Top Banner
MAKALAH K3 201 0 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ). Makalah ini berisikan mengenai pentingnya keselamatan bagi para pekerja konstruksi yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Dan juga undang- undang yang mengaturnya. Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan perlu diperbaiki. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan. Semoga makalah ini memberi manfaat dan hanya kepada Allah SWT kami memohon agar meridhoi segala upaya kami. 1 |UNIVERSITAS GUNADARMA
32

MAKALAH K3 BARUBARU

Jan 15, 2016

Download

Documents

sipil
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan

karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kesehatan dan

Keselamatan Kerja ( K3 ). Makalah ini berisikan mengenai pentingnya keselamatan

bagi para pekerja konstruksi yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Dan juga

undang-undang yang mengaturnya.

Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

membantu menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan perlu

diperbaiki. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan. Semoga makalah ini

memberi manfaat dan hanya kepada Allah SWT kami memohon agar meridhoi segala

upaya kami.

Depok , November 2010

1 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 2: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

Daftar Isi

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

Bab I Pendahuluan

1.2 Latar Belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

1.2 Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

1.3Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

Bab II Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

Bab III Penutup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16

Lampiran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17

Referensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21

2 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 3: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan masalah yang kompleks pada

suatu proyek konstruksi. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja umumnya

disebabkan oleh faktor manajemen, di samping faktor manusia dan teknis. Tingkat

pengetahuan, pemahaman, perilaku, kesadaran, sikap dan tindakan masyarakat, tenaga

kerja, aparatur pemerintah dan masyarakat dalam upaya penanggulangan masalah

keselamatan kerja masih sangat rendah dan belum ditempatkan sebagai suatu

kebutuhan pokok bagi peningkatan kesejahteraan secara menyeluruh termasuk

peningkatan produktivitas kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan

mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).

Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan

kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan,

melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi

keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang. Dengan begitu pemerintah

harus sadar benar akan pentingnya K3 dalam setiap pekerja. Apalagi industri

konstruksi merupakan salah satu sektor yang tingkat kecelakaan kerjanya sangat

tinggi dibanding sektor yang lain. Sehingga hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja,

karena bukannya hanya merugikan secara fisik ( cacat, meninggal ) tetapi juga itu

membutuhkan materi yang banyak hingga pada kerusakan lingkungan. Sebaiknnya

penerapan Kesehatan dan Kesehata Kerja ( K3 ) tidak hanya saat pekerjaan konstruksi

3 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 4: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

tetapi hingga hasil pekerjaan konstruksi dipakai masyarakat. Misalnya saja pada

bendungan yang aman saat pekerjaan hingga terbukti tidak jebol pada musim hujan.

Untuk itu K3 itu benar – benar harus diterapkan dengan baik. Walaupun ada yang

mengatakan K3 hanya akan menambah biaya konstruksi nantinya, tetapi yang

namanya keselamatan kerja benar – benar harus diperhatikan agar jasa konstruksi

dapat dipercaya oleh masyarakat umum. Jangan sampai kalah dengan negara lain

yang memandang K3 itu sangat penting. Beberapa tahun terakhir telah terjadi banyak

kecelakaan kerja pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi, baik yang dilaksanakan oleh

Pemerintah, maupun non Pemerintah. Data menunjukkan bahwa kecelakaan kerja

terjadi paling banyak disebabkan oleh kesalahan manusia (human error), baik dari

aspek kompetensi para pelaksana konstruksi maupun pemahaman arti pentingnya

penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Kecelakaan kerja di sektor

konstruksi merupakan penyumbang angka kecelakaan kerja terbesar pada beberapa

tahun terakhir ini di samping kecelakaan kerja di sektor lainnya. Departemen

Pekerjaan Umum sebagai salah satu unsur pemerintah yang mempunyai tugas dan

tanggung jawab dalam pembinaan dibidang konstruksi, telah melakukan berbagai

upaya di dalam mengimplementasikan kebijakan pemerintah tersebut diatas baik

dalam bentuk kebijakan-kebijakan maupun kegiatan-kegiatan pembinaan lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis-jenis kecelakaan kerja yang pernah terjadi di Indonesia ?

