BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pemenuhan aktifitas
perawat terlebih dahulu harus mempelajari konsep konsep tentang
mobilisasi. Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak
bebas merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus
terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar
(termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas
rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma),
mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan
tangan non verbal. Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem
neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament,
tendon, kartilago, dan saraf. otot yang seimbang.1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. apa yang dimaksud dengan mobilisasi?
2. Apa tujuan dari mobilisasi?
3. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi mobilisasi?
4. Sebutkan macam macam mobilisasi?
5. Apa saja Tanda-tanda terjadinya tolerasi aktifitas?
6. Apa saja masalah fisik yang terjadi akibat kurangnya
mobilitas (Immobilisasi)?
7. Jelaskan upaya pencegahan masalah yang timbul akibat
kurangnya mobilisasi?
8. Sebutkan Macam-macam posisi klien di tempat tidur?9. Apa saja
struktur musculoskeletal yang mempengaruhi mobilisasi?10. Apa
faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi?11. Bagaimana mekanisme
tubuh dalam fisiologi pergerakan?12. Bagaimana konsep dasar
imobilitas dan resikonya pada klien?13. Bagaimana askep pada klien
ganguan imobilitas?14. Prosedur mobilisasi?1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengerti dan memahami tetang mobilisasi
2. Dapat memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pemenuhan
aktifitas perawat.
1.4 Manfaat penulisan
Makalah ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat dalam hal
asuhan keperawatan dalam pemenuhan aktifitas perawat, dan semoga
dapat berguna dalam proses perkuliahan
BAB II
PEMBAHASAN2.1 Pengertian Mobilisasi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan,
memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan
untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).Mobilisasi menyebabkan perbaikan
sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi
gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai
bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.2.2 Tujuan dari
Mobilisasi1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia2. Mencegah terjadinya
trauma3. Mempertahankan tingkat kesehatan4. Mempertahankan
interaksi sosial dan peran sehari hari5. Mencgah hilangnya
kemampuan fungsi tubuh.b.Rentang Gerak dalam mobilisasiDalam
mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :1. Rentang gerak
pasifRentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan
otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara
pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.2.
Rentang gerak aktifHal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan
otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif
misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.3. Rentang gerak
fungsionalBerguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan
melakukan aktifitas yang diperlukan (Carpenito, 2000)Cara mengkaji
:
Buatlah tiap sendi mencapai rentang gerak normal penuh ( seperti
pada tabel 2 ). Pada kondisi normal sendi harus bebas dari
kekakuan, ketidakstabilan, pembengkakan, atau inflamasi. Bandingkan
sendi yang sama pada kedua sisi tubuh terhadap keselarasan. Uji
kedua rentang gerak aktif dan pasif untuk masing-masing kelompok
sendi otot mayor yang berhubungan. Jangan paksa sendi bergerak ke
posisi yang menyakitkan. Beri klien cukup ruang untuk menggerakkan
masing-masing kelompok otot sesuai rentang geraknya. Selama
pengkajian terhadap rentang gerak, kekuatan dan tegangan otot ,
inspeksi juga memgenai adanya pembengkakan, deformitas, dan kondisi
dari jaringan sekitar, palpasi atau observasi terjadinya kekakuan,
ketidakstabilan, gerakan sendi yang tidak biasanya, sakit, nyeri,
krepitasi dan nodul-nodul. Bila sendi tampak bengkak dan inflamasi,
palpasilah kehangatannya. Selama pengukuran rentang gerak pasif,
minta klien agar rilek dan memungkinkan pemeriksa menggerakkan
sendi secara pasif sampai akhir rentang gerak terasa. Pemeriksa
membandingkan rentang gerak aktif dan pasif yang harus setara untuk
masing-masing sendi dan diantara sendi-sendi kontralateral. Dalam
keadaan normal dapat bergerak bebas tanpa sakit atau krepitasi.
Bila diduga terjadi penurunan gerakan sendi, gunakan sebuah
goniometer untuk pengukuran yang tepat mengenai derajat gerakan.
(Caranya tempatkan goniometer pada tengah siku dengan lengan
melebar disepanjang lengan bawah dan lengan atas klien. Setelah
klien memfleksikan lengan, goniometer akan mengukur derajat fleksi
sendi). Ukur sudut sendi sebelum rentang gerak sendi secara penuh
atau pada posisi netral dan ukur kembali setelah sendi bergerak
penuh. Bandingkan hasilnya dengan derajat normal gerakan sendi.
