Top Banner

of 27

Makalah kanker kolorektal

Oct 29, 2015

Download

Documents

alvinadesi6041
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB 1

PENDAHULUAN

Kanker ialah suatu penyakit sel dengan cirri gangguan atau kegagalan mekanisme pengatur multifikasi dan fungsi homeostasis lainya pada organism multiseluler. Sifat umum dari kanker adalah :1. Pertumbuhan berlebihan umumnya berbentuk tumor

2. Gangguan diferensiasi dari sel dan jaringan sehingga mirip jaringan mudigah

3. Bersifat invasif mampu tumbuh dijaringan sekitarnya (perbedaaan pokok dengan jaringan normal)

4. Bersifat metastatik, menyebar ke tempat lain dan menyebabkan pertumbuhan baru

5. Memilki heriditas bawaan (acquired heredity) yaitu turunan sel kanker juga dapat menimbulkan kanker

6. Pergeseran metabolisme kearah pembentukan makromolekul dari nukleosida dan asam amino serta peningkatan katabolisme karbohidrat untuk energy sel.Sel kanker menggaggu tuan rumah karena:

1. Desakan akibat pertumbuhan tumor

2. Penghancuran jaringan tempat tumor berkembang atau bermetatasis

3. Gangguan sistematik lain sebagai akibat sekunder dari pertumbuhan sel kanker.

Di negara yang lebih maju yang telah berhasil membasmi penyakit infeksi, kanker merupakan penyebab kematian kedua setelah penyakit kardivaskuler. Di amerika, kanker merupakan penyebab utama kematian pada wanita antara 30-54 tahun dan anak-anak antara 3-14 tahun. Dengan metode pengobatan pada saat ini, 1/3 jumlah pasien tertolong melalui pembedahan dan terapi radiasi kesembuhan hampir seluruhnya terjadi pada pasien yang penyakitnya belum menyebar pada saat pembedahan. Diagnose lebih dini makin meningkatkan penyembuhan.Kemoterapi dengan atau tanpa pengobatan lain bersifat kuratif pada koriokarsinoma pada wanita, limfoma Burkitt, tumor Wilms pada anak, sarcoma Ewing, rabdomiosarkoma embrional dan beberapa kasus penyakit Hodgkin mungkin juga menyembuhkan sarcoma osteogenik, limfoma histiostik difusa, tumor testis tertentu (pascaorkiektomi) dan insulinoma bila diagnosis cukup dini dan kadang-kadang bersifat kuratif pada leukemia limfositik akut pada anak. Perlu ditekankan dsini bahwa penyembuhan oleh kemoterapi saja baru dapat tercapai pada tumor-tumor yang jarang dijumpai.Setelah terjadi metastasis dibutuhkan pendekatan sistemik melalui kemoterapi kanker, disamping pembedahan, radiasi dan kemoterapi ajuvan. Pada keadaan ini, pengobatan tidak menyembuhkan tetapi hanyan bersiat paliatif terhadap gejala, pencegahan komplikasi, support psikologik, dan perpanjangan hidup yang berarti. Selama decade terakhir ini terlihat kejadian yang memberikan harapan bahwa pengendalian kanker dini mungkin dicapai dengan pengobatan kombinasi.

Antikanker diharapkan memiliki toksisitas selektif artinya mengahncurkan sel kanker tanpa merusak sel jaringan normal. Pada umumnya antineoplastik menekan pertumbuhan atau poliferasi sel dan dapat menimbulkan toksisitas pembelahan sel normal yang poliferasinya sepat jaringan limfosit. Terapi hanya dapat dikatakan baik, bila dosis yang digunakan dapat mematikan sel tumor yang ganas dan tidak terlalu mengganganggu sel normal yang berpoliferasi.Informasi baru mengenai kinetic sel dan massa sel tumor dapat menjelaskan keterbatasan efektivitas kebanyakan antikanker karena prinsip total cell-killed sangat penting dalam keberhasilan terapi keganasan ini. Matinya sel tumor oleh antikanker mengikuti kinetic orde pertama, artinya obat tersebut membasmi sel sebanyak persentase tertentu setiap kalinya.Obat antikanker merupakan obat spesialistik batas keamanannya begitu sempit sehingga hanya dibenarkan penggunaanya oleh dokter yang berpengalaman dibidang pengobatan ini. Penggunaan yang kurang cermat hanya akan menambah penderitaan, bersifat fatal dan orang yang bertanggung jawab kemoterapi kanker saat ini cukup menggembirakan hasilnya. Menurut statistic di Negara maju, 17% pasien kanker sembuh dengan kemoterapi sehingga ditambah dengan pembedahan dini, 50% pasien kanker disembuhkan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1ANATOMI

a. Anatomi

Usus besar atau kolon berbentuk tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 1,5m (5 kaki) yang terbentang dari sekum hingga kalnalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil, yaitu sekitar 6,5cm (2,5 inci), tetapi semakin dekat anus diameternya semakin kecil.

Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rectum. Pada sekum terdapat katup ileosaekal dan appendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosaekal mengendalikan aliran kimus dari ileum kedalam saekum dan mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus besar kedalam usus halus. Kolon dibagi lagi menjadi kolon ascenden, kolon transversum dan kolon descenden serta sigmoid. Tempat kolon membentuk kelokan tajam pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut disebut sebagai fleksura hepatica dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi Krista iliaka dan membentuk lekukan berbentuk huruf S. Lekukan bagian bawah membelok kekiri sewaktu kolon sigmoid bersatu dengan rectum, dan hal ini merupakan alas an anatomis mengapa memosisikan penderita kesisi kiri saat pemberian enema. Pada posisi ini, gaya gravitasi membantu mengalirkan air dari rectum ke fleksura sigmoid. Bagian utama usus besar yang terakhir disebut sebagai rectum dan membentang dai kolon sigmoid hingga anus (muara kebagian luar tubuh). Satu inci terakhir dari rectum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rectum dan kanalis ani adalah sekitar 15 cm (5,9 inci).Usus besar merupakan bidang perluasan dari ileocecal ke anus. Usus besar terdiri dari cecum, colon, rectum, dan lubang anus. Selama dalam colon, chyme diubah menjadi feces. Penyerapan air dan garam, pengsekresian mucus dan aktivitas dari mikroorganisme yang termasuk dalam pembentukan feces, dimana colon menyimpan sampai feces dikeluarkan melalui proses defekasi. Kira-kira 1500 ml dari chyme masuk ke cecum setiap hari, tapi lebih dari 90% dari volume direabsorbsi dan hanya tertinggal 80-150 ml dari feces yang dikeluarkan secara normal melalui defakasi.

