Page 1
1
PERSAMAAN DERAJAT, HARKAT DAN MARTABAT MANUSIA
Sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia yang dituangkan dalam
peraturan. perundangan serta Piagam Internasional mengenai hak azasi manusia, bangsa
Indonesia mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia.
Harkat dan martabat manusia merupakan hal yang paling asasi bagi manusia.
Dalam arti pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia sama dengan pengakuan
terhadap hak azasinya. Hak itu merupakan anugerah Tuhan kepada manusia, sehingga
tidak dapat dipisahkan dari pribadi manusia.
Sebagai bangsa yang lama dijajah oleh bangsa asing, serta banyaknya kerajaan
masa lampau, masyarakat Indonesia pernah terbagi-bagi dalam beberapa kelompok yang
dikatakan memiliki derajat dan martabat yang berbeda. Apalagi di zaman Orde Lama atau
Orde Baru banyak sekali terjadi penyimpangan atau pelanggaran hak azasi manusia.
Kini, seiring dengan perkembangan zaman, serta meningkatnya kesadaran
masyarakat terhadap hak azasi manusia, maka tidak ada lagi perbedaan atas derajat dan
martabat manusia di Indonesia.
1. Definisi Persamaan Derajat, Harkat dan Martabat
(1) Derajat kemanusiaan adalah tingkatan, martabat dan kedudukan manusia.
(2) Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan yang dibekali cipta,
rasa, karsa dan hak-hak serta kewajiban azasi manusia.
(3) Martabat adalah tingkatan harkat kemanusiaan dan kedudukan yang terhormat.
(4) Pengertian persamaan derajat, harkat dan martabat adalah persamaan tingkat,
martabat dan kedudukan manusia sebagai mahluk Tuhan yang berbekal
kemampuan kodrati serta hak dan kewajiban asasi.
2. Pandangan Umum Tentang Konsep Harkat Dan Martabat Manusia
Manusia harus dipandang secara konprehensif artinya pemikiran tentang manusia
tidak hanya berkisar pada kajian tentang manusia dalam kaitannya dengan diri sendiri
dan lingkungan dunia yang masih terbatas, melainkan menjangkau hakikat manusia
secara menyeluruh dan utuh. Pandangan yang menyeluruh dan utuh ini menjelaskan
secara penuh harkat dan martabat manusia (HMM)
Page 2
2
(1) Hakikat Kemanusiaan
Hakikat manusia yang di dalamnya terkandung harkat dan martabat manusia,
menurut Prayitno (2008: 18) meliputi lima butir konsep dasar harkat dan martabat
manusia (HMM), yakni
1) Makhluk yang paling indah dan sempurna dalam pencitraannya
2) Makhluk yang paling tinggi derajatnya
3) Khalifah di muka bumi
4) Makhluk yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
5) Pemilik hak-hak asasi manusia (HAM)
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa: Keimanan dan ketakwaannya kepada
Tuhan YME ditunaikan melalui peribadatan yang tulus dan ikhlas; Citra
kesempurnaan dan keindahannya diwujudkan melalui penampilan budaya dan
peradaban yang terus berkembang; Ketinggian derajatnya ditampilkan melalui
upaya menjaga kehormatan dan menolak hal-hal yang merendahkan nilai-nilai
kemanusiaan; Kekhalifahan diselenggarakan melalui penguasaan dan pengelolaan
atas sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk kehidupan yang damai dan
sejahtera dalam alam yang aman dan tentram; dan Hak asasi manusia dipenuhi
melalui saling pengertian, saling memberi dan saling menerima serta saling
melindungi, mensejahterakan, dan membahagiakan.
(2) Dimensi Kemanusiaan
1) Dalam kerangka HMM secara menyeluruh, aktualisasi kehidupan manusia
berdasarkan hakikatnya itu, tidaklah berlangsung dengan sendirinya. Untuk
aktualisasi hakikat manusia ini diperlukan upaya pengembangan atas diri
manusia sejak kelahirannya melalui tahap-tahap perkembangan sepanjang
hayatnya.
2) Untuk pengembangan diri dan kehidupan
selanjutnya, manusia dilengkapi dengan
dimensi-dimensi kemanusiaan yang melekat
pada diri individu, yakni dimensi : kefitrahan,
keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan
keberagamaan.
Page 3
3
(3) Trilogi HMM
Manusia ditakdirkan hidup dan berkembang sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaannya itu. Semua unsur HMM (hakikat manusia, dimensi kemanusiaan,
dan panca daya) tergabung dalam Trilogi HMM, semuanya bersifat positif dan
normatif, dapat dipahami bahwa tujuan diciptakan dan dihidupkannya manusia
adalah tujuan yang positif dan normatif, yang tidak lain kebahagiaan manusia itu
sendiri. Lebih jauh kehidupan yang membahagiakan di dunia dan di akhirat.
3. Landasan Hukum Persamaan Derajat, Harkat dan Martabat Manusia
Negara Indonesia memiliki landasan moral atau hukum tentang persamaan derajat,
harkat dan martabat manusia antara lain, Landasan Ideal yaitu Pancasila ; Landasan
Konstitusional yaitu UUD 1945 ; Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN.
(1) Landasan Ideal
Berdasarkan sila ke 2 yaitu Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, bangsa
Indonesia menyadari bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa
memiliki kedudukan, hak serta kewajiban yang sama.
(2) Landasan Konstitusional
a. Pembukaan UUD 1945
Setiap warga negara berhak mendapatkan hak-hak azasinya yang meliputi
hak azasi pribadi, hak azasi ekonomi, hak azasi politik, hak azasi sosial dan
kebudayaan, hak azasi mendapatkan pengayoman dan perlakuan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan serta hak azasi terhadap perlakuan tata cara
peradilan dan perlindungan hukum. Keseluruhan hak azasi manusia di negara
kita tercantum di dalam pembukaan UUD 1945.
Alinea pertama adalah suatu pengakuan hak azasi kebebasan atau kemerdekaan
semua bangsa dari segala bentuk penjajahan dan penindasan oleh bangsa lain.
Alinea kedua adalah pengakuan hak azasi sosial yang berupa keadilan dan
pengakuan azasi ekonomi yang berupa kemakmuran dan kesejahteraan.
Alinea ketiga adalah hak kodrat yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa
kepada semua bangsa.
Alinea keempat adalah memuat tujuan negara. pemerintah harus memajukan
kesejahteraan umum dan juga kita hendaknya ikut mewujudkan ketertiban dunia
dan lain sebagainya.
Page 4
4
b.Batang Tubuh UUD
Di dalam batang tubuh UUD 1945 terdapat beberapa ketentuan yang
mengatur persamaan derajat manusia yang dicantumkan sebagai hak dan
kewajiban warga negara, antara lain:
1) Segala warga negara bersamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
(pasal27 ayat 1).
2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
(pasal27 ayat 2).
3) Kebebasan berserikat, berpendapat dan berpolitik (pasal 28).
4) Kebebasan memeluk dan melaksanakan agama (pasal 29 ayat 1).
5) Hak dan kewajiban membela negara (pasal 30).
6) Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran (pasal 31).
(3) Ketetapan MPR dan Perundang-undangan
Bertolak dari UUD 1945 sebagai upaya mewujudkan hak azasi manusia yang
didasari aspirasi rakyat maka MPR telah membuat Tap. MPR No.
XVIII/MPR/1998 tentang HAM. Dalam ketetapan MPR tersebut membuat dua hal
penting:
1) Tentang pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap hak azasi manusia.