Tonus dan kekuatan otot dapat diperiksa selama pengukuran rentang
gerak sendi. Tonus dideteksi sebagai tahanan otot saat ekstremitas
rilek secara pasif digerakkan melalui rentang geraknya. Tonus otot
normal menyebabkan tahanan ringan dan data terhadap gerakan pasif
selamanya rentang geraknya. Periksa tiap kelompok otot untuk
mengkaji kekuatan otot dan membandingkan pada kedua sisi tubuh.
Caranya minta klien membentuk suatu posisi stabil. Minta klien
untuk memfleksikan otot yang akan diperiksa dan kemudian menahan
tenaga dorong yang dilakukan pemeriksa terhadap fleksinya . Periksa
seluruh kelompok otot mayor. Bandingkan kekuatan secara bilateral,
dalam keadaan normal kekuatan otot secara bilateral simetris
terhadap tahanan tenaga dorong, lengan dominan mungkin sedikit
lebih kuat dari lengan yang tidak dominan. Bersamaan dengan tiap
manuver : minta klien membentuk suatu posisi kuatnya. Berikan
peningkatan tenaga dorong secara bertahap terhadap kelompok otot.
Klien menahan dorongan dengan usaha untuk menggerakkan sendinya
berlawanan dengan dorongan tersebut. Klien menjaga tahanan tersebut
agar tetap ada sampai diminta untuk menghentikannya. Sendi
seharusnya bergerak saat pemeriksa memberi variasi kekuatan tenaga
dorong terhadap kelompok otot tersebut. Bila kelemahan otot
terjadi, periksa ukuran otot dengan menempatkan pita pengukur di
sekitar lingkar otot tubuh tersebut dan membandingkannya dengan
sisi yang berlawanan.2.3 macam-macam mobilisasi
Macam-macam mobilisasi antara lain :
Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh ini menunjukkan syaraf motorik dan sensorik
mampu mengontrol seluruh area tubuh. Mobilisasi penuh mempunyai
banyak keuntungan bagi kesehatan, baik fisiologis maupun psikologis
bagi pasien untuk memenuhi kebutuhan dan kesehatan secara bebas,
mempertahankan interaksi sosial dan peran dalam kehidupan sehari
hari. Mobilisasi sebagian
Pasien yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya mempunyai
gangguan syaraf sensorikmaupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi
sebagian dapat dibedakan menjadi:
Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada
sistim muskuloskeletal seperti dislokasi sendi dan tulan
Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistim
syaraf yang reversibel
2.4 Mekanisme Tubuh Dalam Fisiologi Pergerakan
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak
yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks.Untuk terjadi gerak
refleks, maka dibutuhkan struktur sebagai berikut : organ sensorik
(yang menerima impuls), serabut saraf sensorik (yang menghantarkan
impuls), sumsum tulang belakang (serabut-serabut saraf penghubung
menghantarkan impuls), sel saraf motorik (menerima dan mengalihkan
impuls), dan organ motorik (yang melaksanakan gerakan). Gerak
refleks merupakan bagian dari mekanika pertahanan tubuh yang
terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata
pada saat terkena debu, menarik kembali tangan dari benda panas
menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat
dihambat oleh kemauan sadar ; misalnya, bukan saja tidak menarik
tangan dari benda panas, bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan
panas. (Evelyn Pearce, 2009 : 292)
Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi
secara tiba-tiba diluar kesadaran kita. Refleks fleksor, penarikan
kembali tangan secara refleks dari rangsangan yang berbahaya
merupakan suatu reaksi perlindungan. Refleks ekstensor (polisinaps)
rangsangan dari reseptor perifer yang mulai dari refleksi pada
anggota badan dan juga berkaitan dengan ekstensi anggota badan.
Gerakan refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh
dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar misalnya menutup mata
pada saat terkena debu
Untuk terjadinya gerakan refleks maka dibutuhkan struktur
sebagai berikut, organ sensorik yang menerima impuls misalnya
kulit. Serabut saraf sensorik yang menghantarkan impuls tersebut
menuju sel-sel ganglion radiks posterior dan selanjutnya serabut
sel-sel akan melanjutkan impuls danmenghantarkan impuls-impils
menuju substansi pada kornu posterior medula spinalis. Sel saraf
motorik menerka impuls dan menghantarkan impuls-impuls melalui
serabut motorik.
Refleks adalah respon yang tidak berubah terhadap perangsangan
yang terjadi diluar kehendak.Rangsangan ini merupakan reaksi
organisme terhadap perubahan lingkungan baik didalam maupun diluar
organisme yang melibatkan sistem saraf pusat dalam maupun
memberikan jembatan (respons) terdapat rangsangan.Dengan adanya
kegiatan refleks, tubuh mampu mengadakan reaksi yang cepat terhadap
berbagai perubahan diluar maupun didalam tubuh disertai adaptasi
terhadap perubahan tersebut.
Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut
lengkung refleks. Komponen-komponen yang dilalui refleks :
1. Reseptor rangsangan sensorik yang peka terhadap suatu
rangsangan misalnya kulit
2. Neuron aferen (sensoris) yang dapat menghantarkan impuls
menuju kesusunan saraf pusat (medula spinalis-batang otak)
3. Pusat saraf (pusat sinaps) tempat integrasi masuknya sensorik
dan dianalisis kembali ke neuron eferen
4. Neuron eferen (motorik) menghantarkan impuls ke perifer
5. Alat efektor merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili
oleh suatu serat otot atau kelenjar.
Walaupun otak dan sum-sum tulang belakang mempunyai materi sama
tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak
dibagian luar atau kulitnya dan dibagian putih terletak ditengah.
Pada sum-sum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu
berbentuk kupu-kupu,sedangkan pada bagian-bagian korteks juga dapat
berupa materi putih.
Unit dasar setiap kegiatan reflex terpadu adalah lengkung
reflex. Lengkung reflex ini terdiri dari alat indra, serat saraf
aferen, satu atau lebih sinaps yang terdapat di susunan saraf pusat
atau di ganglion simpatis, serat saraf eferen, dan efektor. Serat
neuron aferen masuk susunan saraf pusat melalui radiks dorsalis
medulla spinalis atau melalui nervus kranialis, sedangkan badan
selnya akan terdapat di ganglion-ganglion homolog nervi kranialis
atau melalui nervus cranial yang sesuai. Kenyataan radiks dorsalis
medulla spinalis bersifat sensorik dan radiks ventralis bersifat
motorik dikenal sebagai hokum Bell- Magendie.
Lengkung reflex. Paling sederhana adalah lengkung reflex yang
mempunyai satu sinaps anatara neuron aferen dan eferen. Lengkung
reflex semacam itu dinamakan monosinaptik, dan reflex yang terjadi
disebut reflex monosinaptik. Lengkung reflex yang mempunyai lebih
dari satu interneuron antara neuron afern dan eferen dinamakan
polisanptik dan jumlah sinapsnya antara 2 sampai beberapa ratus.
Pada kedua jenis lengkung reflex, terutama pada lengkung reflex
polisinaptik. Kegiatan refleksnya dapat dimodifikasi oleh adanya
fasilitas spasial dan temporal, oklusi, efek penggiatan bawah
ambang (subliminal fringe), dan oleh berbagai efek lain. (Laurale
Sherwood, 2006)
Neuron aferen secara langsung bersinaps dengan neuron motorik
alfa yang mempersarafi serat-serat ekstrafusal otot yang sama,
sehingga terjadi kontraksi otot itu. Refleks regang (stretch
reflex) ini berfungsi sebagai mekanisme umpan balik negative untuk
menahan setiap perubahan pasif panjang otot, sehingga panjang
optimal dapat dipertahankan.
Contoh klasik reflex regang adalah reflex tendon patella atau
knee-jerk reflex. Otot- otot ekstenson lutut adalah kuadriseps
femoris, yang membentuk anterior paha dan melekat ke tibia (tulang
kering) tepat di bawah lutut melalui tendon patella. Reflex regang
yang terjadi menimbulkan kontraksi otot ekstensor ini, sehingga
lutut mengalami ekstensi dan mengangkat tungkai bawah dengan cara
yang khas. Reflex patella yang normal mengindikasikan dokter bahwa
sejumlah komponen saraf dan otot-gelendong otot, masukan aferen,
neuron motorik, keluaran eferen taut neuromuskulus, dan otot itu
sendiri-berfungsi normal. Reflex ini juga mengindikasikan adanya
keseimbangan antara masukan eksitorik dan inhibitorik ke neuron
motorik dari pusat-pusat yang lebih tinggi di otak.Tujuan utama
reflex regang adalah menahan kecenderungan peregangan pasif
otot-otot ekstensor yang ditimbulkan oleh gaya gravitasi ketika
seseorang berdiri tegak. (William F. Ganong, 2008)Stretch dinamis
dan statis Stretch Reflex. Itu refleks regangan dapat dibagi
menjadi dua komponen: refleks peregangan dinamis dan reflex
regangan statis. Dinamis adalah menimbulkan refleks regangan oleh
menimbulkan sinyal dinamis ditularkan dari indra utama akhiran dari
spindle otot, yang disebabkan oleh peregangan cepat atau unstretch.