2. Faktor apa saja yang menyebabkan kecelakaan kerja ?

3. Bagaimana penanggulangan dari kecelakaan kerja ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui bentuk-bentuk kecelakaan kerja di Indonesia dan cara

menanggulanginya.

4 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 5: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

2. Mengetahui faktor penyebab dari kecelakaan kerja .

\

Bab II

Pembahasan

2.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

Sebelum kita menelaah lebih jauh tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja

( K3 ) kita harus mengetahui dahulu pengertian awal dari K3 itu sendiri. Secara

filosofi K3 adalah pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan

untuk tenaga kerja pada umumnya baik jasmani maupun rohani, serta hasil karya dan

budaya menuju masyarakat adil, makmur , dan sejahtera. Sedangkan secara keilimuan,

K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah

kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit dan lain-lain.

Setelah kita meninjau pengertian awalnya kita harus mengetahui hukum-

hukum apa saja yang mengatur tentang K3 itu sendiri.

Berikut merupakan beberapa pengaturan yang yang mengatur hal tersebut ;

1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

2. Undang-undang No. 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

3. Undang-undang No. 18 tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi

5 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 6: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.01/MEN/1980 Tentang K3 pada

Konstruksi Bangunan

5. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum

No.174/Men/1986 dan No.104/Kpts/1986, Tentang K3 pada tempat kegiatan

konstruksi

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.04/MEN/1995 Tentang Perusahaan

Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja

7. Surat Edaran Menakertrans Nomor SE.321/Men/PPK-PNK3/2007 Tentang

Peningkatan Pembinaan dan Pengawasan K3 Pada Kegiatan Konstruksi

8. Surat Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, Departemen tenaga Kerja

dan Transmigrasi RI No.Kep.20/DJPPK/VI/2004 Tentang Sertifikasi Kompetensi K3

Bidang Konstruksi Bangunan

9. Surat Edaran Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor

SE.13/BW/1998 Tentang Akte Pengawasan Ketenagakerjaan Konstruksi

Ada minimal 53 dasar hukum tentang K3 dan puluhan dasar hukum tentang

lingkungan yang ada di Indonesia. Tetapi, ada 4 dasar hukum yang sering menjadi

acuan mengenai K3 yaitu:

Pertama, dalam Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1970 Tentang

Keselamatan Kerja, di sana terdapat Ruang Lingkup Pelaksanaan, Syarat Keselamatan

Kerja, Pengawasan, Pembinaan, Panitia Pembina K-3, Tentang Kecelakaan,

Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja, Kewajiban Memasuki Tempat Kerja, Kewajiban

Pengurus dan Ketentuan Penutup (Ancaman Pidana). Inti dari UU ini adalah, Ruang

lingkup pelaksanaan K-3 ditentukan oleh 3 unsur, yaitu:

Adanya Tempat Kerja untuk keperluan suatu usaha

6 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 7: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

Adanya Tenaga Kerja yang bekerja di sana

Adanya bahaya kerja di tempat itu

Dalam Penjelasan UU No. 1 tahun 1970 pasal 1 Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 2918, tidak hanya bidang Usaha bermotif Ekonomi tetapi Usaha

yang bermotif sosial pun (usaha Rekreasi, Rumah Sakit, dll) yang menggunakan Instalasi

Listrik dan atau Mekanik, juga terdapat bahaya (potensi bahaya tersetrum, korsleting dan

kebakaran dari Listrik dan peralatan Mesin lainnya).

Kedua, UU No. 21 tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No. 81

Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (yang mana disahkan 19 Juli

1947). Saat ini, telah 137 negara (lebih dari 70%) Anggota ILO meratifikasi (menyetujui dan

memberikan sanksi formal) ke dalam Undang-Undang, termasuk Indonesia

(sumber:www.ILO.org). Ada 4 alasan Indonesia meratifikasi ILO Convention No. 81 ini,

salah satunya adalah point 3 yaitu baik UU No. 3 Tahun 1951 dan UU No. 1 Tahun 1970

keduanya secara eksplisit belum mengatur Kemandirian profesi PengawasKetenagakerjaan

serta Supervisi tingkat pusat (yang diatur dalam pasal 4 dan pasal 6 Konvensi tersebut)

sumber dari Tambahan LembaranNegara RI No. 4309.