Cecum merupakan tempat bertemunya usus halus dan usus besar pada ileocecal. Cecum panjangnya kira-kira 6 cm mulai dari ileocecal membentuk kantung tersembunyi. Berdekatan dengan cecum adalah saluran tersembunyi yang kecil kira-kira panjangnya 9 cm disebut appendix (umbai cacing). Dinding dari appendix terdiri beberapa nodul limpatik. Colon kira-kira panjangnya 1,5-1,8 m dan terdiri dari 4 bagian, yaitu colon ascendens, colon transversal, colon descendens dan colon sigmoid. Colon ascending membujur dari cecum dan berakhir pada fleksur kolik kanan (fleksur hepatik) dekat pinggir bawah kanan dari hati. Colon transversal membentang dari fleksur kolik kanan ke fleksur kolik kiri (fleksur limpa), dan colon descending membentang dari fleksur kolik kiri ke pembukaan atas dari pelvis yang sebenarnya, dimana tempat tersebut menjadi colon sigmoid. Colon sigmoid membentuk saluran S yang membentang sampai pelvis dan berakhir di rectum.

Rektum itu lurus, pipa berotot yang berawal dari pangkal sigmoid kolon dan berakhir pada lubang anus. Deretan membran selaput lendir adalah epitelium lajur yang sederhana, dan berlapis otot yang relatif tebal dibandingkan waktu alat pencernaan.beristirahat Bagian terakhir dari alat pencernaan yang panjangnya 2-3 cm adalah lubang anus. Lubang anus berawal dari pangkal rektum dan berakhir pada anus. Lapisan otot halus dari lubang anus lebih tebal daripada rektum dan berbentuk internal anal spincter bagian ujung atas dari lubang anus. Otot rangka membentuk external anal spincter pada bagian ujung bawah dari lubang anus. Jaringan Epitel pada bagian atas dari lubang anus adalah lajur yang sederhana dan yang di bagian bawah tersusun squamous.

Lapisan otot cirkular dari colon lengkap, tapi lapisan otot longitudinal tidak lengkap. Lapisan longitudinal tidak membungkus seluruh dinding usus tapi membentuk tiga berkas otot, yaitu taniae coli, yang terdapat di sepanjang colon. Kontraksi dari tanie coli menyebabkan suatu kantung yang disebut haustra yang terbentuk di sepanjang colon terlihat seperti sebuah lukukan. Jaringan ikat yang berrukuran kecil dan berisi lemak disebut epiploik appendage yang melekat di sepanjang permukaan kolon bagian luar. seperti terlihat pada gambar. Barisan mukosal dari usus besar terdiri dari epitel lajur sederhana. Epitel ini tidak membentuk suatu lipatan-lipatan atau vili seperti pada usus halus tapi memiliki sejumlah kelenjar tubuler yang disebut crypts. Crypts mirip dengan kelenjar usus yang ada di usus halus, dengan tiga jenis sel yang termasuk sel absropsi, sel goblet dan sel granular. Perbedaan utama adalah pada sel goblet usus besar menonjol dan dua jenis sel lain jumlahnya berkurang banyak.

b. FisiologiFungsi utama kolon adalah absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk membentuk feses yang padat dan penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan. Setengah bagian proksimal kolon berhubungan dengan absorbsi dan setengah distal kolon berhubungan dengan penyimpanan. Karena sebagai 2 fungsi tersebut gerakan kolon sangat lambat. Tapi gerakannya masih seperti usus halus yang dibagi menjadi gerakan mencampur dan mendorong.

a. Gerakan Mencampur HaustrasiGerakan segmentasi dengan konstriksi sirkular yang besar pada kolon, 2.5 cm otot sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan lumen hampir tersumbat. Saat yang sama, otot longitudinal kolon (taenia koli) akan berkontraksi. Kontraksi gabungan tadi menyebabkan bagian usus yang tidak terangsang menonjol keluar (haustrasi). Setiap haustrasi mencapai intensitas puncak dalam waktu 30 detik, kemudian menghilang 60 detik berikutnya, kadang juga lambat terutama sekum dan kolon asendens sehingga sedikit isi hasil dari dorongan ke depan. Oleh karena itu bahan feses dalam usus besar secara lambat diaduk dan dicampur sehingga bahan feses secara bertahap bersentuhan dengan permukaan mukosa usus besar, dan cairan serta zat terlarut secara progresif diabsorbsi hingga terdapat 80-200 ml feses yang dikeluarkan tiap hari.

b. Gerakan Mendorong Pergerakan MassaBanyak dorongan dalam sekum dan kolon asendens dari kontraksi haustra yang lambat tapi persisten, kimus saat itu sudah dalam keadaan lumpur setengah padat. Dari sekum sampai sigmoid, pergerakan massa mengambil alih peran pendorongan untuk beberapa menit menjadi satu waktu, kebanyakan 1-3 x/hari gerakan.

Selain itu, kolon mempunyai kripta lieberkuhn tapi tidak ber-vili. menghasilkan mucus (sel epitelnya jarang mengandung enzim). Mucus mengandung ion bikarbonat yang diatur oleh rangsangan taktil langsung dari sel epitel dan oleh refleks saraf setempat terhadap sel mucus Krista lieberkuhn. Rangsangan n. pelvikus dari medulla spinalis yang membawa persarafan parasimpatis ke separuh sampai dua pertiga bagian distal kolon. Mucus juga berperan dalam melindungi dinding kolon terhadap ekskoriasi, tapi selain itu menyediakan media yang lengket untuk saling melekatkan bahan feses. Lebih lanjut, mucus melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri yang berlangsung dalam feses, ion bikarbonat yang disekresi ditukar dengan ion klorida sehingga menyediakan ion bikarbonat alkalis yang menetralkan asam dalam feses. Mengenai ekskresi cairan, sedikit cairan yang dikeluarkan melalui feses (100 ml/hari). Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada pasien diare berat.