2) Tentang Piagam hak azasi manusia.
Dalam piagam hak azasi manusia tersebut dicantumkan antara hak-hak warga
negara antara lain:
a. Hak untuk hidup.
b. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan.
c. Hak mengembangkan diri.
d. Hak keadilan.
e. Hak kemerdekaan.
f. Hak atas kebebasan informasi.
g. Hak keamanan.
h. Hak kesejahteraan.
i. Perlindungan dan pemajuan.
Page 5
5
Sedangkan hak azasi manusia berdasarkan UU No. 39/1999 antara lain mengatur:
a. Hak untuk hidup.
b. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan.
c. Hak mengembangkan diri.
d. Hak memperoleh keadilan.
e. Hak atas kebebasan pribadi.
f. Hak atas rasa aman.
g. Hak atas kesejahteraan.
h. Hak turut serta dalam pemerintahan.
i. Hak wanita.
j. Hak anak.
Tap MPR No. XVIII/MPR/1998 selain mengatur hak juga mengatur kewajiban
azasi manusia sebagai berikut:
1) Setiap orang wajib menghormati hak azasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2) Setiap orang wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
3) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.
4. HAM dalam UUD 1945
Di negara kita, hak azasi itu terkristalkan di dalam hak bangsa Indonesia, seperti
yang terumus dengan jelas di dalam Pembukaan UUD 1945. Negara kita adalah
Negara kesatuan dengan kemerdekaannya menjamin seluruh hak dan kewajiban kita
sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Di dalam UUD 1945 masalah hak
azasi manusia bukanlah masalah yang mandiri, tetapi dikaitkan dengan hasrat bangsa
Indonesia untuk membangun negara yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Page 6
6
5. Menjunjung Tinggi Persamaan Derajat, Harkat dan Martabat Manusia
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, merupakan makhluk
yang paling mulia diantara makhluk-makhluk lainnya. Kemuliaan manusia diantara
makhluk lainnya itu, karena manusia dikaruniai akal dan pikiran. Dengan akal dan
pikirannya itu, manusia dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Dengan akal dan pikiran pula, manusia mempunyai suatu ukuran untuk menentukan
harkat, derajat, dan martabat manusia dalam kehidupannya. Karena itu, dalam
kehidupan sehari-hari manusia harus mengerti, memahami, dan sekaligus dapat
melaksanakan berbagai hal yang berkenaan dengan harkat, derajat, dan martabatnya
itu.
Gambaran sederhana dalam kehidupan sehari-hari, tentang perilaku yang
mencerminkan harkat, derajat, dan martabat manusia adalah sebagai berikut:
(1) Menghargai dan menghormati orang lain,
(2) Tidak semena-mena terhadap orang lain,
(3) Tolong menolong dengan sesama manusia,
(4) Tidak membeda-bedakan orang karena warna kulit, suku,agama, ras, maupun
golongan,
(5) Tidak melakukan penghinaan terhadap orang lain,
(6) Tidak melakukan penindasan dan penganiayaan,
(7) Tidak boleh merendahkan terhadap orang lain, dan sebagainya.
Kita harus mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat, derajat,
dan martabatnya sebagai manusia, tanpa membeda-bedakan asal-usul keturunan,
warna kulit, suku, jenis kelamin, agama, golongan, maupun kedudukan sosial tertentu.
Semua sama. Hal ini mengandung arti bahwa kita harus mengembangkan sikap saling
mencintai terhadap sesama manusia, tenggang rasa atau tepa selira, dan tidak
memperlakukan orang lain dengan tindakan yang sewenang-wenang.
Memang, sebagai makhluk ciptaan Tuhan, semua manusia adalah sama
derajatnya. Tuhan tidak membeda-bedakan derajat manusia karena kekayaan, pangkat,
jabatan, dan kedudukannya, meskipun manusia ada yang memiliki pangkat, jabatan,
dan kedudukan tertentu. Semua itu hanya sekedar peran dan status sementara yang
disandangnya. Tetapi yang membedakan seseorang dengan yang lainnya di hadapan
Tuhan adalah karena ketaqwaannya.
Page 7
7
Tuhan akan mengangkat derajat manusia yang bertaqwa, dan sebaliknya akan
menghinakan manusia yang berbuat zalim dan aniaya terhadap sesamanya.
Rasulullah SAW diutus Allah SWT sebagai pendidik umat, dengan visi
mengangkat harkat dan martabat manusia, dari martabat rendah, menuju manusia yang
berharkat dan martabat tinggi, memiliki akhlak mulia. Sistem perbudakan diberantas
secara berangsur-angsur, setiap orang bebas untuk beribadah, bebas untuk berkarya.
Diskriminasi terhadap kaum wanita diberantas. Pembunuhan anak-anak perempuan
dan laki-laki diharamkan, bahkan dihukum qishas. Perzinaan, minum khamar,
perjudian dan perbuatan yang memperturutkan hawanafsu lainnya diberantas, sehingga
harkat dan martabat manusia pada saat itu berada pada taraf yang paling tinggi. Inilah
yang dikatakan dengan visi, “akhraja al-nas min al-zhulumat ila al-nur.”mengeluarkan
manusia dari kezhaliman ke pada kehidupan yang terang benderang.
Rasulullah SAW bersabda :
"Wahai manusia ! sesungguhnya Tuhanmu satu dan bapamu satu. Semuanya kamu itu
dari Adam dan Adam dari tanah. Yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
yang paling taqwa" dan selanjutnya dia berkata pula ; "Tidak ada kelebihan orang
Arab dari orang Ajam (orang selain Arab), dan tidak ada kelebihan orang Ajam dari
orang Arab. Tidak ada kelebihan orang yang berwarna hitam dari orang berwarna
merah, dan tidak ada kelebihan orang yang berwarna merah dari orang yang
berwarna hitam, melainkan taqwalah yang menentukan mulya dan kurangnya
manusia itu".
Maka ukuran dan neraca kelebihan dan kemulyaan seseorang menurut
pandangan Allah ialah taqwa dan amal soleh. Adapun bangsa,dan warna, sama sekali
tidak mempengaruhi tinggi rendahnya seseorang.
Selanjutnya harkat, derajat, dan martabat seseorang memiliki nilai yang sangat
tinggi. Karena tingginya nilai harkat, derajat, dan martabat itu, maka wajar kalau setiap
orang ingin dihargai dan dihormati oleh orang lain. Sebab manusia secara naluriah
memang ingin dihormati dan dihargai oleh orang lain, ia tidak mau dihina apalagi
sampai diinjak-injak martabat dan harga dirinya, sudah pasti tidak akan terima.
Namun dalam kehidupan ini, terkadang masih ada orang yang dengan
tindakannya itu, membuat ia menjadi rendah harkat, derajat, dan martabatnya.
Misalnya orang yang hidup bermalas-malasan dan tidak mau bekerja keras, ia lebih
memilih menjadi gelandangan dan pengemis yang hidup terlunta-lunta di jalanan,
pekerjaannya hanya meminta-minta, hal ini sangat merendahkan harkat, derajat, dan
Page 8
8
martabatnya sebagai manusia. Seperti yang telah disebutkan, Jiwa dan semangat yang
terkandung dalam sila kedua pancasila mengakui dan menempatkan manusia sesuai
dengan harkat, derajat, dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan demikian, menjadi suatu keharusan bagi kita untuk menjunjung tinggi harkat,
derajat, dan martabat manusia itu.