Artinya, ketika tiba-tiba otot diregangkan atau teregang, sinyal
kuat ditularkan ke sumsum tulang belakang; ini seketika kuat
menyebabkan refleks kontraksi (atau penurunan kontraksi) dari otot
yang sama dari sinyal yang berasal. Jadi, fungsi refleks untuk
menentang perubahan mendadak pada otot panjang.Refleks regangan
yang dinamis berakhir dalam fraksi detik setelah otot telah
menggeliat (atau awalnya) untuk panjang baru, tetapi kemudian yang
lebih lemah statis refleks regangan terus untuk waktu yang lama
setelahnya.Refleks ini diperoleh oleh statis terus-menerus sinyal
reseptor ditularkan oleh kedua primer dan endings.The sekunder
pentingnya peregangan statis refleks adalah bahwa hal itu
menyebabkan tingkat kontraksi otot tetap cukup konstan, kecuali
jika sistem saraf seseorang secara spesifik kehendak
sebaliknya.(Guyton dan Hall, 2006)
Peregangan otot secara tiba-tiba merangsang muscule spindle dan
sebaliknya ini menyebabkan refleks kontraksi dari otot yang sama.
Karena alasan yang jelas, refleks yang sering disebut suatu refleks
regang mempunyai suatu konponen dinamik dan suatu komponen statik.
Refleks regang dinamik disebabkan oleh isyarat dinamik yang kuat
dari muscle spindle. Refleks regang static dibangkitkan oleh
isyarat kontinu reseptor static yang dihantarkan melalui ujung
primer dan sekunder muscle spindle. Refleks regang negatif, bila
suatu otot tiba-tiba diperpendek, terjadi efek yang berlawanan.
Refleks ini menentang pemendekan otot tersebut dengan cara yang
sama seperti refleks regang positif yang menentang pemanjangan
otot. (Athur C. Guyton, 2008 : 457)
Refleks cahaya pada pupil adalah refleks yang mengontrol
diameter pupil, sebagai tanggapan terhadap intensitas (pencahayaan)
cahaya yang jatuh pada retina mata.Refleks kornea, juga dikenal
sebagai refleks berkedip, adalah tanpa sadar kelopak mata berkedip
dari yang diperoleh oleh stimulasi (seperti menyentuh atau benda
asing) dari kornea, atau cahaya terang, meskipun bisa akibat dari
rangsangan perifer.Harus membangkitkan rangsangan baik secara
langsung dan respons konsensual (tanggapan dari mata sebaliknya).
Refleks mengkonsumsi pesat sebesar 0,1 detik. Pemeriksaan refleks
kornea merupakan bagian dari beberapa neurologis ujian, khususnya
ketika mengevaluasi koma.Kerusakan pada cabang oftalmik (V1) dari
saraf kranial ke-5 hasil di absen refleks kornea ketika mata
terkena dirangsang.Refleks biseps tes refleks yang mempelajari
fungsi dari refleks C5 busur dan untuk mengurangi refleks C6
derajat busur.Tes ini dilakukan dengan menggunakan sebuah tendon
palu untuk dengan cepat menekan tendon biceps brachii saat melewati
kubiti fosa. Refleks kulit perut
Orang coba berbaring telentang dengan kedua lengan terletak
lurus di samping badan. Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral
kearah umbilicus. Respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding
perut. Refleks kornea
Sediakanlah kapas yang digulung menjadi bentuk silinder halus.
Orang coba menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat
ke salah satu sisi tanpa menggerakkan kepala. Sentuhlah dengan
hati-hati sisi kontralateral kornea dengan kapas.Respon berupa
kedipan mata secara cepat.
Refleks cahaya
Cahaya senter dijatuhkan pada pupil salah satu mata orang
coba.Respons berupa konstriksi pupil holoateral dan kontralateral.
Ulangi percobaan pada mata lain.
Refleks Periost Radialis
Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan
tangan sedikit dipronasikan.Ketuklah periosteum pada ujung distal
os radii.Respons berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi
tangan.
Refleks Periost Ulnaris
Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan
tangan antara pronasi dan supinasi.Ketuklah pada periost prosessus
stiloideus.Respons berupa pronasi tangan.
Stretch Reflex (Muscle Spindle Reflex=Myotatic Reflex)
1) Knee Pess Reflex (KPR)
Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua
tungkai akan tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang
dengan fleksi tungkai pada sendi lutut. Ketuklah tendo patella
dengan Hammer sehingga terjadi ekstensi tungkai disertai kontraksi
otot kuadrisips.
2) Achilles Pess Reflex (ACR)
Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki
didorsofleksikan.Ketuklah pada tendo Achilles, sehingga terjadi
plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastronemius.