c. Absorpsi dalam Usus BesarSekitar 1500 ml kimus secara normal melewati katup ileosekal, sebagian besar air dan elektrolit di dalam kimus diabsorbsi di dalam kolon dan sekitar 100 ml diekskresikan bersama feses. Sebagian besar absorpsi di pertengahan kolon proksimal (kolon pengabsorpsi), sedang bagian distal sebagai tempat penyimpanan feses sampai akhirnya dikeluarkan pada waktu yang tepat (kolon penyimpanan).

d. Absorbsi dan Sekresi Elektrolit dan AirMukosa usus besar mirip seperti usus halus, mempunyai kemampuan absorpsi aktif natrium yang tinggi dan klorida juga ikut terabsorpsi. Ditambah epitel di usus besar lebih erat dibanding usus halus sehingga mencegah difusi kembali ion tersebut, apalagi ketika aldosteron teraktivasi. Absorbsi ion natrium dan ion klorida menciptakan gradien osmotic di sepanjang mukosa usus besar yang kemudian menyebabkan absorbsi air.

Dalam waktu bersamaan usus besar juga menyekresikan ion bikarbonat (seperti penjelasan diatas) membantu menetralisir produk akhir asam dari kerja bakteri didalam usus besar.

e. Kemampuan Absorpsi Maksimal Usus BesarUsus besar dapat mengabsorbsi maksimal 5-8 L cairan dan elektrolit tiap hari sehingga bila jumlah cairan masuk ke katup ileosekal melebihi atau melalui sekresi usus besar melebihi jumlah ini akan terjadi diare.

Kerja Bakteri dalam kolon

Banyak bakteri, khususnya basil kolon, bahkan terdapat secara normal pada kolon pengabsorpsi. Bakteri ini mampu mencerna selulosa (berguna sebagai tambahan nutrisi), vitamin (K, B, tiamin, riboflavin, dan bermacam gas yang menyebabkan flatus di dalam kolon, khususnya CO, H, CH). Komposisi faeces.

Normalnya terdiri dari air dan padatan (30% bakteri, 10-20% lemak, 10-20% anorganik, 2-3% protein, 30% serat makan yang tak tercerna dan edull kering dari pencernaan (pigmen empedu, sel epitel terlepas). Warna coklat dari feses disebabkan oleh sterkobilin dan urobilin yang berasal dari bilirubin yang merupakan hasil kerja bakteri. Apabila empedu tidak dapat masuk usus, warna tinja menjadi putih (tinja akolik). Asam organic yang terbantuk dari karbohidrat oleh bakteri merupakan penyebab tinja menjadi asam (pH 5.0-7.0). Bau feses disebabkan produk kerja bakteri (indol, merkaptan, skatol, hydrogen sulfide). Komposisi tinja edulla tidak terpengaruh oleh variasi dalam makanan karena sebagian besar fraksi massa feses bukan berasal dari makanan. Hal ini merupakan penyebab mengapa selama kelaparan jangka panjang tetap dikeluarkan feses dalam jumlah bermakna.

f. Proses DefekasiSebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena adanya sfingter yang lemah 20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon sigmoid dan rectum serta sudut tajam yang menambah resistensi pengisian rectum. Bila terjadi pergerakan massa ke rectum, kontraksi rectum dan relaksasi sfingter anus akan timbul keinginan defekasi. Pendorongan massa yang terus menerus akan dicegah oleh konstriksi tonik dari 1) sfingter ani interni; 2) sfingter ani eksternus.

Refleks Defekasi. Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan rectum mencapai 18 mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani internus dan eksternus melemas dan isi feses terdorong keluar. Satu dari refleks defekasi adalah refleks intrinsic (diperantarai edull saraf enteric dalam dinding rectum.

Ketika feses masuk rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal aferen menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic dalam kolon descendens, sigmoid, rectum, mendorong feses edulla anus. Ketika gelombang peristaltic mendekati anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal penghambat dari pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar berelaksasi secara edullar sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu rectum teregang.

Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus tercapai, defekasi edullar dapat dicapai dengan secara edullar melemaskan sfingter eksternus dan mengontraksikan otot-otot abdomen (mengejan). Dengan demikian defekasi merupakan suatu reflex spinal yang dengan sadar dapat dihambat dengan menjaga agar sfingter eksternus tetap berkontraksi atau melemaskan sfingter dan megontraksikan otot abdomen.

Sebenarnya stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah sebagai relfeks defekasi, sehingga diperlukan refleks lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis (segmen sacral medulla spinalis). Bila ujung saraf dalam rectum terangsang, sinyal akan dihantarkan ke medulla spinalis, kemudian secara refleks kembali ke kolon descendens, sigmoid, rectum, dan anus melalui serabut parasimpatis n. pelvikus. Sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat gelombang peristaltic dan merelaksasi sfingter ani internus. Sehingga mengubah refleks defekasi intrinsic menjadi proses defekasi yang kuat.

Sinyal defekasi masuk ke edulla spinalis menimbulkan efek lain, seperti mengambil napas dalam, penutupan glottis, kontraksi otot dinding abdomen mendorong isi feses dari kolon turun ke bawah dan saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan menarik keluar cincin anus mengeluarkan feses.(evelyn. C Pearce, 2001)2.2PATOFISIOLOGI

Berikut merupakan beberapa penyakit yang menyerang sistem saluran pencernaan:

