BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas (api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi). Fungsi dari kulit sendiri adalah untuk mencegah kehilangan cairan sehingga tidak terjadi syok hipovolemik, mencegah infeksi supaya tidak timbul sepsis, dan sebagai pelindung atau pembungkus elastis dari sendi supaya tidak terjadi kekakuan sendi atau kontraktur. Jika kulit kita terluka atau rusak akan mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit serta mengganggu pernapasan. Derajat luka bakar ada tiga yaitu, derajat I (epidermis rusak), derajat II (epidermis dan sebagian dermis luka), dan derajat III (epidermis sampai dengan dermis, bahkan syaraf bisa mati sehingga penderita tidak merasakan nyeri). Luka bakar juga menyebabkan syok hipovolemik, dimana kebutuhan oksigen kurang dari suplai oksigen yang ada. Akibatnya sel atau jaringan akan kekurangan oksigen yang akhirnya menyebabkan iskemik. Selain itu syok hipovolemik tersebut menyebabkan tubuh kehilangan cairan. Pada luka bakar cairan tubuh yang 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak
dengan sumber panas (api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi). Fungsi
dari kulit sendiri adalah untuk mencegah kehilangan cairan sehingga tidak
terjadi syok hipovolemik, mencegah infeksi supaya tidak timbul sepsis, dan
sebagai pelindung atau pembungkus elastis dari sendi supaya tidak terjadi
kekakuan sendi atau kontraktur. Jika kulit kita terluka atau rusak akan
mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit serta mengganggu
pernapasan.
Derajat luka bakar ada tiga yaitu, derajat I (epidermis rusak), derajat II
(epidermis dan sebagian dermis luka), dan derajat III (epidermis sampai
dengan dermis, bahkan syaraf bisa mati sehingga penderita tidak merasakan
nyeri). Luka bakar juga menyebabkan syok hipovolemik, dimana kebutuhan
oksigen kurang dari suplai oksigen yang ada. Akibatnya sel atau jaringan
akan kekurangan oksigen yang akhirnya menyebabkan iskemik. Selain itu
syok hipovolemik tersebut menyebabkan tubuh kehilangan cairan. Pada luka
bakar cairan tubuh yang hilang lebih dari 25 % dari volume cairan tubuh yang
ada.
Oleh sebab itu, perlu penanganan lebih lanjut agar penderita dengan luka
bakar tidak kehilangan cairan lebih banyak lagi. Salah satunya dengan
penggantian atau resusitasi cairan. Cairan yang biasa digunakan di klinik-
klinik rumah sakit adalah cairan RL (Ringer Laktat). Untuk mengetahui
jumlah cairan yang mengalir dalam darah dibutuhkan alat CVP (Central
Venous Pressure). Sebagai perawat, tentu harus menentukan asuhan
keperawatan yang tepat untuk kliennya sehingga rencana dan penanganan
yang diharapkan dapat berhasil.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi, etiologi, tingkatan dan pembagian luka bakar?
2. Bagaimana patofisiologi luka bakar?
3. Bagaimana luka bakar dapat mempengaruhi cairan tubuh?
4. Bagaimana tanda-tanda vital pada klien dengan luka bakar?
5. Apa CVP itu serta pengaruhnya pemasangan CVP pada klien luka bakar?
6. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien luka
bakar?
C. Tujuan Penulisan
1.Memahamidanmenjelaskan definisi, etiologi, tingkatan serta pembagian
luka bakar.
2.Memahami dan menjelaskan patofisiologi luka bakar.
3.Memahami dan menjelaskan pengaruh luka bakar terhadap cairan tubuh.
4.Mendeskripsikantanda-tanda vital pada klien luka bakar.
5.Memahami dan menjelaskan pemasangan CVP pada klien luka bakar.
6.Menjelaskan dan mengaitkan asuhan keperawatan pada klien dengan luka
bakar.