3) Refleks biseps
Lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah
pada tendo otot biseps yang akan menyebabkan fleksi lengan pada
siku dan tampak kontraksi otot biseps.4) Refleks triseps
Lengan bawah difleksikan pada sendi siku dan sedikit
dipronasikan. Ketuklah pada tendo otot triseps 5 cm di atas siku
akan menyebabkan ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps.5)
Withdrawl Reflex
Lengan orang coba diletakkan di atas meja dalam keadaa
ekstensi.Tunggulah pada saat orang coba tidak melihat saudara,
tusuklah dengan hati-hati dan cepat kulit lengan dengan jarum
suntik steril, sehalus mungkin agar tidak melukai orang coba.
Respons berupa fleksi lengan tersebut menjauhi stimulus.
Yang Perlu Diperhatikan:1. Relaksasi sempurna: orang coba harus
relaks dengan posisi seenaknya. Bagian (anggota gerak) yang akan
diperiksa harus terletak sepasif mungkin (lemas) tanpa ada usaha
orang coba untuk mempertahankan posisinya.
2. Harus ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa.
Ini dapat dicapai bila posisi dan letak anggota gerak orang coba
diatur dengan baik.
3. Pemeriksa mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada sendi
tangan dengan kekuatan yang sama, yang dapat menimbulkan regangan
yang cukup.
Refleks fisiologis1. Pada pemeriksaan refleks kulit perut orang
coba tidak mengalami reaksi,ketika daerah abdomen di gores. Hal ini
disebabkan adanya kelainan pada daerah abdomen.Kulit di daerah
abdomen dari lateral ke arah umbilikus digores dan respon yang
terjadi berupa kontraksi otot dinding perut. Namun pada orang
lanjut usia dan sering hamil, tidak terjadi lagi kontraksi otot
dinding perut karena tonus otot perutnya sudah kendor.
2. Pada refleks kornea atau refleks mengedip, orang coba
menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat salah satu
sisi tanpa menggerakkan kepala. Kemudian sisi kontralateral kornea
orang coba disentuh dengan kapas yang telah digulung membentuk
silinder halus.Respon berupa kedipan mata secara cepat.Sentuhan
pada sisi kornea dengan kapa yang berbentuk silinder halus akan
mengakibatkan kontraksi secara spontan pada bola. Hal ini
disebabkan mata termasuk organ tubuh yang sangat sensitif terhadap
benda-benda asing
3. Pada percobaan tentang refleks cahaya akan dilihat bagaimana
respon pupil mata ketika cahaya senter dijatuhkan pada pupil.
Ternyata repon yang terjadi berupa kontriksi pupil homolateral dan
kontralateral. Jalannya impuls cahaya sampai terjadi kontriksi
pupil adalah berasal dari pupil kemudian stimulus diterima oleh
N.Opticus, lalu masuk ke mesencephalon, dan kemudian melanjutkan ke
N .Oculomotoris dan sampai ke spingter pupil.Refleks cahay ini juga
disebut refleks pupil.Pada percobaan refleks cahaya, pupil mata
mengalami pengecilan.Cahaya yang berlebihan yang masuk kedalam mata
membuat pupil mata menjadi kecil.
4. Pada percobaan refleks periost radialis, lengan bawah orang
coba difleksikan pada sendi tangan dan sedikit dipronasikan
kemudian dilakukan pengetukan periosteum pada ujung distal os
radii.Pada percobaan refleks periost radialis terjadi gerakan
fleksi.Hal ini menandakan tangan orang coba normal karena respons
ketika diketuk. Jalannya impuls pada refleks periost radialis yaitu
dari processus styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian
melanjutkan ke N. cranialis 6 sampai Thoracalis 1 lalu masuk ke n.
ulnaris lalu akan menggerakkan m. fleksor ulnaris. Respon yang
terjadi berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi
tangan.
5. Pada percobaan refleks perost ulnaris terjadi supunasi dan
ini menundakan bahwa tangan orang coba normal. Pada percobaan
refleks stretuch pada kpr terjadi ekstensi yang disertai kontraksi
otot kuadriseps, APR terjadi plantar fleksi dan kontraksi otot
gastroknimius, untuk biseps terjadi fleksi lengan dan kontraksi
otot biseps dan refleks triseps dan withdrawl refleks mengalami
fleksi dan ekstensi pada lengan.Respon dari refleks periost ulnaris
berupa pronasi tangan. Jalannya impuls saraf berasal dari processus
styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian melanjutkan ke N.
cranialis 5-6 lalu masuk ke n. radialis lalu akan menggerakkan m.
brachioradialis.
Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh diregangkan
akan timbul kontraksi. Respon ini disebut refleks regang.