1. Tumor dan kanker pada sistem pencernaan, meliputi:

Tumor stroma

Polip pada usus

Kanker lambung

Polip kolorektal

Polifosis familial

Kanker pankreas

Kanker usus besar2.Penyakit yang berkaitan dengan usus besar, seperti: ischemia, colitis dan radang usus3.Gastroenteritis4.Gangguan pencernaan darurat, seperti abses abdomen5.Penyakit pada pankreas, seperti: gastronoma dan glukonoma6.Kelainan buang air besar, seperti: diare dan sembelit7.Gangguan rektum dan anus, seperti: hemmoroid dan prolaptis rectum2.3TUMOR DAN KANKER USUSTumor dan kanker adalah dua hal yang berbeda meski banyak orang awam sering sulit membedakan mana yang termasuk kanker ataupun penyakit tumor. Tumor merupakan jaringan abnormal yang biasanya muncul berupa benjolan atau pembengkakan di bagian tubuh dan tidak begitu berbahaya bagi kesehatan tubuh.Tumor terbentuk dari daging yang berisi cairan dan lemak. Bisa tumbuh di beberapa bagian tubuh manusia, misalnya ketiak, payudara, otak, leher, dan sebagainya. Perkembangan tumor relatif lambat dan tetap berada di satu lokasi namun meskipun lambat, Tumor yang tidak ditangani dengan benar cenderung akan membesar.Sedangkan kanker adalah sel jaringan tubuh yang bertumbuh secara abnormal yang membelah diri dengan cepat dan tak terkendali. Untuk itu kita perlu waspada jika muncul benjolan di bagian tubuh kita secara liar, baik yang terasa sakit ataupun tidak karena bisa saja adalah tumor.Tumor ada dua macam yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak hanya tumbuh dan membesar, tidak terlalu berbahaya, dan tidak menyebar ke luar jaringan. Sedangkan tumor ganas adalah kanker yang tumbuh dengan cepat dan tidak terkendali dan merusak jaringan lainnya. Terdapat perbedaan sifat yang mendasar dan nyata antara dua jenis tumor ini yaitu bahwa tumor ganas lebih berbahaya dan fatal, sedangkan tumor jinak hanya dapat menimbulkan kematian secara langsung bila lokasi tempat bertumbuhnya berada pada area vital yang membahayakan, misalnya tumor yang bertumbuh pada leher yang dapat menekan saluran pernapasan sehingga penderita kesulitan untuk bernafas dan masih banyak contoh yang lainnya.Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas. Penumpukan sel tersebut mendesak dan jaringan normal, sehingga mengganggu organ yang ditempatinya. Kanker dapat terjadi diberbagai jaringan dalam berbagai organ di setiap tubuh, mulai dari kaki sampai kepala. Bila kanker terjadi di bagian permukaan tubuh, akan mudah diketahui dan diobati. Namun bila terjadi didalam tubuh, kanker itu akan sulit diketahui dan kadang - kadang tidak memiliki gejala. Kalaupun timbul gejala, biasanya sudah stadium lanjut sehingga sulit merusak diobati. Tumor kolon atau yang akrab dikenal dengan istilah tumor usus besar dapat bersifat jinak dan ganas. Memang, ada klasifikasi lagi pada penyakit tumor di bagian ini yaitu tumor jinak dan tumor ganas.Tumor jinak memiliki ciri pertumbuhan yang lambat dan tak menyerang jaringan atau organ sekitar usus. Tumor jinak pada usus besar ini biasa disebut dengan polip. Tumor jinak pada usus besar ini relatif mudah disembuhkan dibanding tumor kolon ganas. Namun demikian, perlu segera dilakukan upaya penyembuhan.Sementara, tumor yang memiliki pertumbuhan cepat dan menyerang organ sekitarnya disebut sebagai tumor ganas. Inilah yang biasa dikenal dengan nama kanker. Tumor kolon ganas ini biasanya berkembang dari tumor jinak yang tak segera diobati.Sering kali penderitanya terlambat berobat sehingga tumor jinak mengganas menjadi kanker kolon. Tidak hanya itu, keterlambatan mengobati tumor pada usus besar bisa merembet ke organ lainnya sehingga sangat berpotensi dalam menciptakan terjadinya kanker paru-paru dan kanker hati. Kanker adalah tumor seluler yang bersifat fatal, sel- sel kanker tidak seperti sel- sel tumor jinak, menunjukan sifat invasive dan metastasis dan sangatlah anaplastik. (Kamus Dorland).Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).

Kanker kolon (usus) adalah penyakit usus inflamasi kronis yang menyerang individu dan kali lebih berat dibandingkan kanker rectal (Smeltzer, 2002 : 1123). Kanker kolon dan rektum adalah kanker yang menyerang usus besar dan rektum, penyakit ini adalah penyakit kedua yang mematikan. (http://id.wikipedia.org) Kanker kolon dapat terjadi dalam salah satu dari dua cara. Didalam sekum dan kolon asenden, lesi-lesi ini cenderung untuk berkembang sesuai polyp yang timbul sebagai masa yang menyerupai bunga kol menonjol kedalam lumen kolon.Lesi tersebut dapat mengalami ulserasi, tetapi obstruksi kolon jarang terjadi. Dapat terjadi lesi-lesi menembus dinding kolon yang menyebar kejaringan sekitarnya. Didalam kolon desendens, terutama bagian rektosigmoid, lebih sering terjadi suatu lesi yang terhapus.Lesi mula-mula berupa masa polypoid yang kecil yang menjadi seperti plak.Plak ini tumbuh secara melingkar, menyebabkan menyempitnya lumen. Obstruksi dapat terjadi akibat terbentuknya faeces pada samping kiri yang tidak dapat melewati lumen yang menyempit. Lesi-lesi ini juga suatu saat dapat menembus di dinding kolon dan meluas kedalam jaringan didekatnya.A. Penyebab Kanker Usus

Faktor yang menyebabkan kanker usus adalah sebagai berikut :1. Faktor makanan: makanan berprotein tinggi, lemak tinggi dan diet rendah serat, dapat meningkatkan resiko terkena kanker usus besar.

2. Faktor genetik: bila salah satu dari anggota keluarga pernah terkena kanker usus besar, generasi berikutnya mempunyai kemungkinan lebih tinggi dari rata-rata.

3. Polip: polip usus besar tumbuh di dinding bagian dalam kanker usus besar atau rektum rentan terhadap berbagai stimulus, bisa berubah menjadi kanker.