Ketiga, UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya Paragraf 5

tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87. Pasal 86 ayat 1berbunyi: “Setiap

Pekerja/ Buruh mempunyai Hak untuk memperoleh perlindungan atas (a) Keselamatan dan

Kesehatan Kerja. ”Aspek Ekonominya adalah Pasal 86 ayat 2: ”Untuk melindungi

keselamatan Pekerja/ Buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal

diselenggarakan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja. ”Sedangkan Kewajiban

penerapannya ada dalam pasal 87: “Setiap Perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan.”

Keempat, Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem

Manajemen K3. Dalam Permenakertrans yang terdiri dari 10 bab dan 12 pasal ini, berfungsi

7 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 8: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

sebagai Pedoman Penerapan Sistem Manajemen K-3 (SMK3), mirip OHSAS 18001 di

Amerika atau BS 8800 di Inggris.

Lalu tujuan daripada K3 itu sendiri adalah:

• Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja

• Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien

• Menjamin proses produksi berjalan lancar

Di sini kami akan lebih menspesifikasikannya pada hal kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan yang berakibat cidera

pada manusia, kerusakan barang, gangguan terhadap pekerjaan dan pencemaran

lingkungan. Kecelakaan kerja di Indonesia dalam sektor Industri konstruksi sangat

tinggi. Hal ini terbukti dengan banyaknya korban yang berjatuhan saat industri

berlangsung. Badan PBB dunia yang menangani mengenai ILO ( Organisasi

Perburuhan Internasional ) yang kami dapatkan sumbernya menyebutkan bahwa tiap

tahun sekitar 24 juta orang meninggal karena kecelakaan dan penyakkit di lingkungan

kerja termasuk didalamnya 360.000 kecelakaan fatal dan diperkirakan 1,9 juta

disebabkan oleh penyakit fatal yang timbul di lingkungan kerja. Hal tersebut berarti

bahwa pada akhir tahun hampir 1 juta pekerja akan mengalami kecelakaan kerja dan

sekitar 5.500 pekerja meninggal akibat kecelakaan atau penyakit di lingkungan kerja.

Dalam sudut pandang ekonomi, 4% atau senilai USD 1,25 Trilyun dari Global Gross

Domestic Prodct (GDP) dialokasikan utuk biaya dari kehilangan waktu kerja akibat

kecelakaan dan penyakit di lingkunga kerja, kompensasi untuk para pekerja,

terhentinya produksi, dan biaya biaya pengobatan pekerja. Potensi bahaya kecelakaan

kerja diperkirakan menyebabkan 651.000 angka kematian, terutama di Negara Negara

berkembang. Bahkan angka tersebut mungkin dapat lebih besar lagi jika sistem

pelaporan dan notifikasinya lebih baik. Data dari sejumlah Negara Negara Industri

menunjukkan bahwa para pekerja konstruksi memiliki potensi meninggal akibat

kecelakaan kerja 3 sampai 4 kali lebih besar. Penyakit paru paru yang terjangkit pada

para pekerja di perusahaan minyak & gas, pertambangan, dan perusahaan perusahaan

8 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 9: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

sejenis, sebagai akibat paparan asbestos, batu bara dan silica, masih menjadi perhatian

di negara negara maju dan berkembang. Bahkan kematian akibat kecelakaan kerja dari

paparan Asbestos saja sudah mencapai angka 100.000 dan selalubertambah setiap

tahunnya. Pemerintah harus bersikap tegas dalam implementasi K3 ini.

Walaupundalam faktanya terdapat keganjilan berita yang menyebutkan bahwa

Indonesia menjadi parameter dalam penerapan K3 untuk negara-negara di Eropa,

tetapi disatu sisi ILO ( organisasi perburuhan internasional ) dalam penelitiannya di

153 negara dunia Indonesia menduduki peringkat 152. Ini sangat mencengangkan.