D. Metode Penulisan
Penyusunan makalah ini menggunakan studi pustaka dengan mencari
berbagai literatur dan pencarian data dari internet. Penyusun mencari literatur,
baik dari buku textbook maupun dari dunia maya, yang berkaitan dengan
pemicu dan sumbernya dapat dipercaya. Literatur tersebut kemudian
diinterpretasikan, dianalisis, dan dikembangkan dengan mengaitkan kasus.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dalam empat bab, yaitu bab satu berisi pendahuluan,
bab dua berisi isi pokok bahasan, bab tiga berisi pembahasan kasus, dan bab
empat berisi penutup. BAB I Pendahuluan berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika
2
penulisan.Pada BAB II diuraikan mengenai luka bakar.BAB III Pembahasan
berkaitan dengan kasus. BAB IV berisi kesimpulan dan saran.
3
BAB II
ISI
A. Definisi
Luka bakar sudah ada sejak pertama kali manusia menemukan api,
namun perawatan luka bakar dan penelitian patofisiologi pertama
mengenai luka bakar baru dimulai tahun 1900-an. Penelitian pada
sejumlah besar penderita luka bakar dimulai dalam tahun 1921, ketika
Underhill of Yale meneliti 20 korban kebakaran Teater Rialto di New
Haven, Connecticut. Tidak ada perubahan hemoglobin, hematokrit dan
tingkat klorida serum, ia menganalisis kandungan lepuhan dan
membuktikan adanya kehilangan protein. Pada 1942 Cope dan Moore
meneliti pengeluaran cairan dan protein pada sejumlah besar pasien
Kebakaran lain di Coconut Grove di Boston, Massachusets. Penelitian ini
dan penelitian lain menyebabkan Evan dapat menentukan rumus berat
untuk menghitung penggantian cairan pada penderita luka bakar.
Penelitian lebih lanjut di RS angkatan darat Brooke menghasilkan rumus
yang paling sering digunakan dewasa ini.
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan
jaringan disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang
sangat tinggi (misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi)
atau suhu yang sangat rendah (Moenadjat, 2009). Luka bakar disebut jugaa
“combustio”, berasal dari bahasa Yunani (Greek) artinya ignition, the
reduction of bodies into Calx by burning. It is either incineration or
vitrification.
Gambaran Klinis luka bakar menurut Corwin (2009):
1. Luka bakar derajat pertama superficial ditandai oleh kemerahan dan
nyeri. Dapat timbul lepuh setelah 24 jam dan kemudian kulit mungkin
terkelupas.
4
2. Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial superficial ditandai oleh
terjadinya lepuh (dalam beberapa menit) dan nyeri hebat.
3. Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial dalam ditandai oleh lepuh,
atau jaringan kering yang sangat tipis yang menutupi luka yang
kemudian terkelupas. Luka mungkin tidak nyeri.
4. Luka bakar derajat ketiga ketebalan penuh tampak datar, tipis, dan
kering. Dapat ditemukan koagulasi pembuluh darah. Kulit mungkin
tampak putih, merah, atau hitam dan kasar.
5. Luka bakar listrik mungkin mirip dengan luka bakar panas, atau
mungkin tampak sebagai daerah keperakan yang menjadi gembung.
Luka bakar listrik biasanya timbul di titik kontak listrik. Kerusakan
internal akibat luka bakar listrik mungkin jauh lebih parah daripada
luka yang tampak di bagian luar.