6. Pengamalan Nilai Persamaan Derajat, Harkat dan Martabat dalam Kehidupan
Dengan adanya persamaan harkat, derajat dan martabat manusia, setiap orang
harus mengakui serta menghormati akan adanya hak-hak, derajat dan martabat
manusia. Sikap ini harus ditumbuhkan dan dipelihara dalam hubungan kemanusiaan,
baik dalam lingkungan keluarga, lembaga pendidikan maupun di lingkungan pergaulan
masyarakat. Manusia dikaruniakan potensi berpikir, rasa dan cipta, kodrat yang sama
sebagai makhluk pribadi (individu) dan sebagai makhluk masyarakat (sosial). Manusia
akan mempunyai arti apabila ia hidup bersama-sama manusia lainnya di dalam
masyarakat.
(1) Martabat dan Harga Diri Manusia dalam Kehidupan Keluarga
Tentang keluarga, UUD 1945 pasal 28B ayat (1), menyatakan,bahwa; “Setiap
orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah”. Demikian landasan hukum berkeluarga dalam konstitusi
kita. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi wadah
pembinaan dan pengembangan potensi, sikap, perilaku, dan kepribadian anak.
Orang tua, terutama ayah sebagai kepala keluarga, mempunyai peran dan
tanggungjawab yang besar dalam membina rumah tangga. Ayah sebagai kepala
rumah tangga, harus dapat membagi tugas dan perannya dengan sang ibu.
Semuanya, baik ayah, ibu, maupun anak dalam suatu keluarga, harus dapat
menjunjung tinggi martabat dan harga diri keluarga tersebut. Mereka harus dapat
membina anak-anaknya untuk menjadi anak yang baik, dan dapat menjaga
martabat keluarganya.
Begitulah memang seharusnya dalam suatu kehidupan keluarga. Namun pada
kenyataannya, seringkali terjadi ketidak harmonisan dalam keluarga, dan dapat
menimbulkan suatu tindakan yang bertentangan dengan martabat dan harga diri,
dan lebih jauh lagi bertentangan dengan hak asasi manusia. Pelanggaran hak asasi
dalam suatu keluarga, biasanya diawali dari adanya konflik keluarga. Selanjutnya
Page 9
9
konflik yang terjadi dalam suatu keluarga, terkadang dapat menimbulkan tindak
kekerasan dan penganiayaan, bahkan pembunuhan.
Beberapa tindakan yang mengindikasikan adanya pelanggaran terhadap martabat
dan hak asasi dalam keluarga, antara lain, berupa:
1) Domestic Violence, yaitu kekerasan yang terjadi dalam keluarga.
Tindakan yang sering dijumpai dalam kaitan ini adalah;
a. Kekerasan suami terhadap isteri, hal ini dapat bermula dari adanya rasa
cemburu sang suami yang berlebihan, tuntutan suami yang kurang terpenuhi
secara wajar, kurangnya kepatuhan isteri terhadap suami, beda pendapat antara
suami isteri, dan lain-lain yang dapat menjadi pemicu kekerasan suami
terhadap isteri. Dalam berbagai hal suami cenderung memaksakan
kehendaknya. Sang isteri, oleh karena ketidakberdayaan dan ketakutan,
terpaksa mengikuti kehendak suami. Akibatnya isteri merasa terintimidasi dan
terus menerus ketakutan, kurang percaya diri, murung, dan tertekan.
b. Kekerasan orang tua terhadap anak, yaitu suatu bentuk tindakan pisik seperti
pemukulan di luar batas kewajaran (penganiayaan), pemaksaan pendapat, serta
ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi dan sangat membatasi aktifitas anak
secara otoriter, semua itu merupakan bentuk pelanggaran hak asasi. Akibatnya
anak tumbuh dalam suasana penuh tekanan, sehingga kepribadiannya menjadi
kerdil, kreasi dan argumentasinya tidak tumbuh dengan baik. UUD 1945 pasal
28B, ayat (2) menyatakan bahwa; “Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi”.
2) Ketidakadilan Gender, yaitu berkaitan dengan penerimaan dan penghargaan
terhadap anak perempuan, yang berbeda dengan anak laki-laki. Perempuan
cenderung dianggap sebagai orang yang hanya bisa membantu pekerjaan orang
tua di rumah, sehingga ia tidak perlu bersekolah ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Meskipun dalam jaman sekarang perlakuan terhadap perempuan
seperti itu sudah tidak begitu mencolok, namun masih ada saja kenyataan-
kenyataan yang demikian itu terjadi. UU No. 39 Tahun 1999, tentang hak asasi
manusia, pasal 60, menyatakan, bahwa “Setiap orang berhak memperoleh
Page 10
10
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya sesuai
dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya”.
3) Pelanggaran Hak-hak Anak, dalam keluarga sering kali terjadi pembunuhan
terhadap bayi, baik dalam kandungan maupun bayi yang sudah lahir, jual beli
anak, penganiayaan terhadap anak hinggamengakibatkan hilangnya nyawa,
mempekerjakan anak di bawah Umur, dan lain-lain.Pembunuhan bayi dan jual
beli anak, misalnya, merupakan tindakan yang sangat bertentangan dengan hak
asasi manusia. Sebab pada dasarnya setiap orang berhak untuk bebas dari
penghilangan paksa dan penghilangan nyawa. Demikian pula anak berhak untuk
diasuh, dibesarkan, dirawat, dididik, dan diarahkan hingga dewasa, serta berhak
untuk tidak dipisahkan dari orang tuanya. Semua uraian di atas, mencerminkan
pentingnya perlindungan hak asasi anak dalam keluarga.
Selanjutnya perlu ditegaskan lagi, bahwa untuk menjunjung martabat dan harga
diri manusia dalam lingkungan keluarga yang didasarkan atas prinsip-prinsip hak
asasi manusia, hendaknya perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut:
1) Antar anggota keluarga harus menanamkan sikap saling menghormati dan
saling menghargai.
2) Setiap anggota keluarga harus memahami dan melaksanakan prinsip-prinsip
hak asasi manusia dalam kehidupan sehari-hari.
3) Menghindari perlakuan diskriminatif yang membeda-bedakan antar seseorang
dengan yang lainnya.
4) Jangan melakukan tindakan amoral dan asusila, yang dapat mencemarkan
nama baik keluarga, dan sudah tentu hal itu akan merendahkan nilai dan martabat
kemanusiaan keluarga tersebut.
5) Perlu adanya saling pengertian dan kerjasama yang baik antar anggota
keluarga dan jangan saling menyalahkan, tetapi harus saling mengingatkan pada
kebaikan dan kebenaran.
6) Perlu dikembangkan sikap untuk saling asah, asih, dan asuh antar anggota
keluarga.
7) Setiap anggota keluarga harus meningkatkan ketaqwaannya kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Page 11
11
(2) Martabat dan Harga Diri Manusia dalam Lembaga Pendidikan
Sebagai pelajar yang sedang mengikuti proses pendidikan, sudah tentu
banyak tugas dan kewajiban yang harus dilakukan berkenaan dengan proses
pendidikan tersebut. Segala tugas dan kewajiban itu, harus disadari dan dapat
dilaksanakan dengan baik., sebagai wujud tanggung jawab dalam menempuh
pendidikan. Di lingkungan pendidikan, martabat dan harga diri perlu ditegakan
demi nama baik lingkungan dimana kita menjalani proses pendidikan. Sesama
pelajar harus saling menghormati dan saling menghargai.
