Makalah HIV dan AIDS disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunnology & Hematology Disusun oleh : R. Gita Mujahidah 220110100017 Devi Kusniati 220110100020 Yuniar 220110100022 Monika Rohmatika 220110100025 Dwiesty Fathia N 220110100026 Puji Nurpauzi 220110100027 Tri Ayu Lestari 220110100028 Melia 220110100029 Nur Putri Indriyani 220110100030 Mya Ganes 220110100031 Hana Khoirotunnisa 220110100034 Annisa Nur A 220110100035
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Makalah HIV dan AIDSdisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunnology & Hematology
Disusun oleh :
R. Gita Mujahidah 220110100017
Devi Kusniati 220110100020
Yuniar 220110100022
Monika Rohmatika 220110100025
Dwiesty Fathia N 220110100026
Puji Nurpauzi 220110100027
Tri Ayu Lestari 220110100028
Melia 220110100029
Nur Putri Indriyani 220110100030
Mya Ganes 220110100031
Hana Khoirotunnisa 220110100034
Annisa Nur A 220110100035
Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran
2011
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................. 3
BAB 1 .................................................................................. 4
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ..................................................................................4
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency
virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan
disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi
nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan
HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1.Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2.Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3.Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4.Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari,
B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5.AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh,
dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita.
Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1.Lelaki homoseksual atau biseks.
2.Orang yang ketagian obat intravena
3.Partner seks dari penderita AIDS
4.Penerima darah atau produk darah (transfusi)
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
2.3 Manifestasi Klinis
Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang penderita AIDS
adalah diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditujukan pada umumnya adalah
bermula dari gejala-gejala umum yang lazim didapati pada berbagai penderita penyakit
lain, namun secara umum dapat kiranya dikemukakan sebagai berikut :
• Rasa lelah dan lesu
• Berat badan menurun secara drastis
• Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam
• Mencret dan kurang nafsu makan
• Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
• Pembengkakan leher dan lipatan paha
• Radang paru-paru
• Kanker kulit
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2 hal antara
lain tumor dan infeksi oportunistik :
Manifestadi tumor diantaranya;
a. Sarkoma kaposi ; kanker pada semua bagian kulit dan organ tubuh. Frekuensi
kejadiannya 36-50% biasanya terjadi pada kelompok homoseksual, dan jarang
terjadi pada heteroseksual serta jarang menjadi sebab kematian primer.
b. Limfoma ganas ; terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang syaraf, dan
bertahan kurang lebih 1 tahun.
Manifestasi Oportunistik diantaranya
1.Manifestasi pada Paru-paru
Pneumonia Pneumocystis (PCP)
Pada umumnya 85% infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi
paru-paru PCP dengan gejala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas
dalam dan demam.
Cytomegalo Virus (CMV)
Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai komensial pada paru-paru
tetapi dapat menyebabkan pneumocystis. CMV merupakan penyebab
kematian pada 30% penderita AIDS.
Mycobacterium Avilum
Menimbulkan pneumoni difus, timbul pada stadium akhir dan sulit
disembuhkan.
Mycobacterium Tuberculosis
Biasanya timbul lebih dini, penyakit cepat menjadi miliar dan cepat
menyebar ke organ lain diluar paru.
2. Manifestasi pada Gastroitestinal
Tidak ada nafsu makan, diare khronis, berat badan turun lebih 10% per bulan.
3. Manifestasi Neurologis
Sekitar 10% kasus AIDS nenunjukkan manifestasi Neurologis, yang biasanya timbul
pada fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis,
demensia, mielopati dan neuropari perifer.
2.4 Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis
Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan
berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social.
Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri
rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus,
dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa
terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri.
2. 5 Peran Perawat
Care provider : memberikan asuhan kepada klien sesuai dengan usia dan KDM yang harus dipenuhi oleh pasien
Educator : memberikan pengetahuan pada orangtua klien atau kepada klien langsung dalam rangka membantu proses penyembuhan
Advocator : sebagai pembela apabila Tn. A tidak memungkinkan untuk melakukan di operasi atau tindakan medis lainnya, maka sebagai perawat kita harus memberi tahu keadaan klien
Collaborator : perawat dapat bekerja sama dengan dokter, ahli gizi, apoteker, dll dalam rangka membantu proses penyembuhan klien
Koordinasi : sebagai perawat kita harus berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya untuk membantu proses penyembuhan klien `
2.6 Klasifikasi
Kriteria Diagnosis HIV lanjut (termasuk AIDS)
Kriteria klinik : konfirmasi infeksi HIV + bila diduga atau didiagnosis berada
dalam stadium 3 atau 4.