Besar masalah yang timbul sangat tergantung pada beratnya trauma
(severity of injury).Klasifikasi luka bakar dapat ditentukan berdasarkan
penyebab, kedalaman luka bakar, maupun luasnya luka bakar
1. Berdasarkan penyebab
Luka bakar karena api dan atau benda panas lainnya
luka bakar karena minyak panas
luka bakar karena air panas (scald)
luka bakar karena bahan kimia yang bersifat asam kuat atau basa
kuat (chemical burn)
luka bakar karena listrik dan petir (electric burn atau electrocution
dan lightning)
luka bakar karena radiasi
luka bakar karena ledakan (disebutkan penyebab ledakannya:
missal, ledakan bom, ledakan tabung gas)
trauma akibat suhu sangat rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan luka
a. Luka bakar derajat 1
Kerap diberi simbol 1o
5
Kerusakan jaringan terbatas pada bagian permukaan (superficial)
yaitu epidermis
perlekatan epidermis-dermis (dermal-epidermial junction) tetap
terpelihara baik
kulit kering, hiperemik memberikan efloresensi berupa eritema
nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
penyembuhan (regenerasi epitel) terjadi secra spontan dalam waktu
5-7 hari
contoh: luka bakar akibat sengatan matahari
b. Luka bakar derajat II
Biasanya diberi simbol 2o
kerusakan meliputi seluruh ketebalan epidermis dan sebagian
dermis
respon yang timbul berupa reaksi inflamasi akut disertai proses
eksudasi
nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
dibedakan menjadi dua, yaitu derajat dua dangkal dan derajat dua
dalam
a) Derajat II dangkal (superficial partial thickness burn)
kerusakan mengenai epidermis dan sebagain (sepertiga
bagian superficial) dermis
dermal-epidermial junction mengalami kerusakan sehingga
terjadi epidermolisis yang diikuti terbentuknya lepuh. Bila
epidermis terlepas/ terkelupas, terlihat dasar luka berwarna
kemerahan-kadang pucat-edematus dan eksudatif.
Apendises kulit (integument, adneksa kulit) seperti folikel
rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea utuh.
penyembuhan terjadi spontas, umumnya memerlukan
waktu 10-14 hari.
b) Derajat II dalam (deep partial thickness burn)
6
kerusakan mengenai hampir seluruh (duapertiga bagian
superficial) dermis
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea sebagian utuh
sering dijumpai eskar tipis di permukaan
penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit
yang tersisa. Biasanya membutuhkan waktu lebh dari 2
minggu
c. Luka bakar derajat 3
Sering diberi simbol 3o
kerusakan meliputi seluruh ketebalan kulit (epidermis dan dermis)
serta lapisan yang lebih daalm
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea mengalami kerusakan
kulit yang terbakar tampak berwarna pucat atau lebih putih karena
terbentuk eskar
secara teoritis tidak ditemukan nyeri, bahkan sensasi karena ujung-
ujung serabut saraf sensorik mengalami kerusakan/ kematian
penyembuhan terjadi lama
7
.
3. Berdasarkan luas luka bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama rule of nine atau rule of wallace yaitu:
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai masing-masing 18% : 36%
5) Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
Rumus Sembilan ini digunakan untuk orang dewasa, sedangkan pada
anak-anak menggunakan table dari Lund dan Browder yang mengacu pada
ukuran bagian tubuh terbesar seorang bayi/ anak (yaitu kepala).
Pada kasus disebutkan bahwa Ny KL menederita luka bakar di bagian
perut, dada, ekstremitas atas, dan bagian kelamin. Jika dihitung
berdasarkan skala Wallace luas luka bakar yang diderita oleh Ny KL
adalah sebesar 37%.
8
Skala WallaceLuka bakar adalahadanya perubahan pada integritas kulit
yang berakibat pada hilang atau rusaknya jaringan kulit. Transfer energi
dari sumber panas ke tubuh manusia adalah awal mula terjadinya tahapan-
tahapan respon fisiologis yang pada kebanyakan kasus berat menimbulkan
kerusakan jaringan yang ireversibel.Dengan demikian, luka bakar
merupakan kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan
sumber panas (api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi).
9
Kedalaman dan kerusakan jaringan ini ditentukan oleh peran beberapa
faktor, antara lain:
1) Penyebab
Secara umum, kerusakan yang terjadi adalah kerusakan jaringan yang
identik. Namun kerusakan atau keparahan luka berbeda. Berdasarkan
urutan berat-ringan luka bakar dikaitkan dengan penyebab: luka bakar
listrik dan kimiawi menempati urutan pertama, diikuti api, radiasi, minyak
panas lalu air panas (ini pun dibedakan lebih lanjut: koloid, air panas
murni- dan berbeda pula, air mendidih atau air yang sudah beberapa saat
mendidih).
2) Lama kontak dengan sumber panas
Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan
kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas
dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi.