Jika ada suatu masalah hendaknya diselesaikan secara baik. Jangan
menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah, karena hal itu
bertentangan dengan martabat kemanusiaan. Sebagai pelajar harus menggunakan
pikiran secara sehat dalam menyelesaikan masalah. Hindari tawuran antar pelajar,
laksanakan tugas dengan baik, menjunjung persatuan dan kesatuan, saling tolong
menolong dengan sesama teman, dan perbuatan lainnya yang terpuji. Jangan
sampai terjadi penganiayaan dan kekerasan. Martabat dan harga diri manusia juga
harus dijunjung oleh para pembimbing di lingkungan pendidikan. Pembimbing
hendaknya menjadi tauladan dalam menegakan martabat kemanusiaan.
Secara garis besar, martabat dan harga diri dalam lembaga pendidikan dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1) Hendaknya semua pelajar dan pembimbing dapat menjunjung tinggi nilai-nilai
hak asasi manusia dan berprilaku sesuai hak dan kewajiban.
2) Semua pelajar berperilaku yang tidak mencemarkan nama baik tempat ia
menimba ilmu, seperti perbuatan mabuk, narkoba dan lain-lain.
3) Hendaknya seluruh warga suatu lembaga pendidikan dapat berdisiplin dan tertib
dalam melaksanakan aturan yang berlaku.
(3) Martabat dan Harga Diri Manusia dalam Kehidupan Masyarakat
Martabat dan harga diri manusia dalam kehidupan masyarakat harus
ditegakan. Terlebih lagi di dalam kehidupan masyarakat Indonesia terdapat
bermacam ragam suku, agama, ras, dan golongan. Keaneka ragaman tersebut
sudah tentu akan melahirkan perbedaan. Namun perlu disadari bahwa adanya
perbedaan adalah merupakan kenyataan yang tak dapat dipungkiri dan harus
diterima. Karena yang lebih penting dari perbedaan adalah, bagaimana kita dapat
menerima perbedaan itu sebagai dinamika masyarakat yang terus berkembang
Page 12
12
menuju kehidupan masyarakat yang lebih bermartabat, tanpa adanya diskriminasi,
intimidasi, penindasan, perampasan hak asasi, dan tindakan lainnya yang
merendahkan martabat dan harga diri manusia.
Namun pada kenyataannya, sungguh disayangkan karena yang sering kali
terjadi dengan adanya perbedaan itu, justru dapat menimbulkan permasalahan yang
bertentangan dengan martabat kemanusiaan. Kebanyakan masyarakat kita masih
belum dapat menerima perbedaan sebagai suatu dinamika yang dapat
menumbuhkan martabat dan harga diri.
Kita menyaksikan, betapa dalam kehidupan ini masih ada saja tindakan
yang merendahkan martabat manusia disebabkan karena adanya perbedaan, baik
itu perbedaan pikiran, pendapat, sikap, kebudayaan, keyakinan, dan lain-lain, lalu
muncul pertentangan, kebencian, dendam, dan saling mengancam. Tindakan
seperti itu dilakukan mulai dari yang sederhana seperti; mengejek, mengumpat,
melecehkan, menghina, dan sejenisnya, sampai pada tindakan yang lebih berat,
seperti; penganiayaan, pemerkosaan, penindasan, pembunuhan, dan masih banyak
lagi bentuknkekerasan lainnya. Seyogyanya hal itu tidak terjadi, karena segala
bentuk kekerasan sangat bertentangan dengan martabat kemanusiaan.
Namun demikian, merendahkan martabat dan harga diri manusia itu bukan
hanya dalam bentuk kekerasan saja, tetapi bisa juga dalam bentuk mengabaikan
atau membiarkan begitu saja terhadap seseorang yang hidup menderita dan perlu
pertolongan. Contoh; orang miskin yang sedang menderita sakit dan ia tidak punya
biaya untuk berobat ke rumah sakit, sementara penyakit yang dideritanya
sedemikian parah dan perlu segera mendapat pertolongan. Ia dibiarkan tergolek
lemas di trotoar jalanan atau di emper rumah gubuk reot sampai orang tersebut
meninggal. Tindakan membiarkan atau tidak mempedulikan terhadap orang miskin
yang sakit itu, adalah tindakan yang merendahkan atau mengabaikan martabat
kemanusiaan. Seharusnya kita menolong 0rang yang menderita itu dengan
mengupayakan mencari sumbangan dari berbagai pihak yang peduli terhadap
martabat kemanusiaan. Sebab mereka manusia, bukan binatang, mereka harus kita
tolong, dan kita harus peduli membantu mereka. Dengan demikian kita ikut
mengangkat derajat kemanusiaannya, sehingga ia akan merasa senang dan bahagia.
Selanjutnya dalam kehidupan masyarakat secara lebih luas, martabat dan harga diri
manusia dapat dirumuskan dalam beberapa kategori, sebagai berikut:
Page 13
13
1) Secara sosial kemanusiaan, yaitu;
a. Menjunjung harkat dan martabat orang miskin dengan member santunan,
pembinaan, dan pendidikan yang layak hingga mereka punya masa depan yang
lebih baik dan sejahtera.
b. Mendidik, membina, dan memberi kesempatan kerja dan berusaha yang layak
kepada gelandangan, pengemis, dan pengamen jalanan sesuai dengan
kemampuan dan keterampilannya, sehingga mereka merasa dihargai serta
memiliki martabat dan harga diri sebagai manusia.
c. Mengakui dan menghargai keberadaan saudara kita yang cacat, baik cacat
pisik, cacat mental, tuna netra, tuna rungu dan lain-lain. Mereka harus dihargai
dan dihormati, karena mereka adalah manusia dan mempunyai martabat dan hak
sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
2) Secara Politis-Sosiologis, yaitu;
a. Mengupayakan untuk menghindari terjadinya penggusuran paksa secara tidak
manusiawi, tanpa musyawarah, tanpa pemberitahuan terhadap orang-orang yang
tidak memiliki tingkat penghidupan yang layak sebagaimana orang lain pada
umumnya. Pemerintah harus mengupayakan penyelesaian secara manusiawi,
agar martabat dan harga diri mereka sebagai manusia dihormati dan dihargai.
b. Menghindari perlakuan diskriminatif terhadap seseorang dan yang lainnya,
baik dari segi kesukuan, agama, ras, maupun golongan tertentu. Mereka harus
diperlakukan sama dan tidak dibedabedakan, mereka mempunya harkat, martabat
dan harga diri yang sama.
c. Menghindari terjadinya konflik antar suku, antar agama, antar golongan yang
dapat menimbulkan permusuhan dan pertumpahan darah yang pada akhirnya
mengakibatkan hilangnya nyawa manusia. Mereka harus mendapat perlindungan
dari tindakan kekerasan yang bertentangan dengan martabat kemanusiaan.
3) Secara Yuridis-Kriminologis, yaitu;
a. Adanya perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan serta perlakuan
yang adil dalam segala aspek kehidupan dengan tanpa melihat suku, agama,
warna kulit, jenis kelamin, dan golongan, semua memiliki hak dan kewajiban
yang sama didepan hukum, tanpa kecuali.
Page 14
14
b. Mengupayakan menghindari adanya tindak kejahatan berupa penghinaan,
pemerasan, penganiayaan, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan,
memperjualbelikan manusia, dan kejahatan lainnya yang merampas hak asasi
manusia dan sangat merendahkan martabat kemanusiaan.