4. Penyakit Crohn atau kolitis ulseratif: seorang yang berpenyakit Crohn atau kolitis ulseratif, beresiko 30x lebih tinggi dari orang biasa untuk menderita kanker usus besar. B. Pasien yang Besiko Terkena Kanker Usus

1. Pasien yang sudah pernah terkena penyakit poliposis adenomatosa

2. Pasien yang memiliki anggota keluarga yang pernah menderita pasien kanker usus besar

3. Pasien dengan darah dalam feses (jangka panjang)

4. Pasien dengan kolitis ulseratif kronis

5. Pasien dengan diare atau konstipasi kronis C. Gejala Kanker Usus Besar

1.Darah dalam tinja berwarna merah terang/gelap dan biasanya tidak sakit

2.Distensi perut, sakit perut, gangguan pencernaan, kehilangan nafsu makan

3.Perubahan kebiasaan buang air besar, maka frekuensi atau diare dan sembelit bergantian

4.Perubahan bentuk tinja

5. Penurunan berat badan drastis dan anemia

6. Bisul di anus yang tidak kian sembuh, nyeri dubur

7.Sakit kuning, ascites, busung, dan metastasis ke organ hati 2.4DIAGNOSISMetode Diagnosa untuk kanker usus besar adalah :1. Rectal Examination: prosedurnya, dokter memakai sarung tangan, dan menggunakan pelumas, dokter akan meraba daerah rektum untuk memeriksa ada tidaknya benjolan.

2. Fecal occult blood test: hiperplasia jaringan usus besar menyebabkan bocornya sejumlah kecil darah, dan menyebabkan tinja dalam darah. Test ini dapat mendeteksi adanya darah di tinja. Bila hasilnya positif, maka ini menunjukan adanya pendarahan dalam sistem pencernaan. Pasien sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memeriksakan adanya tumor/kanker.

3. X-ray: Dengan menggunakan barium meal examination dan barium enema, dokter dapat mendapatkan gambaran tentang morfologi usus besar, dan mengetahui ada tidaknya polip. : metode diagnosis kanker usus besar ini meliputi pemeriksaan sistem pencernaan bagian atas dan bagian bawah menggunakan barium. Pemeriksaan ini dapat mengamati secara keseluruhan bentuk usus besarada tidaknya polip dan focus kankerdan memberi dasar terhadap penderita kanker usus besar yang melakukan operasi. Tanda tanda paling awal perubahan patologis adalah adanya kekakuan dinding ususkerusakan mukosadilanjutkan dengan dapat terlihat banyak kerusakan yang konstan rongga usus menyempit dan lain lain. Metode Air and barium contrast study memberikan hasil yang lebih bagus. 4. Endoskopi: Bila ditemukan darah dalam tinja atau perubahan kebiasaan buang air besar, dan hasil abnormal pada waktu rectal examination, kolonoskopi harus dilakukan untuk menemukan semua jenis lesi di usus besar, dan biopsi dapat dilakukan.

5. USG, CT scan atau MRI: pemeriksaan- pemeriksaan ini memang tidak mendiagnosa secara langsung, tetapi dapat memberikan gambaran tentang, letak, bentuk, ukuran kankernya, keadaan jaringan disekitarnya dan ada tidaknya penyebaran.

6. Biopsi: pemeriksaan biopsi sangat penting untuk mendiagnosa kanker usus besar.

Gambar Stadium kanker usus

Tahap-tahap klinis kanker usus besar :1. Stadium 0:Ditemukannya sel-sel abnormal di dinding usus besar. Stadium ini juga disebut carcinoma in situ

2. Stadium I:Tumor sudah tumbuh di dinding usus besar, dan invasi bagian submukosa

3. Stadium II:Tumor sudah memasuki kedalaman dinding usus besar, dan dapat menyebar ke organ terdekatnya. Tetapi belum memasuki kelenjar getah bening.

4. Stadium III: Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening tetapi belum menyebar ke bagian tubuh lainnya

5. Stadium IV: Kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya, seperti, paru-paru, hati, dinding paru-paru dan ovarium.

Kekambuhan: Setelah pengobatan, kankernya kambuh kedaerah tubuh lainnya.

2.5TERAPI Hal-hal di bawah ini perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pengobatan:1. Kanker baru dapat dideteksi bila jumlah sel kanker kira-kira 10 pangkat 9. Jumlah yang dapat dibasmi diperkirakan 99,9% jadi sel kanker yang tersisa sekurang-kurangnya 10 pangkat 6 sel.2. Adanya hubungan dosis-respon yang jelas. Berkurangnya sel kanker ternyata berbanding lurus dengan dosis. Di lain pihak, efek non terapi juga berbanding lurus dengan dosis. Pertimbangan manfaat & akibat harus dilakukan secara cermat.3. Diperlukan jadwal pengobatan yang tepat. Untuk dosis yang sama, pemberian dosis besar secara intermiten memberikan hasil yang lebih baik dan efek menekan kekebalan tubuh (imunosupresi) yang lebih ringan.

4. Kemoterapi harus dimulai sedini mungkin. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa pada keadaan dini jumlah sel kanker lebih sedikit dan fraksi sel kanker yang dalam pertumbuhan (yang sensitif terhadap obat) lebih besar.5. Kemoterapi harus tertuju kepada sel kanker, tanpa menyebabkan gangguan menetap pada jaringan normal.6. Sifat pertumbuhan tumor ganas harus menjadi pertimbangan. Pertumbuhan tumor mengikuti fungsi Gompertzian, mula-mula bersifat eksponensial kemudian bersifat lambat. Apabila populasi tumor dikurangi misalnya dengan radiasi atau penyinaran maka sel sisa berkembang secara eksponensial kembali akan menjadi lebih peka terhadap kemoterapi.7. Beberapa sitostatik dan hormon memperlihatkan efek selektif relatif terhadap sel dengan histologik tertentu.8. Terapi kombinasi. Dasar pemberian dua atau lebih antikanker ialah untuk mendapatkan sinergisme tanpa menambah sitotoksisitas Pengobatan kanker usus besar, yaitu:

1. Operasi: Operasi adalah treatment yang paling sering digunakan untuk pengobatan kanker usus besar. Sebagian besar pasien kanker usus stadium dini, memilih operasi sebagai treatment. Suatu Polipectomi adalah suatu metode yang biasa digunakan oleh dokter (ahli endoskopi) untuk mengangkat polip usus yang dianggap berbahaya (mengarah ke pra-kanker) pada saat dilakukannya kolonoskopi. Bila sudah menjadi kanker, maka perlu dilakukan tindakan operasi yang disebut kolektomi atau reseksi segmental. Biasanya dokter akan mengangkat bagian usus yang terkena kanker (termasuk node getah bening didekatnya), dan kemudian menyambungkan kembali bagian usus yang tersisa. Pada operasi ini, dokter mungkin menganggap perlu untuk membuat lumbang pembuangan tinja sementara (ostomi) di pinggang pasien untuk memberikan waktu ususnya sembuh. Suatu bedah laparoskopi kolostomi menggunakan tehnik yang lebih canggih yang tidak memerlukan sayatan panjang seperti pada operasi pembedahan biasa (open surgery). Beberapa manfaat dari metode ini adalah rasa sakit sesudah operasi jauh lebih berkurang dan pasien tidak perlu rawat inap terlalu lama di RS.