Komplikasi
1. Setiap luka bakar dapat terinfeksi yang menyebabkan cacat lebih
lanjut atau kematian. Staphylococcus aureus resisten metisilin adalah
penyebab tersering infeksi nosokomial pada pasien luka bakar di
rumah sakit. Infeksi adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas
pada pasien yang awalnya bertahan terhadap luka bakar luas.
2. Lambatnya aliran darah dapat menyebabkan pembentukan bekuan
darah sehingga timbul (cerebrovascular accident), infark miokardium,
atau emboli paru.
3. Kerusakan paru akibat inhalasi asap atau pembentukan embolus.
Dapat terjadi kongesti paru akibat gagal jantung kiri atau infark
miokardum, serta sindrom distress pernapasan pada orang dewasa.
Gabungan inhalasi asap dan luka bakar luas dapat meningkatkan
mortalitas.
4. Gangguan elektrolit dapat menyebabkan disritmia jantung dan henti
jantung.
10
5. Syok luka bakar dapat secara ireversibel merusak ginjal sehingga
timbul gagal ginjal dalam satu atau dua minggu pertama setelah luka
bakar. Dapat terjadi gagal ginjal akibat hipoksia ginjal atau
rabdomiolisis (obstruksi mioglobin pada tubulus ginjal akibat nekrosis
otot yang luas).
6. Penurunan aliran darah ke saluran cerna dapat menyebabkan hipoksia
sel-sel penghasil mucus dan terjadi ulkus peptikum.
7. Dapat terjadi koagulasi intravascular diseminata Karena destruksi
jaringan yang luas.
8. Pada luka bakar yang luas atau menimbulkan kecacatan, trauma
psikologis dapat meneyebabkan depresi, perpecahan keluarga, dan
keinginan untuk bunuh diri. Gejala-gejala psikologis dapat timbul
setiap saat setelah luka bakar. Gejala-gejala dapat muncul dan hilang
berulang-ulang kapan saja seumur hidup yang menyebabkan pasien
terus menerus mengalami duka cita.
9. Beban biaya pada keluarga pasien pengidap luka bakar yang luas
sangatlah besar. Apabila pasiennya orang dewasa, yang hilang tidak
saja penghasilan tetapi perawatan pasien tersebut juga harus terus
menerus dan mahal.
Tindakan pertama yang dilakukan pada penderita :
- Menyelamatkan penderita dengan mengatasi shock, rasa nyeri
- Usaha menyembuhkan / menghindarkan hilangnya fungsi dari organ
yang terbakar.
Fungsi Kulit :
Mencegah kehilangan cairan sehingga tidak terjadi syok hipovolemik,
Mencegah infeksi supaya tidak timbul Sepsis,
Pembungkus elastis dari sendi supaya tidak terjadi kekakuan sendi /
kontraktur.
11
B. Etiologi
Terdapat empat tipe luka bakar, yaitu luka bakar akibat suhu, bahan
kimia, tersengat listrik, dan radiasi, dengan agen penyebab dan
penanganan yang berbeda-beda pada setiap tipenya.
Luka bakar thermal (suhu)
Luka bakar thermal adalah akibat dari terpajannya tubuh dengan
sumber panas yang kering (api), ataupun sumber panas yang basah (uap
atau cairan yang panas). Luka bakar thermal adalah yang paling sering
terjadi diantara luka bakar lainnya, dan sering terjadi pada anak-anak
dan lansia. Pajanan langsung terhadap sumber panas menyebabkan
destruksi sel yang dapat mengakibatkan terbakarnya vaskuler, tulang-
tulang, otot, dan jaringan saraf.
Luka bakar kimia
Luka bakar kimiawi ini disebabkan oleh kontak langsung antara
kulit dengan bahan kimia, baik yang bersifat asam maupun basa. Bahan
kimia tersebut merusak jaringan protein, yang mengarah ke nekrosis.