Kriteria imunologik (dewasa dan anak) : Konfirmasi infeksi HIV + CD4 count <
1. Asas menghormati otonomi klien (repect for autonomi)
Klien mempunyai kebebasan untuk mengetahui dan memutuskan apa yang akan
dilakukan terhadapnya, untuk ini perlu diberikan informasi yang cukup.
2. Asas kejujuran (justice)
Tenaga kesehatan hendaknya mengatakan yang sebenarnya tentang apa yang
terjadi, apa yang dilakukan serta risiko yang dapat terjadi.
3. Asas tidak merugikan
Tenaga kesehatan tidak melakukan tindakan yang tidak diperlukan dan
mengutamakan tindakan yang tidak merugikan klien serta mengupayakan risiko
yang paling minimal atas tindakan yang dilakukan.
4. Asas manfaat
Semua tidakan yang dilakukan terhadap klien harus bermanfaat bagi klien untuk
mengurangi penderitaan dan memperpanjang hidupnya.
5. Asas kerahasiaan
Kerahasiaan klien harus dihormati meskipun klien telah meningggal
6. Asas keadilan
Tenaga kesehatan harus adil, tidak membedakan kedudukan sosial ekonomi,
pendidikan, jender, agama, dan lain sebagainya.
Prinsip etik yang harus dipegang oleh seseorang, masyarakat,nasional, dan internasional
dalam menghadapi HIV/AIDS adalah:
1. Empati
Ikut merasakan penderitaan sesama termasuk ODHA dengan penuh simpati,
kasih sayang dan kesediaan saling menolong.
2. Solideritas
Secara bersama-sama membantu meringankan dan melawan ketidakadilan yang
diakibatkan oleh HIV/AIDS
3. Tanggung jawab
Bertanggung jawab mencegah penyebaran dan memberikan perawatan pada
ODHA.
Isu etik dan hukum pada konseling pre-post tes HIV
Konseling pre-post tes HIV
Tes HIV dilakukan setelah klien terlebih dahulu memahami dan menandatangani
informed consent yaitu surat persetujuan setelah mendapatkan penjelasan yang
lengkap dan benar. Hal ini perlu dilakukan setidakanya agar seseorang bisa
mengetahui secara pasti status kesehatan dirinya, terutama menyangkut risiko dari
perilakunya selama ini.
Tes HIV harus bersifat :
1. Sukarela : bahwa seseorang yang akan melakukan tes HIV haruslah berdasarkan
atas kesadarannya sendiri, bukan atas paksan/tekanan orang lain, ini juga berarti
bahwa dirinya setuju untuk di tes setelah mengetahui hal-hal apa saja yang
tercakup dalam tes it, apa keuntungan dan kerugian dari tes HIV, serta apa saja
implikasi dari hasil positif ataupun negatif terse but.
2. Rahasia : apapun hasil tes ini (baik positif maupun negatif) hasilnya hanya boleh
diberitahulangsung kepada orang yang bersangkutan.
3. Tidak boleh diwakilkan kepada siapapun,.
Aspek Legal dan Etik Tes HIV
Informed consent adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluarga atas dasar
penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut
(Permenkes,1989)
Dasar dari informed consent yaitu :
a. Asas menghargai otonomi pasien setelah mendapatkan informasi yang
memadai pasien bebas dan berhak memutuskan apa yang akan dilakukan
terhadapnya
b. Kepmenkes 11239/Menkes/ SK/XI/2001 pasal 16 : dalam melaksanakan
kewenangannya perawat wajib menyampaikan informasi dan meminta
persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
c. PP No. 23 tahun 1996 tentang tenagan kesehatan pasal 22 ayat 1 : bagi
tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas wajib memberikan informasi dan
meminta persetujuaan.
d. UU No. 23 tahun 1992 tentang tenaga kesehatan pasal 5 ayat 2 : tindakan
medis tertentu hanya bisa dilakukan dengan persetujuan yang bersangkutan
atau keluarga.
Klien diberikan informasi yang cukup dan pastikan telah meliputi 3 aspek:
a. Persetujuan harus diberikan secara sukarela.
b. Persetujuan harus diberikan oleh individu yang mempunyai kapasitas dan
kemampuan untuk memahami.
c. Persetujuan harus diberikan setelah diberikan informasi yang cukup sebagai
pertimbangan untuk membuat keputusan.