Rangsangannya adalah regangan pada otot, dan responnya berupa
kontraksi otot yang diregangkan.Reseptornya adalah kumparan otot
(muscel spindle).Yang termasuk muscle spindle reflex (stretcj
reflex) yaitu Knee Pess Reflex (KPR), Achilles Pess Reflex (APR),
Refleks Biseps, Refleks Triceps, dan Withdrawl refleks.Pada Knee
Pess Reflex (KPR), tendo patella diketuk dengan palu dan respon
yang terjadi berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot
kuadriseps. Pada Achilles Pess Refleks (APR), tungkai difleksikan
pada sendi lutu dan kaki didorsofleksikan.Respon yang terjadi
ketika tendo Achilles diketuk berupa fleksi dari kaki dan kontraksi
otot gastroknemius.Ketika dilakukan ketukan pada tendo otot biseps
terjadi respon berupa fleksi lengan pada siku dan
supinasi.Sedangkan jika tendo otot triseps diketuk, maka respon
yang terjadi berupa ekstensi lengan dan supinasi.Untuk mengetahui
fungsi nervus, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan, misalnya untuk
memeriksa nervus IX (nervus glossopharingeus) dapat dilihat pada
saat spatula dimasukkan ke dalam mulut, maka akan timbul refleks
muntah, sedangkan nervus XII dapat dilakukan pemeriksaan pada
lidah, dan beberapa nervus dapat diperiksa dengan malihat gerakan
bola mata. Nervus penggerak mata antara nervus IV, abduscens, dan
oculomotoris.Nervus XI (nervus accesoris) dapat diuji dengan
menekan pundak orang coba, jika ada pertahanan, artinya
normal.Respon motorik kasar melibatkan seluruh koordinasi sistem
saraf.Respon ini dapat dilihat saat orang diminta menunjuk anggota
secara bergantian. Orang normal akan menunjuk dengan tepat,
sebaliknya orang yang koordinasi sistem sarafnya tidak normal maka
dia tidak akan menunjuk dengan tepat.2.5 Struktur System
Musculoskeletal yang Mempengaruhi Mobilisasi
Gerakan tulang dan tulang sendi merupakan proses aktif yang
harus terintegrasi secara hati-hati untuk mencapai koordinasi. Ada
2 tipe kontraksi otot isotonik dan isometrik.Pada kontraksi
isotonik : peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek.
Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja
otot tetapi tidak ada pemendekan.-Otot yang Penting dalam
PergerakanOtot yang penting dalam pergerakan melekat di region
skelet tempat pergerakan itu ditimbulkan oleh pengungkitan.
Pengungkitan terjadi ketika tulang tertentu seperti humelus, ulna
dan radius serta sendi yang berhunbungan seperti sendi siku bekerja
sama sebagai pengungkit. Selanjutnya kekuatan yang bekerja pada
ujung tulang mengangkat berat pada itik yang lain untuk memutar
tulang pada arah yang berlawanan dengan gaya yang diberikan. Oto
yang melekat dengan tulang pengungkit memberikan kekuatan yang
penting untuk menggerakan objek.Gerakan mengungkit adalah
karakteristik dari pergerakan ekstimitas atas. Otot lengan sejajar
satudengan yang lainnya dan memanjang kan tulang secara maksimal.
Otot sejajar ini memberikan kekuatan dan bekerja dengan tulang dan
sendi untuk memampukan lengan mengangkat objek.a) Otot Yang Penting
Dalam Membentuk Poatur/ Kesejajaran TubuhOtot terutama berfungsi
memepertahankan postur, bebentuk pendek dan menyerupai kulit karena
membungkus tendon dengan arah miring berkumpul secara tidak
langsung pada tendon. Otot ekstremitas bawah, tubuh, leher dan
punggug yang terutama berfungsi membentuk postur tubuh (posisi
tubuh dalam kaitanya dengan ruang sekitar) kelompok otot itu
bekerja sama untuk menstabilkan dan menopang berat badan saat
berdiri atau duduk dan memungkinkan individu tersebut umtuk
mempertahankan postur duduk atau berdiri.b) Pengaturan postur dan
gerakan otot
Postur dan penggerakan dapan mencerminkan kepribadian dan
suasana hati seseorang. Postur dan pergerakan juga tergantung pada
ukuran skelet dan perkembangan otot skelet. Koordinasi dan
pengaturan kelompok otot yang ber5beda tergantung pada tonus otot
dan aktifitas dari otot antagonistik, sinergistik dan
antigravitas.