Luka bakar karena bahan kimia asam menyebabkan koagulasi nekrosis
dan presipitasi protein. Sedangkan luka bakar yang diakibatkan oleh
bahan kimia alkali menyebabkan nekrosis likuifaktif dan
memungkinkan penyebaran bahan kimia yang lebih dalam, dan
menyebabkan luka bakar yang lebih parah disbanding luka bakar karena
bahan kimia asam. (Winfree & Barillo, 1997 dalam LeMone& Burke,
2000).
Tingkat keparahan dari luka bakar akibat bahan kimia ini
berhubungan dengan jenis penyebab luka bakar, konsentrasi agen
penyebab, mekanisme terjadinya luka bakar, durasi kontak dengan
agen penyebab, dan banyaknya permukaan tubuh yang terpajan.
12
Luka bakar listrik
Tingkat keparahan dari luka bakar akibat tersengat listrik
bergantung pada tipe dan durasi kontak dengan arus dan besarnya
tegangan listrik. Aliran listrik yang menyengat tubuh mengikuti jalur
yang paling kecil resistensinya, dimana pada tubuh ia akan cenderung
mengalir mulai dari otot, tulang, pembuluh darah, dan saraf.
Terganggunya aliran darah menyebabkan nekrosis jaringan. Lebih dari
90% luka bakar pada ekstrimitas yang berkembang menjadi gangren
menyebabkan amputasi.
Luka bakar radiasi
Luka bakar akibat radiasi biasanya berhubungan dengan sengatan
sinar matahari, ataupun radiasi untuk pengobatan terhadap kanker. Jenis
luka bakar ini biasanya tergolong luka bakar superfisial, dan hanya
mengenai bagian terluar epidermis kulit, dan semua fungsi bagian-
bagian kulit masih utuh. Gejalanya terbatas pada reaksi sistemik ringan
seperti menggigil, sakit kepala, ketidaknyamanan lokal, mual dan
muntah.
C. Klasifikasi Kedalaman Luka Bakar
Pengklasifikasian luka bakar menurut American Burn Association
adalah dibagi berdasarkan kedalamannya (lapisan pada jaringan yang
mendasarinya), dan luasnya (persentase permukaan kulit yang terkena)
menjadi ringan, sedang, dan berat. Pengklasifikasian berdasarkan
kedalaman luka bakar dapat digolongkan menjadi : derajat satu
(superfisial), derajat dua (ketebalan parsial), dan derajat tiga (ketebalan
penuh).
13
a. Luka Bakar Berdasarkan Kedalamannya
Luka bakar superfisial (derajat satu) terjadi akibat sengatan
matahari, sinar UV, atau radiasi dari terapi kanker. Hanya reaksi
inflamasi, kerusakan mengenai epidermis, kulit kering, merah
(erithema), nyeri karena ujung saraf sensorik teriritasi, sembuh spontan
5 – 10 hari.Bagian kulit yang terkena hanya bagian epidermis. Warna
kulit yang terkena berkisar dari pink sampai merah cerah. Luka bakar
superfisial yang mengenai tubuh secara luas mengakibatkan menggigil,
sakit kepala,dan mual muntah. Luka bakar ini biasanya sembuh dalam
3-6 hari dengan pengelupasan bagian epidermis yang terkena. luka
bakar ini ditangani dengan analgesik ringan dan losion larut air.
Luka bakar parsial (derajat dua) terjadi akibat terpajan api dengan
cepat, bahan kimia ataupun permukaan yang panas. Bagian yang
terkena mencakup epidermis dan dermis. Kerusakan meliputi dermis,
sebagian dermis masih ada yang sehat, bula (+) , bila bula pecah terlihat
luka basah kemerahan, nyeri (+) , Pin prick test (+), sembuh dalam 2-3
minggu.Warna kulit yang terkena merah cerah, lembab, dan melepuh.
Kulit terlihat pucat dan nyeri saat ditekan. Biasanya pulih dalam 21 hari
tanpa pembentukan scar dan perubahan pigmen bagian yang terkena.