7. Persamaaan Derajat, Harkat dan Martabat Sebagai Cita-cita
Sebagai warga negara yang bertanggung jawab terhadap masyarakat, bangsa dan
Negara hendaknya kita berusaha untuk meningkatkan pengamalan prinsip serta nilai-
nilai luhur bangsa terutama memahami manusia yang pada dasarnya memiliki harkat
dan martabat yang sama sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Kita hendaknya patuh dan taat
terhadap agama dan keyakinan kita, karena bangsa kita sebagai bangsa yang berke-
Tuhanan. Nilai Ketuhanan inilah yang menjiwai keragaman budaya bangsa Indonesia.
Perilaku seperti ini selalu kita bina dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari
terutama keluarga, karena keluarga merupakan inti dari kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara.
Dengan begitu kenyataan bahwa harapan dan cita cita menuju Indonesia baru yang
kita dambakan bersama akan terwujud, yaitu suasana kehidupan masyarakat yang
saling menghargai menghormati persamaan derajat, harkat dan martabat manusia serta
cita-cita seluruh masyarakat Indonesia yang tentram adil makmur baik jasmani
maupun rohani.
USAHA DALAM MERAIH CITA-CITA
Cita-cita ideal senantiasa menjadi suluh dalam diri. Cita-cita selalu memicu dan
memacu seseorang untuk berbuat yang lebih baik dan lebih baik lagi. Namun, kerap kali
cita-cita malah menjerumuskan seseorang ke dalam kehidupan yang tiada arah dan
keadaan yang tiada menentu. Kita pun sering terlena dengan cita-cita yang digantungkan
di langit sehingga memaksa kita untuk senantiasa menengadah terus tanpa menyadari pada
apa dan di mana kaki kita berpijak.
Page 15
15
Pentingnya memiliki cita-cita Secara filosofis, kehidupan sendiri bermakna keinginan dan
cita-cita. Seseorang yang tidak memiliki keinginan dan cita-cita secara maknawi telah
meninggal walaupun secara fisik masih beruntung. Mungkin, seperti pepatah yang
sarkastis "keberadaannya seperti ketiadaannya". Kehidupan orang yang tidak bercita-cita
adalah kematian sebelum waktunya. Sebaliknya, kematian bagi seseorang yang kuat cita-
citanya adalah kehidupan yang sesungguhnya.
Di pihak lain, secara psikologis, seseorang yang memiliki keinginan dan cita-cita,
dalam kesehariannya pasti lebih bersemangat dan bergairah serta selalu mencari celah
untuk mendekatkan dirinya pada cita-cita tersebut sehingga hidupnya begitu dinamis dan
charming. Maka, tidak salah, untuk mempertahankan hidup, yang harus dipelihara adalah
keinginan dan cita-cita.
Secara sederhana, kita harus terus memelihara bahkan men-tajadud-kan atau
memperkuat cita-cita. Inilah upaya awal untuk memberi artikulasi pada kehidupan, berapa
lama pun sisa umur kita. Bahkan, Rasulullah saw mengisyaratkan, walaupun kiamat akan
terjadi esok hari -baik kiamat kecil yaitu datangnya maut maupun kiamat besar yaitu
hancurnya alam semesta- kita tetap harus berpikir dan bertindak produktif. Tidak ada yang
membenarkan, apa pun alasannya, untuk bertindak kontra produktif. Isyarat Sang Rasul
mulia ini menegaskan bahwa kehidupan manusia di dunia ini hanya merupakan rangkaian
awal yang akan memberi dampak nyata pada kehidupan selanjutnya sehingga tidak boleh
menyia-nyiakan kesempatan yang ada walaupun seper sekian detik yang tersisa.
Memaknai kehidupan hingga dapat mengartikulasi setiap detik waktu yang ada bisa
digapai manakala seseorang memahami makna kehidupan ini secara komprehensif.
Dari pemahaman itulah akan lahir cita-cita yang diusung untuk menjadikan hidup
lebih bermakna untuk keseluruhan rangkaian kehidupan yang akan terus berjalan di dunia
dan akhirat kelak. Tentu, cita-cita yang diusung haruslah cita-cita yang memiliki efek
panjang terhadap nasib perjalanan sang diri ini hingga menghadap Allah 'Azza wa Jalla.
1. Filosofi Cita-cita
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa “keluhuran cita-cita adalah bagian
dari keimanan”. Orang yang mempunyai cita-cita mulia, obsesi yang tinggi, tujuan
luhur, tentunya dia tidak akan menjerumuskan diri dalam kehinaan, kemaksiatan, dan
kenistaan. Karena itu, bermimpilah dan bercita-citalah setinggi bintang.
Cita-cita besar adalah tanda kehidupan jiwa, indikasi sukses orang-orang
besar. Pintu kebahagiaan siapa saja disebabkan oleh jiwanya selalu terbuka, berpikir,
Page 16
16
dan berjiwa besar. “Kalau Anda percaya bisa berhasil, Anda akan betul-betul
berhasil.” Demikian kata D.J. Schwartz dalam bukunya The Magic Of Thinking Big.
Cita-cita besar itu ibarat dinamo yang menggerakkan arus positif dan arus
negatif yang mengontrol tubuh Anda. Cita-cita besar itu bahan bakar. Memacu
kendaraan untuk maju, melesatkan kereta cepat.
Cita-cita besar itu adalah pintu kebahagiaan, “Dan katakanlah, ‘Ya Tuhanku,
masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar
yang benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi engkau kekuasaan yang menolong.”
(QS. Al-Isra’: 80)
Cita-cita ciri kemuliaan. Orang mulia adalah orang-orang yang memiliki cita-
cita. Karena cita-cita akan membangun pendirian yang kokoh, tidak gentar
menghadapi masalah, tidak jera mengadapi kegagalan. Sedangkan orang yang tidak
memiliki cita-cita akan menjadi penakut, pengecut, dan pencundang. Diantara
manisfetasi cita nan mulia adalah membangun keluhuran jiwa dan menjauhkan diri
dari posisi tertuduh yaitu dari posisi terhina dan tercela.
Begitu banyak dan begitu penting untuk menjadi besar dengan cita-cita besar.
Tapi jangan sekali-kali merasa besar. Karena merasa besar akan menumbuhkan
penyakit jiwa, menyebabkan sengsara dan pembawa derita. Sedang menjadi besar
membawa bahagia.
2. Cita-cita Sebagai Bagian dari Kesuksesan
Kesuksesan tidak semata-mata diukur dari hasil tapi juga pada proses. Proses
merencanakan dengan tujuan yang benar dan mulia. Proses mengorganisasikan dengan
rapi dan sistematis. Proses melaksanakan dengan ikhlas, tekun, teliti, dan professional.
Dan proses evaluasi dengan jujur dan semangat perbaikan tak kenal henti. Dan cita-
cita adalah separuh dari kesuksesan. Karena orang yang bercita-cita mulia tak mudah
goyah untuk menggadaikan di tengah jalan, menukar dengan yang hina dan rendah.
Memiliki cita-cita berarti memiliki tujuan hidup yang jelas. Memiliki kejelasan
tujuan adalah separo dari kesuksesan. Adapun yang separo itu adalah bagaimana
menempuhnya.