Kerahasiaan Statis HIV AIDS
Pasien HIV berhak atas kerahasiaan, ini sesuai dengan prinsip etik asas kerahasiaan
yaitu kerahasiaan klien harus dihormati meskipun kllien telah meninggal. Untuk itu
tenaga kesehatan mempunyai kewajiban etik melindungi hak klien tersebut dengan
tetap merahasiakannya apapun yang berhubungan dengan klien.
Terdapat pengecualian dimana rahasia pasien HIV/AIDS bisa dibuka yaitu:
a. Berhubungan dengan administrasi
b. Bila kita dimintai keterangan dipersidangan
c. Informasi bisa diberiakn pada orang yang merawat atau memberikan konseling dan
informasi diberikan dengan tujuan untuk merawat, mengobati, atau memberikan
konseling pada klien.
d. Informasi diberikan kepada depkes
e. Informasi diberikan pada partner sex/keluarga yang merawat klien dan berisiko
terinfeksi oleh klien. Hal ini berkaitan dengan tugas tenaga kesehatan untuk
melindungi masyarakat, keluarga dan orang terdekat klien dan bahaya tertular HIV.
2.10 Insidensi
Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia berdasarkan laporan Ditjen Pengendalian Penyakit dan Pengendalian Lingkungan Departemen Kesehatan RI mengalam peningkatan.
"Jumlah kasus HIV/AIDS tiap tahunnya mengalami peningkatan karena banyak masyarakat yang tertular dan baru menyadari bahwa dirinya berpenyakit HIV dan AIDS," kata Humas Palang Merah Indonesia Kota Jakarta Timur Dewi Rahmadania di Jakarta, Kamis.
Menurut data Ditjen PPM dan PL Depkes RI, lanjut dia, dalam triwulan pertama, Januari hingga Maret 2011, dilaporkan tambahan kasus AIDS mencapai 351.
"Kasus ’acquired immune deficiency syndrome or acquired immunodeficiency syndrome (AIDS)’ dan ’human immunodeficiency virus (HIV)’ terbanyak dilaporkan di DKI Jakarta sebanyak 3. 995 dan kasus HIV sebesar 15.769," katanya.
Dia menjelaskan, secara kumulatif kasus pengidap HIV/AIDS dari tanggal 1 Januari 1987 hingga Maret 2011 mencapai 24.482 kasus dengan angka kematian 4. 603 jiwa," kata Dewi.
Berdasarkan jumlah kumulatif kasus AIDS menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki 17.840, akibat pengguna narkoba suntik (IDU) 8.553, perempuan 6.553, akibat IDU 665 dan tidak diketahui 89, akibat IDU 52. Selanjutnya, kata dia, jumlah kumulatif kasus AIDS menurut faktor resiko, yaitu akibat heteroseksual 13.000, homo-biseksual 734, IDU 9.274, transfusi darah 49, transmisi pinatal 637 dan tidak diketahui 783. Menurut dia, daerah yang rawan di Jakarta Timur atas penularan HIV, di sekitar Prumpung, Pulo Gadung, Jatinegara, Cakung, Pulo Gebang dan lain-lain. "Daerah tersebut menjadi rawan penularan HIV karena terdapat area lokalisasi dan penginapan liar, dan yang paling rawan terkena virus itu adalah kaum remaja," kata Dewi. Dia menambahkan, penularan HIV yang cukup tinggi melalui hubungan seks yang beresiko tanpa menggunakan kondom, menggunakan jarum suntik yang sudah tercemar HIV secara bergantian, melalui transfusi darah yang tidak melalui uji saring dan melalui ibu hamil yang terkena HIV "Saat ini belum ditemukan vaksin untuk virus HIV, namun orang yang terinfeksi HIV bisa mendapatkan terapi Anti-Retroviral (ARV) ," katanya. ARV, kata dia, berfungsi sebagai penghambat perkembangan virus, mengurangi kadar virus dalam Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) , menurunkan kadar viral load dan menaikan kadar CD4 . "Hal yang tidak menularkan HIV, yaitu berjabat tangan, berpelukan, digigit
nyamuk, bersentuhan, berenang bersama, tinggal serumah dengan ODHA, menggunakan toilet yang sama, dan menggunakan alat makan dan minum yang sama," ujar Dewi.