Apalagi kecelakaan di bidang konstruksi yang sangat sering terjadi. Mungkin industri

konstruksi di Indonesia berfikir terlalu berlebihan terhadap Kesehatan dan

Keselamatan Kerja ( k3 ) akan semakin meningkatkan biaya kon struksi. Padahal

K3 semesti harus selalu diperhatikan untuk menjamin setiap pekerja. Kenyataan

membuktikan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk menjamin pekerja-pekerja dalam

kesehatan dan keselamatan kerjanya lebih murah dibanding harus mengganti

rugipekerja, apabila pekerja itu mati. Sebagai contoh jika dalam sutu proyek dan ada

pekerja yang jatuh dari suatu lantai tertentu dan menyebabkan kematian, cost

yangharus dikeluarkan tidak murah . Seperti penanggung jawab dari proyek ini harus

membayar santunan kepada keluarga yang meninggal, penangan jenasah, apalagi jika

jenazah tersebut harus dikirim ke luar pulau. Fenomene tersebut membuktikan bahwa

cost yang harus dikelurkan oleh suatu proyek akan lebih besar jika ada seseorang

pekerja yang meninggal dunia akibat ketidakpatuhannya terhadap K3. Fenomena

gunung es, itulah jawaban yang menjadi dasar penjelasan dalam satu training safety

“safety training observation program”, berdasarkan suatu penelitian dari beberapa

kasus yang telah terjadi, cost yang harus dikeluarkan dari satu accident (fatality or

only lost time accident) nilainya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan cost yang

harus kita bayarkan dengan mengadakan system safety serta peralatan yang

dibutuhkan biaya kecelakaan yang nampak seolah-olah terlihat sedikit tapi nyatanya

itu sangat besar. Berikut perbandingan biaya yang nampak dan tak tampak seperti

fenomena gunung es tersebut.

9 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 10: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

Biaya yang nampak :

Pengobatan atau perawatan

Gaji ( biaya yang diasuransikan )

Biaya yang tidak tampak :

Kerusakan gangguan

Kerusakan peralatan dan perkakas

Kerusakan produk dan material

Terlambat dan ganguan produksi

Biaya legal hukum

Pengeluaran biaya untuk penyediaan fasilitas dan peralatan gawat darurat

Sewa peralatan

Waktu untuk penyelidikan

Gaji terus dibayar untuk waktu yang hilang

Biaya pemakaian pekerja pengganti dan/ atau biaya melatih

Upah lembur

Ekstra waktu untuk kerja administrasi

Berkurangnya hasil produksi akibat dari sikorban

Hilangnya bisnis dan nama baik

Berikut merupakan piramida kecelakaan

10 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 11: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

Dari data tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa semakin keatas

( mengerucut di atasnya ) bahaya kecelakaan yang ditimbulkan besar tapi dengan

kuantitas orang yang relatif sedikit jika dibandingkan yang berada dibawahnya.

Seperti kita ketahui diatas kecelakaan ringan dan kerusakan properti lebih memakan

banyak kerugian.

2.2 Jenis- Jenis Kecelakaan Kerja

Berikut adalah klasifikasi kecelakaan :

o Insiden tanpa kerusakan tidak ada yang cidera

o Insiden diikuti kerusakan tidak ada yang cidera

o Kecelakaan berakibat luka ringan

11 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Data dilaporkan dan tercatat

Piramida Kecelakaa

nKematian/ Kec.SeriusKecelakaan

RinganKerusakan PropertiNyaris

CelakaPerbuatan & Kondisi Tidak Aman Bahaya

Data

dilaporkan

dan tercatat

Page 12: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

o Kecelakaan berakibat luka berat

o Kecelakaan Berakibat Cacat tetap

o Kecelakaan berakibat Kematian

Gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan dalam bekerja

bermacam-macam mulai dari yang tanpa kerusakan sampai dengan yang berakibar

kematian bagi pekerjanya.