Karena itulah jadikan diri Anda diri pribadi yang unggul. Ciri-ciri pribadi unggul
adalah pribadi yang memiliki 4 hal :
(1) Mereka yang memilki cita-cita bergelora
(2) Mereka yang memiliki jiwa yang membara
(3). Mereka yang selalu berusaha dengan giat
Page 17
17
(4) Mereka yang memilki kesiapan yang terus menerus
3. Kekuatan Cita-cita
Cita-cita ternyata memiliki kekuatan dahsyat untuk melakukan berbagai hal dalam
hidup ini. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
(1) Cita-cita mampu mendorong kita untuk bertindak. Dengan cita-cita kita terpacu
untuk melakukan sesuatu untuk lebih mendekatkan diri kepada cita-cita tersebut.
(2) Cita-cita juga mendorong kita untuk selalu berpikir positif dalam menemukan
solusi dari masalah yang mengadang kita dalam perjalanan meraih cita-cita.
(3) Cita-cita pun memiliki kekuatan dahsyat dalam memberikan semangat kepada kita
ketika harus menghadapi berbagai tantangan. Tanpa cita-cita, akan lebih mudah
bagi kita untuk patah semangat ketika menghadapi masalah.
(4) Cita-cita juga membuat hidup lebih bergairah dan berarti. Dengan memiliki cita-
cita, kita memiliki harapan untuk meraih cita-cita tersebut. Harapan ini memompa
semangat bagi kita untuk beraktivitas. Ketika cita-cita telah berhasil kita capai, kita
akan merasa bahwa kita memang telah melakukan sesuatu yang berharga, baik
bagi diri sendiri maupun org lain di sekitar kita.
4. Kualitas Cita-Cita
Kualitas cita-cita menentukan kualitas hidup kita. Tidak salah memang kita
memiliki cita-cita apa pun, asal baik tentunya. Ingin menjadi orang kaya, ingin
menjadi ilmuwan, ingin menjadi ulama, atau ingin menjadi seorang yang berguna
bagi bangsa dan negara, boleh-boleh saja. Karena pasti cita-cita tersebut akan menjadi
pemicu semangat. Bahkan, bagi seorang –maaf- pemulung, hanya sekadar ingin
mendapatkan serpihan barang berharga dari tumpukan sampah-sampah sudah cukup
menjadi suluh pembakar semangat kerjanya.
Hal lain yang menjadi penentu kualitas cita-cita adalah aspek dimensi kehidupan
dunia akhirat. Bila telah memiliki cita-cita untuk dunia, seperti ungkapan “Bekerjalah
untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya,”…Berikutnya mari kita
raih cita-cita akhiratnya,”…Beribadahlah untuk akhiratmu seolah-olah engkau mati
besok pagi. Usahanya untuk akhirat sehingga dunia pun mengikutinya.
Sebagaimana firman Allah Swt, yang artinya
Page 18
18
Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(Al Qashash : 77)
Lantas, cita-cita apa yang harus kita tanamkan. Secara sederhana namun ideal,
kalau merujuk kepada janji-janji kita setiap hari sebagai seorang Muslim, cita-cita kita
harus selaras dengan 'sesungguh-nya shalatku, ibadahku, hidupku, dan bahkan matiku
untuk Allah Pencipta dan Pemelihara alam semesta ini'. Inilah cita-cita yang harus
terus diusung, bahwa kehidupan kita akan berarti manakala ada dalam rel ibadah dan
perjuangan untuk mengajak orang lain agar mengagungkan Allah hingga umat
manusia tunduk kepada kekuasaan dan keadilan-Nya.
Seseorang yang bercita-cita untuk kesuksesan dunia saja tentu berbeda
kualitasnya dengan yang bercita-cita untuk kesuksesan dunia dan akhirat. Perbedaan-
perbedaan tersebut akan tampak jelas mulai dari strategi dan teknik menggapai cita-
cita hingga perilaku ketika cita-cita tersebut sudah diraih.
Beberapa cita-cita dunia yang dapat dijadikan contoh, antara lain :
1) Memiliki hati yang bersih dan dibebaskannya hati dari segala macam penyakit
hati seperti iri, dengki dan sombong.
2) Dapat beribadah dengan baik dan benar sebagai rasa syukur dan membuka pintu-
pintu kebaikan dan kebahagiaan yang lebih besar.
3) Memiliki pekerjaan dan dapat meningkatkan kualitas karir, amal serta
penghasilan.
4) Terjaga kesehatan, karena kesehatan adalah harta yang tak ternilai harganya.
5) Bisa diterima dalam pergaulan karena diakui memiliki kepribadian yang baik dan
dapat bergaul dengan orang lain.
6) Memiliki kebebasan dalam menentukan sasaran dan arah hidup, serta keteraturan
program diri.
7) Mendapat limpahan cinta dan penghargaan dari orang sekelilingnya.
Dan lain-lain.
Page 19
19
Adapun beberapa cita-cita akhirat yang patut kita rintis, antara lain :
1) Meninggal dunia saat melakukan amal-amal shalih dan amal unggulan yang
dirintisnya.
2) Meninggal dunia tanpa memilki hutang-hutang sehingga dimudahkan saat yaumul
hisab.
3) Mendapatkan rahmat llah di alam kubur seperti orang-orang yang gemar
memakmurkan masjid Allah.
4) Dimudahkan saat pengadilan hari akhir.
5) Ada keringanan siksa neraka.
6) Mendapat ampunan atas berbagai dosa dan kesalahan.
7) Dapat berkumpul dengan keluarga di surga.
Dan lain-lain.
5. Langkah-langkah Dalam Menemukan dan Meraih Cita-cita
(1) Rumuskan Keinginan
Sering kali kita tidak punya gambaran yang jelas tentang apa yang ingin kita
capai. Jika memang demikian, akan sulit bagi kita untuk mencapainya. Hal ini
sama seperti jika kita sedang berkendaraan dan tidak tahu tujuan kita
berkendaraan. Jadi, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mencari tahu
apa yang sebenarnya kita inginkan dalam bisnis atau pekerjaan, dan dalam
kehidupan pribadi kita. Semakin jelas cita-cita tersebut kita rumuskan, semakin
mudah bagi kita untuk memilih strategi pencapaiannya. Misalnya: Dalam lima
tahun ke depan, saya ingin membuka sebuah toko buku.
(2) Rincikan keinginan
Setelah kita dapat merumuskan keinginan kita, pastikan bahwa kita bisa
merumuskannya dengan terperinci. Jika memang ingin membuka toko buku, Kita
juga perlu perinci apa apa saja hal penting dalam memulai kemudian membuka
toko buku. Bagaimana pengumpulan dana, di mana kita akan membuka toko buku,
maupun darimana distribusi buku didapatkan.
(3) Fokus
Setelah cita-cita berhasil kita rumuskan dengan jelas dan terperinci, langkah
selanjutnya adalah memfokuskan semua daya dan usaha untuk mewujudkannya..
Fokuskan pada kekuatan, pada apa yang kita miliki untuk mampu mendahsyatkan
Page 20
20
potensi meraih prestasi. Seperti kaca pembesar yang mengumpulkan sinar pada
satu titik untuk dapat membakar.
Kita mesti menyadari setiap kita memilki keterbatasan-keterbatasan. Namun,
di balik keterbatasan itulah tersimpan kelebihan. Bila kita berpikir positif,
sesungguhnya dengan keterbatasan itulah seseorang bisa “bersyukur” untuk
meledakkannya menjadi keluarbiasaan.