2. Radioterapi: Radioterapi sering digunakan dengan operasi untuk menurunkan tingkat kekambuhan kanker usus besar. Radioterapi dalam mengobati kanker usus terutama digunakan ketika sel-sel kankernya sudah menempel ke organ dalam atau ke lapisan dalam perut (abdomen). Dalam hal ini radioterapi digunakan setelah operasi pengangkatan untuk memastikan seluruh sel-sel kanker yang tersisa mati. Radiasi jarang digunakan untuk mengobati kanker usus besar yang telah menyebar (metastasis).Untuk kanker rektum,radiasi sering diberikan baik sebelum atau setelah operasi untuk membantu mencegah kankernya kambuh. Sebuah tehnik khusus radioterapi dapat dilakukan pada kasus kanker dubur dengan tumor kecil. Tehnik radio-surgery terapi ini memungkinkan pengangkatan tumor, tanpa perlu melakukan operasi pembedahan terbuka. Brachytherapy (terapi radiasi internal): Dalam metode ini, pelet kecil atau biji bahan radioaktif ditempatkan langsung ke kankernya dalam jangka pendek dengan tujuan mematikan kankernya tanpa merusak jaringan sehat disekitarnya. Metode ini dilakukan untuk orang-orang yang karena satu dan lain hal tidak dapat menjalani operasi.3. Kemoterapi: Sebelum operasi, bisa dilakukan kemoterapi untuk menghambat pertumbuhan sel kanker baru, dan juga untuk membunuh dan membinasakan sel kanker. Sekitar setengah dari pasien kanker usus besar dengan metastasis dan kambuh setelah operasi, di samping beberapa pasien dengan stadium dini, pasien stadium lanjut dan pasien operasi pemotongan diminta untuk menjalani kemoterapi. Dalam kombinasi kemoterapi pengobatan kanker kolon adalah pengecualian sebuah tindakan terapi penting perawatan bedah lanjutan. a. Program Kemoterapi Intravena Tubuh

Progam kemoterapi kanker kolon berbasis 5-FU, dengan tetrahydrofolate sebagai dosis pengatur untuk meningkatkan efektivitas pengaruh dosis 5-FU. B. Golongan Antimetabolitb. Kemoterapi Oral

Obat kemoterapi oral kanker kolon terutama mengacu pada obat fluoropyrimidine, setelah diserap sekali atau berulang kali melalui metabolisme menjadi 5 - fluorouracil, berfungsi sebagai efek anti kanker. Kemoterapi oral dalam perawatan klinis mempunyai hasil pengobatan yang tinggi, efek samping ringan, kemudahan dosis, dapat pengobatan rawat jalan, tepat untuk kemoterapi pasien tumor usia lanjut dan keluarga menjadi tren baru dalam pengobatan kanker kolon. 4. Imunoterapi: Imunoterapi dapat meningkatkan imunitas dan kualitas hidup pasien; tanpa trauma, tidak sakit, tidak perlu rawat inap, juga dapat menurunkan efek samping dari radioterapi Obat- Obat Anti Kanker Usus Besar bevacizumab (Avastin ), panitumumab (vectibix), dan cetuximab (Erbitux). Obat ini merupakan antibodi monoclonal buatan (versi manusia) untuk menyerang kanker pada akar molekulnya.5-fluorourasil (5-FU)Sediaan : Obat ini tersedia sebagai larutan 50 mg/mL dalam ampul 10 mL untuk IVIndikasi : Kanker payudara, kolon, esofagus, leher dan kepala, Leukimia limfositik Sisplatin

Indikasi : Kanker testis, ovarium, buli-buli, esofagus, paru, kolon.Mekanisme kerja : Mekanisme kerja pasti dari sisplastin belum diketahui, tapi diduga mirip dengan alkilator. Tempat ikatan utama adalah N7 pada guanin, namun juga terbentuk ikatan kovalen dengan adenin dan sitosin.Bevakizumab.Indikasi : terapi kanker metastatik di kolon atau anus pada kombinasi dengan 5-FU intravena/asam folat atau 5-FU/asam folat/irinotecan.Kontra Indikasi: kanker metastasis, ibu hamil dan menyusui, produk sel ovari hamster cina atau gen rekombinan atau antibodi manusia.Perhatian: perforasi sistem pencernaan, penyembuhan komplikasi luka, proteinuria, tromboamboli arteri, hemorhagik, kardiomiopatik.Efek samping: inflamasi perut bagian dalam, luka lambung, tumor nekrosis, diverticulitis (inflamasi kolon), pendarahan, hipertensi, proteinuria, tumor yang menyebabkan haemorhagik, tromboemboli arterial, keadaan abnormal.Dosis: 5 mg/kg/BB dalam infus intravena sekali dalam 14 hari. Dosis awal diberikan 90 menit setelah kemoterapi infus. Dosis kedua diberikan infus selama 60 menit dan kemudian seluruh dosis diberikan 30 menit sebelum atau sesudah kemoterapi.Kemasan: Vial 25 mg/ml x 4 ml x 1s. 16 ml x 1s. Kerja Obat Antikanker.

Pada umumnya, kerja antikanker berdasarkan atas gangguan pada salah satu proses sel yang esensial. Karena tidak ada perbedaan kualitatif antara sel kanker dengan sel normal maka semua antikanker bersifat sitotoksik dan bukan kankerosid atau kanker toksik yang selektif.

Alkilator. Berbagai alkilator menunjukkan persamaan cara kerja yaitu melalui pembentukan ion karbonium atu kompleks lain yang sangat reaktif. Ikatan kovalen (alkilasi) akan terjadi dengan berbagai nukleofilik penting dalam tubuh misalnya fosfat, amino, sulhidril, hidroksil atau gugus imidazol. Efek sitostatik maupun efek sampingnya berhubungan langsung dengan terjadinya alkilasi DNA ini.

