thrombus yang terlepas, berjalan mengikuti sistem
sirkulasi ke paru – paru atau otak dan mengganggu sirkulasi.
Sistem musculoskeletal.Diidentifikasi selama pengkajian keperawatan
meliputi penurunana otot, kehilangan masa otot, dan kontraktur.Gambaran
pengukuran antropometrik sebelumnya mengindikasikan kehilalngan tonus
dam masa otot.
21
Sistem integumen.Perawat harus terus menerus mengkaji kulit klien
terhadap tanda – tanda kerusakan.Klien harus diopservasi ketika klien
bergerak, diperhatikan higienisnya, atau dipenuhi kebutuhan
eliminasinya.Pengkajian minimal harus dilakukan setiap 2 jam.
Sistem eliminasi.Status eliminasi klien harus dievaluasi setiap shift, dan
total asupan dan haluaran dievaluasi setiap 24 jam. Perawat harus
menentukan bahwa klien menerima jumlah dan jenis cairan melalui oral atau
parenteral dengan benar.
2.6.2 Kesejajaran Tubuh
Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri,
duduk, atau berbaring. Pengkajian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh
akibat pertumbuhan dan perkembangan.
2. Mengidentifikasi penyimpangan kesejajaran tubuh yang disebabkan
postur yang buruk.
3. Member kesempatan klien untuk mengobservasi posturnya.
4. Mengidentifikasi kebutuhan belajar klien untuk mempertahankan
kesejajaran tubuh yang benar.
5. Mengidentifikasi trauma, kerusakan otot, atau disfungsi saraf.
6. Memperoleh informasi mengenai faktor – faktor lain yang
mempengaruhi kesejajaran yang buruk, seperti kelelahan, malnutrisi,
dan masalah psikologis.
Langkah pertama mengkaji kesejajaran tubuh adalah menempatkan klien
pada posisi istirahat sehingga tidak nampak dibuat – buat atau posisi kaku.
Berdiri. Perawat harus memfokuskan pengkajian kesejajajran tubuh pada
klien yang berdiri sesuai hal – hal berikut:
1. Kepala tegak dan midlin.
2. Ketika dilihat dari arah posterior, tulang belakang lurus dan sejajar.
22
3. Ketika dilihat dari arah posterior, tulang belakang lurus.
4. Ketika klien dilihat dari arah lateral, kapala tegak dan garis tulang
belakang digaris dalam pola S terbalik.
5. Ketika dilihat dari arah lateral , perut berlipat kebagaian dalam
dengan nyaman dan lutut dengan pergerangan kaki agak
melengkung.
6. Lengan klien Nyaman di samping.
7. Kaki ditempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar
penopang, dan jari – jari kaki menghadap ke depan.
8. Ketika klien dilihat dari arah anterior, pusat geravitasi berda
ditengah tubuh, dan garis gravitasi muali dari tengah kepala bagian
depan sampai titik tengah antara kedua kaki.
Duduk. Perawat mengkaji kesejajaran pada klien yang duduk dengan
mengobservasi hal – hal sebagai berikut:
1. Kapala tegak, leher dan tulang belakang berada dalam kesejajaran
yang lulus.
2. Berat badan terbagi rata pada bokong dan kepala.
3. Paha sejajar dan berada pada potongan horizontal.
4. Kedua kaki ditopang di lantai. Pada klien pendek tinggi, alat bantu
kaki digunakan dan pergelangan kaki menjadi fleksi dengan ngaman.
5. Jatak 2-4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang
popliteal pada permukaan litut bagian posterior.
6. Lengan bawak klien ditopang pada pengangan tangan, di pangkuan,
atau diatas meja depan kursi.
Hal penting mengkaji kesejajaran adalm posisi duduk yaitu pada klien yang
mempunyai kelemahan otot paralisis otot, atau kerusakan saraf.