Kuncinya adalah selalu bersyukur sehingga selalu fokus pada apa yang
dimiliki. Menikmati apa yang ada, bukan meratapi apa yang tiada atau hilang dari
genggaman tangan kita. Kita tidak selalu bisa mendapatkan apa yang kita inginkan,
namun sesungguhnya kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karenanya,
fokuskan pada apa yang ada, jangan risau pada apa yang tiada. Mari kita
renungkan. Orang buta bila ia bersyukur lebih bias menghafal Al Quran karena
matanya tak sempat banyak melakukan maksiat. Dengan modal itulah ia bisa lebih
fokus.
Fokus penting karena setiap kita memiliki kekhasan masing-masing. Mari
fokuskan diri untuk meraih cita-cita dan prestasi.Seorang pemimpin fokus dalam
mengemban amanahnya, Seorang prajurit fokus untuk memikul tanggung jawab
bela Negara, begitu juga seorang pelajar fokus menimba ilmu, dan seorang pemuda
fokus meniti karir.
(4) Usaha Disertai Doa
Tiap orang tentu memiliki cita-cita dan harapan untuk masa depannya. Untuk
meraih apa yang di cita-citakan, setiap orang memiliki cara tersendiri untuk
meraihnya, tentunya dengan usaha dan do’a. Sebesar apapun usaha yang kita
lakukan yang dibarengi do’a, namun Allah jua yang menentukan.
6. Kiat Menghadapi Dilemma Kegagalan Cita-cita
Bercita-cita memang menyimpan dilema. Kalau cita-citanya rendah, biasanya
pencapaian juga rendah. Kalau cita-cita tinggi, paling tidak hasilnya di tengah-tengah.
Kalau cita-cita rendah, lalu hasilnya tinggi, dapat dikatakan suatu keberuntungan.
Memang citra-cita yang tinggi beresiko mengalami frustasi. Manusia menjadi kecewa
bila antara harapan dengan kenyataan ternyata tidak sesuai. Bahkan andaipun
kenyataan itu bernilai lebih tinggi dari harapan, tetap bisa mengalami kekecewaan.
Ibarat kita di tengah padang pasir yang terik, kemudian kita kehabisan bekal minum,
tentulah saat itu sangat mengharapkan untuk mendapatkan air. Jika saat itu pula kita
mendapatkan sebuah batu permata yang bernilai sangat tinggi, tentulah kita tetap akan
Page 21
21
kecewa karena temuan itu tidak sesuai dengan harapan saat itu. Batu permata itu tak
berguna juga akhirnya andai kita mati kehausan. Jadi setiap harapan, cita-cita,
menyimpan potensi kekecewaan.
Kita wajib bercita-cita setinggi langit dan di sisi lain kita juga
mengembangkan kiat bersiap menghadapi kemungkinan kegagalan meraih cita-cita itu.
Adapun kiatnya adalah jadikan sebuah cita-cita mempunyai multi tujuan. Maksudnya
adalah, setiap kali kita mempunyai cita-cita, maka kita menempelkan terhadapnya
beberapa alasan sekaligus kenapa kita menginginkannya. Misalnya, seorang anak
SMA yang ingin ikut ujian masuk perguruan tinggi untuk masuk jurusan Teknik
Elektro ITB misalnya, tentu akan menjadi kecewa bila ternyata dia gagal meraihnya.
Sering terjadi karena gagal seleksi masuk tersebut, seorang anak SMA menjadi sedih
luar biasa, bahkan menjadi frustasi dengan hidupnya. Kiat yang harus dilakukan oleh
anak tersebut (termasuk oleh orang tua dan gurunya) adalah memberikan alasan yang
lebih banyak kenapa anak tersebut ikut ujian seleksi masuk perguruan tinggi.
Misalnya, tujuan ikut ujian seleksi masuk adalah : Ingin kuliah di Teknik Elektro ITB,
agar masa depan menjadi cerah.
Kenyataan : gagal! Maka ia gagal 100%.
Lalu kita ubah dengan kiat multi tujuan, sehingga ikut seleksi masuk memiliki tujuan
sebagai berikut :
(1) Ingin kuliah di Teknik Elektro ITB, agar masa depan menjadi cerah.
(2) Berusaha untuk mengusahakan masa depan yang lebih baik adalah ibadah.
(3) Belajar keras juga akan menyenangkan hati orang tua, karena menunjukkan sikap
bersungguh-sungguh dan menghargai dorongan orang tua selama ini. Ini juga
ibadah.
(4) Ingin tahu sejauh mana kemampuan diri, dengan menguji diri melalui seleksi
masuk perguruan tinggi.
(5) Menikmati permainan, tampaknya ujian ini seperti permainan dimana selain
kemampuan juga dituntut strategi. Ini sangat menantang dan mengasyikkan.
Jadi dari satu alasan kini menjadi enam alasan. Bila alasan pertama yaitu
masuk Teknik Elektro ternyata gagal, maka masih banyak yang bisa dicapai, yaitu
Page 22
22
pahala ibadah, restu orang tua, tahu posisi kemampuan diri, sudah ikut menikmati
permainan. Artinya hanya gagal satu dari lima tujuan.
KESIMPULAN
1. PERSAMAAN, HARKAT DAN MARTABAT MANUSIA
Sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia yang dituangkan dalam
peraturan. perundangan serta Piagam Internasional mengenai hak azasi manusia,
bangsa Indonesia mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia.
Page 23
23
Bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila. Sila kedua dari Pancasila adalah
tentang Kemanusiaan yang adil dan beradab. Jiwa dan semangat yang terkandung
dalam sila kedua ini mengakui dan menempatkan manusia sesuai dengan harkat,
derajat, dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu hal ini
juga ditegaskan dalam UUD 1945 pada pembukaan dan batang tubuh UUD 1945, serta
dalam ketetepan MPR 1999.
Persamaan derajat, harkat dan martabat adalah persamaan tingkat, martabat
dan kedudukan manusia sebagai mahluk Tuhan yang berbekal kemampuan kodrati
serta hak dan kewajiban asasi.
Manusia harus dipandang secara konprehensif artinya pemikiran tentang
manusia tidak hanya berkisar pada kajian tentang manusia dalam kaitannya dengan diri
sendiri dan lingkungan dunia yang masih terbatas, melainkan menjangkau hakikat
manusia secara menyeluruh dan utuh. Pandangan yang menyeluruh dan utuh ini
menjelaskan secara penuh harkat dan martabat manusia.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, merupakan makhluk
yang paling mulia diantara makhluk-makhluk lainnya. Kemuliaan manusia diantara
makhluk lainnya itu, karena manusia dikaruniai akal dan pikiran. Dengan akal dan
pikirannya itu, manusia dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Dengan akal dan pikiran pula, manusia mempunyai suatu ukuran untuk menentukan
harkat, derajat, dan martabat manusia dalam kehidupannya. Karena itu, dalam
kehidupan sehari-hari manusia harus mengerti, memahami, dan sekaligus dapat
melaksanakan berbagai hal yang berkenaan dengan harkat, derajat, dan martabatnya
itu. Gambaran sederhana dalam kehidupan sehari-hari, tentang perilaku yang
mencerminkan harkat, derajat, dan martabat manusia seperti menghargai dan
menghormati orang lain dan tolong menolong dengan sesama manusia.
Kita harus mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat,
derajat, dan martabatnya sebagai manusia, tanpa membeda-bedakan asal-usul
keturunan, warna kulit, suku, jenis kelamin, agama, golongan, maupun kedudukan
sosial tertentu. Semua sama. Hal ini mengandung arti bahwa kita harus
mengembangkan sikap saling mencintai terhadap sesama manusia, tenggang rasa atau
tepa selira, dan tidak memperlakukan orang lain dengan tindakan yang sewenang-
wenang.