Luka bakar ketebalan penuh (derajat tiga) terjadi akibat ledakan,
arus listrik. Bagian yang terkena mencakup seluruh bagian kulit. Luka
14
bakar ini membutuhkan eksisi dan pencangkokan kulit dalam
penyembuhannya. Kerusakan seluruh bagian dermis, bisa sampai
subcutis, tidak ada epitel kulit yang sehat. Terjadi koagulasi protein
dikenal sebagai ESCAR (kulit kaku). Bula (-), bila bula pecah lukanya
kering warna abu-abu. Nyeri (-), karena ujung saraf sensorik rusak, Pin
prick test(-), penyembuhan sulit perlu cangkok kulit (STSG).
b. Luka Bakar Berdasarkan Luasnya
1) Metode Pengklasifikasian “Rule of Nine”: suatu perkiraan dari
luas permukaan tubuh (LPT) dengan membaginya menjadi
sembilan lipatan, dan lima area yaitu kepala, batang tubuh, lengan,
kaki, dan perineum. Kemudian perhitungannya dengan
menggunakan persentase. Perkiraan ini dapat digunakan pada luka
bakar parsial dan ketebalan penuh.
Metode pengklasifikasian “Rule of Nine”
15
2) Metode Pengklasifikasian Lund dan Browder: metode
pengukuran yang lebih persis untuk memperkirakan LPT yang
terbakar yang mengenali persentase luasnya permukaan LPT dari
berbagai bagian anatomis (kepala dan tungkai) perubahan sejalan
dengan pertumbuhan dan lebih akurat.
3) Metode pengklasifikasian Lund dan Browder
4) Metode Pengklasifikasian Palm (telapak tangan): metode untuk
memperkirakan presentase penyebaran ukuran luka bakar
menggunakan ukuran telapak tangan pasien (mendekati 1% dari
LPT) untuk mengkaji keluasan luka bakar.
Metode pengklasifikasian Palm (telapak tangan)
16
Kategori Penderita Luka Bakar :
1. Luka Bakar Berat / kritis
- Derajat II-III > 40%
- Derajat III pada muka, tangan, kaki
- Trauma jalan nafas tanpa memikirkan luas luka bakar
- Trauma listrik
- Disertai trauma lainnya , misal fraktur
2. Luka Bakar Sedang
- Derajat II 15-40%
- Derajat III < 10% , kecuali muka, tangan dan kaki
3. Luka Bakar Ringan
- Derajat II < 15%
- Derajat III < 2%
Penderita dengan luka bakar > 40% diusahakan pemasangan CVP
Bila Luas luka bakar :
< 20%, tubuh masih bisa kompensasi
> 20%, shock hipovolemik (perpindahan cairan intra ke ekstravaskuler)
D. Fase Luka Bakar
1. Fase Awal/Akut/shock
Penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan
nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi).Pada fase ini problem yang ada berkisar pada gangguan
saluran napas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi.
Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan
elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.Keadaan yang
ditimbulkan berupa :
a) Cedera Inhalasi, mekanisme trauma dibagi 3 :
Inhalasi Carbon Monoksida (CO)
17
CO merupakan gas yang dapat merusak oksigenasi
jaringan , dalam darah berikatan dengan Hb dan memisahkan
Hb dengan O2 sehingga akan menghalangi penggunaan
oksigen.
Trauma panas langsung mengenai saluran nafas
Sering mengenai saluran nafas bagian atas jarang
mengenai bagian bawah karena sebelum mencapai trakea
secara reflek terjadi penutupan plica dan penghentian spasme
laring. Edema mukosa akan timbul pada saluran nafas bagian
atas yang menyebabkan obstruksi lumen, 8 jam pasca cedera.
Komplikasi trauma ini merupakan penyebab kematian
terbanyak.
Efek samping sisa pembakaran
Gas karosen, aldehid akan mengiritasi membran mukosa,
karena merupakan toksik yang iritan.
b) Cedera Termis, menimbulkan gangguan sirkulasi keseimbangan
cairan & elektrolit, sehingga berakibat terjadi perubahan
permeabilitas kapiler dan menyebabkan edema selanjutnya terjadi
shock hipovolemi. Kejadian ini akan menimbulkan :
- Paru: Perubahan inflamatorik mukosa bagian nafas bawah, akan