Tonus Otot tonus otot atau tonus adalah suatu keadaan normal
dari tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dicapai dengan
kontrkasi dan relaksasi secra bergantian tanpa gerakan aktif, serat
dan kelompok otot tertentu Tonus otot memungkinkan bagian tubuh
mempertahankan posisi fungsional tanpa kelemahan otot. Tonus otot
juga mendukung kembalinya aliran darah vena ke jantung seperti yang
terjadi pada otot kaki. Tonus otot dipertahankan melalui penggunaan
otot yang terus menerus. Aktifitas sehari-hari membutuhkan kerja
otot dan membantu mempertahankan tonus otot akibatnya dari
imobilisasi atau tirah baring menyebabkan aktivitas dan tonus otot
berkurang.
Kelompok otot. Kelompok otot antogonistik, sinergistik, dan
antigravitas dikoordinasi oleh sistem saraf, dan bekerja sama untuk
mempertahankan postur dan memulai pergerakan.
1. Otot sinergistik berkontraksi bersama untuk menyempurnakan
gerakan yang sama. Ketika lengan fleksi, kekuatan otot kontraksi
dari otot bisep brakhialis ditingkatkan oleh otot sinergik, yaitu
brakhialis. Selanjutnya aktifitas otot sinergistik terdapat dua
penggerakan aktif yaitu bisep brakhialis dan brakhialis
berkontraksi sementara otot antogonistik yaitu otot trisep
brakialis berelaksasi.
2. Otot antagonistik bekerja sama untuk menggerakan sendi.
Selama pergerakan, otot penggerak aktif berkontraksi dan otot
antagonisnya relaksasi. Misalnya ketika lengan fleksi maka otot
bisep brakhialis aktif berkontraksi dan otot antagonisnya, trisep
brakhialis relaksasi. Selama lengan diekstensikan maka otot trisep
brakhialis aktif berkontraksi sehingga lawannya yaitu otot bisep
brakhialis relaksasi.
3. Otot antigravitas sangat berpengaruh pada stabilisasi sendi.
Otot secara terus menerus melawan efek gravitasi tubuh dan
mempertahankan postur tegak atau duduk. Pada orang dewasaotot anti
grafitasi adalah otot ekstensor kaki, gluetus maksimus, quadrisep
femoris, otot soleus dan otot punggung .
2.6 Faktor faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi
Faktor yang mempengaruhi mobilisasi antara lain:
a. Gaya HidupGaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat
pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di
ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian
halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan
senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya;
seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang
pramugari atau seorang pemambuk.b. Proses penyakit dan injuriAdanya
penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi
mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan
untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru
menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk
bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat
tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat
kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskulerc.
KebudayaanKebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam
melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan
kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak kota yang
biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan
berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan
sebagainya.d. Tingkat energySetiap orang mobilisasi jelas
memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda
mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan
seorang pelari.e. Usia dan status perkembanganSeorang anak akan
berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan seorang
remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan
berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang
sering sakit.2.7. Upaya mencegahkan terjadinya masalah akibat
kurangnya mobilisasi antara lain :1. Perbaikan status gisi2.
Memperbaiki kemampuan monilisasi3. Melaksanakan latihan pasif dan
aktif4. Mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan bady
aligmen (Struktur tubuh).5. Melakukan perubahan posisi tubuh secara
periodik (mobilisasi untuk menghindari terjadinya dekubitus /
pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh.2.8.
Macam macam posisi klien di tempat tidur1. Posisi fowler (setengah
duduk)2. Posisi litotomi3. Posisi dorsal recumbent4. Posisi
supinasi (terlentang)5. Posisi pronasi (tengkurap)6. Posisi lateral
(miring)7. Posisi sim8. Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah
dari kaki)BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN MOBILISASI3.1 Pengkajian mobilisasi1. Kaji
rentang gerak klien2. Kaji gaya berjalan klien3. Kaji kondisi klien
preaktifitas meliputi : Status CV dan pernapasan Gangguan fisik
contoh : penyakit, pembedahan, Hb, Ht, kesimbangan cairan dan
elektrolit TTV Kenyamanan misalkan nyrei Usia, BB daan jenis
kelamin Terakhir makan /minum obat status emosional dan motivasi
Tingkat aktifitas sebelum sakit Kaji toleransi pasien terhadap
aktifitas, meliputi : Kecepatan dan kekuatan nadi Tekanan darah3.2
Diagnosa Yang Mungkin Muncul1. Intoleransi aktifitas b.d
kesejajaran tubuh yang buruk, penurunan imobilisasi2. Resiko cidera
b.d ketidaktepatan mekanika tubuh, ketidaktepatan posisi3. Hambatan
mobilitas fisik b.d pergerakan rentang gerak, tirah baring4.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan keterbatasan
mobilisasi, tekanan permukaan kulit5. Perencanaan dan Intervensi
Untuk Mobilitas6. Membantu pasien berjalan7. Berikan latihan fleksi
dan ekstensi tulang panggul, ekstensi lutut fleksi dan ekstensi
pergelangan kaki, pengencangan otot perut, pantat dan paha8.