Harkat, derajat, dan martabat seseorang memiliki nilai yang sangat tinggi.
Karena tingginya nilai harkat, derajat, dan martabat itu, maka wajar kalau setiap orang
Page 24
24
ingin dihargai dan dihormati oleh orang lain. Sebab manusia secara naluriah memang
ingin dihormati dan dihargai oleh orang lain, ia tidak mau dihina apalagi sampai
diinjak-injak martabat dan harga dirinya, sudah pasti tidak akan terima. Dengan
demikian, menjadi suatu keharusan bagi kita untuk menjunjung tinggi harkat, derajat,
dan martabat manusia itu.
Dengan adanya persamaan harkat, derajat dan martabat manusia, setiap orang
harus mengakui serta menghormati akan adanya hak-hak, derajat dan martabat
manusia. Sikap ini harus ditumbuhkan dan dipelihara dalam hubungan kemanusiaan,
baik dalam lingkungan keluarga, lembaga pendidikan maupun di lingkungan pergaulan
masyarakat. Manusia dikarunikan potensi berpikir, rasa dan cipta, kodrat yang sama
sebagai makhluk pribadi (individu) dan sebagai makhluk masyarakat (sosial). Manusia
akan mempunyai arti apabila ia hidup bersama-sama manusia lainnya di dalam
masyarakat.
Sebagai warga negara yang bertanggung jawab terhadap masyarakat, bangsa
dan Negara hendaknya kita berusaha untuk meningkatkan pengamalan prinsip serta
nilai-nilai luhur bangsa terutama memahami manusia yang pada dasarnya memiliki
harkat dan martabat yang sama sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Kita hendaknya patuh
dan taat terhadap agama dan keyakinan kita, karena bangsa kita sebagai bangsa yang
berke-Tuhanan dengan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan begitu kenyataan bahwa harapan dan cita cita menuju Indonesia baru yang
kita dambakan bersama akan terwujud, yaitu suasana kehidupan masyarakat yang
saling menghargai menghormati persamaan derajat, harkat dan martabat manusia serta
cita-cita seluruh masyarakat Indonesia yang tentram adil makmur baik jasmani
maupun rohani.
2. USAHA DALAM MERAIH CITA-CITA
Cita-cita ideal senantiasa menjadi suluh dalam diri. Cita-cita selalu memicu
dan memacu seseorang untuk berbuat yang lebih baik dan lebih baik lagi. Pentingnya
memiliki cita-cita Secara filosofis, kehidupan sendiri bermakna keinginan dan cita-cita.
Seseorang yang tidak memiliki keinginan dan cita-cita secara maknawi telah
meninggal walaupun secara fisik masih beruntung. Mungkin, seperti pepatah yang
sarkastis "keberadaannya seperti ketiadaannya". Kehidupan orang yang tidak bercita-
cita adalah kematian sebelum waktunya. Sebaliknya, kematian bagi seseorang yang
kuat cita-citanya adalah kehidupan yang sesungguhnya.
Page 25
25
Cita-cita adalah separuh dari kesuksesan. Karena orang yang bercita-cita
mulia tak mudah goyah untuk menggadaikan di tengah jalan, menukar dengan yang
hina dan rendah. Memiliki cita-cita berarti memiliki tujuan hidup yang jelas. Memiliki
kejelasan tujuan adalah separo dari kesuksesan. Adapun yang separo itu adalah
bagaimana menempuhnya.
Cita-cita ternyata memiliki kekuatan dahsyat untuk melakukan berbagai hal
dalam hidup ini. Kekuatan itu antara lain cita-cita mampu mendorong kita untuk
bertindak; cita-cita juga mendorong kita untuk selalu berpikir positif dalam
menemukan solusi dari masalah yang mengadang kita dalam perjalanan meraih cita-
cita; cita-cita pun memiliki kekuatan dahsyat dalam memberikan semangat kepada kita
ketika harus menghadapi berbagai tantangan; cita-cita juga membuat hidup lebih
bergairah dan berarti. Dengan memiliki cita-cita, kita memiliki harapan untuk meraih
cita-cita tersebut.
Kualitas cita-cita menentukan kualitas hidup kita. Tidak salah memang kita
memiliki cita-cita apa pun, asal baik tentunya. Hal lain yang menjadi penentu kualitas
cita-cita adalah aspek dimensi kehidupan dunia akhirat. Bila telah memiliki cita-cita
untuk dunia, seperti ungkapan “Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah engkau akan
hidup selamanya,”…Berikutnya mari kita raih cita-cita akhiratnya,”…Beribadahlah
untuk akhiratmu seolah-olah engkau mati besok pagi. Usahanya untuk akhirat
sehingga dunia pun mengikutinya. Seseorang yang bercita-cita untuk kesuksesan dunia
saja tentu berbeda kualitasnya dengan yang bercita-cita untuk kesuksesan dunia dan
akhirat. Perbedaan-perbedaan tersebut akan tampak jelas mulai dari strategi dan teknik
menggapai cita-cita hingga perilaku ketika cita-cita tersebut sudah diraih.
Langkah-langkah dalam menemukan dan meraih cita-cita yaitu: Pertama,
rumuskan keinginan. Sering kali kita tidak punya gambaran yang jelas tentang apa
yang ingin kita capai. Jika memang demikian, akan sulit bagi kita untuk mencapainya.
Kedua, rincikan keinginan. Setelah kita dapat merumuskan keinginan kita, pastikan
bahwa kita bisa merumuskannya dengan terperinci. Selanjutnya adalah fokus. Setelah
cita-cita berhasil kita rumuskan dengan jelas dan terperinci, langkah selanjutnya adalah
memfokuskan semua daya dan usaha untuk mewujudkannya.. Fokuskan pada
kekuatan, pada apa yang kita miliki untuk mampu mendahsyatkan potensi meraih
prestasi. Terakhir yang paling penting adalah usaha disertai doa. Tiap orang tentu
memiliki cita-cita dan harapan untuk masa depannya. Untuk meraih apa yang di cita-
Page 26
26
citakan, setiap orang memiliki cara tersendiri untuk meraihnya, tentunya dengan usaha
dan doa.
Kita wajib bercita-cita setinggi langit dan di sisi lain kita juga mengembangkan
kiat bersiap menghadapi kemungkinan kegagalan meraih cita-cita itu. Adapun kiatnya
adalah jadikan sebuah cita-cita mempunyai multi tujuan. Maksudnya adalah, setiap
kali kita mempunyai cita-cita, maka kita menempelkan terhadapnya beberapa alasan
sekaligus kenapa kita menginginkannya.
Jadi jangan takut untuk bercita-cita. Cita-cita merupakan energi yang akan
menggerakkan jiwa, menggerakkan pikiran yang kreatif, menggerakkan badan untuk
aktif, menggerakkan seluruh tubuh mencapai tujuan. Cita-cita adalah ruh yang
menjadikan seseorang tetap bertahan. Cita-cita itu memiliki kekuatan dahsyat untuk
mendorong seseorang menjadikannya kenyataan. Maka, siapkan cita-cita Anda dan
mulailah bergerak menuju realisasinya.
By: Heny Rofizar
S1-Akuntansi
Tugas UPT-MKU-ISBD (2009)