Kecelakaan dapat terjadi dari berbagai insiden seperti berikut ;

STRUCK AGAINST : menabrak/bentur benda diam/bergerak

STRUCK BY : terpukul/tabrak oleh benda bergerak

FALL TO : jatuh dari tempat yang lebih tinggi

FALL ON : jatuh di tempat yang datar

CAUGHT IN : tusuk, jepit, cubit benda runcing

CAUGHT ON : terjepit,tangkap,jebak diantara obyek besar

CAUGHT BETWEEN : terpotong, hancur, remuk

CONTACT WITH : listrik, kimia, radiasi, panas, dingin

OVERSTRESS : terlalu berat, cepat, tinggi, besar

EQUIPMENT FAILURE : kegagalan mesin, peralatan

EVIRONMENTAL RELEASE : masalah pencemaran

Sedikit membahas mengenai insiden diatas tepatnya pada enviromental release

( masalah pencemaran ). Kecelakaan dalam industri konstruksi besar kemungkinan

menimbulkan masalah pencemaran. Pencemaran disini bisa dari unsur-unsur kimia

hasil dari konstruksi.Bahan obat-obatan dan kimia, dalam waktu cepat atau lambat

akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Adanya iritasi dan alergi dalam

kontak kerja salah satu penyebabnya. Bahan toksin misalnya, jika terhirup, terserap

kulit, atau tertelan bisa menimbulkan penyakit-penyakit kronis di tubuh. Sebisa

mungkin para kontraktor bisa memimimalisirkan pencemaran lingkungan yang

diakibatkan oleh bahan-bahan konstruksi itu sendiri.

12 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 13: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

2.3 Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi dua yaitu

faktor penyebab dasar dan faktor penyebab langsung. Dalam bagian ini kami akan

menyampaikan beberapa hal mengenai penyebab-penyebab kecelakaan kerja.

Berikut ini adalah pembahasannya:

1. Faktor dasar penyebab kecelakaan kerja

a. Faktor pribadi

Kemampuan fisik atau phisiologitidak layak

Kemempuan mental tidak layak

Stres fisik dan psikologi

Stres mental

Kurang pengetahuan

Kurang keahlian

Motivasi tidak layak

b. Faktor kerja

Pengawasan dan kepemimipian

Engineering

Pengadaan

Kurang peralatan

maintenance

standar kerja

Salah pakai atau salah menggunakan

1. Faktor penyebab langsung

a. Perbuatan tak aman

Operasi tanpa otoritas

Gagal memperingatkan

13 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 14: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

Gagal mengamankan

Kecepatan tiak layak

Membuat alat pengaman tudak berfungsi

Pakai alat rusak

Pakai APD tidak alat

Pemuatan tidak layak

Penempatan tidak layak

Mengangkat tidak layak

Posisi tidak aman

servis alat beroperasi

Bercanda, main - main

Mabok alkohol, obat

gagal mengikutti prosedur

b. Kondisi tak aman

Pelindung/pembatas tidak layak

APD kurang, tidak layak

Peralatan rusak

Ruang kerja sempit/terbatas

Sistem peringatan kurang

Bahaya kebakaran

Kebersihan kerapian kurang

kebisingan

terpapar radiasi

temperatur ekstrim

penerangan tidak layak

ventilasi tidak layak

lingkungan tidak aman

14 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 15: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

Secara keseluruhan kita dapat menyimpulkan bahwa faktor penyebab dari kecelakaan

kerja adalah pertama orang Indonesia itu tidak memiliki standar operasional prosedur

( SOP ) yang baik sehingga banyak sekali kecelakaan dalam bekerja. Kedua SOP di

Indonesia itu ada tetapi tidak selalu dilaksanakan dalam pengaplikasiannya di lapangan.

Ketiga tidak adanya hukuman untuk membuat jera bagi perusahaan maupun pekerja yang

tidak safety dalam bekerja. Sehingga para pekerja selalu mengabaikan yang namanya

peraturan K3. Dan yang terakhir kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya

keselamatan dalam bekerja. Ini sangat miris jika dibandingkan dengan negara-negara yang

lain. Di mana negara-negara lain itu sangat mengutamakan keselamatan para pekerjaanya.