PENTALAKSANAAN
2.11 Pemeriksaan Diagnostik
a. Uji laboratorium
o ELISA
ELISA merupakan test yang baik tapi hasilnya mungkin masih akan
negatif sampai 6-12 minggu pasien setelah terinfeksi. Jika terdapat tanda-
tanda infeksi akut pada pasien dan hasil ELISA negatif, maka pemeriksaan
ELISA perlu diulang. Gejala infeksi akut yang mirip dengan gejal flue ini
akan sembuh dan pasien tidak menunjukkan tanda-tanda terinfeksi virus HIV
sampai dengan beberapa tahun. Periode ini disebut periode laten dan
berlangsung selama 8-10 tahun. Selama periode laten, virus HIV terus
menyerang kekebalan tubuh penderita meskipun tidak tampak tanda dan
gejal infeksi HIV. Stadium lanjut infeksi HIV dimulai ketika psien mulai
mengalami penyakit AIDS. Gejala paling sering yang dijumpai pada
stadiium ini adalah penurunan berat badan, diare, dan kelemahan.
Cara kerja ELISA:
Pada dasarnya diambil virus HIV yang ditumbuhkan pada biakan sel,
kemudian dirusak dan dilekatkan pada biji-biji polistiren. Tes ini
menggunakan ikatan heavy dan light chain dari human immunoglobulin
sehingga reaksi dengan antibodi dapat lebih spesifik, yaitu mampu
mendeteksi IgM maupun IgG. Pada setiap tes selalu diikutkan kontrol positif
dan negatif untuk dipakai sebagai pedoman, sehingga kadar di atas cut-off
value atau atasabsorbance level spesimen akan dinyatakan positif. Biasanya
lama pemeriksaan adalah 4 jam. Pemeriksaan ELISA hanya menunjukkan
infeksi HIV di masa lampau. Tes ELISA mulai menunjukkan hasil positif
pada bulan ke-23 masa sakit.
Pada pasien ini, selama fase permulaan penyakit (fase akut) dalam darah
penderita dapat ditemukan virus HIV/partikel HIV dab penurunan jumlah sel
T4 (gratik).
o Western Blot
Western Blot merupakan elektroforesis gel poliakrilamid yang
digunakan untuk mendeteksi rantai protein yang spesifik terhadap DNA. Jika
tidak ada rantai protein yang ditemukan, berarti western blot positif. Tes
Western blot mungkin juga tidak bisa menyimpulan seseorang menderita
HIV atau tidak. Oleh karena itu, tes harus diulangi lagi setelah dua minggu
dengan sampel yang sama.jika tes Western blot tetap tidak bisa disimpulkan,
maka tes Western blot harus diulangi lagi setelah 6 bulan. Jika tes tetap
negatif maka pasien dianggap HIV negatif.
Cara kerja:
Cara kerja Western blot yaitu dengan meletakkan HIV murni pada
polyacrilamide gel yang diberi arus elektroforesis sehingga terurai menurut
berat protein yang berbeda-beda, kemudian dipindahkan ke nitrocellulose.
Nitrocellulose ini diinkubasikan dengan serum penderita. Anibodi HIV
dideteksi dengan memberikan antibodi antihuman yang sudah dikonjugasi
dengan enzim yang menghasilkan warna bila diberi suatu substrat. Tes ini
dilakukan bersama dengan suatu bahan dengan profil berat molekul standar ,
kontrol positif dn negatif. Gambaran band dari bermacam-macam protein
envelope dan core dapat mengidentifikasi macam antigen HIV. Bila serum
mengandung antibodi HIV yang lengkap maka Western blot akan memberi
gambaran profil berbagai macam band protein dari HIV antigen cetakannya.
Definisi hasil pemeriksaan Western blot menurut profit dari band protein
dapat bermacam-macam, pada umumnya adalah:
1. Positif : a. Envelope: gp41, gp12O, gp160
b. Salah satu dari band: p15, p17, p24, p31, gp41, p51, p55, p66
2. Negatif : bila tidak ditemukan band protein
3. Intermedinate : bila ditemukan band protein yang tidak sesuai dengan
profil positif. Hasil intermedinate diberikan setelah dites secara duplo
dan penderita diberitahu untuk diulang setelah 23 bulan.hal ini mungkin
karena infeksi masih terlalu dini sehingga yang ditemukan hanya
sebagian dari core antigen (p17, p24, p55)
Pada pasien ini, hasil pemeriksaan Western blot (+)
o RIPA
RIPA merupakan tes darah yang dilakukan ketika antibodi berada pada
tingkat rendah atau jika hasil dari Western blot tidak akurat.