Antimetabolit. Antipurin dan antipirimidin mengambil tempat purin dan pirimidin dalam pembentukan nukleosida, sehingga mengganggu berbagai reaksi penting dalam tubuh.

Penggunaan sebagai obat kanker didasarakan atas kenyataan bahwa metabolism purin dan pirimidin lebih tinggi pada sel kanker dari sel normal.

Antagonis purin Misalnya merkaptopurin merupakan antagonis kompetitif dari enzim yang menggunakan senyawa purin sebagai substrat. Suatu alternatif lain dari mekanisme kerjanya ialah pembentukan 6-metilmerkaptopurin (MMPR), yang menghambat biosintesis RNA, CoA, ATP dan DNA dihambat.

Antagonis folatMisalnya metotreksat menghambat dihidrofolat reduktase dengan kuat dan berlangsung lama. Dihidrofolat reduktase ialah enzim yang mengkatalis dihidrofolat (FH2)menjadi tetrahidrofolat (FH4). Tetrahidofolat merupakan metabolit aktif dari asam folat yang berperan sebagai kofaktor penting pada sintesis protein.

Produk Alamiah.Alkaloid Vinka. Zat ini berikatan secara spesifik dengan tubulin, komponen proteinmikrotubulus, spindle mitotik dan memblok polimerasinya. Akibatnya terjadi disolusi mikrotubulus sehingga sel terhenti dalam metafase. Antibiotik.Antrasiklin berinterkalasi dengan DNA sehingga fungsi DNA terganggu. Aktinomisin memblok polimerase RNA yang dependen terhadap DNA, karena terbentuknya kompleks antara obat dan DNA. Bleomisin bersifat sitotoksik berdasarkan daya memecahkan DNA. Enzim.Asparaginase. Obat ini ialah suatu enzim katalisator yang berperan dalam hidrolisis asparagin menjadi asam aspartat dan amonia.2.6PENCEGAHANMencegah jauh lebih baik ketimbang mengobati. Hal itu juga berlaku pada kanker usus besar. Agar tak sampai terjamah penyakit mematikan ini, lakukan upaya pencegahan. Berikut ini adalah beberapa cara dan tersebut :

Memperbanyak konsumsi makanan berserat dan sebisa mungkin mengurangi / menghindari makanan yang mengandung kadar lemak tinggi. Tujuannya untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat keasaman, konsentrasi asam lemak, asam empedu, dan zat besi dalam usus besar.

Mengkonsumsi buah-buahan dan sayur setiap hari (terutama sayur yang termasuk dalam keluarga kubis).

Mengkonsumsi asam lemak omega-3, yang banyak terdapat dalam ikan tertentu.

Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung folat, kalsium, vitamin A, C, D, E, dan betakarotin.

Minum susu yang mengandung Lactobacillus acidophilus.

Berolahraga secara teratur.

Olah raga / aktivitas fisik yang banyak dan memadai akan memperbaiki sistem metabolisme tubuh. Hal ini akan menyebabkan seseorang lebih mudah dan teratur untuk buang air besar.

Hidup rileks dan menghindari hal-hal yang bisa mendatangkan stres.

Pertahankan indeks massa tubuh (IMT) antara 18,5 25,0 kg/m2, jangan sampai mengalami obesitas.

Tidak merokok.

Tidak mengkonsumsi alkohol.

Banyak minum air putih.

Menghindari makanan yang mengandung bahan pewarna dan pengawet.

Mengurangi konsumsi makanan yang diasap, dibakar, dan diawetkan.

Bagi yang berusia 50 tahun sebaiknya rajin melakukan skrining kanker usus melalui terpong usus (Kolonoskopi) sebagai bagian dari periodic check up.

Segera lakukan kolonoskopi dan polipektomi saat ditemukan adanya polip di usus besar.

Setelah menjalani polipektomi adenoma, disarankan adanya pemberian suplemen kalsium.

Disarankan pula suplementasi vitamin E dan D.

Lakukan deteksi dini dengan tes darah samar sejak usia 40 tahun.Penyebab terjadinya kanker yaitu terganggunya siklus sel akibat mutasi gen-gen yang mengatur pertumbuhan. Proses terjadinya kanker usus besar :a. Fase inisiasi:

merupakan tahap awal yg dimulai dgn sel-sel yang normal mengadakan kontak dgn karsinogen. Zat inisiator ini mengganggu proses reparasi normal, terjadi mutasi DNA dengan kelainan pada kromosomnya. Karsinogen (inisiator); radiasi, bahan kimia, obat dan virus b. Fase promosi:

tahap kedua ini dapat berlangsung dalam waktu beberapa tahunzat karsinogen tambahan (co- arcinogens) diperlukan sebagai promotor untuk mencetuskan proliferasi sel, sehingga sel sel yang rusak menjadi ganas. Yg termasuk faktor promotor; rokok, penyalahgunaan alkohol dan penggunaan makanan yang mempengaruhi sel-sel yang telah mengadakan mutasi. Faktor promotor ini menambah perubahan struktur sel, sehingga kecepatan mutasi spontan juga bertambah

c. Fase progresi: terjadi pertumbuhan yang tidak terkendali dari tumor yang dapa t bermetastase.

1. FARMAKOTERAPI KANKER Terapi kanker usus besar yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut :

Pembedahan(operasi) :Pengambil jaringan tumor.

Radiasi : membunuh tumor dengan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel kanker.

Kemoterapi : menggunakan obat sitostatika untuk membunuh sel kanker.

Biologi terapi atau imunoterapi, yaitu menggunakan kemampuan biologi tubuh yang alamiah untuk memerangi tumor. Cara pengobatan dapat tunggal ataupun kombinasi dari pengobatan tersebut diatas tergantung pada jenis dan tahapan kanker.Pada kasus ini, terapi yang digunakan adalah terapi kombinasi yaitu sebelum operasi, bisa dilakukan kemoterapi untuk menghambat pertumbuhan sel kanker baru, dan juga untuk membunuh dan membinasakan sel kanker, tindakan operasi yang disebut kolektomi atau reseksi segmental,biasanya dokter akan mengangkat bagian usus yang terkena kanker, dan kemudian menyambungkan kembali bagian usus yang tersisa. Pada operasi ini, dokter mungkin menganggap perlu untuk membuat lumbang pembuangan tinja sementara (ostomi) di pinggang pasien untuk memberikan waktu ususnya sembuh.setelah tindakan operasi dilanjutkan dengan kemoterapi atau bisa juga bersamaan seperti kemoterapi disertai radiasi. Perkembangan terbaru adalah menggunakan menggunakan partikel proton dan ion untuk penyinaran, dimana distribusi penyinaran dapat diatur lebih cermat, sehingga kerusakan sela dan jaringan sehat disekitarnya, dapat dikurangi. Kemoterapi. Merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker dan diberikan secara sistemik, Obat antikanker ini dikenal dengan nama sitostatika,. Yang artinya , penghambat kerja sel.