Mereka rela, membeli barang-barang untuk keselamatan kerja para pekerjanya walaupun

itu mahal. Demi kepentingan pekerjanya dan membangun citra yang baik di kalangan jasa

konstruksi yang lain. Jika ada anggota pekerjanya yang melanggar peraturan tersebut

mereka tidak segan-segan untuk memotong uang gajinya atau mungkin bisa sampai pada

pemutusan hubungan kerja. Itu sangat beda dengan di Indonesia yang sangat

mengacuhkan yang namanya keselamatan kerja. Dengan begitu pemerintah sebaiknya

lebih tanggap dalam penimplementasiannya di lapangan, jangan sampai selalu terjadi

korban dalam pembangunan.

1.3 Penanggulangan kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja dapat dicegah dengan kita mengindahkan peraturan mengenaiz

Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ). Dan sesuai dengan Standar Operasional

Prosedur ( SOP ). Kita juga harus menggunakan alat-alat keselamatan seperti :

1. safety helmet

2.eye protectors for dust and flying objects

3. Shading eye protectors

4. Welding protective hoods

15 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 16: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

5. Earplugs

6. Earmuffs

7. Protective respirator

8. gloves

9. clothing safety belt

Itu semua dilakukan guna melindungi para pekerja agar terhindar dari bahaya-bahaya

yang dapat menggangu keselamatan hidupnya. Untuk mencegah kecelakaan kerja

sebaiknya dilakukan sebagai hal berikut ;

1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui apakah

calon pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun

mental.

2. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah faktor-

faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja

3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh

secara kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.

4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja

sebelum mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.

5. Penggunaan pakaian pelindung

6. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses

pencampuran bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat bising.

7. Pengaturan ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat dihisap dan

dialirkan keluar.

16 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 17: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

8. Substitusi bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau

tidak berbahaya sama sekali.

9. Pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara ke dalam ruang kerja sesuai

dengan kebutuhan.

Bab III

Petutup

3.1 Kesimpulan

Sampai sekarang penyelenggaraankonstruksi masih kurang. Sampai sekarang

penyelenggara konstruksi masih kurang memperhatikan tentang K3, mereka kurang

memperhatikan pencegahan pada saat mengerjakan proyek konstruksi padahal biaya

ganti rugi yang dikeluarkan akan lebih besar dibandingkan dengan biaya pencegahan.

Telah banyak peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk

menyukseskan program K3 dalam proyek konstruksi namun banyaknya peraturan

tidaksejalan dengan kecelakaan kerja yang semakin sering terjadi.

3.2 Saran-saran

Perlunya pemberian seminar kepada penyelenggara konstruksi agar lebih

memahami tentang pentingnya K3 dan pencegahan kecelakaan kerja karena cost yang

dikeluarkan akan lebih sedikit jika dibandingkan melakukan pekerjaan konstruksi

tanpa pencegahan. Bahkan seharusnya pemerintah dapat bertindak tegas terhadap

penyelenggara konstruksi yang nakal.

17 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 18: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

LAMPIRAN

PERATURAN

MENTERI TENAGA KERJA

NOMOR : PER.04/MEN/1995

T E N T A N G

PERUSAHAAN JASA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA

Menimbang :

a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan disemua Sektor kegiatan dengan

penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin meningkat untuk memenuhi

tingkat produksi yang tinggi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

yang dalam pelaksanaannya dapat menimbulkan kecelakaan apabila tidak ditangani

secara professional dan berkesinambungan;

b. bahwa dalam rangka mencegah terjadinya bahaya kecelakaan, perlu

mengikutsertakan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan masalah pengawasan

K3 mulai dari tahap konsultasi, pabrikasi, pemeliharaan, reparasi, penelitian,

pemeriksaan, pengujian, Audit K3 dan Pembinaan K3;

18 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 19: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

c. bahwa Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 1261/Men/1988 sudah tidak

sesuai lagi dengan kebutuhan, sehingga perlu disempurnakan;

d. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Mengingat :