o PCR (Polymerase Chain Reaction)
Tes ini digunakan untuk :
a. Menetapkan status infeksi individu yang seronegatif pada
kelompok berisiko tinggi
b. Tes pada kelompok berisiko tinggi sebelum tejadi serokonversi
c. Tes konfirmasi untuk HIV-2, sebab ELISA mempunyai
sensitivitas rendah untuk HIV-2
o Test limfosit
Jumlah supresi kekebalan tubuh ditunjukkan oleh limfosit CD4 .sistem ini
didasarakan pada tiga kisaran CD4 dan tiga kategori klinis, yaitu :
a. Kategori 1 : > 500 sel/
b. Kategori 2 : 200 – 499 sel /
c. Kategori 3 : < 200 sel/
Klasifikasi tersebut didasarkan pada jumlah limfosit CD4 yang terendah dari
pasien. Klasifikasi CDC ( centre for diasease control and prevention ) juga bisa
digunakan untuk surveilans penyakit, penderita yang dikategorikan kelas A3,
B3, C1-3 dikategorkan AIDS. Sekali dilakukan klasifikasi, maka pasien tidak
dilakukan klasifkasi ulang, meskipun terjadi perbaikan status imunologi
misalnya peningkatan CD4 karena pengaruh terapi atau faktor lain.
Klasifikasi klinis dan CD4 pasien remaja dan orang dewasa menurut CDC
CD4 Kategori klinis
Total %
A
( asimptomatik, infeksi
akut )
B
( simptomatik )
C
( AIDS )
> 500/ml > 29 % A1 B1 C1
200 – 499/ml 14 – 28 % A2 B2 C2
< 200/ml < 14 % A3 B3 C3
Menurut data diatas pasien dalam kasus ini termasuk dalam kategori B2 (HIV
simptomatik) dengan hasil tes limfosit CD4 200.
b. Hitung jenis sel darah lengkap.
1. pemeriksaan hemoglobin
Yang diukur : jumlsh protein pengangkut oksigen dalam sel darah merah.
Nilai normal : 8,1 – 11,2 mmol/L
Pada pasien jumlah Hb nya kurang, hal ini dimanifestasikan dengan
keadaan psien ( anemia )
2. pemeriksaan leukosit
Yang diukur : jumlah sel darh putih dalam jumlah darah tertentu.
Nilai normal : 4300 – 10.800 sel/mm
Pada pasien jumlah leukositny kurang dari batas normal, hal ini
dimanifestasikan dengan keadaan pasien ( neutropenia )
2.12Farmako dan Non-Farmako
Dalam pengobatan dengan klien HIV / AIDS ada beberapa prinsip-prinsip
pengobatan :
1. Pengobatan Suportif
- Pengobatan ini bertujuan untuk meningkatakan keadaan umum pasien
dengan cara pemberian gizi yang sesuai, obat sistemik, vitamin, dan
dukungan psikososial.
- Kebutuhan gizi pada pasien HIV/AIDS :
o Energi tinggi : 45-50 kkal/kg BB
o Protein : 1,1 -1,5 g/kg/BB , pada berat normal 1,5- 2 pada
BB aktual kaheksia.
o Lemak : 17-20% kaloro total
2. Pengobatan Infeksi oportunistik
- Bertujuan untuk menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi
oportunistik, nasokomial atau sepsis. Tindakan pengendalian infeksi yang
aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis
harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan kritis.
3. Terapi AZT (Azidotimidin)
- Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim
pembalik transkiptase, AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4
nya <>3. Sekarang AZT tersedia untuk pasien dengan HIV positif
asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3 .
4. Pengobatan antiretroviral
- Prinsip-prinsip pemberian ARV
1. Indikasi sesuai dengan pedoman WHO
2. Atasi dulu infeksi oportunistik
3. Hati- hati jika pasien mempunyai gangguan fungsi hati.
- Jenis obat-obatan antiretroviral
1. Attachmen inhibitor (mencegah melekatnya virus pada sel host) dan
Fusion inhibitir ( mendecah fusi membran luar virus dengan membran
sel host). Obat ini merupak obat yang baru dan masih dalam penelitian.