Untuk kemoterapi bisa digunakan satu jenis sitostatika atau kombinasi dari berbagai sitostatika. kombinasi sitostatika atau disebut regimen kemoterapi, berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan efek samping seminimal mungkin.2. OBAT KANKER

Obat obat sitostatika bekerja pada siklus sel. Sebelum kita mengenal masing-masing obat sitostatika terlebih dahulu kita harus memahami siklus sel. Dimulai dari mitosis (M), diikuti dengan G1 fase dimana terjadi perbaikan DNA dan sintesis RNA serta pembentukan protein. Setelah melalui G1 sel memasuki masa istirahat pada fase Go. Setelah fase G1 sempurna masuk pada fase sintesis DNA (S). Pada fase ke-2 ( G2 ) RNA dan protein sintesis dilanjutkan dan membawa sel pada fase mitosis untuk pemisahan sel.

Berikut bagan cara kerja jenis obat sitostatiska pada beberapa fase pembelahan sel :FaseJenis sitostatika

S Phase dependentAnti metabolit

Capecitabine

Cytarabine

Doxorubicin

Fludarabine

Floxuridine

Fluorouracil

Gemcitabine

Hydroxyurea

Mercaptopurine

Methotrexate

Procarbazine

Thioguanine

M Phase dependentVinca Alcaloids

Vinblastine

Vincristine

Vinorelbine

Podophyllotoxins

Etoposide

Teniposide

Taxane

Docetaxel

Paclitaxel

G2 Phase dependentBleomycin

Irinotecan

Mitoxantron

Topotecan

G1 Phase dependentAsparaginase

Senyawa yang tidak spesifik bekerja pada siklus sel ( alkylating agent ) mempunyai kurva linier dosis respon, semakin besar dosis obat semakin besar fraksi sel yang terbunuh. Untuk senyawa yang spesifik pada siklus sel mempunyai fase plateau pada kemampuan pembunuhan sel, dimana pembunuhan sel tidak akan meningkat dengan peningkatan dosis obat.

Senyawa kemoterapi bekerja selektif pada siklus sel. Baik sel normal maupun sel kanker mempunyai karakteristik siklus sel, yang bisa dianggap sama.Sel tumor dapat terdeteksi pada kurang lebih 109 sel. 1 Kg. Massa tumor (jumlah yang mematikan pada manusia) setara dengan 1012 sel. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Skipper dan Schabel, konsep pembunuhan senyawa kemoterapi dapat diformulasikan dalam Log Kill. Jika obat dapat membunuh 99.9% dari sel dengan satu treatment, dapat menurunkan jumlah sel dari 1010 ke angka 107 ( angka dimana sel tidak terdeteksi) dan kemungkinan turun menjadi 104. Untuk mendapatkan potensial efek penyembuhan, diperlukan multiple treatment. Prinsip pemilihan obat pada regimen kombinasi :

Obat yang digunakan diketahui aktivitasnya sebagai single agent, terutama obat yang mempunyai complete remission.

Obat dengan mekanisme kerja yang berbeda untuk menghindari additive efek atau sinergis efek

Obat dengan berbeda toksisitas dipilih untuk mendapatkan maksimum dosis atau mendekati maksimum dosis.

Obat harus digunakan pada dosis optimal dan sesuai schedule

Obat harus diberikan pada interval yang konsisten

Obat mempunyai pola resistensi yang berbeda harus dikombinasikan untuk meminimalkan resistensi silang3. MANAJEMEN DIET1.Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker. 2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari) mampu menghambat lajunya pertumbuhan sel - sel kanker dan tumor

3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan. 4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker. 5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan. 6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur. BAB III

PEMBAHASAN

Neoplasma/kanker adalah pertumbuhan baru (tumor) massa yang tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga kanker (cancer).(Sylvia A Pricem 2005).

Karsinoma atau kanker kolon adalah keganasan tumbuh lambat yang paling sering ditemukan didaerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa optimistikm ,tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998)

Kanker kolon rektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh didalam permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas, biasa disebut adenoma, yang dalam stadium awal berbentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). (www.republika.co.id)

Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat berbentuk sementara atau permanen. (Brunner and Sudarth, 2001)

gambar 2.1 kanker kolon

BAB IVPENUTUP

A. KESIMPULAN

Kanker colon adalah suatu kanker yang yang berada di colon. Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru (ACS 1998) Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah. Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker Colon.

Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran pada usus besar (aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society (The National Cancer Institute), dan organisasi kanker lainnya.

B. SARAN

Kepada pembaca diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memahami dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari bagaimana tindakan yang dapat dilakukan jika menderita ca. Colon dan tindakan yang dilakukan untuk mencegah penyakit ca.colon dengan memakan makanan yang tidak mengandung zat kimia yang berlebihan dengan mengkonsumsi makanan yang seimbang.

DAFTAR PUSTAKADoenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung

Ester, Monica. 2002. Keperawatan Medikal Bedah : Pendekatan Sistem Gastrointestinal. Cet. 1. Jakarta : EGC.http://panmedical.wordpress.com/2010/03/24/fisiologi-dan-anatomi-kolon-defekasi/http://sinau-biologi.blogspot.com/2009/03/anatomi-usus-besar_6278.html.http://www.drarief.com/mengenal-kanker-kolon/ Ganguan atau Kelainan pada Sistem Pencernaan Manusia (donnarevita-sciencetwo-duablas.blogspot.com

Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5 tahun 2007. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 732-756source :litbang.depkes.go.id(http://triyo-rachmadi-skep.blogspot.com) dasar2 farmakologi kanker26