1. Undang-undang Uap Tahun 1930 (Staatsblad tahun 1930 No. 225);

2. Undang-undang No. 3 tahun 1951 tentang Pernyataan berlakunya Undang-undang

Pengawasan Perburuhan tahun 1948 No. 23 dari Republik Indonesia untuk Seluruh

Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1951 No. 4);

3. Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok mengenai

Tenaga Kerja (Lembaran Negara tahun 1969 No. 55, Tambahan Lembaran Negara

No. 2912);

4. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara

Tahun 1970 No. 1, Tambahan Lembaran Negara No. 2918).

5. Keputusan Presiden RI. No. 96/M Tahun 1993 tentang Pembentukan Kabinet

Pembangunan VI.

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.02/Men/1992 tentang Tata Cara

Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

M E M U T U S K A N

Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK

INDONESIA

TENTANG PERUSAHAAN JASA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

19 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 20: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

a. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang mempekerjakan pekerja dengan tujuan

mencari untung atau tidak, baik milik swasta maupun milik Negara.

b. Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut PJK3

adalah perusahaan yang usahanya dibidang jasa K3 untuk membantu pelaksanaan

pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

c. Pengawasan Ketenagakerjaan adalah suatu Sistem pengawasan terhadap

pelaksanaan peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan yang

merupakan rangkaian kegiatan pemeriksaan dan pengujian guna melakukan tindakan

korektif baik secara prefentif maupun represif.

d. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh bahan

keterangan tentang suatu keadaan disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku dalam rangka tindakan korektif.

e. Pengujian adalah rangkaian kegiatan penilaian suatu objek secara tehnis atau medis

yang mempunyai suatu risiko bahaya dengan cara memberi beban uji atau dengan

teknik pengujian lainnya sesuai dengan ketentuan tehnis atau medis yang telah

ditetapkan.

f. Pemeriksaan dan pengujian teknik adalah pemeriksaan dan pengujian yang

dilakukan pada keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat-alat dan peralatan kerja,

bahanbahan, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja dan proses produksi.

g. Pemeriksaan dan pengujian kesehatan kerja adalah pemeriksaan yang dilakukan

terhadap kesehatan tenaga kerja dan lingkungan kerja.

20 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 21: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

h. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut Ahli K3 adalah

tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk

oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi langsung ditaatinya Undang-undang

Keselamatan Kerja.

i. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu tempat

kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.

j. Pengusaha adalah:

1. Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik

sendiri;

2. Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan

perusahaan bukan miliknya;

3. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia, mewakili

perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 yang berkedudukan

di luar wilayah Indonesia

k. Dokter pemeriksa adalah Dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh

Direktur sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) Undang-undang No. 1 Tahun

1970.

l. Direktur adalah Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk

melaksanakan Undang-undang Keselamatan Kerja.

21 |UNIVERSITAS GUNADARMA

Page 22: MAKALAH K3 BARUBARU

MAKALAH K3 2010

REFERENSI

http://bpksdm.pu.go.id

http://www.google.co.id/

#hl=id&source=hp&biw=1229&bih=496&q=kecelakaan+konstruksi+indonesia&aq=f

&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=6d1d5e09d1ea4a8f

http://search.detik.com/index.php?

fa=detik.search&hitsPerPage=10&query=kecelakaan

%20konstruksi&sortby=time&start=10&site=www.detiknews.com&kanal=&location

=&fromdate=&todate=

http://search.detik.com/index.php?

fa=detik.search&query=konstruksi&=&sortby=time&sorttime=0&site=all&location=

&fromdatex=&todatex=

untuk meminimalirsir kecelakaan kerja biasanya para pekerja dan kontraktor lebih

memilih melakukan sesajian atau kenduri atau pemotongna hewan dalam jumlah yang

banyak ketimbang membeli alat2 keselamatan kerja. Apakah menurut kalian itu akan

menjadi sesuatau yang efektif dilakukan ?

22 |UNIVERSITAS GUNADARMA