Identifikasi latihan dan aktifitas yang tepat untuk klien9. Lakukan
program latihan yang terencana bersama klien10. Kaji sistem
muskuloskeletal11. Inspeksi : eritema, atrofi otot, kontarktur
sendi ; palpasi peningkatan diameter betis/paha, kontraktur
sendi12. Kaji sistem integumen13. Inspeksi adanya kerusakan
integritas kulit dan higienisnya14. Kaji sistem eliminasi15.
Inspeksi saluran urin : warna, jumlah dan penurunan frekuensi BAK ;
inspeksi frekuensi dan kontraksi feses, palpasi : distensi kandung
kemih16. Evaluasi klien dengan gangguan mobilitas17. Posisi tubuh
tegap waktu sewaktu berjalan18. Dapat berjalan tanpa bantuan dari
tempat ke ruang perawat 3 kali sehari19. Tidaka mengalami
kontraktur20. Tidak terjadi atrofi otot21. Tidak ada rasa nyeri
ataupun kaku pada( persediaan22. Melakukan latihan rentang gerkan
tanpa bantuan 2 kali sehari3.3 Prosedur mobilisasi
1. Lakukan persiapan2. Cuci tangan sebelum tindakan
dilakukan.
3. Tempatkan pasien pada posisi telentang.
4. Singkirkan bantal dari tempat tidur.
5. Perawat menghadap ke tempat tidur.
6. Tempatkan kaki meregang dengan satu kaki lebih mendekat ke
tempat tidur dibanding kaki yang lain.
7. Tempatkan tangan yang lebih dekat ke pasien di bawah bahu,
yang menyokong kepala dan tulang belakang.
8. Tempatkan tangan yang lain di permukaan tempat tidur9. Angkat
klien ke posisi duduk dengan memindahkan berat badan anda dari kaki
depan ke kaki belakang
10. Dorong dengan arah berlawanan tempat tidur dengan
menggunakan lengan yang di permukaan tempat tidur
11. Turunkan tempat tidur
12. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan dan
titik potensi tekanan
13. Catat prosedur termasuk : posisi yang ditetapkan, kondisi
kulit, gerakan sendi, kemampuan pasien membantu bergerak dan
kenyamanan pasien
14. Cuci tanganBAB IVPENUTUP
4.1 KESIMPULANMobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk
bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk
meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya
penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan
perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali
fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan
tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 24 jam.
Imobilisasi merupakan gangguan imobilisasi fisik . (NANDA)
Sebagai suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko
mengalami keterbatasan gerak fisik (Kim et al, 1995)
Faktor yang mempengaruhi mobilisasi :
a) Gaya Hidup
b) Proses penyakit dan injuri
c) Kebudayaan
d) Tingkat energy
e) Usia dan status perkembanganDAFTAR PUSTAKAPotter, P.A, Perry,
A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata
Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.2005
Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin
Asih, dkk. Jakarta : EGC.2005
Informasi Diabetes Mellitus/ Kencing Manis / Penyakit Gula Darah
- Pengertian, Definisi, Pencegahan, Perawatan, Petunjuk,
dll.Diakses tanggal 13 September 2009 pukul 11.05 WIB, available
at.
http://74.125.153.132/search?q=cache:HhMS_6kOlzwJ:organisasi.org/
Peter, Christoph, Oranna, Christel.Acute Psychological Stress
Affects Glucose Concentration In Patients With Type 1 Diabetes
Following Food Intake But Not In The Fasting State. Diabetes
Care.Volume 28. Iss 8. Pg 1910, 6 pgs.Diakses tanggal 5 Desember
2009 pukul 13.40 WIB, available at http://proquest.umi.com/
Ketheleen Haerth Belland RN. BSN, Mary and Wells RN Msed,
1986,Chlinical NursingProsedurs,California Jones and Bardlett
Publishers Inc.Diana Hestings. RGN RCNT. 1986,
The Machmillan Guide to home Nursing London,Machmillan London
LTD. Ahli bahasa : Prilian Pranajaya, 1980 editor lilian juwono
Jakarta,Arcan.Barbara Koezeir, Glenora Erb, 1983,
Fundamental of Nursing, california AddisonWeslypublishing
Division.Barbara Koezeir, Glenora Erb, Oliveri, 1988,20