Berbaring.Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunteer dan persepsi
normal terhadap tekanan.Pengkajian kesejajaran tubuh ketika berbaring
membutuhkan posisi leteral pada klien dengan menggunakan satu bantal,
dan semua penopangnya diangkat dari tempat tidur.Tubuh harus ditopang
23
dengan matras yang adekuat. Kondisi yang menimbulkan risiko krusakan
pada sistem musculoskeletal ketika berbaring termaksut pada klien yang
mengalami traksi atau arthritis: penurunan sensasi, seperti klien yang
hemiparese akibat stroke, dll.
24
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA RUANG LINGKUP KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA : MOBILISASI
Kasus
Beberapa minggu yang lalu, Kevin Andrews 17 tahun, pesenam SMA. Jatuh dari paralel bar, dan patah paha kiri, Kevin bedrest sejak kecelakaan tersebut. Dia cukup depresi dan bosan dengan perawatan Rumah Sakit karena rasa sakit pada ototnya, dia sering menolak bergerak sendiri. Dia tampak lemah dan sering menolak makanan Rumah Sakit. Dia butuh bantuan dari perawat untuk nafas dalam dan batuk, dengan tinggi tubuh 175 cm, berat badan 70 kg, suhu 37, nadi 80/ menit, perafasan 16/ menit, dan tekanan darah 114/70. Diagnostic data: urine normal, dan hemoglobin 12,2.
Pengkajian
Data Subjektif
- Pasien mengeluh bosan dengan perawatan Rumah Sakit karena rasa sakit pada ototnya
- Pasien mengeluh sering menolak bergerak sendiri- Pasien mengatakan butuh bantuan dari perawat untuk nafas dalam dan batuk,
Data Objektif
- Pasien terlihat cukup depresi dan bosan ketika perawat sedang memberi perawatan- Pasien terlihat butuh bantuan dari perawat untuk nafas dalam dan batuk - patah paha kiri- pasien bedrest sejak kecelakaan tersebut- Tinggi tubuh 175 cm, - Berat badan 70 kg, - Suhu 37, - Nadi 80/ menit, - Perafasan 16/ menit, - Tekanan darah 114/70.
25
- Urine normal- Hemoglobin 12,2.
Analisa Data
Data Masalah Etiologi
Data Subjektif
- Pasien mengeluh bosan dengan perawatan Rumah Sakit karena rasa sakit pada ototnya
- Pasien mengeluh sering menolak bergerak sendiri
Data Objektif
- Pasien terlihat cukup depresi dan bosan ketika perawat sedang memberi perawatan
- patah paha kiri- Tinggi tubuh 175 cm, - Berat badan 70 kg, - Suhu 37, - Nadi 80/ menit, - Perafasan 16/ menit, - Tekanan darah
114/70. - Urine normal- Hemoglobin 12,2.
Hambatan mobilisasi fisik
Berhubungan dengan tirah baring dan penurunan rentang gerak
26
Data Subjektif
- Pasien mengatakan butuh bantuan dari perawat untuk nafas dalam dan batuk,Data Objektif
- Pasien terlihat butuh bantuan dari perawat untuk nafas dalam dan batuk
- Tinggi tubuh 175 cm, - Berat badan 70 kg, - Suhu 37, - Nadi 80/ menit, - Perafasan 16/ menit, - Tekanan darah
114/70. - Urine normal- Hemoglobin 12,2.
Ketidak efektifan pola nafas
Berhubungan dengan Penurunan pengembangan paru dan penumpukan secret paru.
Diagnose Keperawatan
1. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan tirah baring dan penurunan rentang gerak yang ditandai dengan :
Data Subjektif
- Pasien mengeluh bosan dengan perawatan Rumah Sakit karena rasa sakit pada ototnya
- Pasien mengeluh sering menolak bergerak sendiri
Data Objektif
- Pasien terlihat cukup depresi dan bosan ketika perawat sedang memberi perawatan27
- Patah pada paha kiri- Pasien bedrest sejak kecelakaan tersebut- Tinggi tubuh 175 cm, - Berat badan 70 kg, - Suhu 37, - Nadi 80/ menit, - Perafasan 16/ menit, - Tekanan darah 114/70. - Urine normal- Hemoglobin 12,2.
2. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan Penurunan pengembangan paru dan penumpukan secret paru yang ditandai dengan :
Data Subjektif
- Pasien mengatakan butuh bantuan dari perawat untuk nafas dalam dan batuk,
Data Objektif
- Pasien terlihat butuh bantuan dari perawat untuk nafas dalam dan batuk - Tinggi tubuh 175 cm, - Berat badan 70 kg, - Suhu 37, - Nadi 80/ menit, - Perafasan 16/ menit, - Tekanan darah 114/70. - Urine normal- Hemoglobin 12,2.
Rencana Keperawatan
No. Dx
Rencana Tindakan Rasional
2. - Kaji kondisi pasien - kesiapan klien sebelum dilakukan tindakan atau mempengaruhi kesiapan
28
pasien
-Lakukan keefektifan pola nafas - Memenuhi kebutuhan pengembangan paru dan pengurangan secret paru
1. - Tawarkan pemberian analgesic 30 menit sebelum latihan rentang gerak
- Aktifitas analgesic akan maksimal pada saat klien memulai latihan
- Ajarkan klien latihan rentang gerak spesifik pada otot
- Pendidik memberikan klien kesempatan dan pengetahuan untuk menjaga dan meningkatkan rentan gerak
- Beri jadwal latihan aktif diantara waktu makan dan mandi
- Beri fasilitas krek akibat patahnya paha kiri
- Hal ini akan mendukung frekuensi latihan pada patahnya paha kiri dan otot yang mengurangi resiko perkembangan kontraltur.
- Menambahkan aktifitas pasen
Implementasi
Tanggal dan
waktu
No. Dx
Tindakan Keperewatan
Hasil/respon pasien
Senin, 12 Juni 2012, pukul 08.00
2 - Mengkaji kondisi pasien- Beri nafas dalam dan
batuk efektif
- Pasien bedrest- Terpemenuhinya kebutuhan
pengembangan paru, pengurangan secret paru,dan klien mengatakan nyaman bernafas
Kamis, 15 Juni 2012, pukul 09.00
1 - pemberian analgesic 30 menit sebelum latihan rentang gerak
- Ajarkan klien latihan rentang gerak spesifik pada otot
- Beri jadwal latihan aktif diantara waktu makan dan mandi
- maksimalnya latihan Aktifitas analgesic klien
- terpenuhinya meningkatkan rentan gerak, dan kilen mengatakan sudah tidak malas lagi untuk menggerakan tubuhnya
- Terpenuhinya frekuensi latihan pada patahnya paha kiri dan otot yang mengurangi resiko
29
- Beri fasilitas krek akibat patahnya paha kiri
perkembangan kontraltur.- Terpenuhinya aktifitas pasen
Evaluasi
No. Dx
Catatan Perkembangan Paraf
2 S : klien mengatakan nyaman nafasnya O : Terpemenuhinya kebutuhan pengembangan paru, pengurangan secret paru dengan baikA : Penurunan pengembangan paru dan penumpukan secret paru tidak terjadi P : Rencana tindakan dihentikan
1 S : klien mengatakan sudah tidak malas lagi mengerakan tubuhnyaO: Pasien mendapatkan mobilisasi dan aktifitas analgesic dengan baikA: Kebutuhan nutrisi mobilisasi dan aktifitas analgesic terpenuhiP: Rencana tindakan dihentikan dan diatur penjadwalnya
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
30
Fisiologi Pergerakan
Koordinasi gerakan tubuh merupakan fungsi yang terintegrasi dari sistem skeletal,
otot skelet, dan sistem saraf. Karena ketiga sistem ini berhubungan erat dengan
mekanisme pendukung tubuh, sistem ini dapat dianggap sebagai satu unit fungsional.
Mobilitas dan Ambulasi
Ambulasi merupakan upaya seseorang untuk mc;lakukan latihan jalan
atau berpindah tempat. Mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk mc;menuhi